PENGADAAN
UNIT PENGELOLA PUPUK ORGANIK (UPPO)
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan upaya konservasi lahan melalui upaya penanaman pohon multiguna yaitu
pohon yang mampu menahan erosi dan menjaga keseimbangan ekologi tanpa
mengorbankan kepentingan ekonomi, dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung
keberhasilan tumbuh dan berkembangnya tanaman multiguna tersebut. Salah satunya
adalah ketersediaan pupuk organik yang mudah dan murah diperoleh untuk digunakan
dalam memupuk pohon agar tumbuh subur dan cepat berkembang.
Penerbitan Pedoman Teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi
para petugas Dinas lingkup Pertanian baik Provinsi, Kabupaten/kota maupun petugas
lapangan dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik
(UPPO) atau Rumah Pengolah Pupuk Organik (RPPO) yang dananya bersumber dari
FMSRB. Dengan memahami Pedoman Teknis ini, diharapkan tidak akan terjadi keraguan
dalam implementasi kegiatan di lapangan.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.1. Ketentuan Umum Pelaksanaan Swakelola ................................. 18
Lampiran 2. Contoh Surat Perjanjian Swakelola ............................................ 20
Lampiran 3. Contoh Surat Perjanjian Jual Beli Ternak Kerbau ....................... 23
Lampiran 4. Form Survey dan Investigasi Lokasi UPPO ................................ 25
Lampiran 5. Contoh Rencana Usulan Kegatan Unit Pengelola Pupuk Organik
(UPPO)....................................................................................... 26
Lampiran 6. Checklist Pengendalian Kegiatan Pengembangan UPPO FMSRB 27
Lampiran 7. Laporan Penggunaan Dana Bantuan Unit Pengolah Pupuk Organik
(Uppo) ........................................................................................ 29
Lampiran 8. Laporan Administrasi Keuangan................................................. 30
Lampiran 9. Laporan Fisik dan Keuangan...................................................... 31
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu upaya mencegah erosi dan banjir dengan kegiatan konservasi dan optimasi
lahan adalah dengan melakukan penanaman tanaman pohon multiguna sepanjang
contour lereng yang rawan erosi. Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya tanaman
pohon tersebut antara lain melalui pemupukan organik, sehingga dibutuhkan pupuk
organik dalam jumah yang relatif banyak. Upaya pemerintah untuk mendukung petani
dalam menyediakan pupuk organik secara mandiri adalah dengan memfasilitasi kegiatan
pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO). Melalui fasilitasi bantuan UPPO
tersebut, diharapkan petani dapat memproduksi dan menggunakan pupuk organik
secara insitu.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Teknis ini adalah:
1. Memberikan arahan dan batasan dalam pelaksanaan dan ruang lingkup
pemberian bantuan UPPO dalam rangka FMSRB, mulai dari pengetahuan
perencanaan, potensi dan permasalahan serta prospek teknis dan ekonomisnya
tentang pengelolaan UPPO sebagai penghasil pupuk organik.
2. Memberikan panduan tentang pengelolaan UPPO dalam peranannya sebagai
salah satu faktor penunjang upaya konservasi lahan dan air bagi petani dan
petugas pendamping.
3. Memandu kelompok tani melalui konseling Dinas Pertanian Kabupaten dan
bantuan Ahli Pertanian dalam pengadaan sarana dan prasarana UPPO yang
sesuai dengan aturan Pemerintah serta dalam pengelolaannya.
Tujuan khusus dari kegiatan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO)1, yaitu :
1. Menyediakan fasilitas pengolahan pupuk organik dengan memanfaatan bahan
organik (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organik) untuk memenuhi
kebutuhan pupuk organik secara insitu.
2. Mensubstitusi sebagian kebutuhan pupuk an-organik.untuk tanaman pohon
multiguna yang ditanam FMSRB
3. Memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian.
4. Meningkatkan populasi ternak dan membuka kesempatan berusaha dan
lapangan kerja.
C. Sasaran
Sasaran dari pengguna panduan teknis UPPO adalah:
1. Tersosialisakannya informasi dan kebijakan pelaksanaan program berkaitan dengan
UPPO program FMSRB
2. Terimplementasinya UPPO sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada
pedoman
3. Terlaksananya monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh seluruh pelaku di tingkat
pemerintah, konsultan dan masyarakat
D. Pengertian2
1
Pedoman Teknis Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) TA.2016 . DitJen Prasarana dan Sarana Pertanian
2
Diadopsi dari Pedoman Teknis Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) TA.2016. Ditjen PSP Kementan
Unit Pengelola UPPO adalah anggota kelompok yang ditugaskan oleh Ketua
Kelompok berdasarkan kesepakatan seluruh anggota kelompok, minimal 3 (tiga)
orang (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) untuk aktif mengelola UPPO agar dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Petani petugas kandang adalah petani anggota kelompok tani yang sudah dilatih
dan mampu memelihara ternak kerbau dan ditugaskan oleh Unit Pengelola
UPPO. Petugas kandang bisa digilir secara bergantian yang diatur diantara
anggota kelompok atau tenaga upahan yang semuanya tergantung kesepakatan
anggota.
Bahan organik adalah semua bahan yang berasal dari limbah makhluk hidup
yang secara alami dapat dihancurkan/dekomposisi oleh jasad renik (mikroba) di
alam.
Bersedia membuat Berita Acara (BA) kematian ternak apabila terdapat ternak
yang mati yang disertai dengan visum dari dokter hewan dan diketahui oleh
instansi yang berwenang.
Bersedia membuat Berita Acara (BA) kehilangan ternak (apabila ada ternak
yang hilang) dari Kepolisian,
Bersedia menyusun dan membuat laporan kegiatan serta kemajuan program
pengembangan UPPO.
1. Norma
Pembangunan UPPO diarahkan pada lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku
pembuatan kompos, terutama limbah organik/limbah panen tanaman, kotoran hewan/
limbah ternak dan sampah organik rumah tangga pada sub sektor tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan rakyat dan peternakan terutama pada kawasan implementasi
dan pengembangan FMSRB. Disamping itu, pelaksanaan kegiatan UPPO perlu
memperhatikan aspek lingkungan agar keberlanjutan operasional UPPO dapat terjamin
dan menghindarkan dari permasalahan social serta pencemaran lingkungan.
Di lokasi FMSRB rumah UPPO terutama ditempatkan di kelompok Konservasi yang
membutuhkan pupuk organik yang memadai dalam upaya penanaman pohon multiguna
dalam rangka konservasi.
2. Standar Teknis
Memiliki luas tanah minimal 250 m2 yang terdiri dari:
a. Luas bangunan rumah kompos/RPPO (Rumah Pengolah Pupuk Organik) minimal
80 m2
b. Luas kandang ternak cukup untuk menampung minimal 10 ekor (ukuran kandang
ideal + 3 sampai 3,75m2/satuan ternak).
c. Bak fermentasi minimal 20 m2 dengan tinggi minimal 50 cm.
d. Dilengkapi dengan bukti “surat hibah” atau surat pernyataan pinjam/sewa untuk
lokasi UPPO minimal 12 tahun apabila lahan tersebut bukan milik penerima
bantuan agar keberlangsungan kegiatan UPPO dapat terjamin.
Bangunan rumah kompos sekurang-kurangnya terdiri dari gudang, kantor dan toilet.
Bak fermentasi berada di luar bangunan rumah kompos.
Pengadaan peralatan dan mesin mengacu kepada spesifikasi teknis sebagai berikut:
(1) Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO)
a. Kapasitas : minimal 1.000 kg/jam
b. Bahan Pisau : baja kekerasan minimal 54 HRC
c. Fungsi : mencacah, menghaluskan dan menghancurkan bahan organik
d. Mesin penggerak: Kapasitas 8,5 - 12 PK
e. Mesin penggerak mempunyai Standar Nasional Indonesia (SNI)
f. APPO mempunyai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau test report dari
institusi yang berwenang
(2) Kendaraan Bermotor Roda 3
a. Jumlah roda/ban sebanyak 3 (tiga) buah
b. Bagian belakang terdapat bak yang dapat berfungsi untuk mengangkut bahan
baku limbah/sampah (lihat Gambar 5).
c. Daya angkut minimal 500 kg
d. Minimal 150 cc
e. Dana yang tersedia menurut AWP adalah Rp 25 juta sampai dengan Rp 27,7
juta per unit
Kandang Ternak
a. Kandang dibuat agar ternak dapat dipelihara dalam satu tempat (secara komunal)
b. Lokasi kandang ternak diupayakan berdekatan atau dalam satu hamparan dengan
rumah kompos, untuk memudahkan pengangkutan kotoran ternak sebagai bahan
baku pembuatan kompos
c. Dilengkapi dengan tempat makan dan minum ternak
d. Dana yang tersedia untuk membangun kandang menurut AWP adalah Rp
15.000.000,- per kandang.
Ternak Kerbau
a. Jumlah ternak sebanyak 10 ekor terdiri dari 1 jantan dan 9 betina dewasa > 1
tahun agar dapat berkembangbiak
b. Spesifikasi ternak mengacu kepada ketentuan dari Dinas Peternakan atau Tim
Teknis dan disesuaikan kondisi setempat. Umur ternak minimal 12 Bulan dan
tinggi pundak sekitar 100 cm
3
Pedoman Teknis Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) TA.2016. DitJen PSP, Kementan
e) Sisa dana pengadaan akan ditransfer oleh Dinas Pertnaian ke kelompok tani bila
penyerahan ternak kerbau sudah dilakukan yang dibuktikan dengan Surat Tanda
Terima penyerahan Ternak kerbau ditandatangani yang diketahui dan disetujui
oleh Dinas Pertanian Kabupaten.
Operasionalisasi UPPO
Segera membentuk unit pengelola UPPO dan langsung aktif mengelola kegiatan
UPPO agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Unit
pengelola UPPO dibentuk dari anggota kelompok tani yang dinilai cakap dan
mempunyai waktu untuk mengelola UPPO dari hari ke hari.
Kelompok tani penerima bantuan harus bersedia dan berusaha memelihara dan
mengoperasionalkan UPPO secara swadaya dan swadana.
Biaya operasional dan pemeliharaan UPPO, termasuk bahan bakar/perbaikan
alat dan biaya pengelolaan menjadi tanggung jawab penerima bantuan.
feses dan urin dapat dengan mudah dilakukan setiap hari pada pagi hari
menggunakan sekop.
Pemberian pakan setiap hari dengan menempatkan bahan pakan pada tempat
pakan yang telah disiapkan. Karena kerbau hampir selalu dikandangkan
sehingga kesempatan merumput menjadi sedikit, maka hijauan pakan ternak
harus disabit, dikumpulkan baru diangkut ke tempat pakan (“cut and carry”) di
kandang kolektif. Berarti menambah pekerjaan pemelihara ternak untuk menyabit
hijauan pakan.
Ternak kerbau akan dipelihara selama 12 tahun atau telah beranak minimal 3
kali. Mekanisme pembagian anak yang dilahirkan saat dipelihara akan diatur
berdasarkan kebiasaan yang berlaku setempat atau berdasarkan kesepakatan
anggota.
Pengelolaan produksi
Potensi Produksi Pupuk Organik. Hasil penelitian Balitnak4: Kohe (kotoran
hewan) per ekor sapi per hari 0,67 kg jadi 10 ekor = 6,7 kg. Rata-rata setiap ekor
ternak memerlukan pakan hijauan segar 5,35 kg/hari yang menyisakan pakan
hijauan yang terbuang 40 – 50% = 2,14 kg per ekor per hari, jadi 10 ekor = 21,4
kg. Dengan demikian potensi bahan pupuk organik adalah = 6,7 kg kohe + 21,4
kg sisa pakan = 28,1 kg per hari. Dalam sebulan menjadi 843 kg. Diyakini bahwa
potensi bahan pupuk organik yang dihasilkan dari kohe dan sisa pakan ternak
kerbau akan lebih tinggi.
Hasil produksi berupa kompos harus dikemas dengan baik dengan satuan: (i) 5
kg per kemasan dan (ii) 10 kg per kemasan. Ukuran kemasan ini memudahkan
dalam pengangkutan dan penyaluran serta menyediakan alternatif pemilihan
ukuran kemasan bagi konsumen yang mau membeli.
Hasil produksi berupa pupuk organik siap dipasarkan yang memudahkan petani
untuk memperoleh pupuk organik.
Kompos/pupuk organik yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
penerima bantuan serta untuk mendukung pemupukan tanaman pohon yang
ditanam dalam rangka konservasi dan optimasi lahan FMSRB.
Perkembangan produksi dan catatan keuangan kegiatan UPPO agar dibukukan/
diadministrasikan dengan baik untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi.
4
Balitnak 2009 diolah.
5. Pengadaan bahan/barang, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang
diperlukan dilakukan oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan sebagaimana diatur
dalam Perpres 54/2010 sebagaimana telah diubah dengan Perpres 70/2012;
(i) 40% dari dana swakelola, apabila kelompok masyarakat pelaksana swakelola telah
siap melaksanakan swakelola
(ii) 30% dari keseluruhan dana swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 30%; dan
(iii) 30% dari keseluruhan dana swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 60%.
7. Pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana yang dikeluarkan, dilaporkan oleh kelompok
masyarakat pelaksana swakelola secara berkala kepada PPK;
5 Samsul Ramli dan Fahrurrazi. 2014. BACAAN WAJIB SWAKELOLA PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
KOP SURAT
SURAT PERJANJIAN
SWAKELOLA
ANTARA
K/L/D/I …………………………………………………………………………………….
dan
KELOMPOK MASYARAKAT ……………………………………………………………………………………………
Nomor : …………………………………………………………………………………..
Tanggal : …………………………………………………………………………………..
Tentang
…………………………………………………………………………………
Surat perjanjian ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut ‘’Kontrak” di buat dan
ditandatangani di ……………………………, pada hari …………………………….., tanggal
……………………….., bulan ………………………. Tahun ……………………………, antara (Nama)
…………………………….. selaku Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas
nama K/L/D/I ……………………………………………………, yang berkedudukan di
…………………………………….. No. ….. Telp. (……………………………….) ………………….., berdasarkan
Surat Keputusan …………………………………. No. …………………….. (selanjutnya disebut “Pihak I” )
dan (Nama) ……………………………., Ketua Kelompok Masyarakat …………………………………, yang
bertindak untuk dan atas nama Kelompok Masyarakat
…………………………………………………………………………… …………………………………….., yang
berkedudukan di ……………………………………………………Telp. (………….........) , (selanjutnya
disebut “Pihak II”).
MENGINGAT BAHWA :
Oleh karena itu, Pihak I dan Pihak II dengan ini bersepakat dan menyetujui hal-hal sebagai
berikut.
…………………………………………………….……………………………………………………………………………
……………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
………….
2. Total Nilai Kontrak ini adalah sebesar Rp
(……………………………………………………………………………….…………………………………………………
…..)
3. Peristilahan dan ungkapan dalam Surat Perjajian ini memiliki arti dan makna yang
sama seperti yang tercantum dalam lampiran Surat Perjanjian ini;
4. Dokumen-dokumen berikut (selanjutnya disebut “Dokumen Kontrak”) merupakan
satu-kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini:
a. Perjanjian;
b. Kerangka Acuan Kerja (KAK);
c. Daftar kuantitas dan harga (jika ada);
d. Jadwal pelaksanaan;
e. Dokumen lainnya (jika ada).
5. Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan jika terjadi
pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dan ketentuan dalam
dokumen yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih
tinggi berdasarkan urutan hierarki pada angka 3 di atas;
6. Hak dan kewajiban timbal-balik Pihak I dan Pihak II dinyatakan dalam Kontrak yang
meliputi khususnya :
7. PIHAK I mempunyai hak dan kewajiban untuk :
a. Mengawasi dan memeriksa kegiatan yang dilaksanakan oleh Pihak II;
b. Meminta laporan-laporan secara periodic mengenai pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh Pihak II;
c. Menyerahkan dana sesuai dengan nilai yang tercantum dalam Kontrak yang
telah ditetapkan kepada Pihak II;
8. PIHAK II mempunyai hak dan kewajiban untuk:
a. Menerima dana untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan nilai biaya yang
telah ditentukan dalam Kontrak;
Dengan demikian, Pihak I dan Pihak II telah bersepakat untuk menandatangani Kontrak ini
pada tanggal tersebut di atas dan melaksanakan Kontrak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia.
…………………………………………………………………
……………………………………………………………..... NIP. ………………………………………………………..
NIK.……………………………………………………………
Pada hari ini tanggal ……………bulan ……….. tahun dua ribu delapan belas telah
dilakukan jual beli ternak kerbau dengan persyaratan dan ketentuan sebagai berikut yang
telah disepakati bersama antara kedua belah pihak yaitu PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA:
1. Obyek yang diperjualbelikan dalam perjanjian ini adalah, hewan ternak kerbau yang
sekurang-kurangnya berumur 1 (satu) tahun, tinggi pundak minimal 100 cm, serta sehat
dan tidak cacat. Jumlah kerbau yang diperjualbelikan adalah 10 ekor (1 jantan dan 9
betina).
2. Kedua belah pihak mengetahui dan menyepakati harga pembelian ternak kerbau per
ekor yaitu sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) termasuk: biaya
transportasi dan asuransi dan diterima di lokasi UPPO “LEBAK SAKTI” …………………,
Kabupaten Lebak.
3. Sapi yang menjadi obyek yang diperjual belikan tersebut sepenuhnya menjadi milik
pembeli (PIHAK KEDUA).
4. Sistem Pembayaran disepakati Uang Muka sebesar …..% dari total nilai ternak Kerbau.
5. Sisanya sebesar ….% akan dibayar setelah seluruh ternak kerbau (10 ekor) di terima
PIHAK KEDUA di Kandang Ternak UPPO LEBAK SAKTI dalam keadaan sehat yang
dibuktikan dengan Surat Timbang Terima kepemilikan ternak dari PIHAK KESATU ke
PIHAK KEDUA yang diketahui dan disetujui oleh DINAS PERTANIAN.
Demikian Surat Perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal yang disebut pada awal Surat
Perjanjian serta perjanjian ini dilakukan dengan keadaan sadar dan tidak ada paksaan.
Lebak, 2018
Desa: ……………………………………………………………….
Kecamatan: ………………………………………………….
Kabupaten: ………………………………………………………….
Periode Pengendalian:
1………………………………………………….
……………………………………………….
2………………………………………………….
………………………………………………
3. ………………………………………………..…
……………………………………………
A. Identifikasi lokasi
NO URAIAN KETERANGAN
1 Luas lahan
2 Jenis lahan
3 Kemiringan lahan
Sketsa lokasi:
Petugas:…………………………………………………….
Tanggal…………………………………..
Lampiran 5. Contoh Rencana Usulan Kegatan Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO)
Nama Penerima Bantuan: Kelompok Tani ………………….
Alamat:
No Uraian Volume Satuan Biaya
FMSRB Swadaya
A Rumah Kompos
Batu kali
Pasir
Batako
Semen
Kayu
Tenaga kerja
Atap/genteng
Jumlah
B Mesin alat pengolah pupuk organic (APPO)
Pembelian APPO
Jumlah
C Kendaraan roda tiga
Pembelian kendaraan roda tiga
Jumlah
D Kandang komunal dan bak fermentasi
Batu kali
Pasir
Batako
Semen
Kayu
Tenaga kerja
Atap/genteng
Jumlah
E Pengadaan ternak sapi
Pembelian kerbau betina (9 ekor)
Pembelian kerbau jantan (1 ekor)
Pembelian obat-obatan
JUMLAH
G Pengadaan pakan
Pembelian pakan ternak selama 6 bulan 10 ekor
Jumlah
JUMLAH
.......,
..................2018
Ketua Tim Teknis
Penerima Bantuan,
...............................
........................
Mengetahui/Menyetujui
Kepala Dinas Kabupaten ........,
………………………………………
Desa: ……………………………………………………………….
Kecamatan: ………………………………………………….
Kabupaten: ………………………………………………………….
Periode Pengendalian:
1………………………………………………….
……………………………………………….
2………………………………………………….
………………………………………………
3. ………………………………………………..…
……………………………………………
A. Identifikasi dokumen
NO URAIAN KETERANGAN
No URAIAN KETERANGAN
NO URAIAN KETERANGAN
13. Bentuk pengawalan dan pendampingan dilaksanakan pada kegiatan administrasi berikut:
e. Pembukuan Kurang/Cukup/Baik
14. Bentuk pengawalan dan pendampingan dilaksanakan pada kegiatan teknis berikut:
……………………………………………………………………………………………………………
….
……………………………………………………………………………………………………………
….
……………………………………………………………………………………………………………
….
……………………………………………………………………………………………………………
….
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
…….
Lampiran 7. Laporan Penggunaan Dana Bantuan Unit Pengolah Pupuk Organik (Uppo)
1 Rumah Kompos
2 Mesin Alat Pengolah Pupuk
Organik
(Appo)
3 Kendaraan Roda Tiga
4 Kandang Komunal Dan Bak
Fermentasi
5 Pengadaan Ternak Sapi Dan Obat-
obatan
6 Pakan Ternak
Jumlah
.......,
..................2018
Ketua Tim Teknis Penerima Bantuan,
...............................
NIP. ........................
Mengetahui/Menyetujui
Kepala Dinas .......................
Kabupaten ........,
...............................
NIP.........................
PEKERJAAN : …………………
POKTAN : …………………
DESA : …………………
KECAMATAN : …………………
KABUPATEN : …………………
PENERIMAAN PENCAIRAN PENGGUNAAN
Jumlah
Dibuat Oleh :
Dinas Pertanian Konsultan Pendamping Kelompok Tani
Kabupaten ……………… …………………………….
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8 = 7 / 4 x 6) (9) (10 = 9 / 5 x 6 ) (11)
Jumlah
………………………………
Dibuat Oleh :
Dinas Pertanian Konsultan Pendamping Kelompok Tani
Kabupaten ……………… …………………………….