Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Widodo Widiyanto
155020101111039

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel jurnal dengan judul:

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Indonesia

Yang disusun oleh:

Nama : Widodo Widiyanto

NIM : 155020101111039

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 20 September 2019.

Malang, 14 Oktober 2019

Dosen Pembimbing,

Yenny Kornitasari, SE., ME.

NIP. 2015078810012001
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
EKONOMI KREATIF INDONESIA
Widodo Widiyanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang
Email: widodowidiyanto@student.ub.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kreatif
Indonesia. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Data
dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Ekonomi Kreatif selaku instansi yang berwenang dalam
mengembangkan sektor ekonomi kreatif. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan ialah produk
domestik bruto ekonomi kreatif Indonesia sebagai variabel dependen, kemudian untuk variabel independen
adalah tenaga kerja ekonomi kreatif, tingkat pendidikan pekerja ekonomi kreatif, serta kemajuan teknologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja
serta kemajuan teknologi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap produk domestik bruto ekonomi
kreatif Indonesia sementara tingkat pendidikan pekerja ekonomi kreatif memiliki pengaruh signifikan
negatif.

Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi kreatif, tenaga kerja, tingkat pendidikan, kemajuan teknologi

A. PENDAHULUAN

Geliat industri kreatif di Indonesia semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan. Pengembangan
ekonomi kreatif di Indonesia sangat strategis dari berbagai aspek baik sumber daya manusia, keragaman
budaya, dan pasar domestik yang besar, serta kearifan lokal Indonesia. Data Badan Ekonomi Kreatif
(Bekraf) menunjukkan bahwa sumbangsih Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif mengalami
kenaikan yang cukup signifikan tiap tahunnya. Pada tahun 2016, PDB ekonomi kreatif memberikan
sumbangsih sebesar Rp. 922,59 triliun terhadap PDB nasional. Nilai PDB tersebut mengalami kenaikan
sebesar Rp 70,03 triliun dari tahun sebelumnya.

Gambar 1 Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia

Sumber: Badan Ekonomi Kreatif, data diolah penulis 2019


Menurut Mari Elka Pangestu (dalam majalah Retas, 2016) yang dipublikasikan oleh Bekraf mengatakan bahwa
setidaknya ada tujuh isu strategis yang perlu dihadapi dalam mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia. Isu tersebut
antara lain adalah peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kreatif, akses sumber modal budaya dan
alam untuk berkreasi, akses pendanaan dan modal, akses teknologi dan infrastruktur, akses pasar dan jaringan
ekosistem yang mendukung, dan kelembagaan. Dalam rencana strategis Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019,
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor kelemahan pengembangan ekonomi kreatif antara lain: sumber daya
manusia (SDM), infrastruktur, regulasi, permodalan, pemasaran, penegakan hukum, serta distribusi

Industri kreatif mampu berkontribusi aktif terhadap perekonomian Indonesia dan mampu dikembangkan melalui
perencanaan strategis. Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia dapat ditunjang melalui peningkatan kuantitas dan
kualitas pelaku usaha kreatif dalam mengelola dan menjalankan usahanya. Sumber daya manusia dalam
mengembangkan industri kreatif sangat diperlukan karena mereka memiliki ide, inovasi, dan kreativitas, terutama
dalam pengembangan produk (Rosmadi, 2018). Disisi lain, peningkatan kemampuan manusia yang berkualitas dapat
dibentuk melalui pendidikan yang mumpuni. Menurut Sukirno (dalam Budiarti, 2014) pendidikan merupakan satu
investasi yang sangat berguna untuk pembangunan ekonomi. Selain itu, menurut Barro (dalam Zhang dan Kloudova,
2011) teknologi adalah salah satu faktor terpenting untuk meningkatkan standar kehidupan masyarakat dalam jangka
panjang. Awalia dkk. (2013) menyatakan bahwa teknologi berperan dalam pertumbuhan industri kreatif. Salah satu
cara untuk mengukur pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari peran Total Factor
Productivity (TFP). TFP merupakan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan
modal.

Melihat peran ekonomi kreatif yang memiliki peluang untuk menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,
menjadikan sektor ini mendapatkan perhatian serta dukungan dari pemerintah. Kontribusi positif dari keberadaan
ekonomi kreatif terhadap posisi perekonomian nasional pun telah dirasakan oleh Indonesia. Peranan ekonomi kreatif
bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini
dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat
dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia.

B. KAJIAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik

Pertumbuhan ekonomi neoklasik merupakan sebuah konsep yang diinisiasi oleh Robert Solow pada tahun 1956
dan 1957. Model neoklasik dari Solow (dalam Arsyad, 2010) mengidentifikasi tiga sumber pertumbuhan output yaitu
stok modal, angkatan kerja, dan teknologi. Menurut teori Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
perkembangan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) serta tingkat kemajuan
teknologi. Berdasarkan penelitiannya, Solow menyatakan bahwa peran dari kemajuan teknologi di dalam
pertumbuhan ekonomi sangat dominan. Temuan Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
yang mencapai 2,75% per tahun pada periode 1909 sampai 1949, lebih dari setengahnya (1,5%) merupakan
sumbangan dari kemajuan teknologi, sedangkan sisanya disebabkan oleh pertambahan jumlah penggunaan faktor
produksi

Pertumbuhan Ekonomi Endogen

Model pertumbuhan endogen merupakan awal tercetusnya teori pertumbuhan endogen oleh Paul M. Romer. Teori
pertumbuhan endogen fokus membahas mengenai peran modal manusia. Dalam model ini, penambahan modal fisik
dan tenaga kerja (yang terdidik) serta adanya modal manusia disertakan sebagai input dalam fungsi produksi
(Maulana, 2015). Mincer (dalam Anwar, 2017) menyatakan bahwa perkembangan analisis pertumbuhan ekonomi
memberikan landasan tentang peran modal manusia sebagai salah satu bagian penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Model pertumbuhan endogen menghubungkan modal manusia dan adopsi teknologi sebagai
faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan (Lucas dalam Anwar, 2017).
Creative Destructive (Perusakan Kreatif)

Peningkatan kreativitas manusia dapat diciptakan melalui lingkungan yang kompetitif sehingga bisa menekan
korporasi untuk secara terus-menerus memperbaiki produk-produknya atau sanggup mengambil resiko. Hal ini
dijelaskan Schumpeter (dalam Yustika, 2012) yang memperkenalkan konsep creative destructive yang mana inti dari
konsep ini merupakan keberanian “merusak” konsep lama untuk digantikan penciptaan ide atau konsep baru. Konsep
ini dikhususkan untuk menangkap peluang barang baru yang dibutuhkan konsumen, metode produksi dan transportasi
baru, pasar baru, dan bentuk baru dari organisasi industrial. Perusakan kreatif ini merupakan fakta paling esensial dari
kapitalisme. Penghancuran kreatif yang dijelaskan Schumpeter (dalam Caballero, 2006) mengacu pada produk yang
tak henti-hentinya dan mekanisme inovasi proses yang dengannya unit produksi baru menggantikan yang sudah
ketinggalan zaman. Proses restrukturisasi ini menyerap aspek-aspek utama dari kinerja ekonomi makro, tidak hanya
pertumbuhan jangka panjang tetapi juga fluktuasi ekonomi, penyesuaian struktural dan berfungsinya pabrik (factor
market).

Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya
kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif (Ekraf) adalah paradigma ekonomi baru yang mengandalkan
gagasan, ide, maupun kreativititas dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan
ekonominya. Ekonomi kreatif mampu memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan
melalui kreativitas.

Produk Domestik Bruto

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang
terjadi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari perbedaan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun
tertentu dengan tahun sebelumnya (Ervani, 2004). Menurut Badan Pusat Statistik, PDB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah
satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi yang terjadi di Indonesia. PDB
menggambarkan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu
negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu.

Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
atau lebih. Dan termasuk angkatan kerja apabila termasuk dalam penduduk usia kerja yang selama seminggu yang
lalu mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja atau sementara bekerja karena sebab tertentu seperti menunggu panen,
pegawai yang dalam keadaan cuti dan sebagainya. Sementara, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.

Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
(Depdiknas, 2003). Pendidikan dianggap memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara
berkembang untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan
serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006)
Kemajuan Teknologi

Teknologi dapat dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making
things)” atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu dengan nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya (Martono, 2012). Menurut model Solow
(dalam Mankiw, 2006) kemajuan teknologi dimasukkan sebagai variabel eksogen tertentu dan menunjukkan
bagaimana variabel tersebut berinteraksi dengan variabel lainnya pada proses pertumbuhan tertentu. Kemajuan
teknologi memberikan peningkatan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu. Untuk memasukkan
kemajuan teknologi, fungsi produksi dikaitkan dengan modal total (K) dan tenaga kerja total (L) dengan output total
(Y).

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Maksud dari pendekatan deskriptif kuantitatif
adalah penelitian ini menekankan pada bentuk perhitungan secara formulasi matematis yang menitikberatkan pada
pengujian hipotesis. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang menggunakan analisis data numerik atau
angka. Dalam jenis penelitian ini, data akan digambarkan melalui angka-angka, sebagai contoh yaitu persentase
tingkat pendidikan, total factor producivity, jumlah tenaga kerja, dan nilai produk domestik bruto.

Ruang lingkup penelitian ini adalah 14 sub-sektor ekonomi kreatif di Indonesia sebagai unit analisis dan jangka
waktu yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 (delapan) tahun, mulai dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2018. Penentuan ruang lingkup tersebut atas dasar data yang lebih banyak terdapat pada tingkat nasional serta
banyaknya dukungan terkait penelitian serupa untuk menyokong penelitian pada tingkat nasional. Ruang lingkup
penelitian ini juga diambil berdasarkan pada sumber keterangan yang didapatkan melalui situs pemerintahan resmi
yang menunjukkan adanya penguatan sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Definisi Operasional Variabel

Variabel PDB ekonomi kreatif Indonesia digunakan sebagai variabel dependen (Y) dalam penelitian ini. PDB
kkonomi kreatif Indonesia merupakan merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sub-sektor
ekonomi kreatif yang ada di Indonesia pada tahun 2011-2018.

Variabel tenaga kerja digunakan sebagai variabel independen pertama (X1) dalam penelitian ini. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2 menjelaskan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam sektor ekonomi kreatif, tenaga kerja
merupakan jumlah penduduk yang bekerja pada seluruh sub-sektor ekonomi kreatif yang ada di Indonesia pada tahun
2011-2018.

Variabel tingkat pendidikan digunakan sebagai variabel independen kedua (X2) dalam penelitian ini. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa jenjang atau tingkat pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai
dan kemampuan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jumlah pekerja
yang telah menempuh pendidikan diploma atau lebih tinggi pada seluruh sub-sektor ekonomi kreatif di Indonesia
tahun 2011-2018.

Variabel kemajuan teknologi digunakan sebagai variabel independen ketiga (X3) dalam penelitian ini. Kemajuan
teknologi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah sebagai variabel eksogen tertentu dan menunjukkan bagaimana
variabel tersebut berinteraksi dengan variabel lainnya pada proses pertumbuhan tertentu. Kemajuan teknologi untuk
penelitian ini dihitung melalui analisis total factor productivity (TFP).
Metode Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi, dalam hal ini
menyangkut studi tentang hubungan antara satu variabel yang disebut variabel tak bebas atau variabel yang dijelaskan
dan satu atau lebih variabel lain yang disebut dengan variabel bebas atau variabel penjelas dengan tujuan untuk
menaksir nilai rata-rata dari variabel tak bebas berdasarkan nilai-nilai variabel bebas yang ada (Gujarati dan Poster,
2012). Model dalam penelitian ini adalah:

Yit = β0it + β1lnX1it + β2lnX2it + β3lnX3it + µit

Dengan keterangan sebagai berikut:

β0 = Konstanta
β1, β2, β3 = Intersep
Y = Produk Domestik Bruto Ekonomi Kreatif Indonesia
X1 = Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif
X2 = Tingkat Pendidikan
X3 = Kemajuan Teknologi
μit = Variabel Error Di Luar Model
i = Banyaknya Observasi
t = Waktu
ixt = Data Panel

Terdapat dua metode pengujian yang dapat digunakan untuk memilih model regresi yang tepat diantara common
effect model (CEM), fixed effect model (FEM) atau random effect model (REM) dalam penelitian ini yaitu uji chow
(chow test) dan uji hausman (hausman test).

Metode Pengujian

1. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R-Squared) menunjukkan seberapa besar kekuatan model dengan melihat persentase
variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Nilai R-Squared
berkisar antara 0 dan 1, apabila nilai tersebut mendekati 1, maka semakin besar variasi dalam variabel independen dan
model dalam penelitian ini semakin kuat.

2. Uji Simultan (Uji F-Statistik)

Uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas alpha pada tingkat 5%. Jika nilai
probabilitas kurang dari 5% maka model diterima dan terdapat pengaruh signifikan variabel independen terhadap
variabel dependen, dan begitu pula sebaliknya.

3. Uji Parsial (Uji T-Statistik)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk melihat secara parsial apakah variabel independen
masing-masing memiliki pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai probabilitas alpha pada tingkat 5%. Jika nilai probabilitas kurang dari 5% maka model
diterima dan terdapat pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen, dan begitu pula
sebaliknya.
D. HASIL PENELITIAN

Uji Chow

Uji chow digunakan untuk menentukan pemilihan model antara common effect model atau fixed effect model yang
sebaiknya digunakan untuk mengestimasi data panel dalam penelitian ini. Hipotesis uji chow adalah:

H0: Model yang digunakan adalah common effect model


H1: Model yang digunakan adalah fixed effect model

Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji chow adalah sebagai berikut:
P value (prob f) < alpha 0,05 artinya H0 ditolak sementara jika p value (prob p) > alpha 0,05 artinya H0 diterima

Tabel 1 Hasil Uji Chow


Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 16.360099 (13,95) 0.0000


Cross-section Chi-square 131.621009 13 0.0000

Sumber: Hasil Olah Eviews 9

Berdasarkan hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa nilai p value (prob f) < alpha 0,005 atau signifikan pada
tingkat 5% dengan nilai 0,0000. Dari hasil estimasi tersebut dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih tepat
untuk digunakan pada penelitian ini dibandingkan dengan model common effect pada uji chow.

Uji Hausman

Uji hausman digunakan untuk menentukan pemilihan model antara fixed effect model atau random effect model yang
sebaiknya digunakan untuk mengestimasi data panel dalam penelitian ini. Hipotesis uji chow adalah:

H0: Model yang digunakan adalah random effect model


H1: Model yang digunakan adalah fixed effect model

Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji chow adalah sebagai berikut:
P value (prob f) < alpha 0,05 artinya H0 ditolak sementara jika p value (prob p) > alpha 0,05 artinya H0 diterima

Tabel 2 Hasil Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 77.839583 3 0.0000

Sumber: Hasil Olah Eviews 9

Berdasarkan hasil pada tabel 2 diperoleh nilai prob f < alpha 0,05 yaitu sebesar 0,0000 sehingga kesimpulannya
fixed effect model yang dipilih. Dari beberapa pengujian model, maka diputuskan bahwa model yang digunakan dalam
analisis regresi pada pengujian selanjutnya adalah fixed effect model.
Tabel 3 Hasil Regresi Fixed Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1_TENAGA_KERJA_ 12.77040 2.139068 5.970077 0.0000


X2_PENDIDIKAN_ -1.782333 0.721226 -2.471255 0.0152
X3_KEMAJUAN_TEKNOLOGI
_ 0.889526 0.095046 9.358915 0.0000
C -134.8054 20.95955 -6.431694 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.769869 Mean dependent var 6.876518


Adjusted R-squared 0.731110 S.D. dependent var 3.200431
S.E. of regression 1.659570 Akaike info criterion 3.989943
Sum squared resid 261.6463 Schwarz criterion 4.402573
Log likelihood -206.4368 Hannan-Quinn criter. 4.157360
F-statistic 19.86305 Durbin-Watson stat 1.175049
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Olah Eviews 9

Berdasarkan dari hasil tabel 3 dapat disimpulkan hasil pengaruh variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan, serta
kemajuan teknologi terhadap PDB ekonomi kreatif sebagai berikut:

1. Jika seluruh variabel independen dianggap memiliki nilai konstan atau memiliki nilai nol, maka besarnya nilai PDB
ekonomi kreatif Indonesia adalah sebesar -138.8054.

2. Nilai koefisien dari regresi tenaga kerja adalah sebesar 12,77040 yang berarti bahwa tenaga kerja dan PDB ekonomi
kreatif memiliki hubungan positif, sehingga apabila tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar satu persen dengan
menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka PDB ekonomi kreatif akan mengalami kenaikan sebesar 12,77040
persen.

3. Nilai koefisien dari regresi tingkat pendidikan adalah sebesar -1,782333 yang berarti bahwa tingkat pendidikan dan
PDB ekonomi kreatif memiliki hubungan negatif, sehingga apabila pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi
mengalami kenaikan sebesar satu persen dengan menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka PDB ekonomi
kreatif akan mengalami penurunan sebesar -1,782333 persen.

4. Nilai koefisien dari regresi kemajuan teknologi adalah sebesar 0,889526 yang berarti bahwa kemajuan teknologi
dan PDB ekonomi kreatif memiliki hubungan positif, sehingga apabila kemajuan teknologi mengalami kenaikan
sebesar satu persen dengan menganggap faktor lain konstan atau tetap, maka PDB ekonomi kreatif akan mengalami
kenaikan sebesar 0,889526 persen.

Uji Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi 𝐑𝟐 digunakan untuk memberikan gambaran seberapa besar kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan sebelumnya dengan
fixed effect model pada tabel tabel hasil regresi fixed effect model dapat dilihat bahwa nilai 𝐑𝟐 sebesar 0,7698 atau
sebesar 76.98%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan kemajuan teknologi
mampu menjelaskan variabel PDB ekonomi kreatif sebesar 76.98% sedangkan sisa dari nilai 𝐑𝟐 sebesar 0,2302 atau
23,02% dijelaskan melalui variabel lain diluar model penelitian.
Uji Simultan (Uji F-statistik)

Uji Simultan atau Uji F-statistik digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara simultan atau bersama
– sama pada variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi fixed effect model pada tabel hasil
regresi fixed effect model sebelumnya, dapat dilihat bahwa nilai prob (F-statistic) adalah sebesar 0,0000. Berdasarkan
hasil tersebut terlihat bahwa nilai prob (F-statistic) lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau 5%, artinya bahwa
model ini signifikan pada taraf keyakninan sebesar 95%. Dengan hasil tersebut maka menunjukkan bahwa variabel
tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan kemajuan teknologi secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel PDB ekonomi kreatif.

Uji Parsial (Uji t-statistik)

Uji parsial atau uji t-statistik digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara parsial atau pengaruh
tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen dengan melihat nilai probabilitasnya. Dalam penelitian ini
uji t-statistik digunakan untuk melihat pengaruh variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan kemajuan teknologi
terhadap variabel PDB ekonomi kreatif.

1. Hasil t-statistik Variabel Tenaga Kerja


Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel tenaga kerja sebesar 0,0000.
Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain signifikan pada tingkat 5%. Dengan
demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PDB ekonomi
kreatif.

2. Hasil t-statistik Variabel Tingkat Pendidikan


Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel tingkat pendidikan sebesar
0,0152. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain signifikan pada tingkat 5%.
Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap PDB
ekonomi kreatif.

3. Hasil t-statistik Variabel Kemajuan Teknologi


Dari hasil pengujian t-statistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel kemajuan teknologi sebesar
0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan kata lain signifikan pada tingkat 5%.
Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan teknologi berpengaruh signifikan terhadap PDB
ekonomi kreatif.

E. PEMBAHASAN

Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Bruto Ekonomi Kreatif

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDB ekonomi kreatif tahun 2011-2018. Berdasarkan hasil regresi data panel dengan fixed effect model, nilai
koefisien dari regresi tenaga kerja adalah sebesar 12,77040 yang menyatakan apabila terjadi kenaikan tenaga kerja
sebesar satu persen, maka akan menaikkan PDB ekonomi kreatif sebesar 12,77040 persen. Sementara untuk nilai
probabilitasnya sebesar 0,0000 yang menyatakan lebih besar dari nilai alpha 0,05 atau 5%. Hal ini mengartikan bahwa
tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap PDB ekonomi kreatif, maka hipotesis pertama
dalam penelitian ini terbukti benar.

Ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai konsep ekonomi pada era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi
dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor
produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Menurut Awalia dkk. (2013) ketersediaan tenaga kerja terbukti
mendorong PDB industri kreatif karena SDM merupakan sumber daya utama pada industri kreatif. Rahayu dan Avista
(2018) mengatakan bahwa dalam konteks industri masa kini, banyak negara di dunia beralih pada pemberdayaan
sumber daya manusia yang kreatif. Hal ini yang kemudian menjadikan ekonomi kreatif sebagai pengembangan
ekonomi nasional.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Produk Domestik Bruto Ekonomi Kreatif

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDB ekonomi kreatif tahun 2011-2018. Berdasarkan hasil regresi data panel dengan fixed effect model, nilai
koefisien dari regresi tingkat pendidikan adalah sebesar -1,782333 yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pekerja
dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar satu persen, maka PDB ekonomi kreatif akan mengalami penurunan sebesar
-1,782333 persen. Sementara untuk nilai probabilitasnya sebesar 0,0152 yang menyatakan lebih besar dari nilai alpha
0,05 atau 5%. Hal ini mengartikan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan namun negatif
terhadap PDB ekonomi kreatif, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini terbukti tidak benar.

Menurut pemikiran kontemporer, kreativitas dalam pembelajaran dipicu oleh interaksi berbagai faktor
lingkungan. Harrington (dalam Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan Eropa, 2009) menghubungkan
pembelajaran kreatif dengan konsep “ekosistem kreatif”. Suasana kreatif, peluang untuk eksperimen yang
menyenangkan, akses mudah ke sumber daya dan informasi, skema mentoring dan model peran, strategi motivasi dan
penugasan terbuka adalah semua elemen yang berkontribusi untuk mengembangkan ekosistem pembelajaran kreatif.
Pendidikan seni dan partisipasi budaya dapat membantu sekolah mengembangkan lingkungan belajar seperti itu ketika
diarusutamakan dalam seluruh kurikulum. Kerja sama antara sekolah dan lembaga budaya terbukti bermanfaat dalam
konteks ini.

Sari (2013) mengatakan bahwa lembaga pendidikan seharusnya dapat mengarahkan sistem pendidikan yang
mampu menciptakan kompetensi yang kompetitif. Sesuai dengan namanya, kompetensi memerlukan latihan, sehingga
sektor pendidikan harus mengarah pada kegiatan orientasi lapangan, eksperimen, riset dan pengembangan serta
mengadakan proyek kerjasama yang terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu mulai dari sains, teknologi dan seni.
Selain itu diperlukan adanya intelenjensia multidimensi. Teori-teori intelejensia saat ini telah mengakui bahwa tidak
hanya kecerdasan rasional (IQ) saja yang menjadi tingkat acuan pencapain manusia melainkan terdapat kecedasan
emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Dengan menempatkan ketiga intelejensia tersebut dengan porsi yang sama
banyak maka diharapkan sumber daya manusia yang dihasilkan tidak hanya memiliki kecerdasan rasional yang tinggi
tetapi juga memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula.

Menurut Bekraf (2017) peningkatan jumlah dan kualitas orang kreatif dipengaruhi oleh dua aspek utama, yaitu
pendidikan kreatif dan peningkatan kapasitas tenaga kerja kreatif. Hal ini lebih umum diberikan pada pendidikan
informal ataupun pelatihan yang rutin dilakukan. Amir (2016) menyatakan bahwa peningkatan akses terhadap
informasi dan pengetahuan juga dikerahkan dengan menyokong keberadaan lembaga pendidikan dan pelatihan,
sekolah kejuruan laboratorioum penelitian, pengembangan ruang pendidikan informal, perpustakaan, dan sebagainya.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam pengembangan kreativitas, tingkat pendidikan tinggi (formal) yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang negatif, karena kreativitas sejatinya banyak diperoleh dari
pelatihan dan pengembangan yang rutin.

Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Produk Domestik Bruto Ekonomi Kreatif

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah kemajuan teknologi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDB ekonomi kreatif tahun 2011-2018. Berdasarkan hasil regresi data panel dengan Fixed Effect Model,
nilai koefisien dari regresi kemajuan teknologi adalah sebesar 0,889526 yang menyatakan apabila terjadi kenaikan
kemajuan teknologi sebesar satu persen, maka akan menaikkan PDB ekonomi kreatif sebesar 0,889526 persen.
Sementara untuk nilai probabilitasnya sebesar 0,0000 yang menyatakan lebih besar dari nilai alpha 0,05 atau 5%. Hal
ini mengartikan bahwa kemajuan teknologi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap PDB ekonomi
kreatif, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini terbukti benar.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2007) melakukan analisis umum karakter industri kreatif, salah
satunya mengatakan bahwa industri kreatif memiliki level teknologi dan produktivitas kapital yang relatif konstan.
Selain industri berbasis IT, subsektor industri kreatif bukan merupakan industri dengan level teknologi hightech, dan
juga bukan jenis industri capital intensive. Kondisi ini konsisten dengan fungsi produksi Cobb-Douglas yang biasa
digunakan yaitu 𝑌=𝐴𝐾∝𝐿∝.

Pentingnya teknologi dalam pengembangan ekonomi telah diperiksa oleh banyak ekonom. Menurut Barro (dalam
Zhang dan Kloudova, 2011) teknologi adalah salah satu faktor terpenting untuk meningkatkan standar kehidupan
masyarakat dalam jangka panjang. Saat ini, teknologi digital dan internet juga memiliki pengaruh penting pada seluruh
rantai produksi barang dan layanan kreatif mulai dari kreasi, produksi hingga distribusi dan konsumsi, misalnya, dari
desain dengan bantuan komputer hingga maraknya belanja online. Konvergensi teknologi multimedia dan
telekomunikasi telah mengarah pada integrasi sarana yang dengannya konten kreatif diproduksi, didistribusikan, dan
dikonsumsi dan pada gilirannya memupuk bentuk-bentuk baru ekspresi artistik dan kreatif.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam poin sebelumnya mengenai analisis faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia periode tahun 2011 – 2018, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:

1. Tenaga kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap produk domestik bruto ekonomi kreatif di Indonesia. Hasil
ini memberikan bukti bahwa adanya tenaga kerja yang memadai mampu menambah tingkat produksi. Kuantitas
tenaga kerja dalam mengembangkan ekonomi kreatif menjadi sangat diperlukan dalam pengelolaan usaha itu
sendiri. Ketersediaan tenaga kerja terbukti mendorong PDB ekonomi kreatif karena sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama pada ekonomi kreatif.

2. Tingkat pendidikan tinggi berpengaruh signifikan namun pengaruhnya negatif terhadap produk domestik bruto
ekonomi kreatif Indonesia. Pada penelitian kali ini, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pengaruh hasil
bersifat negatif. Menurut Bekraf, peningkatan jumlah dan kualitas orang kreatif dipengaruhi oleh dua aspek utama,
yaitu pendidikan kreatif dan peningkatan kapasitas tenaga kerja kreatif. Hal ini lebih umum diberikan pada
pendidikan informal ataupun pelatihan yang intens.

3. Kemajuan teknologi berpengaruh signifikan dan positif terhadap produk domestrik bruto ekonomi kreatif di
Indonesia. Hasil ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi telah mengintensifkan persaingan dengan
memberikan akses yang lebih besar untuk terlibat dalam usaha ekonomi kreatif.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam poin sebelumnya, maka saran yang
peneliti ajukan untuk direkomendasikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan tenaga kerja menjadi tumpuan bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang ideal. Bagi ekonomi
kreatif, tenaga kerja adalah sumber daya utama untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah diharapkan mampu
menciptakan regulasi yang membuat iklim tenaga kerja ekonomi kreatif selalu berdayaguna. Selain itu, perlu juga
untuk tetap memberikan kemudahan tenaga kerja ekonomi kreatif mengekspansi usahanya.

2. Pendidikan sudah selayaknya dienyam oleh tiap-tiap individu. Dalam hal ekonomi kreatif, pendidikan yang
diperlukan tidak hanya berupa pendidikan formal. Pemerintah maupun lembaga yang bertanggungjawab atas
potensi ekonomi kreatif harus memberikan pelayanan berupa pelatihan kreativitas yang mampu menunjang kualitas
para pekerja ekonomi kreatif.

3. Variabel kemajuan teknologi berpengaruh nyata terhadap PDB ekonomi kreatif Indonesia. Pemerintah diharapkan
gencar dalam menganggarkan dana untuk terus melakukan perbaikan teknologi dalam ekonomi kreatif. Adanya
teknologi telah menghasilkan cara-cara yang lebih baru dan lebih mudah dalam melakukan sesuatu serta telah
mampu mengisi sebagian besar kreativitas individu. Teknologi tidak hanya membuka akses tetapi setidaknya telah
memangkas biaya pembukaan usaha baru dan menjadikan usaha ekonomi kreatif lebih inklusif. Selain itu,
peningkatan pemahaman pelaku ekonomi kreatif akan teknologi memungkinkan usaha kreatif dikelola dari lokasi
mana pun serta pada skala apa pun.

4. Melihat peran ekonomi kreatif yang memiliki manfaat penting bagi perekonomian Indonesia, baik dalam kontribusi
PDB, partisipasi tenaga kerja, nilai ekspor, maupun jumlah usaha, maka ekonomi kreatif Indonesia perlu terus
didukung oleh pemerintah, terkhusus pada subssektor kuliner, fesyen, serta kriya yang kontribusinya sangat tinggi
terhadap perekonomian nasional. Sementara itu, untuk sub-sektor dengan pertumbuhan yang signifikan maupun
kontribusi yang masih rendah diperlukan perhatian lebih dari pemerintah.

5. Bagi pemerintah atau lembaga yang bertanggungjawab, diharapkan mampu menyediakan data-data secara
komprehensif demi terciptanya analisa serta penelitian yang lebih mumpuni.

6. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan lebih banyak memilih variabel yang mempunyai pengaruh lebih besar dan
signifikan. Saat ini variabel penelitian yang digunakan hanya terbatas pada variabel yang telah dibahas, hal ini
dilakukan karena variabel lain yang ingin digunakan terkendala pada ketersediaan data secara menyeluruh.

G. DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. 2016. Kebijakan Industri Kreatif Mendorong Ekonomi Kerakyatan di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal
Cakrawala Vol. 10 No. 1

Anwar, Aminuddin. 2017. Peran Modal Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Jawa. Jurnal
Economia Volume XIII No. 1.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Awalia, Nandha Rizki, dkk. 2013. Analisis Pertumbuhan Teknologi, Produk Domestik Bruto, dan Ekspor Sektor
Industri Kreatif Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Volume II No. 2.

Bekraf. 2016. Retas Volume 1: Kebangkitan Ekonomi Kreatif Berpotensi Menjadi Tulang Punggung Perekonomian
Indonesia. Jakarta: Bekraf.

Bekraf. 2017. Rencana Strategis Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019. Jakarta: Bekraf.

Bekraf. 2019. Berat Bersih Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor dan Tahun. Diakses Pada 4 Maret 2019 Dari
http://data.bekraf.go.id

Bekraf. 2019. Jumlah Penduduk Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Sub-sektor Ekonomi Kreatif dan
Kegiatan Formal/Informal. Diakses Pada 4 Maret 2019 Dari http://data.bekraf.go.id

Bekraf. 2019. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia ADHB Tahun 2014-2016. Diakses Pada 4 Maret 2019 Dari
http://data.bekraf.go.id

BPS. 2019. Produk Domestik Bruto. Diakses Pada 4 Maret 2019 Dari https://www.bps.go.id

BPS. 2019. Tenaga Kerja. Diakses Pada 4 Maret 2019 Dari https://www.bps.go.id

Budiarti, Devi dan Yoyok Seosatyo. 2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Mojokerto Tahun 2000-2011. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume II.

Caballero, R. 2006. The Macroeconomics of Specificity and Restructuring. Cambridge: MIT Press.

Ervani, Eva. 2004. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun 1980-
2004. Jurnal Ilmiah Unikom.

Fitriana, Aisyah Nurul, Irwan Noor, dan Ainul Hayat. 2014. Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu (Studi
Tentang Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Kota Batu). Jurnal Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Makroekonomi Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Postkolonial.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maulana, Ridwan. 2015. Pengaruh Human Capital Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Analisis Pembangunan Ekonomi.

Rahayu, Sri Endang dan Bella Avista. 2018. Analisis Pengaruh Ekonomi Kreatif Dalam Penyerapan Tenaga Kerja di
Kota Medan. Jurnal Universitas Asahan

Rosmadi, Maskarto Lucky Nara. 2018. Analisis Faktor Penunjang Pengembangan Usaha Industri Susu Karamel
Cisondari Kabupaten Bandung. Jurnal Manajemen Dewantara Volume II No. 2.

Sari, Puteri Andika. 2013. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Human Capital. Jurnal STIE Ekuitas

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

UNCTAD. 2018. Creative Economy Outlook. Jenewa: UNCTAD

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Erlangga.

Zhang, Jianpeng dan Jitka Kloudova. 2011. Factor Which Influence the Growth of Creative Industries: Cross-section
Analysis in China. Journal International Creative and Knowledge Society Volume I.

Anda mungkin juga menyukai