PENDAHULUAN
penduduk terbanyak keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat
dengan total jumlah penduduk sebanyak 269 juta jiwa (Hadyajayani, 2019). Salah
satu masalah yang dihadapi oleh negara berpenduduk padat adalah tingkat
kerja melebihi jumlah lowongan kerja yang tersedia. Orang-orang yang tidak
tertampung dalam lowongan kerja yang tersedia ini selanjutnya disebut sebagai
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2019 tingkat
persentase sebesar 10,42% (Purnomo & Julita, 2019). Ketatnya persaingan kerja
tidak hanya dialami oleh lulusan SMK, namun juga dialami oleh lulusan
mengalami tren kenaikan dari tahun 2012-2019, dan hanya mengalami satu kali
penurunan pada tahun 2016 yang kemudian diikuti dengan kenaikan setahun
mencapai 169.765 jiwa atau hampir setara dengan 30%. Hal ini berarti
1
2
pekerjaan yang tersedia. Jumlah supplay tenaga kerja lebih banyak dibanding
(LPTK) menghasilkan lulusan sebanyak 350 ribu guru, sementara hanya 120 ribu
yang terserap di sekolah dan lembaga pendidikan (Seftiawan, 2019). Hal ini
mereka yang membuat mereka harus menghadapi persaingan yang ketat dengan
mahasiswa lulusan ilmu murni. Mereka yang tidak mampu bersaing akan menjadi
pengangguran.
terganggu. Ditinjau dari segi mental, orang yang menganggur biasanya memiliki
kepercayaan diri yang rendah, mudah berputus asa, dan menimbulkan depresi.
Ditinjau dari segi keamanan, orang yang menganggur akan kesulitan mendapatkan
juga bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Yakub (2015)
atau inovasi baru sehingga membuat masyarakat menjadi lebih kreatif dalam
masyarakat itu sendiri tanpa harus mengandalkan impor dari luar negeri, bahkan
bahwa tingkat kewirausahaan Indonesia masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari
Global Enterpreneurship Index (GCI) Indonesia pada tahun 2018 yang hanya
menduduki peringkat 94 dari 137 negara. dengan 3,1% jumlah wirausaha. Angka
ini masih sangat rendah dibanding dengan Global Enterpreneurship Index (GCI)
di negara maju yang rata-rata 14% dari total penduduk usia kerja. Posisi Indonesia
juga berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperi Singapura yang
menduduki peringkat 27, Malaysia yang menduduki peringkat 58, Thailand yang
menduduki peringkat 71, dan Filipina yang menduduki peringkat 84,. Sementara
dari Asia, Hong Kong dan Taiwan berhasil menempati urutan 13 dan 18.
melamar menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan menganggap wirausaha sebuah
profesi yang kurang menjanjikan, sehingga perlu waktu lama untuk bisa menjadi
Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah salah satu jurusan yang
mewajibkan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib dengan tujuan
Selain itu pihak kampus juga menyediakan wadah bagi mahasiswa yang
penurunan. Bahkan dari tahun 2015 sampai 2019, terdapat penurunan jumlah
mahasiswa yang berwirausaha masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1.1.
Jumlah Mahasiswa Wirausaha UNNES Tahun 2015-2018
Jumlah Mahasiswa
No. Jurusan
Wirausaha
1. Akuntansi 27
2. Manajemen 38
3. Pendidikan Ekonomi 26
4. Ekonomi Pembangunan 9
Total 103
Sumber: HIPMI UNNES, 2019
dari total 103. Jumlah tersebut termasuk sedikit dibanding dengan total seluruh
usaha mandiri ada dua, yaitu: faktor internal yang terdiri dari: berani mengambil
akan kebebasan, dan ide kreatif. faktor eksternal yang terdiri dari : pengaruh role
tiga faktor internal yang dominan bagi mahasiswa yang menentukan mahasiswa
efikasi diri.
7
pernyataan tersebut, Virzi et al. (2015) menemukan bahwa jika memiliki teman
pengusaha maka akan mempengarui siswa lain untuk menjadi pengusaha di masa
yang mempengaruhi intensi berwirausaha seseorang terdiri dari tiga, yaitu faktor
kepribadian yang berupa kreatifitas dan inovasi. Faktor lingkungan yang berupa
demografis yang berupa jender, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman
bekerja.
bahwa pendapat orang tua terhadap sesuatu hal berdasarkan pengetahuan dan
tersebut, penelitian Prilovia & Iskandar (2018:62) yang menjelaskan lebih rinci
dan dukungan yang positif terhadap minat tersebut. Sikap dan aktivitas yang
dilakukan sesama anggota keluarga, adanya orang tua mahasiswa yang berprofesi
wirausaha, pola pikir orang tua juga merupakan pendorong seseorang untuk
menjadi wirausahawan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang
usaha yaitu efikasi diri. Menurut Ormord (2008: 20), secara umum self-efficacy
perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Jika seseorang tidak memiliki
masyarakat. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung bekerja
keras dalam melakukan sesuatu meskipun sulit, hal ini karena mereka yakin pada
akhirnya mereka akan sukses. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
9
oleh Oktaviana & Umami (2018) yang menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki
atas, penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & Setiaji (2019) juga menyatakan
karena itu sedikit banyak pola pikir seseeorang akan dipengaruhi oleh teman
sebayanya. Menurut Virzi et al. (2015) Siswa yang memiliki latar belakang usaha
teman sebaya memiliki peran penting dalam terbentuknya wirausaha. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2016) yang menunjukkan
bahwa lingkungan teman sebaya berpengaruh positif dan signfikan terhadap niat
berwirausaha.
kerja.
meningkat.
maka penelitian ini dibatasi pada tiga faktor yang diduga mempengaruhi intensi
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
UNNES?
UNNES?
Ekonomi UNNES?
Ekonomi UNNES?
1. Manfaat Teoritis
intensi berwirausaha.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
di lapangan.
mahasiswa berwirausaha.
Penelitian lain yang dijadikan referensi dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
meneliti variabel lingkungan keluarga dan efikasi diri, perbedaan waktu, dan
tempat penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Santosa & Suyatno (2017) yang berjudul
secara umum , selain itu penelitian tersebut tidak meneliti variabel lingkungan
4. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana & Umami (2018) yang berjudul
5. Penelitian yang dilakukan oleh Suyatno & Muhtarom (2018) yang berjudul
meneliti niat berwirausaha secara umum , selain itu penelitian ini adalah tidak
meneliti variabel efikasi diri dan lingkungan teman sebaya, serta perbedaan
6. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & Setiaji (2019) yang berjudul