Disusun oleh
G301 13 001
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu industri tentu didukung oleh kualitas sumber daya manusia (SDM)
untuk memenuhi tuntunan pasar dalam menjamin kualitas sumber tenaga kerja.
Berbagai instansi baik yang bersifat formal maupun non formal didirikan untuk
Kualitas sumber daya manusia dapat berkembang dengan memberikan pelajaran serta
pengalaman pada bidang tersebut. Dibidang industri salah satu cara peningkatan
pelatihan, salah satunya adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bidang industri
seperti pabrik serta instansi ataupun perusahaan yang bergerak dibidang tersebut.
tinggi menjadikan program tersebut menjadi salah satu program mata kuliah untuk
perguruan tinggi negeri yang menyediakan program ini adalah Universitas Tadulako
Palu.
2
kepada para pelajar khususnya mahasiwa untuk melaksanakan PKL. Salah satu
pengujian yang di berikan kepada mahasiwa sebagai ilmu pengetahuan yaitu analisa
kadar zat organik pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan metode
permanganatometri.
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah pilihan yang
C. Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan PKL mahasiswa jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
instansi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar, terhitung dari 4
Adapun manfaat dari PKL yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan yang sebelumnya belum diperoleh bagi para mahasiswa yang melaksanakan
PKL pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya, dan dapat menjadi sumber
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
dan Mutu Industri, Kementrian Perindustrian. Lembaga tersebut didirikan pada tahun
dari laboratorium Pusat di Bogor. Pada tahun 1952 nama lembaga ini berubah
menjadi Balai Penyelidikan Kimia Cabang Makassar dan pada tahun 1961 berubah
menjadi Balai Penelitian Kimia. Selanjutnya pada tahun 1980 institusi direorganisasi
kembali terjadi pada tahun 2002 menjadi Balai Riset dan Standarisasi Industri dan
Perdagangan Makassar dan kemudian pada tahun 2006 berubah nama menjadi Balai
manajemen ISO 9001:2008 yang terakreditasi oleh KAN dan telah memiliki
Nasional (KAN).
4
sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri hasil perkebunan, dan
Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) memiliki visi Menjadi lembaga
peneitian dan pengembangan dalam bidang industri hasil perkebunan dan penyedia
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) makassar
telah beberapa kali mengalami perubahan, hal ini dimaksudkan untuk disesuaikan
dengan perkembangan dan kondisi balai. Balai Besar Industri hasil Perkebunan
5
a. Sub Bagian Program dan Pelaporan
b. Seksi Informasi
6
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan
akhir, teknologi proses, rancang bangun dan perekayasaan industri dan hasil
industri hasil perkebunan pasca panen dan hasil ikutan serta limbah industri
hasil perkebunan.
pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, produk industri serta
kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan. Bidang penilaian dan kesesuaian terdiri
dari :
7
produk industri, pelaporan dan evaluasi hasil kalibrasi serta penyiapan
b. Seksi Sertifikasi
yang berlaku.
Balai besar industri hasil perkebunan memiliki jumlah pegawai 93 pegawai per
tahun 2016 dengan berbagai latar belakang akademis dan pelatihan yang erat
kaitannya dengan dunia industri seperti kimia, farmasi, teknologi hasil pertanian,
teknologi hasil perikanan, teknik dan ekonomi. Pegawai BBIHP terdiri dari
E. Layanan Jasa
a. Sertifikasi
layanan sertifikasi bagi kepastian mutu produk dengan mengacu pada Standar
8
SNI 01-3556-2000 : Garam Komsumsi Beryodium
b. Pengujian
(KAN) sesuai dengan persyaratan standar ISO 17025-2005 dengan nomor: LP-
mutu bahan baku, bahan pembantu, produk dan limbah industri dengan mengacu
minyak goreng, tepung terigu, kecap, kopi bubuk, juice, markisa, sirup,
tegel, marmer, baja lembaran lapis seng, besi beton, kayu lapis dan balok
kayu
Pengujian mutu bahan baku hasil pertanian seperti biji kakao, biji kopi,
9
Pengujian komoditi yang terakreditasi :
c. Kalibrasi
1. Timbangan Elektronik
2. Oven
3. Tanur
4. Waterbath
5. Inkubator
6. Buret
7. Labu Ukur
10
8. Pipet Volum
9. Pipet Ukur
11. pH Meter
d. Standardisasi
revisi standar SNI Industri hasil Perkebunan, khususnya untuk metode uji
standar kualitas. Standar ini difokuskan pada bahan baku, bahan pembantu
dan produk.
e. Pelatihan
kemampuan mereka.
dan lain-lain.
11
f. Konsultasi
h. Kerjasama
industri.
kepada masyarakat dan industri maka Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
informasi.
12
1. Fasilitas Laboratorium
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium Mikrobiologi
- Laboratorium Kalibrasi
koleksi buku sekitar 3000 judul termasuk textbook, jurnal litbang, standar
setahun.
pendidikan dan pelatihan, bisnis teknologi informasi dan tenaga ahli, TI.
13
Fasilitas RICE Makassar meliputi :
a. Laboratorium komputer
c. Jaringan wireless
d. Akses internet
e. Software berlisensi
Makassar
Sampel yang akan diuji
Hasil pengujian
14
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H 2O. Satu
molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0 0C). Zat ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008).
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kebutuhan manusia di bumi ini. Sesuai dengan
kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, untuk mandi dan mencuci, untuk
pengairan pertanian, untuk sanitasi dan transportasi baik di sungai maupun di laut.
Selain untuk kebutuhan tersebut, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan
indsutri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air (Wisnu, 2004).
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah
mikrobiologi, kimia fisika dan radio aktif. Air di dalam tubuh manusia, berkisar
antara 50-70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat
dari jumlah air yang ada dalam organ, seperti 80% dari darah adalah air, kehilangan
15
Akhir-akhir ini pengadaan air minum menjadi semakin sulit, sedangkan konsumen
menuntut tersedianya air minum yang mudah didapat. Tuntutan itu terjawab oleh
hadirnya AMDK di pasaran. AMDK disebut juga bottled water. Air minum jenis ini
dapat langsung dikonsumsi karena berasal dari sumber yang aman dan telah melalui
bakteriologis dan radioaktivitas. Syarat bakteri untuk AMDK yaitu sesuai SNI 01-
3553-2006 butir 6.4. Syarat bakteriologis untuk air sumur menurut Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 adalah bahwa total bakteri coliform per 100 ml harus 50.
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri coliform terdiri atas 3 tahap dasar
yaitu presumptive (dugaan), confirmed (konfirmasi), dan completed test (Sofa, 2010).
Usaha AMDK sangat dibutuhkan dan pada umumnya telah mendapat ijin usaha
industri. Produksi, peredaran dan pengawasan produk yang diproduksi industri besar
telah mendapat izin dari instansi terkait sebelum diedarkan. Tingginya minat
C. Zat Organik
16
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau
tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak
lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan
menggunakan oksigen terlarut (Halim, 2007).
Keberadaan zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah tercemar oleh
kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat organik dalam air dapat diketahui
melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Permanganatometri.
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion
MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam.
Sebelum menentukan nilai permanganat pada sampel AMDK, larutan KMnO 4 terlebih
dahulu distandarisasi, hal ini dikarenakan KMnO 4 merupakan larutan standar
sekunder yaitu larutan yang memiliki konsentrasi yang tidak tetap sehingga perlu
dilakukan standarisasi.
17
Pada analisis kadar zat organik pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
digunakan bahan kimia berupa asam sulfat 8 N bebas organik. Asam sulfat 8 N ini
berfungsi untuk mengasamkan larutan, karena potensial elektroda KMnO4 sangat
tergantung pada pH. Penambahan asam sulfat penting supaya reaksi berada dalam
suasana asam sehingga MnO4- tereduksi menjadi Mn2+. Jika larutan dalam keadaan
netral atau sedikit basa maka KmnO4 akan tereduksi menjadi MnO2 berupa endapan
coklat yang akan mempersulit penentuan titik akhir titrasi. Selain itu digunakan
larutan asam oksalat yang berfungsi sebagai zat baku primer. Asam oksalat dikatakan
zat baku primer karena merupakan zat yang stabil. Larutan asam oksalat juga
berfungsi sebagai larutan yang akan dioksidasi oleh KmnO4 .Pada analisis zat organik
pada AMDK juga dilakukan pemanasan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi
antara asam oksalat dengan KMnO4. Sebelum larutan sampel dipanaskan, ke dalam
larutan ditambahkan batu didih dengan tujuan untuk meratakan proses pemanasan
larutan sampel. Larutan KMnO4 berfungsi sebagai zat pengoksidasi yang sangat kuat
dan pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak
sebagai indikator.
Titrasi permanganatometri untuk analisa kadar zat organic pada AMDK dilakukan
dengan melakukan titrasi sampel menggunakan KMnO4 sebagai titran dan titik akhir
titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari bening menjadi merah
muda seulas.
Zat organik terbagi menjadi 2 yaitu aromatis dan non aromatis. Organik aromatis
dapat diartikan sebagai senyawa organik yang beraroma, secara kimia senyawa ini
mempunyai ikatan rantai yang melingkar. Contohnya benzene dan toluene. Organik
non aromatis secara dasar dapat diartikan sebagai senyawa organik yang tidak
beraroma dan secara kimia senyawa ini tidak mempunyai ikatan rantai yang
melingkar. Contohnya seperti etana, etanol dan formalin ( Halim, 2007).
18
Penetapan kadar zat organik dapat dilakukan dengan metode asam ataupun basa yang
sebelumnya telah dilakukan orientasi kadar Cl terhadap sampel. Metode asam
digunakan apabila dalam sampel air mengandung ion Cl lebih < 300 ppm. Prinsip
metode asam ini adalah zat organik dalam sampel dioksidasi oleh KMnO 4 berlebih
dalam keadaan asam dan panas, sisa KMnO 4 direduksi dengan larutan asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4. Metode basa
digunakan apabila dalam air mengandung ion Cl > 300 ppm. Prinsip metode basa ini
adalah sampel dididihkan terlebih dahulu dengan NaOH, selanjutnya dioksidasi oleh
larutan KMnO4 berlebih, sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4 (Halim, 2007).
Menurut Halim (2007) dalam penetapan kadar zat organik, biasanya terdapat faktor
pengganggu, diantaranya adalah :
1. Ion sulfida dan nitrit, untuk menghilangkan ini harus dipanaskan dengan H 2SO4
encer sampai H2S dan nitrit hilang.
2. Garam ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes KMnO 4
sebelum dianalisa sampai larutan tepat merah muda.
3. Bila disimpan lebih dari satu hari, lebih baik diasamkan kurang dari 5 (pH < 5)
19
BAB IV
METODE ANALISA
1. Bahan
Batu didih
2. Alat
Pemanas listrik,
Buret 10 mL
20
C. Prosedur Analisa
1. Ukur dengan teliti 100 mL sampel dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
250 mL
0,01 N
10a
d
mg/L ((KMnO4) = b10 c 31,6 1000
Keterangan :
21
BAB V
A. Hasil Analisa
1. AMDK Kode A
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 1,44 1,42
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 2,7428 2,6828
Rata-rata mg/L 2,7128
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0
2. AMDK Kode B
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 0,68 0,68
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 0,4613 0,4613
Rata-rata mg/L 0,4613
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0
3. AMDK Kode C
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 0,54 0,54
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 0,0410 0,0410
Rata-rata mg/L 0,0410
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0
22
4. AMDK Kode D
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 1,14 1,16
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 1,8422 1,9023
Rata-rata mg/L 1,8722
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0
B. Pembahasan
AMDK kode B dan C nilai zat organik yang diperoleh kurang dari 1,0 mg/L. Hal
ini berarti untuk parameter uji zat organik telah memenuhi persyaratan SNI 01-
3553-2006. Sedangan AMDK kode A dan D nilai zat organik yang diperoleh
lebih dari 1,0 mg/L. Hal ini berarti untuk parameter uji zat organik belum
23
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar (BBIHP) dianalisis berbagai
macam pengujian seperti air limbah, air baku, air ledeng,air sumur serta Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK), selain itu dianalisa juga hasil perkebunan
seperti buah kakao, cangkeh, hasil industri seperti mi instan, garam, lombok botol,
2. Dari semua yang dianalisa di BBIHP, kualitas AMDK dari segi kandungan zat
orgaik dengan metode permanganatometri menjadi target dari laporan yang saya
buat dimana dari 4 contoh uji AMDK yang dianalisis 2 contoh AMDK memiliki
kadar zat organik yang lebih kecil dari 1,0 mg/L sehingga memenuhi syarat yang
sudah ditetapkan dalam SNI sedangkan 2 contoh AMDK lainnya memiliki kadar
zat organik yang lebih besar dari 1,0 mg/ L sehingga belum memenuhi syarat yang
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Kusmayadi. 2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat. http:// database.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 januari
2016. Makassar.
Standar Nasional Indonesia. 2006. Air Minum Dalam Kemasan. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
25