Anda di halaman 1dari 26

ARTIKEL EKONOMI KREATIF

A. PENGANGGURAN MASALAH UTAMA BANGSA.


Selamat siang pace, mace dan kakak adik, sobat brilliant, kali ini
saya akan membertahukan masalah utama yang sampai sekarang belum
terselesaikan yaitu pengangguran. Tingginya tingkat pengangguran
dikalangan generasi muda. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampai
Agustus 2014. jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,24
juta orang. Jumlah tersebut bisa jadi akan semakin meningkat seiring akan
berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015.
Pasar tenaga kerja di sektor industri dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) terancam dibanjiri tenaga kerja berupah murah dari
Negara Indochina seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos.
Bila pemerintah lengah menangani problematika ini, bisa dipastikan
pengangguran berpotensi menjadi bom waktu. Meningkatnya tindakan
kriminal akhir-akhir ini, seperti pembegalan, perampokan, penjambretan
dan sejenisnya bisa jadi salah satu indikasi mulai maraknya
pengangguran.
1. Ancaman Global
Selain pengangguran, saat ini ada ancaman global yang
tidak disadari oleh banyak pihak. Yakni, terjadinya perubahan dan
pergeseran mendasar dalam pengelolaan strategi bisnis dan pasar.
Pergeseran dari era industri ke era digital. Dalam era industri yang
menjadi tumpuan keunggulan suatu negara adalah keunggulan
komparatif. Berupa ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) dan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlimpah. Sedangkan dalam
era digital yang menjadi andalan adalah keunggulan kompetitif,
yang berbasis pada teknologi informasi, di mana pondasi ekonomi
bertumpuk pada ekonomi kreatif. Sebuah tatanan ekonomi yang
ditopang tiga unsur keunggulan: budaya, seni dan teknologi.
Dua puluh tahun yang lalu, Guru Besar Sloan Management
School, Prof Lester Carl Thurow, memprediksi sangat akurat. Ada

pg. 1/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


tiga tantangan utama yang akan dihadapi pada era ekonomi kreatif,
yaitu semakin berkurangnya peran SDA dan buruh; semakin
berkurangnya peran kejayaan masa lalu suatu bangsa dalam
pertumbuhan bangsa serta semakin meningkatnya peran
kreativitas dan daya inovasi manusia, sebagai unsur pokok dalam
menentukan keunggulan dan keberhasilan pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa.
2. Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif sedang menjadi tren pembicaraan di mana-
mana. Istilah ini mencuat dan populer, seiring dengan gencarnya
pemerintah menggalakkan kewirausahaan. Apa itu ekonomi kreatif?
Dan, apa hubungannya dengan kewirausahaan? Secara
sederhana, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai kumpulan
aktivitas ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based
economic activities) yang secara intensif menggunakan kreativitas
dan inovasi sebagai input utama, untuk menghasilkan berbagai
produk dan jasa yang bernilai tambah.
Ekonomi kreatif di Indonesia bertumpuk pada 14 subsektor
industri. Diantaranya adalah periklanan, desain, arsitektur, pasar
seni dan barang antik, kerajinan, fesyen, film, video, fotografi,
permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
layanan komputer dan perangkat lunak, televisi dan radio, serta
riset dan pengembangan. Perkembangan terbaru, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berniat memasukkan kuliner dalam
katagori ekonomi kreatif.
Pelaku usaha yang bergerak dalam dibidang ekonomi
kreatif, disebut creativepreneur. Peran mereka sangat besar dalam
ikut serta menumbuhkan dan menggerakan perekonomian
nasional. Menurut data Departemen Perdagangan hingga saat
ini,industri kreatif telah menyumbang Rp 104,4 trilliun, atau rata-rata
4,75 persen terhadap PDB nasional. Jumlah ini melebihi

pg. 2/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang
memberikan kontribusi paling besar nasional adalah fesyen 30
persen, kerajinan 23 persen, dan periklanan 18 persen.
Di samping mampu memberikan kontribusi positif terhadap
perekonomian nasional, ekonomi kreatif menjadi solusi efektif
dalam mengatasi pengangguran di Indonesia. Menurut penulis
buku Spiritual Creativepreneur, M Arief Budiman, ekonomi kreatif
yang sedang berjalan saat ini mampu menyerap 4,4 juta tenaga
kerja dengan tingkat pertumbuhan 17,6 persen. Melebihi tingkat
pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya sebesar 7 persen.
Sungguh dasyat dan luar biasa.
3. Kendala Pengembangan
Di Negara maju di dunia, ekonomi kreatif, berkembang pesat
dan cepat, karena mendapat apresiasi sangat tinggi, dari
pemerintah maupun masyarakat. Selain itu, masyarakat di negara
maju sangat menghargai perbedaan dan perlindungan hak cipta
dari suatu karya sehinggga mendorong tumbuhnya kreativitas.
Negara maju juga mempunyai kepedulian tinggi dari sisi
pendanaan. Pelaku usaha kreatif di negara maju sangat mudah
mendapatkan dana untuk mengembangkan usahanya. Di Amerika
Serikat banyak perusahaan pendanaan yang justru mencari usaha-
usaha kreatif yang mempunyai prospek bagus di masa depan untuk
didanai.
Umumnya di negara maju, bidang usaha kreatif yang
menjadi produk unggulan yaitu teknologi informasi dan komunikasi,
pengembangan teknologi energi dan teknologi dibidang kesehatan.
Sedangkan, pengembangan ekonomi kreatif di negara
berkembang, seperti di Indonesia belum digarap optimal. Berlimpah
SDA dan budaya, namun, pengelolaan belum maksimal. Dalam
kancah perekonomian global, negara berkembang hanya berperan
sebagai penyedia bahan baku negara maju. Di negara maju bahan

pg. 3/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


baku tersebut diolah lalu dijual kembali ke negara berkembang
dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Faktor lain dalam pengembangan ekonomi kreatif di
Indonesia adalah belum terciptanya budaya kreatif di masyarakat
dan masih rendahnya penghargaan atas ide dan hak cipta. Kita
sering mendengar, di dunia internasional, Indonesia mendapat
predikat “ surganya produk bajakan.“ Hal inilah yang menjadi salah
satu pemicu pengembangan ekonomi kreatif menjadi lamban.
4. Solusi Pengembangan
Ada tiga langkah penting yang dilakukan pemerintah untuk
mengakselerasi pengembangan SDM kreatif. Pertama,
meningkatkan kapasitas pengetahuan masyarakat melalui berbagai
program pendidikan dan pelatihan serta perluasan aksesibilitas
pada berbagai program pendidikan dan pelatihan. Kedua,
membangun dan memperbaiki jalinan koordinasi antara
kelembagaan produksi pengetahuan (dalam hal ini perguruan
tinggi) dan kelembagaan pengguna pengetahuan (khususnya
industri), sehingga terbina kerjasama yang intensif dalam
mengakselerasi pengembangan daya kreativitas dan inovasi.
Ketiga, membangun dan membenahi aspek kelembagaan, dengan
memberikan kemudahan akses bagi para pencipta dan penemu
untuk memperoleh perlindungan terhadap hak cipta.
Di samping itu, ada langkah penting yang sering terlupakan,
yaitu merombak total sistem pendidikan nasional, mulai tingkat SD
sampai perguruan tinggi. Pendidikan saat ini telah menciptakan
dehumanisasi. Tidak dimungkiri anak-anak kita memang pandai
dan cerdas secara intelektual, namun pola berpikirnya mekanik
seperti robot. Otak kiri hebat, tapi otak kanan tidak tumbuh optimal.
Daya juang, kemandirian dan kreativitas mereka rendah.
saya berkeyakinan bila sistem pendidikan nasional berada
pada track yang benar, maka akan menghasilkan insan-insan

pg. 4/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


mandiri yang cerdas dan berbudi luhur. Mampu menumbuh
kembangkan potensi diri dan kreativitas, yang akan melahirkan
wirausahawan-wirausahawan baru yang andal dan profesional.
Menghantarkan Indonesia menjadi negara yang bermartabat dan
terhormat di mata dunia.

B. MENGEMBANGKAN EKONOMI KREATIF


Dunia sedang berduka. Resesi telah merambah ke mana-
mana. Krisis finansial global yang dipicu oleh bangkrutnya sejumlah
raksasa keuangan Amerika Serikat (AS) benar-benar telah membawa
efek domino yang luar biasa bagi negara-negara di kawasan emerging
market, termasuk Indonesia. Saham-saham di hampir seluruh belahan
dunia anjlok tajam. Bahkan, indeks harga saham gabungan (IHSG)
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan paling buruk ketiga
di dunia akhir tahun lalu. Sejumlah negara maju yang selama ini
menjadi tujuan ekspor bagi Indonesia jatuh dalam kubangan resesi
ekonomi. Bagi Indonesia, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK)
akan terus membayangi selama tahun 2009, khususnya pada industri
berbasis ekspor. Lalu, apa yang mesti dikerjakan? Dengan cara
seperti apa kita bisa bertahan? Krisis memang telah memukul sendi-
sendi kehidupan masyarakat. Yang paling terkena dampaknya, tentu
saja masyarakat miskin yang sejauh ini tidak memiliki akses memadai,
baik dari segi pendidikan, kesehatan, maupun akses ekonomi. Jumlah
mereka yang miskin masih 34,96 juta jiwa, atau 15,42% dari total
jumlah penduduk Indonesia. Selain itu, jumlah pengangguran juga
relatif masih besar, yakni 9,4 juta jiwa. Jumlah itu setara dengan
8,46% dari total angkatan kerja di Indonesia (data BPS Februari
2008).
Sebagian besar mereka menempati wilayah tertinggal di
Republik ini. Mereka merupakan bagian dari 199 kabupaten daerah
tertinggal di Indonesia. Secara kuantitatif jumlah daerah tertinggal

pg. 5/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


tersebut setara dengan 44% dari total 457 kabupaten/kota di
Indonesia. Karena ketidakberdayaan itulah, secara ekonomi peranan
daerah tertinggal terhadap ekonomi nasional menjadi sangat kecil.
Padahal, potensi di daerah tertinggal akan mendatangkan stimulus
bagi ekonomi nasional jika digarap secara cermat. Mayoritas mereka
tinggal dan menetap di desa. Mereka miskin bukannya karena malas,
melainkan menjadi tidak berdaya karena akses mereka yang terbatas
dan sengaja dibatasi pada era pembangunan sentralistik di masa
lampau.
Dengan permasalahan yang kompleks seperti itu, ditambah
dengan ancaman imbas krisis finansial yang sudah kian kentara di
depan mata, upaya terpadu, terencana, dan berkesinambungan,
dibutuhkan untuk pemberdayaan masyarakat. Program itu harus
mampu merangsang dan menumbuhkan kreativitas masyarakat
miskin, khususnya di perdesaan. Ekonomi kreatif akan muncul jika
proses-proses pelibatan masyarakat dibuka seluas-luasnya.
Karena itu, perlu program yang memungkinkan wilayah
ekonomi kreatif, yang selama ini lebih banyak berkembang di
perkotaan, bisa kian beranak pinak di perdesaan. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), industri ekonomi kreatif terdiri dari 15
kategori. Yakni fesyen, kerajinan, periklanan, arsitektur, desain, pasar
seni, film dan video, musik, software, hiburan interaktif, seni
pertunjukan, penerbitan, dan jasa komputer. Sumbangan industri
ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia memang
masih kecil, tapi terus meningkat sepanjang tahun.
Tahun lalu, kontribusi industri ekonomi kreatif diperkirakan
mencapai 4,75% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Paling tidak, ada 3 subkategori ekonomi kreatif yang kontribusinya
paling besar, yakni fesyen 30%, kerajinan 23%, dan periklanan 18%.
Industri kreatif juga telah menyerap 3,7 juta tenaga kerja atau 4,7%

pg. 6/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


lapangan kerja di Indonesia, dan telah memberikan kontribusi ekspor
sekitar 7%.
Penguasaan di bidang informasi, pengetahuan, dan kreativitas,
tengah menjadi titik sentral dalam perkembangan budaya secara
global. Hal ini setidaknya juga ikut mengarahkan perkembangan di
bidang teknologi dan bisnis yang memanfaatkan kreativitas manusia
sebagai ujung tombaknya. Sejak pertengahan 1990-an,
perkembangan di bidang informasi, pengetahuan, dan kreativitas, juga
ikut memicu lahirnya wacana mengenai industri kreatif yang saat ini
telah menjadi fenomena global. Selain di negara maju, perkembangan
industri kreatif setidaknya juga tumbuh secara pesat di beberapa
negara berkembang semisal China, India, Brasil, Argentina, Meksiko,
dan bahkan Burkina Faso yang terletak di daratan Afrika. Di beberapa
negara ini, sektor ekonomi kreatif memberikan sumbangan GNP
sebesar 3%.
Di Inggris dan Belanda, sektor ekonomi kreatif tercatat
memberikan kontribusi bagi penciptaan lapangan kerja baru sampai
sebesar 30%. Tidak mengherankan kalau pemerintah di tiap-tiap
negara menggenjot perkembangan sektor ekonomi kreatif dengan
mendorong berbagai inisiatif masyarakat sipil untuk meningkatkan
kemampuan di bidang kreativitas dengan menciptakan berbagai
kebijakan publik yang mengambil fokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan perkembangan teknologi.
Selain itu, di banyak negara maju, pemerintah setempat kerap
menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai elemen masyarakat
sipil agar dapat mendorong penguasaan di bidang informasi dan
pengetahuan secara luas. Untuk itu, diciptakanlah berbagai kebijakan
dan insentif yang dapat memicu pertumbuhan di bidang sektor kreatif
dengan melibatkan pemerintah, lembaga keuangan, institusi
pendidikan formal, dan berbagai kelompok independen yang menjadi
tulang punggung bagi perkembangan ekonomi kreatif.

pg. 7/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Di Indonesia, perkembangan sektor ekonomi kreatif baru
berkembang pesat di beberapa kota besar. Melalui inisiatif komunitas
anak muda di beberapa kota semisal Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta, berbagai benih yang memicu pertumbuhan ekonomi
kreatif di tingkat lokal telah mampu melahirkan karya film, animasi,
fesyen, musik, software, game komputer, kerajinan, dan lain-lain.
Beberapa di antara pelaku ekonomi kreatif ini malah telah
mendapatkan kesempatan untuk menampilkan karya mereka di ajang
internasional dan diterima dengan tangan terbuka.
Pemerintah sendiri akhir-akhir ini terlihat getol menyuarakan
pentingnya mengembangkan sektor ekonomi kreatif sebagai salah
satu upaya untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dalam Pekan Produk Budaya Indonesia, Presiden Yudhoyono sempat
menyatakan kalau ekonomi kreatif merupakan modal utama
pembangunan ekonomi di gelombang empat peradaban. Hal ini tentu
saja dapat kita artikan sebagai angin segar. Tindak lanjut dari ajakan
Kepala Negara itu ialah menumbuhkembangkan partisipasi,
pembukaan akses seluas-luasnya hingga ke desa, serta permodalan
bergulir yang tepat sasaran. Desa, sebagai wilayah penyangga
ekonomi di Republik ini, perlahan tapi pasti telah memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan ekonomi kreatif itu melalui
pemberdayaan nasional.
Dengan total dana APBN 2010, terbuka seluas-luasnya
pengembangan ekonomi kreatif itu hingga ke pelosok desa. Apalagi,
dalam sejarah, desa telah memiliki modal berharga bagi tumbuhnya
ekonomi kreatif. Di Kotawaringin Barat (Kobar) pada khususnya dan di
Kalimantan Tengah pada umumnya, modal untuk mengembangkan
ekonomi kreatif sangatlah besar. Kobar sebagai penyangga utama
perekonomian di Kalimantan Tengah memiliki potensi ekonomi kreatif
karena Kobar menjadi wilayah pertemuan berbagai etnik, baik
Kalimantan maupun Jawa, yang memiliki hasil seni dan kerajinan

pg. 8/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


kreatif yang belum sepenuhnya digali. Di Kobar ada etnik Banjar,
Dayak, dan Jawa, yang bisa mengusung potensi kreatif itu bila
disinergikan secara baik.
Ada batik dengan corak Dayak, Banjar. Juga beragam jenis
senjata serta kerajinan tangan lainnya yang bila dibina secara serius
dan berkelanjutan akan menghasilkan nilai tambah ekonomi yang
tidak sedikit. Hal itu ditambah dengan kenyataan bahwa Kobar yang
menjadi salah satu akses menuju Taman Nasional Tanjung Puting
(wilayah yang sudah mendunia), dapat mudah memasarkan dan
memassalkan produk-produk kerajinan kreatif bernuansa etnik
tersebut. Mereka, para perajin lokal, akan dapat tumbuh di Kobar
karena akses modal akan mudah didapat dengan adanya lembaga
keuangan, yakni bank perkreditan rakyat (BPR), yang telah
diupayakan pemerintah kabupaten.
Dengan sinergi tersebut, proses ekonomi kreatif bisa
ditumbuhkembangkan dan bisa menjadi benteng masyarakat dari
hantaman krisis yang daya rusaknya sangat hebat. Karena itu, tidak
ada kata terlambat untuk segara membenahi dan mulai 'menyentuh'
lahan ekonomi kreatif ini.

C. PENTINGNYA SEBUAH KREATIFITAS

Wilayah Indonesia terbilang strategis hal tersebut terlihat dari


penempatan Indonesia yang tepat berada diantara dua buah benua
sekaligus dan dua samudera, selain itu kekayaan lautan yang
melimpah membuat Indonesia menjadi nadi dari perdagangan
internasional namun melirik kembali bagaimana keadaan negara
sekarang yang tak hentinya dirundung masalah, sebut saja beberapa
masalah seperti korupsi, konflik etnis, dan kesejahtraan yang tidak
merata, membuat Indonesia harus “was-was” menghadapi komunitas
Asia yang semakin dekat. Banyaknya masalah Indonesia sekarang
dan Arus global yang sudah tak berbatas lagi membuat Indonesia

pg. 9/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


haruslah secepatnya membenahi diri dengan skala yang besar seperti
yang dikatakan oleh Presiden RI Joko Widodo, “Revolusi Mental”
namun pertanyaanya kemudian haruslah dengan cara bagaimana?
1. Kreatifitas Mempengaruhi Peningkatan Ekonomi
Indonesia merupakan Negara yang kaya namun
kekayaan Negara ini ternyata berbanding terbalik dengan
pertumbuhan ekonominya. Noke Kiroyan wakil ketua umum
kadin bidang koordinasi dan asosiasi di liputan6.com pada 11
sepetember 2014 tahun lalu, mengungkapkan pernyataannya
bahwa perekonomian Indonesia tiap tahunnya mengalami
penuruanan, pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia
berada pada angka 6.5 persen, pada tahun 2012 pertumbuhan
ekonomi Indonesia turun pada angka 6.2 persen, pada tahun
2013 kembali turun ke angka 5.8 persen, pada tahun 2014
pertumbuhan ekonomi diperkirakan turun pada angka 5.1
persen sampai 5.5 persen. Noke menambahkan neraca
perdagangan Indonesia juga terus mengalami devisit di US$
1,66 miliar, pada 2013 tercatat US$ 4,06 miliar sementara pada
Januari sampai Juni 2014, total defisit neraca perdagangan di
level US$ 1,15 miliar.
Banyak solusi yang telah ditelurkan oleh pemerintah
namun tidak memberikan efek yang signifikan sehingga
mengundang Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Anton
Hendranata untuk menekankan pertumbuhan ekonomi dapat
tercapai jika saja pendidikan di Indonesia terkelola dengan baik
pemerintah Indonesia, harus memanfaatkan bonus demografi
sebaik mungkin. "Jika tidak memperkuat bidang pendidikan,
sumber daya manusia kita tidak siap di dunia kerja, maka ini
akan menjadi masalah," tegas beliau pada liputan6.com.
Pendidikan akan menjadi jalan yang baik untuk
meningkatkan perekonomian negeri ini namun bukan hanya

pg. 10/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


sekedar pendidikan yang malah membuat orang menjadi robot
saja namun mendidik manusia menjadi selayaknya manusia
yaitu mendidik “Kreatif”. Pada buku leassons from the top yang
dikarang oleh Thomas neff dan james cirtin, Michael Eisner
yang merupakan pimpinan dan CEO Walt Disney Company
menekankan bahwa menjadi kreatif sangatlah penting “Kalau
yang menjalankan perusahaan adalah seorang yang kreatif,
saya yakin bahwa anda akan melihat sebuah produk yang
bagus”. Indonesia membutuhkan kader yang kreatif, bayangkan
jika ada banyak pemuda dinegeri ini melahirkan produk/jasa
yang kreatif maka sangatlah mungkin perekonomian Indonsia
akan melejit ke angka yang menakjubkan.
2. Kreatifitas Membangkitkan Motivasi
Menurut Prof.Dr. Bimo Walgito dalam bukunya Psikologi
umum mendefenisikan motivasi merupakan keadaan dalam
diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah
tujuan. Prof.Dr. Bimo Walgito melanjutkan motivasi mempunyai
tiga aspek yaitu a) keadaan terdorong diri organisme, yaitu
kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan
jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadan
mental seperti berpikir dan ingatan, b) perilaku yang timbul dan
terarah karena keadaan, c) goal atau tujuan yang dituju perilaku
tersebut. Menurut defenisi Arthur S. Reber & Emily S. Reber
kreatifitas merupakan sebuah idea atau konsep yang lahir dari
berpikir dan berpikir menurut Prof.Dr. Bimo Walgito bisa
menjadi alasan individu untuk termotifasi sehingga ada
hubungan yang nyata antara kreatifitas dan motivasi. Prof.Dr.
Bimo Walgito menggambarkan motivasi menjadi sebuah siklus
yang saling terhubung, seperti pada gambar dibawah:

Driving State

Goal Instrumental behavior

pg. 11/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Pada tahap pertama dinamakan dinamakan driving
state yaitu pendorong, drive ini timbul karena organisme
merasa ada kekurangan dalam kebutuhan. Kreatifitas sangat
mungkin menjadi driving state alasan seseorang termotivasi.
Setelah itu ada namanya instrumental behavior adalah bentuk
perilaku seseorang setelah mendapatkan motivasi, perilaku
yang menuntun seseorang untuk mengarah ke goal.
Setelah goal tercapai maka individu akan kembali lagi untuk
mendapatkan driving state.
3. Kreatifitas Meningkatkan Literasi
Menurut Risa Agustin pada bukunya kamus ilmiah
popular mengartikan literasi sebagai perilaku membaca dan
menulis. Literasi merupakan sebuah perilaku, prilaku dapat
terbentuk jika ada dorongan. Menurut Dr. Kartini Kartono dalam
bukunya Psikologi umum menekankan dorongan adalah
desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
hidup, dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan
hidup. Kreatifitas dapat menjadi dorongan yang membuat
individu melakukan sebuah perilaku yaitu literasi.
Perilaku yang hanya dilakukan satu atau dua kali masih
bisa dikatakan belum efektif dalam merubah individu, perilaku
tersebut haruslah menjadi kebiasaan yang membuat individu
selalu melakukan proses literasi. Risa Agustin mendefenisikan
kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung
unsur efektif perasaan. Literasi sebaiknya menjadi kebiasaan di
Indonesia agar tingkah laku tersebut dapat mendorong
masyarakat untuk lebih maju dalam segala bidang.

pg. 12/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Membentuk Kebiasaan literasi dimasyarakat menurut
Trini Haryanti penggiant literasi pada yayasan pengembangan
perpustakaan Indonesia (YPPI) mengatakan pemerintah
sebaiknya melakukan a) Pendekatan akses fasilitas baca, b)
Kemudahan akses mendapatkan buku bacaan, c) Murah/gratis,
c) Menyenangkan dengan segala keramahan dan d)
berkelanjutan. Dengan melaksanakan kelima hal tersebut dapat
menjadi langkah terbentuknya budaya literasi yang kuat pada
lingkungan masyarakat. Trini Haryanti melanjutkan pendekatan
pemerintah kepada masyarakat secara bertahap yaitu a)
Sosialisasi, penyampaian niat dan kegiatan yang disediakan
buat masyarakat, cara akses buku, aturan dan kebijakan yang
menyertai, dan semua yang dapat dimanfaatkan masyarakat, b)
Partisipasi, keterlibatan masyarakat secara aktif pada setiap
kegiatan, 3) kebersamaan, menjalin keakraban untuk menjaga
komunitas literasi.
4. Mengembangkan Kreatifitas Di Pendidikan
Eko laksono dalam bukunya Emperium III mengutip
sebuah pribahasa “Et Ipsa Scientia Est”, pengetahuan adalah
kekuatan, tidak salah jika banyak negara di dunia ini berlomba-
lomba untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tidak
terkecuali negara yang ada di Asia. Malaysia yang menjadi
negara tetangga yang tergabung pula di Asia ini juga sedang
gembor-gembornya mengembangkan pengetahuan bahkan
Mahathir Mohammad mantan perdana mentri malasysia
di politik.rmol.co menegaskan bahwa tingkat buta huruf
masyarakat Malaysia mencapai nilai 0 persen dan kebanyakan
warga Malaysia memiliki kemampuan di atas rata-rata di bidang
pengetahuan alam, teknik dan matematika.
Mengupayakan pendidikan yang memanusiakan
manusia adalah tolak menjadi negara yang maju di asia, namun

pg. 13/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


bukan mendidik yang sekedar mendidik dengan tidak
mengembangkan ke khususan individu karena untuk mendidik
bukan hanya sampai pada mengetahui namun pada kreatif
seperti yang di ungkapkan oleh Albert Einstein “Imagination is
more important than knowledge because knowledge is limited,
whereas imagination embraces tahe entire word, stimulating
progress, giving birt to evolution” Pengetahuan akan membuat
manusia maju, tetapi imajinasilah yang mendorong kreativitas
unggul yang akan menghasilkan lompatan-lompatan besar
peradaban. Sehingga siapapun negara yang berhasil
mengembangkan kreatifitas dengan jalan pendidikan maka
akan menjadi negara yang maju dalam peradaban.
Pengembangan pendidikan terutama literasi akan
memicu banyak generasi untuk berpikir secara kreatif, berpikir
secara kreatif akan memicu perilaku inovasi yang akan
menciptakan produk, jasa atau bahkan pemerintahan yang
berefek positif pada negara. Sehingga Literasi, Kreatif dan
inovasi menjadi pilar yang kokoh dalam menentukan negara
yang mana akan dominan di Asia.

pg. 14/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


D. PERTUMBUHAN EKONOMI
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator kinerja
makro yang sangat populer, dan dalam hitungannya merupakan
derivasi dari PDB (produk domestik bruto) atau GDP (gross domestic
product). Popularitasnya disebabkan banyaknya kaitan penggunaan
indikator tersebut dengan kegunaan praktis dalam perencanaan dan
evaluasi pembangunan. Sering kita baca/dengar berita dari media
tentang tingkat defisit anggaran, pendapatan per kapita, investasi,
maupun kontribusi ekonomi sektoral, yang semuanya dikaitkan
dengan besaran PDB.
Di tengah meluasnya penggunaan indikator tersebut, masih
sering terjadi salah tafsir sehingga masyarakat seolah dihadapkan
kepada anomali, dan secara ekonomi merugikan. Ada pendapat,
apabila pertumbuhan ekonomi tinggi, secara otomatis seluruh
masyarakat akan tambah sejahtera serta kemiskinan dan
pengangguran berkurang. Benarkah analisis tersebut? Mungkin benar,
tetapi tidak sepenuhnya, atau bahkan mungkin sebaliknya.
Sesuatu yang sering dibanggakan banyak pihak adalah bahwa
di tengah krisis ekonomi dunia, ekonomi Indonesia masih tumbuh
4,5% (2008 sebesar 6%). Dengan tingkat pertumbuhan penduduk
sebesar 1,34%, jelas ekonomi per kapita rata-rata masih tumbuh di
atas 3%. Namun, kesimpulan akan lain apabila dimasukkan variabel
pemerataan, dan di sinilah masalah muncul sehingga analisis yang
berbasis pertumbuhan tanpa mengacu kepada pengertian konsep dan
definisi serta tata cara penghitungannya sering membuat kesimpulan
menjadi bias. Kalau hanya sebagai kajian akademis masih 'baik-baik
saja'. Celakanya apabila digunakan untuk kebijakan ekonomi, bisa
menjerumuskan dan merugikan.

pg. 15/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Secara konseptual, setiap aktivitas ekonomi akan
menghasilkan nilai tambah (value added)-–nilai yang ditambahkan
atas nilai bahan baku/input antara--yang merupakan balas jasa faktor
produksi--tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan.
Penjumlahan value added di suatu wilayah teritorial (Indonesia) dan
dalam selang waktu tertentu (triwulan, setahun) menghasilkan PDB
wilayah tersebut.
Dengan demikian, penguasaan faktor produksi menentukan
kepemilikan nilai tambah. Selanjutnya, pertambahan riil PDB dalam
triwulan/setahun dinamakan pertumbuhan ekonomi triwulan/tahun
bersangkutan. Kata riil mengacu kepada PDB yang telah 'dihilangkan'
inflasinya sehingga pertumbuhan ekonomi sudah 'bersih' dari
pengaruh perubahan harga dan merupakan pertumbuhan jumlah
'kuantitas' produk.
Benarkan pertumbuhan yang terjadi telah menyejahterakan
masyarakat? Masalah penguasaan faktor produksi dan besaran
kontribusi sektoral menjadi faktor nyata 'melesetnya' interpretasi yang
merugikan masyarakat, dan berikut ini diberikan uraian anomali akibat
salah interpretasi. Pertama, produksi pertambangan di Indonesia
dengan kondisi faktor produksi tenaga kerja berpendapatan rendah,
umumnya pelakunya adalah masyarakat Indonesia. Tenaga ahli, yang
umumnya pendapatannya jauh lebih tinggi, adalah ekspatriat. Data
sebuah perusahaan tambang menunjukkan bahwa jumlah uang untuk
membayar tenaga ekspatriat berbanding terbalik dengan jumlah
tenaga kerjanya. Jumlah ekspatriat sedikit total nilai gaji dan
tunjangannya besar.

pg. 16/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Walaupun tanahnya milik Indonesia, dalam penggunaannya
dikuasai asing. Demikian juga modalnya dari mereka sehingga
walaupun dicatat di Indonesia, PDB-nya lebih dinikmati mereka. Nilai
tambah yang tercipta dan merupakan hak pekerja hanya bagian kecil,
sebaliknya sebagian (besar) lainnya adalah milik penguasa faktor
produksi. Pemerintah mendapat pajak dari aktivitas ekonomi ini, yang
jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan milik asing. Dengan
analogi itu, apabila pertumbuhan ekonomi terjadi karenanya, yang
'lebih tumbuh' adalah mereka. Bagaimana kalau banyak bisnis
pertambangan semacam itu? Mungkin nantinya sumber daya habis,
ternyata yang lebih menikmati adalah asing.
Kedua, untuk perusahaan jasa, misalkan perbankan, mungkin
lebih parah. Mereka melayani aktivitas ekonomi Indonesia, dan semua
transaksi keuangan dalam perekonomian hampir pasti akan dikelola
sektor tersebut. Kendatipun lokasi bisnis di Indonesia, dan kinerjanya
dicatat dalam PDB negeri ini, karena sebagian besar faktor
produksinya dimiliki dan dikuasai asing, nilai tambahnya sebagian
besar juga milik asing. Karena usaha jasa saat ini sarat dengan ICT
(information-communication technology), hanya sedikit tenaga kerja
yang diserap. Bisnis jasa bukan hanya perbankan. Peran asing sudah
mendominasi.

pg. 17/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Ketiga, usaha besar jumlahnya sedikit, sebaliknya usaha kecil
jumlahnya banyak. Usaha besar sering merupakan afiliasi asing yang
operasionalisasinya sangat efisien, sedangkan usaha kecil masih
menjadi perbincangan untuk didorong maju. Ritel modern yang
berjaringan luas, efisien, dan diizinkan masuk ke daerah kecil
didampingkan dengan ritel tradisional yang sering berpenampilan
kumuh dan kurang menarik pengunjung. Karuan saja, yang besar
tumbuh besar dan yang kecil semakin kecil dan mungkin mati. Ritel
besar berkontribusi besar ke PDB, sedangkan ritel kecil, kendatipun
jumlahnya 'sangat banyak' kontribusinya kecil. Dengan demikian,
apabila sektor perdagangan tumbuh, secara matematis lebih
menggambarkan pertumbuhan yang besar. Ada media
menggambarkan keterjepitan pasar tradisional.
Keempat, produk air kemasan merek terkenal sudah menjadi
milik perusahaan multinasional, yang tentu saja ada bagian (besar)
faktor produksi yang dikuasai mereka. Padahal, teknologinya sudah
tidak asing bagi masyarakat dalam negeri.
Kelima, bisnis kuliner yang berbentuk waralaba memang
sebagian besar faktor produksinya dimiliki dan dikuasai bangsa
Indonesia. PDB yang tercipta lebih banyak menguntungkan Indonesia.
Namun, bukan berarti secara 'bersih' dinikmati
Indonesia. Fee waralaba asing akan mengalir 'ke luar', dan
terkategorikan sebagai 'kebocoran' ekonomi Indonesia.
Dengan uraian anomali pertumbuhan ekonomi tersebut,
jelaslah bahwa pertumbuhan ekonomi semacam itu bukanlah sesuatu
yang harus dibanggakan. Gambaran tersebut lebih menunjukkan
pertumbuhan yang tidak berkualitas. Bahkan kebijakan yang
didasarkan pertumbuhan ekonomi seperti itu sangat mungkin
merugikan, dan sasaran yang dibidik tidak tercapai. Pengambil
kebijakan publik dapat terjebak dalam misinterpretasi, dan pro-
growth menjadi tidak pro-jobdan pro-poor.

pg. 18/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


E. GAMES, SEBAGAI INDUSTRI PENUNJANG PENDAPATAN
NEGARA
Sebagai sebuah negara berkembang, banyak sekali hal di
negara kita tercinta ini yang tertinggal jauh dibandingkan dengan
negara-negara lainnya. Di antara berbagai ketertinggalan tersebut,
salah satu yang paling terasa mungkin adalah ketertinggalan di bidang
teknologi, terutama teknologi di bidang media dan penyampaian
informasi.
Saat saya membahas tentang ketertinggalan teknologi,
mungkin saja sebagian dari kamu langsung berpikir tentang kalahnya
kecepatan internet di Indonesia dengan di negara seperti Korea atau
Jepang. Tapi perlu diingat, ketinggalan di bidang teknologi bisa
memiliki makna yang jauh lebih luas. Salah satunya adalah seberapa
besar teknologi mempengaruhi kehidupan sosial dan politik
masyarakat.
Sebenarnya hal seperti ini bisa dilihat dari berbagai sudut
pandang. Contohnya seperti bagaimana cara masyarakat menanggapi
teknologi bisa berhubungan dengan banyaknya situs yang diblokir di
Indonesia. Tapi untuk artikel ini, saya hanya akan membahas
tentang video game. Tentang bagaimana tanggapan masyarakat
Indonesia ke video game bukan hanya sebagai media hiburan dari
sudut pandang konsumen, tapi juga dilihat dari sudut pandang
produksi game dalam negeri dan juga dari sudut pandang
media game di Indonesia.
Tidak mengherankan memang jika industri game masih sangat
asing di mata penduduk Indonesia. Mayoritas warga negara ini hanya
tahu video game sebagai media hiburan semata, tanpa memikirkan
sama sekali tentang proses di balik pembuatannya. Bahkan terkadang
masih banyak mindset dari penduduk kita bahwa video gameadalah
hiburan untuk anak kecil. Ketidakpahaman ini jelas saja memiliki
banyak dampak negatif, salah satu yang paling parah adalah jika

pg. 19/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


orang tua salah membelikan anak mereka game untuk dimainkan. Itu
kalau dilihat dari sudut pandang konsumen, bagaimana jika dilihat dari
sudut pandang produsen? Sebagai seseorang yang pernah bekerja di
perusahaangame ternama, jujur saja saya cukup kagum dengan
kepolosan rakyat terhadap industri game. Tidak jarang jika saya
mengobrol dengan orang yang saya temui di tempat umum, mereka
akan mengira saya bekerja di warnet karena nama kantor saya
memiliki embel-embel “game“. Bahkan setelah saya menjelaskan
bahwa kantor saya adalah game developer, tidak jarang orang
kebingungan dengan pekerjaan saya.
Selain salah duga sebagai pengurus warnet, ada kesalahan
lain yang paling umum terjadi dan bisa dibilang paling menyebalkan.
Saat ditanya oleh kerabat tentang pekerjaan saya, dan saya
menjawab bahwa pekerjaan saya adalah membuat game, kontan
kalimat jawaban paling sering saya dengar adalah “wah enak dong ya
kerjanya main game terus“. Percayalah, itu semua tidak benar.
Banyak dari developer game memang selalu
memainkan game, tapi game yang mereka mainkan
adalah game yang sama terus-menerus dalam keadaan belum
selesai, tidak seperti kegiatan bermain gameuntuk rekreasi.
Padahal kalau kita melihat industri kreatif lainnya yang sudah
eksis sejak lama seperti komik atau film, tanggapan dari masyarakat
umum biasanya lebih masuk akal. Saya rasa para komikus tidak
selalu mendapatkan tanggapan “wah enak dong baca komik terus”
ketika menjelaskan tentang profesinya, begitu juga pembuat film yang
tidak mendapatkan respons “wah enak dong nonton film terus“.
Memang kedua profesi tersebut pastinya memiliki pertanyaan-
pertanyaan atau tanggapan konyol lain tersendiri dari orang di luar
industri kreatif, tapi setidaknya tingkat keabsurdannya tidak separah
media baru seperti video game.

pg. 20/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Kurangnya pemahaman akan industri game ini tentunya tidak
hanya berdampak di hal-hal minor seperti pembicaraan kasual di
tempat umum atau di acara keluarga, tapi bisa juga berdampak ke hal
besar yang akan merugikan oknum-oknum tertentu. Contohnya bisa
dilihat seperti kejadian yang baru-baru ini dialami kantor Gameloft
Indonesia yang diperiksa karena ketidakpahaman warga sekitar dan
aparat mengenai apa itu developer game.
Terakhir kalau kita coba lihat dari sudut pandang media.
Sebagai penulis di sebuah situs game, jujur saja menjelaskan tentang
pekerjaan saya ke orang-orang sedikit lebih susah dibanding ketika
saya merupakan seorang developer. Bisa dibilang jalur pekerjaan
serta media seperti ini masih merupakan hal yang belum umum di
Indonesia, meskipun kita semua sudah mengenal
majalah game semenjak tahun 90-an.
Beberapa contoh kasus yang saya alami adalah ketika
saya menulis opini tentang game bekas dan gamebajakan, serta opini
tentang kenapa saya berniat meninggalkan bermain game di PC.
Beberapa argumen pro dan kontra dengan opini saya tentu saja saya
terima, tapi sayangnya ada beberapa komentar yang merasa kalau
tulisan saya adalah sesuatu yang terlalu dilebih-lebihkan. Dari
tanggapan-tanggapan beberapa orang tersebut, seakan-akan mereka
hendak mengatakan bahwa video game hanyalah hiburan semata,
tidak perlu diambil pusing sama sekali dengan topik-topik artikel
selain review atau berita game terbaru.
Membaca komentar seperti itu jujur saja saya merasa sangat
sedih. Jika kamu mengunjungi berbagai situsgame di luar, tidak jarang
mereka membahas peran video game dalam sosial dan politik,
masalah representasi gender dan seksualitas di video game,
sampai membahas tentang agama dan rasisme yang biasa ditemukan
di media kita yang tercinta ini. Di saat negara maju sudah
membicarakan topik penting dan hubungannya denganvideo game, di

pg. 21/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Indonesia menulis tentang game bajakan dan pilihan platform saja
sudah dianggap melebih-lebihkan dan tidak penting. Sebuah
perbandingan yang betul-betul terbalik.
Saya betul-betul berharap semoga saja video game bisa
ditanggapi dengan lebih serius dan dewasa, baik olehgamer, maupun
orang-orang yang sangat jarang berurusan dengan video game.
Karena sebagai salah satu media baru paling populer, pemahaman
akan peran video game lebih dari sekedar hiburan adalah hal yang
sangat penting.
Dengan mulai memperhatikan hal-hal simpel yang saya
sebutkan di atas, saya yakin kita sudah cukup berkontribusi dalam
membawa Indonesia sedikit lebih maju dari sekedar negara
berkembang, menjadi negara yang siap maju. Kalau bukan kita, siapa
lagi?. Dan sya berpedapat bahwa games telah menjadi salah satu
sector penting dalam perekonomian bangsa, oleh karena nya saya
berharap bapak presiden beserta menko perekonomian mampu
memaksimalkan industry games ini menjadi salah satu sector
penunjang pendapatan Negara. Terimakasih semoga bermanfaat.
Bandung, 7 September 2015 - Dalam rangka
mensosialisasikan rencana kebijakan dan program Pemerintah saat ini
dalam pengembangan ekonomi dan industri kreatif, mensosialisasikan
kebijakan pembiayaan bagi pengembangan industri kreatif, menjaring
isu, permasalahan, dan hambatan terkini dalam pengembangan
ekonomi dan industri kreatif sebagai masukan bagi perumusan
kebijakan, serta mensosialisasikan best practices dan success story
dalam pengembangan ekonomi dan industri kreatif dari negara lain
dan pelaku usaha, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan dan Daya saing KUKM Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian bekerjasama dengan Fakultas Industri Kreatif
Telkom University akan menyelenggarakan seminar yang bertema
“Ekonomi Kreatif Sebagai Gelombang Kekuatan Ekonomi Baru

pg. 22/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Berbasis Kreativitas dan Inovasi” bertempat di Universitas Telkom,
Bandung (07/09).
Hadir dalam seminar “Ekonomi Kreatif Sebagai Gelombang
Kekuatan Ekonomi Baru Berbasis Kreativitas dan Inovasi” yakni
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya
saing KUKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Ir.
Mohammad Rudy Salahuddin; Wakil Rektor III Universitas Telkom, Dr.
Ama Suyanto, MBA.; Dekan Fakultas Industri Kreatif Telkom
University Dr. Ir. Agus Achmad Suhendra, MT. Selain itu, turut hadir
dari para pelaku industri kreatif. Seperti dari Wakil Kepala Badan
Ekonomi Kreatif Ricky Josep Pesik; Direktur Pengembangan Usaha
Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir Kemenkop UMKM, Ir. Adi
Trisnojuwono; Join Secretariat for Economic Development of
Indonesia and Korea; Ketua STMIK AMIKOM Yogjakarta, Prof. Dr. M.
Suyanto, MM; Sekretaris Jenderal Game Developer Indonesia; dan
Director Tender Indonesia, Tito Loho.
Indonesia dengan potensi kekayaan yang sangat besar baik
potensi sumberdaya alam, keragaman budaya, maupun sumberdaya
manusia, perlu mengedepankan kreativitas dan inovasi dalam
pembangunan nasional untuk mengoptimalkan berbagai potensi
kekayaan yang dimilikinya. Ekonomi kreatif yang berbasis kepada
modal kreativitas sumberdaya manusia, berpeluang mendorong daya
saing bangsa Indonesia di masa depan. Jika sumberdaya manusia
Indonesia yang jumlahnya sangat besar memiliki kemampuan untuk
berkreasi untuk menciptakan inovasi dan nilai tambah, maka
kreativitas tersebut akan menjadi sumberdaya terbarukan yang tidak
ada habisnya. Kreativitas akan mendorong dihasilkannya produk-
produk manufaktur dan jasa yang inovatif dan bernilai tambah tinggi
sehingga kelak Indonesia tidak akan lagi bergantung pada ekspor
bahan mentah, tetapi juga akan mampu mengekspor produk yang
bernilai tambah tinggi. Kreativitas dan inovasi juga akan menjadikan

pg. 23/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


warisan budaya dan kearifan lokal berkontribusi besar tidak hanya
bagi perekonomian nasional namun juga bagi peningkatan citra
bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Josep
Pesik tak menampik jika potensi subsektor ekonomi kreatif Indonesia
sangat luas. Hal itu pun sempat membuat Bekraf kesulitan menyusun
rencana besar pengembangan industri kreatif negeri ini. Menurut
Ricky, desain saja di Indonesia terbagi dalam 3 subsektor terpisah
yaitu desain interior, desain komunikasi visual dan desain produk.
"Padahal di Inggris ada 9 jenis desain yang digabungkan menjadi 1
subsektor," ucapnya. Ricky pun mengaku pengembangan tidak bisa
dilakukan langsung untuk 16 subsektor sekaligus. Oleh karena itu
Bekraf telah sepakat untuk lebih dulu fokus pada tiga subsektor
prioritas yaitu film, aplikasi dan musik; kuliner; serta kriya. Ketiga
subsektor itu dijadikan prioritas karena dinilai bisa mengangkat
subsektor lain jika nantinya sudah berdiri sendiri. Film misalnya,
diyakini bisa ikit mendongkrak subsektor desain komunikasi visual,
seni pertunjukan, animasi, fesyen, dan lain-lain.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif,
Kewirausahaan, dan daya saing KUKM pada Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, Mohammad Rudy Salahuddin menegaskan,
pemerintah akan terus memegang komitmen untuk mengembangkan
ekonomi kreatif. Hal itu dilakukan karena pemerintah menyadari
besarnya potensi ekonomi kreatif untuk berkontribusi terhadap produk
domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan nilai ekspor.
Menurut Rudy, pemerintah menargetkan peningkatan kontribusi
ekonomi kreatif terhadap PDB dari 7,1 persen pada 2014 menjadi 12
persen pada 2019. Begitu juga serapan tenaga kerja bisa meningkat
dari 13 juta menjadi 13 juta orang dan nilai ekspornya naik dari 5,8
persen menjadi 10 persen.

pg. 24/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


Ekonomi kreatif saat ini mulai tumbuh dan berkembang menjadi
sektor ekonomi yang memiliki peranan penting bagi perekonomian
Indonesia. Pada tahun 2013 ekonomi kreatif mampu berkontribusi
7,05 persen terhadap PDB Nasional, menyerap 11,91 juta tenaga
kerja atau 11 persen dari total tenaga kerja nasional, serta
menciptakan 5,4 juta usaha kreatif yang sebagian besar adalah UKM.
Kontribusi tersebut disumbangkan oleh 15 sub-sektor industri kreatif,
yaitu industri yang menghasilkan output dari pemanfaatan kreativitas,
keahlian, dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah,
lapangan kerja, dan peningkatan kualitas hidup. Industri kreatif
meliputi arsitektur; desain; film, video, dan fotografi; kerajinan; kuliner;
layanan komputer dan piranti lunak; musik; mode; permainan
interaktif; penerbitan; periklanan; radio dan televisi; riset dan
pengembangan; seni pertunjukan; dan seni rupa.
Perpres Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi
Kreatif telah mengklasifikasi ulang sub-sektor industri kreatif dari 15
sub-sektor menjadi 16 sub-sektor, yaitu arsitektur; desain interior;
desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi, dan video;
fotografi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer;
penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni
rupa. Kontribusi 15 sub-sektor industri kreatif terhadap proporsi PDB
tahun 2014, yang menunjukkan bahwa industri kuliner merupakan sub
sektor dengan kontribusi PDB terbesar yaitu sebesar 32%. Sedangkan
hasil analisa kuadran dengan menggunakan variabel tingkat
pertumbuhan PDB dan proporsi terhadap PDB menunjukan bahwa
industri fesyen merupakan industri yang paling tinggi tingkat
pertumbuhan dan proporsinya terhadap PDB. Sedangkan industri
layanan komputer dan perangkat lunak; periklanan; arsitektur; riset
dan pengembangan; fotografi, film, dan video; radio dan televisi; serta
permainan interaktif, meskipun proporsinya terhadap PDB masih

pg. 25/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM


rendah, namun mencatat tingkat pertumbuhan tinggi sehingga
potensial untuk dikembangkan.
Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia dalam jangka
panjang sejatinya tidak hanya difokuskan pada industri kreatif tetapi
juga pada pengarusutamaan kreativitas di setiap sektor dan
kehidupan bermasyarakat untuk dapat menciptakan daya saing global
dan kualitas hidup bangsa Indonesia. Pencarian solusi terhadap
berbagai permasalahan atau potensi yang ada di berbagai sektor
prioritas pembangunan nasional perlu dilakukan secara kreatif, inovatif
dan dapat dijawab oleh industri kreatif ataupun kolaborasi antara
berbagai industri kreatif.
Pengembangan ekonomi kreatif saat ini masih dihadapkan
pada berbagai tantangan dan hambatan. Rencana Induk Ekonomi
Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia menuju 2025 mengidentifikasi tujuh
isu utama yang menjadi tantangan bagi perkembangan ekonomi
kreatif, yaitu sumberdaya manusia kreatif, bahan baku, daya saing
industri, pembiayaan, pasar, infrastruktur dan teknologi, serta
kelembagaan dan iklim usaha.
Di tengah tantangan perekonomian global yang semakin besar,
Pemerintah tengah berupaya mendorong berkembangnya industri
kreatif menjadi sektor strategis yang mampu berperan lebih besar
dalam perekonomian nasional dalam hal kontribusi terhadap PDB,
penciptaan lapangan pekerjaan, dan ekspor. Sejumlah terobosan
kebijakan telah dilakukan, diantaranya telah diprioritaskannya
pengembangan ekonomi kreatif dalam RPJM Nasional 2015-2019
serta telah dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif sebagai lembaga yang
akan mengawal pengembangan ekonomi kreatif secara khusus.
sumber :http://www.ekon.go.id Publisher:Rini.psg

pg. 26/ Ekonimi Kreatif oleh:Elius Heluka, SE.,MM

Anda mungkin juga menyukai