Anda di halaman 1dari 13

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kewirausahaan

Yulia Sopiati¹, Elan² & Budi Rachman³

Kewirausahaan Kampus Daerah Tasikmalaya, Universitas Pendidikan Indonesia¹

Kewirausahaan Kampus Daerah Tasikmalaya, Universitas Pendidikan Indonesia²

Kewirausahaan Kampus Daerah Tasikmalaya, Universitas Pendidikan Indonesia³

Email: yuliasopiati@upi.edu¹, elanmpd@upi.edu² & budirachman982@gmail.com³

Abstract

Pancasila is the basis of the state for the Indonesian people. The application of Pancasila
values in entrepreneurship will encourage new entrepreneurs who grow in accordance with
the culture that develops in Indonesia as a people's economy that stands uniquely in
Indonesia. The existence of Pancasila entrepreneurship in the form of a populist economy can
encourage the creation of new jobs so that it can be a solution in reducing unemployment.
Entrepreneurs can be formed and trained with the motivation given by parents and the many
supporting factors such as opportunities, family conditions, and personal desire to do business
to encourage someone to be more involved in the business world.

Keywords: Pancasila, Pancasila Values, Entrepreneurship

Abstrak

Pancasila merupakan dasar negara bagi bangsa Indonesia. Penerapan nilai-nilai pancasila
dalam kewirausahaan akan mendorong wirausaha baru yang tumbuh sesuai dengan budaya
yang berkembang di Indonesia sebagai ekonomi kerakyatan yang berdiri khas Indonesia.
Keberadaan kewirausahaan Pancasila dalam bentuk ekonomi kerakyatan dapat mendorong
terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat menjadi solusi dalam mengurangi
pengangguran. Wirausahawan dapat dibentuk dan dilatih dengan motivasi yang diberikan
oleh orang tua serta banyaknya faktor-faktor yang mendukung seperti adanya peluang,
kondisi keluarga, serta keinginan personal untuk berbisnis mendorong seseorang untuk lebih
menekuni dunia usaha.

Kata Kunci: Pancasila, Nilai-Nilai Pancasila, Kewirausahaan

I. Pendahuluan

Pancasila merupakan pandangan hidup dan dasar negara di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Setiap warga negara Indonesia mengacu Pancasila sebagai pedoman pada segenap
aktivitas yang dilaksanakan. Setiap warga negara Indonesia juga memiliki sikap yang
merefleksikan nilai dari butir Pancasila (Nafisah, 2021). Pendidikan kewirausahaan
berlandaskan kepada karakter dan nilai budaya bangsa sebagai salah satu elemen esensial dan
fundamental guna membangun daya saing bangsa Indonesia di masa modern. Karena,
Pancasila telah memuat dan mewakili nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Indonesia
(Hakim, 2012).

Kewirausahaan Pancasila diharapkan mampu mendorong segenap komponen


masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi sehingga mampu menumbuhkan ekonomi
kerakyatan yang mandiri, sesuai dengan pengamalan Pancasila sebagai pegangan hidup
bangsa itu tersendiri. Berdasarkan perkembangan kewirausahaan Pancasila dalam bentuk
ekonomi kerakyatan yang mandiri, sejatinya dapat mendorong terciptanya lapangan
pekerjaan baru yang diharapkan dapat menarik para tenaga kerja sehingga dapat menjadi
solusi dalam mengentaskan permasalahan pengangguran.

Perkembangan tingkat pengangguran di Indonesia mengalami pergerakan yang fluktuatif


apabila dilihat pada data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia tahun 1986-2018
yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistika (BPS). Hal ini berarti bahwa angka
pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun tertentu, dimana
angka pengangguran tertinggi terjadi di tahun 2005 sebesar 11.24% dan angka pengangguran
terendah sebesar 2.62% pada tahun 1987 dan tahun 1991. Badan Pusat Statistik (BPS)
mempublikasikan bahwa terjadi kenaikan TPT Pemuda sebesar 0.043% pada tahun 2016
yaitu 13,44% menjadi 14.02% di tahun 2017. Apabila ditarik garis lurus dari tahun 2011
hingga tahun 2017, angka TPT Pemuda memiliki trend yang positif. Hal tersebut berarti
bahwa, pengangguran pemuda di Indonesia yaitu khususnya pemuda yang berusia 15-30
tahun secara umum terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun 2011 hingga
tahun 2017.

II. Kajian Teori

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada
aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar
aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Menurut
Purwanto dan Sulistyastuti, Implementasi intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan
keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para implementor kepada
kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. Implementasi juga bisa berarti
pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa Inggris Implement yang berarti melaksanakan.8
Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif. Bahwa dapat disimpulkan
implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan normanorma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek
berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi kurikulum merupakan proses pelaksanaan ide,
program atau aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
perubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan.

2. Nilai-Nilai Pancasila

Nilai nilai Pancasila merupakan landasan atau pegangan dasar bagi masyarakat
Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai kewirausahaan merupakan prasyarat yang berhubungan dengan perilaku


kewirausahaan, (Frederick et al., 2006; Kickul & Gundry, 2002; Schein 2001). Nilai-nilai
tersebut terdiri atas kreativitas, pengambilan risiko, inovasi, berorientasi prestasi, ambisi, dan
kemerdekaan Boohene et al. (2008). Nilai dalam menjalankan bisnis mengandung unsur
pertimbangan yang mengembangkan gagasan-gagasan seorang pribadi atau sosial, maka lebih
dipilih dibanding dengan bentuk perilaku atau bentuk akhir keberadaan perlawanan atau
kebaikan. Nilai menjadi dasar dalam memahami sikap dan motivasi serta mampu
mempengaruhi persepsi perilaku dalam menjalankan bisnis, oleh karena itu nilai sangat
penting untuk dipelajari dalam mengelola perilaku organisasi (Robbins 2007).

Salah satu sumber yang dimiliki perusahaan skala kecil dan menengah adalah nilai
kepribadian seseorang wirausaha, yaitu nilai-nilai kepribadian yang melekat pada diri
seseorang pemilik yang sekaligus pimpinan perusahaan. Nilai yang dianut dalam
menjalankan suatu bisnis pada umumnya merupakan nilai-nilai kewirausahaan (Alma 2001).
Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, dan sumber
daya untuk mencari peluang menuju sukses. Proses kreatif hanya dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap, dan
perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh
keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggung jawab; memiliki inisiatif,
indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif; memiliki motif
berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan; memiliki
jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh
dalam bertindak; berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (Suryana 2006).

3. Kewirausahaan

Secara etimologi kewirausahaan berasal dari kata "Wira" dan "usaha". Wira berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausahawan adalah
pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Arti wirausahawan (enterpreneur) adalah orang
yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).

Kewirausahaan suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan


semangat kreatifitas serta berani menanggung resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi
mewujudkan hasil karya tersebut. Keberanian mengambil resiko sudah menjadi milik seorang
wirausahawan karena ia dituntut untuk berani dan siap jika usaha yang dilakukan tersebut
belum memiliki nilai perhatian di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses menuju
kewirausahaan sejati. (Buchari, 2008: 25). Ada beberapa pandangan para ahli yang
mendefinikan kewirausahaan diantaranya:

a. Richard Cantillon (1775); Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-


employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan
menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian;

b. Penrose (1963): Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasipeluang-peluang di dalam


system ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas
kewirausahaan.

c. Harvey Leibenstein (1968, 1979); Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang


dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum
diketahui sepenuhnya.

d. Peter F. Drucker, Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang


baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang
lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Kesembilan; Zimmerer, Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha).

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial,
psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan
pribadi.. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah
bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang peluang
yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan
dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi
kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi
manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausaha annya. Jadi kewirausahaan bias bersifat
sementara atau kondisional.
III. Metode Penelitian

