Anda di halaman 1dari 13

1

DRAFT

BUPATI BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN BUPATI BANDUNG

NOMOR :
LAMPIRAN :

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PENGAWASAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO


DI KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 huruf d dan huruf g


Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5
Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, Bupati melaksanakan
pengawasan atas penerbitan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko sesuai dengan kewenangannya;
b. bahwa pelaksanaan pengawasan atas penerbitan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko sebagaimana dimaksud pada huruf
a dilakukan secara terintegrasi dan terkoordinasi melalui
subsistem Pengawasan pada Sistem Online Single
Submission (OSS);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pembentukan
Tim Teknis Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
di Kabupaten Bandung, dengan Keputusan Bupati.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
2

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5357);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
15);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 15);
9. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221);
10.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1956);
11.Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3
Tahun 2021 tentang Sistem Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko Terintegrasi Secara Elektronik (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 271);
12.Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5
Tahun 2021 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 273);
13.Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Bandung, sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 8 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Daerah Kabupaten bandung Nomor 12 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung
3

Tahun 2021 Nomor 8);


14.Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2019
tentang Penanaman Modal (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung tahun 2019 Nomor 45);
15.Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 1 Tahun 2020
tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung tahun 2020 Nomor 54);
16.Peraturan Bupati Bandung Nomor 151 Tahun 2021 tentang
Pendelegasian Wewenang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bandung (Berita
Daerah Kabupaten Bandung tahun 2021 Nomor 151),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati
Bandung Nomor 51 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Bupati Bandung Nomor 151 Tahun 2021 tentang
Pendelegasian Wewenang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bandung (Berita
Daerah Kabupaten Bandung tahun 2022 Nomor 51).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Membentuk Tim Teknis Pengawasan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko di Kabupaten Bandung, dengan susunan
keanggotaan Tim Teknis dan uraian tugas Tim Teknis
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II
keputusan ini.
KEDUA : Tujuan pembentukan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada
diktum KESATU adalah :
a. memastikan kepatuhan pemenuhan persyaratan dan
kewajiban oleh Pelaku Usaha.
b. mengumpulkan data, bukti, dan/atau laporan terjadinya
bahaya terhadap keselamatan, kesehatan, lingkungan
hidup, dan/atau bahaya lainnya yang dapat ditimbulkan
dari pelaksanaan kegiatan usaha; dan
c. rujukan pembinaan atau pengenaan sanksi administratif
terhadap pelanggaran Perizinan Berusaha.
d. Memastikan Pelaku Usaha yang sudah berizin melaporkan
perkembangan realisasi Penanaman Modal serta pemberian
fasilitas, insentif dan kemudahan untuk Penanaman Modal,
dan/atau kewajiban kemitraan.
KETIGA : Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada Diktum Pertama
melakukan pengawasan kepada Pelaku Usaha dalam negeri
(Penanam Modal Dalam Negeri / PMDN) yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEEMPAT : Tim Teknis Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko di
Kabupaten Bandung sebagaimana dimaksud pada diktum
KESATU memiliki fungsi yaitu :
4

a. Merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan


pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko;
b. memantau dan memastikan pelaksanaan kegiatan usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. meningkatkan sinergitas penyelenggaraan pelaksanaan
pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
KELIMA : Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dilakukan
secara terintegrasi dan terkoordinasi antara DPMPTSP dengan
Perangkat Daerah terkait melalui subsistem Pengawasan pada
Sistem OSS.
KEENAM : Pelaksanaan pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
dikoordinasikan oleh DPMPTSP Kabupaten Bandung.
KETUJUH : Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko melalui Sistem
OSS dilaksanakan kepada Pelaku Usaha yang telah
mendapatkan Perizinan Berusaha.
KEDELAPAN : Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dilaksanakan
terhadap setiap kegiatan usaha berdasarkan tingkat Risiko dan
tingkat kepatuhan Pelaku Usaha.
KESEMBILAN : Jenis-jenis pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko,
meliputi :
1. Pengawasan Rutin.
2. Pengawasan Insidental.
KESEPULUH : Pengawasan rutin sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESEMBILAN dilakukan melalui laporan pelaku usaha yang
memuat perkembangan kegiatan usaha dan inspeksi lapangan.
KESEBELAS : Inspeksi lapangan sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESEPULUH dilakukan untuk memeriksa kesesuaian data dan
informasi yang disampaikan pada laporan berkala dengan
pelaksanaan fisik kegiatan usaha.
KEDUABELAS : Pengawasan insidental sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESEMBILAN dilakukan untuk memeriksa kesesuaian data dan
informasi dengan pelaksanaan kegiatan usaha dan dapat
dilakukan karena adanya keadaan tertentu, yaitu :
a. adanya pengaduan masyarakat;
b. adanya pengaduan dan/atau kebutuhan dari Pelaku Usaha;
c. adanya indikasi Pelaku Usaha melakukan kegiatan tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan/atau
d. kebutuhan yang sangat mendesak berupa terjadinya
pencemaran lingkungan dan/atau hal-hal lain yang dapat
membahayakan keselamatan masyarakat dan/atau
mengganggu perekonomian nasional maupun perekonomian
daerah.
KETIGABELAS : Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas menjadi
tanggung jawab masing-masing Perangkat Daerah yang
tergabung dalam Tim sebagaimana dimaksud pada diktum
KESATU, yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Kabupaten Bandung dan/atau sumber anggaran lainnya
5

yang sah.
KEEMPATBELAS : Hal-hal Lain yang belum cukup diatur dalam keputusan ini
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur
kemudian oleh Ketua Tim.
KELIMABELAS : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
KEENAMBELAS : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Soreang
Pada tanggal

BUPATI BANDUNG,

M. DADANG SUPRIATNA

Tembusan, disampaikan kepada :


Yth. 1. Pimpinan DPRD Kabupaten Bandung.
2. Para Asisten dan Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah Kabupaten
Bandung.
3. Para Kepala Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bandung.
4. Para Camat se-Kabupaten Bandung.
6

LAMPIRAN I : KEPUTUSAN BUPATI BANDUNG


Nomor :
Tanggal :
Tentang : PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PENGAWASAN PERIZINAN BERUSAHA
BERBASIS RISIKO DI KABUPATEN BANDUNG

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM TEKNIS


PENGAWASAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO
DI KABUPATEN BANDUNG

1. Pengarah : Bupati Bandung


2. Penanggungjawab : Sekretaris Daerah
3. Ketua : Asisten Perekonomian dan Pembangunan
4. Ketua Harian : Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP)
5. Wakil Ketua Harian : Sekretaris DPMPTSP
6. Sekretaris : Kepala Bidang Penanaman Modal – DPMPTSP
7. Anggota Tetap :
a. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu :
1) Unsur Bidang Penanaman Modal.
2) Unsur Bidang Pengawasan Advokasi dan Peningkatan Layanan.
3) Unsur Bidang Pelayanan Perizinan.

b. Perangkat Daerah Terkait (sesuai Kewenangan) :


1) Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan :
- Unsur Bidang Usaha Perikanan.
- Unsur Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan.
2) Dinas Pertanian :
- Unsur Bidang Pelayanan Usaha dan Pengendalian Bencana.
3) Dinas Lingkungan Hidup :
- Unsur Bidang pengendalian pencemaran dan penaatan hukum lingkungan.
- Unsur Bidang Tata Lingkungan.
4) Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah :
- Unsur Bidang Penilaian dan Pengawasan Koperasi.
5) Dinas Perdagangan dan Perindustrian :
- Unsur Bidang Pengembangan Perdagangan dan Pengendalian Barang
Pokok.
- Unsur Bidang Pengawasan dan Kerjasama Industri.
7

6) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang :


- Unsur Bidang Tata Ruang.
- Unsur Bidang Bangunan Gedung dan Pengembangan Permukiman.
- Unsur Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penyediaan Air Minum.
- Unsur Bidang Drainase dan Infrastruktur Persampahan.
- Unsur Bidang Jalan.
7) Dinas Perhubungan :
- Unsur Bidang Angkutan.
8) Dinas Kesehatan :
- Unsur Bidang Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Unsur Bidang Sumber Daya Kesehatan.
9) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata :
- Unsur Bidang pengembangan destinasi dan sumber daya.
10) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan :
- Unsur Bidang Pengembangan Perumahan
11) Dinas Ketenagakerjaan :
- Unsur Bidang Pelatihan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja
12)Dinas Pemuda dan Olah Raga :
- Unsur Bidang Pembinaan Organisasi Kepemudaan.
- Unsur Bidang Pemberdayaan Kepemudaan.
13)Satuan Polisi – Pamong Praja :
- Unsur Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan
:
8. Anggota Tidak Tetap
- Unsur Bidang Promosi, Peluang Investasi dan Pengembangan Data dan
Informasi - DPMPTSP

9. Sekretariat :
- Unsur Bidang Penanaman Modal – DPMPTSP.
- Unsur Bidang Pengawasan Advokasi dan Peningkatan Layanan – DPMPTSP.

BUPATI BANDUNG,

M. DADANG SUPRIATNA
8

LAMPIRAN II : KEPUTUSAN BUPATI BANDUNG


Nomor :
Tanggal :
Tentang : PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PENGAWASAN PERIZINAN BERUSAHA
BERBASIS RISIKO DI KABUPATEN BANDUNG.

URAIAN TUGAS TIM TEKNIS


PENGAWASAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO
DI KABUPATEN BANDUNG

1. Pengarah
Memberikan dukungan kebijakan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
2. Penanggungjawab
a. Membina dan memberikan arahan dalam pelaksanaan tugas pengawasan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
b. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko kepada Pengarah.
3. Ketua
a. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan tugas pengawasan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.
b. Mengkoordinasikan tugas pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas pengawasan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko kepada Penanggung Jawab.
4. Ketua Harian
a. Membantu Ketua dalam pelaksanaan tugas.
b. Menyelenggarakan koordinasi dan konsolidasi berkaitan dengan pelaksanaan
pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
c. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan pelaksanaan pengawasan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.
d. Melakukan evaluasi hasil pelaksanaan pengawasan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko.
e. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko kepada Ketua.
5. Wakil Ketua
Membantu/mewakili Ketua Harian dalam pelaksanaan tugas.
6. Sekretaris
a. Menyusun rencana koordinasi, konsolidasi dan evaluasi pelaksanaan
Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
9

b. Melakukan fasilitasi Pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis


Risiko.
c. Melakukan fasilitasi Inspeksi Lapangan secara virtual, dalam hal inspeksi
lapangan tidak dapat dilakukan dengan kunjungan fisik.
d. Menyelenggarakan dan memfasilitasi pelaksanaan koordinasi, konsolidasi dan
evaluasi pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
e. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha.
f. Melaksanakan fasilitasi pembinaan kepada Pelaku Usaha dalam hal ditemukan
ketidaksesuaian/ketidakpatuhan atas ketentuan peraturan perundang-
undangan.
g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua Harian mengenai
pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
h. Menyusun laporan hasil pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko;
i. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko kepada Ketua Harian.

7. Anggota Tetap :
a. DPMPTSP
1) Melaksanakan pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, meliputi :
a) Pembinaan, pendampingan atau penyuluhan terkait kegiatan usaha
bagi Pelaku Usaha Mikro dan Pelaku Usaha Kecil.
b) Pengawasan Rutin atas kepatuhan administratif kepada Pelaku Usaha
Menengah dan Pelaku Usaha Besar melalui laporan Pelaku Usaha yang
memuat perkembangan kegiatan usaha.
Pengawasan dilakukan terhadap : realisasi Penanaman Modal, realisasi
tenaga kerja, realisasi produksi termasuk nilai ekspor, kewajiban
kemitraan dengan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah dan
kewajiban lainnya terkait pelaksanaan Penanaman Modal yang
disampaikan oleh Pelaku Usaha orang perseorangan, dan badan usaha
c) Pengawasan Rutin atas kepatuhan administratif kepada Pelaku Usaha
Menengah dan Pelaku Usaha Besar melalui Inspeksi Lapangan untuk
memeriksa kesesuaian data dan informasi yang disampaikan pada
laporan berkala dengan pelaksanaan fisik kegiatan usaha, melalui :
- Pembinaan dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan meliputi
fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh Pelaku
Usaha, pemberian penjelasan, konsultasi, dan/atau bimbingan
teknis mengenai ketentuan pelaksanaan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko; dan/atau
- Pemeriksaan administratif dan/atau fisik meliputi kegiatan
pengecekan lokasi usaha, realisasi nilai Penanaman Modal, tenaga
kerja, mesin/peralatan, bangunan/gedung, kewajiban terkait
fasilitas, insentif dan kemudahan untuk Penanaman Modal,
kewajiban kemitraan, dan/atau kewajiban lainnya terkait
pelaksanaan Penanaman Modal.
d) Penilaian kepatuhan administratif.
10

e) Penyusunan data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan


inspeksi lapangan rutin dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan
(BAP) serta ditandatangani oleh pelaksana inspeksi lapangan dan
Pelaku Usaha di lokasi proyek secara elektronik pada Sistem OSS. BAP
memuat indikator penilaian kepatuhan teknis dan administratif. Nilai
kepatuhan Pelaku Usaha terdiri atas : baik sekali, baik dan kurang
baik. Dalam hal Pelaku Usaha di lokasi Proyek menolak untuk
menandatangani BAP, kesimpulan hasil inspeksi lapangan dilengkapi
dengan keterangan penolakan dari Pelaku Usaha.
f) Pengawasan Insidental, melalui :
- pembinaan dalam bentuk pendampingan dan penyuluhan meliputi
kegiatan fasilitasi penyelesaian permasalahan yang dihadapi Pelaku
Usaha, pemberian penjelasan dan/atau konsultasi; dan/atau
- pemeriksaan administratif dan fisik meliputi kegiatan pengecekan
lokasi usaha, realisasi nilai Penanaman Modal, tenaga kerja,
mesin/peralatan, bangunan/gedung, kewajiban terkait fasilitas,
insentif dan kemudahan untuk Penanaman Modal, kewajiban
kemitraan, dan/atau kewajiban lainnya terkait pelaksanaan
Penanaman Modal.
g) Penyusunan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) hasil Pengawasan
Insidental.
2) Melaksanakan pengawasan Inspeksi Lapangan secara virtual, dalam hal
inspeksi lapangan tidak dapat dilakukan dengan kunjungan fisik.
3) Melakukan tindakan administratif atas Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
berdasarkan permohonan Pelaku Usaha; atau putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap yang diajukan dan/atau diproses secara
daring melalui Sistem OSS sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
4) Menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha.

b. Perangkat Daerah terkait (sesuai Kewenangan) :


1) Mengusulkan penyesuaian dan/atau penambahan lokasi dan/atau Pelaku
Usaha yang akan dilakukan inspeksi lapangan melalui Sistem OSS sesuai
ketentuan.
2) Mempersiapkan perangkat kerja pengawasan sesuai ketentuan.
3) Memberikan informasi kepada DPMPTSP sesuai dengan ketentuan, dalam
hal inspeksi lapangan tidak dilaksanakan sesuai rencana inspeksi
lapangan.
4) Melaksanakan Inspeksi Lapangan atas kepatuhan teknis (pemenuhan
persyaratan dan/atau kewajiban Perizinan Berusaha).
5) Melakukan penilaian kepatuhan teknis yang diperoleh dari indikator
pemenuhan persyaratan dan/atau kewajiban Perizinan Berusaha.
6) Menyusun data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
inspeksi lapangan dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan (BAP)
serta ditandatangani oleh pelaksana inspeksi lapangan dan Pelaku Usaha
di lokasi proyek secara elektronik pada Sistem OSS. BAP memuat indikator
penilaian kepatuhan teknis dan administratif. Nilai kepatuhan Pelaku
Usaha terdiri atas : baik sekali, baik dan kurang baik.
11

Dalam hal Pelaku Usaha di lokasi Proyek menolak untuk menandatangani


BAP, kesimpulan hasil inspeksi lapangan dilengkapi dengan keterangan
penolakan dari Pelaku Usaha.
7) Melakukan evaluasi perizinan berusaha dalam hal hasil inspeksi lapangan
untuk risiko rendah, menengah rendah, menengah tinggi dan tinggi telah
dilakukan selama 2 (dua) tahun berturut-turut dan Pelaku Usaha belum
dinilai patuh atau mendapatkan nilai kepatuhan baik/kurang baik.
8) Memberikan usulan untuk mengeluarkan Pelaku Usaha dari daftar rencana
inspeksi lapangan tahunan berikutnya melalui sistem OSS berdasarkan
hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada poin 7 (tujuh).
9) Melaksanakan pembinaan, perbaikan dan/atau penerapan sanksi dalam
hal hasil pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko menunjukan
adanya ketidaksesuaian/ketidakpatuhan Pelaku Usaha atas ketentuan
peraturan perundang-undangan :
- Pembinaan dapat berupa pendampingan dan penyuluhan meliputi :
pemberian penjelasan, konsultasi, bimbingan teknis dan/atau kegiatan
fasilitasi penyelesaian atas permasalahan yang dihadapi Pelaku Usaha.
- Penerapan sanksi dilakukan dengan mencatatkan informasi pemberian
sanksi ke dalam Sistem OSS.
10) Melakukan verifikasi lebih lanjut atas laporan pengaduan masyarakat
dan/atau Pelaku Usaha terkait dengan :
a) pelaksanaan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko;
b) pelaksanaan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan standar
kegiatan usaha dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) kegiatan Pengawasan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
d) penyalahgunaan penggunaan Sistem OSS yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
11) Memberikan notifikasi melalui Sistem OSS atas tindak lanjut hasil
verifikasi kepada Pelaku Usaha dan Pelapor.
12) Melaksanakan tindak lanjut berupa pembinaan atau pemberian sanksi
sesuai kewenangannya dalam hal verifikasi sebagaimana dimaksud pada
poin 10 membuktikan adanya pelanggaran.

8. Anggota Tidak Tetap :


a. Memberikan data kepada Ketua Harian melalui Sekretaris mengenai Pelaku
Usaha yang telah mendapatkan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko sebagai
bahan untuk pelaksanaan pengawasan.
b. Memberikan masukan/saran mengenai pelaksanaan Pengawasan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.
c. Memberikan dukungan pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko.

9. Sekretariat :
a. Menyusun draft rencana koordinasi, konsolidasi dan evaluasi pelaksanaan
Pengawasan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
12

b. Menyusunan draft rencana Pengawasan Rutin (Inpeksi Lapangan Tahunan)


berdasarkan tingkat risiko dan tingkat kepatuhan pelaku usaha melalui Sistem
OSS, dengan frekuensi pelaksanaan sebagai berikut :
- Untuk risiko Rendah dan Menengah Rendah dilaksanakan sekali dalam
setahun untuk setiap lokasi usaha.
- untuk risiko Menengah Tinggi dan Tinggi dilaksanakan 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun untuk setiap lokasi usaha.
Rencana inspeksi lapangan tahunan disusun ke dalam database Pengawasan
pada Sistem OSS, memuat : nama Pelaku Usaha; lokasi proyek
(kabupaten/kota); realisasi Penanaman Modal; dan pemanfaatan fasilitas,
insentif dan kemudahan untuk Penanaman Modal.
c. Menyusun kompilasi daftar skala prioritas pelaku usaha yang akan dilakukan
inspeksi lapangan, dengan mempertimbangkan : Perizinan Berusaha; nilai
rencana Penanaman Modal; pemenuhan persyaratan dasar Perizinan
Berusaha; perkembangan realisasi Penanaman Modal; kegiatan usaha yang
menjadi prioritas nasional: dan/atau kriteria prioritas lainnya.
d. Melakukan notifikasi / meneruskan rencana inspeksi lapangan kepada
Perangkat Daerah Terkait.
e. Mengusulkan daftar Pelaku Usaha pada rencana inspeksi lapangan tahunan
melalui Sistem OSS dalam hal Pelaku Usaha belum tersedia dalam Sistem
OSS.
f. Memperbarui rencana inspeksi lapangan tahunan pada database Pengawasan
pada Sistem OSS berdasarkan usulan dan/atau tambahan dari Perangkat
Daerah terkait sesuai ketentuan.
g. Mempersiapkan perangkat kerja pengawasan, meliputi :
- data, profil dan informasi Pelaku Usaha yang terdapat pada Sistem OSS;
- surat tugas pelaksana inspeksi lapangan (diinput melalui Sistem OSS sesuai
format yang ditentukan) paling lambat 4 (empat) Hari sebelum tanggal
pelaksanaan inspeksi lapangan rutin;
- surat pemberitahuan kunjungan (diinput melalui Sistem OSS sesuai format
yang ditentukan), diterbitkan dan disampaikan kepada Pelaku Usaha oleh
Sistem OSS paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum tanggal pelaksanaan
inspeksi rutin sesuai format pada Sistem OSS.
- daftar pertanyaan bagi Pelaku Usaha terkait pemenuhan standar
pelaksanaan kegiatan usaha dan kewajiban (dapat diakses melalui Sistem
OSS);
- Berita Acara Pemeriksaaan (BAP); dan
- perangkat kerja lainnya yang diperlukan dalam rangka mendukung
pelaksanaan Pengawasan.
h. Menyusun draft laporan hasil pelaksanaan Pengawasan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko.

BUPATI BANDUNG,
13

M. DADANG SUPRIATNA

Anda mungkin juga menyukai