Anda di halaman 1dari 40

P U S AT I N D U S T R I H I J A U

BADAN PENELITIAN DAN PE NGE MBANGAN I NDUSTRI


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

P E N E R A PA N P R I N S I P I N D U S T R I H I J A U
DI INDUSTRI SEMEN Oleh
TEDDY CASTER SIANTURI
Kepala Pusat Industri Hijau

Jakarta, 11 Maret 2020


DAFTAR ISI
Paparan
A. KEBIJAKAN NASIONAL INDUSTRI HIJAU 3
B. PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU 11
C. STANDAR INDUSTRI HIJAU 14
D. SERTIFIKASI INDUSTRI HIJAU 26
E. CIRCULAR ECONOMY 32
F. FASILITASI INDUSTRI HIJAU 36
LAMPIRAN

2
Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) mendorong industri
untuk melakukan bisnis yang bertanggungjawab dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menjaga kelestarian lingkungan sehingga dapat menghasilkan profit margin yang besar bagi perusahaan
Peningkatan efisiensi
sumberdaya dan adopsi
Efisiensi dan Konservasi teknologi dan proses industri
Air bersih dan ramah lingkungan

Efisiensi Energi dan Pengelolaan bahan kimia dan


semua jenis limbah di
Penggunaan EBT sepanjang siklus hidupnya

Produktivitas ekonomi melalui Perencanaan dan Manajemen


diversifikasi, peningkatan dan Perubahan iklim yang efektif,
inovasi teknologi upaya mitigasi dan adaptasi
penurunan emisi GRK

INDUSTRI HIJAU
Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat (UU No 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian)
Faktor yang mempengaruhi
a. Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi
b. Perlunya optimalisasi pemanfaatan SDA untuk
penciptaan nilai tambah
c. Otonomi daerah
d. Perlu peningkatan peran dan keterlibatan
UU No.5 UU No.3 pemerintah secara langsung dalam
pembangunan industri
Tahun 1984 Tahun 2014

Pembangunan Industri
melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat dan
berdaya saing, dengan:
• mendayagunakan SDA secara optimal dan efisien,
• mendorong penyebaran industri ke seluruh wilayah
Indonesia.
RENCA NA INDUK PEMBANGUNAN
INDUSTRI NASIONAL (RIPIN)

Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2035

Tahap II Tahap III


Tahap I
(2020-2024) (2025-2035)
(2015-2019)
Keunggulan kompetitif dan Negara Industri Tangguh
Meningkatkan nilai tambah sumber
berwawasan lingkungan
daya alam

Fokus pada industri hulu berbasis agro, Fokus pada penguatan struktur Struktur industri nasional yang
mineral dan migas, diikuti pembangunan industri dan penguasaan teknologi kuat dan dalam, berdaya saing
industri pendukung dan andalan melalui serta SDM berkualitas tinggi di tingkat global, berbasis
penyiapan SDM dan meningkatkan inovasi dan teknologi
penguasaan teknologi

PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU


Peningkatan Daya Saing dan
03
Produktivitas (Nilai Ekspor & Nilai Tambah Per Labour )
 Peningkatan Efisiensi Teknis
• Pembaharuan / revitalisasi permesinan industri yang efisien
terhadap sumber daya (energi, air, dan bahan baku) sehingga 02 Penumbuhan Populasi
memaksimalisasi produk dan penerapan circular economy Industri
melalui 4R (reduce, reuse, recycle, and recovery) yang dapat
meminimalisasi limbah dan emisi
• Peningkatan dan pembaharuan keterampilan tenaga kerja
• Optimalisasi ke-ekonomian lingkup industri (economic of scope)
melalui pembinaan klaster industri
 Peningkatan Penguasaan Iptek / Inovasi
Pengembangan Perwilayahan
• Infrastruktur mutu (measurement, standardization, testing, and 01
quality) Industri
• Layanan perekayasaan dan teknologi
• Penyelenggaraan riset dan pengembangan teknologi
• Penumbuhan entrepreneur berbasis inovasi teknologi
(teknopreneur)
 Peningkatan Penguasaan dan Pelaksanaan Pengembangan Produk
Baru (New Product Development) oleh industri domestik, terutama
produk ramah lingkungan
 Pembangunan Faktor Input
• Peningkatan kualitas SDM Industri
• Akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau
Apa Industri Hijau ??
Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi
masyarakat. (UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian)

