KATA PENGANTAR
Upaya konservasi lahan melalui upaya penanaman pohon multiguna yaitu pohon yang
mampu menahan erosi dan menjaga keseimbangan ekologi tanpa mengorbankan
kepentingan ekonomi membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan
tumbuh dan berkembangnya tanaman multiguna tersebut. Salah satunya adalah
ketersediaan pupuk organik yang mudah dan murah diperoleh untuk digunakan dalam
memupuk pohon agar tumbuh subur dan cepat berkembang. Oleh karena itu
pengembangan ternak kerbau sebagai sumber pupuk kandang layak diupayakan, sehingga
diharapkan petani dapat memproduksi dan menggunakan pupuk organik secara insitu.
Sejalan dengan kondisi di atas, FMSRB akan mengadakan kerbau yang rencananya akan
dibagikan 10 ekor per kelompok tani peserta program, dengan tujuan untuk memaksimalkan
azas manfaat kerbau, yaitu: (i) sebagai sumber pupuk kandang yang akan diolah di Unit
Pengelola Pupuk Organik (UPPO) untuk menghasilkan pupuk organik; (ii) sebagai alternatif
sumber tambahan pendapatan dari perkembangbiakan ternak kerbau; (iii) sebagai sumber
tenaga kerja dalam pengolahan tanah pertanian. Pupuk yang dihasilkan akan digunakan
memupuk bibit/benih tanaman pohon multiguna dalam upaya konservasi dan pencegahan
erosi.
Untuk memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas lingkup Pertanian baik
Provinsi, Kabupaten/kota maupun petugas lapangan dalam melaksanakan kegiatan
Pengembangan ternak kerbau yang dananya bersumber dari FMSRB disusun Pedoman
Teknis Pemeliharaan Kerbau. Dengan memahami Pedoman Teknis ini, diharapkan
mampu menghilangkan keraguan semua pihak terkait dalam pengimplementasian kegiatan
ini di lapangan.
Komitmen berbagai pihak, terutama kelompok tani konservasi dan optimasi FMSRB
penerima bantuan kerbau, petugas Dinas Pertanian terkait, tenaga pendamping FMSRB dan
petani pengguna pupuk organik sebagai konsumen produk UPPO, merupakan prasyarat
keberhasilan. Semoga.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
Ketentuan Umum Pelaksanaan Swakelola..................................................... 20
Contoh Surat Perjanjian Swakelola ................................................................ 22
Contoh Surat Perjanjian Jual Beli Ternak Kerbau........................................... 25
Form Survey dan Investigasi Lokasi Kandang Ternak Kerbau ....................... 27
Form Monitoring Individual Pengadaan Ternak Kerbau FMSRB .................... 28
Form Monitoring Pengadaan Ternak Kerbau FMSRB .................................... 29
AdmInistrasi Keuangan .................................................................................. 30
Laporan Fisik dan Keuangan ......................................................................... 31
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah berupaya untuk meningkatkan produksi ternak dalam rangka memenuhi
swa-sembada pangan umumnya dan daging khususnya. Salah satu bentuk upaya
strategis dalam mendukung program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis
peternakan rakyat1, serta merupakan implementasi dari Undang-undang nomor 41
tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 18 tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan terutama Pasal 13 Ayat (1) Penyediaan dan
pengembangan benih dan/atau bibit dilakukan dengan mengutamakan produksi
dalam negeri. Ayat (2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya berkewajiban untuk melakukan pemuliaan, pengembangan usaha
pembenihan dan/atau pembibitan dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk
menjamin ketersediaan benih dan/atau bibit.
Sehubungan dengan hal tersebut sejak tahun 2014 telah dilaksanakan kegiatan
Penguatan Pembibitan Kerbau di Kabupaten Terpilih yaitu Kabupaten (Ogan
Komering Ilir, Lebak, Brebes, Sumbawa, Hulu Sungai Utara, Kutai Kertanegra dan
Toraja Utara), sedangkan untuk tahun 2016 dengan melibatkan 6 Kabupaten
(Kampar, Ogan Komering Ilir, Lebak, Brebes, Sumbawa, dan Toraja Utara).
1
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR :
621/Kpts/PK.200/F/03/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KERBAU DI
KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2016
Sejalan dengan kondisi di atas, FMSRB juga akan mengadakan kerbau yang
rencananya akan dibagikan 10 ekor per kelompok tani peserta program, dengan
tujuan untuk memaksimalkan azas manfaat kerbau, yaitu: (i) sebagai sumber pupuk
kandang yang akan diolah di Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO) untuk
menghasilkan pupuk organik; (ii) sebagai alternatif sumber tambahan pendapatan
dari perkembangbiakan ternak kerbau; (iii) sebagai sumber tenaga kerja dalam
pengolahan tanah pertanian. Pupuk yang dihasilkan akan digunakan memupuk
bibit/benih tanaman pohon multiguna dalam upaya konservasi dan pencegahan
erosi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun Pedoman Teknis
Pemeliharaan dan Panduan Pengadaan Ternak Kerbau.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Teknis ini adalah:
1. Memberikan arahan dan batasan dalam pelaksanaan dan ruang lingkup
pemberian bantuan ternak kerbau dalam rangka FMSRB, mulai dari
pengetahuan tentang pemilihan bibit, cara pengadaan ternak kerbau dan
pemeliharaanya.
2. Memberikan panduan tentang pengelolaan ternak kerbau, dalam peranannya
sebagai salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan konservasi lahan dan
air, bagi petani dan petugas pendamping.
3. Memandu kelompok tani melalui konseling Dinas Pertanian Kabupaten dan
bantuan Ahli Peternakan/Kesehatan Hewan dalam pengadaan ternak kerbau
sesuai dengan aturan Pemerintah.
C. Sasaran
Sasaran dari pengguna petunjuk teknis pemeliharaan dan pengadaan ternak kerbau
adalah:
1. Tersosialisakannya informasi dan kebijakan pelaksanaan program berkaitan
dengan pengadaan ternak kerbau bagi kelompok tani konservasi dan kelompok
tani optimasi dalam program FMSRB
2. Terlaksananya pengadaan ternak kerbau sesuai dengan langkah-langkah yang
dijelaskan dalam pedoman
3. Terlaksananya monitoring, evaluasi dan pelaporan oleh seluruh pelaku di tingkat
pemerintah, konsultan dan masyarakat
D. Pengertian
Bantuan Ternak Kerbau. Pemberian bantuan ternak kerbau adalah penyerahan
10 ekor ternak kerbau umur di atas 1 (satu) tahun kepada kelompok tani peserta
FMSRB yang telah dipilih Dinas Pertanian Kabupaten dan disetujui oleh PPK
untuk dipelihara dan dikembangkan sebagai sumber pupuk, tenaga kerja dan
tambahan pendapatan.
Pengadaan Ternak Kerbau. Rambu-rambu pengadaan ternak yang diatur oleh
peraturan Pemerintah yang harus dilaksanakan Kelompok Tani penerima
bantuan ternak berdasarkan bimbingan dan fasilitasi Dinas Pertanian Kabupaten
dan Ahli Peternakan/Kesehatan hewan.
Kandang komunal adalah kandang yang dibangun mampu menampung ternak
kerbau berkelompok sebanyak 10 ekor yang dibangun di atas tanah hibah atau
tanah milik kelompok yang dekat dengan rumah kompos agar memudahkan
pengangkutan feses untuk diolah menjadi kompos.
Daftar CPCL ini kemudian diverifikasi dan divalidasi dan oleh Tenaga
Konsultan Kabupaten. Kemudian yang lolos uji ini akan memperoleh sertifikat
kesahihan dari Dinas Pertanian.
Bersedia membuat Berita Acara (BA) kehilangan ternak (apabila ada ternak
yang hilang) dari Kepolisian.
- leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang sebanding dengan
badan dan kepala;
- ambing berkembang dan simetris.
- Betina: Umur 18-36 bulan Tinggi gumba minimal 105 cm
- Jantan: Umur 30-40 bulan Tinggi gumba minimal 110 cm
Silsilah keturunan. Memiliki keturunan yang mulus, pertumbuhannya cepat besar
dan kokoh, keadaan bentuk luar normal dan seimbang, kerbau jantan memiliki alat
kelamin jantan yang normal, kerbau betina mempunyai ambing yang lembut dan
puting 4 buah.
Eksterior. Kerbau harus sehat yang ditandai dengan keadaan matanya yang
bersih dan beringas, kulit lembut mengkilap, badan tidak kurus, kaki kokoh, hidung
bersih, lidah berbau rumput dan kotorannya normal.
Kriteria Pakar3. Sedangkan kriteria seleksi bibit ternak kerbau yang ideal menurut
pakar, untuk agroekosistem dataran tinggi berdasarkan ukuran tubuh minimal
sebagai berikut: tinggi pundak 122 cm, tinggi panggul 122 cm, panjang badan 121
cm dan lingkar dada 179 cm untuk ternak betina dewasa; tinggi pundak 126 cm,
tinggi panggul 126 cm, panjang badan 127 cm dan lingkar dada 191 cm untuk
jantan dewasa. Ternak bibit yang akan dipilih sebaiknya memiliki ukuran tubuh di
atas/minimal sama dengan ukuran tubuh tersebut di atas
B. Umur Produktif Kerbau Untuk Bibit
Peternak di Pandeglang4 memelihara induk rata-rata sampai 9 kali beranak
dengan kisaran antar 5 sampai 12 kali beranak. Hal ini menunjukkan bahwa
ternak kerbau yang dipelihara di lokasi penelitan masih produktif antara umur 11,5
tahun sampai umur 22 tahun dengan rataan 17,5 tahun, perhitungan ini diperoleh
dengan catatan rataan jarak beranak dan umur pertama kali beranak masing–
masing adalah 18 dan 96 bulan. Hasil ini lebih rendah dengan apa yang
diutarakan oleh Toelihere (1981) yang menerangkan bahwa ternak kerbau dapat
dipelihara sampai umur 25 tahun dengan 20 kali beranak.
kerbau jantan dipelihara peternak paling cepat sampai umur 2 tahun dan paling
lama sampai umur 4 tahun dengan rataan selama 3 tahun. Alasan peternak tidak
memelihara kerbau jantannya berlamalama dikarenakan oleh beberapa sebab,
3 Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007. LISA PRAHARANI dan E.
TRIWULANNINGSIH
4
PENAMPILAN REPRODUKSI TERNAK KERBAU DI PANDEGLANG. 2013. Hastono, Talib C, Herawati T
diantaranya yaitu: 1. Kerbau jantan tidak menghasilkan banyak uang karena tidak
dapat beranak. 2. Kerbau jantan sulit dirawat karena suka pergi meninggalkan
tempat untuk mencari betina yang sedang birahi, sampai-sampai berada jauh dari
tempat asalnya bahkan bisa berada di luar kampung. Disisi lain peternak lebih
suka menjual kerbau jantannya dibanding dengan kerbau betina, karena selain
untuk menutupi kebutuhan hidup juga harganya lebih mahal dibanding kerbau
betina. Umur juga sangat menentukan harga, kerbau jantan yang paling mahal
dipasar ketika dia berumur sekitar 4 tahun, maka tidak heran kalau pejantan yang
baik dengan tubuh kekar dengan umur 4 tahun lebih sangat langka di jumpai pada
sekelompok ternak. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa imbangan jantan
dan betina adalah 1 : 14. 8 Sementara FMSRB menyarankan imbangan yang
lebih sempit yaitu 1: 9 berdasarkan pertimbangan paket per kelompok 10 ekor
kerbau.
Bahan kandang bisa dibuat dari kayu atau bambu dan atap dari genting atau
seng yang murah serta penggunaan bahan lokal.
Lantai sebaiknya di semen atau dengan tanah yang di padatkan. Lantai
kandang di buat lebih tinggi dari pada permukaan tanah sekitar nya.
Ventilasi dalam kandang harus baik.
Sistem saluran pembuangan (drainase) didalam dan diluar kandang harus
baik (tidak becek).
Ukuran kandang yang ideal untuk ternak kerbau sangat ditentukan oleh umur
dan jenis kelamin ternak itu sendiri. Sebagai pedoman ukuran kandang untuk
satu ekor ternak kerbau ialah sebagai berikut:
a. Kerbau betina dewasa 1,5 m x 2 m = 3m2
b. Kerbau jantan dewasa 1,8 m x 2 m = 3,6 m2
c. Kerbau stadium anak 1,5 m x 1 m = 1,5 m2
Dengan demikian, maka kandang komunal seyogianya berukuran minimal 10X3m2
Kandang dilengkapi dengan dinding, tempat makanan dan air minum. Atap
kandang kerbau dapat terbuat dari asbes maupun genting
Kandang dibuat agar kerbau dapat dipelihara dalam satu tempat (secara
komunal).
Lokasi kandang ternak diupayakan berdekatan atau dalam satu hamparan
dengan rumah kompos, untuk memudahkan pengangkutan kotoran ternak
sebagai bahan baku pembuatan kompos.
Lokasi kandang tidak dekat atau cukup jauh dari sungai sehingga tidak terjadi
pencemaran limbah ke sungai
4. Penyusunan aturan pengelolaan kandang.
Aturan perkandangan disusun oleh Ketua Kelompok
Kandang akan dikelola bergiliran oleh anggota kelompok atau tenaga
upahan.
5. Ketersediaan sumber pakan untuk pakan kerbau,
bisa digunakan penggembalaan umum,
memanfaatkan penanaman rumput di antara pohon multiguna yang
dipergunakan sebagai upaya konservasi.
Memanfaatkan sisa panen tanaman padi, jagung, kacang-kacangan dan
tanaman lainnya
6. Pengadaan ternak kerbau
Gejala: Ternak akan mengalami demam, nafsu makan menurun dan bulu kusam.
Ternak akan mengalami peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang
mengakibatkan hypersalivasi ( air ludah keluar banyak berbuih dan ngiler ).
Adanya lepuh-lepuh pada gusi, lidah dan pangkal lidah, lepuh-lepuh tersebut segera
pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah dan
air liur menetes.
Pencegahan:
Pemotongan paksa pada ternak yang menderita penyakit kuku dan mulut
(3) Ternak kerbau harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu minimal
umur 12 bulan dengan tinggi gumba minimal 100 cm. Bibit kerbau ini harus berasal
dari Sumber Pembibitan yang direkomendasikan oleh dokterhewan dari Dinas
6 Diadaptasi dari Samsul Ramli dan Fahrurrazi. 2014. BACAAN WAJIB SWAKELOLA PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH
(4) Pengadaan pekerjaan konstruksi hanya dapat berbentuk rehabilitasi, renovasi dan
konstruksi sederhana (pembuatan kandang kerbau komunal).
(5) Pengadaan bahan/barang, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli
yang diperlukan dilakukan oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan sebagaimana diatur
oleh Pemerintah.
(i) 40% dari dana swakelola, apabila kelompok masyarakat pelaksana swakelola
telah siap melaksanakan swakelola
(ii) 30% dari keseluruhan dana swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 30%;
dan
(iii) 30% dari keseluruhan dana swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 60%.
(7) Pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana yang dikeluarkan, dilaporkan oleh
kelompok masyarakat pelaksana swakelola secara berkala kepada PPK;
Contoh Surat Perjanjian Swakelola dan Surat Perjanjian Jual Beli Ternak Kerbau dapat
dilihat pada Lampiran.
Pengelolaan produksi
Potensi Produksi Pupuk Organik. Hasil penelitian Balitnak7: Kohe (kotoran
hewan) per ekor sapi per hari 0,67 kg jadi 10 ekor = 6,7 kg. Rata-rata setiap ekor
ternak memerlukan pakan hijauan segar 5,35 kg/hari yang menyisakan pakan
hijauan yang terbuang 40 – 50% = 2,14 kg per ekor per hari, jadi 10 ekor = 21,4
kg. Dengan demikian potensi bahan pupuk organik adalah = 6,7 kg kohe + 21,4
7
Balitnak 2009 diolah.
kg sisa pakan = 28,1 kg per hari. Dalam sebulan menjadi 843 kg. Diyakini bahwa
potensi bahan pupuk organik ternak kerbau akan lebih tinggi.
4. Pengadaan bahan/barang, jasa lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang
diperlukan dilakukan oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan sebagaimana diatur
dalam Perpres 54/2010 sebagaimana telah diubah dengan Perpres 70/2012;
(i) 40% dari dana swakelola, apabila kelompok masyarakat pelaksana swakelola
telah siap melaksanakan swakelola
(ii) 30% dari keseluruhan dana swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai
30%; dan
(iii) 30% dari keseluruhan dana swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai
60%.
6. Pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana yang dikeluarkan, dilaporkan oleh kelompok
masyarakat pelaksana swakelola secara berkala kepada PPK;
8 Samsul Ramli dan Fahrurrazi. 2014. BACAAN WAJIB SWAKELOLA PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
Catatan:
System penyaluran dana seperti tercantum pada point 5 di atas akan dimusyawarahkan
bersama antara PPK selaku pemberi dana dengan Kelompok selaku penerima dana
mengingat dalam pengadaan kerbau sistim angsuran seperti tersebut tidak dapat
diaplikasikan.
KOP SURAT
SURAT PERJANJIAN
SWAKELOLA
ANTARA
K/L/D/I …………………………………………………………………………………….
dan
KELOMPOK MASYARAKAT ……………………………………………………………………………………………
Nomor : …………………………………………………………………………………..
Tanggal : …………………………………………………………………………………..
Tentang
…………………………………………………………………………………
Surat perjanjian ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut ‘’Kontrak” di buat dan
ditandatangani di ……………………………, pada hari …………………………….., tanggal
……………………….., bulan ………………………. Tahun ……………………………, antara (Nama)
…………………………….. selaku Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas
nama K/L/D/I ……………………………………………………, yang berkedudukan di
…………………………………….. No. ….. Telp. (……………………………….) ………………….., berdasarkan
Surat Keputusan …………………………………. No. …………………….. (selanjutnya disebut “Pihak I” )
dan (Nama) ……………………………., Ketua Kelompok Masyarakat …………………………………, yang
bertindak untuk dan atas nama Kelompok Masyarakat
…………………………………………………………………………… …………………………………….., yang
berkedudukan di ……………………………………………………Telp. (………….........), (selanjutnya disebut
“Pihak II”).
MENGINGAT BAHWA :
Oleh karena itu, Pihak I dan Pihak II dengan ini bersepakat dan menyetujui hal-hal sebagai
berikut.
Dengan demikian, Pihak I dan Pihak II telah bersepakat untuk menandatangani Kontrak ini
pada tanggal tersebut di atas dan melaksanakan Kontrak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia.
…………………………………………………………………
……………………………………………………………..... NIP. ………………………………………………………..
NIK.……………………………………………………………
2. Nama : DARGA
Pekerjaan : KETUA KELOMPOK TANI KONSERVASI/OPTIMASI FMSRB “HARAPAN
INDAH”
Alamat : LEBAK
Dalam hal ini sebagai pembeli yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Pada hari ini tanggal ……………bulan ……….. tahun dua ribu delapan belas telah
dilakukan jual beli ternak kerbau dengan persyaratan dan ketentuan sebagai berikut yang
telah disepakati bersama antara kedua belah pihak yaitu PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA:
1. Obyek yang diperjualbelikan dalam perjanjian ini adalah, hewan ternak kerbau yang
sekurang-kurangnya berumur 1 (satu) tahun, tinggi pundak minimal 100 cm, serta sehat
dan tidak cacat. Jumlah kerbau yang diperjualbelikan adalah 10 ekor (1 jantan dan 9
betina).
2. Kedua belah pihak mengetahui dan menyepakati harga pembelian ternak kerbau per
ekor yaitu sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) termasuk: biaya
transportasi dan asuransi dan diterima di lokasi UPPO “LEBAK SAKTI” …………………,
Kabupaten Lebak.
3. Sapi yang menjadi obyek yang diperjual belikan tersebut sepenuhnya menjadi milik
pembeli (PIHAK KEDUA).
4. Sistem Pembayaran disepakati Uang Muka sebesar …..% dari total nilai ternak Kerbau.
5. Sisanya sebesar ….% akan dibayar setelah seluruh ternak kerbau (10 ekor) di terima
PIHAK KEDUA di Kandang Ternak UPPO LEBAK SAKTI dalam keadaan sehat yang
dibuktikan dengan Surat Timbang Terima kepemilikan ternak dari PIHAK KESATU ke
PIHAK KEDUA yang diketahui dan disetujui oleh DINAS PERTANIAN.
Demikian Surat Perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal yang disebut pada awal Surat
Perjanjian serta perjanjian ini dilakukan dengan keadaan sadar dan tidak ada paksaan.
Lebak, 2018
Desa: ……………………………………………………………….
Kecamatan: ………………………………………………….
Kabupaten: ………………………………………………………….
Periode Pengendalian:
1………………………………………………….
……………………………………………….
2………………………………………………….
………………………………………………
3. ………………………………………………..…
……………………………………………
A. Identifikasi lokasi
NO URAIAN KETERANGAN
1 Luas lahan
2 Jenis lahan
3 Kemiringan lahan
Sketsa lokasi:
Desa:……………………………………
Kecamatan…………………………….
Kabupaten…………………………….
3 Bulan keenam
tanggal:………………
No IDENTITAS Waktu Masuk Kawin Bunting (Bila Anak pertama Anak kedua Anak ketiga
KERBAU Kandang (tanggal/ Ya catat
(tanggal/ bulan bulan / tanggalnya)
/ Tahun) ) Tahun) Tgl Jantan/ Berat Tgl Jantan/ Berat Tgl lahir Jantan/ Berat Hidup
lahir Betina Hidup lahir Betina Hidup (kg) Betina (kg)
(kg)
PEKERJAAN : …………………
POKTAN : …………………
DESA : …………………
KECAMATAN : …………………
KABUPATEN : …………………
PENERIMAAN PENCAIRAN PENGGUNAAN
Jumlah
Dibuat Oleh :
Dinas Pertanian Konsultan Pendamping Kelompok Tani
Kabupaten ……………… …………………………….
POKTAN : ……………………
DESA : ……………………
MINGGU KE : ………………….. KECAMATAN : ……………………
PERIODE : ……………... s/d ………………. KABUPATEN : ……………………
RAB REALISASI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8 = 7 / 4 x 6) (9) (10 = 9 / 5 x 6 ) (11)
Jumlah
………………………………
Dibuat Oleh :
Dinas Pertanian Konsultan Pendamping Kelompok Tani
Kabupaten ……………… …………………………….