Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Problem pengangguran di Indonesia cukup kompleks dari segi kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas
ditunjukan dengan jumlah pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan dari segi
kualitas, ditandai dengan semakin bertambahnya pengangguran dengan latar belakang pendidikan tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2020 mencapai 7,05 juta
orang. Ditinjau berdasarkan taraf pendidikannya, tingkat pengangguran lulusan universitas mencapai 5,67
persen.

Upaya untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia dapat diatasi secara struktural dan kultural.
Pendekatan struktural dilakukan melalui seperangkat peraturan dan tindakan-tindakan yang bersifat formal yang
hanya akan mampu merestrukturisasi perilaku dalam jangka pendek. Sedangkan pendekatan kultural dilakukan
dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat (referensi). Pengembangan model kultural lebih pada
memperbaiki mindset, motivasi dan perilaku budaya yang dalam jangka panjang akan mampu menggerakkan
perubahan secara mantap (referensi).

**********************

WIRAUSAHA

Dunia usaha yang kondusif akan menjadi solusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mengatasi masalah
pengangguran. Kemajuan atau kemunduran dunia usaha dan ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh
keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan. Aktivitas wirausaha secara beriringan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, produktivitas, inovasi dan penyerapan tenaga kerja (referensi).

McClelland dalam bukunya The Achieving Society, mengatakan bahwa minimal dibutuhkan 2 persen
pengusaha dari total jumlah penduduk agar sebuah negara menjadi makmur dan sejahtera (referensi). Hal ini
didukung oleh pernyataan PBB yang mengatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila
memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya (Buchari Alma, 2009: 4).

Survei yang dilakukan oleh APF Canada terhadap pengusaha dan UMKM di Indonesia pada tahun 2018
menemukan bahwa responden yang berlatar belakang pendidikan tinggi hanya sebesar 15%, sedangkan
mayoritas responden tingkat pencapaian pendidikan tertinggi adalah ijazah sekolah menengah atas.

Peringkat Indonesia buruk untuk pelatihan kewirausahaan di semua tingkatan dari sekolah (Global
Entrepreneurship Monitor 2019).

Berdasarkan Adult Population Survey, untuk persepsi kegiatan wirausaha diperoleh tiga ukuran utama untuk
penentuan intensi, yaitu: perceived opportunity (persepsi terhadap adanya kesempatan), perceived capability
(persepsi terhadap kemampuan) dan fear of failure (ketakutan akan kegagalan). Perceived opportunity (PO)
diperoleh dengan mengukur persentase orang dewasa berusia antara 18 dan 64 tahun yang melihat kesempatan
bagus untuk memulai usaha di daerah tempat tinggal mereka (referensi). Sedangkan rasio perceived capability
(PC) menunjukkan bahwa individu dewasa di Indonesia memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk
melakukan usaha (referensi). Pada tahun 2019 rasio perceived opportunity di Indonesia mencapai 54,9%,
sedangkan rasio perceived capability (PC) sebesar 64%. Sehingga secara umum profil self-perceptions about
entrepreneurship Indonesia sangat positif, yang dapat dianggap sebagai modal awal dalam pengembangan
aktivitas kewirausahaannya.

Dalam laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2019, terdapat indikator TEA (Total Early-stage
Entrepreneurial Activity) yang mengukur persentase penduduk berusia 18-64 tahun yang merintis usaha baru
dalam kurun waktu 3,5 tahun (referensi). Nilai TEA baru mencapai 14,1 persen yang menempatkan Indonesia
pada peringkat 16 dari 48 negara.

Kewirausahaan adalah modal utama bagi pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Kewirausahaan merupakan
strategi pendorong tumbuhnya perekonomian suatu wilayah bahkan suatu negara (Diandra, 2019:1340).
Kewirausahaan merupakan pilihan tepat bagi individu yang tertantang untuk menciptakan kerja (Hidayah,
2015:8).
Wirausaha berperan signifikan dalam mewujudkan kualitas diri, masyarakat dan bangsa (Frinces, 2010:36).
Wirausaha adalah sebuah profesi yang dalam proses penciptaannya, pertumbuhan dan perkembangannya harus
dibentuk dengan cara yang sistematik (Frinces, 2010:55).

Mengingat peran penting pengusaha dalam pembangunan ekonomi, maka potensi wirausaha mengidentifikasi
dan memahami nilai dan sistem nilai yang mempengaruhi sikap dan perilakunya (Uy, 2011: 95). Pemahaman
terhadap konsep entrepreneurship sering dikonotasikan dengan bisnis dan profit oriented, walaupun sebenarnya
entrepreneurship harus lebih dipahami sebagai nilai, karakter, mindset dan spirit (referensi).

Karakter wirausaha

Karakter adalah sesuatu yang berhubungan dengan watak, perilaku, tabiat, sikap seseorang terhadap perjuangan
hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin (referensi). Karakter individu seperti kapabilitas, kemampuan
melihat peluang, proaktif dan inovatif serta keberanian mengambil resiko berpengaruh terhadap kegiatan
kewirausahaan dalam memulai suatu usaha. Beberapa kajian menunjukkan pengaruh yang signifikan antara
karakter wirausaha terhadap keberhasilan usaha (Cahya dkk, 2013:15), pengembangan kapabilitas dinamis
organisasi (Mudalige, Ismail, & Malek, 2016:125).

Pengembangan jiwa entrepreneurship dipandang sebagai langkah strategis dalam upaya mengatasi permasalahan
ekonomi bangsa (Kiswanto, 2017:47).

Modal sosial

Dalam prakteknya modal sosial belum diberdayakan secara optimal dalam pendidikan, terutama dalam
pembentukan karakter mahasiswa.

Peran modal sosial dalam pengembangan wirausaha telah menjadi bahasan dalam berbagai literatur (referensi2).
Aktivitas kewirausahaan ditentukan secara bersama oleh modal sosial pada tingkat individu dan modal sosial di
tingkat negara untuk mendapatkan peluang kewirausahaan (Kwon & Arenius, 2010: 326). Pemberdayaan modal
sosial yang ada dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dengan menggunakan prinsip-
prinsip kewirausahaan (entrepreneurial) untuk mengorganisir, menciptakan, dan mengelola sebuah usaha agar
tercapai tujuan sosial. Konsep modal sosial dapat diaplikasikan dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk
mencapai keberhasilan pembangunan. Prinsip dasar dari modal sosial adalah bahwa kelompok masyarakat yang
memiliki seperangkat nilai sosial dan budaya yang menghargai pentingnya kerjasama yang dapat maju dan
berkembang (referensi).

Modal sosial menekankan kemandirian dalam mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Kusumastuti (2015:97)
menambahkan modal sosial berperan sebagai kekuatan dalam merespon situasi diluar komunitas. Kekuatan
kolektif ini ditransformasikan dalam upaya memobilisasi sumber daya alam yang dimiliki untuk mencapai
tujuan.

Keberadaan modal sosial juga menjadi penting dalam penanggulangan kemiskinan karena pengentasan
kemiskinan tidak hanya terkait dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tapi juga perluasan akses terhadap
sumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan pula oleh ketersediaan jejaring kerja (network) dan saling
percaya (mutual trust) di kalangan masyarakat. Modal sosial berpengaruh positif terhadap tingkat kesejahteraan
dan ekonomi masyarakat (Suandi, 2014: 45).

Selanjutnya Yetim (2008: 882) menunjukkan bahwa tinggi rendahnya modal sosial ditentukan kontak pribadi
yang kuat dan sifat sosio-budaya masyarakat. Pembentukan modal sosial melalui pengembangan modal manusia
(Dinda, 2014: 890). Ketika seseorang berinvestasi dalam hubungan sosial, maka dia akan menarik manfaat
darinya (Cheung & Chan, 2010: 216). Selanjutnya Permono (2015: 87) menyatakan bahwa terbentuknya modal
sosial merupakan proses internal dalam organisasi yang membentuk nilai-nilai positif yang akan mendukung
kinerja organisasional. Senada dengan itu Kamarni (2012: 48-49) berpendapat modal sosial melekat pada
seperangkat hubungan antar manusia dalam suatu kelompok sosial. Hubungan antar masyarakat akan produktif
sepanjang didukung seperangkat nilai yang disepakati dan adanya saling percaya. Modal sosial yang lemah
mengundang munculnya pertentangan nilai dan menonjolnya rasa saling tidak percaya.

Pemanfaatan modal sosial berupa jaringan, trust dan resiprocity akan membuahkan keberhasilan (Zhao,
2002:563). Modal sosial individu menentukan konfigurasi jaringan individual dan fungsinya (Lopez & Sanchez-
Santos, 2017: 8). Melalui jalur kepercayaan, modal sosial kognitif mempengaruhi perkembangan bisnis baru (Li,
et al., 2013: 2422).
Watchel dalam Ancok (2003) konsep modal sosial menjadi komponen penting untuk membangun karakter.
Modal ini sangat penting peranannya dalam rangka membangun karakter mahasiswa, sekaligus meminimalisir
dampak globalisasi, industrialisasi, dan modernisasi.

Dalam kewirausahaan, modal tidak selalu identik dengan modal material yang berwujud (tangible), seperti uang
dan peralatan, tetapi juga menyangkut modal yang tidak berwujud (intangible) seperti modal insani (Suryana,
2003:73) yang terdiri atas modal sosial, modal intelektual, modal mental dan moral, modal motivasi. Modal
sosial merupakan modal insani utama yang harus dimiliki seseorang, terdiri atas kejujuran, kepercayaan, dan
komitmen.

Pertumbuhan kelompok wirausaha secara integral tidak terlepas dari lingkungan. Jika lingkungan kurang atau
tidak mendorong tumbuhnya kelompok wirausaha, maka perkembangan kewirausahaan akan terkendala
(Setyawati, 2013: 49).

Dengan memahami dinamika passion dalam menjalankan usaha, pengusaha muda dapat memahami pentingnya
peran passion terhadap usahanya sehingga dapat terhindar dari kegagalan. Dinamika passion berperan penting
pada ketiga rangkaian wilayah aktivitas kewirausahaan, yaitu 1) penciptaan dan pengembangan produk, 2)
pendirian usaha, 3) pengembangan usaha (Merieska; Meiyanto, 2017:13).

Kampus merupakan salah satu tempat strategis dalam menciptakan wirausaha-wirausaha yang tangguh dan
handal. Membangun kewirausahaan di kampus merupakan hal yang urgen karena dari kampuslah akan lahir
intelektual dan pionir-pioner yang handal, sehingga dengan adanya pendidikan kewirausahaan akan
menumbuhkembangkan generasi penerus yang mandiri (Mahmudah, 2017:48). Kampus merupakan tempat
pembelajaran bagi mahasiswa dalam membentuk dirinya berwirausaha, walaupun pengaruh lingkungan keluarga
juga mempengaruhi dirinya dalam membangun dunia usaha.

Wirausaha akan tumbuh jika lingkungan menghargai orang-orang yang kreatif dan menyediakan sarana dan
prasarana agar kreativitas itu dapat terwujud guna memenuhi kebutuhan lingkungan. Keberadaan modal sosial
berperan dalam kegiatan wirausaha (Primadona, 2015: 204), karena modal sosial mempengaruhi daya inovasi
(Khoirrini, 2014: 257), kinerja (Edy, 2013: 21), saling percaya akan meningkatkan efektifitas dalam berbagi
informasi (Sukoco & Hardi, 2013: 247).

Modal sosial menumbuhkan rasa solidaritas dalam kelompok, mendorong kemampuan kerjasama,
bertanggungjawab atas keputusan yang dibuat, dan menciptakan gagasan (Hunter, 2004: 26).

Modal sosial saat ini banyak dipakai oleh para akademisi maupun praktisi dalam berbagai kajian (Fathy,
2019:2). (Thobias, 2013:7) menjelaskan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh modal sosial. Sejalan
dengan hal tersebut, Thobias (2013: 59) menyatakan modal sosial yang dimiliki masyarakat seperti
kepercayaan, gotong royong, jaringan dan sikap, memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan
perilaku (individu?) kewirausahaan, seperti meningkatnya kepercayaan masyarakat yang dimanifestasikan
dalam prilaku jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Dalam kegiatan
kewirausahaan modal sosial juga dapat berfungsi sebagai pengungkit berhasilnya kegiatan usaha, karena dalam
modal sosial terdapat nilai-nilai kerjasama.

Dampak jejaring sosial pada pembelajaran masih belum dieksplorasi. (Lockett, Pallare`s, Middleton, Mele´ndez,
& Jack, 2017:67). Pengoptimalisasian modal sosial dapat dilakukan melalui penguatan unsur-unsur modal
sosial agar menjadi energi sosial bagi upaya perbaikan kualitas sekolah. Dalam kajian ini memberikan landasan
kuat bagi sekolah-sekolah untuk mengembangkan kebijakan sekolah yang berbasis modal sosial, sehingga
mampu mengatasi berbagai persoalan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan (Fadli, 2020:159).

Berbagai dimensi modal sosial berpengaruh terhadap aspirasi pertumbuhan kewirausahaan (Efendic,
Mickiewicz, & Rebmann, 2015:556). Modal sosial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kewirausahaan (Zelekha, Dana, 2019:250). Faktor modal sosial, baik jaringan sosial formal maupun informal,
dianggap berpengaruh terhadap kinerja (Dar, Mishra, 2020:38). Modal sosial merupakan saluran informasi dan
sumber daya yang dapat mengurangi jumlah waktu dan investasi yang diperlukan untuk mengumpulkan dan
memproses informasi, memfasilitasi pembelajaran dan difusi inovasi (Kebede, 2018:232).

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan ditentukan oleh keberfungsian modal sosial yang
didayagunakan dalam kelompok. Modal sosial dipandang sebagai sesuatu yang produktif untuk keberhasilan
pengelolaan usaha wirausaha (Tohani, 2015:152).
Modal sosial merupakan modal dalam bersinergitas dengan siapapun, membangun jejaring. Modal sosial yang
dimiliki mahasiswa akan memberikan kekuatan dalam menjaga kontinuitas usaha. Modal sosial dapat
dimanfaatkan dalam perluasan jejaring dalam pemasaran. Kampus harus mampu memberikan fasilitas untuk
membangun jejaring pemasaran yang bersifat offline maupun online (Mahmudah, 2017:58).

Individu yang terbuka dan teliti lebih cenderung memiliki modal sosial instrumental, individu yang stabil secara
emosional dan menyenangkan lebih cenderung memiliki modal sosial ekspresif, dan individu ekstraver lebih
cenderung memiliki kedua jenis modal sosial (Tulin, Lancee, & Volker, 2018:314).

Modal sosial dapat dimanfaatkan dalam rangka pembentukan karakter wirausaha. Hal ini didukung oleh
penelitian Dewi (2015: 407) yang menunjukkan bahwa proses adaptasi nilai-nilai karakter dan kewirausahaan
yang telah ada di masyarakat dapat diintegrasikan pada proses pembelajaran. Nilai-nilai kemandiririan, kreatif,
berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, dan kerja keras terlihat pada setiap aspek
aktivitas yang dilaksanakan. Selanjutnya Hasbullah (2012: 574) berpendapat upaya pembinaan dengan metode
softskill membawa perubahan karakter wirausaha, khususnya karakter inovative, risk taker motivative, solutif,
pekerja keras, berpikir positif, disiplin, persuasif dan bertanggung jawab. Karakteristik wirausahawan dapat
ditumbuhkan melalui penerapan nilai-nilai kewirausahaan di lingkungan sekolah (Fatimah, 2013:15). Upaya
yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha melalui budaya sekolah, yaitu dengan cara
memasukkan nilai-nilai karakteristik wirausaha ke dalam peraturan yang berlaku di sekolah.

Pendayagunaan modal sosial yang mencakup pemanfaatan nilai, norma, dan komitmen positif, pengembangan
kepercayaan, pengembangan jejaring wirausaha, dan pengelolaan informasi dan komunikasi dalam upaya
menyukseskan usaha wirausaha dilakukan oleh para pelaku wirausaha dengan tingkat kualitas pendayagunaan
yang berbeda-beda. Pendayagunaan modal sosial menghasilkan manfaat yang mencakup peningkatan jejaring
usaha, pengetahuan dan keterampilan, legalitas dan pendanaan (Tohani, 2015:160).

Dalam kaitan pemanfaatan modal sosial, realitas pendidikan persekolahan dapat dikelompokkan pada empat
permasalahan. Pertama adalah sekolah terkadang memiliki modal sosial tetapi sekolah tidak mampu
mengidentifikasi namun sekolah tengah memanfaatkan modal sosial dalam menjalankan pendidikan. Kedua,
sekolah mampu mengidentifikasi modal sosial tetapi tidak mampu mengelola dan mendayagunakan modal
sosial tersebut dalam pengelolaan sekolah. Masalah yang ketiga adalah sekolah tidak mampu mengenali dan
memanfaatkan modal sosial dalam pengelolaan sekolah. Keempat, sekolah mampu mengenali modal sosial yang
ada dan mempu mendayagunakan dan mengembangkan dalam membangun dan meningkatkan sekolah (Suwadi,
2015:122).

Kemampuan menggunakan modal sosial ini masih belum optimal dikuasai oleh kelompok sasaran pendidikan
kewirausahaan masyarakat, nampak dari masih minimnya lulusan yang dapat mengembangkan usahanya secara
berkelanjutan dan belum terbangunnya komunitas praktik yang bermanfaat (Tohani, 2015:153).

Peran modal sosial pada dasarnya masih belum dinilai sebagai aspek penting dalam proses perbaikan kualitas
sekolah. Ada kecenderungan bahwa sekolah masih belum menyadari dan belum menganggap penting bahwa
modal sosial sangat strategis untuk dikembangkan dalam pola-pola hubungan sosial yang terjadi dalam proses
belajar di sekolah. Bahkan masyarakat cenderung belum menyadari apa dan bagaimana peran modal sosial itu
sendiri yang dikembangkan dalam perbaikan kualitas peserta didik dan sekolah (Dwiningrum, 2014: 164).

Modal sosial memiliki pengaruh positif pada Entrepreneurial Orientation (inovasi, pengambilan risiko, dan
proaktif) (Simse &Jansen, 2015:1976). Hal terpenting dalam proses inovasi adalah ikatan yang membentuk
jaringan sosial dan kemampuan memanfaatkan modal sosial dalam jaringan (Leyden & Link, 2015:475).
Penciptaan inovasi dengan memberdayakan modal sosial melalui peningkatan kepercayaan sosial dan kegiatan
asosiasi (Weiss, Anisimova, & Shirokova, 2019:475). Jaringan formal dan informal akan menghasilkan modal
sosial dengan menjalin ikatan jaringan, membangun kepercayaan dan berbagi visi di antara para pemangku
kepentingan. Hal ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan sumber daya, dukungan, informasi dan
pengetahuan yang diperlukan untuk kemajuan komunitas (Saha, Banerjee, 2015:91).

Modal sosial juga dapat ditumbuhkembangkan melalui lembaga-lembaga Pendidikan (referensi). Lembaga
pendidikan tidak hanya memberikan pelajaran keilmuan semata, tetapi idealnya sebagai tempat membangun
modal sosial dalam bentuk aturan-aturan, norma dan nilai. Hal ini tidak hanya melalui lembaga pendidikan di
tingkat dasar dan menengah, tetapi juga melalui lembaga pendidikan tinggi. Selain penguasaan ilmu dan
teknologi, pendidikan juga bertugas menciptakan nilai-nilai yang berorientasi pada dimensi profesionalisme,
kejujuran, integritas, kebebasan berpendapat, kesamaan kedudukan, dan etika yang tinggi.
Lembaga pendidikan yang maju dan berkualitas unggul disebabkan oleh adanya modal sosial yang kokoh di
semua komponen yang terlibat dalam aktivitas pendidikan itu (referensi). Perguruan tinggi sebagai salah satu
mediator dan fasilitator terdepan dalam membangun generasi muda bangsa mempunyai kewajiban dalam
mengajarkan, mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri,
kreatif, inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang pekerjaan. Dalam hal ini, modal sosial dapat
diberdayakan untuk pendidikan kewirausahaan dan pembentukan karakter wirausaha mahasiswanya.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membina karakter generasi muda secara terarah, terprogram, dan
optimal agar terbentuk generasi muda yang cerdas intelektual dan berkualitas akhlaknya (referensi). Percaya
diri, karakter keingintahuan, dan jiwa wirausaha penting ditanamkan dan dikembangkan dalam diri peserta
didik, mengingat di era globalisasi saat ini diperlukan adanya SDM yang mampu bersaing (Salirawati, 2012:
213). Pendidikan kreativitas adalah tantangan utama (Chang & Hsu, 2010; Li & Liu, 2016) dalam sistem
pendidikan, karena lingkungan belajar yang kreatif meningkatkan peluang siswa untuk mengembangkan
kemampuan kreatif seperti berbagi pengetahuan, mengembangkan budaya kerja sama dan menciptakan ikatan
jaringan interpersonal. Peningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan mendorong akumulasi modal
sosial internal dan berbagi pengetahuan yang tepat (Chih-Hsing & Liu, 2017: 80).

Keberadaan universitas dapat berkontribusi dalam menciptakan ekonomi pengetahuan (Chatterjia & Kiran,
2017: 60). Ekonomi kewiraswastaan akan menghasilkan skenario dimana anggotanya dapat mengeksplorasi dan
memanfaatkan peluang dan pengetahuan ekonomi untuk mempromosikan fenomena kewiraswastaan baru yang
belum pernah divisualisasikan sebelumnya. Dalam konteks ini, universitas kewirausahaan berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi dan sosial melalui beberapa misi pengajaran, penelitian, dan aktivitas
kewirausahaan (Guerreroa, 2015: 748). Proses pembentukan wirausaha awal dipengaruhi ciri kepribadian dan
pola asuh, dimana remaja dan generasi muda yang terlibat dalam kegiatan wirausaha akan berpeluang menjadi
wirausaha daripada rekan-rekan mereka yang tidak terlibat (Schmitt-Rodermund, 2004: 514). Mahasiswa yang
berorientasi pada usaha dan melakukan sejumlah aktivitas kewirausahaan, baik sebelum dan selama kuliah
mulai merancang produk atau layanan baru, mengembangkan rencana bisnis, dalam beberapa kasus telah
memulai bisnis mereka sendiri (Geldhof, et al.: 2014: 419). Modal manusia di universitas meningkatkan kinerja
melalui mekanisme mediasi modal relasional. Modal sosial, baik dari segi hasil dan perilaku teman-teman serta
kualitas jaringan kontak pekerjaan, merupakan faktor penting untuk membuka akses terhadap informasi tentang
pekerjaan dan pengaruh sosial, dan selanjutnya dapat meminimalisir risiko pengangguran di kalangan kaum
muda (Hallsten, 2017: 234).

Perguruan Tinggi perlu menerapkan pola pembelajaran kewirausahaan yang konkret dengan memperhitungkan
masukan yang empiris untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan yang bermakna baik dalam hardskill
maupun softskill agar dapat menumbuhkan minat mahasiswa untuk berwirausaha. Sedangkan perguruan tinggi
dihadapkan pada persoalan yaitu bagaimana menumbuhkan minat wirausaha dan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat untuk memilih karier sebagai wirausaha setelah mereka lulus (Hidayah, 2015:3).

Pembekalan dan penanaman jiwa enterpreneur pada mahasiswa diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk
melakukan kegiatan kewirausahaan. Pengalaman sewaktu kuliah akan mendorong munculnya wirausaha-
wirausaha baru. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan ini merupakan langkah yang serius dari pemerintah
untuk mengurangi jumlah pengangguran ( Hidayah, 2015:9).

Zimmerer menyatakan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara terletak
pada peranan Universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Pihak Universitas bertanggung
jawab mendorong, mendidik, mengasah kemampuan, dan memberikan motivasi kepada alumninya untuk berani
memilih wirausaha sebagai pilihan karier (Hidayah, 2015:2).

Perguruan tinggi perlu mempersiapkan masyarakat berjiwa entrepreneurship dengan beberapa alasan; 1)
Entrepreneurship mendorong suasana akademik dalam rangka pembentukan karakter mahasiswa yang
bertanggung jawab, gigih, kreatif dan inovatif; 2) Entrepreneurship ditargetkan untuk menghasilkan
entrepreneur baru yang akan menjawab permasalahan pengangguran terdidik dari perguruan tinggi (Kiswanto,
2017:47-48).

Pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa diharapkan dapat memotivasi mahasiswa
menjadi wirausahawan yang tangguh, ulet dan mandiri (Siswoyo, 2009:122).

Ada 3 faktor dominan dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan, faktor
kebebasan, dan faktor kepuasan hidup (Siswoyo, 2009:119). Variabel keberhasilan diri, kebebasan dalam
bekerja, dan kebutuhan akan prestasi merupakan variabel dominan dalam mempengaruhi keinginan mahasiswa
menjadi wirausahawan (Ustha, 2018:138). Alasan kuat mahasiswa untuk berwirausaha, yaitu alasan menambah
penghasilan, alasan pemberdayaan diri dan masyarakat menjadi motivasi kuat untuk berwirausaha (Maulana,
2018:23).

Perguruan tinggi membekali mahasiswa dengan pengetahuan, wawasan, pengalaman nyata dan pendampingan
dari mentor-mentor bisnis berpengalaman, sehingga selanjutnya terbentuk individu-individu yang
menggerakkan perubahan bagi kehidupan masyarakat dan bernegara (Maulana, 2018:22)

Untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan tersebut dibutuhkan usaha-usaha terprogram dan terukur, sehingga
berdampak langsung pada kehidupan nyata mahasiswa. Besarnya peran yang dimainkan oleh wirausaha di
dalam mengatasi berbagai problematik pembangunan ekonomi nasional seperti masalah pengentasan
kemiskinan, tingginya jumlah pengangguran, rendahnya daya beli, sulitnya penciptaan lapangan usaha dan
lapangan kerja, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi (Frinces, 2010:35).

Karakter wirausaha berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha (Hadiyati, 2011:15; Jumaedi, 2012:18;
Bhatt dan Shankla, 2018:1115; Indarto & Djoko Santoso, 2020:67; Maisaroh, 2018:1; Ezzel, 2019:16; Senjoyo,
2018:10).

Karakteristik kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja usaha (Turyandi, 2015: 24), dimana sifat
kepribadian, minat dan ketekunan berkaitan dengan inovasi dan kesuksesan kewirausahaan (Mooradian, et al.,
2016: 240). Demikian pula karakteristik kewirausahaan yang kuat akan meningkatkan kompetensi
kewirausahaan (Dhamayantie, 2017: 89), semakin dikuasainya karakteristik individu (pengambilan risiko,
kepemimpinan, keorisinilan, orientasi masa depan, mengambil keputusan) maka akan semakin mampu menjadi
wirausaha (Rahardjo, 2010: 84). Jumaedi menambahkan karakter wirausaha berpengaruh positif terhadap
keberhasilan usaha (2012: 18). Penelitian mengenai hambatan mahasiswa dalam mengembangkan jiwa
entrepreneurship sangat penting dilakukan (Chua & Bedford, 2016:320). Salah satu hambatan dalam
entrepreneurship adalah rasa takut akan kegagalan (Chua & Bedford, 2016:325).

Kementerian Koperasi dan UKM melalui Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM Rully Indrawan. “perguruan
tinggi memiliki peran penting untuk mendorong dan meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia
(22/2/2020). Beberapa profesi yang muncul dari karya-karya kreatif dan inovatif para generasi millenial, seperti
Start Up, Conten Creator, Barista, Fotographer, Youtuber, dan masih banyak lagi..”

Zimmerer menyatakan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara
terletak pada peranan Universitas melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Universitas bertanggung
jawab mendorong dan mendidik serta memberikan kemampuan wirausaha kepada alumninya dan memberikan
motivasi bahwa berwirausaha sebagai pilihan karier (Hidayah, 2015:2).

Perguruan tinggi mempersiapkan masyarakat berjiwa entrepreneurship dengan beberapa alasan; 1)


Entrepreneurship merupakan salah satu cara untuk menumbuh kembangkan suasana akademik yang berkaitan
dengan pembentukan karakter mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi. Pembentukan karakter ini melalui usaha
penanaman tanggung jawab, semangat kerja, gigih serta kreatif dan inovatif; 2) Entrepreneurship ditargetkan
untuk menghasilkan entrepreneur baru yang merupakan salah satu jawaban terhadap permasalahan
pengangguran terdidik dari perguruan tinggi (Kiswanto, 2017:47-48).

Pembekalan dan penanaman jiwa entrepreneur pada mahasiswa diharapkan dapat memotivasi mahasiswa
menjadi wirausahawan yang tangguh, ulet dan mandiri (Siswoyo, 2009:122).

Perguruan tinggi menjadi pusat untuk mendirikan start-up di bidang industri kreatif, membangun jejaring sosial
berdasarkan pengalaman bersama, kepercayaan, kewajiban timbal balik, dan norma bersama (He & Gebhardt,
2015:19)

Universitas merupakan tempat ideal dari kelompok industri padat pengetahuan dan tingkat modal sosial yang
tinggi (He & Gebhardt, 2015:20).

Universitas menyediakan jaringan akademisi yang memungkinkan mereka untuk memperoleh pembelajaran
informal, yang menjadi modal sosial mahasiswa (Lockett, Pallare` s, Middleton, Mele´ ndez, & Jack, 2017:77).

Peran universitas adalah untuk mengikat kelompok dan bertindak sebagai jembatan ke jaringan lain. Penciptaan
jaringan yang memiliki kepercayaan tinggi akan membangun modal sosial (Gordon, 2016:385).
Universitas memiliki tiga sifat dasar yang menentukan pembentukan modal sosial berbasis masyarakat. Pertama,
universitas mewakili institusi yang terstruktur dengan baik, dengan tujuan atau fungsi lintas disiplin yang
menjembatani aplikasi industri dan praktis, serta sektor pelatihan dan pendidikan publik. Kedua, universitas
menghasilkan hubungan multi-trust di antara teman sekelas, alumni dan kolega. Kontak informal dalam
universitas disediakan melalui berbagai seminar, lokakarya, upacara, klub, serta komunitas online yang berakar
pada kelompok alumnus. Program studi jangka panjang yang relatif, serta interaksi intensif terkait kampus
memungkinkan berbagai ikatan sosial yang kemungkinan akan berlangsung selama sisa karir individu. Terakhir,
universitas merupakan tempat untuk menghasilkan norma dan budaya yang sama (He & Gebhardt, 2015:23).

Perguruan tinggi harus menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi
dengan jiwa kewirausahaan. Abdelmoula Ines Miladi menyatakan bahwa faktor penentu budaya organisasi
didasarkan pada profil pemimpin mereka. Pemimpin dengan latar belakang pendidikan tinggi/ universitas
memiliki efek yang lebih penting pada dimensi budaya organisasi (Miladi, 2014:29). Pengembangan
kewirausahaan di universitas melalui program ekstrakurikuler yang tujuannya mencakup to know, to do, dan to
be entrepreneur. Aktivitas ekstrakurikuler mahasiswa dapat membangun motivasi dan sikap mental
entrepreneur. Pencapaian mahasiswa yang unggul dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi berbasis
entrepreneurship dicanangkan oleh Universitas AMIKOM Yogyakarta.

Universitas dapat merangsang mahasiswa serta lulusan baru untuk menciptakan perusahaan baru yang
berkualitas tinggi. Lingkungan universitas mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang perilaku kewirausahaan
(Edelman, Manolova, & Shirokova, 2016:442). Klub-klub mahasiswa di universitas menyediakan bentuk
pembelajaran penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan interpersonal, percaya diri dan minat
berwirausaha (Pittaway LA, Gazzard J, Shore A, 2015:33-34).

Perguruan tinggi yang sebelumnya merupakan STMIK AMIKOM ini didirikan pada tanggal 29 Desember 1992.
Berdasarkan surat izin perubahan bentuk dari Dirjen Pendidikan Tinggi, STMIK AMIKOM Yogyakarta secara
resmi berubah status menjadi Universitas AMIKOM Yogyakarta dengan Surat Nomor : 99/KPT/I/2017 tanggal
20 Januari 2017. Sesuai dengan izin tersebut, Universitas AMIKOM Yogyakarta memiliki 16 program studi,
yaitu S2 Magister Teknik Informatika, S1 Informatika, S1 Sistem Informasi, S1 Teknologi Informasi, S1
Rekayasa dan Akuntansi, S1 Kewirausahaan, S1 Ilmu Komunikasi, S1 Hubungan Internasional, S1 Ilmu
Pemerintahan, D3 Teknik Informatika, dan D3 Manajemen Informatika.

Universitas AMIKOM Yogyakarta ditunjang dengan teknologi-teknologi yang memungkinkan terjadinya


konvergensi unik antara bidang tersebut dengan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) diantaranya yaitu
adanya AMIKOM Creative Economy Park. Civitas akademika memiliki kreativitas dalam menghasilkan
produk-produk dalam bentuk animasi film, game, dan seni desain.

Perusahaan-perusahaan di bawah Yayasan AMIKOM Yogyakarta mampu memberikan profit generating.


AMIKOM memiliki sejumlah commercial enterprises yang memberikan penghasilan bagi AMIKOM, di
antaranya television channel, radio channel, cartoon production dan ICT software development. Keberadaan
commercial enterprises tidak hanya memberi keuntungan secara finansial saja, tetapi juga memberi manfaat bagi
mahasiswa untuk praktik latihan kerja, serta tempat riset bagi para dosen. Mahasiswa yang hampir lulus dapat
magang bahkan setelah lulus mereka bisa menjadi pegawai tetapnya. Keberadaan commercial enterprises ini
juga menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa.

Dengan adanya kegiatan ini, para mahasiswa wirausaha tersebut dapat memperluas jaringan bisnis ke sesama
rekan usahanya.

Penelusuran terhadap alumnus Universitas AMIKOM Yogyakarta menunjukkan angka yang menggembirakan,
dimana jumlah mahasiswa yang berprofesi sebagai wirausaha mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Mahasiswa yang lulus pada tahun 2015 dan menjadi wirausaha mencapai 23% dari total mahasiswa, meningkat
dari tahun sebelumnya yang berjumlah 20%. Pencapaian ini merupakan salah satu prestasi Universitas
AMIKOM Yogyakarta yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian di sana.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh modal
sosial dalam pembentukan karakter wirausaha mahasiswa pada Universitas AMIKOM Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pada pemikiran dalam latar belakang, maka dapat ditarik beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Problem pengangguran lulusan universitas yang mencapai 5,18 persen perlu dianalisa secara mendalam
penyebab dan solusinya.

2. Rendahnya ratio wirausaha hanya sebesar 3,1 persen dibandingkan dengan jumlah wirausaha yang
dimiliki oleh negara lain.

3. Pemahaman terhadap konsep entrepreneurship sering dikonotasikan dengan bisnis dan profit oriented,
walaupun sebenarnya entrepreneurship harus lebih dipahami sebagai nilai, karakter, mindset dan spirit .

4. Modal sosial belum diberdayakan secara optimal dalam pendidikan, terutama dalam pembentukan
karakter mahasiswa.

5. Penentuan strategi pemberdayaan modal sosial dalam pembentukan karakter wirausaha mahasiswa
belum maksimal.

C. Fokus Penelitian

Mengingat pemahaman bahwa cakupan permasalahan modal sosial dalam pembentukan karakter wirausaha ini
cukup luas dan keterbatasan kemampuan untuk menelaah setiap permasalahan, maka fokus penelitian yang
dilakukan ini adalah mengkaji pemodelan persamaan struktural atau hubungan yang menggambarkan peran
modal sosial dalam pembentukan karakter wirausaha mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana modal sosial yang dimiliki mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta?

2. Bagaimana karakter wirausaha mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta?

3. Bagaimana pengaruh modal sosial terhadap pembentukan karakter wirausaha mahasiswa di Universitas
AMIKOM Yogyakarta?

4. Dimensi modal sosial manakah yang paling berkontribusi terhadap pembentukan karakter wirausaha
mahasiswa?

E. Tujuan Penelitian

Mendasarkan pada perumusan masalah penelitian di atas, tujuan penelitian yang dilaksanakan ini mencakup :

1. Mengidentifikasi modal sosial yang dimiliki mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta.

2. Mengetahui gambaran karakter wirausaha mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta.

3. Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap pembentukan karakter wirausaha mahasiswa Universitas
AMIKOM Yogyakarta?

4. Menentukan dimensi modal sosial yang paling berkontribusi terhadap pembentukan karakter wirausaha
mahasiswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti kepada pihak-pihak berkepentingan
dalam pendidikan, yaitu :
1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan teoritis yang berguna untuk
menambah khasanah dan wacana keilmuan atau kepustakaan, khususnya terkait dengan teori modal sosial dan
hubungannya dengan karakter wirausaha.

b. Pengayaan bentuk pemberdayaan berbasis modal sosial di perguruan tinggi, terutama di Universitas
Amikom Yogyakarta.

c. Pembuktian teori tentang pentingnya modal sosial yang di dalamnya memuat tentang nilai-nilai sosial,
jaringan sosial, kepercayaan (trust) dalam struktur sosial memperngaruhi terhadap pembinaan dan pembentukan
karakter, terutama karakter wirausaha.

d. Memperkuat teori tentang modal sosial dan perannya dalam dinamika kehidupan bermasyarakat.

e. Menentukan model pemberdayaan modal sosial untuk pembentukan karakter wirausaha mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi khazanah keilmuan tentang pentingnya modal sosial dalam
pembentukan karakter wirausaha serta menjadi dasar acuan bagi pengembangan penelitian selanjutnya terkait
dengan pendayagunaan modal sosial dalam kewirausahaan.

b. Meningkatkan kesadaran mengenai arti penting modal sosial bagi pendidikan dan pembentukan
karakter.

c. Memberikan berbagai pengetahuan tentang modal sosial dan cara memanfaatkannya dalam
pemberdayaan perguruan tinggi, terutama di lingkungan kampus Universitas AMIKOM Yogyakarta.

d. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan dimensi-dimensi modal sosial yang dinilai masih
memerlukan peningkatan berdasarkan model penelitian.

e. Memberikan masukan kepada perguruan tinggi lain yang ingin mengembangkan karakter wirausaha
mahasiswa.
Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

GAMBARAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWI

ANGKATAN 2014 DI UPI BANDUNG

Widiana Rahayu

Universitas Pendidikan Indonesia

widiana.rahayu94@student.upi.edu

Hari Mulyadi

Universitas Pendidikan Indonesia

Harimulyadi@upi.edu

Rd. Dian H. Utama

Universitas Pendidikan Indonesia

Dhutama@upi.edu

Penerapan kewirausahaan di negara maju dan berkembang telah diakui mampu untuk menghadapi tantangan
besar dari globalisasi seperti pembangunan sosial, persaingan, dan krisis ekonomi (Shah & Ali, 2013:217).
Penciptaan bisnis baru untuk perluasan lapangan kerja mampu menjadi mesin penggerak produktivitas
ekonomi negara (Botsaris & Vamvaka, 2014:3). Tidak hanya dipandang sebagai cara untuk membangun
bisnis, kewirausahaan juga penting untuk membangun individu agar dapat bertindak secara kreatif dan
inovatif serta peka terhadap perubahan lingkungannya (Oyeumi & Adeniyi, 2013:129).

Ketercapaian jumlah wirausaha Indonesia meski berada di atas batas minimal, namun masih rendah jumlahnya
dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura 7%, Malaysia 5%, dan Thailand 4%. Ditegaskan
David Mc Clelland, Menggiatkan intensi kewirausahaan mahasiswa dengan program pengajaran dan
pembinaan kewirausahaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta cara untuk menghadapi pasar
bebas ASEAN (Kusuma, Warmika & Wirananda, 2016:678). Pertumbuhan wirausaha Indonesia berpotensi
terus meningkat dengan dukungan berbagai pihak di mana wirausaha dari kalangan lelaki dewasa
Indonesia memiliki kesempatan dan kemampuan berwirausaha lebih tinggi daripada kalangan perempuan.
Namun jumlah perempuan yang memulai usaha lebih banyak daripada lelaki (bisnis.tempo.com).
Pemerintah Indonesia telah mendorong tumbuhnya aktivitas kewirausahaan di lingkungan universitas melalui
pendidikan Kewirausahaan, karena melihat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja yang terus
mengalami peningkatan dari 48,87% atau 12,7 juta orang pada tahun 2016 menjadi 55,04% atau 14,3 juta
orang pada tahun 2017 (ekbis.sindonews.com). Berkaitan dengan hal itu, penelusuran jumlah wanita
pengusaha dari kalangan mahasiswi perlu dilakukan karena aktivitasnya yang tidak selalu nampak serta
untuk menggambarkan banyaknya jumlah mahasiswi yang menjalankan bisnisnya bersamaan dengan
aktivitas kuliah karena secara umum wanita pengusaha di Indonesia hanya dikenal dari kalangan ibu
rumah tangga (Diahsari, Sumantri, Harding, & Sulastiana, 2015:110). Menurut survei dari berita online,
satu dari sepuluh jurusan perguruan tinggi yang banyak diminati perempuan yaitu di bidang keguruan
(forum.liputan6.com).

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri yang berbasis
pendidikan satu-satunya di Jawa Barat dan terbukti jika jumlah mahasiswi di UPI Bandung jumlahnya
selalu lebih tinggi daripada jumlah mahasiswa. Berdasarkan Renstra UPI tahun 2016 yang berkaitan
dengan kajian masalah karir pada mahasiswanya yaitu jika para lulusan UPI banyak yang menunggu masa
kerja sekitar 2 tahun bahkan lebih dan tidak memiliki kegiatan produktif baik melanjutkan sekolah, bekerja,
atau membangun usaha sendiri selama masa tunggunya. Hal ini diakibatkan niat untuk berwirausaha para
lulusan masih tergolong rendah.

Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan niat berwirausaha, terutama merubah pemikiran para
pemuda yang selama ini hanya berniat sebagai pencari kerja (job seeker) setelah menyelesaikan sekolah
atau kuliah mereka agar menjadi pencipta lapangan kerja (job maker) (Lawan, 2015:230). Dalam menghadapi
permasalahan pembangunan, pendidikan tinggi tidak sekedar dituntut proaktif berpartisipasi dalam
pembangunan jangka pendek, tetapi juga harus memberikan perhatian yang mendalam pada etika dan moral
yang luhur seperti mendidik mahasiswanya untuk berprinsip hidup wirausaha (Laguador, 2013:29).

Prinsip model niat ditentukan oleh sikap, individu yang memandang sikap kewirausahaan menguntungkan
akan meningkatkan niat untuk melaksanakan kegiatan kewirausahaan (Botsaris & Vamvaka, 2014:4).
Penelitian yang telah dilakukan mengenai niat berwirausaha di kalangan mahasiswa Indonesia
mengindikasikan permasalahan karakteristik individu yang hampir sama, dengan dipengaruhi faktor sikap
kewirausahaan ketertarikan untuk berkarir pada bidang kewirausahaan atau bisnis menjadi meningkat
(Sutanto, 2014; Santoso & Oetomo, 2016).

Menggiatkan intensi kewirausahaan mahasiswa dengan program pengajaran dan pembinaan kewirausahaan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta cara untuk menghadapi pasar bebas ASEAN (Kusuma,
Warmika & Wirananda, 2016:678). Pemahaman potensi serta pengenalan bidang wirausaha sebagai karir
mahasiswa dapat membantu dalam pembentukan niat berwirausaha (Kadiyono, 2014:27).

Ilmu kewirausahaan bagi setiap individu mampu memberikan kontribusi dan fungsi yaitu, mampu
mengubah hidup individu dengan mendidik sikap dan pikirannya agar dapat bertindak secara kreatif dan
inovatif (Oyeumi Adeniyi, 2013:129) serta dapat berperan dalam interaksi dengan lingkungan masyarakat
yang namis (Rosqiue, 2011:454). Wirausaha merupakan potensi yang baik dalam pembangunan, baik
dalam jumlah maupun mutu dari wirausaha yang diciptakan (Pratiwi & Wardana, 2016:5219).

Diperkenalkan oleh Richard Cantillon pada tahun 1755, entrepreneurship berawal dari bahasa Perancis
yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Kemampuan seorang wirausaha
secara khusus ditujukan untuk menciptakan dan menumbuhkan organisasi melalui identifikasi dan
pembangunan pada suatu peluang disebut kewirausahaan (Maas & Jones, 2017:5). Kewirausahaan sebagai
promotor pembangunan ekonomi dari sudut manajemen bisnis dipandang sebagai cara pemenuh
kebutuhan dengan mengenali peluang usaha, mempersiapkan sumber daya dan menciptakan kegiatan bisnis
(Ghayazi, Omidian, & Hosseinpoor, 2014:52). Penciptaan bisnis baru melalui pemanfaatan pengetahuan
dan teknologi universitas, dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produktivitas di masyarakat
(Juan Carlos., 2017:66) berupa inovasi dan penciptaan lapangan kerja dengan perubahan konsep ekonomi
dan sosial yang dinamis (Ibrahim & Mas’ud, 2016:226).

Psychological Entrepreneurship

Terdapat enam teori kajian kewirausahaan, di antaranya: 1) Anthropological Entrepreneurship, 2)


Economic Entrepreneurship, 3) Opportunity-Based Entrepreneurship, 4) Psychological Entrepreneurship, 5)
ResourceBased Entrepreneurship, dan 6) Sociological Entrepreneurship. (Simpeh, 2011:1). Teori psikologi
mencoba menjawab karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha dan yang bukan wirausaha serta
karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha berhasil dan tidak berhasil. Bagian dari aspek
psychological ‘entrepreneurship yaitu social capital, entrepreneurial attitude, dan entrepreneurship strategy
(Frese & Gielnik, 2014:414-416). Sikap Kewirausahaan Sikap pembentuk kewirausahaan adalah pembentuk
tindakan yang bergantung dengan persepsi individu dalam menilai hal-hal yang menguntungkan maupun
tidak menguntungkan dari aktivitas bisnis (Ajzen, 1991:188). Sikap merupakan kemampuan menemukan
dan mengevaluasi peluang-peluang usaha, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan, dan bertindak untuk
memperoleh keuntungan dari peluang-peluang usaha yang muncul (Meredith, Nelson, & Neck, 2002:8).
Sikap sebagai kecenderungan untuk berpikir atau menanggapi sesuatu dengan perasaaan dan evaluasi
tentang objek berupa bisnis yang diperkuat oleh pengetahuan dan pengalaman individu (Walter,
2015:216). Sikap individu terbentuk dari serangkaian tindakan yang diyakini memberikan manfaat untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan hidup (Anggadwita & Dhewanto, 2016:137). (Ganarsih & Wasnury
(2015:6) mengemukakan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha yaitu: 1) Self
Knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan atau ditekuni. 2) Imagination,
yaitu memiliki imajinasi, ide, perspektif serta tidak mengandalkan kesuksesan masa lalu. 3) Practical
Knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan teknik, desain, proses pembukuan,
administrasi dan pemasaran. 4) Search Skill, kemampuan menemukan, berkreasi dan berimajinasi. 5)
Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan. 6) Computation Skills, kemampuan berhitung dan
memprediksi keadaan di masa yang akan datang. 7) Communication Skills, kemampuan berkomunikasi,
bergaul dan berhubungan dengan orang lain.

Unsur-unsur sikap yang terdapat dalam Theory of Planned Behaviour mencakup: 1) Autonomy and
Authority atau otoritas dan otonomi berkaitan dengan kekuasaan dan kebebasan dari diri individu. 2)
Economic Opportunity and Challenge atau tantangan dan peluang ekonomi sebagai suatu kondisi yang
muncul berupa pekerjaan yang menantang dan memiliki nilai ekonomi tinggi jika dapat dimanfaatkan
oleh individu kreatif. 3) Security and Work load atau keamanan dan beban kerja merupakan kondisi
kerja yang aman dan tidak membebankan tugas yang melebihi dari kemampuan individu, sehingga individu
berada pada zona nyamannya 4) Avoid Responsibility atau menghindari tanggungjawab dari pekerjaan
yang tinggi resikonya, 5) Self realization and participation atau partisipasi dan realisasi diri
mencerminkan aktivitas individu yang berdaya cipta kreatif dan mampu diterapkan sebagai pemenuh
kebutuhan kondisi lingkungannya. 6) Social Environment and Career atau karir dan lingkungan sosial
sebagai unsur yang mempengaruhi individu untuk memilih pekerjaan yang menghasilkan manfaaat dan
mendukung perkembangan lingkungan sekitarnya. 7) Perceived Confidence, atau keyakinan pada
kemampuan diri merupakan pandangan individu yang percaya diri mampu menjalankan proses bisnis dan
mendukungnya untuk berkembang. (Ajzen, 1987; 1991:7-10; Davidsson, 1995:6-8; Gurbuz & Aykol,
2008:49; Suharti, 2011:126; Sidharta & Sidh, 2013; Azwar, 2013:121, Wijayanti & Suryani, 2016:7).

Dimensi sikap kewirausahaan menurut Meredith, Nelson, & Neck (2002:3) yaitu: 1) Self confident, 2) Task
result oriented, 3) Risk taker, 4) Leadership, 5) Originality, dan 6) Future oriented. Big five personality traits
dikenal sebagai pembentuk karakteristik wirausaha yang terdiri dari elemen: 1) Agreebleness, 2)
Openness to experience, 3) Extraversion, 4) Conscientiousness dan 5) Neuroticism (Niranjan &
Krishnakumare, 2016:330). Atribut psikologi individu untuk bertindak sebagai pengusaha
membutuhkankomponen berikut: 1) Achievement, 2) Self esteem, 3) Personal control, 4) Innovation, 5) Self
efficacy, 6) Self esteem, 7) Risk taking, 8) Personality traits, 9) Optimism, 10) Self confiendence (Botsaris
& Vamvaka, 2014:218; Bell, 2016; Javed, Ali, Hamid, Shahid, & Kulosoom, 2016; Ramoni, 2016; Ngoc
Khuong & Huu An, 2016; Baluku, Kikooma, & Kibanja, 2016; Chaudhary, 2017).

Niat Berwirausaha

Niat berwirausaha adalah keinginan dan rencana individu untuk terlibat dalam penciptaan kegiatan
ekonomi baru (Davidsson, 2016:197), keyakinan diri yang diakui oleh seseorang untuk mendirikan bisnis
baru secara sadar terencana yang akan dilakukan pada masa depan (Daniela Maresch, Harms, Kailer, &
Wimmer-Wurmc, 2015:2). Seperangkat set mental dari individu yang mendorong untuk penciptaan nilai
guna dari usaha atau bisnis yang akan memenuhi tujuan disebut sebagai niat berwirausaha (Javed,
2016:56). Niat menggambarkan suatu kesiapsiagaan individu untuk bertindak, kesukarelaan dalam
mengembangkan usaha baru, dan persepsi individu yang mampu mengatasi rintangan dan desakan (Ahmed,
Jane., et al, 2017:6). Niat diartikan sebagai langkah awal proses pendirian bisnis jangka panjang dengan
komitmen yang kuat dari individu yang akan menjalankan (Sumanjaya, Widajanti, & Lamidi, 2016:434).
Niat berwirausaha menunjukkan tindakan dari keinginan individu untuk terlibat dalam perilaku seorang
wirausaha yang menimbulkan kinerja sesuai niat yang diupayakan (Hisrich, Peters, & Shepherd,
2016:16). Niat berwirausaha dipahami sebagai kesediaan individu untuk melakukan perilaku wirausaha
dan terlibat dalam kegiatan wirausaha atau mendirikan bisnis baru yang didasarkan pada perceived
desirability dan feasibility dalam kaitannya dengan aktivitas wirausaha (Zahirah, Sidek, Ali, & Ismail,
2016:60-61).

Davidsson (2016:198-202) ditentukan oleh beberapa komponen antara lain: 1) Desire atau keinginan
individu untuk terlibat melakukan kegiatan bisnis baik dalam waktu dekat maupun jangka waktu lama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan kalangan wanita untuk berbisnis yaitu a) Personal
characteristics, b) Jalur keadaan kehidupan merupakan kondisi untuk dapat berubah karena frustasi dan
kebosanan dalam bekerja yang tidak, c) Dukungan lingkungan (Love & Ayodole, 2014:46). 2) Plan atau
rencana untuk merumuskan langkah yang harus dilakukan agar ide usaha dapat dijalankan. 3) Act atau
tindakan, menunjukkan ketegasan tindakan individu ketika menemukan peluang usaha. Tindakan dapat
berjalan dengan adanya entrepreneurship skills meliputi perencanaan bisnis, peka terhadap peluang, analisis
lingkungan bisnis dan kemapuan mengakses keahlian eksternal (Mulyadi & Irawan, 2016:218).

Terdapat empat unsur yang mempengaruhi niat seseorang untuk berwirausaha di antaranya: 1) Desirable
atau keinginan, dipahami sebagai ketertarikan individu untuk menjalankan bisnis sebagai karir yang
dipengaruhi kekuatan dari dalam diri dan dorongan lingkungan individu; 2) Feasible atau kelayakan,
merupakan kepercayaan terhadap kemampuan baik pengetahuan maupun pengalaman individu sendiri dalam
menjalankan bisnis; 3) Ability atau kemampuan individu yang secara kreatif dapat menyambungkan
informasi yang didapat dengan potensi bisnis baru; 4) Keuntungan, sebagai pencapaian usaha yang bisa
diperhitungkan dari aktivitas kerja keras individu dengan hasil sesuai kebebasan individu dibandingkan
dengan alternatif bekerja pada orang lain (Weber, Oser, Achtenhagen, Michael Fretschner, & Trost,
2014:165; James, Hernandez, Mahon, & Chee, 2016:164; Ngoc Khuong & Huu An, 2016:106; Hisrich,
Peters, & Shepherd, 2016:16-17; Zahirah et al., 2016:62).

Theory Planned Behaviour (TPB) menyatakan secara empiris jika faktor niat dapat memprediksi suatu
perilaku, sementara sikap berhasil memprediksi niat. Keterkaitan gambar di atas dengan kewirausahaan
yaitu expected value atau nilai yang diharapkan akan membentuk sikap kewirausahaan. Normatif beliefs atau
keyakinan normatif akan menghasilkan kepercayaan pada norma subjektif. Perceived self efficacy atau
kepercayaan terhadap kemampuan diri akan menimbulkan kelayakan yang dirasakan atas pengetahuan
yang dimiliki individu. Tiga unsur tersebut masing-masing memiliki pengaruh terhadap niat berwirausaha
yang berbeda.

Kewirausahaan sebagai perilaku disengaja akibat adanya sikap positif yang membangun dari Journal of
individu akan menariknya untuk berkarir dalam bisnis. Semakin baik sikap dan norma subjektif
berehubungan dengan suatu perilaku, maka semakin besar kontrol perilakunya (Zahirah et al., 2016:133).
Memprediksi kegiatan kewirausahaan hanya dengan faktor dari luar individu seperti norma subjektif,
biasanya berpengaruh kecil pada niat dan perilaku (Krueger & Carsrud, 1993:318).

Pendidikan kewirausahaan mengacu pada cara di mana universitas menyediakan sistem dan alat yang
diperlukan untuk mengajarkan penciptaan dan pengelolaan bisnis. Melalui silabus, khususnya
meningkatkan pemahaman semangat kewirausahaan dan tindakan kewirausahaan dengan memberikan
keterampilan administrasi atau manajemen praktis yang dibutuhkan untuk memulai usaha, mengembangkan
jaringan, atau mengidentifikasi peluang. Dengan demikian, mahasiswa dapat menunjukkan kesiapan
melakukan apapun untuk menjadi pengusaha profesional yang akan menciptakan dan menjalankan bisnis
mereka sendiri, atau mereka bertekad untuk menciptakan bisnis di masa depan.

Ahmed, T., Jane, V. G. R. C., Ahmed, T., & Klobas, J. (2017). Specialized Entrepreneurship Education:
Does It Really Matter ? Fresh Evidence From Pakistan. International Journal of Entrepreneurial Behaviour,
23(1), 4–19.

Ajzen, I. (1987). Attitudes, Traits, and Actions: Dispositional Prediction of Behaviour in

Personality and Social Psychology. In

Advance in Experimental Social Psychology

(Vol. 20, pp. 1–63).

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior.

In Orgnizational Behavior and Human


Decision Processes (Vol. 50, pp. 179–211).

https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-T

Anggadwita, G., & Dhewanto, W. (2016). The

Influence of Personal Attitude and Social

Perception On Women Entrepreneurial

Intentions in Micro and Small Enterprises in

Indonesia. International Journal of

Entrepreneurship and Small Business, 27(2-3), 131–148.

https://doi.org/10.1504/IJESB.2016.073974

Azwar, B. (2013). Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Niat Kewirausahaan

(Entrepreneurial Intention) (Studi terhadap

Mahasiswa Universitas Islam Negeri

SUSKA Riau ). Jurnal Kewirausahaan,

12(1), 12–22.

Baluku, M. M., Kikooma, J. F., & Kibanja, G. M.

(2016). Psychological Capital and The

Startup Capital Entrepreneurial Success

Relationship. Journal of Small Business &

Entrepreneurship, 28(1), 27–54.

https://doi.org/10.1080/08276331.2015.1132

512

Bell, R. (2016). An Assessment of The

Relationship Between Entrepreneurial

Attitudes and Likelihood of Graduate

Employment in A Professional Field.

Education & Training, 58(1), 2–17.

Bilgin, M. H., & Danis, H. (2016).

Entrepreneurship, Business and Economics -Vol . 1 Proceedings of the 15th Eurasia

Business and Economics Society Conference

(Vol. 1). Londond: Springer.

Botsaris, C., & Vamvaka, V. (2014). Attitude


Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

70

Toward Entrepreneurship : Structure,

Prediction from Behavioral Beliefs, and

Relation to Entrepreneurial Intention.

Journal Knowledge Economy, 1(11), 1–28.

Brinckmann, J. A. N., & Kim, S. M. I. N. (2015).

Why We Plan: The Impact of Nascent

Entrepreneurs Cognitive Characteristics and

Human Capital on Business Plannis.

Strategic Entrepreneurship Journal, 166(9),

153–166.

Canizares, S. (2013). Gender and

Entrepreneurship: Analysis of A Young

University Population. Journal Economics

Studies, 13(1), 67–78.

Chaudhary, R. (2017). Demographic Factors,

Personality and Entrepreneurial Inclination

A Study Among Indian University Students.

Education & Training, 59(2), 171–187.

Davidsson, P. (1995). Determinants of

Entrepreneurial Intentions. Journal of

Entrepreneurship in Emerging Economies,

1(1), 1–31.

Davidsson, P. (2016). Researching

Entrepreneurship Conceptualization and

Design Second Edition. Management

(Second, Vol. 16). Springer International

Publishing Switzerland.

https://doi.org/Article

Diahsari, E. Y., Sumantri, S., Harding, D., &

Sulastiana, M. (2015). Memaknai


Keberhasilan Usaha: Studi pada Perempuan

Pengusaha di Yogyakarta. Jurnal Psikologi

& Kemanusiaan, 1(1), 978–979.

Diaz, J. C., & Fernandez, A. (2017). The Influence

of University Context on Entrepreneurial

Intentions. In Change: The Magazine of

Higher Learning (Vol. 32, pp. 65–81).

https://doi.org/10.1007/978-3-319-47949-1

Frese, M., & Gielnik, M. M. (2014). The

Psychology of Entrepreneurship. Journal of

Psychology and Business, 1(1), 413–438.

https://doi.org/10.1146/annurev-orgpsych-031413-091326

Ganarsih, R. L., & Wasnury, R. (2015). The

Influence of Attitude and Contextual Factor

to The Ability of Entrepreneurship in School

of Economics Dharma Putra Pekanbaru.

Jurnal Kewirausahaan, 1(1), 1–18.

Gathungu, J. M., & Mwangi, P. W. (2014).

Entreprenuerial Intention, Culture, Gender

and New Venture Creation : Critical Review.

Entrepreneurship Journal, 4(2), 112–132.

Ghayazi, S., Omidian, F., & Hosseinpoor, M.

(2014). Factors affecting entrepreneurship of

educational management students in

Andimeshk Payame Noor. Social and

HUmanistic Science, 21(1), 51–61.

https://doi.org/10.18052/www.scipress.com/

ILSHS.21.51

Gurbuz, G., & Aykol, S. (2008). Entrepreneurial

Intentions of Young Educated Public in

Turkey. Journal of Global Strategic

Management, 2(2), 47–56.


https://doi.org/10.20460/JGSM.2008218486

Hisrich, R. D., Peters, M. P., & Shepherd, D. A.

(2016a). Entrepreneurship Tenth Edition.

Hisrich, R. D., Peters, M., & Shepherd, D. A.

(2016b). Tenth Edition Entrepreneurship.

U.S.A: Mc Graw Hill Education.

Ibrahim, N. A., & Mas’ud, A. (2016). Moderating

Role of eEntrepreneurial Orientation on The

Relationship Between Entrepreneurial Skills,

Environmental Factors and Entrepreneurial

Intention: A PLS Approach. In Management

Science Letters (Vol. 6, pp. 225–236).

https://doi.org/10.5267/j.msl.2016.1.005

James, M., Hernandez, E., Mahon, C., & Chee, L.

K. (2016). Entrepreneurial Intentions of

University Students in An Emerging

Economy The Influence of University

Support and Entrepreneurial Intention.

Journal of Entrepreneurship in Emerging

Economies, 8(2), 162–179.

https://doi.org/10.1108/JEEE-10-2015-0058

Javed, F. (2016). Role of Social Networks ,

Emotional Intelligence and Psychosocial

characteristics in developing Entrepreneurial

Intentions of Students. Journal of Business

and Management, 3(1), 54–81.

Javed, F., Ali, R., Hamid, A., Shahid, M., &

Kulosoom, K. (2016). Role of Social

Networks , Emotional Intelligence and

Psychosocial characteristics in developing

Entrepreneurial Intentions of Students.

Sukkur IBA Journal of Management and


Business, 3(1), 54–81.

Juan Carlos Díaz-Casero, Antonio FernándezPortillo, Mari-Cruz Sánchez- Escobedo, and

R. H.-M. (2017). The Influence of

University Context on Entrepreneurial

Intentions. In Entrepreneurial Universities,

Innovation, Technology, and Knowledge

Management (pp. 65–81).

https://doi.org/10.1007/978-3-319-47949-1

Kadiyono, A. L., Psikologi, F., & Padjadjaran, U.

(2014). Efektivitas pengembangan potensi

diri dan orientasi wirausaha dalam

meningkatkan sikap wirausaha effectiveness

of self development and entrepreneurial

orientation in improving entrepreneurial

attitude. Jurnal Intervensi Psikologi, 6(1),

25–38.

Krueger, N. F., & Carsrud, A. L. (1993).

Entrepreneurial Intentions : Applying The

Theory of Planned Behaviour

Entrepreneurial Intentions : Applying The

Theory of Planned Behaviour. In

Entrepreneurship & Regional Development

Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

71

(pp. 315–330).

https://doi.org/10.1080/08985629300000020

Kusuma, M. W. A., & Warmika, I. G. K. (2016).

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa FEB

S1 FEB Unud. Jurnal Manajemen, 5(1),

678–705.

Laguador, J. M. (2013). Developing Students


Attitude Leading Towards A Life Changing

Career. Educational Research International,

1(3), 28–33.

Lawan, U. M. (2015). Perceptions and Attitude

towards Entrepreneurship Education

Programme, and Employment Ambitions of

Final Year Undergraduate Students in Kano,

Northern Nigeria 1 2. Journal of Education

and Research, 3(11), 229–242.

Love, C., & Ayodole, M. (2014). Determining

Women Entrepreneurial Motivation: A

Review of Theoritical Models. Journal of

Small Business & Entrepreneurship

Research, 2(3), 43–54.

Maas, G., & Jones, P. (2017). Entrepreneurship

Centres Global Presprectives on their

Contributions to Higher Education

Institutions. Switzerland: Palgrave

Macmillan.

Maresch, D., Rainer, H., Kailer, N., & Birgit, W.-W. (2015). The Impact of Entrepreneurship

Education On The Entrepreneurial Intention

of Students in Science and Engineering

Versus Business Studies University

Programs. Technological Forecasting &

Social Change, 3(3), 1–8.

Meredith, G. G., Nelson, R. E., & Neck, P. A.

(2002). The Practice of Entrepreneurship.

International Labour Office Geneva.

Mulyadi, H., & Irawan, A. (2016). Pengaruh

Keterampilan Wirausaha terhadap

Keberhasilan Usaha ( Studi Kasus pada

Distro Anggota Kreative Independent


Clothing Kommunity di Kota Bandung ).

Journal of Business and Entrepreneurship

Education, 1(1), 213–223.

Mulyadi, H., Razati, G., & Ramadhanti, D. (2016).

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua

terhadap Sikap Kewirausahaan. Journal

Pendidikan Manajemen Bisnis, 11(20), 32–

37.

Mulyadi, H., Tarmedi, E., & Ruslandi, G. (2016).

Analysis of Factors Influencing the

Student’s Interests to Participate in

Entrepreneurial Student Program. Advance

in Econommics, Business, and Management

Research, 15, 694–699.

Ngoc Khuong, M., & Huu An, N. (2016). The

Factors Affecting Entrepreneurial Intention

of the Students of Vietnam National

University — A Mediation Analysis of

Perception toward Entrepreneurship. Journal

of Economics, Business and Management,

4(2), 104–111.

https://doi.org/10.7763/JOEBM.2016.V4.37

Niranjan, S., & Krishnakumare, B. (2016).

Personality Traits and Entrepreneurial

Intention Among Management and

Horticultural Students of A Public

University - Comparative Analysis. Journal

of Scientific Research, 5(10), 330–331.

Nuryanti, B. L., Tarmedi, E., Utama, R. D. H., &

Razati, G. (2016). Growing Up

Entrepreneurial Mindset with Discovery


Learning Model Development. Advance in

Econommics, Business, and Management

Research, 15, 700–705.

Obschonka, M., Hakkarainen, K., Lonka, K., &

Salmela-Aro, K. (2016). Entrepreneurship

As A Twenty-First Century Skill:

Entrepreneurial Alertness and Intention in

The Transition to Adulthood. In Small

Business Economics (pp. 1–15). Springer

US. https://doi.org/10.1007/s11187-016-9798-6

Oyeumi, & Adeniyi. (2013). Assessing Attitude

To and Knowledge of Entrepreneurship

Among Students with Hearing Impairment

in Nigeria. Multidisciplinary Journal, 7(30),

127–142.

Pfeifer, S., Šarlija, N., & Zekić Sušac, M. (2014).

Shaping the Entrepreneurial Mindset:

Entrepreneurial Intentions of Business

Students in Croatia. Journal of Small

Business Management, 1(1), 1–16.

https://doi.org/10.1111/jsbm.12133

Pratiwi, Y., & Wardana, I. M. (2016). Pengaruh

Faktor Internal dan Eksternal terhadap Niat

Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana. Jurnal

Manajemen, 5(8), 5215–5242.

Przepiorka, A. (2016). What Makes Successful

Entrepreneurs Different in Temporal and

Goal Commitment Dimensions? Time &

Society, 25(1), 40–60.

https://doi.org/10.1177/0961463X15577264

Ramoni, S. A. (2016). Determinants of


Entrepreneurial Intention among Nigerian

University Graduates Ramoni. Journal of

Social Sciences, 6(1), 45–59.

Rosqiue, M. (2011). Entrepreneurial Attitudes: An

Empirical Analysis In Secondary Education

Studentd. Journal of Business, 451–465.

Santoso, S., & Oetomo, B. S. D. (2016). Pengaruh

karateristik psikologis, sikap berwirausaha,

dan norma subyektif terhadap niat

berwirausaha. Jurnal Psikologi

Kewirausahaan, 20(03), 338–352.

Scarborough, N. M., & Cornwall, J. R. (2016).

Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

72

Essential of Entrepreneurship and Small

Business Management (Eight Edit). England:

Pearson.

Setiadi, N. J., & Mawarine, D. (2014). Empirical

Study on Entrepreneurial Attitudes and

Intentions Among Indonesian Business

Students. Journal of Management, 1(1),

145–162.

Shah, N., & Ali, B. (2013). Investigating Attitudes

and Intentions among Potential

Entrepreneurs of a Developing Country : A

Conceptual Approach. Journal of Business,

217–220.

Sidharta, I., & Sidh, R. (2013). Analisis Faktorfaktor Sikap yang Membentuk Niat

Mahasiswa Menjadi Teknopreneur. Jurnal

Computech & Bisnis, 7(2), 117–127.

Simpeh, K. N. (2011). Entrepreneurship Theories

and Empirical Research : A Summary


Review of The Literature. Journal of

Business and Management, 3(6), 1–9.

Suharti, L. (2011). Faktor-Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan

(Entrepreneurial Intention ) (Studi terhadap

Mahasiswa Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga ). Jurnal Manajemen Dan

Kewirausahaan Dan Kewirausahaan, 13(2),

124–134.

Sumanjaya, W., Widajanti, E., & Lamidi. (2016).

Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan

terhadap Niat Berwirausaha Pada

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unisri dengan

Motivasi Berwirausaha Sebagai Variabel

Moderasi. Jurnal Ekonomi Dan

Kewirausahaan, 16(3), 433–441.

Sutanto, E. M. (2014). The Study of

Entrepreneurial Characteristics with

Achievement Motivation and Attitude As

The Antecendent Variables. Journal of Arts,

Science & Commerce, 5(4), 125–134.

Thahara, I. P., Mulyadi, H., & Utama, R. D. H.

(2016). Efektivitas. Journal of Business

Management Education, 1(2), 70–74.

Utama, R. D. H., S, B. L. N., & Sutarni, N. (2016).

Entrepreneurship Intention to Trigger

Entrepreneurship Orientation. Journal

Business and Management Research, 15(1),

706–710.

Walter, C. (2015). Arts Management An

Entrepreneurial Approach. Book (Vol. 1).

New York: Taylor & Francis.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324

.004

Weber, S., Oser, F. K., Achtenhagen, F., Michael

Fretschner, & Trost, S. (2014). Becoming an

Entrepreneur. Netherlands: Sense Publisher.

Wijayanti, N. G. P. P., & Suryani, A. (2016).

Perbandingan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Intensi Berwirausaha

Mahasiswa FEB Unud dan Mahasiswa Feb

Undiknas. Jurnal Manajemen, 5(3), 1682–

1712.

Zahirah, N., Sidek, M., Ali, S. M., & Ismail, M.

(2016). Proceedings of The ASEAN

Entrepreneurship Conference 2014.

Singapore: Springer.

Zulhfizh, Atmaka, S. (2013). Kontribus Sikap

danMotivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil

Belajar. Jurnal Pembelajaran, 1(2), 13–26.

https://bisnis.tempo.co/read/news/2017/02

/09/089844576/survei-wanita-lebihberani-jadi-pengusaha-dibandingpria

https://ekbis.sindonews.com/read/120526

9/34/menaker-perempuan-makinberkontribusi-tingkatkan-ekonomiri-1494840256

http://forum.liputan6.com/t/jurusan-yangprospek-kerjanya-untukwanita/88712

http://www.upi.edu/main/file/d8030-pedoman-penyusunan-rkat-2017.pdf 02/01/2017 08.00 WIB Ahmed, T.,


Jane, V. G. R. C., Ahmed, T., &

Klobas, J. (2017). Specialized

Entrepreneurship Education: Does It Really

Matter ? Fresh Evidence From Pakistan.

International Journal of Entrepreneurial

Behaviour, 23(1), 4–19.

Ajzen, I. (1987). Attitudes, Traits, and Actions:

Dispositional Prediction of Behaviour in

Personality and Social Psychology. In


Advance in Experimental Social Psychology

(Vol. 20, pp. 1–63).

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior.

In Orgnizational Behavior and Human

Decision Processes (Vol. 50, pp. 179–211).

https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-T

Anggadwita, G., & Dhewanto, W. (2016). The

Influence of Personal Attitude and Social

Perception On Women Entrepreneurial

Intentions in Micro and Small Enterprises in

Indonesia. International Journal of

Entrepreneurship and Small Business, 27(2-3), 131–148.

https://doi.org/10.1504/IJESB.2016.073974

Azwar, B. (2013). Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Niat Kewirausahaan

(Entrepreneurial Intention) (Studi terhadap

Mahasiswa Universitas Islam Negeri

SUSKA Riau ). Jurnal Kewirausahaan,

12(1), 12–22.

Baluku, M. M., Kikooma, J. F., & Kibanja, G. M.

(2016). Psychological Capital and The

Startup Capital Entrepreneurial Success

Relationship. Journal of Small Business &

Entrepreneurship, 28(1), 27–54.

https://doi.org/10.1080/08276331.2015.1132

512

Bell, R. (2016). An Assessment of The

Relationship Between Entrepreneurial

Attitudes and Likelihood of Graduate

Employment in A Professional Field.

Education & Training, 58(1), 2–17.

Bilgin, M. H., & Danis, H. (2016).


Entrepreneurship, Business and Economics -Vol . 1 Proceedings of the 15th Eurasia

Business and Economics Society Conference

(Vol. 1). Londond: Springer.

Botsaris, C., & Vamvaka, V. (2014). Attitude

Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

70

Toward Entrepreneurship : Structure,

Prediction from Behavioral Beliefs, and

Relation to Entrepreneurial Intention.

Journal Knowledge Economy, 1(11), 1–28.

Brinckmann, J. A. N., & Kim, S. M. I. N. (2015).

Why We Plan: The Impact of Nascent

Entrepreneurs Cognitive Characteristics and

Human Capital on Business Plannis.

Strategic Entrepreneurship Journal, 166(9),

153–166.

Canizares, S. (2013). Gender and

Entrepreneurship: Analysis of A Young

University Population. Journal Economics

Studies, 13(1), 67–78.

Chaudhary, R. (2017). Demographic Factors,

Personality and Entrepreneurial Inclination

A Study Among Indian University Students.

Education & Training, 59(2), 171–187.

Davidsson, P. (1995). Determinants of

Entrepreneurial Intentions. Journal of

Entrepreneurship in Emerging Economies,

1(1), 1–31.

Davidsson, P. (2016). Researching

Entrepreneurship Conceptualization and

Design Second Edition. Management

(Second, Vol. 16). Springer International


Publishing Switzerland.

https://doi.org/Article

Diahsari, E. Y., Sumantri, S., Harding, D., &

Sulastiana, M. (2015). Memaknai

Keberhasilan Usaha: Studi pada Perempuan

Pengusaha di Yogyakarta. Jurnal Psikologi

& Kemanusiaan, 1(1), 978–979.

Diaz, J. C., & Fernandez, A. (2017). The Influence

of University Context on Entrepreneurial

Intentions. In Change: The Magazine of

Higher Learning (Vol. 32, pp. 65–81).

https://doi.org/10.1007/978-3-319-47949-1

Frese, M., & Gielnik, M. M. (2014). The

Psychology of Entrepreneurship. Journal of

Psychology and Business, 1(1), 413–438.

https://doi.org/10.1146/annurev-orgpsych-031413-091326

Ganarsih, R. L., & Wasnury, R. (2015). The

Influence of Attitude and Contextual Factor

to The Ability of Entrepreneurship in School

of Economics Dharma Putra Pekanbaru.

Jurnal Kewirausahaan, 1(1), 1–18.

Gathungu, J. M., & Mwangi, P. W. (2014).

Entreprenuerial Intention, Culture, Gender

and New Venture Creation : Critical Review.

Entrepreneurship Journal, 4(2), 112–132.

Ghayazi, S., Omidian, F., & Hosseinpoor, M.

(2014). Factors affecting entrepreneurship of

educational management students in

Andimeshk Payame Noor. Social and

HUmanistic Science, 21(1), 51–61.

https://doi.org/10.18052/www.scipress.com/

ILSHS.21.51
Gurbuz, G., & Aykol, S. (2008). Entrepreneurial

Intentions of Young Educated Public in

Turkey. Journal of Global Strategic

Management, 2(2), 47–56.

https://doi.org/10.20460/JGSM.2008218486

Hisrich, R. D., Peters, M. P., & Shepherd, D. A.

(2016a). Entrepreneurship Tenth Edition.

Hisrich, R. D., Peters, M., & Shepherd, D. A.

(2016b). Tenth Edition Entrepreneurship.

U.S.A: Mc Graw Hill Education.

Ibrahim, N. A., & Mas’ud, A. (2016). Moderating

Role of eEntrepreneurial Orientation on The

Relationship Between Entrepreneurial Skills,

Environmental Factors and Entrepreneurial

Intention: A PLS Approach. In Management

Science Letters (Vol. 6, pp. 225–236).

https://doi.org/10.5267/j.msl.2016.1.005

James, M., Hernandez, E., Mahon, C., & Chee, L.

K. (2016). Entrepreneurial Intentions of

University Students in An Emerging

Economy The Influence of University

Support and Entrepreneurial Intention.

Journal of Entrepreneurship in Emerging

Economies, 8(2), 162–179.

https://doi.org/10.1108/JEEE-10-2015-0058

Javed, F. (2016). Role of Social Networks ,

Emotional Intelligence and Psychosocial

characteristics in developing Entrepreneurial

Intentions of Students. Journal of Business

and Management, 3(1), 54–81.

Javed, F., Ali, R., Hamid, A., Shahid, M., &

Kulosoom, K. (2016). Role of Social


Networks , Emotional Intelligence and

Psychosocial characteristics in developing

Entrepreneurial Intentions of Students.

Sukkur IBA Journal of Management and

Business, 3(1), 54–81.

Juan Carlos Díaz-Casero, Antonio FernándezPortillo, Mari-Cruz Sánchez- Escobedo, and

R. H.-M. (2017). The Influence of

University Context on Entrepreneurial

Intentions. In Entrepreneurial Universities,

Innovation, Technology, and Knowledge

Management (pp. 65–81).

https://doi.org/10.1007/978-3-319-47949-1

Kadiyono, A. L., Psikologi, F., & Padjadjaran, U.

(2014). Efektivitas pengembangan potensi

diri dan orientasi wirausaha dalam

meningkatkan sikap wirausaha effectiveness

of self development and entrepreneurial

orientation in improving entrepreneurial

attitude. Jurnal Intervensi Psikologi, 6(1),

25–38.

Krueger, N. F., & Carsrud, A. L. (1993).

Entrepreneurial Intentions : Applying The

Theory of Planned Behaviour

Entrepreneurial Intentions : Applying The

Theory of Planned Behaviour. In

Entrepreneurship & Regional Development

Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

71

(pp. 315–330).

https://doi.org/10.1080/08985629300000020

Kusuma, M. W. A., & Warmika, I. G. K. (2016).

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa FEB

S1 FEB Unud. Jurnal Manajemen, 5(1),

678–705.

Laguador, J. M. (2013). Developing Students

Attitude Leading Towards A Life Changing

Career. Educational Research International,

1(3), 28–33.

Lawan, U. M. (2015). Perceptions and Attitude

towards Entrepreneurship Education

Programme, and Employment Ambitions of

Final Year Undergraduate Students in Kano,

Northern Nigeria 1 2. Journal of Education

and Research, 3(11), 229–242.

Love, C., & Ayodole, M. (2014). Determining

Women Entrepreneurial Motivation: A

Review of Theoritical Models. Journal of

Small Business & Entrepreneurship

Research, 2(3), 43–54.

Maas, G., & Jones, P. (2017). Entrepreneurship

Centres Global Presprectives on their

Contributions to Higher Education

Institutions. Switzerland: Palgrave

Macmillan.

Maresch, D., Rainer, H., Kailer, N., & Birgit, W.-W. (2015). The Impact of Entrepreneurship

Education On The Entrepreneurial Intention

of Students in Science and Engineering

Versus Business Studies University

Programs. Technological Forecasting &

Social Change, 3(3), 1–8.

Meredith, G. G., Nelson, R. E., & Neck, P. A.

(2002). The Practice of Entrepreneurship.

International Labour Office Geneva.


Mulyadi, H., & Irawan, A. (2016). Pengaruh

Keterampilan Wirausaha terhadap

Keberhasilan Usaha ( Studi Kasus pada

Distro Anggota Kreative Independent

Clothing Kommunity di Kota Bandung ).

Journal of Business and Entrepreneurship

Education, 1(1), 213–223.

Mulyadi, H., Razati, G., & Ramadhanti, D. (2016).

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua

terhadap Sikap Kewirausahaan. Journal

Pendidikan Manajemen Bisnis, 11(20), 32–

37.

Mulyadi, H., Tarmedi, E., & Ruslandi, G. (2016).

Analysis of Factors Influencing the

Student’s Interests to Participate in

Entrepreneurial Student Program. Advance

in Econommics, Business, and Management

Research, 15, 694–699.

Ngoc Khuong, M., & Huu An, N. (2016). The

Factors Affecting Entrepreneurial Intention

of the Students of Vietnam National

University — A Mediation Analysis of

Perception toward Entrepreneurship. Journal

of Economics, Business and Management,

4(2), 104–111.

https://doi.org/10.7763/JOEBM.2016.V4.37

Niranjan, S., & Krishnakumare, B. (2016).

Personality Traits and Entrepreneurial

Intention Among Management and

Horticultural Students of A Public

University - Comparative Analysis. Journal


of Scientific Research, 5(10), 330–331.

Nuryanti, B. L., Tarmedi, E., Utama, R. D. H., &

Razati, G. (2016). Growing Up

Entrepreneurial Mindset with Discovery

Learning Model Development. Advance in

Econommics, Business, and Management

Research, 15, 700–705.

Obschonka, M., Hakkarainen, K., Lonka, K., &

Salmela-Aro, K. (2016). Entrepreneurship

As A Twenty-First Century Skill:

Entrepreneurial Alertness and Intention in

The Transition to Adulthood. In Small

Business Economics (pp. 1–15). Springer

US. https://doi.org/10.1007/s11187-016-9798-6

Oyeumi, & Adeniyi. (2013). Assessing Attitude

To and Knowledge of Entrepreneurship

Among Students with Hearing Impairment

in Nigeria. Multidisciplinary Journal, 7(30),

127–142.

Pfeifer, S., Šarlija, N., & Zekić Sušac, M. (2014).

Shaping the Entrepreneurial Mindset:

Entrepreneurial Intentions of Business

Students in Croatia. Journal of Small

Business Management, 1(1), 1–16.

https://doi.org/10.1111/jsbm.12133

Pratiwi, Y., & Wardana, I. M. (2016). Pengaruh

Faktor Internal dan Eksternal terhadap Niat

Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana. Jurnal

Manajemen, 5(8), 5215–5242.

Przepiorka, A. (2016). What Makes Successful

Entrepreneurs Different in Temporal and


Goal Commitment Dimensions? Time &

Society, 25(1), 40–60.

https://doi.org/10.1177/0961463X15577264

Ramoni, S. A. (2016). Determinants of

Entrepreneurial Intention among Nigerian

University Graduates Ramoni. Journal of

Social Sciences, 6(1), 45–59.

Rosqiue, M. (2011). Entrepreneurial Attitudes: An

Empirical Analysis In Secondary Education

Studentd. Journal of Business, 451–465.

Santoso, S., & Oetomo, B. S. D. (2016). Pengaruh

karateristik psikologis, sikap berwirausaha,

dan norma subyektif terhadap niat

berwirausaha. Jurnal Psikologi

Kewirausahaan, 20(03), 338–352.

Scarborough, N. M., & Cornwall, J. R. (2016).

Journal of Business Management Education | Volume 3, Number 1, May 2018, page. 63-72

72

Essential of Entrepreneurship and Small

Business Management (Eight Edit). England:

Pearson.

Setiadi, N. J., & Mawarine, D. (2014). Empirical

Study on Entrepreneurial Attitudes and

Intentions Among Indonesian Business

Students. Journal of Management, 1(1),

145–162.

Shah, N., & Ali, B. (2013). Investigating Attitudes

and Intentions among Potential

Entrepreneurs of a Developing Country : A

Conceptual Approach. Journal of Business,

217–220.

Sidharta, I., & Sidh, R. (2013). Analisis Faktorfaktor Sikap yang Membentuk Niat
Mahasiswa Menjadi Teknopreneur. Jurnal

Computech & Bisnis, 7(2), 117–127.

Simpeh, K. N. (2011). Entrepreneurship Theories

and Empirical Research : A Summary

Review of The Literature. Journal of

Business and Management, 3(6), 1–9.

Suharti, L. (2011). Faktor-Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan

(Entrepreneurial Intention ) (Studi terhadap

Mahasiswa Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga ). Jurnal Manajemen Dan

Kewirausahaan Dan Kewirausahaan, 13(2),

124–134.

Sumanjaya, W., Widajanti, E., & Lamidi. (2016).

Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan

terhadap Niat Berwirausaha Pada

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unisri dengan

Motivasi Berwirausaha Sebagai Variabel

Moderasi. Jurnal Ekonomi Dan

Kewirausahaan, 16(3), 433–441.

Sutanto, E. M. (2014). The Study of

Entrepreneurial Characteristics with

Achievement Motivation and Attitude As

The Antecendent Variables. Journal of Arts,

Science & Commerce, 5(4), 125–134.

Thahara, I. P., Mulyadi, H., & Utama, R. D. H.

(2016). Efektivitas. Journal of Business

Management Education, 1(2), 70–74.

Utama, R. D. H., S, B. L. N., & Sutarni, N. (2016).

Entrepreneurship Intention to Trigger

Entrepreneurship Orientation. Journal

Business and Management Research, 15(1),


706–710.

Walter, C. (2015). Arts Management An

Entrepreneurial Approach. Book (Vol. 1).

New York: Taylor & Francis.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324

.004

Weber, S., Oser, F. K., Achtenhagen, F., Michael

Fretschner, & Trost, S. (2014). Becoming an

Entrepreneur. Netherlands: Sense Publisher.

Wijayanti, N. G. P. P., & Suryani, A. (2016).

Perbandingan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Intensi Berwirausaha

Mahasiswa FEB Unud dan Mahasiswa Feb

Undiknas. Jurnal Manajemen, 5(3), 1682–

1712.

Zahirah, N., Sidek, M., Ali, S. M., & Ismail, M.

(2016). Proceedings of The ASEAN

Entrepreneurship Conference 2014.

Singapore: Springer.

Zulhfizh, Atmaka, S. (2013). Kontribus Sikap

danMotivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil

Belajar. Jurnal Pembelajaran, 1(2), 13–26.

https://bisnis.tempo.co/read/news/2017/02

/09/089844576/survei-wanita-lebihberani-jadi-pengusaha-dibandingpria

https://ekbis.sindonews.com/read/120526

9/34/menaker-perempuan-makinberkontribusi-tingkatkan-ekonomiri-1494840256

http://forum.liputan6.com/t/jurusan-yangprospek-kerjanya-untukwanita/88712

http://www.upi.edu/main/file/d8030-pedoman-penyusunan-rkat-2017.pdf 02/01/2017 08.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai