Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

Tugas Mata Kuliah Makroekonomi Lanjutan


Chapter : The Solow Growth Theory
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Bernadette Robiani.,S.E.,M.Sc

Disusun oleh:

Nama : Weny Putri

NIM : 01013682328012

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
Artikel 1
Judul Effect of Solow Variable to the Economic Growth in Southeast Asia
Jurnal International Journal of Economics and Financial Issues
Volume & Halaman Volume 7 Nomor 2, hal 277-282
Tahun 2017
Penulis Ady Soejoto, Hendry Cahyono, Ni’matush Solikhah

Pendahuluan Kesejahteraan suatu negara bisa saja berbeda dengan negara lainnya. Negara-
negara asia tenggara memiliki dinamika dan keunikan tersendiri terkait
indikator pertumbuhan ekonomi. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor makro-ekonomi yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Negara-negara di Asia Tenggara mengalami
pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif dan juga berbeda dari satu negara
dengan negara lainnya. Negara-negara yang memiliki pertumbuhan cepat atau
bertumbuh diatas 5% antara lain adalah Singapore dan di-ikuti oleh Malaysia
(1960 – 2004). Sementara negara-negara lainnya seperti Thailand, Indonesia
dan Philipina bergerak di angka 2 – 3%.

Fluktasi tersebut dapat terjadi dikarenakan berbagai faktor. Penelitian ini


menggunakan variabel yang dikembangkan oleh Solow untuk memprediksi
faktor-faktor pertumbuhan tersebut.
Literature Teori pertumbuhan ekonomi Solow (neo-classic) menjelaskan bahwa output
Review atau hasil dari Produk Domestik Bruto (PDB) akan tergantung pada teknologi,
angkatan tenaga kerja, modal fisik dan manusia begitu pula sumber daya alam.
Sehingga dapat dirumuskan:
Y = A f (L,K,H,N)
Angkatan kerja (L) dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Negara yang
jumlah penduduknya banyak secara otomatis akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Jumlah ilmuan, insinyur, penemu, dan lain
sebagainya akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
angkatan kerja yang dapat lebih banyak memproduksi barang dan jasa. Begitu
pula untuk modal fisik (K) yang terkait dengan kelengkapan peralatan,
infrasturktur memadai, dan investasi baik dalam atau luar negeri yang
berkontribusi besar dalam proses produksi. Modal manusia (H) merupakan
ketersediaan perawatan anak-anak, sekolah, universitas dan pendidikan vokasi
yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Sumber
daya alam (N) yang dimiliki suatu negara seperti tanah, minyak, mineral, dan
lain sebagainya dianggap sebagai penentu kemajuan negara tersebut.
Meskipun tidak sedikit negara yang mengalami keterbatasan SDA masih bisa
mengejar ketertinggalan produksi. Faktor terakhir adalah ketersediaan
pengetahuan dan teknologi (A) yang akan menjadi booster atau pendorong
perekonomian suatu negara. Peningkatan pengetahuan yang dibarengi dengan
penintkatan teknologi dalam proses produksi menyebabkan efisiensi dan
minimnya penggunaan tenaga kerja.
Metode Menggunakan metode descriptive quantitative research untuk
penelitian menggambarkan keseluruhan variabel. Adapun pemilihan proxy dalam
penelitian ini adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi : pertumbuhan PDB (variabel dependen)
2. Angkatan tenaga kerja : total tenaga kerja / rasio penduduk
3. Sumber daya manusia : rasio partisipasi kasar tersier jenis kelamin
4. Sumber daya alam : PDB pertanian
5. Teknologi : penggunaan energi listrik per kwh
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan
pengujian asumsi klasik dan uji hipotesis. Adapun model persamaanya:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
X1 = Total angkatan kerja, X2 = Investasi, X3 = kualitas SDM, X4 =SDA, X5
= Teknologi, and Y = Pertumbuhan ekonomi
Hasil dan Dari hasil pengujian diketahui bahwa variabel penentu pertumbuhan Solow di
Pembahasan negara-negara Asia Tenggara sangat bervariasi. Berikut akan dilakukan
pembahasan per-variabel dari Solow:
1. Investasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara
Vietnam dan Kamboja, namun berpengaruh pada negara Indonesia,
Malaysia, dan negara-negara Asia tenggara lainnya.
2. Teknologi berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi pada negara Malaysia,
Vietnam, dan Kamboja namun tidak berpengaruh di Indonesia, Thailand,
Brunei, dan Filiphina. Ketidakberpengaruhan ini mengindikasikan bahwa
penyerapan energi di negara-negara tersebut masih minim dikarenakan
masih banyak proses produksi yang dilakukan secara tradisional. Padahal,
semua faktor yang menentukan faktor produksi akan berlipat ganda jika
dapat memasukan unsur pengetahuan dan teknologi yang pada akhirnya
akan berdampak pada peningkatan produksi, diferensiasi produk, dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Sumber daya alam tidak berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dan Brunei. Namun berpengaruh pada negara-negara lain di Asia
Tenggara. Hal ini mengindikasikan bahwa belum optimalnya pemanfaatan
sumber daya alam di negara Indonesia dan Brunei.
4. Sumber daya manusia ternyata berpengaruh signifikan pada pertumbuhan
ekonomi di negara-negara asia tenggara. Sumber daya alam tidak hanya
terkait pada pemenuhan pendidikan dasar saja, tetapi lebih diarahkan pada
budaya entrepreneurship atau kewirausahaan. Guna pembangunan
berkelanjuan, SDM fidak hanya diarahkan untuk bekerja, tapi juga untuk
membuka lapangan pekerjaan. Di banyak negara, meningkatkan SDM
dikatakan dapat meningkatkan produktivitas. Namun dengan
meningkatnya umur pekerja, justru dapat menurunkan produktivitas.
Kesimpulan Tidak seluruh varibel model Solow berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di negara-negara Asia Tenggara. Bagi negara-negara Asia Tenggara
yang variabel kualitas sumber daya manusianya diharapkan tidak melakukan
perbaikan dan sistem pemerintahan yang signifikan di bidang pendidikan,
kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Variabel teknologi di kawasan Asia
Tenggara masih perlu ditingkatkan peranannya melalui perluasan elektrifikasi,
penambahan dan sumber daya listrik di setiap negara.
Artikel 2
Judul Capital and Growth
Jurnal Bulletin of Monetary Economics and Banking
Volume & Halaman Volume. 24 No. 2, hal 285 - 312
Tahun 2021
Penulis Delano Segundo Villanueva

Pendahuluan Tingkat tabungan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, investasi


endogen dan eksogen pada semua jenis modal fisik: human capital dan
intellectual capital juga memicu pertumbuhan ekonomis. Dengan
mengasumsikan pengembalian modal yang konstan atau meningkat, teori
pertumbuhan bahwa output perekonomian dengan asumsi keadaan stabil dapat
tumbuh secepat (atau lambat) seperti persediaan modal, dan kebijakan publik
terkait dengan tabungan.
Output Y adalah pengembalian modal yang konstan dengan indikasi Y tumbuh
pada tingkat yang sama dengan K, sama dengan sA (s atau investasi dikalikan
A), di mana s (lebih besar dari tingkat tabungan di negara tersebut). A adalah
konstanta teknologi. Model ini menunjukkan bahwa tingkat tabungan dan
teknologi menentukan tingkat pertumbuhan output yang stabil dengan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dengan kata lain, bagian pendapatan
dari modal harus melebihi tingkat tabungan untuk mengkompensasi modal
guna meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan
Literature Teori yang digunakan adalah A Neoclassical Model Of Capital And Growth,
Review Optimal saving rate.
Jika konsumsi diambil sebagai ukuran kesejahteraan sosial suatu masyarakat,
maka tingkat tabungan yang akan memaksimalkan kesejahteraan sosial dengan
memaksimalkan keadaan dapat ditentukan.
Metode Dalam penelitian ini digunakan penurunan persamaan, reduced model, dan
penelitian Stability of Equilibrium and Growth Dynamics serta Comparative Dynamics
Hasil dan 1. Tingkat tabungan yang lebih tinggi meningkatkan tingkat pertumbuhan
Pembahasan output dalam kondisi stabil dan transisi menuju kemapanan melalui
peningkatan investasi fisik, manusia, dan intelektual yang meningkatkan
produktivitas tenaga kerja;
2. Model DV menangkap dinamika Investasi fisik, manusia, dan intelektual
dalam jumlah besar menghasilkan ledakan pertumbuhan output,
melampaui tingkat pertumbuhan output per kapita dalam kondisi stabil
yang baru karena investasi manusia dan intelektual
3. Untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial, tingkat pengembalian modal
bersih harus lebih besar daripada jumlah perubahan teknis eksogen netral
Harrod dan pertumbuhan populasi untuk mengkompensasi modal atas
pertumbuhan positif yang dihasilkan oleh investasi fisik, manusia, dan
intelektual. Dengan kata lain, bagian pendapatan modal harus melebihi
tingkat tabungan untuk mengkompensasi modal atas output yang
dihasilkan oleh tingkat k yang lebih tinggi, sehingga menghasilkan
produktivitas Kh yang lebih tinggi.
Kesimpulan Kebijakan publik yang meningkatkan tabungan sektor publik untuk investasi
fisik, manusia, dan intelektual telah memperbesar dampak positif terhadap
tingkat pertumbuhan PDB per kapita. Insentif yang kuat bagi tabungan swasta
sangat penting untuk investasi serupa karena dampak positifnya terhadap
pertumbuhan baik dalam jangka pendek (transisi) maupun jangka panjang
(steady state). Pandemi COVID-19 mempersulit pelaksanaan dan
implementasi kebijakan publik mengenai tabungan dan investasi pada modal
fisik, manusia, dan intelektual. Bagi negara-negara yang mengalami kesulitan
fiskal, kebijakan tersebut mungkin harus menunggu penyelesaian pandemi dan
pemulihan ruang fiskal yang memadai agar dapat menciptakan dampak
pertumbuhan yang maksimal. Sementara itu, komunitas pemberi pinjaman
internasional mempunyai peran penting. Pinjaman untuk membeli,
mendistribusikan, dan memvaksinasi masyarakat harus tersedia bagi negara-
negara yang memiliki utang luar negeri yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai