PENDAHULUAN
1
2
gambar berikut.
Gambar 1.1 Data daya saing Indonesia (World Economic Forum, 2019)
Dari data pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa peringkat daya saing Indonesia
pada kancah global cenderung fluktuatif. Peringkat paling rendah pada tahun 2008
dengan peringkat 55, namun peringkat tinggi pada tahun 2014 dengan peringkat 34.
Skor juga mengalami fluktuatif yang hampir sama dengan peringkat daya saing global.
Rendahnya daya saing Indonesia ini diakibatkan kurangnya aktivitas yang mendorong
peningkatan. Daya saing berhubungan erat dengan kreativitas dan inovasi, jika daya
saing mengalami kenaikan maka kreativitas dan inovasi menjadi naik tetapi jika daya
saing mengalami penurunan maka kreativitas dan inovasi menjadi turun (Hadiyati,
2012).
Data dari Global Innovation Index, (2019) menunjukkan Indonesia memiliki
skor 29,8 dan urutan ke 85 dari 129 negara diseluruh dunia. Di tingkat regional
ASEAN, peringkat Indonesia berada di posisi kedua terendah. Data Global Innovation
Index dapat dijadikan sebagai tolak ukur yang digunakan oleh pemerintah untuk
3
menstimulasi dan mengukur aktivitas inovasi yang dilakukan oleh negaranya dengan
perbandingan negara lain (GII, 2019). Dari data tersebut dapat dipahami bahwa inovasi
adalah penggerak pembangunan sosial ekonomi dalam suatu negara dikarenakan dalam
proses perekonomian membutuhkan inovasi guna memunculkan ide-ide yang baru
(Jayani, 2019). Negara yang bisa berinovasi dengan baik pasti dapat memajukan
perekonomian negara tersebut. Jika melihat indeks inovasi yang dimiliki, sumber daya
manusia Indonesia masih kurang optimal. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar
berikut.
Gambar 1.2 Data indeks inovasi Indonesia (Global Innovation Index, 2019)
Dari data pada gambar 1.2 dapat dilihat bahwa indeks inovasi Indonesia
peringkat kedua terbawah di ASEAN. Peringkat paling tinggi negara Singapura
dengan poin 58,4 dan negara satu-satunya dari ASEAN yang masuk ke 10 besar dunia.
Malaysia negara yang sering dikatakan saudara terdekat Indonesia berada diperingkat
35, Thailand peringkat ke 43, Vietnam peringkat ke 42, Filipina peringkat ke 54, Brunei
Darussalam peringkat ke 32,3 dan Kamboja peringkat ke 91. Membuktikan bahwa
indeks inovasi Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara di
ASEAN lainnya. Cukup kontradiktif ketika Indonesia memiliki sumber daya alam yang
melimpah, dan memiliki sumber daya manusia yang termasuk sangat besar di ASEAN
yaitu 271 juta jiwa (Kemendagri, 2020), namun disparitas sumber daya manusia
Indonesia dengan sumber daya manusia negara ASEAN lainnya adalah kualitas dari
4
sumber daya manusianya yang dianggap belum mampu untuk mengelola sumber daya
alam.
Saat ini Indonesia sedang dalam fase transmisi dalam bidang ekonomi, dan salah
satu yang menjadi kunci keberhasilan suatu negara pada fase transmisi ini ada pada
aspek inovasi. Oleh karena itu sumber daya manusia mengambil peranan penting dalam
berimajinasi, berinovasi dan berkreasi yang dapat memberikan dampak signifikan pada
Indonesia (Tayibnapis, et al 2019). Namun akan menjadi masalah bagi Indonesia, jika
sumber daya manusia tidak bisa berinovasi dan berkreasi terhadap sumber daya
alamnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya saing Indonesia dan meningkatkan
indeks inovasi Indonesia ditingkat global, salah satu caranya yaitu dengan adanya
investasi sumber daya manusia (human investment) yang diharapkan dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi. Dalam human investment, manusia diposisikan sebagai bentuk
modal dan sama dengan bentuk modal seperti teknologi, mesin, tanah, uang,
dsb.Bentuk investasi sumber daya manusia adalah dalam ranah pendidikan. Salah
satunya yaitu menempuh pendidikan tinggi, melalui pendidikan tinggi mahasiswa
menjadi inovator dalam memecahkan beragam masalah bangsa di masa mendatang
(Santosa, 2014).
Oleh karena itu pengembangan proses pembelajaran bagi kalangan mahasiswa
merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya, yang akan
meningkatkan indeks daya saing Indonesia di kancah global dan indeks inovasi
Indonesia di kancah global dengan melakukan kegiatan kewirausahaan mahasiswa
(Grebel et al, 2003).
Namun data jumlah wirausaha muda Indonesia hanya 3,5% dari jumlah
penduduk, dibandingkan negara lainnya seperti Malaysia 5%, China 10%, Singapura
7%, Jepang 11%, dan Amerika Serikat 12% (Kemenkop dan Ukm, 2020). Hal ini
membuktikan bahwa jumlah wirausaha muda Indonesia masih rendah dibandingkan
negara lain, oleh karena itu universitas sebagai pencetak calon penerus bangsa
diharapkan mampu mendukung adanya pembelajaran bersifat non-akademik, dengan
dibentuknya organisasi guna meningkatkan soft skill dalam aspek kreatif dan inovatif
mahasiswa selain ilmu yang didapatkan di dalam kelas.
5
menyelesaikan tugas dan pekerjaannya (Price, 1997). Hal ini diperkuat oleh hasil
penelitian yang didapat oleh Soebardi (2012) menjelaskan bahwa perilaku inovatif
dapat mendorong kinerja dalam mengembangkan kompetensi organisasi guna
mencapai tujuannya. Perilaku inovatif memiliki efek jangka panjang yang dapat
meningkatkan fungsi organisasi dan dapat menghasilkan manfaat psikologis bagi
individu (Janssen, 2000). Penelitian yang dilakukan Singh & Sarkar (2012) juga
menjelaskan bahwa penentuan nasib sendiri di tingkat organisasi memiliki pengaruh
yang signifikan dan positif terhadap keterlibatan kerja yang berpengaruh pada perilaku
inovatif, hal ini menunjukkan adanya mediasi secara lengkap. Dalam proses
pembentukan perilaku inovatif adalah sebuah kesengajaan yang berarti bukan genetik
atau secara turun temurun (Janssen, 2004).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku inovatif
merupakan suatu sikap yang sengaja diciptakan dan dapat mendorong produktivitas
kerja. Produktivitas kerja individu tentunya dipengaruhi oleh kreativitas yang diduga
mampu mempengaruhi perilaku inovatif. Menurut Khayati & Sarjana, (2015)
kreativitas merupakan perilaku untuk merancang, membentuk, membuat atau
melakukan sesuatu hal yang baru atau berbeda, dengan gagasan yang baru dan berbeda
dari sebelumnya dan bermanfaat meningkatkan inovasi. Diperkuat dengan penelitian
yang sudah dilakukan oleh Uddin et al (2019) menyatakan bahwa identitas pribadi
kreatif karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jodi et al (2019) menjelaskan
bahwa kreativitas merupakan modal utama dalam menumbuhkan perilaku inovatif
karyawan dalam dunia kerja. Penelitian Khayati & Sarjana (2015) menunjukkan bahwa
kreativitas berpengaruh langsung dan positif terhadap inovasi. Berdasarkan beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan semakin tinggi kreativitas individu maka akan
semakin tinggi perilaku inovatif yang dihasilkan di dunia kerja. Menurut munandar
(2014) kreativitas merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungannya.
Individu dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian perubahan
yang terjadi dalam individu maupun lingkungan dapat menunjang atau menghambat
kreativitas.
7
3. Sumber daya manusia Indonesia yang belum sadar akan pentingnya perilaku
inovatif, yang menjadikan mereka kurang berimajinasi, berkreasi dan melakukan
inovasi dibidangnya masing-masing.
4. Perilaku inovatif menjadi garda terdepan untuk meningkatkan daya saing
Indonesia, namun sampai saat ini belum secara optimal dilakukan dalam proses
pembelajaran di perguruan tinggi.
5. Adanya pengaruh dari kreativitas yang dapat menyebabkan mahasiswa menjadi
tidak percaya diri terhadap kemampuannya dalam menggali perilaku inovatif.
6. Budaya organisasi yang kurang mendukung dalam suatu organisasi menyebabkan
pembangunan perilaku inovatif tidak dapat dicapai secara maksimal.
7. Perceived Organizational Support yang rendah dapat mempengaruhi
perkembangan kreativitas dan perilaku inovatif.
12
13
prinsip timbal balik yang terdiri dari tiga elemen saling berinteraksi, disebut dengan
timbal balik triadik. Behaviour factors dalam teori ini menjelaskan konteks perilaku
individu, yang terdiri dari kemampuan, praktik, dan self-efficacy. Behaviour factors
dapat mempengaruhi hasil individu dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Sedangkan yang kedua cognitive factors atau personal factors dalam teori ini
menjelaskan konteks kemampuan individu berhubungan dengan kognisi dan berdasar
kepada pengetahuan secara empiris terdiri dari pengetahuan, ekspetasi dan sikap.
Cognitive factors merupakan salah satu faktor yang terdapat di teori ini karena dalam
proses perkembangan individu diperlukan dasar yang kuat terkait pengetahuan,
ekspetasi terhadap masa depan dan sikap individu dalam menjalankan pembelajaran
yang dilakukan. Faktor yang ketiga ialah environmental factors dalam teori ini
menjelaskan terkait lingkungan individu baik lingkungan tempat tinggal maupun
lingkungan sekolah dll. Terdiri dari norma sosial, akses di komunitas dan pengaruh
dari orang lain. Bandura menyatakan lebih lanjut bahwa timbal balik triadik yang
terdiri dari personal individu, kognitif atau perilaku, dan lingkungan saling
berhubungan dalam mempengaruhi pembelajaran. Dalam gambar dibawah ini
dijelaskan mengenai timbal balik triadik yaitu behaviour, cognitive factors dan
environmental factors.
factors yaitu kreativitas sebagai variabel dependent, dan environmental factors yang
terdiri dari budaya organisasi dan perceived organizational support sebagai variabel
moderasi.
b. Faktor Eksternal
15
1. Kepemimpinan
Terdapat bawahan yang kurang menjaga hubungan dengan pimpinannya, hal
tersebut dapat membuat perilaku inovatif individu menjadi tidak berkembang.
Namun karyawan yang memiliki hubungan yang positif dengan pimpinannya,
cenderung akan memunculkan perilaku inovatif pada karyawan.
2. Dukungan untuk berinovasi
Dukungan dari dalam organisasi dapat memunculkan perilaku inovatif
anggotanya.
3. Tuntutan dalam pekerjaan
Tuntutan dari organisasi maupun dari lingkungan sekitar dapat meningkatkan
perilaku inovatif anggota organisasinya.
4. Iklim psikologis
Iklim psikologis yaitu pendapat dan pandangan anggota organisasi terhadap
lingkungan organisasi.
2.2.2 Kreativitas
2.2.2.1 Definisi Kreativitas
Kreativitas merupakan perilaku untuk merancang, membentuk, membuat atau
16
melakukan sesuatu hal baru yang berbeda dari sebelumnya (Khayati & Sarjana, 2015).
Sedangkan menurut Scermerhom et al (2010) kreativitas merupakan kegiatan guna
menghasilkan ide baru atau pendekatan untuk memecahkan masalah kerja dengan
mencari solusi. Menurut Amabile (1996) kreativitas adalah anteseden yang signifikan
untuk penerapan inovasi individu. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan individu dalam menghasilkan ide atau yang berbeda dari ide sebelumnya
guna keperluan pengelolaan bisnis mahasiswa yang tergabung dalam HIPMI PT.
dihasilkan.
e. Dukungan manajemen
Sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan dan
memberikan dukungan yang jelas terhadap bawahan.
f. Kontrol
Alat kontrol yang dipakai dalam organisasi adalah peraturan atau norma.
g. Identitas
Anggota organisasi dapat mengidentifikasi dirinya sebagai kesatuan dalam
organisasi.
h. Sistem imbalan
Terdapat imbalan seperti promosi dan sebagainya yang didasarkan pada prestasi,
bukan didasarkan atas senioraitas, sikap pilih kasih.
i. Toleransi terhadap konflik
Anggota organisasi didorong guna mengemukakan konflik dan kritik secara
terbuka. Perbedaan pendapat dan kritik dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan strategi dalam mencapai tujuan organisasi.
j. Pola Komunikasi
Komunikasi dalam mencapai tujuannya tidak dibatasi oleh hirarki kewenangan.
c. Kepercayaan
Kepercayan menggambarkan karakteristik moral organisasi atau kode etik
organisasi.
d. Berorientasi kepada kepentingan anggota
Menitikberatkan pada kerjasama tim, apabila anggota melakukan tugasnya dengan
teliti dan cermat, maka akan berorientasi pada tujuan organisasi.
e. Agresif dalam bekerja
Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan dengan kualitas keahlian, disiplin, rajin.
f. Mempertahankan dan menjaga stabilitas kerja
Saat melakukan pekerjaan harus menjaga kestabilan kerjanya.
Berdasarkan keenam dimensi & indikator tersebut yang akan digunakan
sebagai pengukuran dalam proses penelitian nantinya.
b. Pengembangan
Mengembangkan kemampuan organisasi dengan memberikan fasilitas pelatihan
dan kesempatan promosi.
c. Kondisi kerja
Saat melakukan pekerjaan memperhatikan lingkungan fisik dan non fisik ditempat
kerja.
d. Kesejahteraan anggota
Kepedulian organisasi berupa perhatian dengan kesejahteraan anggota,
mendengarkan pendapat atau keluhan anggota tertarik pada pekerjaan yang
dilakukan.
Berdasarkan keempat dimensi & indikator tersebut yang akan digunakan
sebagai pengukuran dalam proses penelitian nantinya.
2.2.5 HIPMI PT
2.2.5.1 Definisi
HIPMI PT atau Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi
merupakan badan otonom dibawah naungan HIPMI yang didirikan pada tahun 2013,
bertujuan guna menumbuhkan wirausaha dikalangan mahasiswa (Apriliyanto et al,
2019). HIPMI PT merupakan organisasi independen non partisipan para pengusaha
muda yang bergerak dibidang perekonomian, independen berarti mandiri dan non
partisipan berarti tidak tergabung dengan partai politik (HIPMI, 2020). Berdasarkan
hal tersebut HIPMI PT diharapkan mampu mengurangi pengangguran dengan
terbukanya lapangan pekerjaan baru dengan menumbuhkan kapabilitas wirausaha.
2.2.5.2 Organisasi
Bentuk organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi
akan dijelaskan sebagai berikut (HIPMI, 2020).
a. Bentuk Organisasi
HIPMI PT adalah organisasi independen non partisipan, dan tidak berhubungan
dengan partai politik.
b. Struktur Organisasi
23
umumnya. Kreativitas menjadi sumber penting dalam penciptaan daya saing dalam
organisasi yang peduli terhadap pertumbuhan dan perubahan (Hadiyati, 2012). Jadi
dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan wirausaha dalam mengembangkan
ide-ide baru supaya dapat menghadapi peluang dalam pasar dengan menciptakan
produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Teori yang mendukung kreativitas adalah social cognitive theory yang
dicetuskan oleh Albert Bandura pada tahun 2001. Dikarenakan kreativitas merupakan
bagian dari personal factor. Personal factor merupakan penjelasan terkait konteks
kemampuan individu yang berhubungan dengan kognisi dan berdasar kepada
pengetahuan secara empiris terdiri dari pengetahuan, ekspetasi dan sikap. Namun
personal factor dapat meningkat jika dimiliki oleh individu yang berada pada
environment yang tepat.
HIPMI PT sebagai organisasi independen dan non partisipan merupakan bagian
enviromental di social cognitive theory diharapkan dapat meningkatkan kreativitas
individu anggotanya guna meningkatkan perilaku inovatif anggotanya, hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Newman et al, 2018) bahwa individu dapat
memiliki tingkat kreativitas diri yang tinggi maka akan berdampak positif dan
signifikan terhadap perilaku inovatif.
Kreativitas yang berasal dari diri individu memiliki kekuatan dalam
meningkatkan perilaku inovatif, individu dituntut untuk memiliki kreativitas yang
tinggi dalam proses pengelolaan bisnis dengan harapan individu dapat menciptakan
berbagai produk atau jasa yang sesuai dengan permintaan pasar. Melalui kreativitas
individu yang baik dalam penciptaan ide dan gagasan baru dalam pengelolaan bisnis
maka inovasi dapat dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan
dan didukung beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Khayati & Sarjana, 2015;
Carnevale et al, 2017; Newman et al, 2018; Uddin et al, 2019; Jodi et al, 2019).
Berdasarkan penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif sehingga hal tersebut
layak untuk diteliti.
H1 : Ada pengaruh positif dan signifikan kreativitas terhadap perilaku
34
inovatif.
maka akan meningkatkan perilaku inovatifnya. Oleh karena itu semakin mendukung
budaya suatu organisasi maka akan sebaik pula perilaku inovatif. Hal ini sejalan dan
didukung beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Martins & Terblanche, 2003; Dahri
& Aqil, 2018; Asbari et al, 2019). Berdasarkan penelitian terdahulu dapat ditarik
kesimpulan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku inovatif.
H2 : Ada pengaruh positif dan signifikan budaya organisasi terhadap
perilaku inovatif.
dicetuskan oleh Albert Bandura pada tahun 2001. Hal ini dikarenakan budaya
organisasi merupakan bagian dari enviromental. Environmental factors menjelaskan
mengenai dampak lingkungan terhadap perilaku individu. Terdiri dari norma sosial,
akses di komunitas dan pengaruh dari orang lain. Lingkungan terdekat individu selain
rumah adalah organisasi yang diikuti.
HIPMI PT sebagai organisasi independen dan non partisipan diharapkan
mampu memiliki budaya organisasi yang dapat mendukung peningkatan perilaku
inovatif anggotanya. Karakteristik budaya organisasi yang dapat meningkatkan
perilaku inovatif sebagai berikut anggota organisasi memiliki tanggungjawab,
organisasi memberikan toleransi terhadap anggota yang bertindak agresif dan inovatif,
organisasi memiliki visi misi yang jelas, organisasi mendorong kualitas dan kuantitas
pekerjaan, atasan dalam organisasi memberikan arahan dukungan yang jelas, terdapat
peraturan, anggota organisasi menganggap dirinya satu kesatuan dalam organisasi,
organisasi memberikan imbalan pada anggota yang berprestasi, organisasi terbuka
terhadap pendapat, dan komunikasi tidak dibatas oleh hirarki (Robbins, 2006). Budaya
organisasi mampu membentuk iklim yang kondusif bagi nilai-nilai manajerial
organisasi.
Budaya organisasi dapat menjadi faktor peningkatan perilaku inovatif dalam
pengelolaan bisnis. Budaya organisasi merupakan faktor lingkungan yang berperan
penting dalam memperkuat kreativitas dalam meningkatkan perilaku inovatif. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prayudhayanti, 2014). Berdasarkan
penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi berperan positif
dan signifikan dalam memoderasi pengaruh kreativitas terhadap perilaku inovatif.
H4 : budaya organisasi signifikan dalam memoderasi pengaruh kreativitas
terhadap perilaku inovatif.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka pola hubungan kausalitas antara variabel
kreativitas, budaya organisasi perceived organizational support dan perilaku inovatif
penelitian ini adalah :
41
42
3.2.2 Sampel
Menurut Ferdinand (2014) sampel merupakan bagian dari jumlah yang
mewakili populasi tersebut. Responden diperkirakan mampu menyampaikan informasi
yang tepat mengenai objek penelitian. Jumlah populasi adalah 504 mahasiswa yang
mengikuti HIPMI PT Kota Semarang. Pengambilan sampel didasarkan pada inverse
square root method (Kock & Hadaya, 2018), dengan rumus sebagai berikut :
menambahkan jumlah responden 20% sehingga sampel kuesioner yang akan disebar
kelapangan adalah 200 kuesioner untuk 200 responden.
Dimana :
ni = jumlah anggota sampel menurut strata
n = jumlah anggota sampel keseluruhan
Ni = jumlah anggota populasi menurut strata
N = jumlah anggota populasi keseluruhan
Berdasarkan penjelasan rumus diatas dapat diperoleh sampel tiap HIPMI PT
sebagai berikut :
3.3.2.1 Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan individu dalam menghasilkan ide atau yang
berbeda dari ide sebelumnya guna keperluan pengelolaan bisnis mahasiswa yang
tergabung dalam HIPMI PT. Dimensi kreativitas menurut Fatmawiyati (2018) sebagai
berikut :
1. Kelancaran (fluency)
Mahasiswa yang kreatif merupakan individu yang dapat mencetuskan ide, gagasan,
dalam waktu tertentu namun relevan dengan situasi dalam pengelolaan bisnisnya.
2. Keluwesan (fleksibilitas)
Mahasiswa yang kreatif merupakan individu yang dapat memiliki keluwesan dalam
berpikir guna melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda dalam
pengelolaan bisnisnya.
3. Elaborasi (elaboration)
Mahasiswa yang kreatif merupakan individu yang dapat meningkatkan gagasan
yang sudah dibuatnya dengan lebih detail. Gagasan yang detail ini akan
meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan bisnisnya.
4. Keaslian (originality)
Mahasiswa yang kreatif merupakan individu yang dapat mencetuskan gagasan
yang tidak biasa atau unik dengan cara yang baru dalam pengelolaan bisnisnya.
1. Penghargaan
Organisasi memberikan penghargaan atas pencapaian hasil yang dilakukan oleh
mahasiswa dalam menjalankan bisnisnya.
2. Pengembangan
Organisasi menghargai kemampuan mahasiswa dan memberikan promosi untuk
mahasiswa dalam menjalankan bisnisnya.
3. Kondisi kerja
Organisasi peduli terhadap lingkungan mahasiswa dalam menjalankan bisnisnya
baik secara fisik maupun non fisik.
4. Kesejahteraan anggota.
Organisasi peduli terhadap kesejahteraan mahasiswa dalam menjalankan bisnisnya.
Data primer diperoleh melalui respon terhadap kuesioner yang dikirim secara
langsung ke lapangan, selanjutnya dikumpulkan guna dilakukan pengolahan data.
Sedangkan wawancara dilakukan dengan mewawancarai mahasiswa yang memiliki
usaha dan mahasiswa HIPMI PT pada usaha yang terpilih sebagai informan.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala agree-disagree, yang
akan dijelaskan sebagai berikut :
terlihat didalamnya memiliki kesan mampu untuk mengungkap konsep penelitian yang
akan diukur (Sekaran, 2016), face validity ini mengacu pada bentuk dan penampilan
instrumen. Face validity menggunakan validitas secara langsung dengan berkonsultasi
kepada ahli. Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing yang
dianggap memiliki kemampuan untuk membantu proses face validity.
Tabel 3.6 Hasil Uji Pilot Validitas Terhadap Variabel Perilaku Inovatif
Variabel Dimensi Indikator r hitung r tabel Keterangan
Perilaku Generasi Ide (idea INV_1 0.549 0.349 Valid
Inovatif generation) INV_2 0.827 0.349 Valid
INV_3 0.599 0.349 Valid
INV_4 0.659 0.349 Valid
Promosi Ide (idea INV_5 0.671 0.349 Valid
59
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa hasil uji pilot validitas variabel
perilaku inovatif, memiliki rhitung menyatakan valid semua. Sehingga jumlah
keseluruhan item pertanyaan yang valid dari variabel perilaku inovatif adalah 12
pernyataan.
Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan bahwa hasil uji pilot validitas variabel
kreativitas, memiliki rhitung menyatakan valid semua. Sehingga jumlah keseluruhan
item pertanyaan yang valid dari variabel kreativitas adalah 16 pernyataan.
Tabel 3.8 Hasil Uji Pilot Validitas Terhadap Variabel Budaya Organisasi
Variabel Dimensi Indikator r hitung r tabel Keterangan
Budaya Pelaksanaan BO_1 0.533 0.349 Valid
Organisasi Norma BO_2 0.520 0.349 Valid
BO_3 0.529 0.349 Valid
Pelaksanaan BO_4 0.570 0.349 Valid
Nilai-nilai BO_5 0.629 0.349 Valid
BO_6 0.553 0.349 Valid
Kepercayaan BO_7 0.499 0.349 Valid
BO_8 0.615 0.349 Valid
BO_9 0.649 0.349 Valid
Berorientasi BO_10 0.447 0.349 Valid
kepada BO_11 0.450 0.349 Valid
kepentingan BO_12 0.698 0.349 Valid
anggota
Agresif dalam BO_13 0.687 0.349 Valid
bekerja BO_14 0.546 0.349 Valid
BO_15 0.620 0.349 Valid
Mempertahan BO_16 0.626 0.349 Valid
kan dan BO_17 0.586 0.349 Valid
61
Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan bahwa hasil uji pilot validitas variabel
budaya organisasi, memiliki rhitung menyatakan valid semua. Sehingga jumlah
keseluruhan item pertanyaan yang valid dari variabel budaya organisasi adalah 18
pernyataan.
Tabel 3.9 Hasil Uji Pilot Validitas Terhadap Variabel Perceived Organizational
Support
Variabel Dimensi Indikator r hitung r tabel Keterangan
Perceived Penghargaan POS_1 0.645 0.349 Valid
Organizatio POS_2 0.788 0.349 Valid
nal Support POS_3 0.722 0.349 Valid
Pengembangan POS_4 0.569 0.349 Valid
POS_5 0.608 0.349 Valid
POS_6 0.747 0.349 Valid
Kondisi kerja POS_7 0.863 0.349 Valid
POS_8 0.672 0.349 Valid
POS_9 0.792 0.349 Valid
Kesejahteraan POS_10 0.842 0.349 Valid
anggota POS_11 0.865 0.349 Valid
POS_12 0.865 0.349 Valid
Sumber : Data penelitian diolah, 2021
Berdasarkan tabel 3.9 menunjukkan bahwa hasil uji pilot validitas variabel
perceived organizational support, memiliki rhitung menyatakan valid semua. Sehingga
jumlah keseluruhan item pertanyaan yang valid dari variabel perceived organizational
support adalah 12 pernyataan.
62
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.872 .882 12
Sumber : Data penelitian diolah, 2021
Berdasarkan tabel 3.10. menunjukkan hasil uji pilot reliabilitas pada variabel
perilaku inovatif sebesar 0,872 atau 87%, setelah dikurangi satu pernyataan yang tidak
valid. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner perilaku inovatif dapat digunakan dalam
penelitian ini karena memiliki Cronbach’s Alpha >0,70.
63
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.907 .917 16
Berdasarkan tabel 3.11. menunjukkan hasil uji pilot reliabilitas pada variabel
kreativitas sebesar 0,907 atau 91%, setelah dikurangi dua pernyataan yang tidak valid.
Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner kreativitas dapat digunakan dalam penelitian ini
karena memiliki Cronbach’s Alpha >0,70.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.904 .911 18
Berdasarkan tabel 3.12. menunjukkan hasil uji pilot reliabilitas pada variabel
budaya organisasi sebesar 0,904 atau 90%, setelah dikurangi satu pernyataan yang
tidak valid. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner budaya organisasi dapat digunakan
dalam penelitian ini karena memiliki Cronbach’s Alpha >0,70.
64
Tabel 3.13 Hasil Uji Pilot Reliabilitas Variabel Perceived Organizational Support
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.939 .945 12
Berdasarkan tabel 3.13. menunjukkan hasil uji pilot reliabilitas pada variabel
perceived organizational support sebesar 0,930 atau 93%, setelah dikurangi dua
pernyataan yang tidak valid. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner perceived
organizational support dapat digunakan dalam penelitian ini karena memiliki
Cronbach’s Alpha >0,70.
penelitian ini, analisis data menggunakan program WarpPLS 7.0. WarpPLS adalah
software Structural Equation Modelling (SEM) yang powerful untuk mengidentifikasi
hubungan non linear diantara variabel laten. Karakteristik SEM akan dijelaskan sebagai
berikut :
Jumlah item model Kontsruk dinilai dengan ukuran dan setiap langkah
pengukuran multi-item
Faktor Karakteristik
Objektif Meminimalkan jumlah varians yang tidak dapat
dijelaskan (seperti; memaksimalkan nilai 𝑅2 )
Faktor Karakteristik
squared contribution ratio (SPR), r-squared
contribution ratio (RSCR), statistical suppression
ratio (SSR), nonlinear bivariate causality direction
ration (NLBCDR)
Kriteria Penjelasan
dibandingkan skor korelasi antar variabel laten
Cross Loading Sebagai standar dari hasil validitas diskriminan.
Masing-masing indikator diharapkan
mempunyai nilai loading lebih besar untuk
setiap konstruk laten yang diuji apabila
dibandingkan dengan indikator konstruk laten
lainnya.
Sumber : Ghozali (2014)
(AARS), average block VIF (AVIF), average full collinearity VIF (AFVIF), tenenhaus
GoF (GoF), sympson’s paradox ratio (SPR), r-squared contribution ratio (SPR), r-
squared contribution ratio (RSCR), statistical suppression ratio (SSR), nonlinear
bivariate causality direction ration (NLBCDR). Berdasarkan penjelasan tersebut
dijelaskan lebih lanjut pada tabel berikut :
Kriteria Penjelasan
Evaluasi Model Struktural
𝑅2 variabel laten endogen Skor 𝑅2 senilai 0.67, 0.33 dan 0.19 bagi variabel
laten terikat (endogen) pada model struktural dapat
dikatakan bahwa model tersebut “baik”, “moderat”,
dan “lemah”
2
𝑓 untuk efek pengukuran Hasil 𝑓 2 senilai 0.02, 0.15 dan 0.35 dapat diartikan
apakah prediktor variabel laten mempunyai
dampak yang tinggi, sedang atau rendah pada
tingkat structural
Perkiraan koefesien jalur Nilai perkiraan harus signifikan untuk koefesien
jalur model struktural. Nilai signifikansi ini dapat
dihasilkan dengan metode bootstrapping
2 2
Relevansi Prediksi (𝑄 dan 𝑞 ) Prosedur blindfolding menggunakan rumus berikut
ini :
Kriteria Penjelasan