Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut survei wordometer, Indonesia merupakan negara dengan jumlah

penduduk terbanyak keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat

dengan total jumlah penduduk sebanyak 269 juta jiwa (Hadyajayani, 2019). Salah

satu masalah yang dihadapi oleh negara berpenduduk padat adalah tingkat

pengangguran yang tinggi. Pengangguran terjadi akibat adanya jumlah tenaga

kerja melebihi jumlah lowongan kerja yang tersedia. Orang-orang yang tidak

tertampung dalam lowongan kerja yang tersedia ini selanjutnya disebut sebagai

pengangguran (Hayati, 2016:27).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2019 tingkat

pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 5,34% menjadi 5,28%, namun

nyatanya jumlah pengangguran justru meningkat hampir 50 ribu jiwa dengan

pengangguran tertinggi pada lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan

persentase sebesar 10,42% (Purnomo & Julita, 2019). Ketatnya persaingan kerja

tidak hanya dialami oleh lulusan SMK, namun juga dialami oleh lulusan

universitas. Berdasarkan Gambar 1.1., jumlah pengangguran lulusan universitas

mengalami tren kenaikan dari tahun 2012-2019, dan hanya mengalami satu kali

penurunan pada tahun 2016 yang kemudian diikuti dengan kenaikan setahun

setelahnya. Tahun 2012 -2019 kenaikan jumlah pengangguran lulusan universitas

mencapai 169.765 jiwa atau hampir setara dengan 30%. Hal ini berarti

penambahan jumlah lulusan universitas tidak berbanding lurus dengan lapangan

1
2

pekerjaan yang tersedia. Jumlah supplay tenaga kerja lebih banyak dibanding

jumlah demand tenaga kerja.

Gambar 1.1. Jumlah Pengangguran Lulusan Universitas Tahun 2011-2019


Sumber : BPS, 2019

Mahasiswa lulusan kependidikan termasuk salah satu penyumbang

pengangguran lulusan universitas. Mohamad Nasir, Menristekdikti RI tahun 2019

mengungkapkan bahwa tiap tahun Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan

(LPTK) menghasilkan lulusan sebanyak 350 ribu guru, sementara hanya 120 ribu

yang terserap di sekolah dan lembaga pendidikan (Seftiawan, 2019). Hal ini

membuat lulusan jurusan pendidikan memutuskan untuk bekerja di luar keahlian

mereka yang membuat mereka harus menghadapi persaingan yang ketat dengan

mahasiswa lulusan ilmu murni. Mereka yang tidak mampu bersaing akan menjadi

pengangguran.

Franita (2016:90) mengungkapkan selain berdampak buruk pada

perekonomian suatu negara, pengangguran juga memiliki dampak pada sosial,

kestabilan politik, mental, dan keamanan. Ditinjau dari segi ekonomi,


3

pengangguran akan meningkatkan kemiskinan, karena orang yang menganggur

tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ditinjau dari

segi sosial, pengangguran akan meningkatkan jumlah gelandangan, pengemis,

serta pengamen. Ditinjau dari segi politik, banyaknya pengangguran akan

menimbulkan demonstrasi para serikat kerja, sehingga kestabilan politik akan

terganggu. Ditinjau dari segi mental, orang yang menganggur biasanya memiliki

kepercayaan diri yang rendah, mudah berputus asa, dan menimbulkan depresi.

Ditinjau dari segi keamanan, orang yang menganggur akan kesulitan mendapatkan

uang dan terpaksa melakukan pencurian, perampokan, dan lain-lain untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu cara untuk mengatasi pengangguran di Indonesia yaitu melalui

berwirausaha mandiri (Mariani, 2013:9). Selain dapat mengurangi angka

pengangguran karena bisa memberikan pekerjaan kepada diri sendiri, wirausaha

juga bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Yakub (2015)

menyatakan ada tiga alasan mengapa wirausaha penting bagi pertumbuhan

ekonomi di Indonesia, yaitu melalui kewirausaaan masyarakat mempunyai

kesempatan untuk menciptakan dan menyediakan produk yang bernilai tambah

atau inovasi baru sehingga membuat masyarakat menjadi lebih kreatif dalam

menciptakan barang yang dirasa perlu dan penting untuk kesejahteraan

masyarakat itu sendiri tanpa harus mengandalkan impor dari luar negeri, bahkan

bisa mengekspornya ke luar negeri. Wirausaha bisa membantu pemerintah melalui

pembayaran pajak, yang secara tidak langsung akan membantu kesejahteraan


4

masyarakat. Terakhir, adanya wirausaha mampu menarik investor asing sehingga

akan menambah devisa negara.

Peningkatan jumlah wirausaha akan sangat menguntungkan negara.

Namun, Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan RI tahun 2018 menyatakan

bahwa tingkat kewirausahaan Indonesia masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari

Global Enterpreneurship Index (GCI) Indonesia pada tahun 2018 yang hanya

menduduki peringkat 94 dari 137 negara. dengan 3,1% jumlah wirausaha. Angka

ini masih sangat rendah dibanding dengan Global Enterpreneurship Index (GCI)

di negara maju yang rata-rata 14% dari total penduduk usia kerja. Posisi Indonesia

juga berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperi Singapura yang

menduduki peringkat 27, Malaysia yang menduduki peringkat 58, Thailand yang

menduduki peringkat 71, dan Filipina yang menduduki peringkat 84,. Sementara

dari Asia, Hong Kong dan Taiwan berhasil menempati urutan 13 dan 18.

Sedangkan Amerika Serikat, Swiss, Kanada, dan Inggris menempati peringkat

sepuluh teratas. Penyebab rendahnya tingkat kewirausahaan yakni sistem

pendidikan yang kurang mendorong mahasiswanya untuk berkembang menjadi

seorang entrepreneurship. Status wirausahawan saat ini masih dipandang sebelah

mata oleh masyarakat sehingga lulusan sarjana masing berbondong-bondong

melamar menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan menganggap wirausaha sebuah

profesi yang kurang menjanjikan, sehingga perlu waktu lama untuk bisa menjadi

seorang yang sukses (Zuraya, 2018).

Salah satu langkah untuk mendorong kewirausahaan yaitu dengan

menggandeng lembaga pendidikan. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas


5

Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah salah satu jurusan yang

mewajibkan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib dengan tujuan

untuk dengan tujuan mengenalkan kewirausahaan dan meningkatkan pengetahuan

serta keterampilan berwirausaha mahasiswa agar siap berwirausaha ketika lulus.

Selain itu pihak kampus juga menyediakan wadah bagi mahasiswa yang

membutuhkan modal untuk memulai usaha melalui Program Mahasiswa

Wirausaha (PMW) maupun Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan

(PKM-K). Namun Gambar 1.2. menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa pengusul

PKM K di Fakultas Ekonomi dari tahun 2015-2019 cenderung mengalami

penurunan. Bahkan dari tahun 2015 sampai 2019, terdapat penurunan jumlah

usulan PKM K sebesar 92%.

Gambar 1.2. Jumlah Pengusul PKM K UNNES Tahun 2015-2019


Sumber : BAKK UNNES, 2019

Pihak kampus memberikan dukungan bagi mahasiswa wirausaha dengan

menyediakan etalase bagi mahasiswa yang hendak berjualan, namun jumlah

mahasiswa yang berwirausaha masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6

Tabel 1.1.
Jumlah Mahasiswa Wirausaha UNNES Tahun 2015-2018
Jumlah Mahasiswa
No. Jurusan
Wirausaha
1. Akuntansi 27
2. Manajemen 38
3. Pendidikan Ekonomi 26
4. Ekonomi Pembangunan 9
Total 103
Sumber: HIPMI UNNES, 2019

Berdasarkan Tabel 1.1., jumlah mahasiswa Pendidikan ekonomi Fakultas

Ekonomi Unnes yang berwirausaha tahun 2015-2018 hanya berjumlah 26 orang

dari total 103. Jumlah tersebut termasuk sedikit dibanding dengan total seluruh

mahasiswa Fakultas Ekonomi UNNES. Hal ini menunjukkan masih rendahnya

intensi mahasiswa Pendidikan Ekonomi untuk terjun ke dunia usaha.

Krueger (1993) dalam Nafsiyah (2017:25) mengartikan intensi

berwirausaha sebagai keinginan seseorang untuk memulai atau memiliki suatu

usaha serta seberapa besar komitmen seseorang untuk mewujudkan keinginannya

tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha seseorang.

Menurut Irawati (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa memiliki

usaha mandiri ada dua, yaitu: faktor internal yang terdiri dari: berani mengambil

resiko, internal locus of control, motivasi memiliki pendapatan sendiri, kebutuhan

akan kebebasan, dan ide kreatif. faktor eksternal yang terdiri dari : pengaruh role

model, dukungan keluarga dan teman, kesempatan, kepuasan menjalani hidup,

dan pendidikan. Sementara Widjaya & Ekawati (2017) mengungkapkan terdapat

tiga faktor internal yang dominan bagi mahasiswa yang menentukan mahasiswa

melakukan wirausaha, yaitu kebutuhan akan prestasi, pengambilan resiko, dan

efikasi diri.
7

Dalam penelitiannya, Denanyoh et al. (2015) menyimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi niat berwirausaha seseorang adala educational/university

support, family peer support, dan structural/environmental support. Mendukung

pernyataan tersebut, Virzi et al. (2015) menemukan bahwa jika memiliki teman

pengusaha maka akan mempengarui siswa lain untuk menjadi pengusaha di masa

mendatang. Sementara Ghozali & Sahrah (2017:36) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi intensi berwirausaha seseorang terdiri dari tiga, yaitu faktor

kepribadian yang berupa kreatifitas dan inovasi. Faktor lingkungan yang berupa

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor

demografis yang berupa jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman

bekerja.

Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap intensi

berwirausaha adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan

utama tempat seseorang belajar. Keluarga banyak memberikan pengaruh kepada

individu baik dalam kepribadian, nilai yang dianut seseorang, maupun

keputusaan-keputusan penting yang akan dibuat seseorang. Salah satunya adalah

tentang pemilihan karir berwirausaha. Keluarga dapat memberikan dukungan

intelektual maupun finansial kepada seseorang yang memiliki niat berwirausaha.

Fradani (2016:54) menyatakan keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan

keputusan anak ataupun anggota keluarga lain dalam mengambil keputusan.

Mendukung pernyataan tersebut, Suyatno & Muhtarom (2018:4) mengungkapkan

bahwa pendapat orang tua terhadap sesuatu hal berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil


8

seseorang dalam hal ini adalah intensi berwirausaha. Mendukung pernyataan

tersebut, penelitian Prilovia & Iskandar (2018:62) yang menjelaskan lebih rinci

bahwa minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh

dan dukungan yang positif terhadap minat tersebut. Sikap dan aktivitas yang

dilakukan sesama anggota keluarga, adanya orang tua mahasiswa yang berprofesi

sebagai wirausahawan, pengetahuan yang diberikan orang tua tentang dunia

wirausaha, pola pikir orang tua juga merupakan pendorong seseorang untuk

menjadi wirausahawan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Suyatno & Muhtarom (2018) yang menunjukkan bahwa

lingkungan keluarga terhadap intensi technopreneurship mahasiswa. Mendukung

penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Herdjiono et al. (2017)

juga menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat berwirausaha mahasiwa.

Salah satu faktor personal yang mempengaruhi seseorang untuk memulai

usaha yaitu efikasi diri. Menurut Ormord (2008: 20), secara umum self-efficacy

adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan

perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Jika seseorang tidak memiliki

keyakinan mampu untuk menjadi wirausaha sukses, maka orang tersebut

cenderung tidak akan berwirausaha, sebab kesuksesan seseorang dalam

pekerjaannya akan mempengaruhi status sosial ekonomi seseorang dalam

masyarakat. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung bekerja

keras dalam melakukan sesuatu meskipun sulit, hal ini karena mereka yakin pada

akhirnya mereka akan sukses. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
9

oleh Oktaviana & Umami (2018) yang menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki

pengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha. Mendukung pernyataan di

atas, penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & Setiaji (2019) juga menyatakan

bahwa efikasi diri mempengaruhi intensi untuk berwirausaha dalam E-Business.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi niat berwirausaha adalah

lingkungan teman sebaya. Lingkungan teman sebaya merupakan lingkungan

kedua setelah lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap perkembangan

seseorang. Ketika remaja, seseorang menghabiskan banyak waktunya bersama

teman sebayanya baik di lingkungan rumah/kos maupun lingkungan pendidikan,

karena itu sedikit banyak pola pikir seseeorang akan dipengaruhi oleh teman

sebayanya. Menurut Virzi et al. (2015) Siswa yang memiliki latar belakang usaha

dapat memberikan konseling langsung kepada teman sebayanya dan membantu

mengidentifikasi usaha yang layak untuk didirikan. Dukungan dan dorongan

teman sebaya memiliki peran penting dalam terbentuknya wirausaha. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2016) yang menunjukkan

bahwa lingkungan teman sebaya berpengaruh positif dan signfikan terhadap niat

berwirausaha.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk

meneliti intensi berwirausaha mahasiswa dengan judul penelitian “Pengaruh

Lingkungan Keluarga, Efikasi Diri, dan Lingkungan Teman Sebaya terhadap

Intensi Berwirausaha Mahasiswa”.


10

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang

terjadi dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Jumlah pengangguran semakin meningkat setiap tahun sebagai akibat dari

ketidakmampuan lapangan pekerjaan dalam menampung seluruh angkatan

kerja.

2. Jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang menganggur semakin

meningkat.

3. Banyaknya lulusan (Lulusan Perguruan Tinggi Keguruan) LPTK yang tidak

tertampung lapangan pekerjaan.

4. Rendahnya jumlah mahasiswa yang berwirausaha di kampus.

1.3. Cakupan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah yang telah dipaparkan,

maka penelitian ini dibatasi pada tiga faktor yang diduga mempengaruhi intensi

berwirausaha yaitu : lingkungan keluarga, efikasi diri, dan lingkungan teman

sebaya. Sementara subjek penelitian ini terbatas pada Mahasiswa Pendidikan

Ekonomi Angkatan 2017/2018 Fakultas Ekonomi UNNES.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
11

1. Adakah pengaruh lingkungan keluarga, efikasi diri, dan lingkungan teman

sebaya secara bersama-sama terhadap intensi berwirausaha mahasiswa

Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018 Fakultas Ekonomi UNNES?

2. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap intensi berwirausaha

mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018 Fakultas Ekonomi

UNNES?

3. Adakah pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha mahasiswa

Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018 Fakultas Ekonomi UNNES?

4. Adakah pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap intensi berwirausaha

mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018 Fakultas Ekonomi

UNNES?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, maka tujuan penelitian

yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan keluarga, efikasi diri,

dan lingkungan teman sebaya secara bersama-sama terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018 Fakultas

Ekonomi UNNES?

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan keluarga terhadap

intensi Berwirausaha mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018

Fakultas Ekonomi UNNES?


12

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh efikasi diri terhadap intensi

berwirausaha mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018 Fakultas

Ekonomi UNNES?

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap

intensi berwirausaha mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2017/2018

Fakultas Ekonomi UNNES?

1.6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan dapat

memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana menambah pengetahuan di bidang pendidikan, dan referensi

mengenai lingkungan keluarga, efikasi diri, lingkungan teman sebaya, dan

intensi berwirausaha.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana penelitian untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang sudah diperoleh selama perkuliahan dengan kondisi

di lapangan.

b. Bagi Universitas dan Dosen.

Sebagai masukan untuk agar Universitas lebih banyak mengadakan

kegiatan yang dapat memacu kewirausahaan mahasiswa. Selain itu,

agar dosen lebih memotivasi siswa agar berwirausaha.


13

c. Bagi Orang Tua

Dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua memberikan

pengajaran kewirausahaan dalam keluarga dan mendukung intensi

mahasiswa berwirausaha.

1.7. Orisinalitas Penelitian

Penelitian lain yang dijadikan referensi dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2016) yang berjudul “Pengaruh

Persepsi tentang Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Kewirausahaan dan

Lingkungan Teman Sebaya terhadap Keputusan Berwirausaha Mahasiswa

Pendidikan Ekonomi FE UNY”. Perbedaan penelitian ini adalah tidak

meneliti variabel lingkungan keluarga dan efikasi diri, perbedaan waktu, dan

tempat penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mutohar (2017) yang berjudul “Pengaruh

Kebutuhan akan Prestasi, Efikasi Diri, Kesiapan Instrumen, dan Pendidikan

Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa (Studi Analisis

Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah Angkatan 2013)”.

Perbedaan penelitian ini adalah tidak meneliti variabel lingkungan keluarga

dan lingkungan teman sebaya, perbedaan waktu, dan tempat penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Santosa & Suyatno (2017) yang berjudul

“Efikasi Diri dan Lingkungan Keluarga sebagai Faktor yang Mempengaruhi

Intensi Mahasiswa Bertechnopreneurship”. Perbedaan penelitian ini adalah


14

variabel independen di penelitian tersebut khusus meneliti tentang

technopreneurship sementara di penelitian ini meneliti niat berwirausaha

secara umum , selain itu penelitian tersebut tidak meneliti variabel lingkungan

teman sebaya, serta terdapat perbedaan waktu, dan tempat penelitian.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana & Umami (2018) yang berjudul

“Pengaruh Efikasi Diri dan Kreativitas terhadap Intensi Berwirausaha pada

Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Pogalan Tahun Ajaran 2017/2018)”.

Perbedaan penelitian ini adalah tidak meneliti variabel lingkungan keluarga

dan lingkungan teman sebaya, perbedaan waktu, dan tempat penelitian.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Suyatno & Muhtarom (2018) yang berjudul

“Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Pembelajaraan Kewirausahaan terhadap

Intensi Technopreneurship Mahasiswa Manajemen Ilmu Komputer”.

Perbedaan penelitian ini adalah variabel independen di penelitian tersebut

khusus meneliti tentang technopreneurship sementara di penelitian ini

meneliti niat berwirausaha secara umum , selain itu penelitian ini adalah tidak

meneliti variabel efikasi diri dan lingkungan teman sebaya, serta perbedaan

waktu, dan tempat penelitian.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & Setiaji (2019) yang berjudul

“Pengaruh Literasi Digital, Efikasi Diri, dan Lingkungan terhadap Intensi

Berwirausaha Mahasiswa dalam E-Business”. Perbedaan penelitian ini adalah

tidak meneliti variabel lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya,

perbedaan waktu, dan tempat penelitian. Selain itu, penelitian tersebut

menelitian khusus tentang intensi berwirausaha dalam E-Business.

Anda mungkin juga menyukai