Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Daya saing perekonomian suatu negara pada masa globalisasi saat ini

ditandai dengan arus informasi yang besar yang menyebabkan keunggulan

kompetitif bergeser dari penggunaan sumber daya material seperti sumber daya

alam, sumber daya manusia, infrastruktur, dan teknologi menuju sumber daya tak

berwujud seperti inovasi, kualitas, penelitian dan pengembangan, dan informasi.

(intangible assets). Sumber daya tak berwujud yang telah disebutkan sebelumnya

merupakan hasil dari pemikiran dan intelektualitas manusia yang tentu

memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat secara umum dan secara

khusus bagi perekonomian. Oleh karena itu terdapat suatu hak bagi pemilik karya

intelektual tersebut untuk mengklaim bahwa karya tersebut adalah milik pribadi.

Secara umum hal ini disebut sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Hak Kekayaan Intelektual dalam tren berkembangnya ekonomi kreatif di

abad ke-21 telah dipahami sebagai sebuah instrumen penting dalam pembangunan

perekonomian dan penciptaan aset-aset baru. Di berbagai negara khusunya negara

maju, kekayaan intelektual telah menjadi barang input bagi pertumbuhan

ekonomi. Namun di negara berkembang kekayaan intelektual belum diberdayakan

secara optimal. Memang tidak bisa dimungkiri bahwa HAKI masih dipandang

terlalu asing di negara berkembang walaupun dampaknya telah dirasakan seperti

berkembangnya industri telekomunikasi, musik, otomotif, dan sebagainya. HAKI


tidak hanya menguntungkan pihak pemilik karya namun menguntungkan

masyarakat juga seperti mendorong investasi dan penciptaan barang dan jasa yang

baru. Berbagai kekayaan intelektual yang dikembangkan malah justru mendorong

perluasan pengetahuan, peningkatan investasi dalam penelitian dan

pengembangan (R&D), perluasan dukungan bagi kreativitas pekerja seni, dan

perlindungan konsumen menjadi lebih kuat.

Kekayaan intelektual dalam kenyataannya dilapangan selalu menemui

kendala dan hambatan sehingga dampaknya bagi perekonomian menjadi kurang

maksimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sattar dan Mahmood (2011),

kekayaan intelektual perlu dilindungi karena maraknya kejahatan seperti peniruan,

plagiasi, pencurian dan lain sebagainya yang membuat pihak dibalik kekayaan

intelektual menjadi tidak mendapat keuntungan dari karyanya dan mengurangi

semangat untuk mengembangkan ide-ide baru. Praktik-praktik seperti plagiasi dan

pencurian mereproduksi properti intelektual tanpa mengeluarkan biaya riset

sehingga harga yang ditawarkan menjadi lebih kompetitif dengan biaya lebih

rendah dibandingkan harga yang ditawarkan pihak pencipta. Proteksi terhadap

kekayaan intelektual menjadi perlu dan telah menjadi komponen penting bagi

pertumbuhan ekonomi baik di negara maju dan berkembang. Dengan adanya

proteksi, maka pihak pemilik properti intelektual memiliki kesempatan untuk

meraih keuntungan dan membelanjakan modal fisik dan sumber daya lain dalam

proses berinovasi.

Beberapa negara dalam dua puluh tahun terakhir ini telah melakukan

perbaikan dalam struktur penegakan perlindungan HAKI baik dari sisi hukum
maupun ekonomi. Perbaikan yang dilakukan tidak terlepas dari pandangan bahwa

proteksi HAKI yang kuat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari

meningkatnya pengembalian dari properti intelektual (return) dan insentif untuk

mengembangkan ide atau inovasi. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan

oleh Schneider (2005) dalam kajiannya mengenai HAKI di negara maju dan

bekembang. Dalam penelitiannya dijelaskan lebih jauh bahwa dampak positif

HAKI di negara maju telah konsisten sedangkan dalam negara berkembang masih

dipertanyakan oleh beberapa penelitian.

Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir terdapat pergeseran tren

perekonomian ketika industri kreatif di seluruh dunia mulai bertumbuh di abad

ke-21 dimana aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan

pengetahuan dan informasi mulai diperhitungkan dalam perekonomian secara

makro. Tentu dalam masa dimana ekonomi kreatif bertumbuh ini proteksi HAKI

menjadi sangat penting. Dalam ekonomi kreatif sumber daya seperti kreatifitas,

inovasi, dan penemuan (invention) menjadi sumber daya yang sangat

dimanfaatkan bagi kemajuan perekonoman. Ekonomi kreatif adalah sebuah istilah

yang merujuk pada penggunaan informasi dan kreativitas yang dominan dalam

aktivitas ekonomi yang bercirikan penggunaan ide dan pengetahuan sebagai faktor

produksinya. Negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Perancis, dan negara-

negara maju lainnya di Eropa menjadi bukti bagi pengembangan ekonomi kreatif

di dunia dimana di negara tersebut pengembangan properti intelektual dalam

bidang militer, hiburan, kesehatan, dan teknologi berkembang pesat. Hal itu tidak
terlepas dari ketatnya perlindungan HAKI sehingga selalu ada penciptaan karya

dan produk-produk baru.

Penelitian-penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa proteksi HAKI

memberi dampak positif bagi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun

jika ditelusuri lebih jauh, menurut penelitan yang dilakukan oleh Kim et al.

(2012), HAKI tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi dalam negara dengan pendapatan menengah kebawah. Hal ini

disebabkan oleh infrastruktur pembangunan yang belum mampu mendukung

kebijakan perlindungan HAKI. Di sisi lain, di negara berpendapatan tinggi atau

negara maju HAKI memiliki dampak yang signifikan. Temuan ini terdapat dalam

penelitian (Falvey dan Foster-McGregor (2006) yang mengobservasi 60 negara

maju dan berkembang di seluruh dunia.

Grafik 1.1 Perkembangan Indeks HAKI 10 Negara Dunia

Iceland

UK

France 2018
Cameroon 2017
2016
Brazil 2015
2014
China 2013
Indonesia 2012
2011
Malaysia 2010
2009
New Zealand

Japan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sumber: International Property Rights Index (2018)


Penelitian dan fakta-fakta yang telah disebutkan diatas dilakukan pada

tahun-tahun sebelum 2010 dan tentu perekonomian selalu bergerak dan berubah.

Terdapat sebuah perubahan dimana kebijakan proteksi yang dilakukan berbagai

negara telah dijalankan lebih ketat di beberapa negara maju dan berkembang. Dari

grafik diatas dapat dilihat angka indeks perlindungan properti intelektual yang

cenderung naik setiap tahunnya. Hal itu berarti bahwa pemilik properti intelektual

di beberapa negara tersebut telah dapat menikmati pengembalian (return) dari

properti yang diciptakannya serta berdampak pada kesejahteraan perekonomian

dan masyarakat. Namun hal yang menjadi pertanyaan yang sekaligus membuat

topik ini menjadi hangat untuk diteliti adalah seberapa besar dampaknya bagi

perekonomian. Tidak hanya sekedar berdampak secara normatif.

Kondisi perekonomian tiap-tiap negara di dunia berbeda, baik dari segi

sumber daya dan pendapatan. Fakta ini menjadi menarik bagi perkembangan

kebijakan proteksi properti intelektual. Hal ini mendukung penelitian terdahulu,

terutama bukti-bukti empiris yang dihasilkan dari penelitian-penelitian tersebut.

Dalam konteks sistem HAKI di benua Asia, terdapat pula keberagaman dalam

implementasinya seperti yang terdapat dalam grafik diatas yaitu negara Cina,

Indonesia, Malaysia, Jepang, dan Australia yang angka indeksnya berbeda-beda.

Keberagaman dalam nilai indeks HAKI menandakan Asia cukup baik dalam hal

pengoptimalan aset non-material. Jika melihat kondisi negara-negara di benua

Eropa dan Amerika dengan sistem HAKI-nya, Eropa dan Amerika memiliki

keberagaman yang cukup besar walaupun negara-negara di Eropa dan Amerika

sebagian besar berada dalam kelompok pendapatan tinggi dan menengah ke atas.
Eropa dan juga Amerika merupakan salah satu poros penggerak perekonomian

dunia ditandai dengan pembangunan infrastruktur yang maju. Hal tersebut

menjadi modal yang baik untuk mengembangkan properti dan temuan intelektual

di negara tersebut. Sedangkan di benua Afrika dan kawasan Timur tengah kondisi

perekonomian cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan ini dikarenakan

penurunan harga-harga minyak dan komoditas lainnya belum lagi di kawasan ini

stabilitas sosial dan politik selalu terganggu dan banyaknya masalah sosial yang

melanda.

Tabel 1.1 Klasifikikasi Perekonomian Negara Dunia

Kelompok Negara Pendapatan perkapita Klasifikasi Bank Dunia

(GNI/POP)

Pendapatan tinggi ≥ $12,376

Negara Maju
Pendapatan menengah keatas $3,996 - $12,375

Pendapatan menengah kebawah $1,026 - $3,995

Negara berkembang
Pendapatan rendah ≤ $1,025

Sumber : World Bank (2018)

Keberagaman dalam kondisi ekonomi dan politik ini dapat menjadi satu

petunjuk bahwa terdapat pula keberagaman dalam aspek kelembagaan atau

institusi yang turut mempengaruhi perbedaan dalam dampak dan penegakan

proteksi HAKI di berbagai negara dunia. Perbedaan inilah yang membuat HAKI

dan perumbuhan ekonomi sebagai topik penelitian yang menarik. Oleh karena itu
topik penelitian ini diberi judul “Analisis Pengaruh Perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Empiris Pada Negara Maju

Dan Berkembang”

I.2 Identifikasi Masalah

Banyaknya properti intelektual yang diciptakan di suatu negara baik itu

inovasi, penelitian, dan ekonomi kreatif belum tentu dapat berdampak bagi

pertumbuhan ekonomi. Dibutuhkan suatu sistem perlindungan yang efektif untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan

sebelumya, permasalahan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh proteksi HAKI terhadap pertumbuhan ekonomi

dunia pada periode 20019-2018?

2. Bagaimana pengaruh proteksi HAKI terhadap pertumbuhan ekonomi

dunia di negara maju periode 20019-2018?

3. Bagaimana pengaruh proteksi HAKI terhadap pertumbuhan ekonomi

dunia di negara berkembang periode 20019-2018?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana dampak perlindungan

HAKI terhadap pertumbuhan ekonomi dalam lingkup perekonomian dunia dan

secara parsial dalam lingkup perekonomian negara maju dan berkembang.

Penelitian ini juga hendak mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi


pertumbuhan ekonomi (variabel eksogen) sekaligus sebagai variabel pelengkap

selain variabel utama yaitu HAKI.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat menjadi suatu referensi bagi pembuat kebijakan

dalam mempertimbangkan kebijakan yang berkaitan dengan HAKI.

2. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian

berikutnya terutama yang berkaitan dengan HAKI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan pemahaman-pemahaman yang digunakan dalam

penelitian ini. Pemahaman yang menjadi fondasi bagi penelitian ini adalah didapat

dari aspek teoritis dan empiris. Aspek teoritis menjelaskan Hak Kekayaan

Intelektual dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan teori-teori yang sudah ada

sebelumnya. Sedangkan aspek empiris menjelaskan hal yang sama namun

berdasarkan penelitian-penelitian dan fakta yang ditemukan oleh para pemeliti

terdahulu. Untuk mematangkan pemahaman dan konsep dalam penelitian ini, pada

bagian akhir bab akan dipaparkan kerangka pemikiran masalah pada penelitian ini

serta hipotesis untuk mendukung analisis.

II.1 Kajian Teoritis

II.1.1 Teori Ekonomi Kelembagaan

Sudah sejak lama perekonomian di berbagai negara dunia dijalankan

dengan semangat ekonomi klasik dan atau neoklasik. Menurut teori,

perekonomian berjalan dan bertumbuh dengan kebijakan yang berlandaskan

liberalisasi atau kebebasan individu atau kelompok dalam mengelola modalnya.

Dalam pandangan klasik/neo-klasik perekonomian bekerja di suatu tempat yang

dinamakan ‘pasar’. Di tempat ini secara alamiah terjadi pertemuan dua unsur

ekonomi yang sangat vital, yaitu permintaan dan penawaran dan membentuk

keseimbangan. Dalam pasar terdapat banyak sumber daya yaitu input seperti

tanah, tenaga kerja dan lainnya yang diolah menjadi output yang kemudian
menghasilkan keuntungan dari proses pertukaran (exchange). Lebih jauh lagi

ketika perekonomian di pasar berjalan dengan ditandai meningkatnya sumber

daya dan output maka terjadilah apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi.

Pembahasan lebih detail mengenai pertumbuhan ekonomi akan dijabarkan dalam

bab ini pada poin pertumbuhan ekonomi.

Namun terdapat beberapa kekurangan dalam teori ekonomi klasik maupun

neo-klasik terlebih ketika penggunaan teori tersebut dalam aplikasinya

menghasilkan kegagalan pasar dan informasi yang tidak sempurna. Hal itu

barangkali disebabkan oleh absennya aturan dan lembaga-lembaga dalam hal ini

adalah pemerintah dalam perekonomian. Maka dari itu muncul pemikir-pemikir

ekonomi yang memandang bahwa perekonomian adalah sebuah institusi besar

dalam sebuah sistem sosial dan kemasyarakatan dan ini sekaligus sebagai

perbaikan bagi teori-teori sebelumnya. Pasar yang sebelumnya adalah tempat atau

arena bertemunya permintaan dan penawaran kini dianggap sebagai suatu

institusi. Dalam pasar yang sebelumnya terdapat sumber daya seperti tanah,

tenaga kerja, bahan baku pada zaman globalisasi telah bergeser kepada hal-hal

yang bersifat immaterial. Pemahaman ini memuncak dan berdiri sendiri dalam

ilmu ekonomi dan dikenal sebagai Teori Kelembagaan.

Ekonomi kelembagaan adalah kajian baru dalam ilmu ekonomi yang

menekankan pada pentingnya aspek kelembagaan dalam menentukan bagaimana

sistem ekonomi dan sosial bekerja untuk mencapai pertumbuhan (Yustika, 2012).

Salah satu aspek penting dalam ekonomi kelembagaan adalah property right atau

hak kepemilikan. Hak kepemilikan menjadi sangat sentral dalam perekonomian


karena ini merupakan bagian dari aturan dalam institusi ekonomi. Dalam praktik

ekonomi sebelumnya dengan menggunakan pemahaman klasik/neoklasik hal ini

tidak terperhatikan. Sumber daya dan modal tidak jelas aspek kepemilikannya

secara konsep, teori, dan perlindungan. Perhatian ekonomi kelembagaan terhadap

hak kepemilikan ini dicetuskan oleh Thorstein Veblen sebagai kritik atas teori

ekonomi klasik/neoklasik yang miskin aturan dan memberi kesan bahwa pasar

yang digerakkan oleh tangan yang tak terlihat berimplikasi pada ketidakperluan

regulator dalam pasar.

Teori kepemilikan erat dengan perilaku pengusaha yang dulunya di

Amerika fokus pada memperoleh keuntungan di pasar dengan kerja keras namun

kini keuntungan didapat melalui trik-trik jahat dan menghalalkan segala cara yang

berujung pada ruginya pihak lain. Thorstein Veblen melihat dalam masyarakat

yang telah tumbuh begitu pesat telah melahirkan suatu golongan baru yang

disebut sebagai absentee ownership dimana dalam masyarakat ini kepemilikan

sumber daya tidak jelas. Masyarakat yang berisi banyak golongan pemilik modal

besar menguasai perusahaan-perusahaan namun tidak ikut berkecimpung dalam

kegiatan operasional. Golongan ini mempunyai hak istimewa seperti menguasai

bahan baku atau daerah pemasaran serta mampu mengontrol pemerintah untuk

menjalankan kepentingannya. Thorstein Veblen kemudian menyadari bahwa

perekonomian butuh institusi yang kokoh dan tidak sekedar hanya memperoleh

sumber daya dan memperoleh keuntungan. Perekonomian butuh rule of law yang

jelas dalam hal kepemilikan sumber daya/properti.


II.1.2 Teori Hak Kepemilikan

Hak kepemilikan adalah teori yang berisi tentang bagaimana individu atau

organisasi mengkonsumsi aset yang dimilikinya serta mendapat keuntungan dari

penggunaan asetnya. Hak kepemilikan menjadi unsur yang penting bagi

pembangunan di masa modern ini dan tidak terlepas dari pengaruh

berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan yang memandang bahwa dalam

perekonomian dibutuhkan peran institusi seperti penegakan aturan agar

meminimalisasi inefisiensi dan biaya transaksi (cost of transaction). Teori

kepemilikan menekankan suatu pemahaman dimana sumber daya /properti

memberi hasil efisien ketika sumber daya tersebut memiliki pemilik yang jelas.

Sumber daya alam seperti perikanan, pertambangan atau sumber daya non-alam

seperti inovasi, penelitian dan pengembangan, serta karya intelektual cenderung

berpotensi mengalami penggunaan yang berlebihan dan inefisien sehingga

berujung pada kegagalan pasar.

Untuk memahami kepemilikan secara detail perlu diasumsikan bahwa

perekonomian berjalan dalam kelembagaan ekonomi yang bersifat liberal atau

bebas (classical liberal state). Asumsi ini secara makro berisi satu pemahaman

dimana hak kepemilikan akan berjalan di negara yang menganut kebebasan dalam

aktivitas ekonomi serta mengelola kapital. Secara mikro, asumsi ini menyebutkan

bahwa hak kepemilikan adalah bersifat pribadi (private ownership) dan

penggunaan hak kepemilikan dapat dipindahtangankan (transferable) melalui

lisensi yang berdasar kepada kebebasan kontrak (freedom of contract). Melalui

konsep tersebut, hak kepemilikan (right of ownership) atas suatu properti dapat
dipahami dalam tiga dimensi yaitu sebagai hak untuk menggunakan (right to use),

mengubah bentuk dan isi hak kepemilikan (to change its form and substance), dan

untuk memindahkan hak (to transfer all rights in the asset), atau beberapa hak

(some rights). Beberapa nilai diatas disebut sebagai nilai absolut (absolute value)

yang menjadi fokus pada teori kepemilikan (Yustika, 2012).

Teori hak kepemilikan berupaya menjawab bagaimana caranya agar hak

kepemilikan dapat berdiri jelas, dalam hal ini berarti kepemilikan terdistribusi

guna mengatasi masalah eksternalitas negatif. Dalam pemahaman tersebut

terdapat tiga aspek penting agar kepemilikan terdistribusi, yaitu sebagai berikut :

1) Keuniversalan: Bahwa sumber daya harus mempunyai pemilik dan hak

yang tersemat pada pemilik harus dijamin oleh negara.

2) Keeksklusifan: Bahwa ada hak milik dalam kepemilikan sumber daya serta

sumber daya dialokasikan tergantung pada kebijakan pemilik.

3) Transferabilitas: Bahwa hak kepemilikan dapat saja dipindahkan jika

pengelolaannya tidak baik kepada orang lain. Hal ini akan menciptakan

insentif bagi pemilik hak yang baru untuk mengelola sumber dayanya

secara efisien.

II.1.3 Teori Biaya Transaksi

Dalam proses mencipta atau meproduksi suatu barang atau jasa terdapat

biaya (cost) yang harus dikeluarkan. Pertama adalah biaya produksi yang

berkaitan dengan pembelian dan pemenuhan barang input dan proses hingga

diproduksinya barang. Biaya produksi berkaitan dengan segala sesuatu yang


berperan langsung dalam proses produksi. Namun, jika perekonomian dipandang

sebagai sebuah lembaga atau institusi yang luas maka biaya tidak hanya biaya

produksi saja namun terdapat biaya transaksi. Biaya transaksi adalah tambahan

biaya diluar proses produksi dan tidak berhubungan dengan produksi. Hal ini

menjadi perhatian penting dan dikaji oleh Yustika, (2006) dan dalam publikasinya

menyatakan bahwa biaya transaksi adalah variabel penting dalam ekonomi

kelembagaan. Biaya transaksi ini digunakan untuk menentukan apakah suatu

kelembagaan berjalan efisien. Jika terdapat biaya transaksi yang besar dalam

perekonomian artinya terdapat mekanisme yang tidak fleksibel atau berbelit-belit

dan merugikan pihak yang terkait di dalam proses produksi.

Dalam kaitannya dengan hak kepemilikan, biaya transaksi tidak dapat

dihindari namun dapat diperkecil. Biaya transaksi dari penciptaan properti

intelektual dapat muncul ketika terjadi dua kondisi berikut ini :

1) Biaya transaksi yang terkait dengan peciptaan properti intelektual

seperti perizinan, negosiasi, penandatangan kontrak, dan lain

sebagainya yang bersifat administratif. Hal ini berkaitan dengan

iklim kelembagaan yang dibangun oleh pemerintah. Jika struktur

kelembagaan buruk dan berbelit-belit maka biaya transaksi yang

ditanggung pihak pencipta properti intelektual menjadi besar.

2) Biaya transaksi yang terkait dengan perlindungan atau proteksi

yang diupayakan oleh pemilik properti intelektual seperti

pengawasan, klaim royalti, penyelesaian konflik jika terjadi. Sebaik

apapun upaya yang dilakukan sendiri oleh pemilik dalam


mengawasi dan melindungi produk intelektualnya hanya akan

meningkatkan biaya transaksi karena adanya informasi yang tidak

sempurna. Oleh karena itu perlu ada proteksi dari pemerintah

terhadap produk intelektual dan hal itu sendiri yang menjadi tujuan

utamanya yaitu untuk membantu pemilik properti meminimalkan

biaya transaksinya. Poin ini yang menjadi fokus dalam penelitian

ini sekaligus terkonfirmasi dalam kajian Gould dan Gruben (1997)

dimana proteksi HAKI dari pemerintah berkorelasi terhadap biaya

transaksi yang ditanggung pihak pemilik.

Menurut Yustika (2012) biaya transaksi terjadi akibat adanya perilaku

oportunistik (opportunistic behavior) dan rasionalitas terbatas (bounded

rationality). Perilaku oportunistik adalah perilaku yang memaksimalkan segala

kesempatan untuk memenuhi kepentingan atau tujun. Perilaku ini dilakukan untuk

memperoleh keuntungan melalui praktik yang tidak baik seperti praktik tidak

jujur. Perilaku yang tidak jujur seperti plagiasi, pencurian, dan peniruan dalam

konteks HAKI dapat dikategorikan sebagai perilaku opportunistik. Perilaku

oportunistik ini datang dari pihak diluar pemilik dan dampaknya dirasakan oleh

pemilik. Selain itu, terdapat perbedaan tiap pihak dalam mengelola dan memiliki

informasi dan ini terkait dengan informasi asimetris. Terdapat pihak dalam

perekonomian yang mempunyai informasi yang lebih dari pada pihak lain. Dalam

konteks HAKI, pihak pemilik dalam mengelola dan mengawasi produknya tidak

dalam kondisi memahami informasi secara sempurna. Informasi ini terkait dengan

bagaimana pemilik mengambil keputusan dalam penciptaan produk. Pemilik


mengambil keputusan menciptakan barang A atau B serta mengawasi dengan cara

A atau B semua tidak melulu rasional. Pemilik mempertimbangkan pilihan-pilihan

yang menghasilkan biaya transaksi yang minimal.

II.1.4 Hak Atas Kekayaan Intelektual

Kekayaan intelektual adalah hak atas ciptaan yang ada dari kemampuan

intelektual atau pemikiran manusia yang memiliki manfaat ekonomi dan

bermanfaat untuk kepentingan manusia (Dadan Samsudin, 2016). Obyek yang

terdapat dalam HAKI adalah karya yang dihasilkan dari intelektualitas individu.

Karya intelektualitas individu tersebut dapat berupa hal yang bersifat material

seperti penemuan barang dan hal yang bersifat immaterial seperti ide yang mana

kedua hal tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya.

Terdapat tiga komponen turunan dari HAKI yang terkait dengan hak cipta

dan hak kekayaan pasar yaitu sebagai berikut :

a) Hak Cipta

Menurut definisi yang diambil dari Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pihak pemilik produk untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Selain itu pemilik juga dapat

memberi izin kepada pihak lain terkait dengan penggunaan produk yang dibuat

dengan batasan-batasan tertentu sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku di lingkungan setempat. Setiap produk telah sah untuk dilindungi sejak

produk tersebut dibuat. Perlindungan pada hak cipta diberikan pada produk

material atau produk yang sifatnya berwujud, berbentuk, dan memiliki ciri khas.
Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang mengatur hak cipta yaitu PP RI

No.14 Tahun 1986, PP RI No.1 Tahun 1989, Keppres RI No.17 Tahun 1988 dan

Keppres RI No.19 Tahun 1997.

b) Hak Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pemilik karya intelektual

karena telah menghasilkan penemuan yang bersifat material seperti teknologi.

Hak paten diberikan selama waktu tertentu kepada pemilik untuk melaksanakan

sendiri penemuan tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain

untuk melaksanakannya. Penemuan yang dimaksud berarti sebuah produk yang

menyediakan cara baru dalam melakukan sesuatu serta menawarkan sebuah solusi

teknis dari sebuah masalah. Sebuah paten dilindungi sejak penemuan itu

diumumkan dan perlindungan ada dalam jangka waktu yang terbatas namun

umumnya berlaku selama 20 tahun. Selama masa paten aktif, produk tidak dapat

diciptakan, digunakan, didistribusikan, diimpor, atau dijual tanpa persetujuan

pihak pemilik paten.

Paten menyediakan insentif kepada para penemu dengan menawarkan

pengakuan terhadap kreatifitas sera memberi penghargaan ekonomi berupa

keuntungan dari penemuan tersebut. Jika tidak ada paten maka “free-riders” dapat

menggunakan pengetahuan yang tertanam dalam sebuah penemuan tanpa

memberikan pengakuan terhadap kreatifitas dan penemu akan merasa dirugikan

atas hal ini. Dalam praktik yang lebih luas, dengan adanya paten, pesaing yang

berpotensi menjadi “free-riders” tadi memiliki kesempatan untuk menciptakan

penemuan baru juga sehingga ada dorongan dalam berinovasi dan terjadi
peningkatan dalam kualitas produk intelektual yang bermanfaat bagi kepentingan

manusia (Yustika, 2006).

c) Hak Merek

Merek adalah suatu karya yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,

angka-angka, serta susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

digunakan dalam kegiatan ekonomi seperti bisnis dan perdagangan. Bentuk hak

dan perlindungan merk tidak jauh berbeda dengan hak cipta maupun hak paten.

Terdapat beberapa teori perlindungan kepemilikan intelektual seperti teori

penghargaan, teori perolehan kembali, teori insentif, dan teori risiko (J. Kim &

Mahoney, 2005). Menurut teori penghargaan, pemilik karya intelektual berhak

mendapat apresiasi atas penemuan dan ciptaannya. Kemudian menurut teori

perolehan kembali, pemilik karya intelektual berhak untuk memperoleh imbalan

materi untuk mendukung pengembangan karyanya di kemudian hari. Selanjutnya

menurut teori insentif, pemilik karya intelektual perlu diberi insentif dari pihak

diluar dirinya seperti pemerintah untuk meningkatkan mutu ciptaannya.

Sedangkan menurut teori risiko menyatakan bahwa pemilik dalam menciptakan

karya kemungkinan menghadapi berbagai risiko yang dapat menghambat proses

penciptaan dan inovasi sehingga diperlukan perlindungan bagi pemilik dan karya

yang diciptakan.

II.1.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur untuk menilai kemajuan

ekonomi suatu negara serta dan dari pertumbuhan dapat dilihat pengaruhnya
terhadap kesejahteraan masyarakat. Setiap negara di dunia mengejar peningkatan

pertumbuhan ekonomi melalui tingkat pendapatan nasional dan pendapatan

perkapita. Kemajuan ekonomi berkaitan dengan perubahan output nasional. Oleh

karena itu negara-negara berusaha meningkatkan output nasional melalui tingkat

pendapatan nasional dan pendapatan perkapita untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara umum biasanya dengan

menghitung peningkatan presentase dari output nasional yang dalam hal ini adalah

Produk Domestik Bruto (PDB). PDB diukur dari akumulasi pengeluaran total dan

pendapatan total dari produksi barang dan jasa. Maka dari itu PDB berisi

keseluruhan nilai akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di suatu Negara

(Sukirno, 2004).

II.1.5.1 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi

Para ekonom sejak dahulu telah mempelajari fenomena pertumbuhan

ekonomi dan mendapati gejala atau faktor-faktor yang ada dibalik output nasional.

Dalam lingkup yang lebih kecil, output secara mikroekonomi dipengaruhi oleh

barang modal (kapital) dan tenaga kerja. Hal dikenal dalam fungsi produksi

individu, yaitu sebagai berikut (Nicholson & Snyder, 2009) :

Q = f (K,L)

Dimana :

Q : Output

K : Kapital
L : Tenaga kerja

Dalam sudut pandang makroekonomi, ouput nasional cakupannya menjadi

lebih luas dan bersifat agregat. Output nasional yang terus bertumbuh dipengaruhi

oleh faktor konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor.

Faktor-faktor diatas nampaknya berisfat deterministik atau terlalu memutlakkan

pemahaman pertumbuhan ekonomi ke dalam beberapa faktor seperti yang sudah

disebut sebelumnya. Faktor-faktor determinis ini disimplifikasi ke dalam

persamaan sebagai berikut (Mankiw, 2007) :

Y=C+I+G+X–M

Dimana :

Y : Output

C : Konsumsi

I : Investasi

G : Pengeluaran pemerintah

X : Ekspor

M : Impor

Sebetulnya, dalam praktiknya, faktor-faktor yang ada di balik

pertumbuhan ekonomi tidak hanya seperti yang terdapat dalam model mikro

maupun makroekonomi yang disebutkan diatas. Terdapat kemungkinan adanya

faktor lain diluar model yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi merupakan variable multidimensi yang tidak hanya dipengaruhi oleh


kegiatan ekonomi saja namun juga bisa dipengaruhi oleh keadaan sosial, politik,

hukum, dan lain sebagainya sehingga dapat dikembangkan perhitungan non-

deterministik. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, yaitu HAKI, menjadi sangat

mungkin untuk dihitung dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi

menggunakan model non-deterministik yang akan dibahas lebih lanjut di BAB IV.

Menurut Simon Kuznets, sebagaimana yang dijelaskan oleh Todaro &

Smith (2006), pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang seharusnya memberi

dampak yaitu pemenuhan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya. Kuznets

memandang pertumbuhan ekonomi dipengaruhi beberapa faktor yang sekaligus

melengkapi pandangan-pandangan yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu

sebagai berikut :

a) Akumulasi kapital yang terdiri barang investasi seperti tanah, peralatan

fisik, dan sumber daya manusia. Iwaisako dan Futagami (2013) dalam

penelitiannya memberi pandangan yang menambah pemahaman dalam

akumulasi kapital. Menurutnya, aset tak berwujud yang berkembang

sepanjang tren ekonomi kreatif adalah bagian dari barang modal yang

dapat terakumulasi serta berguna bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena

itu juga HAKI menjadi sangat krusial terhadap aset tak berwujud tersebut.

b) Pertumbuhan penduduk yang terkait dengan ketenagakerjaan.

Pertumbuhan penduduk dapat dipandang dari dua sudut, yaitu kuantitatif

yang berkaitan dengan lapangan kerja dan kualitatif yang berkaitan dengan

kualitas tenaga kerja.


c) Kemajuan teknologi yang terkait dengan penggunaan teknologi.

Penggunaan teknologi memangkas durasi proses produksi dan

meningkatkan jumlah output serta menurunkan biaya (economic of scale).

II.1.5.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Pemahaman klasik terhadap pertumbuhan ekonomi berkembang di abad

ke-18. Pertumbuhan ekonomi pada masa ini sangat kental dengan aktivitas

ekonomi yang bebas tanpa adanya campur tangan atau regulasi. Aktivitas

ekonomi diakomodasi dalam suatu institusi besar yang disebut sebagai “pasar”.

Disana permintaan dan penawaran berinteraksi dengan sendirinya seolah-olah

seperti dikendalikan oleh tangan yang tidak tampak (invisible hand). Aktivitas

ekonomi dalam paham klasik mempunyai ciri sebagai berikut :

a) Perekonomian didasarkan pada prinsip laissez-faire.

b) Tidak terdapat intervensi pemerintah.

c) Pembentukan harga didasarkan atas kekuatan permintaan dan penawaran.

d) Pembentukan upah didasarkan atas kekuatan permintaan dan penawaran

tenaga kerja.

Ciri-ciri diatas yang sekaligus menjadi situasi ekonomi yang umum saat itu

memberikan sebuah petunjuk yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi

oleh setidaknya tiga faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan

sumber daya alam. Ketiga faktor tersebut dipaparkan secara singkat dibawah ini :

a) Sumber daya alam tersedia dalam batas maksimum bagi pertumbuhan

ekonomi. Ketika sumber daya alam tidak digunakan secara maksimal,


maka peningkatan output akan ditentukan oleh sumber daya alam dan

barang modal. Apabila output terus meningkat, sumber daya alam akan

sepenuhnya digunakan. Pada tahap ini sumber daya alam mempengaruhi

pertumbuhan suatu perekonomian.

b) Jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan tenaga

kerja. Selanjutnya dalam tingkatan yang lebih maju, pertambahan jumlah

penduduk akan melahirkan spesialisasi pekerjaan serta meningkatkan

produktivitas. Dari situasi tersebut, pertumbuhan ekonomi menjadi

terdorong naik. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka

hukum hasil yang semakin berkurang berlaku dan mempengaruhi

produktivitas. (the law of diminishing return)

c) Barang modal mempunyai pengaruh terhadap tingkat output yaitu

pengaruh langsung berupa penambahan barang modal untuk digunakan

dalam kegiatan ekonomi berikutnya dan pengaruh tidak langsung berupa

peningkatan produktivitas lewat dimungkinkannya peningkatan

spesialisasi dan pembagian kerja. Makin besar barang modal maka makin

besar kemungkinan spesialisasi kerja, dan semakin tinggi produktivitas per

pekerja.

II.1.5.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar adalah teori yang

menekankan pada peranan tabungan dan rasio ouput kapital. Jika tingkat tabungan

tinggi maka tabungan tersebut dapat diubah menjadi persediaan dana bagi

perusahaan untuk diinvestasikan dalam memproses output berikutnya. Selain itu


jika rasio output kapital tinggi maka dari sana terlihat produktivitas yang tinggi

dan sebagai hasil dari penggunaan tabungan.

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ini menyimpulkan bahwa

perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang ajek (steady growth) dalam

jangka panjang. Pertumbuhan yang ajek tercapai ketika barang modal telah

digunakan secara penuh, tabungan memiliki proporsi yang seimbang dengan

pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output

Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y = C + I). Atas dasar

kondisi tersebut, Harrod-Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan yang ajek

tercapai jika kondisi keseimbangan dibawah terpenuhi :

g=K=n

Dimana :

g = Growth (tingkat pertumbuhan output)

K = Barang modal (tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya pada mekanisme pasar. Namun

pemerintah menurut Harrod-Domar juga harus menetapkan besar investasi agar

terjadi keseimbangan permintaan dan penawaran.

II.1.5.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogen

Teori pertumbuhan ekonomi endogen memandang pertumbuhan

ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi (endogenous).


Pertumbuhan tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar sistem. Oleh

karena itu teori ini memandang penting faktor-faktor yang berasal dari dalam

(endogenous) sistem ekonomi, yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Model

pertumbuhan endogen berisi pemahaman dimana ekonomi akan bertumbuh

dipengaruhi oleh sumber daya manusia dengan kekuatan ilmu

pengetahuan/intelektualitas, sumber daya alam, aset teknologi, dan kelembagaan

yang didalamya menyoroti juga aspek kepemilikan intelektual (Romer, 1994).

Pemikiran ini secara konsisten mulai disoroti sejak 1990-an oleh Profesor Romer.

Romer memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah modal yang penting dan

sekaligus menjadi input penting bagi proses produksi. Ilmu pengetahuan membuat

orang menciptakan metode baru dalam proses produksi sehingga output

meningkat. Setidaknya terdapat tiga aspek penting dalam pertumbuhan ekonomi

dalam perspektif endogen, yaitu sebagai berikut :

a) Terdapat perubahan dan kemajuan teknologi melalui proses akumulasi

ilmu pengetahuan.

b) Terdapat penciptaan ide-ide baru sebagai akibat dari luberan pengetahuan

(knowledge spillover).

c) Perbaikan pada teknik produksi yang meningkatkan kapasitas produksi.

II.1.5.5 Teori Pertumbuhan Ekonomi Schumpeter

Teori pertumbuhan ini menjelaskan bahwa perekonomian dapat

berkembang jika para pelaku ekonomi berani melakukan inovasi. Perilaku

berinovasi ditentukan oleh keterampilan berwirausaha (enterpreneurship) yang


terkait dengan keberanian melihat peluang dan risiko dalam mengelola aktivitas

ekonomi yang dalam hal ini adalah bisnis. Dengan pengelolaan bisnis yang

berpusat pada keterampilan enterpreneurship, tersedia kesempatan kerja yang

lebih luas bagi penduduk.

Inovasi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi tentu bertujuan untuk

memperbesar laba oleh karena itu para pelaku ekonomi dalam mewujudkan hal

tersebut berinvestasi dengan meminjam modal. Investasi ini akan meningkatkan

kegiatan ekonomi suatu negara. peningkatan tersebut berikutnya juga akan

mendorong pelaku-pelaku ekonomi lain untuk menghasilkan lebih banyak lagi

sehingga produksi agregat akan bertambah.

Schumpeter dalam merumuskan teori ini juga memberi semacam catatan

dimana jika pertumbuhan ekonomi semakin tinggi maka terjadi kecenderungan

penurunan dalam berinovasi. Hal ini masuk akal karena dalam kondisi

pertumbuhan ekonomi yang tinggi individu merasa telah tercukupi keperluannya.

Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi akan terdampak yaitu terjadi perlambatan

dan hingga berujung pada keadaan tidak berkembang (stationary state). Namun

keadaan tidak berkembang dalam pemahaman Schumpeter berbeda dengan

pandangan klasik. Kondisi tidak berkembang itu terjadi saat pertumbuhan

ekonomi sedang tinggi. Sedangkan dalam pandangan klasik, kondisi tidak

berkembang terjadi saat perekonomian berada pada kondisi dimana pendapatan

masyarakat menurun.
II.1.6 Investasi Asing Langsung

Investasi merupakan variabel penting yang dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Investasi tercipta dari penanaman modal oleh berbagai

pihak dengan tujuan meningkatkan produksi. Dalam tren globalisasi ekonomi,

investasi telah dilakukan melebihi cakupan wilayah dimana aktivitas ekonomi

dilakukan. Berbagai negara yang mempunyai sumber daya berlebih terutama

dalam sumber daya modal melakukan penanaman modal ke berbagai negara yang

sedang berkembang dan melakukan industrialisasi (Salvatore, 2012). Instrumen

investasi seperti itu dikenal dengan sebutan investasi asing langsung atau FDI.

Salvatore (2012) menjelaskan investasi asing langsung sebagai transfer

sumber daya modal antar negara. Tujuan pemindahan modal ini dilakukan agar

dapat menghasilkan keuntungan yang berada dibawah pengawasan dari pemilik

modal, baik itu total maupun sebagian. Investasi langsung ini dapat berupa pabrik,

lahan, persediaan bahan baku, hingga pada hal yang bersifat immaterial seperti

kewirausahaan. Investasi asing umumnya dilakukan dalam jangka panjang.

Johnson (2006) mencatat bahwa terdapat dua pihak dalam investasi

langsung yaitu negara donor dan negara penerima. Negara donor adalah negara

yang melakukan investasi sedangkan negara penerima adalah negara yang

mendapat investasi. Investasi asing langsung berdampak ke pada kedua pihak

secara positif bagi perekonomian. Negara penerima investasi asing akan mendapat

dampak antara lain adanya peningkatan dan transfer teknologi dari barang modal

yang tidak dapat dicapai melalui investasi keuangan atau perdagangan barang dan

jasa dalam negeri. Selain itu investasi asing dapat menjadi sarana bagi pasar
dalam negeri untuk dapat dipromosikan. Investasi asing juga didalamnya terdapat

pelatihan untuk sumber daya manusia sehingga dapat berkontribusi terhadap

pembangunan ekonomi di negara tujuan. Dampak yang dihasilkan oleh investasi

asing pada akhirnya memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi (Lee & Chang,

2009).

II.1.7 Economic Freedom

Economic Freedom atau kebebasan berekonomi adalah suatu konsep yang

memberikan hak dasar kepada setiap individu untuk mengatur aktivitas

ekonominya. Negara yang memberikan kebebasan ekonomi memberikan

kebebasan kepada setiap individu untuk bekerja, mengonsumsi dan membeli aset.

Kebebasan dijamin oleh negara melalui institusi dan kebijakan pemerintah (Ayal

dan Karras, 1998).

Kebebasan ekonomi secara teoritis dan empiris telah diteliti oleh Berggren

(2003) dimana hasil penelian tersebut menjelaskan bahwa kebebasan ekonomi erat

dengan masuknya investasi kapital untuk mempercepat proses pertumbuhan

ekonomi. Hal ini tidak mengherankan dimana negara berkembang yang menjadi

fokus penelitian sedang gencar merestrukturisasi birokrasi dan perekonomian

mereka sehingga dampak tersebut positif bagi pertumbuhan ekonomi. Melengkapi

penelitian tersebut, De Haan dan Sturm (2000) menyimpulkan bahwa kebebasan

berekonomi menjadi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.


Terdapat sebuah indikator untuk menghitung kebebasan berekonomi

dalam suatu negara yang terdiri dari sepuluh kategori , yaitu antara lain (Forbes et

al., 2018)(Forbes, Kim, Roberts, & Lucia, 2018):

a) Size of Government; Aspek ini menggambarkan porsi peran pemerintah

dalam pembangunan. Kebebasan ekonomi mengindikasikan bahwa

pemerintah perannya tidak lebih dominan daripada keputusan individu

(personal choice).

b) Legal structure and security of poperty rights; hak kepemilikan diatur dan

dilindungi oleh hukum. Kebijakan yang berorientasi pada perlindungan

properti menunjukkan adanya kebebasan ekonomi.

c) Access to sound money; Individu secara bebas dapat mengakses informasi

dan kebijakan yang berhubungan dengan keuangan yang mana akses

tersebut untuk pengambilan keputusan dalam aktivitas ekonominya.

d) Freedom to trade internationally; Negara dalam perdagangan

internasional meminimalkan hambatan supaya terjadi liberalisasi

perdagangan yang ditandai dengan penetapan tarif yang rendah, perluasan

ekspor, dan administrasi dagang yang efisien

e) Regulation of credit, labor and business; Negara membebaskan pasar

dalam penentuan harga dan tidak membuat kebijakan yang berbelit-belit

serta menghambat kegiatan bisnis yang menghasilkan biaya transaksi

besar.
II.1.8 Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Penduduk dalam kacamata ekonomi adalah termasuk kedalam sumber

daya yang berpengaruh dalam keseluruhan aktivitas ekonomi. Dalam perspektif

ekonomi klasik, penduduk adalah input yang menjadi bagian dalam proses

produksi sehingga Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of Nations

menyimpulkan bahwa penduduk yang bertambah akan menambah output yang

dalam cakupan yang lebih luas akan meningkatkan pertumbuhan. Meningkatnya

output tersebut tidak terlepas dari meningkatnya permintaan sejalan dengan

peningkatan jumlah penduduk. Di sisi lain, pertambahan jumlah penduduk

dimaknai secara kontradiktif oleh Thomas Malthus. Thomas Malthus memandang

secara teoritis peningkatan jumlah penduduk bersifat geometrik sedangkan alat

pemuas kebutuhannya bertambah secara aritmatik. Hal ini dapat menjadi masalah.

Pertumbuhan penduduk malah akan cenderung mengurangi penambahan jumlah

output sejalan dengan penambahan hasil yang semakin menurun. Malthus

menamai kondisi tersebut dengan fenomea jebakan populasi.

Secara empiris, telah banyak penelitian-penelitian yang membahas hal

tersebut. Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan pertumbuhan jumlah

penduduk berdampak signifikan dan beberapa lainnya menyatakan berdampak

tidak signifikan. Klasen dan Lawson (2007) memberi argumentasi bahwa

pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi malah akan membuat perangkap

kemiskinan jika jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan baik. Publikasi

lainnya seperti Easterlin (1967) menyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk

akan menimbulkan permasalahan seperti kriminalitas, kerusakan lingkungan,


ketidakseimbangan distribusi penduduk, dan lain sebagainya. Namun beberapa

kajian lainnya menyatakan hal yang berbeda. Dao (2012) menyatakan bahwa

pertumbuhan penduduk merupakan suatu kekuatan bagi suatu negara untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan jumlah penduduk ditentukan

oleh bagaimana peningkatan tersebut dikendalikan secara kualitas. Jadi tidak

selamanya pertumbuhan penduduk membawa dampak negatif. Jika negara dapat

mengendalikan pertumbuhan penduduk maka terjadi pertumbuhan ekonomi. Hal

tersebut terjadi di negara Eropa dan Amerika.

II.2 Kajian Empiris

II.2.1 Penelitian Patricia Higino Schneider (2002)

Penelitian yang berjudul “International trade, economic growth and

intellectual property rights: A panel data study of developed and developing

countries” menjelaskan pengaruh perdagangan internasional, HAKI, dan

penanaman modal asing (FDI) terhadap tingkat inovasi dan pertumbuhan

ekonomi. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 47 negara pada 1970-1990.

Penelitian ini menghasilkan tiga model regresi yang terdiri dari model inovasi,

pertumbuhan, dan pertumbuhan alternatif. Model-model tersebut masing-masing

dijabarkan sebagai berikut :

a) Model inovasi

Iit = β0 + β1HKit + β2HDCit + β3R&Dit + β4GDPit + β5IPRit + β6FDIit +

β7INFit + uit

b) Model pertumbuhan
GDPit = β0 + β1Kit + β2IPRit + β3HDCit + β4FDIit + uit

c) Model pertumbuhan alternatif

GDPit = β0 + β1Kit + β2Iit + β3HDCit + β4FDIit + uit

Dimana :

 I : Tingkat inovasi

 HK : Tingkat stok modal manusia

 HDC : Tingkat impor riil produk teknologi dari negara maju

 R&D : Pengeluran penelitian dan pengembangan

 GDP : PDB riil

 IPR : Indeks proteksi HAKI

 FDI : Arus penanaman modal ke dalam negeri

 INF : Infrastruktur

 K : Tingkat modal

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel least square

dengan model fixed effects. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1) Tingkat impor mempengaruhi inovasi secara signifikan

2) HAKI secara signifikan mempengaruhi tingkat inovasi di negara

berkembang

3) Teknologi dalam negeri memiliki dampak yang lebih kecil

dibandingkan teknologi luar negeri


II.2.2 Penelitian Abdul Sattar dan Tahir Mahmood (2011)

Penelitian yang berjudul “Intellectual Property Rights And Economic

Growth: Evidences From High, Middle And Low Income Countries” menjelaskan

pengaruh perlindungan HAKI terhadap pertumbuhan ekonomi. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 27 negara maju dan 11 negara berkembang.

Penelitian ini menghasilkan model regresi sebagai berikut :

yit = β0 + β1y1it + β2πit + β3iprit + β4gnit + β5toit + β6invit + uit

Dimana :

 y : PDB per kapita

 y1 : PDB per kapita pada awal periode sampel

 π : Tingkat inflasi

 ipr : Indeks perlindungan HAKI

 gn : Pertumbuhan populasi

 to : Keterbukaan perdagangan

 inv : Rasio investasi terhadap PDB

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel least square

dengan model random effects. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

perlindungan HAKI berdampak secara signifikan baik bagi negara maju dan

berkembang. Namun terdapat perbedaan besaran dampak diantara keduanya.


II.2.3 Penelitian Rod Falvey, Neil Foster, dan David Greenaway

Penelitian yang berjudul “Intellectual Property Rights and Economic

Growth” menjelaskan pengaruh perlindungan HAKI terhadap pertumbuhan

ekonomi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 negara pada 4

interval periode yaitu 1975-1979, 1980-1984, 1985-1989, 1990-1994. Penelitian

ini menghasilkan model regresi sebagai berikut :

GROWit = β0 + β1INITGDPit + β2GDIit + β3POPGROWit + β4SYR15it +

β5EXPGDPit + β6INFit + β7IPRit + uit

Dimana :

 GROW : Pertumbuhan PDB/populasi

 INITGDP : Pertumbuhan PDB/populasi pada awal periode sampel

 GDI : Investasi kotor

 POPGROW : Pertumbuhan populasi

 SYR15 : Pendidikan sekunder penduduk >15 tahun

 EXPGDP : Rasio ekspor terhadap GDP

 INF : Tingkat inflasi

 IPR : Proteksi HAKI

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel least square

dengan model random effects. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proteksi

HAKI memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

di negara-negara berpendapatan rendah dan tinggi namun tidak bagi negara-

negara berpendapatan menengah.


II.2.4 Penelitian Walter G. Park dan Juan Carlos Ginarte

Penelitian yang berjudul “Intellectual Property Rights and Economic

Growth” menjelaskan pengaruh perlindungan HAKI terhadap pertumbuhan

ekonomi. Beberapa negara pada periode 1960-1990 dengan menggunakan indeks

HAKI. Penelitian ini menghasilkan model regresi sebagai berikut :

GDPit = β0 + β1GDPINITi t + β2INVit + β3SCHOOLit + β4R&Dit + β5NGDit +

β6IPRit + β7MARKETit + uit

Dimana :

 GDP : PDB 1960 dan 1990

 GDPINIT : PDB 1960

 INV : Rasio investasi domestik terhadap PDB

 SCHOOL : Pencapaian pendidikan sekunder 1960

 R&D : Rasio pengeluaran litbang terhadap GDP

 NGD : Tingkat populasi, pertumbuhan efisiensi eksogen, dan

depresiasi

 IPR : Proteksi HAKI

 MARKET : Indeks kebebasan pasar

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pooled least square

dengan model seemingly unrelated regression. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah proteksi HAKI memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung dengan menstimulasi akumulasi

faktor input seperti penelitian dan pengembangan modal fisik.


II.2.5 Penelitian David M. Gould dan William C. Gruben

Penelitian yang berjudul “The role of intellectual property rights in

economic growth” menjelaskan pengaruh perlindungan HAKI terhadap

pertumbuhan ekonomi. Beberapa negara pada periode 1960-1988 dengan

menggunakan indeks HAKI dan beberapa variabel eksogen lain. Penelitian ini

menghasilkan model regresi sebagai berikut :

Yit = β0 + β1ln(Y60)it + β2ln(I/Y)it + β3ln(SEC)it + β4ln(LIT60)it + β5ln(IPROP)it

+ β6ln(GOVCON)it + β7ln(ASSN)it + β8ln(REV)it + β9AFRICAit + β10LATAMit

+ uit

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel least square

dengan model fixed effects. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proteksi HAKI

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

semua negara yang menjadi sampel penelitian.

II.3 Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan
ekonomi

Ekonomi kreatif
Berbagai penelitian dan kajian teoritis yang telah dipaparkan di poin-poin

sebelumnya menunjukkan fakta bahwa terdapat pengaruh dari proteksi HAKI

terhadap pertumbuhan ekonomi. Fakta tersebut dikembangkan dalam penelitian

ini sehingga penelitian ini tidak hanya menentukan pengaruh namun juga

menghitung besaran pengaruhnya.

Penelitian ini dibangun dalam pemahaman bahwa perekonomian sedang

bergerak kedalam tren ekonomi kreatif. Maka kerangka berpikir juga berpijak dari

pemahaman tersebut. Dalam tren ekonomi kreatif, pengembangan properti

intelektual sangat diperlukan. Hal itu secara teoritis telah dinyatakan oleh teori

pertumbuhan endogen. Oleh karena itu untuk mendukung perkembangan HAKI,

dibuatlah perlindungan dengan serangkaian kebijakannya.

Sebagai konsekuensinya, variabel eksogen dalam penelitan ini terdapat

sebanyak lima buah. Variabel dependennya ialah pertumbuhan ekonomi

sedangkan variabel eksogen utamanya adalah proteksi HAKI. Empat variabel

eksogen sisanya adalah variabel pelengkap yang dapat menyokong proteksi HAKI

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam era ekonomi kreatif yaitu

jumlah penduduk, kebebasan ekonomi, dan investasi asing.


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Cakupan Penelitian

Bab ini akan membahas metode pengumpulan, metode analisis, pemodelan,

dan pengujian statistik data dalam penelitian. Poin-poin yang hendak dipaparkan

tersebut tidak terlepas dari kajian-kajian, baik empiris maupun teoritis yang telah

dilakukan sebelum penelitian ini ada.

Penelitian ini, seperti yang sudah disinggung di BAB sebelumnya,

mengangkat fenomena perlindungan HAKI serta hubungannya terhadap

pertumbuhan ekonomi. Untuk mendalami fenomena tersebut, penelitian ini

memiliki cakupan yang lumayan luas. Penelitian ini menggunakan sebanyak 46


negara sebagai sampel observasi dengan rentang waktu analisis selama 10 tahun.

Sampel terdiri dari 33 negara maju dan 13 negara berkembang. Pemilihan sampel

dan penentuan periode berdasarkan ketersediaan data yang ada pada sumber.

Cakupan sampel adalah negara-negara yang tersebar di berbagai benua di dunia.

Penentuan periode mengikuti periode yang terdapat dalam sumber data.

III.2 Metode Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan metode non-random sampling

melalui pencarian pada sumber data yang terkait. Non-rRandom Sampling adalah

metode pengambilan sampel secara tidak acak di mana masing-masing anggota

tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih anggota sampel. Ada intervensi

tertentu dari peneliti dan biasa peneliti menyesuaikan dengan kebutuhan dan

tujuan penelitiannyapengumpulan data secara acak dimana setiap elemen data

memiliki kesempatan yang sama untuk ditarik menjadi sampel. Jenis

pengumpulan data dalam penelitian ini disebut sebagai purposive sampling yaitu

metode pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan

tertentu dari peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini sedikit terhambat

oleh banyaknya elemen data yang tidak terisi atau kosong sehingga dalam

pengumpulan data, elemen yang dipilih bergantung pada ketersediaan data. Data

yang telah dikumpulkan kemudian dipisahkan untuk dikategorikan ke dalam

variabel dependen dan independen.


III.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berbentuk panel. Data panel

adalah bentuk data yang memadukan unsur cross-section yang didalamnya

terdapat lebih dari satu unit observasi dan time series yang didalamnya terdapat

lebih dari satu periode waktu. Berbagai data dalam penelitian didapat dari

beberapa sumber, sebagai berikut :

1) Property Rights Alliance, sebuah lembaga riset yang publikasinya

berfokus pada perlindungan HAKI dunia melalui pembuatan indeks

statistik.

2) World Bank, Sebuah lembaga keuangan internasional yang didalamnya

terdapat berbagai data indikator ekonomi dunia.

3) Heritage Foundation, Sebuah lembaga konsultasi dan riset kebijakan

publik Amerika Serikat yang menyoroti kebebasan berekonomi di

berbagai negara.

III.4 Objek Penelitian

Variabel dependen dalam dalam model penelitian ini adalah pertumbuhan

ekonomi. Sedangkan variabel independen terdiri dari dua bagian. Pertama variabel

HAKI sebagai variabel independen utama. Kedua variabel independen lainnya

yaitu economic freedom, pertumbuhan penduduk, dan investasi asing (FDI)

sebagai variabel independen pelengkap.


III.4.1 PDB Harga Konstan

Data PDB digunakan sebagai proksi untuk pertumbuhan ekonomi

sekaligus menjadi variabel dependen. Data yang digunakan adalah atas dasar

harga konstan di mana harga yang digunakan pada tahun 2000 dengan satuan US

Dollar.

III.4.2 Economic Freedom

Economic freedom menggambarkan kebebasan untuk mengambil peran

dalam kegiatan ekonomi pada suatu tempat dan waktu tertentu (Forbes et al.,

2018). Kebebasan yang digambarkan dalam variabel tersebut cenderung bersifat

kualitatif. Oleh karena itu untuk memudahkan dalam memahami konsep

kebebasan tersebut digunakanlah angka indeks yang terdiri dari angka nol hingga

seratus. Angka indeks tersebut disusun dan diturunkan dari perhitungan yang

melibatkan empat aspek, yaitu aturan hukum, peran pemerintah, efisiensi

kebijakan, dan keterbukaan pasar. Semakin besar angka indeks maka

menggambarkan derajat kebebasan ekonomi yang tinggi.

III.4.3 Investasi Asing Langsung (FDI)

Dalam penelitian ini, variabel investasi asing langsung digunakan untuk

menggambarkan besaran investasi yang ada dan dilakukan oleh berbagai negara.

Sebetulnya terdapat dua macam bentuk investasi, yaitu investasi keluar (outflow

FDI) dan investasi masuk (inflow FDI). Penelitian ini menggunakan investasi ke

dalam sebagai proksi FDI. Investasi asing ke dalam adalah aliran investasi yang

dilakukan oleh pihak asing dan dananya digunakan oleh negara penerima atau
negara lokal. Besaran investasi diukur berdasarkan persentasenya terhadap PDB

tiap tahun.

III.4.4 Indeks Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Dalam penelitian ini, perlindungan hak kekayaan intelektual hampir sama

dengan konsep yang disinggung di point 3.6.2. Perlindungan HAKI diukur

menggunakan angka indeks yang terdiri dari angka satu hingga sepuluh. Semakin

besar angka indeks maka perlindungan HAKI makin ketat. Angka indeks

perlindungan HAKI terdiri dari dua aspek, yaitu aspek perlindungan hukum dan

perlindungan kepemilikan. Perlindungan kepemilikan terbagi lagi ke dalam dua

bagian, yaitu perlindungan HAKI untuk barang fisik dan HAKI untuk barang non-

fisik. Angka indeks yang digunakan adalah angka indeks rata-rata yang

diturunkan dari angka indeks semua kategori. Oleh karena itu angka indeks rata-

rata dianggap mewakili dua kategori yang telah disebutkan sebelumnya.

III.4.5 Pertumbuhan Penduduk

Penelitian ini menggunakan data pertumbuhan penduduk di setiap negara

observasi dengan rentang waktu dari 2009 sampai 2018. Data jumlah penduduk

bersumber dari Bank Dunia dengan satuan persen.

III.5 Metode Penelitian

III.5.1 Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu analisis deskriptif dan

kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menganalisis hasil-hasil

penelitian sebelumnya beserta variabel-variabel dan model yang digunakan.


Analisis kuantitatif ialah analisis yang dilakukan berdasarkan data yang diolah

menggunakan ekonometrika yang menentukan hasil penelitian secara matematis.

Analisis kuantitatif menggunakan bantuan aplikasi Stata 16 dan Microsoft Excel.

III.5.2 Model Penelitian

Penelitian ini secara kuantitatif dianalisis dengan menggunakan model

ekonometrika. Model ekonometrika yang digunakan adalah Panel Data

Regression Model. Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak membandingkan

hasil dari negara maju dan berkembang, maka model akan dianalisis secara

terpisah dengan dataset yang terpisah namun masih dalam persamaan model yang

sama. Model tersebut sesuai mengingat bentuk data dalam penelitian ini adalah

panel. Model ekonometrika tersebut dipilih karena sesuai dengan jurnal atau

penelitian terdahulu seperti yang ditulis oleh Y. Kim et al., (2012) dan Schneider

(2005). Berdasarkan jurnal acuan tersebut, terdapat spesifikasi model yang akan

digunakan di dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-

faktor yang telah diidentifikasi khususnya pengaruh HAKI terhadap pertumbuhan

ekonomi.

( ❑❑) ❑❑=β 0+ β1 EF ¿ + β2 IPR¿ + β3 POPG¿ + β 4 FDI ¿ +U ¿

Dimana :

 log(GDP)GDPG : Pertumbuhan ekonomi

 EF : Indeks Economic Freedom

 IPR : Indeks perlindungan HAKI

 POPG : Tingkat Pertumbuhan Penduduk


 FDI : Rasio investasi asing (% GDP)

 U : Residual

 i : Negara

 t : waktu

III.5.3 Operasionalisasi Variabel

Guna memahami model hubungan antara HAKI dengan pertumbuhan

secara lebih detail, berikut ini setiap variabel dalam model direkapitulasi dalam

satu tabel.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

No Jenis Variabel Notasi Variabel (satuan) Keterangan Sumber

1 Y PDB riil ($) Merepresentasikan WDI (2018)

pertumbuhan
Dependen
ekonomi

2 EF Economic freedom Merepresentasikan Heritage

(index) kebebasan ekonomi (2018)

3 IPR Nilai perlindungan Merepresentasikan International

HAKI (indeks) perlindungan HAKI Property

Rights

Alliance

4 POPG Pertumbuhan Merepresentasikan WDI (2018)


Independen Penduduk (%) pertumbuhan

penduduk

5 FDI Investasi asing (%) Merepresentasikan WDI (2018)

investasi

Sumber :

III.5.4 Tahapan Penelitian

Tahapan dalam menganalisis model dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Melakukan regresi pada model menggunakan panel least square

2) Melakukan regresi pada model menggunakan random effect

3) Melakukan regresi pada model menggunakan fixed-effect

4) Melakukan pengujian Hausman terhadap hasil regresi pada tahapan nomor

(2) dan (3)

[5)] Menggunakan model yang paling tepbat berdasarkan hasil uji Hausman

dan mengubah model tersebut ke dalam model GLS untuk menghindari

masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Pengujian Hausman dilakukan untuk menentukan model terbaik antara

Fixed Effect atau Random Effect. Hipotesis yang digunakan ialah:

 H0 : Model random effect lebih baik.

 H1 : Model fixed effect lebih baik.

Dengan kriteria sebagai berikut:


 H0 ditolak apabila (Prob>chi2) lebih kecil dari alfa, maka model fixed effect

lebih baik digunakan daripada model random effect.

 H0 tidak dapat ditolak apabila (Prob>chi2) lebih besar dari alfa, maka model

random effect lebih baik digunakan daripada model fixed effect.

III.6 Pengujian Asumsi Klasik dalam Model Regresi Linear

Model Regresi yang baik harus memenuhi asumsi BLUE (Best Linear

Unbiased Estimation). Model yang memenuhi asumsi berarti hasil penelitian yang

dihasilkan ialah yang terbaik dan tidak terdapat masalah bias atau tidak sesuai

dengan yang seharusnya (Wooldridge, 2016). Terdapat tiga pengujian asumsi

yang akan dilakukan, yaitu uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji

multikolinearitas. Jika model yang digunakan menggunakan metode Generalized

Least Square (GLS), maka hanya uji multikolinearitas yang perlu dilakukan.

Metode GLS umumnya digunakan pada model Random Effect (Gujarati & Porter,

2012). Apabila model yang digunakan ialah Common Effect atau Fixed Effect,

maka uji asumsi klasik perlu dilakukan secara menyeluruh.

III.6.1 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi ketika variansi dari residual atau error terms

kondisional terhadap faktor penjelas yang dipilih merupakan angka yang tidak

konstan. Hal tersebut akan membuat standard error menjadi sangat bervariasi

sehingga estimasi tidak lagi efisien dikarenakan variansi yang tidak minimum dan

model regresi gagal memenuhi kriteria BLUE. Untuk mengetahui apakah model
regresi yang digunakan mengandung masalah heteroskedastisitas, dapat dilakukan

uji Wald.

Hipotesis untuk uji masalah heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

 H0: Var (ui) = σ | Tidak terdapat masalah heteroskedastisitas

 Ha: Var (ui) = σi | terdapat masalah heteroskedastisitas

Dengan kriteria:

 H0 ditolak jika nilai (Prob>chi2) maka lebih kecil dari alfa, maka terdapat

masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

 Ha diterima jika nilai (Prob>chi2) lebih besar dari alfa, maka tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

III.6.2 Uji Autokorelasi

Otokorelasi adalah adanya korelasi antara nilai data yang diurutkan

menurut waktu (time series). Hal ini disebabkan karena residual pada individu

cenderung mempengaruhi individu yang sama pada periode setelahnya. Adanya

autokorelasi menyebabkan parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya

minimum sehingga tidak efisien (Gujarati & Porter, 2012). Masalah otokorelasi

umumnya terjadi pada data time series (runtun waktu).

Hipotesis dalam melakukan uji otokorelasi adalah sebagai berikut:

 H0: ρ = 0 | tidak terdapat masalah otokorelasi.

 Ha: ρ ≠ 0 | terdapat masalah otokorelasi.

Dengan kriteria:
 H0 ditolak apabila nilai (Prob>chi2) lebih kecil dari alfa, maka terdapat

masalah otokorelasi dalam model regresi.

 Ha diterima apabila nilai (Prob>chi2) lebih besar dari alfa, maka tidak terdapat

masalah otokorelasi dalam model regresi.

III.6.3 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah permasalahan pada model regresi ketika variabel

independen dengan variabel independen lainnya saling berhubungan.

Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran jika terjadi dan membuat

model tidak mencapai kriteria BLUE (Wooldridge, 2016). Jika multikolinearitas

terjadi maka biasanya terdapat masalah seperti berikut :

 Nilai R2 yang tinggi namun tingkat signifikansi variabel independen sangat

rendah.

 Perubahan kecil sekalipun pada data akan menyebabkan perubahan yang

signifikan pada variabel yang diamati.

 Nilai standard error akan cenderung membesar sejalan dengan

meningkatnya korelasi antar variabel independen

 Akibat standard error yang nilainya meningkat maka interval keyakinan

untuk parameter juga akan melebar yang mana jika melebar probabilitas

untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar.

Menurut Gujarati (2012), salah satu cara untuk mendeteksi masalah

multikolinearitas dalam hasil regresi dapat diketahui dengan mengetahui besaran

nilai Tolerance dan Variance Inflating Factor (VIF). Jika nilai Tolerance < 0,1
dan VIF > 10 dapat diindikasikan adanya masalah multikolinearitas dalam model

karena nilai tersebut menolak hipotesis nol. Sebagian pakar menggunakan batasan

Tolerance < 0,2 dan VIF > 5 dalam menentukan adanya multikolinearitas. Namun

batasan itu adalah bersifat pilihan atau opsional. Para pakar lebih banyak

menggunakan nilai Tolerance dan VIF dalam menentukan adanya

Multikolinearitas di dalam model regresi linear berganda dibandingkan

menggunakan cara atau metode hitung lainnya.

III.7 Pengujian Statistik

III.7.1 Uji Signifikansi Parsial

Uji signifikansi parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen secara individual mempunyai pengaruh yang nyata

(signifikan) terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan

nilai t-hitung dengan nilai t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu. Hipotesis yang

digunakan adalah sebagai berikut :

 H0: βi = 0, dimana i = 1,2,…,n; (variabel independen tidak memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen)

 H0: βi ≠ 0, dimana i = 1,2,…,n; (variabel independen memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen)

Gambar 3.1 Daerah Batas Penerimaan Uji t


Dengan kriteria sebagai berikut:

 H0 ditolak jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka variabeliindependen

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

 H0 tidak dapat ditolak jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka

variabeliindependen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

Selain dengan uji t, signifikansi parsial dapat juga diuji menggunakan two tail

p-value. Uji ini memiliki hipotesis yang sama dengan uji t, dengan kriteria sebagai

berikut :

 H0 ditolak jika nilai p-value < 0,1 atau p-value < 0,05 atau p-value <

0,01

 H0 tidak dapat ditolak jika nilai p-value > 0,1 atau p-value > 0,05 atau

p-value > 0,01

III.7.2 Uji Signifikansi Simultan

Uji signifikansi simultan atau uji F adalah pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh yang nyata (signifikan) di antara variabel

independen dalam model terhadap variabel dependen pada tingkat signifikansi

tertentu. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :


 H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (seluruh variabel independen secara simultan tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen).

 H1 : paling tidak, ada satu β ≠ 0 (seluruh variabel independen secara simultan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen).

Dengan kriteria sebagai berikut:

 H0 ditolak jika nilai (Prob>F) lebih kecil dari alfa, maka seluruh variabel

independen secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen.

 H0 tidak dapat ditolak jika nilai (Prob>F) lebih besar dari alfa, maka seluruh

variabel independen secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

III.7.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan suatu bilangan yang dinyatakan dalam

bentuk persen dimana bilangan tersebut menjelaskan seberapa besar variasi dari

variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model

tersebut. Besarnya nilai R2 adalah 0<R2<1, dengan kata lain, semakin mendekati

nilai 1 artinya model tersebut baik karena variasi variabel independen sudah dapat

menjelaskan variasi-variasi variabel dependennya. (Wooldridge, 2016).

Salah satu kekurangan dalam menggunakan koefisien R 2 adalah nilai yang

diperoleh biasanya akan selalu naik jika variabel independen ditambah ke dalam

model. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, terdapat koefisien Adjusted R2.

Adjusted R2 adalah koefisien yang hampir sama dengan R 2 biasa namun


mempertimbangkan variabel yang memang terkait dengan variabel dependennya

sehingga penambahan variabel independen yang tidak terkait kedalam model tidak

akan menambah nilai koefisien Adjusted R2. Umumnya nilai Adjusted R2 tidak

akan melebihi nilai R2 dan bahkan dapat turun jika variabel independen yang tidak

penting atau terkait dimasukkan ke dalam model.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas hasil analisis statistik dan ekonomi dari hasil

regresi ekonometrika. Penelitian ini membahas pertumbuhan ekonomi yang

dipengaruhi oleh HAKI dan faktor-faktor eksogen lain seperti investasi,

kebebasan ekonomi, dan populasi penduduk dengan menggunakan regresi panel

pada periode 2009 – 2018.

Analisis statistik bertujuan untuk melihat tingkat signifikansi atau nilai

validitas model yang dilakukan melalui serangkaian pengujian statistik.

Sedangkan analisis ekonomi bertujuan untuk menjelaskan makna dari setiap

parameter di dalam hasil penelitian, mencakup kesesuaian dengan hipotesis yang

didasarkan pada teori ekonomi, serta besaran pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen.


IV.1 Gambaran Statistik Data Penelitian

Poin ini berisi gambaran statistik dari data yang digunakan dalam penelitian

yang mencakup pertumbuhan ekonomi, HAKI, investasi, kebebasan ekonomi, dan

populasi penduduk. Dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang telah

disebutkan di BAB I, akan menggunakan tiga dataset yaitu data keseluruhan

negara, data negara maju dan negara berkembang.

Tabel 4.1xxx Ringkasan Statistik (Data keseluruhan)

Variabel Ob Mean Std. Dev. Min Max


s
GDP (in billion 460 742.6133 1150.025 4.029025 4.029025
Dollar)
IPR (index) 460 6.016445 1.610734 3.178 8.692
FDI (in billion Dollar) 460 18.14063 42.63523 - 331.8385
239.2703
POP (in million) 460 72.44246 190.0942 0.318041 1352.617
EF (index) 460 66.09848 9.118932 45.8 89.4
Sumber: hasil penelitian

Tabel 4.2xxx Ringkasan Statistik (Data negara maju)

Variabel Ob Mean Std. Dev. Min Max


s
GDP (in billion 330 907.4814 1270.782 4.029025 6189.748
Dollar)
IPR (index) 330 6.586541 1.528664 3.305 8.692
FDI (in billion Dollar) 330 22.67494 49.22121 - 331.8385
239.2703
POP (in million) 330 36.10496 45.00034 0.318041 209.4693
EF (index) 330 69.85667 7.513617 51.4 89.4
Sumber: hasil penelitian
Tabel 4.3xxx Ringkasan Statistik (Data negara berkembang)

Variabel Obs Mean Std. Dev. Min Max


GDP (in billion 1339 324.102 584.1336 6.51256 2846.128
Dollar) 0 8
IPR (index) 1339 4.569277 0.574230 3.178 5.644
0 3
FDI (in billion Dollar) 1339 6.630445 10.14176 -.4827 44.45857
0
POP (in million) 1339 164.6838 333.8554 3.54588 1352.617
0 3
EF (index) 1339 56.55846 4.903831 45.8 69.9
0
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan hasil ringkasan statistik data diatas, terdapat perbedaan

besaran data di setiap variabelnya baik antara negara maju dan berkembang. Rata-

rata besaran pendapatan domestik bruto di negara berkembang lebih besar

dibandingkan negara berkembang. Begitupun dengan variabel penegakan

perlindungan HAKI investasi asing dan kebebasan ekonomi yang secara rata-rata

nilainya mengungguli negara berkembang. Secara rata-rata negara berkembang

memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak daripada negara maju.

IV.1.1 Indeks Perlindungan HAKI

Data HAKI adalah data yang berbentuk indeks yang menggambarkan

seberapa ketat perlindungan kepemilikan di suatu negara. Angka ini terdiri dari

angka satu hingga sepuluh. Indeks ini diturunkan dari beberapa komponen yaitu

yaitu aspek perlindungan hukum dan perlindungan kepemilikan. Perlindungan

kepemilikan terbagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu perlindungan HAKI untuk

barang fisik dan HAKI untuk barang non-fisik.


Grafik 4.4xxx Indeks HAKI Negara-Negara Dunia dari Tahun 2009-2018

9
8
7
6
5
4
IPR

3
2
1
0
l i
lia ng tan ura cis gia ris an dia lia sia nd azi rk bia ico sia oko run dia
s tra Jepa ela gap ran Bel Ingg erm lan Ita alay aila Br Tu lom ex one ar me In
e J Is M d
Au S
a S in P M Th Ko In
M Ka
ore
K
Negara

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Property Rights Alliance (2019)

Berdasarkan grafik diatas, indeks HAKI di berbagai negara cenderung

fluktuatif namun menunjukkan tren yang terus meningkat. Hal ini menandakan

kebijakan perlindungan HAKI di negara-negara tersebut sudah ditingkatkan.

Dalam grafik tersebut terdapat 20 negara yang terdiri dari 10 pertama negara maju

dan 10 terakhir negara berkembang. Dalam grafik tersebut indeks HAKI negara

maju cenderung lebih tinggi dibandingkan negara berkembang.

IV.1.2 Foreign Direct Investment

Data ini digunakan sebagai representasi dari besaran investasi yang

dilakukan oleh suatu negara. Terdapat dua bentuk FDI, yaitu investasi keluar

(outflow FDI) dan investasi masuk (inflow FDI). Penelitian ini menggunakan

investasi ke dalam (inflow FDI) sebagai proksi variabel FDI.


Grafik 4.5xxx Besaran Investasi Asing (inflow) Negara-Negara Dunia dari

Tahun 2009-2018 (dalam miliar Dollar)

300

250

200

150
FDI (inflow)

100

50

0
ia ng tan ura cis gia ris an dia lia sia nd azil rki bia ico sia oko run dia
-50 tral pa la p an el gg m n Ita lay aila Br Tu om ex one ar me In
s Je Se nga Per B In Jer Isla a l M d
Au a Si M Th Ko In
M Ka
-100 ore
K

Negara

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: World Bank (2019)

Berdasarkan grafik diatas, nilai investasi tiap negara cenderung fluktuatif

namun menunjukkan tren yang meningkat. Sama seperti Indeks HAKI, investasi

cenderung lebih besar dibandingkan negara berkembang dan didominasi negara-

negara maju seperti Inggris, Jerman, dan Singapura.

IV.1.3 Economic Freedom

Data ini adalah data yang berbentuk indeks yang menggambarkan

seberapa mudah atau bebas agen-agen ekonomi dalam suatu negara dapat

melaksanakan aktivitas ekonominya. Data ini terdiri dari angka nol hingga

seratus. Jika angka semakin besar dan mendekati angka seratus, Hal itu

menggambarkan iklim kebebasan berekonomi yang kondusif di suatu negara.


Grafik 4.6xxx Indeks Kebebasan Ekonomi Negara-Negara Dunia dari Tahun

2009-2018

100
90
80
70
60
50
40
30
EF

20
10
0
l i
lia ng an ra cis ia ris an ia lia ia nd zi rk ia co ia ko un ia
rt a epa lat apu ran elg ngg rm land Ita lays aila Bra Tu mb exi nes aro er Ind
s J Se g e B I Je Is a lo M do M am
Au ea S
in P M Th Ko In K
r
Ko
Negara

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Heritage Foundation (2019)

Berdasarkan grafik diatas, nilai indeks economic freedom tiap negara

cenderung fluktuatif namun menunjukkan tren yang meningkat. Indeks ini

nilainya tinggi di negara-negara maju yang perekonomiannya menganut

liberalisme sedangkan di negara berkembang nilainya jauh lebih rendah. Negara

yang nilai indeksnya paling tinggi adalah Singapura.

IV.1.4 Pertumbuhan Penduduk

Penelitian ini menggunakan data populasi penduduk di setiap negara

observasi dengan rentang waktu dari 2009 sampai 2018. Data populasi penduduk

bersumber dari Bank Dunia.


Grafik 4.7xxx Jumlah Penduduk Negara-Negara Dunia dari Tahun 2009-2018

(dalam juta)
1600
1400
1200
1000
800
600
EF

400
200
0
l i
lia ng an ra cis ia ris an ia lia ia nd zi rk ia co ia ko un ia
tra epa lat apu ran elg ngg rm land Ita lays aila Bra Tu mb exi nes aro er Ind
s J Se g e B I Je Is a lo M do M am
Au ea S
in P M Th Ko In K
r
Ko
Negara

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: World Bank (2019)

Berdasarkan grafik diatas, setiap tahun pupulasi penduduk meningkat baik

di negara maju maupun negara berkembang. Terdapat kecenderungan populasi

penduduk tinggi tersebar di negara-negara berkembang daripada di negara-negara

maju. India menjadi negara dengan populasi tertinggi dalam grafik tersebut.

Tingginya populasi penduduk dapat menjadi berguna bagi produktivitas negara

namun disamping itu masalah social akan meningkat seiring dengan

bertambahnya populasi penduduk.

IV.2 Hasil Estimasi

Estimasi dalam penelitian ini menghasilkan tiga model, yaitu model

regresi keseluruhan data, negara maju, dan negara berkembang yang digunakan
untuk perbandingan. Masing-masing hasil regresi tersebut dapat dilihat lebih

detail dalam bagian lampiran.

IV.2.1 Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah model fix effect atau

random effect yang tepat digunakan dalam model regresi. Berikut ini hasil uji

Hausman dari tiga model regresi dalam penelitian ini.

Tabel 4.8xxx Uji Hausman

Prob > chi2 Signifikansi Keterangan


α
Model Keseluruhan (1) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Model Negara Maju (2) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Model Negara Berkembang (3) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan uji Hausman, nilai probabilitas tiap model lebih kecil dari

tingkat signifikansi yang mana hal tersebut menolak hipotesis nol. Dengan

demikian model Fixed Effect lebih baik dari Random Effect untuk semua model

dalam penelitian ini. Hasil dari model Fixed Effect dapat di lihat pada Tabel

4.9xxx

Tabel 4.9xxx Hasil Estimasi Regresi Model Fixed Effect

lnGDP Model (1) Model (2) Model(3)


EF 0.0197*** 0.0219*** 0.0143***
(0.0019) (0.0020) (0.0034)
IPR 0.0238*** 0.0209 0.0212
(0.0123) (0.0127) (0.0258)
lnPOP 1.6803*** 1.2812*** 2.3585***
(0.0799) (0.0899) (0.1436)
lnFDI 0.0157*** 0.0125*** 0.0280 *
(0.0047) (0.0045) (0.0148)
_cons -1.2852*** 0.4553 -5.320***
(1.2633) (0.2814) (0.5447)
R-Squared 0.6504 0.5942 0.7964
Observations 460 330 130
Groups 46 33 13
Sumber: Hasil pengolahan data Standar errors in parentheses
*** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1
Ketiga model diatas akan diuji kembali agar memenuhi kriteria model

regresi yang baik yaitu BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Jika model

berhasil memenuhi kriteria, maka model akan digunakan dalam analisis

berikutnya. Namun jika model memiliki masalah atau tidak memenuhi kriteria

BLUE, maka model akan diperbaiki dengan mengubahnya kedalam bentuk model

yang lain yang dapat memenuhi kriteria BLUE ((Gujarati, 2012).xxx)

IV.3 Pengujian Asumsi Klasik (CLRM)

IV.3.1 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas pada model regresi panel adalah dengan

menggunakan Wald test. Jika nilai Prob>Chi2 kurang dari tingkat signifikansi,

maka H0 ditolak sehingga mengindikasikan adanya masalah heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas ditampilkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10xxx Hasil Uji Heteroskedastisitas

Prob > chi2 Signifikansi α Keterangan


Model (1) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Model (2) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Model (3) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan tabel di atas, nilai Prob>Chi2 seluruh model sebesar 0,0000

lebih kecil dibandingkan nilai α yang sebesar 0,05. Hal itu menandakan bahwa
hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa terdapat masalah heteroskedastisitas

dalam seluruh model penelitian ini.

IV.3.2 Uji Autokorelasi

Pengujian otokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi variabel yang ada dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Salah

satu cara untuk mengetahui adanya otokorelasi adalah menjalankan Wooldridge

test. Hasil dari pengujian tersebut dipaparkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.11 xxx Hasil Uji Autokorelasi

Prob > F Signifikansi α Keterangan


Model (1) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Model (2) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Model (3) 0.0000 0.05 H0 ditolak
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan tabel di atas, nilai Prob > F seluruh model sebesar 0,0000

lebih kecil dibandingkan nilai α yang sebesar 0,05. Hal itu menandakan bahwa

hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa terdapat masalah autokorelasi dalam

seluruh model penelitian ini.

IV.3.3 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi

atau hubungan antar variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi

dengan mengukur nilai Tolerance atau Variance Inflating Factor (VIF).

Tabel 4.12xxx Hasil Uji Multikolinearitas (VIF)

Model (1) Model (2) Model (3)


EF 3.80 2.81 5.96
IPR 3.77 2.77 4.41
lnPOP 2.42 2.08 2.66
lnFDI 2.79 2.42 1.95
Sumber: hasil penelitian

Berdasarkan tabel diatas tidak terdapat masalah multikolinearitas antar

variabel dalam keseluruhan model. Hal itu dapat diketahui dengan melihat besaran

nilai VIF. Multikolinearitas dapat dikatakan tidak terdapat pada model jika nilai

VIF lebih kecil daripada 10 (VIF<10). Dalam hasil uji tersebut nilai VIF tidak

melebihi nilai 10 untuk setiap variabel antar model.

IV.4 Perbaikan Model

Berdasarkan pengujian terhadap asumsi klasik yang telah dilakukan pada

poin sebelumnya, baik dalam model (1), (2), dan (3) terdapat masalah

heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pelanggaran pada asumsi klasik membuat

model regresi tidak valid untuk dijadikan sebagai estimator. Oleh karena itu

model perlu diperbaiki agar tetap memenuhi standar yang mencapai kriteria

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Menurut beberapa literatur seperti dalam buku yang ditulis oleh Gujarati

(2012)(xxx), cara memperbaiki model yang mengandung masalah

heteroskedastisitas dan autokorelasi adalah dengan mengubahnya ke dalam model

Generalized Least Square (GLS). Model GLS dapat memperbaiki model yang

mengandung masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi dengan mengoreksi

nilai standard error-nya. Nilai standard error yang terkoreksi dapat membuat

nilai confidence interval suatu variabel menjadi tidak lebar serta nilai t-statistik
menjadi lebih besar agar dapat menolak hipotesis nol sehingga nilai koefisien

menjadi valid dan signifikan terhadap variabel dependennya. Oleh karena itu

model yang sebelumnya digunakan baik pada model (1), (2), dan (3) akan diubah

ke dalam model GLS dan model tersebut akan digunakan dalam analisis

berikutnya. Hasil dari model GLS dapat di lihat pada Tabel 4.13xxx

Tabel 4.13xxx Hasil Estimasi Regresi Model Generalized Least Square (Standard

Error disesuaikan)

lnGDP Model (1) Model (2) Model(3)


EF 0.0160 *** 0.9533*** 0.0236***
(0.0022) (0.0264)-0.0194 (0.0036)
***
(0.0023)
IPR 0.5294 *** 0.6021*** 0.0907***
(0.0361) (0.0290) (0.0413)
lnPOP 0.8172 *** -0.0194 *** 0.8020***
(0.0291) (0.0023)0.9533*** (0.0214)
(0.0264)
lnFDI 0.1745 *** 0.0858*** 0.2159***
(0.0345) (0.0280) (0.0148)
_cons -1.6235 *** 0.3490 -0.4334***
(0.3248) (0.2518) (0.0815)
R-Squared 0.9118 0.9473 0.9676
Observations 460 330 130
Groups 46 33 13
Sumber: Hasil pengolahan data Standar errors in parentheses
*** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1

IV.5 Pengujian Statistik

IV.5.1 Uji Signifikansi Parsial

Pada hasil estimasi Generalized Least Square, digunakan uji t untuk

mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara terpisah.


Tabel 4.14xxx Hasil Uji Signifikansi Parsial Pada Model (1)

Variabel P>|t| H0 Keterangan


EF 0.000 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
IPR 0.000 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
lnPOP 0.000 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
lnFDI 0.001 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
Sumber: Hasil penelitian

Tabel 4.15xxx Hasil Uji Signifikansi Parsial Pada Model (2)

Variabel P>|t| H0 Keterangan


EF 0.000 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
IPR 0.000 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
lnPOP 0.053 H0 ditolak Signifikan pada α = 10%
lnFDI 0.013 H0 ditolak Signifikan pada α = 5%
Sumber: Hasil penelitian

Tabel 4.16xxx Hasil Uji Signifikansi Parsial Pada Model (3)

Variabel P>|t| H0 Keterangan


EF 0.002 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
IPR 0.056 H0 ditolak Signifikan pada α = 10%
lnPOP 0.053 H0 ditolak Signifikan pada α = 10%
lnFDI 0.000 H0 ditolak Signifikan pada α = 1%
Sumber: Hasil penelitian

Berdasarkan hasil pengujian terhadap model Generalized Least Square,

dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen masing-masing dalam

model (1), (2), dan (3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.
IV.5.2 Uji Signifikansi Simultan

Pada hasil regresi Generalized Least Square, Uji F-simultan digunakan

untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen berpengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen.

Tabel 4.17xxx Hasil Uji Signifikansi Simultan (F)

Prob > F Signifikansi α Keterangan


Model (1) 0.0000 0.01 Signifikan pada α = 1%
Model (2) 0.0000 0.01 Signifikan pada α = 1%
Model (3) 0.0000 0.01 Signifikan pada α = 1%
Sumber: Hasil penelitian

Berdasarkan hasil uji F-simultan, tingkat kesalahan masing-masing model

untuk mendapatkan nilai F lebih kecil dari tingkat signifikansi yang sebesar 1%.

Artinya variabel independen yang terdiri dari Rasio Rata Lama SekolahEconomic

Freedom,, Rasio Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaProperty Rights, Populasi,

Populasi Penduduk dan FDITabungan secara bersama-sama secara simultan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

IV.5.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan variabel independen di dalam model mampu menjelaskan variasi

dalam variabel dependen. Nilai koefisien determinasi pada masing-msing model

regresi akan dijabarkan sebagai berikut :

a) Pada model (1), nilai koefisien determinasi sebesar 0.9118 atau 91.18%.

Ini berarti variasi dari variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 91.18%


dijelaskan oleh variasi dari variabel Economic Freedom, Property Rights,

Populasi Penduduk dan FDI. Sisanya sebesar 0.0882 (1-R 2) artinya variasi

variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 8.82% dijelaskan oleh variabel di

luar model penelitian.

b) Pada model (2), nilai koefisien determinasi sebesar 0.9473 atau 94.73%.

Ini berarti variasi dari variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 94.73%

dijelaskan oleh variasi dari variabel Economic Freedom, Property Rights,

Populasi Penduduk dan FDI. Sisanya sebesar 5.27% (1-R 2) artinya variasi

variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 5.27% dijelaskan oleh variabel di

luar model penelitian.

c) Pada model (3), nilai koefisien determinasi sebesar 0.9676 atau 96.76%.

Ini berarti variasi dari variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 96.76%

dijelaskan oleh variasi dari variabel Economic Freedom, Property Rights,

Populasi Penduduk dan FDI. Sisanya sebesar 3.24% (1-R 2) artinya variasi

variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 3.24% dijelaskan oleh variabel di

luar model penelitian.

[d)] Analisis

IV.6 Analisis Ekonomi

IV.6.1 Intersep

Nilai intersep menunjukkan nilai rata-rata variabel dependen tanpa

dipengaruhi oleh variabel lain dalam penelitian dengan asumsi ceteris paribus.

Nilai intersep yang dihasilkan oleh model regresi berdasarkan hasil estimasi

sebelumnya sebesar -1,.6235 untuk model pertama (model seluruh negara),


sebesar 0,.3490 untuk model kedua (model negara maju), dan sebesar -0,.4334

untuk model ketiga (model negara berkembang). Angka tersebut masing-masing

secara ekonomi memiliki arti yaitu pertumbuhan ekonomi di negara maju

meningkat sebesar 0,.34%, negara berkembang menurun sebesar 0,.34%, dan

pertumbuhan global menurun sebesar 1,.62%. Nilai tersebut diasumsikan ceteris

paribus.

IV.6.2 Pengaruh Perlindungan HAKI terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hasil estimasi dari model penelitian ini menunjukkan bahwa HAKI

memiliki nilai koefisien masing-masing sebesar 0,.5294 untuk model pertama

(model seluruh negara), sebesar 0,.6021 untuk model kedua (model negara maju),

dan sebesar -0,.0907 untuk model ketiga (model negara berkembang). Masing-

masing nilai koefisien HAKI dalam ketiga model tersebut positif dan signifikan

yang berarti bahwa perlindungan HAKI berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi baik di negara maju, berkembang, dan lingkup global.

Pada negara-negara maju, perlindungan HAKI meningkatkan pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,.6%, negara-negara berkembang sebesar 0,.09%, sedangkan

pada cakupan global sebesar 0,.5%.

Terdapat fakta empiris yang dihasilkan model regresi yaitu dampak

perlindungan HAKI terhadap perlindungan ekonomi walaupun sama-sama positif

namun lebih besar dampaknya di negara-negara maju. Fakta tersebut sejalan

dengan fakta yang tertuang dalam penelian Sattar (2011). Menurutnya, fakta

tersebut diakibatkan oleh kebijakan perlindungan HAKI negara berkembang yang

longgar. Kebijakan longgar yang dimaksud adalah perlindungan HAKI hanya


sebatas administrasi saja agar mendukung berjalannya proses inovasi dan

investasi. Berbeda dengan negara maju, proteksi HAKI dijalankan untuk

menciptakan kembali produk intelektual yang baru atau proses berinovasi. Hal itu

dapat dibuktikan oleh nilai indeks HAKI yang cenderung besar di negara-negara

maju dan kecil di negara-negara berkembang.

Hasil estimasi dalam model regresi dapat juga dikatakan sebagai fakta

teoritis disamping sebagai fakta empiris. Hasil regresi membenarkan apa yang

dikatakan oleh Y. Kim et al., (2012) yaitu dibutuhkan kebijakan ekonomi yang

mampu mendukung peningkatan kualitas litbang sehingga dapat menciptakan

properti intelektual yang baru. Properti intelektual seperti pengetahuan dan

inovasi menurutnya harus dilindungi dengan sistem HAKI yang solid sehingga

dari sana properti intelektual dapat meningkatkan output total dan produktivitas.

Selain itu hasil estimasi membenarkan apa yang dikatakan Falvey (2006). Dalam

penelitian tersebut HAKI memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi melalui proteksi HAKI yang mempermudah pemilik properti meraih

pengembalian (return) dari produk yang mereka hasilkan. Menurutnya juga,

proteksi HAKI tidak hanya berdampak pada negara saja namun juga berdampak

pada individu melalui pengembalian yang disebutkan sebelumnya.

Proteksi HAKI secara makro dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

melalui tiga penjelasan ini (Kumar, 2003).

a) HAKI mempengaruhi aktivitas inovasi yang merupakan sumber

peningkatan produktivitas total.

b) HAKI mempengaruhi arus masuk modal dari transfer teknologi.


c) HAKI meredistribusi pendapatan dalam perekonomian.

IV.6.3 Foreign Direct Investment

Hasil estimasi dari model penelitian ini menunjukkan bahwa FDI memiliki

nilai koefisien masing-masing sebesar 0,.1745 untuk model pertama (model

seluruh negara), sebesar 0,.0858 untuk model kedua (model negara maju), dan

sebesar 0,.2159 untuk model ketiga (model negara berkembang). Semua hasil dari

ketiga model bersifat signifikan positif yang mana ketika FDI meingkat sebesar

satu persen maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,.08% pada

negara-negara maju, 0,.21% pada negara-negara berkembang, serta 0,.17% pada

cakupan dunia atau global, ceteris paribus.

Secara empiris, dapat diketahui bahwa FDI memiliki dampak positif baik

di negara maju maupun berkembang. Namun model regresi memberi sudut

pandang yang lain. Dampak positif FDI lebih besar di negara berkembang walau

tidak terlalu jauh. Fakta empiris ini terbukti valid karena walaupun secara angka

statistik nilai investasi negara maju lebih besar dibanding negara berkembang

namun di negara berkembang investasi tersebut digunakan maksimal dalam

pembangunan, contohnya dalam pembangunan infrastruktur (Dinh et al., 2019).

Berbeda dengan negara berkembang, negara maju memiliki sumber-sumber

penerimaan selain investasi dalam pembangunan sehingga arus investasi tidak

terlalu besar dampaknya terhadap pertumbuhan. (ceteris paribus)

Dampak positif ini sejalan dengan teori dan penelitian sebelumnya dimana

penelitian tersebut memvalidasi fakta bahwa arus investasi mendorong


produktivitas sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara teoritis, dalam

persamaan perumbuhan yaitu Y = C + I + G + XM, jika investasi meningkat maka

pertumbuhan ekonomi akan meningkat juga. Investasi sebagai unsur dalam

permintaan agregat jika meningkat maka akan meningkatkan belanja modal atau

kapital. Peningkatan tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi dalam

perekonomian. Investasi pada akhirnya baik di negara maju maupun berkembang

mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang

(Azman-Saini et al., 2010).

IV.6.4 Economic Freedom

Hasil estimasi dari model penelitian ini menunjukkan bahwa Economic

Freedom memiliki nilai koefisien masing-masing sebesar 0,.0160 untuk model

pertama (model seluruh negara), sebesar 0,.9533 untuk model kedua (model

negara maju), dan sebesar 0,.0236 untuk model ketiga (model negara

berkembang). Ketika indeks kebebasan berekonomi meningkat sebesar satu satuan

maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,.02% di negara-negara

berkembang, 0,.01% di cakupan dunia atau global, dan 0,.9533% di negara-negara

maju. ceteris paribus.

Kebebasan ekonomi secara empiris memiliki perbedaan antara negara

maju dan berkembang. Hal ini sejalan dengan penelitian (Berggren, 2003).

Menurutnya, negara maju memiliki struktur kelembangaan politik atau institusi

yang fleksibel dan mendukung iklim ekonomi yang dinamis. Tandanya adalah di

negara maju kebebasan individu dalam pasar sangat ditekankan sedangkan peran

pemerintah diperkecil dalam koridor regulasi. Maka tidak heran bila indeks
kebebasan di negara maju cenderung tinggi. Selain itu menurut De Haan dan

Sturm (2000), kebebasan ekonomi dapat meningkatkan produktivitas dengan

dipermudahnya akses-akses individu terhadap kepemilikan sumber daya. Berbeda

dengan negara maju, negara berkembang menurut penelitian tersebut dan sejalan

juga dengan hasil regresi dalam penelitian ini memiliki struktur institusi yang

kurang fleksibel sehingga menghambat produktivitas. Di negara berkembang

umumnya terlalu banyak restriksi dalam berupa aturan dan larangan atau juga tarif

dalam perdagangan yang dapat mengurangi insentif individu dalam aktivitas

ekonomi.

IV.6.5 Pertumbuhan Populasi

Hasil estimasi dari model penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan

populasi memiliki nilai koefisien masing-masing sebesar 0,.8172 untuk model

pertama (model seluruh negara), sebesar -0,.0194 untuk model kedua (model

negara maju), dan sebesar 0,.8020 untuk model ketiga (model negara

berkembang). Pertumbuhan populasi meningkat sebesar satu satuan maka akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,.02% di negara-negara

berkembang, 0,.01% di cakupan dunia atau global, dan berdampak negatif

0,.9533% di negara-negara maju. ceteris paribus.

Secara empiris terdapat perbedaan antara negara maju dan negara

berkembang berdasarkan hasil model dalam penelitian ini. Pertumbuhan populasi

di negara maju berdampak negatif terhadap pertumbuhan sedangkan negara

berkembang berdampak positif. Jika dilihat secara keseluruhan (observasi seluruh

negara) pertumbuhan populasi malah berdampak positif.


Pertumbuhan populasi di negara maju berdampak negatif sejalan dengan

penelitian Romer (1994). Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa jumlah

penduduk dapat menjadi beban bagi perekonomian jika tidak disertai dengan

peningkatan modal. Tanpa ada peningkatan modal maka rasio modal per orang

akan menurun. Penurunan rasio tersebut akan menurunkan produktivitas.

Seharusnya pemahaman ini berlaku juga bagi negara berkembang. Namun dalam

penelitian ini, seperti yang dijelaskan oleh Garza-Rodriguez et al., (2016) bahwa

pertumbuhan populasi secara empiris bisa saja berbeda dengan teori. Menurutnya,

pertumbuhan jumlah penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada

jangka panjang di mana pertumbuhan populasi akan meningkatkan jumlah sumber

daya manusia yang nantinya ketika bekerja akan mendorong pertumbuhan

ekonomi. Fenomena tersebut cocok dengan karakteristik negara berkembang yang

populasinya tinggi asal bias diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang

memadai.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas di bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa :

1) Perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual berkontribusi positif

signifikan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 46 negara

observasi pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2018

2) Terdapat perbedaan besaran dampak perlindungan HAKI terhadap

pertumbuhan ekonomi antara negara maju dengan berkembang. Dampak

dari perlindungan HAKI lebih besar di negara maju daripada negara

berkembang. Perbedaan ini menandakan bahwa terdapat ketidaksamaan

desain kelembagaan ekonomi politik antara negara maju dengan

berkembang.

3) Secara komparatif, perlindungan HAKI lebih ketat dilaksanakan di negara

maju daripada negara berkembang. Oleh karena itu dampaknya juga lebih

terasa di negara maju daripada berkembang.

4) Economic freedom sebagai variabel kontrol menunjukkan menunjukkan

pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kebebasan berekonomi

yang menunjukkan dampak positif menandakan bahwa kebijakan ekonomi

telah mengarah kepada liberalisme yang menstimulasi inovasi bagi

penciptaan barang-barang baru.


5) Investasi asing menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan

ekonomi dan sesuai dengan fakta empiris maupun teoritis baik di negara

maju maupun berkembang. Investasi mendorong pertumbuhan kapital dan

mendorong produktivitas ekonomi.

6) Pertumbuhan populasi memiliki perbedaan besaran hubungan/dampak

terhadap pertumbuhan. Pertumbuhan populasi berdampak positif di negara

berkembang sedangkan di negara maju berdampak negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan paparan sebelumnya, penulis memberi saran

sebagai berikut:

1. Terkait dengan perlindungan HAKI, diperlukan peningkatan komitmen

perlindungan HAKI di negara berkembang dalam bentuk penguatan sistem

kebijakan. Sedangkan di negara maju yang diperlukan hanyalah

mempertahankan sistem kebijakan yang telah dilaksanakan. Tidak perlu

bagi negara maju meningkatkan lagi perlindungan HAKI karena akan

menghambat inovasi.

2. Terkait dengan economic freedom, baik di negara maju maupun

berkembang perlu tetap mengawasi dan melindungi kegiatan ekonomi

individu tetapi tidak membatasi individu dalam berproduksi, berinvestasi,

serta melakukan konsumsi. Selain itu regulasi yang tidak rumit dalam

berbisnis akan meningkatkan pelaksanaan kegiatan produksi yang

meningkatkan output total.


3. Terkait dengan investasi asing, baik di negara maju dan berkembang perlu

meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan modal ke

negaranya dengan melakukan birokrasi yang lebih efisien serta

peningkatan infrastruktur yang mendukung untuk meningkatkan

penciptaan barang modal baru.

4. Terkait dengan pertumbuhan populasi, negara berkembang perlu

melakukan kebijakan berupa membatasi kelahiran anak agar tingkat

ketergantungan tidak semakin bertambah, dan pendidikan yang berkualitas

agar kualitas SDM nantinya dapat menunjang perekonomian yang lebih

efisien mengingat pertumbuhan populasi di negara berkembang sangat

tinggi.

Anda mungkin juga menyukai