PROSES PRODUKSI KONVENSIONAL PROSES PRODUKSI INDUSTRI HIJAU

- Penggunaan Energi >>


- Penggunaan Air >> - Penggunaan Energi <<

TEKNOLOGI YANG BARU


Pembelian
- Penggunaan Air <<
- Penggunaan Bahan Peralatan/
Mesin Baru - Penggunaan Bahan
Baku/Penolong >> Baku/Penolong <<

DAN HEMAT
TEKNOLOGI YANG

Efisien dalam
SUDAH TUA

TRANSFORMASI
MENUJU Boros Konsumsi SDA PERUBAHAN penggunaan SDA
INDUSTRI HIJAU PARADIGMA
Modifikasi Produktivitas Tinggi
Peralatan/
Produktivitas Rendah Mesin Volume Limbah Kecil /
Tidak ada Limbah

Volume Limbah Besar INVESTASI


HIJAU

Cost Recovery
Perkembangan Industri Hijau di Indonesia
Penghargaan Industri
Manila
Hijau Pertama
Declaration
untuk perusahaan yang
Perjanjian secara
telah menerapkan prinsip
hukum tidak
industri hijau dalam proses
mengikat untuk
produksinya
Pengembangan
Industri Hijau

2010
PP No 29/2018
1984
Sertifikasi Industri Hijau

2009
Mengatur lebih rinci Ketiga
mengenai Standar Industri 17 perusahaan dinyatakan
UU No 5/1984 Hijau dan Sertifikasi memenuhi SIH dengan pembiayaan
dari Pemerintah dan 2 industri
Landasan Industri Hijau dinyatakan memenuhi SIH dengan
pembangunan pembiayaan oleh industri

2014
industri untuk 5 SIH

2019
kelestarian Ditetapkan melalui
lingkungan Permenperin sehingga s/d
UU No 3/2014 tahun 2020 ada 18 SIH

2018
Mengatur Implementasi telah ditetapkan

2017
Industri Hijau di Indonesia

Sertifikasi Industri Hijau


2020
Pertama Sertifikasi Industri Hijau Kedua
5 perusahaan dinyatakan 9 perusahaan dinyatakan memenuhi
memenuhi Standar Industri Standar Industri Hijau oleh Lembaga
Hijau oleh Lembaga Sertifikasi Industri HIjau
Sertifikasi Industri HIjau
S TR ATE GI P E NG EMBA NGAN I N DU STRI H I JAU

C
Pengembangan Circular Economy untuk
9 Komoditi Industri : Elektronik, Kemasan,
 Penyusunan Standar Industri Hijau (SIH) Kertas, Tekstil, Logam, Peralatan rumah tangga
dan Penunjukkan Lembaga Sertifikasi Otomotif dan alat angkut lainnya, Ban/karet,
Industri Hijau (LSIH) dan Furniture
 Tujuan : Memberikan motivasi kepada
perusahaan industri untuk menerapkan  Sertifikasi Standar Industri Hijau
prinsip industri hijau untuk Perusahaan Industri secara
sukarela (voluntary) PENGEMBANGAN CIRCULAR
 Aspek Penilaian : Proses Produksi (70%),
Pengelolaan Limbah/Emisi GRK (20%), dan
ECONOMY
Manajemen Pengusahaan (10%) PENERAPAN STANDAR
INDUSTRI HIJAU
PENGHARGAAN INDUSTRI
HIJAU
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

DASAR HUKUM
Permenperin No 18/M-IND/PER/3/2016
tentang Penghargaan Industri Hijau.
Peraturan Kepala BPPI No 95 tahun 2019 tentang Revisi Pedoman
Penghargaan Industri Hijau

TUJUAN
1.Memberikan motivasi kepada perusahaan industri untuk
menerapkan prinsip industri hijau
2.Menyiapkan perusahaan industri dalam rangka pemenuhan
Standar Industri Hijau

ASPEK PENILAIAN
1.Proses Produksi (70%)
2.Pengelolaan Limbah/Emisi (20%)
3.Manajemen Pengusahaan (10%)
K E PE SE RTAAN PE N GH ARGA A N IN DU STR I HI JAU
( 2010 – 201 9)

Dari tahun 2010 - 2019 telah diberikan penghargaan industri


hijau kepada 895 perusahaan industri
DAMPAK PENERAPAN
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Penghematan dari 138 perusahaan Penerima Penghargaan


Industri Hijau tahun 2019 Berdasarkan Self Assesment

1.515 kwh/ton = Rp 3,49T 65,2 m3/ton = Rp 228,9 M

ENERGI AIR
DEFINISI STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
INDUSTRI HIJAU dibakukan termasuk tata cara dan metode yang
ditetapkan berdasarkan konsensus semua pihak yang
Industri Hijau adalah industri yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
dalam proses produksinya keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
mengutamakan upaya efisiensi dan pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang
efektifitas pemakaian sumber daya akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
secara berkelanjutan sehingga mampu besarnya
menyelaraskan pembangunan industri
dengan kelestarian fungsi lingkungan
STANDAR INDUSTRI HIJAU
hidup serta dapat memberi manfaat
bagi masyarakat. Standar Industri Hijau adalah standar
industri yang selanjutnya disingkat SIH adalah
standar untuk mewujudkan Industri Hijau yang
ditetapkan oleh Menteri.
Penyusunan SIH
(Pasal 35 PP Nomor 29 Tahun 2018 Tentang Pemberdayaan Industri

SIH disusun berdasarkan Jenis Industri sesuai Klasifikasi Baku


Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) digit 5 (Perka BPS No 19 Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Perka BPS No. 95 Tahun 2015 Tentang
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia)

Penyusunan SIH dilakukan dengan berkoordinasi dengan


kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian
terkait, asosiasi Industri, Perusahaan Industri, dan/atau lembaga
terkait

SIH yang telah ditetapkan akan menjadi pedoman bagi


Perusahaan Industri untuk menerapkan Industri Hijau
ASPEK TEKNIS STANDAR INDUSTRI HIJAU
digunakan secara efisien dan efektif
dengan mengupayakan penggunaan
Bahan Baku dan bahan penolong
terbarukan BAHAN
BAKU
digunakan secara efisien dan
efektif dengan mengupayakan harus digunakan secara
penggunaan prinsip 3R AIR efisien dan efektif dengan
ENERGI
mengupayakan
penggunaan energi baru
memenuhi persyaratan dan terbarukan
mutu, termasuk
PRODUK
kemasannya
PROSES
PRODUKSI dilakukan dengan
Kegiatan industri optimalisasi kinerja proses
merupakan salah satu produksi
EMISI GAS
penyumbang emisi gas RUMAH
rumah kaca (GRK) di KACA PENGELOLAAN
antaranya emisi CO2 LIMBAH harus menggunakan
yang diyakini menjadi teknologi yang efektif
penyebab terjadinya untuk memenuhi
pemanasan global ketentuan baku mutu
lingkungan
Kebijakan dan Organisasi Perencanaan Strategis

ASPEK
Perusahaan Industri wajib Perusahaan Industri menetapkan tujuan dan
memiliki kebijakan sasaran yang terukur dari kebijakan
11
MANAJEMEN
penerapan prinsip Industri penerapan prinsip Industri Hijau & memiliki
Hijau: Organisasi dan 2 Rencana strategis (Renstra) serta program
melaksanakan sosialisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran

STANDAR
terkait kebijakan dan
organisasi Industri Hijau

INDUSTRI
HIJAU Pelaksanaan dan Pemantauan Tinjauan Manajemen

Perusahaan Industri melakukan tinjauan


3
Perusahaan industri melaksanakan
program sesuai dengan jadwal dan
4 manajemen secara berkala
dilaporkan secara berkala kepada
manajemen serta hasilnya dilaporkan
sebagai bahan tinjauan manajemen
puncak dan masukan dalam melakukan
perbaikan berkelanjutan
Keamanan, kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Penyediaan fasilitas ketenagakerjaan:
CSR 6 • Pelatihan Tenaga Kerja
Perusahaan industri mempunyai • Pemeriksaaan Kesehatan
• Pemantauan Lingkungan Tempat Kerja
program CSR yang berkelanjutan
Penyediaan alat P3K
5

• Penyediaan alat pelindung diri
SIH & RSIH
Rencana disusun
Telah Ditetapkan melalui Permenperin Akan ditetapkan tahun 2020
tahun 2020
1. Semen Portland 14. Industri Gula Kristal 1. Industri Kertas Dan Papan Kertas 1. Industri Tepung terigu
2. Pengolahan Susu Bubuk 15. Industri Biskuit Dan Produk Roti Kering Bergelombang 2. Industri ban kendaraan roda 4
3. Pupuk Urea, SP-36 dan Pupuk Lainnya 2. Industri Perlengkapan Rumah Tangga 3. Industri Baja
Amonium Sulfat 16. Industri Kaca Lembaran Dari Tanah Liat/Keramik 4. Industri Pemintalan Benang
4. Karet Remah 17. Industri Peralatan Saniter Dari Keramik 3. Industri Produk Makanan Ringan 5. Industri PVC
5. Pengasapan Karet dalam bentuk 18. Industri Suku Cadang Dan Aksesori 4. Industri Suku Cadang Dan Aksesori
Ribbed Smoked Sheet Rubber Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau
6. Tekstil Pencelupan, Pencapan, dan Lebih – Silencer Lebih – Silencer Material (Felt)
Penyempurnaan 5. Industri Kaca Pengaman Berlapis
7. Ubin Keramik 6. Industri Kaca Pengaman Diperkeras
8. Bubur Kertas dan Bubur Kertas 7. Industri Barang Lainnya Dari Kaca
yang Terintegrasi dengan Kertas 8. Industri Kemasan Dari Kaca
9. Industri Cat Dan Tinta Cetak: 9. Industri Pengawetan Kulit Dari Sapi,
Industri Cat Berbasis Air Kerbau, Domba, dan Kambing
10. Industri Penyamakan Kulit Dari 10. Industri Cat Dan Tinta Cetak: Industri
Sapi, Kerbau, Domba, Dan Kambing Cat Berbasis Pelarut Organik
11. Industri Batik 11. Industri Oleokimia Dasar Bersumber
12. Industri Kertas Budaya Dari Minyak Nabati
13. Industri Minyak Goreng Dari 12. Industri Pengolahan Kopi Instan
Kelapa Sawit 13. Industri Air Mineral
14. Industri Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan
Kalium Padat
15. Industri Tas atau Kantong Belanja Plastik
PERBEDAAN STANDAR INDUSTRI HIJAU, PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU DAN PROPER
KOMPON
STANDAR INDUSTRI HIJAU PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU PROPER
EN
Dasar UU No 3 tahun 2014 tentang Permenperin No 18 tahun 2016 tentang Permen LHK No 3 tahun 2014 tentang
Hukum Perindustrian Penghargaan Industri Hijau Program Penilaian Peringkat Kinerja
Pasal 79 : Dalam melakukan Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Standardisasi sebagaimana dimaksud Hidup
dalam Pasal 77 huruf c, Menteri
menyusun dan
menetapkan standar Industri Hijau

Sifat - Standardisasi - Penghargaan - Penghargaan


Program - Saat ini bersifat sukarela untuk - Sukarela untuk seluruh industri - Dilakukan terhadap usaha dan/atau
kegiatan wajib AMDAL yang:
industri manufaktur dengan manufaktur
o Hasil produknya untuk tujuan ekspor;
klasifikasi berdasakan Klasifikasi
o Terdapat dalam pasar bursa
Baku Lapangan Usaha Indonesia o Menjadi perhatian masyarakat, baik
(KBLI) digit 5 dalam lingkup regional maupun
- Secara bertahap diberlakukan internasional; dan/atau
wajib o Skala kegiatan signifikan untuk
menimbulkan dampak terhadap
lingkungan
PERBEDAAN STANDAR INDUSTRI HIJAU, PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU DAN PROPER
KOMPONEN STANDAR INDUSTRI HIJAU PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU PROPER

Manfaat Pemerintah: 1. Mewujudkan Industri Hijau dan Pemerintah:


1. Memfasilitasi industri dalam mengelola memperkuat kapasitas kelembagaan 1. Instrumen penaatan yang lebih murah
ketersediaan sumber daya alam dan melalui promosi Industri Hijau “cost effective”
kelestarian fungsi lingkungan hidup 2. Memotivasi perusahaan industri 2. Media untuk mengukur keberhasilan
2. Meningkatkan produktivitas dan untuk menerapkan prinsip industri hijau program lingkungan
keunggulan kompettitif 3. Menyiapkan perusahaan menuju 3. Pendorong untuk penerapan basis data yang
3. Pencapaian amanah pada pasal 43 sertifikasi Industri Hijau modern
dalam PP Nomor 29 tahun 2018 4. Instrumen untuk mendorong ke arah lebih
tentang Pemberdayaan Industri yang dari sekedar taat
menyebutkan: Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah memprioritaskan Perusahaan:
penggunaan produk yang memiliki 1. Benchmarking untuk kinerja non-keuangan
sertifikat industri hijau 2. Nilai tambah “citra perusahaan”
3. Pendorong untuk ke arah eco efficiency
Perusahaan: 4. Meningkatkan komunikasi antara perusahaan
1. Benchmarking untuk kinerja dengan Pemerintah
perusahaan Investor & Publik:
2. Nilai tambah “citra perusahaan” 1. Clearing house untuk kinerja perusahaan
3. Pendorong untuk ke arah eco efficiency 2. Ruang untuk pelibatan masyarakat dalam
& efektifitas sumberdaya pengelolaan LLingkungan Hidup
4. Meningkatkan komunikasi antara
perusahaan dengan Pemerintah
PERBEDAAN STANDAR INDUSTRI HIJAU, PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU DAN PROPER
PENGHARGAAN
KOMPONEN STANDAR INDUSTRI HIJAU PROPER
INDUSTRI HIJAU
Sistem Memenuhi atau tidak memenuhi terhadap Grading dari Level: - kriteria penilaian ketaatan:
batasan yang ditetapkan didalam Standar Level 5 nilai 90,1 - 100,0 Hitam = Sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian
Penilaian •
Industri Hijau Level 4 nilai 80,1 - 90,1 yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
Level 3 nilai 70,1 - 80,1 serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang
Level 2 nilai 60,1 - 70,1 berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi
Level 1 nilai 50,0 - 60,0 • Merah = Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum
sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan
• Biru = Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang sesuai
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- kriteria penilaian lebih dari yang dipersyaratkan dalam
peraturan:
• Hijau = Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui
pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan
sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse,
Recycle dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial
(CSR/Comdev) dengan baik
• Emas = Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan
(environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa,
melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap
masyarakat
PERBEDAAN STANDAR INDUSTRI HIJAU, PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU DAN PROPER
KOMPONE
STANDAR INDUSTRI HIJAU PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU PROPER
N
Komponen 1. Persyaratan Teknis 1. Aspek Proses Produksi (70%) 1. kriteria penilaian ketaatan
Penilaian a. Bahan Baku a. Program efisiensi produksi a. Penilaian Tata Kelola Air
b. Material input
b. Bahan Penolong b. Penilaian Kerusakan Lahan
c. Energi
c. Energi d. Air c. Pengendalian Pencemaran Laut
d. Air e. Teknologi Proses d. Pengelolaan Limbah B3
e. Proses Produksi f. Sumber Daya Manusia e. Pengendalian Pencemaran Udara
f. Produk g. Lingkungan kerja di ruang proses produksi f. Pengendalian Pencemaran Air
g. Kemasan 2. Aspek Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi (20%) g. Pelaksanaan AMDAL
h. Limbah a. Program penurunan emisi Gas Rumah Kaca
2. kriteria penilaian lebih dari yang
i. Emisi Gas Rumah Kaca b. Pemenuhan Baku Mutu Lingkungan
c. Sarana Pengelolaan Limbah/Emisi dipersyaratkan dalam peraturan
2. Persayaratan Manajemen a. Sistem Manajemen Lingkungan
3. Aspek Manajemen Perusahaan (10%)
a. Kebijakan dan Organisasi a. Standar Operasional
b. Efisiensi Energi
b. Perencanaan Strategis b. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) c. Penurunan Emisi
c. Pelaksanaan dan Pemantauan c. Penghargaan d. Konservasi Penurunan Beban
d. Tinjauan Manajemen d. Kesehatan Karyawan Pencemaran Air
e. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) e. 3R Limbah B3
Perusahaan industri dikategorikan memiliki komitmen
f. Ketenagakerjaan f. 3R Limbah Padat
terhadap penerapan industri hijau, jk memenuhi paling sedikit
50% dari setiap aspek penilaian, sedangakan perusahaan
g. Keanekaragaman Hayati
industri yang dapat memenuhi setiap aspek penilaian dengan h. Pengembangan Masyarakat
persentase diatas 90%, dapat dikategorikan sebagai
perusahaan yang telah menerapkan prinsip industri hijau
secara berkelanjutan.

Aplikasi dalam Industri yang telah mendapatkan Sertifikat Piala & Sertifikat penghargaan Piala & Sertifikat penghargaan
penandaan Industri Hijau berhak menggunakan Logo
PERINGKAT PROPER 2019

Sumber: Majalah PROPER 2020


PERMASAL AHAN PADA SETIAP ASPEK PENIL AIAN

Tidak Hadir Sanggahan 35 34 40

Pelaporan 63
82
72
Masa Simpan 0 15

Pihak Ketiga 0 PPA


42
PPU
PLB3
Ketentuan Teknis
102
47
15
Tidak Memiliki Izin 29 0 14

0
50
100
150
200
250
Sebaran Peringkat PROPER 2019 Per Sektor

90
90

81
80

70

60

50 Hijau
45
Biru
Merah
40

28
30

20 17

11 12
9
10 5 5
4
2 1 1 1 2
0 0
0
Kimia Farmasi/Jamu Tekstil Karet Plastik Cat
POKOK – POKOK BAHASAN DALAM
PERMENPERIN 39/2018

Permenperin no 39 Tahun 2018 tentang Tata


Cara Sertifikasi Industri Hijau

LEMBAGA PELAPORAN,
SERTIFIKASI
PENGGUNAA SERTIFIKASI PEMBINAAN
INDUSTRI SANKSI
N LOGO INDUSTRI HIJAU DAN
HIJAU
(LSIH) PENGAWASAN
SKEMA SERTIFIKASI INDUSTRI HIJAU
PERMENPERIN NOMOR 39 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI INDUSTRI HIJAU
Pendaftaran
ke Lembaga Sertifikasi Audit Kesesuaian Penerbitan Sertifikat
Industri Hijau (LSIH) melalui audit lapangan Berlaku 4 tahun

memenuhi
Audit kecukupan Evaluasi Dapat menggunakan logo
industri hijau

Seluruh biaya yang berkaitan dengan penerbitan Sertifikat Industri Hijau dibebankan pada Perusahaan Industri
APLIKASI LOGO INDUSTRI HIJAU

Berdasarkan PERMENPERIN No 39 Tahun 2018 Pasal 14 Industri yang telah


mendapatkan Sertifikat Industri Hijau Berhak menggunakan Logo Industri Hijau
3. Kartu Nama
1. Kemasan produk dan label produk

4. Media Promosi
Perusahaan

2. Kop Surat
SANKSI

PERUSAHAAN INDUSTRI

Habis masa berlaku


PERUSAHAAN INDUSTRI sertifikat tapi masih
YANG MENDAPATKAN menggunakan Logo
SERTIFIKAT INDUSTRI Industri Hijau
HIJAU

Tidak mengacu pada


Tidak menerapkan
ketentuan dan panduan
Industri Hijau sesuai
penggunaan Logo
dengan SIH
Industri Hijau sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan

PENCABUTAN SERTIFIKAT
INDUSTRI HIJAU
Tekstil : 1
Pabrik

Kertas : 2 Susu : 4
Pabrik Pabrik
Crumb
Rubber : 8
Pabrik
Semen : 9 Keramik :
Pabrik 5 Pabrik

Pupuk : 4
Pabrik

TOTAL INDUSTRI YANG


TELAH TERSERTIFIKASI
INDUSTRI HIJAU 2017-2019:
33
9 Industri Komoditi Semen Portland Tersertifikasi Industri Hijau 2017-2019

Tahun
No Nama Perusahaan LSIH Status Sertifikasi Keterangan
Sertifikasi
PT Indocement Tunggal Prakarsa
1 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2017 Bantuan Sertifikasi
Pabrik Citeureup

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Plant


2 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2018 Bantuan Sertifikasi
Cilacap

3 PT Semen Tonasa Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2018 Bantuan Sertifikasi

4 PT Semen Indonesia Plant Tuban Balai Sertifikasi Industri Memenuhi 2019 Bantuan Sertifikasi

PT Solusi Bangun Indonesia Plant


5 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2019 Bantuan Sertifikasi
Narogong
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
6 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2019 Bantuan Sertifikasi
Pabrik Tarjun

7 PT Solusi Bangun Andalas Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2019 Bantuan Sertifikasi

8 PT Semen Indonesia Plant Rembang Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2019 Pembiayaan Perusahaan

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk


9 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Memenuhi 2019 Pembiayaan Perusahaan
Pabrik Palimanan
Belum Memenuhi (belum menggunakan bahan
PT Solusi Bangun Indonesia Plant Tuban Balai Besar Teknologi Pencegahan bakar alternatif biomassa atau nonbiomassa dalam
10 2019 Bantuan Sertifikasi
Pencemaran Industri proses produksinya sebagaimana dinyatakan
dalam persyaratan teknis butir 2.1 SIH 23941.1:2018.
Belum Memenuhi (Penggunaan bahan bakar
PT Semen Padang alternatif biomassa atau non-biomassa masih
11 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik 2019 Bantuan Sertifikasi
dibawah batasan standar industri hijau)
SIH minimum 1% vs hasil 0,77%
PERAN KEMENPERIN DALAM PERATURAN PRESIDEN
97/2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGI NASIONAL
PENGELOLAAN SAMPAH
pengembangan &
penerapan
Peta Jalan
Kewajiban Produsen
Pengurangan
Sampah Rumah
pengembangan Tangga dan
Pilot Project Kewajiban Sampah Sejenis
Produsen Sampah Rumah
Tangga Sektor
Manufaktur
penerapan
Teknologi Tepat Guna

32
Mendorong efisiensi Mendorong produksi Mendorong produksi Meningkatkan kapasitas
penggunaan bahan baku barang yang dapat diguna barang yang mudah/dapat industri daur ulang
ulang terurai oleh alam

Mendorong pemanfaatan Menciptakan insentif untuk Menjalin koordinasi dan


sampah sebagai energi inovasi dan menghilangkan kerjasama dengan seluruh
alternatif hambatan pemangku kepentingan
Sistem pemilahan, Belum adanya regulasi
pengumpulan, dan tentang pengelolaan
pengangkutan sampah. sampah spesifik.

Insentif fiskal dan non


Kelengkapan dan fiskal untuk mendorong
akurasi data sampah pertumbuhan industri
plastik ( jumlah dan daur ulang plastik.
lokasi).

34
1 pemerintah perlu segera mensupport serta memberi asistensi terhadap sumber-
sumber pembiayaan baru untuk menutupi kesenjangan kebutuhan investasi industri
yang mendukung pengembangan industri hijau dan circular economy

2 realokasi anggaran pemerintah yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan


investasi sektor industri, serta mengajak pihak swasta dan kerjasama internasional
untuk berperan aktif dalam pembiayaan tersebut

3 Dalam upaya memberi kepastian investasi dan pengembangan industri hijau serta
circular economy, diperlukan aturan keuangan hijau (green finance) yang mengatur
hubungan di antara pihak kreditur-debitur dan mempermudah pelaku usaha untuk
mengakses dengan pembiayaan dalam bentuk pinjaman lunak
• AMANAT PP NO. 29 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PASAL 41 DAN 42 MENGENAI FASILITASI INDUSTRI
HIJAU
• PASAL 41 PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DAPAT MEMBERIKAN FASILITAS KEPADA PERUSAHAAN INDUSTRI YANG MELAKSANAKAN
UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN INDUSTRI HIJAU
• PASAL 42 (1) FASILITAS SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 41 BERUPA FASILITAS FISKAL DAN FASILITAS NONFISKAL

Pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan


Pasal 41 - 42 SDM industri
Fiskal
Pelimpahan hak produksi atas suatu teknologi yang
lisensi patennya dipegang pemerintah pusat atau
Pemerintah Pusat pemda
dan Pemda dapat
Non
memberikan fasilitas Pembinaan kemanan kegiatan operasional industri
Fiskal
Penyediaan bantuan promosi hasil produksi
Pasal 43
Pemerintah pusat dan Pemda memprioritaskan penggunaan produk yang memiliki Sertifikat
Industri Hijau
• Pelatihan SDM • Tax Holiday
• Tax Allowance

Fiskal
Non Fiskal
• Sertifikasi SDM
• Sertifikasi Standar • Pembebasan Bea Masuk
• Lisensi / Paten Impor Barang
• Pengamanan OVJ Modal/Bahan Baku dalam
rangka Investasi
• Infrastruktur Industri
• Bea Masuk ditanggung
• Bantuan Promosi Pemerintah
• Litbang IKM • Super deduction Tax
• Konsultasi HaKI • Pengurangan/ Pembebasan
• Konsultasi / Bantuan PPN
Hukum
• Bantuan Pembiayaan
(Pengurangan/Pembebasan
Suku Bunga, Hibah)
P ROG RESS HI N GGA SA AT I N I UN TU K
P EM BI AYAAN ( I NSE NTI F N ON F I S KAL )

Kredit Karbon Joint Crediting Green Climate Fund Project –


Revitalisasi dan Restrukturisasi
Mechanism (JCM), Indonesia - Kerjasama pendanaan dari
Mesin Industri
Jepang UNFCC untuk Indonesia

Refrigetor for Cold Storage and for frozen


food Industry (PT. Adib Global Food
Revitalisasi Mesin di Industri Tekstil Supplay-2016)
dan Alas Kaki (2007–2015) dg
anggaran Rp. 1,18 T dan telah Semen Indonesia, Penurunan emisi Usulan Pengajuan Pembiayaan
mendorong kegiatan investasi CO2 dg memanfaatkan gas buang sebesar USD 60.400.000
mesin/peralatan sebesar Rp. 14,84 sebagai pembangkit listrik (Waste untuk pembiayaan Projek
T, peningkatan produktivitas Heat Recovery Power Generator, Percepatan traking dalam
sebesar 6-10%, efisiensi energi WHRPG) dg kapasitas WHRPG rangka pengurangan emisi
sebesar 25% dan penyerapan sebesar 26 MVA (2017)
tenaga kerja sebesar 17%. GRK melalui Peningkatan
Chiller at Textile Factory (PT. Primatexco Efisiensi Energi di Industri
Revitalisasi Mesin di Industri Gula, Manufaktur besar dan sedang,
(2010-2012) mampu meningkatkan Factory & PT. Nikawa Textile
efektifitas giling dengan performa Industries-2018) serta IKM
91,48%;
Energy Efficiency Waste Paper Production
(PT. Fajar Surya Wisesa Factory-2019)

Bantuan Revitalisasi mesin/peralatan Air Saving loom (PT. Indonesia Synthetic


untuk IKM (2017 – sekarang) Textile Milles, PT. Easterntex & PT.
Century Textile Industry-2019)
P ROG RESS HI N GGA SA AT I N I UN TU K
P EM BI AYAAN ( I NSE NTI F N ON F I S KAL )

Proyek Penggunaan RDF pada


Bantuan IPAL pada Sentra Proyek Indonesia – Jepang
Industri Semen dan Kerjasama
Industri dan Pilot Project Mini melalui Energy Conservation
Project CDM (Clean
Depo Center Japan (ECCJ)
Development Mechanism)

Pemerintah perlu mendorong Bantuan IPAL mobile di daerah


PEMDA untuk mengolah limbah Muncar dan Magetan (Jawa Timur),
domestik menjadi RDF, khususnya Padang (Sumatera Barat), Sukaregang
daerah yang terdapat pabrik semen – Garut (Jawa Barat) Pilot Project Energy Management
di wilayahnya, sebagai salah satu System (EnMS) di Sektor Industri
solusi persampahan saat ini (Pilot kerjasama dengan Energy
project sudah dijalankan di TPA
Jeruk Legi Cilacap bekerja sama Conservation Center Japan)
dengan PT Solusi Bangun Indonesia Pilot Project Mini Depo bekerjasama (2014 – 2017) untuk total 9
Plant Cilacap) dengan UNDP di Cirebon (2019), Perusahaan di Industri Semen,
dengan harapan ke depannya dapat Baja, Pulp-Kertas, Tekstil
direplikasi di daerah lainnya

Proyek CDM pada Industri Semen dg


mendapatkan Certied Emission
Reduction dari UNFCC untuk : PT
Holcim Indonesia (2011-2012); PT.
Indocement TP (2005-2014)
Informasi Sekretariat
Pusat Industri Hijau

Kementerian Perindustrian
Pusat Industri Hijau
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan
Hotline : (021) 5252746
T : (021) 5255509 Ext. 4042
F : (021) 5252746
E : industrihijaukemenperin@gmail.com
W : www.kemenperin.go.id

Anda mungkin juga menyukai