Anda di halaman 1dari 15

EKONOMI KREATIF DAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG INKLUSIF

DISUSUN OLEH:
1. HENRIWANUS LAHAGU (23010049)
2. I GUSTI AGUNG KENCANA DEWI (202231121003)
3. NI PUTU EKA PUTRI ANGGREANI (202231121009)
4. ERSON WONDA (202231121017)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Dr. A.A Gde Agung Parameswara. S.E., M.Si

MATA KULIAH
SUSTAINABLE DEVELOPMENT (EKONOMI BERKELANJUTAN)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
ABSTRAK
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, meliputi produksi, distribusi serta konsumsi barang
dan jasa. Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf. dalam perekonomian Indonesia tidak
dikenal adanya usaha monopoli dan monopsoni baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta (Humaniora 2017). Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang dijalankan secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan
serta memperhatikan kepentingan sosial. Konsep ini mencakup aspek-aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang terkait dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. berkembang, sehingga sudah banyak orang yang mulai melakukan kegiatan
ekonomi. Bahkan, dewasa ini, sudah banyak anak muda yang terjun ke dalam dunia ekonomi.
Selain itu, konsep ekonomi semakin berkembang juga disebabkan karena adanya
perkembangan teknologi yang semakin lama semakin modern. Dengan teknologi yang
semakin berkembang itu, kita bisa melakukan kegiatan ekonomi hanya dari handphone atau
laptop saja. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan pilar utama dalam
pertumbuhan ekonomi bangsa. Hal tersebut disebabkan oleh keberhasilan UMKM dalam
memberikan kontribusi sebesar 60 persen terhadap perekonomian nasional dan 85 persen
pada sektor perpajakan. Berdasarkan Data Statistik Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional terus meningkat
dari Rp 526 triliun di 2010, menjadi Rp989 triliun pada 2017. Kemudian, memberikan
kontribusi sebesar Rp1.105 triliun terhadap PDB Indonesia pada 2019. Bahkan, menurut
Sandiaga, kontribusi tersebut menempatkan ekonomi kreatif Indonesia pada posisi ketiga di
dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Beberapa penelitian terdahulu yang telah
dilakukan memang berkontribusi dalam pengembangan ekonomi kreatif. Namun, penelitian-
penelitian terdahulu tersebut masih berfokus pada peran stakeholder dan aspek strategi yang
akan dikembangkan dan belum memperhatikan aspek inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena
itu, perlu adanya kajian untuk melihat bagaimana perkembangan ekonomi kreatif di Kota
Semarang seperti pada kategori-kategori yang telah dijelaskan di atas. Kemudian, perlu upaya
untuk melihat bagaimana pola perkembangannya saat ini dan bagaimana model
pengembangannya.
Kata Kunci: Ekonomi kreatif, umkm, dan paradikma
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG MAKALAH
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, meliputi produksi, distribusi serta
konsumsi barang dan jasa. Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf. dalam
perekonomian Indonesia tidak dikenal adanya usaha monopoli dan monopsoni
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (Humaniora 2017).
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang dijalankan secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan serta
memperhatikan kepentingan sosial. Konsep ini mencakup aspek-aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang terkait dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan harus dilakukan dengan
memperhatikan tiga aspek penting, yaitu aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Aspek
ekonomi mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan tidak merusak
kepentingan lingkungan dan sosial. Aspek lingkungan mencakup pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan hidup agar tetap lestari dan berkelanjutan. Sementara itu,
aspek sosial mencakup aspek keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan
informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya
manusia sebagai faktor produksi yang utama. Keberadaan ekonomi kreatif sangat
dibutuhkan bagi pemerintah untuk mengokohkan perekonomian, terutama pada sektor
rill. Kekuatan ekonomi kreatif lebih bertumpu kepada keunggulan sumber daya
manusianya yang berasal dari ide-ide kreatif pemikiran manusianya. Ekonomi kreatif
adalah suatu konsep untuk merealisasikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
berbasis kreativitas. Pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan
tidak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari
suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem
produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan
penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Industri tidak
dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas
produk saja, tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi.(Sari et
al. 2020)
Namun perkembangan selanjutnya, dimana kehidupan ekonomi peradaban
manusia telah berlangsung, telah menjadikan peradaban manusia sebagai bidang
hubungan sosial baru dengan banyak hasil baru dalam bidang teknologi komunikasi
dan konteks serta proses globalisasi. Ini belum pernah dipertimbangkan sebelumnya,
dan belum diteliti secara mendalam oleh Toffler dan rekan-rekannya. Dimana kondisi
yang diahapakan oleh Indonesia adalah ekonomi yang bekelanjutan dan memiliki
beberapa sektor sebagai pilar maupun penopang kegiatan ekonomi di Indonesia.
Keberlanjutan yang dimaksud adalah kemampuan untuk beradaptasi terhadap
kondisi geografis dan tantangan ekonomi baru yang pada akhirnya menghasilkan
berkelanjutan pertumbuhan atau sustainable growth. (Sari et al. 2020).
Perkembangan zaman membuat konsep ekonomi menjadi semakin
berkembang, sehingga sudah banyak orang yang mulai melakukan kegiatan ekonomi.
Bahkan, dewasa ini, sudah banyak anak muda yang terjun ke dalam dunia ekonomi.

1
Selain itu, konsep ekonomi semakin berkembang juga disebabkan karena adanya
perkembangan teknologi yang semakin lama semakin modern. Dengan teknologi
yang semakin berkembang itu, kita bisa melakukan kegiatan ekonomi hanya
dari handphone atau laptop saja. Perpaduan antara anak muda yang terjun ke dunia
ekonomi dan penggunaan teknologi dengan maksimal akan menghasilkan konsep
ekonomi yang semakin modern. Terlebih lagi, anak muda bisa dibilang cukup pandai
dalam menggunakan teknologi.
Selain itu, untuk melakukan kegiatan ekonomi dibutuhkan ide-ide yang out of
the box, sehingga membuat kegiatan ekonomi menjadi lebih berwarna. Oleh sebab
itu, bagi sudah seharusnya bagi anak muda mengasah diri kita untuk menemukan ide-
ide out of the box agar tak kalah saing dengan kegiatan ekonomi. Saat ini, di era
globalisasi konsep ekonomi memang tak bisa dilepaskan dari ide-ide yang out of the
box atau dikenal dengan ide-ide kreatif. Betul sekali, lebih tepatnya konsep ekonomi
yang berkembang di era globalisasi ini sering disebut dengan istilah “ekonomi
kreatif”. Berbicara tentang konsep ekonomi kreatif ini memang belum lama hangat
diperbincangkan terutama di Indonesia. Ekonomi kreatif mulai dikenal di Indonesia
ketika pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau lebih tepatnya pada
tahun 2004. Suatu ekonomi kreatif tidak akan berjalan dengan baik apabila setiap
orang khususnya anak muda tidak ingin berpikir kreatif secara mandiri dalam
menjalankan kegiatan ekonomi.
Jika hal seperti itu terus dibiarkan, maka tingkat keberhasilan dalam
mengembangkan usaha sangat tipis karena kalah bersaing dengan kompetitor yang
memiliki ide-ide kreatif yang tak ada habisnya. Dengan ekonomi kreatif yang ada di
Indonesia, maka bisa dibilang bahwa bangsa dan negara Indonesia sudah siap untuk
bersaing dengan ekonomi global. Namun, “ekonomi kreatif ini belum begitu dikenal
oleh sebagian masyarakat. Dikarenakan istilah “ekonomi kreatif” belum lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia, maka istilah ini masih terdengar samar-samar bagi
sebagian masyarakat Indonesia.Ekonomi kreatif pada dasarnya adalah kegiatan
ekonomi berbasis gagasan. Jadi dengan modal gagasan atau ide yang ditentukan saja
orisinal, seseorang mampu bahkan bisa mendapatkan keuntungan signifikan. Istilah
ekonomi kreatif dicetuskan oleh tokoh bernama Jhon Howkins, penulis buku
“Creative Economy, How People Make Money From Ideas.” Jhon Howkins
menyatakan bahwa ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input
dan outpunya adalah gagasan, karena esensi dari kreativitas adalah gagasan.
Gagasan dimaksud adalah gagasan orisinil dan dapat diproteksi oleh Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI).Negara maju. (Prahara and Jamil 2018).
Terdapat 3 hal pokok yang menjadi dasar dari ekonomi kreatif, antara lain
kreativitas, inovasi dan penemuan. Yang pertama adalah Kreativitas (Creativity)
diamana Dapat dijabarkan sebagai suatu kapasitas atau kemampuan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik, fresh, dan dapat diterima
umum. Bisa juga menghasilkan ide baru atau praktis sebagai solusi dari suatu
masalah, atau melakukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (thinking out of
the box). Seseorang yang memiliki kreativitas dan dapat memaksimalkan
kemampuan itu, bisa menciptakan dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
dirinya sendiri beserta orang lain. Yang kedua adalah Inovasi (Innovation) dimana
suatu transformasi dari ide atau gagasan dengan memanfaatkan penemuan yang
sudah ada untuk menghasilkan suatu produk atau proses yang lebih baik, bernilai

2
tambah dan bermanfaat. Sebagai contoh inovasi cobalah melihat beberapa inovasi di
vidio-vidio youtube dengan kata kunci “Lifehack”. Didalam vidio diperlihatkan
bagaimana suatu produk yang sudah ada, kemudian diinovasikan dan bisa
mengahsilkan suatu nilai jual lebih tinggi dan lebih bermanfaat.
Yang ketiga adalah Penemuan (Invention) Istilah ini lebih menekankan pada
menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dan dapat diakui sebagai
karya yang mempunyai fungsi yang unik atau belum pernah diketahui sebelumnya.
Pembuatan aplikasi-aplikasi berbasis android dan iOS juga menjadi salah satu contoh
penemuan yang berbasis teknologi dan informasi yang sangat memudahkan manusia
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Adapun data perkembangan ekonomi kreatif
Indonesia adalah sebagai berikut.

Dalam gambar diatas ekonomi kreatif Indonesia sudah meningkat dari tahun
ketahun. Dimana Menurut Sandiaga, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
merupakan pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi bangsa. Hal tersebut
disebabkan oleh keberhasilan UMKM dalam memberikan kontribusi sebesar 60
persen terhadap perekonomian nasional dan 85 persen pada sektor perpajakan.
Berdasarkan Data Statistik Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional terus meningkat
dari Rp 526 triliun di 2010, menjadi Rp989 triliun pada 2017. Kemudian, memberikan
kontribusi sebesar Rp1.105 triliun terhadap PDB Indonesia pada 2019. Bahkan,
menurut Sandiaga, kontribusi tersebut menempatkan ekonomi kreatif Indonesia
pada posisi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Teori-teori
sosial yang dikemukakan oleh Florida telah memicu banyak perdebatan dan
diskusi. Penelitian di Florida mengusulkan bahwa kelas baru atau yang baru muncu atau
segmen demografis yang terdiri dari pekerja pengetahuan, intelektual, dan berbagai
jenis seniman merupakan kekuatan ekonomi yang berpengaruh, yang mewakili

3
pergeseran besar dari perekonomian tradisional yang berbasis pertanian atau industri
atau ekonomi umum. restrukturisasi ke dalam hierarki ekonomi yang lebih kompleks.
Kelas Kreatif bukanlah kelas pekerja di antara banyak kelas lainnya, namun sebuah
kelompok yang diyakini membawa pertumbuhan ekonomi ke negara-negara yang dapat
menarik anggotanya. Manfaat ekonomi yang diberikan oleh Kelas Kreatif mencakup
hasil ide-ide baru, industri teknologi tinggi, dan pertumbuhan regional. Meskipun Kelas
Kreatif telah ada selama berabad-abad, Amerika Serikat adalah negara besar pertama
yang memiliki Kelas Kreatif yang menangani teknologi informasi, pada tahun 1960an
dan 1970an. Pada tahun 1960an, kurang dari lima persen penduduk AS yang menjadi
bagian dari Kelas Kreatif, dan jumlah ini meningkat menjadi 26 persen. Mengingat
bahwa memiliki Kelas Kreatif yang kuat sangat penting dalam perekonomian global saat
ini, jumlah kelompok ini di Eropa kini hampir setara dengan Amerika. Kompetisi antar
kota untuk menarik anggota Kelas Kreatif telah berkembangan.
Salah satu sektor yang dapat diarahkan terkait dengan pembangunan inklusif
dan berkelanjutan adalah ekonomi kreatif. Dalam pengembangan ekonomi kreatif
dapat didorong untuk lebih. Upaya pengembangan ekonomi kreatif telah dilakukan oleh
beberapa penelitian terdahulu namun masih menghasilkan konsep dan model yang
berbeda-beda. Upaya pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan konsep
mengoptimalkan peran stakeholder yang terdiri dari tiga aktor utama (triple helix) yang
meliputi pelaku bisnis, pemerintah, dan juga akademisi (Daulay, 2018). Kemudian
penelitian lain mengungkapkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif perlu dilakukan
dengan mengoptimalkan peran quadraple helix. (Humaniora 2017).
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan memang berkontribusi
dalam pengembangan ekonomi kreatif. Namun, penelitian-penelitian terdahulu
tersebut masih berfokus pada peran stakeholder dan aspek strategi yang akan
dikembangkan dan belum memperhatikan aspek inklusif dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, perlu adanya kajian untuk melihat bagaimana perkembangan ekonomi
kreatif di Kota Semarang seperti pada kategori-kategori yang telah dijelaskan di atas.
Kemudian, perlu upaya untuk melihat bagaimana pola perkembangannya saat ini dan
bagaimana model pengembangannya. Dalam upaya mengembangkan ekonomi kreatif
yang inklusif, maka harus memperhatikan aspek keadilan, kemerataan, dan aspek
perluasan akses dan kesempatan. Sedangkan pengembangan ekonomi kreatif yang
berkelanjutan harus memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.
(Humaniora 2017).
Dalam upaya mengembangkan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan
di Kota Semarang, masih terdapat berbagai kendala. Sebagai kota perdagangan dan
industri, tentu saja ketersediaan infrastruktur dasar telah tersedia baik berupa bandara,
pelabuhan, stasiun, terminal, dan lain sebagainya. Namun, untuk mengembangkan
ekonomi kreatif tidaklah cukup jika hanya mengandalkan infrastruktur dasar tetapi juga
memerlukan infrastruktur pendukung lain seperti ruang terbuka untuk
mengembangkan kreatifitas, fasilitas pasar terintegrasi dan lainnya. Dari segi sumber
daya manusia, masih terdapat SDM yang memiliki latar belakang pendidikan yang
rendah sehingga mempengaruhi inovasi usaha mereka. Selain itu, modal juga
merupakan kendala yang dihadapi oleh para pelaku ekraf skala kecil. Mereka terkadang
masih mengalami kesulitan dalam mengakses modal untuk mengembangkan usahanya.
Pemasaran juga merupakan kendala serius yang dihadapi oleh para pelaku ekraf di Kota
Semarang. Beberapa pelaku ekraf mengaku memerlukan pelatihan dan pendampingan

4
untuk dapat beradptasi dengan perubahan pasar yang mengarah ke pasar digital.
Beberapa komponen strategis perlu dikembangkan untuk mendukung pengembangan
ekonomi kreatif. Perlu adanya peningkatan kinerja birokrasi yang mendukung
pengembangan ekraf seperti kemudahan perizinan, efisiensi dan efektifitas
penganggaran, dan lainnya. Selain komponen tata kelola dan organisasi, komponen
SDM juga menjadi aspek penting untuk mengembangkan ekraf. Pemerintah Kota
Semarang harus mengoptimalkan pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para
pelaku ekraf secara merata dan meningkatkan kolaborasi dengan stakeholder lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas produk ekraf, maka harus ada pendampingan dan
penjaminan mutu produk agar diterima dipasar.

1. 2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan ekonomi kreatif dan iklusif?
2. Bagaimana perkembangan paradgma ekonomi budaya menuju ekonomi
kreatif ?
3. Sebutkanlah apasaja konsep ekonomi kreatif?
4. Apa saja klasifikasi ekonomi kreatif?
5. Sebutkan penjelasan dari teori creative class oleh david florida?

1. 3 TUJUAN
Adapun Tujuan Masalah yang akan dibahas dalam paper sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari ekonomi kreatif dan iklusif
2. Untuk mengetahui perkembangan paradigma ekonomi budaya menuju
ekonomi kreatif
3. Untuk mengetahui konsep ekonomi kreatif
4. Untuk mengetahui klasifikasi ekonomi kreatif
5. Untuk mengetahui penjelasan dari teori creative class oleh david florida.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN EKONOMI KREATIF DAN IKLUSIF
Ekonomi kreatif merupakan proses ekonomi yang termasuk kegiatan produksi dan
distribusi barang serta jasa di dalamnya yang membutuhkan gagasan dan ide kreatif serta
kemampuan intelektual dalam membangunnya. Ekonomi kreatif merupakan gabungan dua
kata yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Ekonomi itu sendiri menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia merupakan ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan, sementara kreatif merupakan kemampuan dalam
memiliki daya cipta serta kemampuan untuk menciptakan. Dapat dikatakan bahwa ekonomi
kreatif merupakan proses perekonomian yang mengutamakan nilai kreativitas. Ekonomi
kreatif pada mulanya merupakan aliran ekonomi baru yang lahir pada awal abad ke-21. Aliran
ekonomi tersebut diketahui mengutamakan nilai intelektual dalam menciptakan uang,
menambah kesempatan kerja, serta memberikan kesejahteraan pada masyarakat Alvin Toffler
(1980) mengungkapkan dalam teorinya bahwa terdapat tiga gelombang dalam peradaban
ekonomi. Pertama, ialah pertanian. Kedua, ialah ekonomi industri, dan ketiga adalah ekonomi
informasi. Ia juga kemudian memprediksi bahwa akan ada gelombang keempat, yakni
ekonomi kreatif. Dalam konsep ekonomi kreatif, salah satu hal terbesar yang dibutuhkan
adalah kreativitas. Hal itu karena industri kreatif merupakan inti dari bidang ekonomi kreatif
yang digerakan oleh para kreator dan inovator. Sederhananya, ekonomi kreatif merupakan
bentuk pengembangan dari konsep ekonomi, namun dengan penambahan kreativitas.
Namun, kreativitas tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan produksi saja, tetapi juga
termasuk ke dalam bagaimana penggunaan bahan baku serta inovasi suatu teknologi di
dalamnya.(Dian et al. 2021)
Ekonomi kreatif merujuk pada konsep untuk merealisasikan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan dan berbasiskan kreativitas. Keberlanjutan pemanfaatan sumber daya
tidak hanya pada sumber daya yang terbarukan. Akan tetapi juga pada sumber daya yang tidak
terbatas, seperti ide, gagasan, bakat, pemikiran, talenta yang mampu menghasilkan barang
atau jasa. Mengutip Syahrul Amsari dari buku Ekonomi Kreatif definisi ekonomi kreatif adalah
sumber pertumbuhan baru ekonomi Indonesia yang diperlukan untuk mencapai target
pembangunan jangka panjang. Ketersediaan sumber daya manusia yang besar
bertransformasi menjadi orang-orang kreatif yang mampu memberikan nilai tambah pada
sumber daya alam dan budaya. Sedangkan Abu Muna Almaududi Ausat dalam buku Ekonomi
Kreatif mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai suatu cara pandang terhadap ekonomi yang
mengutamakan inovasi dan cara berpikir baru. Dengan memanfaatkan sumber daya manusia,
khususnya ide dan informasi, menjadi pendorong utama dalam kegiatan ekonomi kreatif.
(Peck 2005)
Pertumbuhan yang inklusif perlu disertai dengan pertumbuhan yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan. Pertumbuhan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan didefinisikan
sebagai strategi pertumbuhan yang memperhatikan keseimbangan lingkungan dan ekosistem
dalam jangka panjang. Strategi pertumbuhan ini tidak hanya mengejar target pertumbuhan
yang tinggi, tetapi lebih menitikberatkan pada upaya mengurangi emisi karbon, mencapai
ketahanan energi melalui pengembangan renewable energy, mengelola sumber-sumber daya
termasuk hutan, tanah dan air secara cermat untuk menghindari kerusakan lingkungan dan
menjaga ketersediaan sumber daya bagi generasi yang akan datang sekaligus menciptakan
kesempatan ekonomi dan meminimalisasi dampak sosial yang negatif. Dalam pertumbuhan

6
yang inklusif, upaya mengurangi kemiskinan merupakan tujuan utama. Untuk mencapai
tujuan ini, pertumbuhan yang inklusif tergantung dari tiga komponen penting: keberhasilan
memaksimumkan kesempatan atau peluang ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat;
ketersediaan jaringan pengaman sosial bagi seluruh lapisan masyarakat; dan keberhasilan
menjamin keadilan akses terhadap kesempatan kerja. Ketiga komponen dasar dari
pembangunan yang inklusif sangat tergantung pada aspek institusi dan tata kelola. (Goede
2009)

2.2 PERKEMBANGAN PARADIGMA EKONOMI BUDAYA MENUJU EKONOMI KREATIF


Menumbuhkembangkan ekonomi kreatif tak bisa lepas dari budaya setempat. Budaya
harus menjadi basis pengembangannya. Dalam kebudayaan lokal ada yang disebut dengan
kearifan local (local genius) yang menjadi nilai-nilai bermakna, antara lain, diterjemahkan ke
dalam bentuk fisik berupa produk kreatif daerah setempat. Revrisond Baswir, ekonom
Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa ekonomi kreatif tidak bisa dilihat dalam konteks
ekonomi saja, tetapi juga dimensi budaya. Ide-ide kreatif yang muncul adalah produk budaya.
Karenanya, strategi kebudayaan sangat menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif.
Setiap daerah/wilayah pada umumnya memiliki potensi produk yang bisa diangkat dan
dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah yang mesti menjadi intinya lalu
ditambah unsur kreativitas dengan sentuhan teknologi. Silakan saja satu daerah dan daerah
lain memiliki produk yang sejenis, namun setiap daerah mesti mempertahankan ciri
khasnya.(Prahara and Jamil 2018).
Produk kebudayaan adalah hasil karya manusia yang mencerminkan nilai-nilai budaya
suatu masyarakat. Produk kebudayaan dapat berupa benda bergerak atau tidak bergerak
yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, atau keindahan3. Contoh produk kebudayaan
adalah tarian tradisional, lagu daerah, bahasa lokal, kesenian rakyat, pakaian adat, rumah
tradisional, candi, situs sejarah, naskah kuno, kerajinan tangan, dan makanan khas.
Pelestarian produk kebudayaan adalah upaya untuk menjaga agar produk kebudayaan tidak
punah atau rusak akibat faktor alam atau manusia. Pelestarian produk kebudayaan dapat
dilakukan dengan cara-cara antara lain: Melindungi produk kebudayaan dari kerusakan fisik
atau pencurian dengan memberikan perlindungan hukum, pengawasan, perawatan,
restorasi, atau rekonstruksi. Melestarikan produk kebudayaan dari kemunduran makna atau
fungsi dengan menjaga autentisitasnya melalui penelitian, dokumentasi, inventarisasi, atau
klasifikasi.(Prahara and Jamil 2018)
Dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran yang ada, maka maysarakat dapat
melakukan pembuatan kerajinan tetapi dengan memanfaatkan seluruh benda peninggalan
para nenek morang mereka seperti memproduksi kerajinan tanpa mesin dan menggunakan
bendabenda dan arsitektur peninggalan nenek moyang, yang nantinya akan menajdi daya
Tarik pengunjung. Selanjutnya, masyarakatpun bisa membuat sebuah vidio, film fotografi,
music, seni pertunjukan dengan cara menggambarkan bagaimana alam yang dilestarikan di
daerah tersebut dan nantinya akan di ekspresikan dalam sebuah dokumentasi berbentuk
visual dan suatu pertunjukan budaya. Dengan melakukan halhal tersebut, maka akan adanya
ketertarikan para wisatawan untuk datang dan mepelajari kebudayaan yang ada. (Sutedjo
2021).

7
2.3 KONSEP EKONOMI KREATIF
Kemampuan ekonomi kreatif dalam menciptakan kemajuan dan kesejahteraan
pada berbagai negara negara yang ditunjukkan dengan kemampuannya menyerap
tenaga kerja sehingga pendapatan masyarakat bertambah yang pada akhirnya akan
mengurangi pengangguran dan secara jangka panjang akan mengurangi kemiskinan di
masyarakat, menjadikan ekonomi kreatif berperan sebagai pendorong perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Seperti yang terjadi pada negara-negara maju
misalnya di Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Cina, dan negara-negara di Eropa telah
memperoleh dan menikmati kekayaan baru yang berlipat ganda. Berbagai penemuan baru
seperti microsoft operating system, mesin pencari google dan yahoo, aplikasi perangkat
lunak (software) pada produk blackberry serta berbagai produk dari Apple ( mac, ipad,
iphone, dan ipod ) telah memberikan kontribusi yang besar dalam ekonomi Amerika.
Produk-produk tersebut telah menghasilkan pendapatan yang mengalir tanpa batas dan tanpa
henti, setiap waktu, setiap saat, setiap menit dan setiap detik.
Kosep pemberdayaan ekonomi masyarakat juga dapat dilakukan dalam ekonomi
kreatif karena penggerak kegiatan ekonomi kreatif adalah sektor industri rumahan (UMKM)
baik yang dilakukan oleh individu maupun BUM Desa cukup banyak yang telah berhasil
memberdayakan ekonomi masyarakat (Hasan, 2018). Dalam pemberdayaan masyarakat
yang mengedepankan ekonomi kreatif, perlu menggali dan mengasah potensi kreativitas dan
inovasi yang terwujud dalam penemuan-penemuan baru dalam individu masyarakat. Secara
umum ekonomi kreatif merupakan suatu konsep untuk merealisasikan pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang berkelanjutan berbasis kreativitas. Dalam pandangan ekonomi
kreatif, tidak hanya memanfaatkan sumber daya terbarukan, akan tetapi dapat lebih luas
tanpa batas yaitu berupa buah pikiran, potensi dalam diri seseorang serta kreativitas yang
melahirkan sebuah inovasi yang baru di masyarakat (Purnomo, 2016). Sehingga ekonomi
kreatif dipandang sebagai salah satu alternative yang pang tepat dalam
mengoptimalkan pemberdayaan masarakat.Indonesia memiliki potensi yang sangat besar
dalam pengembangan ekonomi kratif karena sebagai negara yang kaya akan budaya
dan berpenduduk besar dengan beragam kearifan local yang mempunyai potensi. (Dian et al.
2021).

2.4 KLASIFIKASI EKONOMI KREATIF


Pertumbuhan ekonomi kreatif diperkirakan masih akan terus bertambah sehingga
pemerintah yakin akan masa depan ekonomi kreatif dan membentuk Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) agar ekonomi kreatif bisa tumbuh dengan lebih baik.
Pemerintah telah mengeluarkan UU Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif. Hal
tersebut sejalan dengan amanat Presiden RI bahwa Indonesia sudah harus memasuki
gelombang ekonomi keempat yaitu gelombang ekonomi kreatif, di mana ekonomi kreatif
harus menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 69
Tahun 2019 tentang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengubah
Kementerian Pariwisata pada Kabinet Kerja menjadi Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dalam Kabinet Indonesia Maju 2019-2020, yang antara lain bertugas dalam
hal sosialisasi untuk berbagi informasi terkait kebijakan pemerintah dalam mendukung
ekosistem ekonomi kreatif, strategi pemerintah daerah dalam mempromosikan potensi
ekonomi kreatif, serta berbagi pengalaman pelaku ekonomi kreatif dalam merintis dan
mengembangkan usahanya. Tugas lain termasuk merumuskan, menetapkan,
mengoordinasikan, dan menyinkronkan kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan

8
game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk,
fashion, film, animasi dan video, fotografi, kriya (kerajinan tangan), kuliner, musik,
penerbitan, periklanan, seni pertunjukkan, seni rupa, serta televisi dan radio.
Berkaitan dengan era desentralisasi dan otonomi daerah, pengembangan ekonomi
kreatif diyakini mampu meningkatkan capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang merupakan indikator capaian daerah dalam suatu periode terrtentu, oleh karena itu
perlu adanya upaya peningkatan peran para aktor yang berkaitan dengan ekonomi kreatif
tersebut. Sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh Kemenparekraf, maka ada 5
(lima) aktor yang dapat berperan dalam mengembangkan ekonomi kreatif, yaitu
akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media atau lebih dikenal dengan A-B-C-
G-M (Academic, Business, Community, Government, Media). (Sutedjo 2021). Sumber daya
manusia akan berkembang menjadi sumber daya terbarukan yang tidak akan pernah habis
kapasitasnya dalam berinovatif, berkreasi, dan menghasilkan nilai tambah. Istilah “ekonomi
kreatif” mengacu pada pergerakan struktural ekonomi global dari ekonomi berbasis
sumber daya alam menjadi berbasis sumber daya manusia, dari era pertanian ke era industri
dan informasi (Bank Indonesia, 2015). Negara-negara maju mulai memahami bahwa mereka
kini harus lebih mengandalkan sumber daya manusia yang kreatif daripada hanya sektor
industri sebagai sumber kekuatan ekonomi karena kreativitas manusia bersumber dari daya
pikir yang merupakan sumber daya fundamental untuk mengembangkan inovasi dalam
menghadapi persaingan. atau meningkatnya persaingan di pasar.
2.5 TEORI CREATIF CLASS OLEH DAVID FLORIDA
Kelas kreatif juga dikenal karena penyimpangannya dari pakaian dan perilaku
tradisional di tempat kerja. Anggota kelas kreatif dapat mengatur jam kerja dan aturan
berpakaian mereka sendiri di tempat kerja, sering kali beralih ke pakaian yang lebih santai dan
kasual daripada setelan jas dan dasi bisnis. Anggota kelas yang kreatif dapat bekerja untuk diri
mereka sendiri dan mengatur jam kerja mereka sendiri, tidak lagi berpegang pada standar 9–
5. Kemandirian juga sangat dihargai di kalangan kelas kreatif dan diharapkan di tempat kerja
(Florida, 2002). Kelas Kreatif bukanlah kelas pekerja di antara banyak kelas lainnya, namun
sebuah kelompok yang diyakini membawa pertumbuhan ekonomi ke negara-negara yang
dapat menarik anggotanya. Manfaat ekonomi yang diberikan oleh Kelas Kreatif mencakup
hasil ide-ide baru, industri teknologi tinggi, dan pertumbuhan regional. Meskipun Kelas Kreatif
telah ada selama berabad-abad, Amerika Serikat adalah negara besar pertama yang memiliki
Kelas Kreatif yang menangani teknologi informasi, pada tahun 1960an dan 1970an. Pada
tahun 1960an, kurang dari lima persen penduduk AS yang menjadi bagian dari Kelas Kreatif,
dan jumlah ini meningkat menjadi 26 persen. Mengingat bahwa memiliki Kelas Kreatif yang
kuat sangat penting dalam perekonomian global saat ini, jumlah kelompok ini di Eropa kini
hampir setara dengan Amerika. Kompetisi antar kota untuk menarik anggota Kelas Kreatif
telah berkembang.
Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi ketika pentingnya
pekerja yang kreatif secara ilmiah/teknologi dan artistik diperhitungkan, namun kesimpulan
tingkat makro ini dapat ditarik tanpa teori kelas kreatif Florida, yang lebih memberikan
“penegasan hubungan kelas kontemporer. ". Sarjana lain telah mengkritik dasar definisi
Florida tentang " kreativitas " yang menurut banyak orang dipahami secara sempit dan hanya
dinilai berdasarkan potensi pertumbuhan finansial dan ekonomi . Penelitian juga
mempertanyakan argumen Florida bahwa lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi
mengikuti kelas kreatif, dan pola migrasi kelas kreatif juga mendapat tantangan. Daripada

9
memvalidasi logika kausal Florida yang menarik kelas kreatif akan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi, penelitian empiris menunjukkan bahwa daerah yang sukses menarik dan
mempertahankan sumber daya manusia.

10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan memang berkontribusi
dalam pengembangan ekonomi kreatif. Namun, penelitian-penelitian terdahulu
tersebut masih berfokus pada peran stakeholder dan aspek strategi yang akan
dikembangkan dan belum memperhatikan aspek inklusif dan berkelanjutan. Oleh
karena itu, perlu adanya kajian untuk melihat bagaimana perkembangan ekonomi
kreatif di Kota Semarang seperti pada kategori-kategori yang telah dijelaskan di atas.
Kemudian, perlu upaya untuk melihat bagaimana pola perkembangannya saat ini dan
bagaimana model pengembangannya. Dalam upaya mengembangkan ekonomi kreatif
yang inklusif, maka harus memperhatikan aspek keadilan, kemerataan, dan aspek
perluasan akses dan kesempatan. Sedangkan pengembangan ekonomi kreatif yang
berkelanjutan harus memperhatikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.
(Humaniora 2017).
Dalam upaya mengembangkan ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan
di Kota Semarang, masih terdapat berbagai kendala. Sebagai kota perdagangan dan
industri, tentu saja ketersediaan infrastruktur dasar telah tersedia baik berupa bandara,
pelabuhan, stasiun, terminal, dan lain sebagainya. Namun, untuk mengembangkan
ekonomi kreatif tidaklah cukup jika hanya mengandalkan infrastruktur dasar tetapi juga
memerlukan infrastruktur pendukung lain seperti ruang terbuka untuk
mengembangkan kreatifitas, fasilitas pasar terintegrasi dan lainnya. Dari segi sumber
daya manusia, masih terdapat SDM yang memiliki latar belakang pendidikan yang
rendah sehingga mempengaruhi inovasi usaha mereka. Selain itu, modal juga
merupakan kendala yang dihadapi oleh para pelaku ekraf skala kecil. Mereka terkadang
masih mengalami kesulitan dalam mengakses modal untuk mengembangkan usahanya.
Pemasaran juga merupakan kendala serius yang dihadapi oleh para pelaku ekraf di Kota
Semarang. Beberapa pelaku ekraf mengaku memerlukan pelatihan dan pendampingan
untuk dapat beradptasi dengan perubahan pasar yang mengarah ke pasar digital.
Beberapa komponen strategis perlu dikembangkan untuk mendukung pengembangan
ekonomi kreatif. Perlu adanya peningkatan kinerja birokrasi yang mendukung
pengembangan ekraf seperti kemudahan perizinan, efisiensi dan efektifitas
penganggaran, dan lainnya. Selain komponen tata kelola dan organisasi, komponen
SDM juga menjadi aspek penting untuk mengembangkan ekraf. Pemerintah Kota
Semarang harus mengoptimalkan pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada para
pelaku ekraf secara merata dan meningkatkan kolaborasi dengan stakeholder lainnya.
Untuk meningkatkan kualitas produk ekraf, maka harus ada pendampingan dan
penjaminan mutu produk agar diterima dipasar.

11
3.2. SARAN
Diharapkan bahwa Dalam pelaksanaan program pemberdayaan sebaiknya
masyarakat harus benar-benar memahami tentang keahlian yang masyarakat miliki agar jenis
usaha ekonomi kreatif yang dibuat masyarakat bisa tepat sasaran, serta perting nya
masyarakat untuk bisa menguasi teknologi dalam hal pemasaran produk agar produk yang
dibuat masyarakat bisa di pasarkan lebih luas dan potensi pembeli pun bisa lebih besar lagi
apabila media social bisa dijadikan sebagi tempat untuk memasarkan produk. Bentuk
pelaksanaan pemberdayaan oleh pemerintah Kecamatan Cimahi Selatan terhadap para
pelaku usaha ekonomi kreatif harus lebih ditingkatkan, agar permasalahan yang di hadapi oleh
para pelaku usaha ekonomi kreatif bisa di selaikan bersama.
Kemudian fungsi Tim Monev yang bertugas mengawasi harus lebih optimal agar
proses berjalan nya pemberdayaan bisa tetap berjalan dengan baik. Faktor pendukung pada
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam program pengembangan ekonomi kreatif
harus bisa di optimalkan sebaik mungkin, agar pada pelaksanaan bisa tetap sesuai dengan
standar prosedur yang sudah di tetapkan.Kemudian yang menjadi faktor penghambat pada
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam program pengembangan ekonomi kreatif
harus sesegara mungkin untuk cepat terselesaikan, untuk bisa menyelesaikan hal tersebut
bisa menggunakan teori-teori pemberdayaan yang sudah bany

12
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Sucihatiningsih et al. 2021. “Inklusif Dan Berkelanjutan Di Kota Semarang.” Riptek 2(2):
86–101.
Goede, Miguel. 2009. “Can Curaçao Become a Creative Economy? A Case Study.”
International Journal of Social Economics 36(1–2): 47–69.
Humaniora, L Marlinah. 2017. “Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Nasional Melalui
Pengembangan Ekonomi Kreatif.” Jurnal Cakrawala: ejournal.bsi.ac.id 17(2): 258–65.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/view/2488.
Peck, Jamie. 2005. “Struggling with the Creative Class.” International Journal of Urban and
Regional Research 29(4): 740–70.
Prahara, Rahma Sandi, and Akhmad Sobrun Jamil. 2018. “Konsep Pembelajaran Ekonomi
Berbasis Ekonomi Kreatif.” Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics
(IIJSE) 1(1): 7–18.
Sari, Anggri Puspita et al. 2020. Ekonomi Kreatif.
Sutedjo, Jessica Martha. 2021. “Fasilitas Pengembangan Ekonomi Kreatif Di Surabaya.”
eDimensi Arsitektur Petra IX(Vol 9, No 1 (2021): Februari 2021): 369–76.
http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-arsitektur/article/view/11631/10234.

13

Anda mungkin juga menyukai