Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Republik Indonesia

PERANAN BIRO HUKUM


PROVINSI DAN BAGIAN
HUKUM KAB/KOTA DALAM
MENINDAKLANJUTI
REGULASI DIDAERAH PASCA
DITETAPKANNYA UU 11/2020

Erma Wahyuni, SH. Msi


Analis Kebijakan Ahli Madya selaku
Koordinator Bagian Fasilitasi Telaahan Kebijakan
Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kemendagri
DASAR HUKUM TERKAIT INVESTASI DI DAERAH

1. UU 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


2. UU 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
3. UU 11 TAHUN 202O TENTANG CIPTA KERJA
4. PP 6 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA DI DAERAH
5. PERMENDAGRI 80 TAHUN 2015 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERMENDAGRI 120
TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
6. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA YANG TERKAIT
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 344 :

Kewajiban serta kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dengan
memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah, transparan, pasti, sederhana, terjangkau, profesional, berintegritas dan memberikan
pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat serta menghilangkan hambatan dan memberikan dukungan bagi masyarakat dalam
melakukan kegiatan usaha yang seluas-luasnya agar bangsa Indonesia dapat bersaing dan berdiri sejajar dengan bangsa lain dalam
peradaban millennium.

mengubah sebagian dari Undang-Undang Nomor 23


UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

• Penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah dan sesuai
dengan NSPK dan kebijakan Pemerintah Pusat serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
• Kewajiban pemberian pelayanan Perizinan Berusaha oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan NSPK yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
• Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam rangka penyelenggaraan pelayanan Perizinan Berusaha di Daerah.
• Kewajiban penggunaan sistem Perizinan Berusaha secara elektronik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dalam rangka pelayanan
Perizinan Berusaha
• Kepala daerah dapat mengembangkan sistem pendukung pelaksanaan sistem Perizinan Berusaha terintegrasi secara elektronik
sesuai dengan standar yang ditetapkan Pemerintah Pusat.
• Sanksi administratif bagi Kepala daerah yang tidak memberikan Pelayanan Perizinan Berusaha dan menggunakan sistem Perizinan
Berusaha terintegrasi secara elektronik. 3 5
TINDAK LANJUT UU NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

1 PERATURAN PEMERINTAH
DIMANDATKAN KEPADA
KEMENDAGRI
47 PP
4 Perpres
PP NOMOR 6 TAHUN 2021
TENTANG PENYELENGGARAAN
PERIZINAN BERUSAHA DI
DAERAH

TUJUAN :
Diharapkan dapat :
• Memulihkan perekonomian nasional dan daerah serta memberikan kepastian hukum dalam berusaha dengan
menjaga kualitas perizinan yang dapat dipertanggungjawabkan secara cepat, mudah, terintegrasi, transparan,
efesien, efektif dan akuntabel.
• Sebagai upaya untuk menyederhanakan jumlah dan bentuk perizinan berusaha serta pengintegrasian peraturan
terkait perizinan berusaha
4 5
RENCANA REVISI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Setelah terbitnya PP No 5 Tahun 2021 ttg Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
dan PP No 6 Tahun 2021 ttg Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah diperlukan adanya
penyesuaian atau revisi peraturan perundangan-undangan sebelumnya yang mengatur tentang
Kelembagaan DPMPTSP dan Penyelenggaraan PTSP Daerah

UU NOMOR 11 TAHUN 2020


TENTANG CIPTA KERJA

PP NOMOR 5 TAHUN 2021 PP NOMOR 6 TAHUN 2021


TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN
BERUSAHA BERBASIS RISIKO BERUSAHA DI DAERAH

Permendagri Nomor 100 Tahun 2016 Permendagri Nomor 138 Tahun 2017
tentang Pedoman Nomenklatur Dinas REVISI tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah
Terpadu Satu Pintu Provinsi dan
Kab/Kota
5 5
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2021

(1) Ditetapkan dan diundangkan tanggal 2 Februari 2021.


(2) Memuat IX Bab
(3) Memuat 41 Pasal
.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA

RUANG LINGKUP PP NOMOR 6 TAHUN 2021

Pasal 2

a. kewenangan Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah;


b. pelaksanaanPerizinan Berusaha di daerah;
c. Perda dan Perkada mengenai Perizinan Berusaha;
d. pelaporan Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah;
e. pembinaan dan pengawasan;
f. pendanaan; dan
g. sanksi administratif. .
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA

PERDA DAN PERKADA MENGENAI PERIZINAN BERUSAHA


Pasal 31

(1) Penyusunan Perda dan Perkada dalam rangka Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
di Daerah berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan dalam negeri dan melibatkan ahli dan/atau instansi vertikal di
daerah yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang pembentukan
peraturan perundangundangan.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan agar Perda dan Perkada
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, asas materi
muatan peraturan perundang-undangan, dan putusan pengadilan.
(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA

PERDA DAN PERKADA MENGENAI PERIZINAN BERUSAHA


Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan daerah mengenai rencana tata ruang
yang mendukung Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah.
(2) Kebijakan daerah mengenai rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas: a. Perda mengenai rencana tata ruang wilayah provinsi; b.
Perda mengenai rencana tata rLrang wilayah kabupaten/kota; dan c. Perkada
mengenai rencana detail tata ruang.
(3) Perda dan Perkada mengenai rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disusun dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA DI DAERAH

Pasal 34

(1) Pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah


dilakukan dengan cara terkoordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
(2) Pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Perrzinan Berusaha di Daerah:
a. Provinsi, dilakukan oleh:
1. Menteri untuk pembinaan dan pengawasan umum; dan
2. Menteri teknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian untuk
pembinaan dan pengawasan teknis;
b. Kabupaten/Kota, dilakukan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di
daerah untuk pembinaan dan pengawasan umum dan teknis.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA

KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32

(1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku Perda dan Perkada yang
mengatur Perizinan Berusaha di daerah wajib menyesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah ini paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak Peraturan Pemerintah
ini diundangkan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk Perda dan
Perkada yang jangka waktu penyesuaiannya ditentukan lain berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PERAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK

Untuk mewujudkan sinergitas pembangunan pusat dan daerah, serta pelayanan publik yang
berkualitas, khusus pada pelayanan perizinan berusaha di daerah melalui PTSP:

• Memberikan dukungan melalui pedoman penyusunan APBD setiap


tahunnya dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan
perizinan berusaha melalui PTSP berbasis elektronik secara nasional
yang diharapkan dapat memperbaiki iklim investasi daerah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menerapkan standar
pelayanan minimal (SPM) dalam melaksanakan urusan pemerintahan
wajib pelayanan dasar.
• Mendorong Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
penyelenggaraan PTSP secara elektronik dan menggunakan sistem
informasi dan terintegrasi dengan online single submission (OSS)
dalam penyelenggaraan perizinan berusaha di daerah.
• Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/145/SJ tanggal 12
Januari 2021 tentang Percepatan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021 dan kemudahan investasi
di daerah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
PERAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (LANJUTAN)

• Melakukan sinergi dan koordinasi ditingkat pusat dan daerah dalam


menciptakan kepercayaan yang lebih baik dalam berinvestasi
sehingga meningkatkan iklim Investasi dan usaha di daerah.
• Dalam mendukung penyederhanaan birokrasi dan mempercepat
penyelenggaraan perizinan berusaha di daerah, dengan mendorong
percepatan terbentuknya jabatan fungsional perizinan.
• Dalam meningkatkan mutu dan penguatan pengawasan
penyelenggaraan perizinan berusaha di daerah dapat melakukan
koordinasi dan melibatkan perangkat daerah satuan polisi pomong
praja sebagai penegak hukum (Peraturan Daerah) di daerah dan
mendorong ASN daerah menjadi jabatan fungsional Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS).
• Mendorong pengembangan standar kualifikasi dan kompetensi pada
penyelenggara perizinan berusaha di daerah.
PERMASALAHAN HARMONISASI TERHADAP RANCANGAN PRODUK
HUKUM DAERAH
1. Masih adanya semangat egoisme sektoral dari masing-
masing SKPD terkait, karena belum adanya persamaan
persepsi tentang peraturan perundang-undangan
sebagai suatu sistem sehingga pembahasan oleh wakil-
wakil SKPD terkait tidak bersifat menyeluruh tetapi
bersifat fragmentaris menurut kepentingan masing-
masing instansi.
2. Wakil-wakil yang diutus oleh SKPD terkait sering
berganti-ganti dan tidak berwenang untuk mengambil
keputusan sehingga pendapat yang diajukan tidak
konsisten, tergantung kepada individu yang ditugasi
mewakili, sehingga menghambat pembahasan.
PERMASALAHAN HARMONISASI TERHADAP RANCANGAN PRODUK
HUKUM DAERAH
2. Rancangan Perda yang akan diharmoniskan sering baru
dibagikan pada saat rapat atau baru dipelajari pada saat
rapat sehingga pendapat yang diajukan bersifat spontan
dan belum tentu mewakili pendapat instansi yang diwakili.
3. Adanya kepentingan tertentu sehingga pendapat atau
masukan dari Biro Hukum/ Bagian Hukum DIABAIKAN
dalam rapat pembahasan sehingga dikhawatirkan terdapat
permasalahan yang muncul di kemudian hari.
4. Fungsional Perancang Peraturan Perundang-
undangan (legislative drafter) masih terbatas dan belum
memiliki spesialisasi untuk menguasai bidang hukum
tertentu, karena jabatan fungsional Perancang Peraturan
Perundang-undangan dianggap jabatan yang tidak cukup
menarik.
PERAN BIRO DAN BAGIAN HUKUM
1. Bahwa peran Biro Hukum Provinsi/Bagian Hukum
Kab/Kota dalam pembentukan Perda mempunyai
fungsi yang sangat penting karena merupakan filter
untuk mengawal proses pembentukan Perda, mulai
dari perencanaan sampai dengan pengundangan
dimaksud agar tidak menimbulkan masalah hukum di
kemudian hari.
2. Di antara rangkaian proses pembentukan Perda
dimaksud Biro Hukum Provinsi/Bagian Hukum
Kab/Kota melakukan proses pengharmonisasian.
Proses pengharmonisasian dimaksudkan agar tidak
terjadi atau mengurangi tumpang tindih peraturan
perundang-undangan.
3. Bahwa Biro Hukum Provinsi/Bagian Hukum Kab/Kota dalam
melakukan proses harmonisasi juga harus menggunakan prinsip
Tertib Regulasi sehingga Perda yang dihasilkan berkualitas dan
efektif, sehingga tidak dimintakan pembatalan oleh pihak-pihak
yang berkeberatan dengan materi muatan perda dimaksud.
4. Produk hukum daerah yang berkualitas dimaknai bahwa produk
hukum tersebut secara materi muatan dan teknis penyusunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dapat
menyelesaikan masalah dan menjawab kebutuhan masyarakat.
5. Produk hukum daerah yang efektif dimaknai bahwa produk
hukum yang dibuat tidak selesai begitu saja pada saat
ditetapkan, melainkan produk hukum tersebut sesuai dengan
kebutuhan, berlaku tepat guna atau berhasil guna atau tepat
sasaran atau tercapai tujuannya dan implementatif pada tataran
pelaksanaannya sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Rekomendasi dalam meningkatkan kelancaran eksekusi investasi besar di daerah

Inventarisasi dan revisi regulasi daerah yang menghambat


investasi

Pelayanan prima dengan memberikan “karpet merah” bagi


investor besar

Pemasangan (matchmaking) investor dengan pengusaha


lokal difasilitasi oleh pemerintah daerah

Anda mungkin juga menyukai