Ditinjau dari jenisnya, penelitian ini bersifat literatur, termasuk pada jenis penelitian pustaka
(library research). Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur. Literatur
yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku tetapi dapat juga berupa bahan-bahan
dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar. Penekanan penelitian kepustakaan adalah ingin
menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-lain yang dapat
dipakai untuk menganaliis dan memecahkan masalah yang diteliti. Penelitian pustaka atau
riset pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan koleksi perpustakaan saja tanpa
memerlukan riset lapangan ( Zed Mestika). Penelitian kepustakaan (library research) ialah
penelitian yang menggunakan cara untuk mendapatkan data informasi dengan menempatkan
fasilitas yang ada di perpus, seperti buku, majalah, dokumen (Abdul Sholeh Rahman).
Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan-bahan kepustakaan atau bahan sekunder yang sesuai dengan masalah yang
diteliti. Sedangkan ditinjau dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Dimana terdapat
analisa yang terinci tentang setiap permasalahan yang berisi tentang pokok pembahasan.
Sesuai dengan jenis penelitian kepustakaan, maka sumber data dalam penelitian ini berasal
dari literatur yang ada dalam perpustakaan. Sumber data tersebut diklarifikasikan menjadi
bahan primer berupa buku yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kewirausahaan. Bahan sekunder berupa literatur yang dibahas oleh pemikir lain yang
berkenaan dengan pembahasan penelitian ini. Dan bahan tersier berupa bahan-bahan yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan skunder, miisalnya:
kamus, ekslopedia, indeks kumulatif makalah, internet dan sebagainya. Data primer adalah
data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama baik berupa pustaka yang berisikan
pengetahuan ilmiah baru ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui ataupun
gagasan. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini disebut juga dengan data tangan pertama.
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak bisa memberikan informasi
langsung kepada pengumpul data. Adapun sumber data sekunder adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Dengan
kata lain, data sekunder adalah data pendukung dari data utama atau data primer. Data
sekunder dari penelitian ini diambil dari berbagai sumber seperti buku, artikel, dan lain-lain.
Teknik Pengumpulan Data, sehubungan dengan data yang digunakan oleh penulis (baik data
primer maupun data sekunder) merupakan data yang berbentuk karya tulis seperti buku,
artikel, dana lain-lain. Maka dalam pengumpulan berbagai data penulis mencari dari berbagai
sumber, membaca, menelaah, mengaitkan, serta mencatat bahan-bahan atau materi-materi
yang diperlukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pembahasan. Sehingga
diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahan, maka kepustakaan
yang dicari dan dipilih harus relevan. Jumlah artikel yang dibaca sebanyak kurang lebih 4
artikel bersumber dari website (google scholar), alasan memilih artikel ini karena
implementasi nilai-nilai Pancasila harus diterapkan khususnya dalam kewirausahaan.

IV. Temuan dan Pembahasan

Implementasi adalah transformasi ide ke dalam praktik bisnis. Zimmerer


mengemukakan beberapa kaidah atau kebiasaan kewirausahaan yaitu :

(a) Create, innovate, and activate yaitu ciptakan, temukan dan aktifkan. Wirausaha selalu
memimpikan ide-ide baru dan "apa mungkin" atau "mengapa tidak" dan menggunakan
inovasinya dalam kegiatan praktis.

(b) Always be on the look out for the new opportunities, yaitu selalu mencari peluang baru.
Wirausaha harus selalu usaha mencari peluang atau menemukan cara baru untuk menciptakan
peluang.

(c) Keep it simple, yaitu berpikir sederhana. Wirausaha selalu mengharapkan umpan balik
dengan mungkin dan berusaha dengan cara yang tidak rumit.

(d) Try it, fix it, do it, yaitu selalu mencoba, memperbaiki dan melakukannya. Wirausaha
berorientasi pada tindakan. Bila ada ide, wirausaha akan segera mengerjakannya.

(e) Shoot for the top, yaitu selalu mengejar yang terbaik, terunggul, dan ingin cepat mencapai
sasaran. Wirausaha tidak pernah segan, mereka selalu bermimpi besar. Meskipun tidak selalu
benar, mimpi besar adalah sumber penting untuk inovasi dan visi.

(f) Don't be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai dari hal-hal yang kecil.
Banyak perusahaan besar yang berhasil karena dimulai dari usaha kecil.
(g) Don't fear failure : learn form it, yaitu jangan takut gagal, belajarlah dari kegagalan.
Wirausaha harus tahu bahwa inovasi terbesar berasal dari kegagalan.

(h) Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena wirausaha bukan orang
yang mudah menyerah.

(i) Go for it, yaitu berusaha untuk terus mengejar apa yang diinginkan. Orang yang pantang
menyerah selalu mengejar apa yang belum dicapainya.
(http://dimas347.wordpress.com/2009/05/25/nilai-nilai-hakiki-kewirausahaan/)

•Nilai Kewirausahaan

Dalam Suryana (2013: 36-37), Nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat dari perangai,
watak, jiwa, perilaku, dan ukuran baku. Secara pragmatik (nilai pragmatik) nilai
kewirausahaan dapat dilihat dari unsur-unsur sebagai berikut:

1) Memiliki perencanaan

2) Ada prestasi yang dicapai

3) Produktivitas

4) Memiliki kemampuan

5) Memiliki kecakapan

6) Kreativitas

7) Inovatif

8) Kualitas kerja

9) Komitmen

10) Kerjasama

11) Kesempatan

12) Bekerja keras

13) Tegas

14) Mengutamakan Partisipasi


15) Keberanian Mengambil Resiko

16) Kemampuan Mencari Peluang

Selain nilai-nilai yang bersifat pragmatis, wirausahawan juga memiliki nilai-nilai


moralistik (nilai moral), seperti tercermin pada ciri-ciri sebagai berikut:

1) Keyakinan dan kepercayaan diri

2) Kehormatan

3) Martabat pribadi

4) Kepercayaan

5) Kerjasama

6) Kejujuran

7) Keteladanan

8) Keutamaan

9) Ketaatan

Kewirausahaan Pancasila adalah suatu sistem kewirausahaan secara utuh dan bulat yang
berlandaskan kepada kelima sila dalam Pancasila. Kewirausahaan Pancasila sebagai
implementasi murni dan nyata dari pengalaman UUD 1945 yang dilandasi nilai-nilai
Pancasila. Kewirausahaan Pancasila juga merupakan aplikasi Pancaila dan UUD 1945 pada
ekosistem kewirausahaan berupa ketenangan, kepastikan dan keamanan dalam berwirausaha.
Konsep kewirausahaan Pancasila diharapkan dapat mengantarkan rakyat Indonesia ke
gerbang kesejahteraan sesuai dengan cita-cita Pancasila (Aurelia, 2018; Wibowo, 2015).

Kewirausahaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila tentunya berkenaan dan tak
bisa dilepaskan dengan semangat membangun tatanan ekonomi yang jauh lebih baik ke depan
dengan tetap berpegang teguh pada keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Percaya
kepada Tuhan dalam mengembangkan ekonomi merupakan ruh dari spirit kewirausahaan
yang berbasis dengan keimanan. Hal tersebut berarti bahwa kekayaan yang di upayakan harus
dilaksanakan dengan cara-cara yang Allah ridhoi. Selanjutnya, diikuti dengan keseriusan
ikhtiar melalui penyerahan total hasil akhirnya pada Tuhan. Kemudian, yang tidak kalah
pentingnya lagi adalah spirit kewirausahaan itu tersendiri dengan memuliakan sebanyak-
banyaknya manusia melalui sedekah serta membentuk pribadi-pribadi entrepreneur baru
(Antoni, 2012).

Kewirausahaan Pancasila yang ditumbuhkan oleh wirausaha-wirausaha Pancasila yang


tumbuh dalam ekonomi kerakyatan yang berciri khas Indonesia, diharapkan akan bisa
tumbuh dengan cepat karena sesuai dengan budaya, adat istiadat serta karakter lokal bangsa
Indonesia. Kecepatan pertumbuhan wirausaha tentunya akan bisa dan mampu meningkatkan
perekonomian Indonesia, selain itu juga pertumbuhan perekonomian Indonesia yang
dibangun atas ekonomi kerakyatan terbukti dapat bertahan pada saat terjadi krisis ekonomi di
tahun 1998. Berikut merupakan penjelasan mengenai kewirausaahaan yang berlandaskan
pada nilai-nilai Pancasila (Wibowo, 2015):

Sila Pertama – Ketuhanan yang Maha Esa

Suatu kewirausahaan berlandaskan keimanan serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebab, seluruh wirausaha yang dikerjakan sejatinya untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Wirausahawan mesti bersedia bekerja keras serta jujur dan yakin kalau wirausaha yang
dikelola merupakan berkat Allah SWT yang diberikan Tuhan untuk wirausaha. Agar, sang
wirausahawan sanggup membantu masyarakat dan sesama manusia dengan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat. Wirausaha yang dilaksanakan dengan saling menghormati
kebebasan dan kerukunan antar umat beragama sehingga terbentuk suasana dan ekosistem
wirausaha yang rukun dan damai (Nafisah, 2021; Wibowo, 2015).

Sila Kedua – Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kewirausahaan yang berbasis kemanusiaan yang adil serta beradab bagi masyarakat
Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman dan peradaban. Para wirausahawan perlu
senantiasa membangun kreativitas, inovasi dan invensi guna memenuhi beragam kebutuhan
kehidupan manusia. Wirausaha dengan saling menyayangi satu sama lain dan memahami
derajat manusia yang sama. Wirausaha juga didorong guna senantiasa memiliki harga diri,
kepribadian, kehormatan, perasaan, dan motivasi guna meraih prestasi dan produktivitas demi
keadilan kemanusiaan yang beradab (Nafisah, 2021; Wibowo, 2015).

Sila Ketiga – Persatuan Indonesia


Kewirausahaan yang berlandaskan semangat dan komitmen persatuan Indonesia. Wirausaha
yang dilakukan oleh setiap wirausahawan sebagai warga negara dengan berusaha menjaga
persatuan dan kesatuan disegenap area tanah air Indonesia yang menghindari diskriminasi
suku, aliran politik, golongan, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan tempat lahir. Wirausaha
perlu juga bersatu menjaga kebersamaan pada wirausaha, rela berkorban demi negara,
menumbuhkan rasa cinta bangasa, serta membangun kepentingan rakyat dan negara di atas
kepentingan golongan dan pribadi. Upaya wirausaha dengan menghindari tindakan berpotensi
menimbulkan perpecahan pada masyarakat Indonesia (Nafisah, 2021; Wibowo, 2015).

Sila Keempat – Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Suatu kewirausahaan yang bebas memilih usahanya secara bijaksana tanpa memaksakan
kehendak kepada orang lain. Wirausahawan persuasif mendengar saran dan masukan dari
para konsumen, staf dan pesaing untuk pengembangan produk dan jasa menjadi lebih baik.
Wirausahawan yang terbuka untuk dialog dan menjaga musyawarah dalam membuat
keputusan bisnis demi kepentingan bersama (Nafisah, 2021; Wibowo, 2015).

Sila Kelima – Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Suatu kewirausahaan yang berlandaskan nilai-nilai keadilan sosial bagi segenap rakyat
Indonesia. Wirausahawan memperlakukan staf dan konsumen secara adil tanpa pilih kasih.
Wirausaha sosial yang memberikan manfaat bagi lingkungan dan ekonomi bangsa Indonesia.
Wirausaha yang mengembangkan perbuatan luhur berupa gotong royong, kekeluargaan, dan
keseimbangan pada hak dan kewajiban sesama anak bangsa (Nafisah, 2021; Wibowo, 2015).

Keberadaan kewirausahaan dalam usaha ekonomi kerakyatan dan terserapnya


pengangguran memiliki dampak terhadap kenaikan pendapatan perkapita serta daya beli
masyarakat. Pada akhirnya secara pelan tapi pasti perekonomian akan bergerak dan tumbuh.
Berkembangnya kewirausahaan meskipun usaha-usaha kecil dalam ekonomi kerakyatan akan
mendorong tumbuhnya perekonomian secara nasional. Tumbuhnya perekonomian nasional,
dan berkurangnya pengangguran secara tidak langsung tentunya akan menekan tumbuhnya
tingkat kriminalitas yang biasanya dipicu oleh tingginya tingkat pengangguran (Wibowo,
2015: 140).
V. Konklusi

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kewirausahaan akan mendorong wirausaha-


wirausaha baru yang sehat dan bermartabat untuk tumbuh sesuai dengan budaya dan adat
istiadat yang berkembang di Indonesia sebagai ekonomi kerakyatan yang berciri khas
Indonesia. Wirausaha yang mengarah pada tumbuhnya usaha liberalisasi dihindari dalam
kewirausahaan Pancasila. Kewirausahaan Pancasila yang dikembangkan oleh wirausaha-
wirausaha Pancasila akan tumbuh dalam ekonomi kerakyatan dengan ciri khas Indonesia.
Harapannya mampu tumbuh dengan cepat karena sesuai dengan budaya, adat istiadat dan
karakter lokal bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut di atas peran wirausaha dalam
perekonomian negara sangat besar (Wibowo, 2015: 140): a) Menekan jumlah pengangguran,
b) Mampu dalam penciptaan lapangan kerja untuk diri sendiri serta orang lain, c)
Meningkatkan pendapatan masyarakat d) Menggerakkan perekonomian nasional, e)
Mengkombinasikan segala potensi kekayaan alam, aspek tenaga dan skill yang siap kerja lagi
mumpuni maupun juga modal, f) Meningkatkan produktivitas nasional, g) Mencari peluang
yang ada didalam negeri untuk diolah sendiri.

VI. Daftar Pustaka

Sukirman Sukirman. 2017. Jiwa Kewirausahaan dan Nilai kewirausahaan


Meningkatkan kemandirian Usaha Melalui Perilaku Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, 20 (1), 113-131.

Arifin Zaenal Ahmad, Iskandar Dinar Deden. 2019. Implementasi nilai Pancasila Pada
Kepentingan Pengusaha (Studi kasus KNIP Kota Semarang). Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Diana Okta. 2014. Penerapan Nilai-Nilai Wirausaha Pada Pengusaha Indie clothing di
Surakarta (Implementasi Mata Kuliah Kewirausahaan di BKK Pendidikan Administrasi
Perkantoran Fakultas Keguruan).

Nurdin Usman. 2002. Implementasi berbasis Kurikulum, Grasindo, Jakarta. Hal 70.

Rusdiana. 2012. Pendidikan Kewirausahaan Membangun daya saing dan karakter bangsa.
Ikhsan. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai