Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN


(BBIHP) MAKASSAR

ANALISA ZAT ORGANIK PADA AIR MINUM DALAM


KEMASAN (AMDK)

Disusun oleh

Nur Annisa Sulano

G301 13 001

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, memungkinkan

terjadinya persaingan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang industri.

Kemajuan suatu industri tentu didukung oleh kualitas sumber daya manusia (SDM)

untuk memenuhi tuntunan pasar dalam menjamin kualitas sumber tenaga kerja.

Berbagai instansi baik yang bersifat formal maupun non formal didirikan untuk

menfasilitasi terciptanya sumber daya manusia unggul yang nantinya akan

berkecimpung dalam berbagi bidang.

Kualitas sumber daya manusia dapat berkembang dengan memberikan pelajaran serta

pengalaman pada bidang tersebut. Dibidang industri salah satu cara peningkatan

kemampuan penguasaan, keterampilan dan pengalaman dengan cara mengikuti

pelatihan, salah satunya adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bidang industri

seperti pabrik serta instansi ataupun perusahaan yang bergerak dibidang tersebut.

Mengingat pentingnya PKL maka berbagai lembaga pendidikan khususnya perguruan

tinggi menjadikan program tersebut menjadi salah satu program mata kuliah untuk

memberikan pemahaman kepada mahasiwa tentang aktivitas perindustrian. Salah satu

perguruan tinggi negeri yang menyediakan program ini adalah Universitas Tadulako

Palu.

Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) merupakan lembaga pemerintahan


di bidang penelitian dan pengembangan di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian yang memberikan kesempatan

2
kepada para pelajar khususnya mahasiwa untuk melaksanakan PKL. Salah satu
pengujian yang di berikan kepada mahasiwa sebagai ilmu pengetahuan yaitu analisa
kadar zat organik pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan metode
permanganatometri.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar

Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) ini yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah pilihan yang

diprogramkan pada Universitas Tadulako Palu.

2. Untuk mengembangkan keahlian, kemampuan maupun keterampilan mahasiswa

di dalam mengaplikasikan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah ke dalam

dunia kerja nyata.

C. Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan PKL mahasiswa jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Tadulako dialokasikan kurang lebih satu bulan di

instansi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar, terhitung dari 4

-29 Januari 2016.

D. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Adapun manfaat dari PKL yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan yang sebelumnya belum diperoleh bagi para mahasiswa yang melaksanakan

PKL pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya, dan dapat menjadi sumber

pengetahuan bagi mahasiswa tersebut.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN (BBIHP) MAKASSAR

A. Sejarah Singkat (Brief History)

Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) adalah lembaga pemerintah di

bidang penelitian dan pengembangan di bawah Badan Pengkajian Kebijakan Iklim

dan Mutu Industri, Kementrian Perindustrian. Lembaga tersebut didirikan pada tahun

1947 dengan nama Laboratorium voor Schelkunding Onderzook sebagai cabang

dari laboratorium Pusat di Bogor. Pada tahun 1952 nama lembaga ini berubah

menjadi Balai Penyelidikan Kimia Cabang Makassar dan pada tahun 1961 berubah

menjadi Balai Penelitian Kimia. Selanjutnya pada tahun 1980 institusi direorganisasi

menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Ujung pandang. Reorganisasi

kembali terjadi pada tahun 2002 menjadi Balai Riset dan Standarisasi Industri dan

Perdagangan Makassar dan kemudian pada tahun 2006 berubah nama menjadi Balai

Besar Industri Hasil Perkebunan sampai saat ini.

Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar telah menerapkan

manajemen ISO 9001:2008 yang terakreditasi oleh KAN dan telah memiliki

Lembaga Sertifikasi Produk (LSpro) yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi

Nasional (KAN).

B. Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) mempunyai tugas pokok

melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, standardisasi, pengujian,

4
sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri hasil perkebunan, dan

menyelenggarakan beberapa fungsi antara lain memberikan pelayanan jasa teknis

penelitian dan pengembangan industri hasil perkebunan; rancang bangun dan

perekayasaan, standardisasi; pengujian, kalibrasi, sertifikasi, konsultasi dan pelatihan.

C. Visi dan Misi

Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) memiliki visi Menjadi lembaga

peneitian dan pengembangan dalam bidang industri hasil perkebunan dan penyedia

layanan jasa teknis yang unggul dan terdepan.

Adapun Misi Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) yaitu :

1. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang inovatif

dan berorientasi pada kebutuhan industri.

2. Meningkatkan pelayanan jasa teknis yang berkualitas dan profesional.

3. Memperluas jejaring dengan industri dan lembaga terkait lainnya.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) makassar

telah beberapa kali mengalami perubahan, hal ini dimaksudkan untuk disesuaikan

dengan perkembangan dan kondisi balai. Balai Besar Industri hasil Perkebunan

Makassar terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan

pelaporan, keuangan umum dan kepegawaian di lingkungan Balai Besar Industri

hasil Perkebunan (BBIHP). Bagian tata usaha meliputi :

5
a. Sub Bagian Program dan Pelaporan

Sub Bagian Program dan Pelaporan bertugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan bertugas untuk melakukan urusan keuangan dan

investasi barang milik negara

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian bertugas melakukan urusan surat-

menyurat, kearsipan, perjalanan dinas, rumah tangga, keamanan,

perlengkapan, pemeliharaan, perawatan gedung, peralatan kantor dan

laboratorium serta urusan kepegawaian.

2. Bidang Pengembangan dan Jasa Teknik

Bidang pengembangan jasa teknik mempunyai tugas melaksanakan pemasaran,

kerja sama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi. Bidang

pengembangan jasa dan teknik terdiri dari :

a. Seksi Pemasaran dan Kerjasama

Seksi Pemasaran dan Kerjasama bertugas melakukan penyiapan bahan,

perencanaan pemasaran, pelayanan pelanggan, kerjasama, negosiasi dan

kontrak kerjasama usaha.

b. Seksi Informasi

Seksi Informasi bertugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan,

pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan perpustakaan.

6
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan

Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan

perencanaan, penelitian dan pengembangan bahan baku, bahan pembantu, produk

akhir, teknologi proses, rancang bangun dan perekayasaan industri dan hasil

ikutan dan limbah industri.

Bidang penelitian dan pengembangan meliputi :

a. Seksi Teknologi Pengelolaan Pasca Panen

Seksi Teknologi Pengelolaan Pasca Panen bertugas melakukan penyimpanan

bahan penelitian dan pengembangan, ahli teknologi dan konsultasi di bidang

industri hasil perkebunan pasca panen dan hasil ikutan serta limbah industri

hasil perkebunan.

b. Seksi Teknologi Diversifikasi Produk Hilir

Seksi Teknologi Diversifikasi Produk Hilir bertugas melakukan penyimpanan

bahan penelitian dan pengembangan ahli teknologi dan konsultasi di bidang

diversifikasi produk hasil industri perkebunan.

4. Bidang Penilaian dan Kesesuaian

Bidang Penilaian dan Kesesuaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, produk industri serta

kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan. Bidang penilaian dan kesesuaian terdiri

dari :

a. Seksi Pengujian dan Kalibrasi

Seksi Pengujian dan Kalibrasi bertugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan baku, bahan pembantu dan

7
produk industri, pelaporan dan evaluasi hasil kalibrasi serta penyiapan

penerbitan sertifikat kalibrasi, pengujian dan melaksanakan sertifikasi ulang.

b. Seksi Sertifikasi

Seksi Sertifikasi bertugas melakukan penyiapan bahan sertifikasi sistem mutu

produk, keamanan, pengambilan contoh. Jasa pelayanan sertifikasi dan

memelihara sistem sertifikasi.

5. Kelompok Jabatan Fungsional dan Karyawan BBIHP

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sesuai

dengan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Balai besar industri hasil perkebunan memiliki jumlah pegawai 93 pegawai per

tahun 2016 dengan berbagai latar belakang akademis dan pelatihan yang erat

kaitannya dengan dunia industri seperti kimia, farmasi, teknologi hasil pertanian,

teknologi hasil perikanan, teknik dan ekonomi. Pegawai BBIHP terdiri dari

beberapa jabatan fungsional diantaranya Fungsional Peneliti, Fungsional

Perekayasaan, Fungsional Teknis Litkayasa, Fungsional Pustakawan, Fungsional

Penguji Mutu Barang, Fungsional Arsiparis dan Fungsional Kehumasan.

E. Layanan Jasa

a. Sertifikasi

Lembaga sertifikasi produk BBIHP LSPro BBIHP Makassar memberikan

layanan sertifikasi bagi kepastian mutu produk dengan mengacu pada Standar

Nasional Indonesia (SNI).

Ruang Lingkup Sertifikasi :

SNI 01-3553-1996 : Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

8
SNI 01-3556-2000 : Garam Komsumsi Beryodium

SNI 01-3751-2000 : Tepung Terigu Sebagai bahan Makanan

SNI 01-3551-2000 : Mi Instan

SNI 02-2801-1998 : Pupuk Urea

SNI 02-2803-2000 : Pupuk NPK Padat

SNI 02-2769-1995 : Pupuk SP-36

b. Pengujian

Melalui laboratorium uji yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional

(KAN) sesuai dengan persyaratan standar ISO 17025-2005 dengan nomor: LP-

110-IDN. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan dapat melakukan pengujian

mutu bahan baku, bahan pembantu, produk dan limbah industri dengan mengacu

pada Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Standar Internasional lainnya.

Terdapat beberapa kemampuan pengujian yang dimiliki:

Pengujian mutu produk makanan diantaranya mie, biskuit, udang beku,

minyak goreng, tepung terigu, kecap, kopi bubuk, juice, markisa, sirup,

garam komsumsi dan air minum dalam kemasan.

Pengujian mutu produk kimia, diantaranya pupuk dan semen

Pengujian mutu produk bahan bangunan diantranya genteng beton, bata

tegel, marmer, baja lembaran lapis seng, besi beton, kayu lapis dan balok

kayu

Pengujian mutu bahan baku hasil pertanian seperti biji kakao, biji kopi,

biji jagung, gaplek dan bungkil kopra

Analisis limbah (cair, gas, padat dan B3)

Pengujian kualitas air permukaan sungai, danau dan laut.

9
Pengujian komoditi yang terakreditasi :

1. SNI 01-3551-2000 : Mie Instan

2. SNI 01-3553-1996 : Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

3. SNI 01-3556-2000 : Garam Komsumsi Beryodium

4. SNI 01-3751-2000 : Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan

5. SNI 02-2801-1998 : Pupuk Urea

6. SNI 02-2803-2000 : Pupuk NPK Padat

7. SNI 02-3769-1995 : Pupuk SP-36

8. SNI 15-2049-2004 : Semen Portland

9. SNI 02-2804-2005 : Pupuk Dolomit

10. SNI 02-2803-2000 : Pupuk KCl

11. SNI 02-4958-1999 : Pupuk Haspramin

c. Kalibrasi

Kalibrasi peralatan ukur/instrumen bertujuan untuk menjamin ketepatan

pengukuran baik di Laboratorium maupun pabrik. Laboratorium kalibrasi

atau LK Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar mampu

memberikan layanan jasa kalibrasi antara lain :

1. Timbangan Elektronik

2. Oven

3. Tanur

4. Waterbath

5. Inkubator

6. Buret

7. Labu Ukur

10
8. Pipet Volum

9. Pipet Ukur

10. Gelas ukur

11. pH Meter

12. Turbidy Meter

13. TDS Meter

d. Standardisasi

Kegiatan ini meliputi penyiapan rancangan, penerapan, pengawasan dan

revisi standar SNI Industri hasil Perkebunan, khususnya untuk metode uji

standar kualitas. Standar ini difokuskan pada bahan baku, bahan pembantu

dan produk.

e. Pelatihan

Tujuan pelatihan adalah untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi

tertentu kepada tenaga kerja industri dan perajin untuk meningkatkan

kemampuan mereka.

Jenis pelatihan yang disediakan sebagai berikut :

1. Manajemen dan teknologi pengolahan dari industri hasil perkebunan.

Seperti pengolahan kakao, pengolahan kelapa, pengolahan rumput laut

dan lain-lain.

2. Pencegahan polusi dan teknologi pengolahan limbah

3. Sistem manajemen seperti ISO 17025 (Manajemen Laboratorium), ISO

9001 (Manajemen Mutu), HACCP (Manajemen Keamanan Pangan) dan

ISO 14000 (Manajemen Lingkungan)

4. Standardisasi dan penerapan SNI.

11
f. Konsultasi

Pelayanan konsultasi menyediakan panduan intensif khususnya teknologi dan

penerapan sistem manajemen. Jenis-jenis konsultasi yang ditawarkan adalah :

1. Teknologi pengolahan komoditas hasil perkebunan

2. Penyiapan studi kelayakan khususnya bagi IKM

3. Penerapan dan penggunaan tanda (SPPT) SNI untuk industri

4. Penerapan ISO 9001, ISO 14001 dan ISO 17025

5. Pengujian atau kalibrasi sesuai ISO/IEC 17025:2008.

g. Rancang Bangun Dan Rekayasa Industri (RBPI)

Menyediakan jasa rancang bangun dan rekayasa mesin peralatan pengelolaan

hasil perkebunan skala IKM.

h. Kerjasama

Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) melaksanakan kerjasama

untuk peningkatan kinerja yang saling menguntungkan dengan berbagai

pihak terkait seperti : asosiasi (ASKINDO, APKAI dll), perguruan tinggi

(UNM, STTNI, UNHAS dll), pemerintah daerah, lembaga litbang dan

industri.

F. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dan pengembangan serta bantuan teknis

kepada masyarakat dan industri maka Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

memiliki fasilitas laboratorium, perpustakaan dan publikasi serta layanan teknologi

informasi.

12
1. Fasilitas Laboratorium

a. Laboratorium pengujian meliputi :

- Laboratorium Kimia

- Laboratorium Fisika dan Mekanika

- Laboratorium Air dan Lingkungan

- Laboratorium Mikrobiologi

- Laboratorium Kalibrasi

b. Laboratorium litbang meliputi :

- Laboratorium Teknologi Proses Pasca Panen

c. Laboratorium diversifikasi produk

2. Perpustakaan dan publikasi

Perpustakaan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan mempunyai

koleksi buku sekitar 3000 judul termasuk textbook, jurnal litbang, standar

dll. Untuk mensosialisasikan hasil-hasil penelitian dan untuk keperluan

pertukaran publikasi ilmiah antara institusi litbang dan perguruan tinggi,

Balai Besar Industri hasil Perkebunan menerbitkan jurnal industri hasil

perkebunan (JIHP) 2 kali setahun dan laporan penelitian internal sekali

setahun.

3. Layanan teknologi informasi

Bekerjasama dengan direktorat telematika dirjen IATT departemen

perindustrian, BBIHP telah mendirikan RICE (Regional Information

Teknologi Centre Of Excellent) Makassar. RICE Makassar menyediakan jasa

pendidikan dan pelatihan, bisnis teknologi informasi dan tenaga ahli, TI.

13
Fasilitas RICE Makassar meliputi :

a. Laboratorium komputer

b. Server dan Client (PC dan Notebook)

c. Jaringan wireless

d. Akses internet

e. Software berlisensi

G. Alur Pengujian Sampel pada Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Makassar
Sampel yang akan diuji

-Masuk ke bagian penerimaan contoh


- Diberikan SPP (Surat Perintah Pengujian)
yang ditandatangani oleh Manager teknis
dan Manager Administrasi

Sample dikirim ke laboratorium dengan


SPP-nya

- Diuji di laboratorium yang bersangkutan

Hasil pengujian

-Diperiksa penyelia laboratorium yang


bersangkutan
-Diperiksa oleh Manajer Teknis
- Diketik beserta surat pengantar dari Kepala
Balai

Sertifikat dan surat pengantar

-Kembali ke Manager Teknis untuk


ditandatangani
- Diserahkan ke bendahara penerima untuk
diambil oleh pemilik sample kemudian
Custumer menyelesaikan finansialnya.
BAB III

14
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H 2O. Satu
molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0 0C). Zat ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008).

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kebutuhan manusia di bumi ini. Sesuai dengan
kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, untuk mandi dan mencuci, untuk
pengairan pertanian, untuk sanitasi dan transportasi baik di sungai maupun di laut.
Selain untuk kebutuhan tersebut, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan
indsutri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air (Wisnu, 2004).

B. Air Minum dalam Kemasan (AMDK)

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah

mikrobiologi, kimia fisika dan radio aktif. Air di dalam tubuh manusia, berkisar

antara 50-70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat

dari jumlah air yang ada dalam organ, seperti 80% dari darah adalah air, kehilangan

15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian (Mirza, 2014).

15
Akhir-akhir ini pengadaan air minum menjadi semakin sulit, sedangkan konsumen

menuntut tersedianya air minum yang mudah didapat. Tuntutan itu terjawab oleh

hadirnya AMDK di pasaran. AMDK disebut juga bottled water. Air minum jenis ini

dapat langsung dikonsumsi karena berasal dari sumber yang aman dan telah melalui

proses pengolahan dan pengemasan yang memenuhi standar mutu. Meskipun

demikian, penggunaan AMDK juga memiliki kelemahan, yaitu beredarnya AMDK

yang diragukan kualitasnya (Sofa, 2010).

AMDK yang layak dikonsumsi harus memenuhi syarat-syarat kimia, fisik,

bakteriologis dan radioaktivitas. Syarat bakteri untuk AMDK yaitu sesuai SNI 01-

3553-2006 butir 6.4. Syarat bakteriologis untuk air sumur menurut Permenkes RI No.

416/Menkes/Per/IX/1990 adalah bahwa total bakteri coliform per 100 ml harus 50.

Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri coliform terdiri atas 3 tahap dasar

yaitu presumptive (dugaan), confirmed (konfirmasi), dan completed test (Sofa, 2010).

Usaha AMDK sangat dibutuhkan dan pada umumnya telah mendapat ijin usaha

industri. Produksi, peredaran dan pengawasan produk yang diproduksi industri besar

telah mendapat izin dari instansi terkait sebelum diedarkan. Tingginya minat

masyarakat dalam mengkonsumsi AMDK dan mahalnya harga AMDK yang

diproduksi industri besar mendorong tumbuhnya industri AMDK disetiap daerah.

C. Zat Organik

16
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau
tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak
lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan
menggunakan oksigen terlarut (Halim, 2007).

Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya


perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau dan rasa dan
kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui
dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KMnO4 sebagai oksidator
yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara ini
sangat praktis dan cepat pengerjaanya. Standar kandungan bahan organik dalam air
minum dalam kemasan menurut SNI 01-3554-2006 maksimal yang diperbolehkan
adalah 1 mg/L. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh
penyimpangan terhadap standar ini adalah timbulnya bau yang tidak sedap pada air
minum, dan dapat menyebabkan sakit perut (Sutrisno, 2006).

Keberadaan zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah tercemar oleh
kotoran manusia, hewan atau oleh sumber lain. Zat organik dalam air dapat diketahui
melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Permanganatometri.
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan
atas titrasi reduksi dan oksidasi atau reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion
MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam.

Sebelum menentukan nilai permanganat pada sampel AMDK, larutan KMnO 4 terlebih
dahulu distandarisasi, hal ini dikarenakan KMnO 4 merupakan larutan standar
sekunder yaitu larutan yang memiliki konsentrasi yang tidak tetap sehingga perlu
dilakukan standarisasi.

17
Pada analisis kadar zat organik pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
digunakan bahan kimia berupa asam sulfat 8 N bebas organik. Asam sulfat 8 N ini
berfungsi untuk mengasamkan larutan, karena potensial elektroda KMnO4 sangat
tergantung pada pH. Penambahan asam sulfat penting supaya reaksi berada dalam
suasana asam sehingga MnO4- tereduksi menjadi Mn2+. Jika larutan dalam keadaan
netral atau sedikit basa maka KmnO4 akan tereduksi menjadi MnO2 berupa endapan
coklat yang akan mempersulit penentuan titik akhir titrasi. Selain itu digunakan
larutan asam oksalat yang berfungsi sebagai zat baku primer. Asam oksalat dikatakan
zat baku primer karena merupakan zat yang stabil. Larutan asam oksalat juga
berfungsi sebagai larutan yang akan dioksidasi oleh KmnO4 .Pada analisis zat organik
pada AMDK juga dilakukan pemanasan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi
antara asam oksalat dengan KMnO4. Sebelum larutan sampel dipanaskan, ke dalam
larutan ditambahkan batu didih dengan tujuan untuk meratakan proses pemanasan
larutan sampel. Larutan KMnO4 berfungsi sebagai zat pengoksidasi yang sangat kuat
dan pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak
sebagai indikator.

Titrasi permanganatometri untuk analisa kadar zat organic pada AMDK dilakukan
dengan melakukan titrasi sampel menggunakan KMnO4 sebagai titran dan titik akhir
titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari bening menjadi merah
muda seulas.

Zat organik terbagi menjadi 2 yaitu aromatis dan non aromatis. Organik aromatis
dapat diartikan sebagai senyawa organik yang beraroma, secara kimia senyawa ini
mempunyai ikatan rantai yang melingkar. Contohnya benzene dan toluene. Organik
non aromatis secara dasar dapat diartikan sebagai senyawa organik yang tidak
beraroma dan secara kimia senyawa ini tidak mempunyai ikatan rantai yang
melingkar. Contohnya seperti etana, etanol dan formalin ( Halim, 2007).

18
Penetapan kadar zat organik dapat dilakukan dengan metode asam ataupun basa yang
sebelumnya telah dilakukan orientasi kadar Cl terhadap sampel. Metode asam
digunakan apabila dalam sampel air mengandung ion Cl lebih < 300 ppm. Prinsip
metode asam ini adalah zat organik dalam sampel dioksidasi oleh KMnO 4 berlebih
dalam keadaan asam dan panas, sisa KMnO 4 direduksi dengan larutan asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4. Metode basa
digunakan apabila dalam air mengandung ion Cl > 300 ppm. Prinsip metode basa ini
adalah sampel dididihkan terlebih dahulu dengan NaOH, selanjutnya dioksidasi oleh
larutan KMnO4 berlebih, sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4 (Halim, 2007).

Menurut Halim (2007) dalam penetapan kadar zat organik, biasanya terdapat faktor
pengganggu, diantaranya adalah :

1. Ion sulfida dan nitrit, untuk menghilangkan ini harus dipanaskan dengan H 2SO4
encer sampai H2S dan nitrit hilang.
2. Garam ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes KMnO 4
sebelum dianalisa sampai larutan tepat merah muda.
3. Bila disimpan lebih dari satu hari, lebih baik diasamkan kurang dari 5 (pH < 5)

19
BAB IV

METODE ANALISA

A. Waktu dan Tempat Analisa

Waktu : Tgl 5 Januari 2016

Tempat : Laboratorium Air dan Lingkungan Balai Besar Industri Hasil

Perkebunan (BBIHP) Makassar

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan pada analisis zat organic adalah

Larutan asam sulfat (H2SO4) 8 N bebas organik

Larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,0100 N

Larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,01 N

Batu didih

Sampel AMDK (Kode sampel 3915,3916, 4136 dan 4137)

2. Alat

Alat yang digunakan pada analisis ini adalah

Pemanas listrik,

Buret 10 mL

labu Erlenmeyer 250 M

Gelas ukur 100 mL

serta Pipet volume 5 mL dan 10 mL

20
C. Prosedur Analisa

1. Ukur dengan teliti 100 mL sampel dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer

250 mL

2. Tambahkan larutan kalium permanganat (KMnO4) beberapa tetes ke dalam

sampel hingga terjadi warna merah muda

3. Tambahkan 5 mL asam sulfat (H2SO4) 8 N bebas zat organik;

4. Masukkan beberapa butir batu didih

5. Panaskan diatas pemanas listrik yang telah dipanaskan pada suhu

103oC-105oC hingga mendidih selama 1 menit

6. Tambahkan 10 mL larutan baku kalium permanganat (KMnO4)

0,01 N

7. Panaskan hingga mendidih selama 10 menit

8. Tambahkan 10 mLlarutan baku asam oksalat H2C2O4 0,0100 N

9. Titrasi dengan larutan baku kalium permanganat (KMnO4) hingga warna

larutan sampel berubah menjadi merah muda sculas

10. Catat mL pemakaian larutan baku kalium permanganat (KMnO4).

11. Hitung nilai permanganat pada sampel air dengan rumus :

10a
d
mg/L ((KMnO4) = b10 c 31,6 1000
Keterangan :

a adalah larutan baku KMnO4 yang digunakan dalam titrasi (mL);

b adalah normalitas larutan baku KMnO4 yang digunakan dalam titrasi;

c adalah normalitas larutan asam oksalat;

d adalah contoh yang digunakan (mL).

21
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisa

1. AMDK Kode A
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 1,44 1,42
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 2,7428 2,6828
Rata-rata mg/L 2,7128
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0
2. AMDK Kode B
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 0,68 0,68
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 0,4613 0,4613
Rata-rata mg/L 0,4613
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0
3. AMDK Kode C
Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 0,54 0,54
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 0,0410 0,0410
Rata-rata mg/L 0,0410
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0

22
4. AMDK Kode D

Hasil
Uraian Satuan
Simplo Duplo
Volume penitar KMnO4 0,01 N (a) mL 1,14 1,16
Normalitas KMnO4 (b) N 0,0095
Normalitas H2C2O4 (c) N 0,0100
Volume Contoh (d) mL 100
KMnO4 mg/L 1,8422 1,9023
Rata-rata mg/L 1,8722
Ketentuan SNI 01-3554-2006 mg/L Maksimal 1,0

B. Pembahasan

Titrasi permanganatometri untuk analisa kadar zat organic pada AMDK


dilakukan dengan melakukan titrasi sampel menggunakan KMnO4 sebagai titran
dan titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari
bening menjadi merah muda seulas.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai permanganat untuk AMDK


dengan kode A untuk simplo dan duplo adalah 0,4613 mg/L dengan nilai rata-rata
sebesar 0,4613 mg/L, AMDK kode B untuk simplo sebesar 2,7428 mg/L dan
duplo 2,6828 mg/L dengan nilai rata-rata sebesar 2,7128 mg/L, AMDK kode C
untuk simplo dan duplo sebesar 0,0410 mg/L dengan nilai rata-rata sebesar
0,0410 mg/L dan AMDK kode D untuk simplo sebesar 1,8422 mg/L dan duplo
1,9023 mg/L dengan nilai rata-rata sebesar 1,8722 mg/L.

Dari nilai permanganat yang diperoleh pada masing-masing sampel, untuk

AMDK kode B dan C nilai zat organik yang diperoleh kurang dari 1,0 mg/L. Hal

ini berarti untuk parameter uji zat organik telah memenuhi persyaratan SNI 01-

3553-2006. Sedangan AMDK kode A dan D nilai zat organik yang diperoleh

lebih dari 1,0 mg/L. Hal ini berarti untuk parameter uji zat organik belum

memenuhi persyaratan SNI 01-3553-2006.

23
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil Peraktek Kerja Lapang (PKL) dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar (BBIHP) dianalisis berbagai

macam pengujian seperti air limbah, air baku, air ledeng,air sumur serta Air

Minum Dalam Kemasan (AMDK), selain itu dianalisa juga hasil perkebunan

seperti buah kakao, cangkeh, hasil industri seperti mi instan, garam, lombok botol,

kecap, tepung dan lain-lain.

2. Dari semua yang dianalisa di BBIHP, kualitas AMDK dari segi kandungan zat

orgaik dengan metode permanganatometri menjadi target dari laporan yang saya

buat dimana dari 4 contoh uji AMDK yang dianalisis 2 contoh AMDK memiliki

kadar zat organik yang lebih kecil dari 1,0 mg/L sehingga memenuhi syarat yang

sudah ditetapkan dalam SNI sedangkan 2 contoh AMDK lainnya memiliki kadar

zat organik yang lebih besar dari 1,0 mg/ L sehingga belum memenuhi syarat yang

sudah ditetapkan dalam SNI untuk produk bahan air.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan kegiatan di laboratorium K3 harus diperhatikan demi


keselamatan dan kenyamanan dalam bekerja.

24
DAFTAR PUSTAKA

Company profile. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP)


Makassar. http:// www.bbihp@kemenperin.go.id.

Febrian, M.B. 2008. Pengembangan Sensor Chemical. http://www.digilib.ui.ac.id.


Diakses pada tanggal 26 Januari 2016. Makassar.

Halim. 2007. Bahan Organik. http//kmit.faperta.ugm.ac.id/artikel 1% 20-%20


organik. html. Diakses pada tanggal 26 Januari 2016. Makassar.

Kusmayadi. 2008. Cara Memilih dan Mengolah Makanan untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat. http:// database.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 januari
2016. Makassar.

Mirza, A. 2014. Cemaran Air dalam Sungai. Alam Pustaka. Surabaya.

Sofa, N. 2010. Kualitas Air Minum. Cempaka Putih. Medan.

Standar Nasional Indonesia. 2006. Air Minum Dalam Kemasan. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.

Sutrisno, T. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rhineka Cipta. Jakarta.

Wisnu, A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai