Anda di halaman 1dari 73

3.

Program PK2UMK TA 2022 memperhatikan daerah yang masuk dalam kategori


kemiskinan ekstrim. Oleh karenanya Provinsi penerima DAK Nonfisik PK2UMK
diminta memprioritaskan pelaku usaha mikro dan kecil, koperasi, serta wirausaha
dari Kabupaten/Kota di wilayahnya yang masuk dalam kategori kemiskinan
ekstrim (terlampir).
4. Dalam pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK TA 2022, diminta agar
Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. wajib menyampaikan Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) dalam bentuk
dokumen fisik (hardcopy) dan/atau dokumen elektronik (softcopy) melalui
aplikasi/website https://pk2umk.kemenkopukm.go.id/user, paling lambat
minggu kedua bulan Maret (18 Maret 2022) sebagaimana pasal 4 ayat (6)
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun 2022.
b. wajib menginput jadwal pelaksanaan pelatihan melalui aplikasi/website
https://pk2umk.kemenkopukm.go.id/user paling lambat pada tanggal 31
Maret 2022.
c. wajib menginput daftar calon tenaga pendamping beserta dokumen-
dokumen persyaratannya melalui aplikasi/website
https://pk2umk.kemenkopukm.go.id/user sesuai dengan persyaratan tenaga
pendamping sebagaimana pasal 21 ayat (10) Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM Nomor 2 Tahun 2022 paling lambat pada tanggal 31 Maret 2022,
mengingat proses seleksi dan/atau evaluasi kinerja pendamping dilakukan
dengan supervisi dari Kementerian Koperasi dan UKM selaku instansi
pembina DAK Nonfisik PK2UMK.
d. Peserta pelatihan wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) kecuali calon
wirausaha dan anggota, pengurus, pengawas, pengelola, dan/atau dewan
pengawas Koperasi yang memiliki NIB atas nama Koperasi.
e. Tenaga pendamping wajib melaporkan dan menginput hasil pelaksanaan
tugas pendampingan berikut target kinerja masing-masing ke aplikasi/website
https://pk2umk.kemenkopukm.go.id/user. Pelaksanaan Evaluasi tenaga
pendamping memperhatikan aspek kehadiran, kedisiplinan, ketaatan
pelaporan, dan hasil target kinerja pendampingan.

5. Provinsi…
-1-
SALINAN

MENTERI KOPERASI
DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2022
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (1)


Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan, telah ditetapkan Peraturan Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 1 Tahun
2020 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Nonfisik Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha
Kecil, dan Menengah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik
Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil, dan
Menengah;
b. bahwa Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik

SM. 1 SM. 2 SM
-2-

Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil, dan


Menengah dan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha
Kecil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 1 Tahun
2020 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Nonfisik Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha
Kecil, dan Menengah dalam pelaksanaannya tidak sesuai
lagi dengan perkembangan dan kebutuhan peningkatan
kapasitas koperasi dan usaha kecil dan menengah
sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Nonfisik Peningkatan Kapasitas Koperasi,
Usaha Mikro, dan Kecil;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3502);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

SM. 1 SM. 2 SM
-3-

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4757);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
9. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2020 tentang
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 214);
10. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pendidikan dan Pelatihan bagi Sumber Daya Manusia
Koperasi, Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1497);
11. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 1 Tahun 2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 22);

SM. 1 SM. 2 SM
-4-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN
DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK PENINGKATAN
KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.
2. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang mengenai usaha mikro, kecil, dan
menengah.
3. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur
dalam undang-undang mengenai Usaha Mikro, kecil, dan
menengah.
4. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
5. Dana Alokasi Khusus Nonfisik Peningkatan Kapasitas
Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya
disebut DAK Nonfisik PK2UMK adalah dana yang

SM. 1 SM. 2 SM
-5-

dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara kepada daerah dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan peningkatan kapasitas Koperasi,
Usaha Mikro, dan kecil yang merupakan urusan daerah.
6. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
OPD adalah unsur perangkat daerah yang melaksanakan
urusan di bidang Koperasi dan Usaha Mikro, kecil, dan
menengah.
7. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disebut
UPTD adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan
teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu pada OPD yang menyelenggarakan urusan
Koperasi, dan Usaha Mikro, kecil, dan menengah.
8. Pelatihan adalah kegiatan secara terencana dalam
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
kepada peserta pelatihan dalam waktu yang relatif
singkat di bidang Koperasi, dan Usaha Mikro, kecil, dan
menengah.
9. Lembaga Pelatihan adalah instansi pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau
swasta yang memenuhi persyaratan untuk
menyelenggarakan Pelatihan.
10. Pelatihan Dalam Jaringan yang selanjutnya disebut
Pelatihan Daring adalah proses Pelatihan yang
dilaksanakan secara elektronik dengan memanfaatkan
teknologi jaringan komunikasi dan informasi.
11. Pelatihan Luar Jaringan yang selanjutnya disebut
Pelatihan Luring adalah proses Pelatihan tatap muka
langsung yang semua proses interaksi pembelajarannya
tanpa jaringan komunikasi dan informasi.
12. Pendampingan adalah proses peningkatan produktivitas
dan daya saing Koperasi, Usaha Mikro, dan kecil melalui
bimbingan, konsultasi, dan advokasi yang dilakukan oleh
tenaga pendamping secara berkesinambungan.
13. Tenaga Pendamping adalah seseorang yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh kepala
OPD provinsi atau kabupaten/kota yang

SM. 1 SM. 2 SM
-6-

menyelenggarakan urusan di bidang Koperasi, dan Usaha


Mikro, kecil, dan menengah.
14. Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum adalah
serangkaian program atau kegiatan layanan dalam
rangka peningkatan literasi hukum dan bantuan
penyelesaian perkara bagi pelaku Usaha Mikro dan
Usaha Kecil.
15. Pelaksana Layanan adalah seseorang yang memberikan
Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum kepada
pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
16. Pelaksana Layanan Pihak Lain adalah advokat, paralegal,
dosen, dan/atau mahasiswa fakultas hukum yang
terdaftar dalam pemberi bantuan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
17. Pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil yang selanjutnya
disebut PUMK adalah orang perorang dan/atau badan
usaha perorangan yang memiliki Usaha Mikro atau
Usaha Kecil.
18. Perkara adalah masalah hukum yang perlu diselesaikan.
19. Modul adalah suatu unit pengajaran yang disusun dalam
bentuk tertentu untuk keperluan Pelatihan.
20. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan materi
pendidikan dan Pelatihan serta cara yang digunakan
sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai
tujuan pendidikan dan Pelatihan.
21. Penceramah adalah pejabat yang memiliki kewenangan
dalam kebijakan pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro,
dan Usaha Kecil.
22. Narasumber adalah seseorang yang mewakili pribadi atau
lembaga yang memberikan dan mengetahui secara jelas
suatu informasi atau menjadi sumber informasi.
23. Widyaiswara adalah pegawai negeri sipil yang diangkat
sebagai pejabat fungsional dengan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak untuk melakukan kegiatan
mendidik, mengajar, dan melatih pegawai negeri sipil,
evaluasi, dan pengembangan diklat pada lembaga diklat
pemerintah.

SM. 1 SM. 2 SM
-7-

24. Fasilitator, Instruktur, atau Pengajar adalah seseorang


yang memiliki kemampuan dan kompetensi sesuai
dengan bidangnya dalam rangka pelaksanaan Pelatihan.
25. Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut PLUT-
KUMKM adalah lembaga yang memberikan
Pendampingan dan pemberdayaan lainnya kepada
Koperasi dan Usaha Mikro, kecil dan menengah secara
komprehensif dan terpadu untuk meningkatkan
produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saingnya.
26. Pemantauan adalah kegiatan pengamatan yang
dilakukan terhadap pelaksanaan Pelatihan,
Pendampingan, dan Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum yang sedang berjalan untuk
mengetahui keberhasilan dan kemungkinan adanya
hambatan, kendala, penyimpangan, kelemahan, atau
kekurangan yang terjadi selama Pelatihan,
Pendampingan, dan Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum.
27. Evaluasi adalah kegiatan penilaian terhadap suatu
pelaksanaan pendidikan dan Pelatihan setelah seluruh
kegiatan selesai dilaksanakan, sehingga diketahui
manfaat dan dampaknya.
28. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Koperasi dan Usaha
Mikro, kecil, dan menengah.
29. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Koperasi dan Usaha Mikro, kecil,
dan menengah.
30. Sekretaris Kementerian adalah Sekretaris Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Pasal 2
Penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK diarahkan untuk:
a. mendorong transformasi usaha informal ke formal bagi
Usaha Mikro dan Usaha Kecil;

SM. 1 SM. 2 SM
-8-

b. akselerasi digitalisasi Koperasi, Usaha Mikro dan Usaha


Kecil;
c. meningkatkan akses kredit lembaga keuangan formal
bagi pelaku Koperasi, Usaha Mikro, dan Usaha Kecil; dan
d. menumbuhkan wirausaha pemula.

BAB II
ALOKASI DAN PERENCANAAN DAK NONFISIK PK2UMK

Pasal 3
(1) Pemerintah pusat menetapkan besaran DAK Nonfisik
PK2UMK provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Besaran DAK Nonfisik PK2UMK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dimanfaatkan pengalokasiannya sesuai
dengan ketetapan Menteri.
(3) Kepala OPD provinsi, kepala UPTD provinsi, dan kepala
OPD kabupaten/kota dapat mengusulkan penyesuaian
pemanfaatan alokasi DAK Nonfisik PK2UMK yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh Menteri dengan tidak
mengurangi target yang harus dipenuhi.
(4) Penyesuaian pemanfaatan alokasi DAK Nonfisik PK2UMK
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan dari Menteri melalui
Sekretariat Kementerian.

Pasal 4
(1) Dalam rangka persiapan teknis penggunaan DAK
Nonfisik PK2UMK, OPD provinsi, UPTD provinsi, atau
OPD kabupaten/kota pengelola DAK Nonfisik PK2UMK
menyusun usulan rencana penggunaan DAK Nonfisik
PK2UMK.
(2) Rencana penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. rincian pendanaan kegiatan; dan
b. target keluaran (output) kegiatan.

SM. 1 SM. 2 SM
-9-

(3) Penyusunan rencana penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh OPD
provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota
setelah berkoordinasi dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah provinsi atau kabupaten/kota.
(4) Rencana penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan
format contoh 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(5) OPD provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota
pengelola DAK Nonfisik PK2UMK dapat mengajukan
usulan perubahan atas rencana penggunaan DAK
Nonfisik PK2UMK yang telah disetujui oleh Kementerian.
(6) Rencana penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh
OPD provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota
pengelola DAK Nonfisik PK2UMK kepada Kementerian
dalam bentuk dokumen fisik (hardcopy) dan/atau
dokumen elektronik (softcopy) melalui aplikasi paling
lambat minggu kedua bulan Maret.

BAB III
PENGGUNAAN DAK NONFISIK PK2UMK

Pasal 5
Penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK untuk membiayai
kegiatan:
a. Pelatihan;
b. Pendampingan peserta Pelatihan; dan
c. Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum.

Pasal 6
(1) Kegiatan Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a dapat dilakukan melalui Pelatihan Daring
dan/atau Pelatihan Luring.

SM. 1 SM. 2 SM
- 10 -

(2) Penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK untuk membiayai


kegiatan Pelatihan Daring terdiri atas:
a. jaringan komunikasi dan informasi berupa jaringan
internet, sewa peladen, dan jasa aplikasi elektronik;
b. honorarium Penceramah dan Narasumber;
c. pulsa peserta;
d. biaya Modul elektronik;
e. biaya visualisasi materi; dan
f. biaya penunjang berupa Kurikulum, silabus, dan
sertifikat Pelatihan.
(3) Penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK untuk membiayai
kegiatan Pelatihan Luring terdiri atas:
a. biaya akomodasi dan konsumsi penyelenggaraan
Pelatihan;
b. honorarium Penceramah, Fasilitator, Instruktur,
atau Pengajar dan Narasumber;
c. transportasi peserta Pelatihan, Penceramah,
Fasilitator, Instruktur, atau Pengajar dan
Narasumber;
d. uang harian peserta Pelatihan;
e. biaya training kit, spanduk, dokumentasi,
penggandaan materi, dan/atau bahan praktik;
f. fasilitasi biaya uji sertifikasi Pelatihan berbasis
kompetensi; dan
g. biaya penunjang berupa Kurikulum, silabus, Modul
dan sertifikat Pelatihan.
(4) Dalam hal Pelatihan dilakukan secara campuran baik
daring maupun luring, penggunaan DAK Nonfisik
PK2UMK terdiri atas:
a. biaya akomodasi dan konsumsi penyelenggaraan
Pelatihan Luring;
b. uang harian peserta Pelatihan Luring;
c. jaringan komunikasi dan informasi berupa jaringan
internet, sewa peladen, dan jasa aplikasi elektronik
daring;
d. pulsa peserta Pelatihan Daring;
e. biaya Modul elektronik;

SM. 1 SM. 2 SM
- 11 -

f. biaya penunjang berupa Kurikulum, silabus, dan


sertifikat Pelatihan;
g. honorarium Penceramah, Fasilitator, Instruktur,
atau Pengajar, dan Narasumber;
h. transportasi peserta Pelatihan, Penceramah,
Fasilitator, Instruktur, atau Pengajar dan
Narasumber;
i. biaya training kit, spanduk, dokumentasi, dan/atau
penggandaan materi; dan
j. fasilitasi biaya uji sertifikasi Pelatihan berbasis
kompetensi.
(5) Ketentuan mengenai besaran biaya tertinggi dan rincian
komponen kegiatan Pelatihan ditetapkan oleh Menteri
setelah berkoordinasi dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan.

Pasal 7
(1) Penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK untuk membiayai
kegiatan Pendampingan peserta Pelatihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:
a. honorarium Tenaga Pendamping;
b. biaya transportasi dan/atau operasional
Pendampingan; dan
c. biaya seleksi dan/atau Evaluasi kinerja Tenaga
Pendamping.
(2) Ketentuan mengenai besaran biaya dan rincian
komponen kegiatan Pendampingan peserta Pelatihan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 8
(1) Kegiatan Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c
dialokasikan kepada OPD provinsi atau UPTD provinsi.
(2) Penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK untuk membiayai
kegiatan Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum

SM. 1 SM. 2 SM
- 12 -

terdiri atas:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum; dan
c. penyusunan dokumen hukum.
(3) Penyuluhan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, dilaksanakan OPD provinsi atau UPTD provinsi.
(4) Dalam melaksanakan layanan konsultasi hukum dan
penyusunan dokumen hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dan huruf c, OPD provinsi atau
UPTD provinsi dapat menunjuk Pelaksana Layanan
Pihak Lain terdiri dari:
a. perorangan yang memiliki izin praktik sebagai
advokat;
b. lembaga pemberi bantuan hukum; atau
c. perguruan tinggi yang memberikan bantuan
hukum.
(5) Ketentuan mengenai besaran biaya dan rincian
komponen kegiatan Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
Anggaran DAK Nonfisik PK2UMK tidak dapat digunakan
untuk:
a. perjalanan dinas;
b. Pelatihan bagi pendamping, konsultan, dan fasilitator;
c. perawatan bangunan kantor milik Pemerintah Daerah
provinsi atau kabupaten/kota; dan
d. kegiatan yang menimbulkan aset dan dicatat dalam
neraca Pemerintah Daerah provinsi atau kabupaten/kota.

BAB IV
PENANGGUNG JAWAB DAN PELAKSANA KEGIATAN

Pasal 10
(1) Penanggung jawab kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK yaitu
kepala OPD provinsi atau kepala OPD kabupaten/kota.

SM. 1 SM. 2 SM
- 13 -

(2) Kepala OPD provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dapat menunjuk kepala UPTD provinsi yang
membidangi Pendidikan dan Pelatihan untuk
melaksanakan DAK Nonfisik PK2UMK.

BAB V
PELATIHAN

Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Pelatihan

Pasal 11
(1) OPD provinsi dan OPD kabupaten/kota dapat melakukan
seleksi Lembaga Pelatihan secara adil, terbuka dan
transparan sebagai pelaksana Pelatihan DAK Nonfisik
PK2UMK.
(2) OPD provinsi dan OPD kabupaten/kota mengutamakan
UPTD provinsi yang membidangi pendidikan dan
Pelatihan sebagai pelaksana Pelatihan DAK Nonfisik
PK2UMK.
(3) Lembaga Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan:
a. dimiliki oleh pemerintah, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, atau swasta;
b. Lembaga Pelatihan swasta wajib memiliki izin usaha
dan nomor induk berusaha;
c. menyediakan informasi yang dapat diakses dengan
mudah oleh publik mengenai riwayat lembaga,
struktur organisasi, daftar jenis Pelatihan dan
instruktur, kontak detail serta sarana prasarana
Pelatihan;
d. menyelenggarakan Pelatihan bagi Koperasi, Usaha
Mikro dan Usaha Kecil, dan calon wirausaha
dan/atau wirausaha pemula;
e. memiliki Kurikulum dan silabus, serta, Fasilitator,
Instruktur, atau Pengajar yang kompeten;
f. mampu menyusun sistem Evaluasi pembelajaran

SM. 1 SM. 2 SM
- 14 -

peserta yang mencakup penilaian terhadap


pemahaman dan tingkat penyerapan peserta
terhadap materi ajar atau latih;
g. menyediakan sarana dan prasarana Pelatihan yang
memadai untuk setiap jenis Pelatihan yang
diselenggarakan secara daring atau luring; dan
h. menyediakan tenaga pengajar dengan kualifikasi
sebagai instruktur, praktisi dan/atau pemilik usaha
yang relevan dengan materi ajar atau latih.
(4) Seleksi Lembaga Pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mekanisme:
a. Lembaga Pelatihan mengajukan permohonan kepada
OPD provinsi dan OPD kabupaten/kota menjadi
penyelenggara Pelatihan;
b. OPD provinsi atau UPTD provinsi dan OPD
kabupaten/kota melakukan verifikasi dan validasi
terhadap dokumen persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3);
c. berdasarkan hasil verifikasi dan validasi, OPD
provinsi atau UPTD provinsi dan OPD
kabupaten/kota mengusulkan kepada Sekretaris
Kementerian untuk menetapkan Lembaga Pelatihan
pelaksana untuk anggaran tahun berjalan; dan
d. hasil penetapan dari Sekretaris Kementerian
disampaikan kepada OPD provinsi atau UPTD
provinsi dan OPD kabupaten/kota.
(5) Dalam hal provinsi atau kabupaten/kota tidak terdapat
Lembaga Pelatihan, OPD melaksanakan Pelatihan DAK
Nonfisik PK2UMK dengan disertai surat keterangan dari
kepala OPD.

Bagian Kedua
Kurikulum dan Materi

Pasal 12
(1) Penyelenggaraan Pelatihan dilakukan berdasarkan
Kurikulum Pelatihan.

SM. 1 SM. 2 SM
- 15 -

(2) Kurikulum Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) disusun berdasarkan jenis Pelatihan yang
dibutuhkan.
(3) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. tujuan instruksional umum dan instruksional
khusus;
b. pokok bahasan atau sub pokok bahasan;
c. metodologi;
d. alat bantu;
e. alokasi waktu; dan
f. Evaluasi.
(4) Struktur Kurikulum Pelatihan terdiri dari kelompok
materi umum, materi inti, dan materi penunjang.

Pasal 13
(1) Materi Pelatihan Daring dan/atau Pelatihan Luring
disusun berdasarkan pokok bahasan dan sub pokok
bahasan untuk menunjang pencapaian tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
(2) Materi Pelatihan Daring dan/atau Pelatihan Luring
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam
bentuk Modul, bahan bacaan, bahan ajar elektronik
dan/atau non elektronik, dan/atau visualisasi materi
Pelatihan.
(3) Materi Pelatihan Daring dan/atau Pelatihan Luring
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
(4) Komposisi materi Pelatihan Daring dan/atau Pelatihan
Luring sebagaimana dimaksud pada ayat (3) lebih
diutamakan pada aspek keterampilan.

SM. 1 SM. 2 SM
- 16 -

Bagian Ketiga
Alokasi Waktu Pelatihan

Pasal 14
(1) Alokasi waktu Pelatihan Daring dan/atau Pelatihan
Luring ditentukan berdasarkan kebutuhan Pelatihan.
(2) Alokasi waktu Pelatihan Daring sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling singkat 6 (enam) jam pelajaran dalam
1 (satu) hari.
(3) Alokasi waktu Pelatihan Luring sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling singkat 8 (delapan) jam pelajaran
dalam 1 (satu) hari.
(4) Satu jam pelajaran Pelatihan Luring adalah 45 (empat
puluh lima) menit dan 1 (satu) jam pelajaran Pelatihan
Daring adalah 60 (enam puluh) menit.
(5) Alokasi waktu Pelatihan Luring sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit 24 (dua puluh
empat) jam pelajaran atau 3 (tiga) hari.
(6) Alokasi waktu Pelatihan campuran baik secara daring
maupun luring paling sedikit 6 (enam) jam Pelatihan
Daring dan 24 (dua puluh empat) jam Pelatihan Luring.

Bagian Keempat
Jenis Pelatihan

Pasal 15
(1) Jenis Pelatihan meliputi:
a. perkoperasian;
b. kewirausahaan;
c. keterampilan teknis;
d. manajerial;
e. kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia;
f. teknologi informasi; dan
g. akses dan literasi keuangan.
(2) Jenis Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan dan

SM. 1 SM. 2 SM
- 17 -

sasaran peserta Pelatihan.


(3) Kebutuhan dan sasaran peserta Pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diarahkan untuk mendukung
kebijakan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah
dalam pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan wirausaha.

Bagian Kelima
Peserta Pelatihan

Pasal 16
(1) Peserta Pelatihan terdiri atas:
a. anggota, pengurus, pengawas, pengelola, dan/atau
dewan pengawas Koperasi;
b. pelaku Usaha Mikro;
c. pelaku Usaha Kecil; dan
d. calon wirausaha dan/atau wirausaha pemula.
(2) Peserta Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh OPD provinsi atau UPTD provinsi dan
OPD kabupaten/kota, setelah dilakukan identifikasi
kebutuhan Pelatihan dan sasaran peserta Pelatihan.
(3) Identifikasi kebutuhan Pelatihan dan sasaran peserta
Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berdasarkan:
a. usulan data dari Tenaga Pendamping;
b. proposal dari Koperasi, Usaha Mikro dan Usaha
Kecil, dan wirausaha melalui OPD provinsi, UPTD
provinsi atau OPD kabupaten/kota;
c. hasil pendaftaran dari peserta secara elektronik atau
nonelektronik; dan/atau
d. usulan dari PLUT-KUMKM.
(4) Peserta Pelatihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) harus memiliki nomor induk berusaha.
(5) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dikecualikan bagi:
a. calon wirausaha; dan
b. anggota, pengurus, pengawas, pengelola, dan/atau

SM. 1 SM. 2 SM
- 18 -

dewan pengawas Koperasi yang memiliki nomor


induk berusaha atas nama Koperasi.
(6) Jumlah peserta Pelatihan untuk setiap angkatan paling
sedikit 25 (dua puluh lima) orang.

Pasal 17
(1) Peserta Pelatihan untuk PUMK yang diselenggarakan oleh
OPD provinsi atau UPTD provinsi dilaksanakan dengan
prioritas kepada:
a. pelaku Usaha Kecil;
b. pelaku Usaha Mikro pada kabupaten/kota yang
tidak mendapatkan DAK Nonfisik PK2UMK;
dan/atau
c. pelaku Usaha Mikro pada kabupaten/kota yang
mendapatkan DAK Nonfisik PK2UMK dengan skema
Pelatihan berjenjang.
(2) Peserta Pelatihan untuk anggota, pengurus, pengawas,
pengelola, dan/atau dewan pengawas Koperasi yang
diselenggarakan oleh OPD provinsi atau UPTD provinsi
dilaksanakan dengan prioritas kepada:
a. pelaku dan anggota Koperasi yang wilayah
keanggotaan lintas daerah kabupaten/kota dalam 1
(satu) daerah provinsi;
b. pelaku dan anggota Koperasi yang wilayah
keanggotaan dalam daerah kabupaten/kota yang
tidak mendapatkan DAK Nonfisik PK2UMK;
dan/atau
c. pelaku dan anggota Koperasi yang wilayah
keanggotaan dalam daerah kabupaten/kota yang
mendapatkan DAK Nonfisik PK2UMK dengan skema
Pelatihan berjenjang.
(3) Peserta Pelatihan untuk pelaku Usaha Mikro yang
diselenggarakan oleh OPD kabupaten/kota dilaksanakan
dengan prioritas kepada:
a. pelaku Usaha Mikro di wilayahnya yang belum
pernah mendapatkan jenis Pelatihan yang sama;
dan/atau

SM. 1 SM. 2 SM
- 19 -

b. pelaku Usaha Mikro di wilayahnya yang sudah


pernah mendapatkan jenis Pelatihan yang sama
dengan skema Pelatihan berjenjang.
(4) Peserta Pelatihan untuk anggota, pengurus, pengawas,
pengelola, dan/atau dewan pengawas Koperasi yang
diselenggarakan oleh OPD kabupaten/kota dilaksanakan
dengan prioritas kepada:
a. anggota, pengurus, pengawas, pengelola, dan/atau
dewan pengawas Koperasi yang wilayah keanggotaan
dalam daerah kabupaten/kota yang belum pernah
mendapatkan jenis Pelatihan yang sama; dan/atau
b. anggota, pengurus, pengawas, pengelola, dan/atau
dewan pengawas Koperasi yang wilayah keanggotaan
dalam daerah kabupaten/kota yang sudah pernah
mendapatkan jenis Pelatihan yang sama dengan
skema Pelatihan berjenjang.

Bagian Keenam
Penceramah, Narasumber, Widyaiswara, Fasilitator,
Instruktur, atau Pengajar Pelatihan

Pasal 18
(1) Penceramah bertugas memberikan pengetahuan dan
wawasan terkait kebijakan pemberdayaan Koperasi,
Usaha Mikro, dan Usaha Kecil.
(2) Narasumber bertugas memberikan informasi dan
pengetahuan secara khusus, serta dilakukan secara
langsung baik individual atau panel maupun secara tidak
langsung atau secara elektronik.
(3) Widyaiswara, Fasilitator, Instruktur, atau Pengajar
bertugas:
a. menyiapkan rencana pembelajaran dan materi
pembelajaran;
b. memberikan materi pembelajaran;
c. melakukan Evaluasi terhadap hasil capaian tujuan
pembelajaran; dan
d. melakukan Evaluasi terhadap kemampuan peserta

SM. 1 SM. 2 SM
- 20 -

setiap mengikuti materi ajaran yang diberikan.


(4) Widyaiswara, Fasilitator, Instruktur, atau Pengajar
merupakan tenaga kompeten yang berasal dari
akademisi, praktisi, dan pelaku usaha yang memiliki
keahlian di bidangnya sesuai dengan jenis Pelatihan.
(5) Fasilitator sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
memiliki sertifikat kompetensi fasilitator untuk Pelatihan
kompetensi berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia.

Bagian Ketujuh
Sarana dan Prasarana Pelatihan

Pasal 19
(1) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam Pelatihan
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan mendukung
proses pembelajaran.
(2) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam Pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan
menggunakan sarana dan prasarana OPD provinsi, UPTD
provinsi, OPD kabupaten/kota, dan/atau gedung PLUT-
KUMKM.
(3) Dalam hal sarana dan prasarana Pelatihan pada OPD
provinsi, UPTD provinsi, dan OPD kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak memadai
dapat dilaksanakan di tempat lain yang representatif
yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala
OPD.

Bagian Kedelapan
Panitia Penyelenggara Pelatihan

Pasal 20
(1) Panitia penyelenggara Pelatihan berasal dari OPD
provinsi, UPTD provinsi, OPD kabupaten/kota yang
melaksanakan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK, atau
Lembaga Pelatihan.

SM. 1 SM. 2 SM
- 21 -

(2) Panitia penyelenggara Pelatihan DAK Nonfisik PK2UMK


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. mengoordinasikan pelaksanaan Pelatihan;
b. menyusun database peserta, Penceramah,
Widyaiswara, Fasilitator, Instruktur, atau Pengajar
secara terpilah;
c. menyiapkan panduan Pelatihan;
d. menyiapkan bahan Modul, bahan bacaan, dan/atau
bahan ajar elektronik/nonelektronik tenaga
Penceramah, Widyaiswara, Fasilitator, Instruktur,
atau Pengajar;
e. menyelesaikan kelengkapan administrasi;
f. melaksanakan Evaluasi terhadap proses Pelatihan;
dan
g. menyusun laporan hasil kegiatan Pelatihan.

BAB VI
PENDAMPINGAN PESERTA PELATIHAN

Pasal 21
(1) Pendampingan peserta Pelatihan dilakukan oleh Tenaga
Pendamping.
(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan:
a. sebelum peserta mengikuti Pelatihan;
b. pada saat peserta mengikuti Pelatihan; dan
c. setelah peserta mengikuti Pelatihan.
(3) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) bulan
sejak ditetapkan sebagai peserta.
(4) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi:
a. mengidentifikasi kebutuhan Pelatihan bagi pelaku
Koperasi, Usaha Mikro, dan Usaha Kecil, calon
wirausaha, dan/atau wirausaha pemula;
b. memberikan bimbingan, konsultasi, dan pendataan
peserta Pelatihan;

SM. 1 SM. 2 SM
- 22 -

c. mengusulkan peserta Pelatihan kepada panitia


penyelenggaraan Pelatihan berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan sebagaimana dimaksud pada
huruf a; dan
d. menyusun rencana kerja pelaksanaan
Pendampingan kepada peserta pasca Pelatihan.
(5) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi bimbingan, konsultasi, dan pendataan
peserta Pelatihan.
(6) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi:
a. memberikan bimbingan, konsultasi, dan pendataan
peserta Pelatihan;
b. melakukan Evaluasi serta melaporkan hasil
pelaksanaan tugas secara berkala kepada kepala
OPD provinsi, Kepala UPTD provinsi atau kepala
OPD kabupaten/kota melalui koordinator
pendamping; dan
c. melaporkan dan menginput hasil pelaksanaan tugas
Pendampingan ke sistem aplikasi peningkatan
kapasitas Koperasi dan Usaha Mikro dan Usaha
Kecil setiap bulan.
(7) Pendampingan dilakukan dengan memprioritaskan
peserta Pelatihan program peningkatan kapasitas
Koperasi dan Usaha Mikro dan Usaha Kecil tahun
berjalan.
(8) Dalam hal Pendampingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) telah dilaksanakan, proses Pendampingan
dilakukan kepada alumni peserta Pelatihan tahun
sebelumnya.
(9) Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berasal dari lingkungan dunia usaha, akademisi, pakar
dan/atau praktisi.
(10) Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
harus memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat

SM. 1 SM. 2 SM
- 23 -

keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian


Republik Indonesia;
c. diprioritaskan berdomisili sesuai dengan wilayah
Pendampingan;
d. tingkat pendidikan paling rendah Diploma III atau
yang sederajat;
e. mampu mengoperasikan perangkat lunak
pendukung lainnya termasuk media sosial;
f. memiliki pengalaman melakukan Pendampingan
kepada Koperasi dan Usaha Mikro, Usaha Kecil
paling singkat 1 (satu) tahun yang dibuktikan
dengan surat keterangan atau rekomendasi dari
lembaga atau organisasi asal pelamar;
g. diutamakan memiliki sertifikasi kompetensi
pendamping pada bidangnya; dan
h. tidak terikat kontrak kerja sebagai pendamping di
kegiatan Pelatihan lainnya.
(11) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf
d dan huruf g, dikecualikan pada kawasan perbatasan,
daerah terdepan, daerah terluar, daerah tertinggal serta
daerah afirmasi percepatan pembangunan Papua dan
Papua Barat.
(12) Laporan hasil pelaksanaan tugas Tenaga Pendamping
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b mengikuti
format contoh 2, contoh 3, contoh 4, contoh 5, dan
contoh 6 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 22
(1) Calon Tenaga Pendamping harus melalui tahap seleksi
dan/atau Evaluasi kinerja pendamping yang dilakukan
oleh OPD provinsi, UPTD provinsi, OPD kabupaten/kota
yang melaksanakan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

SM. 1 SM. 2 SM
- 24 -

(2) Tahapan seleksi dan/atau Evaluasi kinerja pendamping


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
supervisi dari Kementerian selaku instansi pembina DAK
Non Fisik PK2UMK.
(3) Calon Tenaga Pendamping yang telah lulus seleksi
dan/atau telah dievaluasi dan akan diperpanjang
penugasan Pendampingan, harus menandatangani
perjanjian kerja dengan batas waktu sesuai tahun
anggaran DAK Nonfisik PK2UMK sesuai dengan format
contoh 7 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Perjanjian kerja Tenaga Pendamping sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) memuat target kinerja ditetapkan
melalui Keputusan OPD provinsi, UPTD provinsi, atau
OPD kabupaten/kota.
(5) Calon Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan melalui keputusan kepala OPD
provinsi, kepala UPTD provinsi, atau kepala OPD
kabupaten/kota.
(6) OPD provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota
melakukan Evaluasi terhadap kinerja Tenaga
Pendamping.
(7) Evaluasi terhadap kinerja Tenaga Pendamping
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan
berdasarkan pemenuhan perjanjian kerja meliputi
kehadiran, kedisiplinan, ketaatan pelaporan, dan hasil
target kinerja Pendampingan.
(8) Dalam hal berdasarkan penilaian dan Evaluasi oleh OPD
provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota
ditemukan Tenaga Pendamping tidak melaksanakan
tugas sesuai perjanjian kerja, dapat dilakukan
pemutusan perjanjian kerja.
(9) Terhadap Tenaga Pendamping yang dilakukan
pemutusan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dapat dilakukan penggantian sesuai sisa masa
perjanjian kerja.

SM. 1 SM. 2 SM
- 25 -

Pasal 23
(1) Tenaga Pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (1) sebelum melaksanakan tugas Pendampingan
harus mengikuti kegiatan pembekalan oleh OPD provinsi,
UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota.
(2) Kegiatan pembekalan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk mensosialisasikan tugas,
tanggung jawab, target pencapaian kinerja dan aspek
penilaian kinerja Tenaga Pendamping.

Pasal 24
(1) Tenaga Pendamping dalam melaksanakan tugas
diberikan honorarium.
(2) Ketentuan mengenai besaran biaya tertinggi honorarium
Tenaga Pendamping untuk provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan.
(3) Besaran honorarium Tenaga Pendamping ditetapkan
dengan keputusan gubernur atau bupati/wali kota.

Pasal 25
(1) OPD provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota
dapat menunjuk pejabat di lingkungannya sebagai
koordinator pendamping.
(2) Koordinator pendamping provinsi bertugas:
a. melakukan koordinasi dan sinkronisasi di provinsi
dan kabupaten/kota yang melaksanakan program
peningkatan kapasitas Koperasi dan Usaha Mikro
dan Usaha Kecil;
b. menyusun program kerja Pendampingan;
c. melakukan pembinaan;
d. memberikan penilaian atas kinerja Tenaga
Pendamping di provinsi dan kabupaten/kota yang
melaksanakan program peningkatan kapasitas
Koperasi, Usaha Mikro dan Usaha Kecil;

SM. 1 SM. 2 SM
- 26 -

e. melakukan supervisi, Pemantauan, dan Evaluasi


kegiatan Pendampingan; dan
f. melaporkan kegiatan Pendampingan kepada OPD
provinsi atau UPTD provinsi.
(3) Koordinator pendamping kabupaten/kota bertugas:
a. melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan
koordinator pendamping provinsi;
b. menyusun program kerja Pendampingan;
c. melakukan pembinaan;
d. memberikan penilaian atas kinerja Tenaga
Pendamping dan melaporkan ke koordinator
provinsi;
e. melakukan supervisi, Pemantauan, dan Evaluasi
kegiatan Pendampingan; dan
f. melaporkan kegiatan Pendampingan kepada
koordinator pendamping provinsi, OPD provinsi,
UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/kota.
(4) Penilaian atas kinerja Tenaga Pendamping sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d dan ayat (3) huruf d
harus memenuhi aspek penilaian kinerja sebagaimana
yang dimaksud pada Pasal 22 ayat (7).
(5) Laporan kegiatan koordinator pendamping sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf f dan ayat (3) huruf f
merupakan kompilasi laporan setiap pendamping sesuai
dengan format contoh 8 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(6) Koordinator pendamping sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh OPD provinsi, UPTD provinsi,
atau OPD kabupaten/kota serta dapat menerima
honorarium sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

SM. 1 SM. 2 SM
- 27 -

BAB VII
LAYANAN BANTUAN DAN PENDAMPINGAN HUKUM

Pasal 26
Dalam upaya pemberian Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil,
Pemerintah Daerah paling sedikit:
a. melakukan identifikasi permasalahan hukum yang
dihadapi oleh PUMK;
b. membuka informasi kepada PUMK mengenai bentuk dan
cara mengakses Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum;
c. meningkatkan literasi hukum;
d. mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan program
dan kegiatan Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum; dan
e. melakukan kerja sama dengan instansi terkait,
perguruan tinggi dan/atau organisasi profesi hukum.

Pasal 27
Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum kepada Usaha
Mikro dan Usaha Kecil diberikan terhadap permasalahan
hukum yang berkaitan dengan kegiatan usaha meliputi:
a. wanprestasi atas perjanjian/kontrak;
b. Perkara perkreditan terkait modal usaha;
c. Perkara utang/piutang terkait modal atau tagihan;
d. pelanggaran atas kekayaan intelektual;
e. sengketa ketenagakerjaan dengan karyawan;
f. sengketa atas kewajiban pajak; dan/atau
g. masalah penyusunan dokumen hukum.

Pasal 28
(1) Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum meliputi:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum;
c. penyusunan dokumen hukum;
d. mediasi; dan

SM. 1 SM. 2 SM
- 28 -

e. Pendampingan di pengadilan.
(2) Cakupan Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum
yang bersumber dari DAK Nonfisik PK2UMK meliputi:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum; dan/atau
c. penyusunan dokumen hukum.
(3) Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran
untuk pelaksanaan kegiatan Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum terkait mediasi dan
Pendampingan di pengadilan.
(4) Dalam hal layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memerlukan layanan lebih lanjut, OPD provinsi atau
UPTD provinsi mengajukan permohonan Layanan
Bantuan dan Pendampingan Hukum kepada Kementerian
melalui deputi yang membidangi urusan pemberian
Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum.

Pasal 29
(1) Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2)
dilaksanakan oleh:
a. OPD provinsi atau UPTD provinsi; dan
b. Pelaksana Layanan Pihak Lain.
(2) OPD provinsi atau UPTD provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, bertugas:
a. melakukan koordinasi perencanaan dan
pelaksanaan Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum bagi PUMK;
b. menghimpun permohonan bantuan dan
Pendampingan hukum dari PUMK;
c. mengindentifikasi dan menyeleksi persyaratan dan
permasalahan hukum sesuai lingkup Perkara;
d. memberikan bimbingan dan motivasi dalam rangka
penyelesaian permasalahan hukum PUMK;
e. melakukan Pemantauan pelaksanaan kegiatan
Layanan Bantuan dan Pendampingan Hukum bagi
PUMK; dan

SM. 1 SM. 2 SM
- 29 -

f. melakukan sosialisasi dan publikasi layanan kepada


pihak terkait di tingkat daerah.
(3) Pelaksana Layanan Pihak Lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, bertugas:
a. melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam
rangka pelaksanaan Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum kepada Usaha Mikro dan
Usaha Kecil;
b. memberikan Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum kepada PUMK secara profesional;
c. melakukan bimbingan dan memotivasi dalam rangka
pemberdayaan PUMK;
d. membuat laporan hasil pelaksanaan Layanan
Bantuan dan Pendampingan Hukum kepada PUMK
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini; dan
e. bertanggung jawab secara penuh terhadap
kebenaran dan kelengkapan seluruh dokumen
administrasi pertanggungjawaban bantuan
pembiayaan kegiatan Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum kepada PUMK.

Pasal 30
(1) PUMK harus menyampaikan permohonan secara tertulis
berkenaan dengan permasalahan hukum yang sedang
dihadapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 kepada
OPD provinsi, UPTD provinsi, atau OPD kabupaten/Kota.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disampaikan melalui OPD kabupaten/kota kepada OPD
provinsi.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan dengan melampirkan:
a. salinan atau fotokopi nomor induk berusaha; dan
b. dokumen yang berkaitan dengan Perkara.

SM. 1 SM. 2 SM
- 30 -

Pasal 31
(1) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1), OPD provinsi atau UPTD provinsi yang
melaksanakan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK
melakukan identifikasi dan seleksi persyaratan serta
lingkup Perkara PUMK.
(2) Dalam hal permohonan memenuhi persyaratan dan
termasuk dalam lingkup Perkara sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri ini, permohonan diproses lebih
lanjut dengan aksi layanan oleh OPD provinsi atau UPTD
provinsi yang melaksanakan kegiatan DAK Nonfisik
PK2UMK.
(3) Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan
dan/atau tidak termasuk dalam lingkup Perkara
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini,
berkas permohonan dikembalikan kepada pemohon
disertai dengan penjelasan secara tertulis.
(4) Dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) namun tidak dapat
dilaksanakan oleh OPD provinsi atau UPTD provinsi, OPD
provinsi atau UPTD provinsi dapat menunjuk Pelaksana
Layanan Pihak Lain berdasarkan surat keputusan kepala
OPD provinsi atau UPTD provinsi.

Pasal 32
(1) Pelaksana Layanan Pihak Lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (4) terdiri dari:
a. perorangan yang memiliki izin praktik sebagai
advokat;
b. lembaga pemberi bantuan hukum yang telah lulus
verifikasi dan terakreditasi di Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia; atau
c. perguruan tinggi yang memberikan bantuan hukum.
(2) Penunjukan Pelaksana Layanan Pihak Lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mekanisme:
a. OPD provinsi atau UPTD provinsi melakukan
koordinasi dengan PUMK selaku pemohon serta

SM. 1 SM. 2 SM
- 31 -

calon Pelaksana Layanan Pihak Lain untuk


mencapai kesepakatan pemberian Layanan Bantuan
dan Pendampingan Hukum;
b. dalam hal hasil koordinasi dicapai kesepakatan,
OPD provinsi atau UPTD provinsi menetapkan
pelaksanaan Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum kepada PUMK untuk anggaran tahun
berjalan; dan
c. dalam hal hasil koordinasi tidak dicapai
kesepakatan penyelesaian masalah PUMK sesuai
permohonan, Perkara dikembalikan kepada PUMK.
(3) Pelaksanaan layanan oleh Pelaksana Layanan Pihak Lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
standar pemberian Layanan Bantuan dan Pendampingan
hukum.

Pasal 33
(1) Standar pemberian Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3)
ditujukan untuk menjamin kualitas kegiatan Layanan
Bantuan dan Pendampingan Hukum.
(2) Standar pemberian Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum terdiri standar layanan:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum; dan
c. penyusunan dokumen hukum.

Pasal 34
(1) Standar layanan penyuluhan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. pelaksanaan kegiatan layanan penyuluhan hukum
kepada PUMK diselenggarakan oleh OPD provinsi
atau UPTD provinsi yang melaksanakan kegiatan
DAK Nonfisik PK2UMK;
b. layanan penyuluhan hukum dimaksudkan untuk
meningkatkan literasi PUMK terhadap peraturan

SM. 1 SM. 2 SM
- 32 -

perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan


PUMK;
c. layanan penyuluhan hukum kepada PUMK
dilakukan melalui metode:
1. ceramah;
2. diskusi; dan/atau
3. simulasi;
d. layanan penyuluhan hukum sebagaimana dimaksud
pada huruf a dilakukan dengan menitikberatkan
pada materi:
1. peningkatan literasi terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan bagi Usaha
Mikro dan Usaha Kecil; dan/atau
2. peningkatan kesadaran dan kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. jumlah peserta layanan penyuluhan hukum paling
sedikit 30 (tiga puluh) orang PUMK;
f. layanan penyuluhan dilakukan dalam waktu paling
singkat selama 120 (seratus dua puluh) menit atau 2
(dua) jam;
g. layanan penyuluhan hukum kepada PUMK
diberikan secara luring atau daring melalui media
video conference;
h. pelaksanaan layanan penyuluhan hukum dapat
melibatkan aparatur sipil negara pada pemerintah
pusat atau daerah, advokat, paralegal, konsultan
hukum, akademisi, atau organisasi masyarakat di
bidang hukum sebagai pemateri atau narasumber;
i. pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum harus
didokumentasikan dalam bentuk foto dan/atau
rekaman video sebagai bagian pelaksanaan kegiatan;
dan
j. hasil layanan penyuluhan hukum harus dibuat
laporan secara tertulis sesuai dengan format contoh
9 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

SM. 1 SM. 2 SM
- 33 -

Peraturan Menteri ini.


(2) Standar layanan konsultasi hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. pelaksanaan kegiatan layanan konsultasi hukum
kepada PUMK diselenggarakan oleh OPD provinsi
atau UPTD provinsi yang melaksanakan kegiatan
DAK Nonfisik PK2UMK;
b. layanan konsultasi hukum dimaksudkan untuk
memberikan solusi penyelesaian masalah hukum
yang dihadapi oleh PUMK;
c. layanan konsultasi hukum kepada PUMK dapat
diberikan secara luring atau daring melalui media
video conference;
d. layanan konsultasi diberikan paling banyak 2 (dua)
kali kegiatan masing-masing selama 60 (enam
puluh) menit untuk satu masalah hukum dengan
PUMK yang sama;
e. pelaksanaan kegiatan konsultasi harus
didokumentasikan dalam bentuk foto dan/atau
rekaman video sebagai bagian pelaksanaan kegiatan
konsultasi;
f. hasil layanan konsultasi hukum harus dibuat
laporan secara tertulis sesuai dengan format contoh
10 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Standar layanan penyusunan dokumen hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf c
dilaksanakan dengan ketentuan:
a. pelaksanaan kegiatan layanan konsultasi hukum
kepada PUMK diselenggarakan oleh OPD provinsi
atau UPTD provinsi yang melaksanakan kegiatan
DAK Nonfisik PK2UMK;
b. layanan penyusunan dokumen hukum
dimaksudkan untuk membantu PUMK untuk
menyusun dokumen hukum;

SM. 1 SM. 2 SM
- 34 -

c. dokumen hukum sebagaimana dimaksud pada


huruf b berupa:
1. surat perjanjian;
2. surat pernyataan;
3. surat hibah;
4. kontrak kerja; dan/atau
5. dokumen hukum lain yang diperlukan untuk
kegiatan PUMK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. layanan penyusunan dokumen hukum diberikan
paling banyak untuk 2 (dua) dokumen masing-
masing selama 60 (enam puluh) menit untuk satu
masalah hukum dengan PUMK yang sama;
e. dokumen hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan
dokumen hukum dalam bentuk salinan atau
fotokopi harus didokumentasikan sebagai bagian
pelaksanaan kegiatan; dan
f. pelaksanaan layanan penyusunan dokumen hukum
harus dibuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan format contoh 11 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 35
(1) Pelaksana Layanan Pihak Lain ditetapkan melalui surat
keputusan Kepala OPD provinsi atau UPTD provinsi.
(2) Pelaksana Layanan Pihak Lain diberikan pembiayaan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan Layanan Bantuan
dan Pendampingan Hukum kepada PUMK.
(3) Pemberian pembiayaan kepada Pelaksana Layanan Pihak
Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi persyaratan:
a. telah melaksanakan kegiatan Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum kepada PUMK yang
dibuktikan dengan dokumentasi berupa foto
dan/atau rekaman video pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan jenis layanan yang diberikan; dan

SM. 1 SM. 2 SM
- 35 -

b. telah menyampaikan laporan dan dokumen hasil


pelaksanaan kepada kepala OPD provinsi atau UPTD
provinsi.

Pasal 36
Besaran pembiayaan Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum bagi PUMK yang dilaksanakan oleh Pelaksana
Layanan Pihak Lain ditetapkan oleh Menteri.

BAB VIII
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu
Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 37
(1) Sekretaris Kementerian melakukan Pemantauan dan
Evaluasi secara berkala dan berkelanjutan terhadap
pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK pada
provinsi atau kabupaten/kota.
(2) Pemantauan dan Evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk menentukan capaian
hasil pelaksanaan DAK Nonfisik PK2UMK terhadap
indikator kinerja yang telah ditetapkan.
(3) Indikator kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. persentase kinerja penyerapan anggaran provinsi
atau kabupaten/kota;
b. persentase capaian output jumlah peserta Pelatihan
dan Tenaga Pendamping di provinsi atau
kabupaten/kota; dan
c. persentase capaian output jumlah PUMK yang
mendapat Layanan Bantuan dan Pendampingan
Hukum di provinsi.

SM. 1 SM. 2 SM
- 36 -

(4) Hasil Pemantauan dan Evaluasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dijadikan pertimbangan dalam
usulan pengalokasian DAK Nonfisik PK2UMK oleh
Kementerian pada tahun berikutnya.

Bagian Kedua
Pelaporan

Pasal 38
(1) Pemerintah Daerah harus membuat laporan pelaksanaan
kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK.
(2) Laporan pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK
sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari:
a. laporan bulanan;
b. laporan semester; dan
c. laporan akhir.
(3) Laporan pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK
memuat:
a. realisasi anggaran;
b. realisasi peserta dan Tenaga Pendamping;
c. realisasi peserta Layanan Bantuan dan
Pendampingan Hukum; dan
d. realisasi arah penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK.
(4) Gubernur melalui kepala OPD provinsi atau kepala UPTD
provinsi harus menyampaikan laporan semester
dan/atau laporan akhir yang memuat pelaksanaan
kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK kepada Menteri dengan
tembusan Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.
(5) Bupati/wali kota melalui Kepala OPD kabupaten/kota
harus menyampaikan laporan semester dan/atau laporan
akhir yang memuat pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik
PK2UMK kepada gubernur dengan tembusan Menteri,
Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri.
(6) Kepala OPD provinsi, kepala UPTD provinsi, atau kepala
OPD kabupaten/kota menyampaikan laporan:
a. bulanan yang disampaikan kepada Menteri melalui
sistem aplikasi peningkatan kapasitas Koperasi dan

SM. 1 SM. 2 SM
- 37 -

Usaha Mikro dan Usaha Kecil; dan


b. realisasi penggunaan DAK Nonfisik PK2UMK setiap
semester kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan.
(7) Penyampaian laporan bulanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf a dilakukan dengan jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak bulan
pelaksanaan berakhir.
(8) Penyampaian laporan semester sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) huruf b dilakukan
dengan jangka waktu sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai DAK Nonfisik
PK2UMK.
(9) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dan huruf c sesuai dengan format contoh 12, contoh 13,
contoh 14, contoh 15 dan contoh 16 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB IX
PENGGUNAAN APBD

Pasal 39
Hal-hal yang tidak diatur dalam Peraturan Menteri ini dapat
dialokasikan melalui sumber pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik
Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil, dan
Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

SM. 1 SM. 2 SM
- 38 -

2020 Nomor 203); dan


b. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik
Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil, dan
Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 648),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 41
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

SM. 1 SM. 2 SM
- 39 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Januari 2022

MENTERI KOPERASI DAN


USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

TETEN MASDUKI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Januari 2022

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BENNY RIYANTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 100

SM. 1 SM. 2 SM
- 40 -

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOPERASI
DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH
NOMOR 2 TAHUN 2022
TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS NONFISIK PENINGKATAN
KAPASITAS KOPERASI, USAHA
MIKRO, DAN KECIL

CONTOH 1 FORMAT RENCANA PENGGUNAAN DAK NONFISIK PK2UMK

RENCANA PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK


PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA … TAHUN ANGGARAN …
SAMPAI DENGAN TAHAP …
Perencanaan Kegiatan
Jumlah Penerima
Kegiatan/Periode Pelaksanaan Pagu APBN
Manfaat/Output
Jumlah Satuan (Rp)
1 2 3 4 5
I Menu Kegiatan
1 Sub Menu Kegiatan
2 Sub Menu Kegiatan
3 Sub Menu Kegiatan
II Menu Kegiatan
1 Sub Menu Kegiatan
2 Sub Menu Kegiatan
dst… dst…
Total
Pagu APBN

Tempat …, Tanggal ….
Pejabat Penandatangan

(tanda tangan asli dan cap dinas)

Nama ….
NIP ….

SM. 1 SM. 2 SM
- 41 -

CONTOH 2 FORMAT LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS TENAGA


PENDAMPING

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


1 Nama Peserta : ………………………………………………………
2 Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3 Agama : Islam Buddha


Kristen Hindu
Katholik Kong Hu Cu
4 Nomor Induk Kependudukan : ………………………………………………………
5 Tempat dan Tanggal Lahir : ………………………………………………………

6 Pendidikan terakhir : a. SD e. S1
b. SLTP f. S2
c. SLTA g. S3
d. Diploma
7 No. Telp/ Hp : ………………………………………………………
8 Email : ………………………………………………………
9 Nama UMKM / Koperasi : ………………………………………………………
10 Alamat UMKM / Koperasi : ………………………………………………………
11 Provinsi : ………………………………………………………
12 Kab/ Kota : ………………………………………………………
13 Tanggal Pendirian UMKM /Koperasi : ………………………………………………………
14 Nomor Induk Koperasi : ………………………………………………………
15 Nomor IUMK : ………………………………………………………
Pengurus Koperasi Pelaku Usaha
16 Jabatan di UMKM / Koperasi : Mikro
Pengawas Koperasi Pelaku Usaha Kecil
Pengelola Koperasi Calon Wirausaha
Dewan Pengawas Koperasi
17 Volume (Omzet) Usaha : ………………………………………………………
18 Jumlah Karyawan : ………………………………………………………
19 Permasalahan yang dihadapi dalam : ………………………………………………………
Pengembangan Usaha ………………………………………………………

19 Kebutuhan Diklat : Perkoperasian Manajerial


Kewirausahaan Kompetensi
(SKKNI)

SM. 1 SM. 2 SM
- 42 -

Keterampilan Teknologi Informasi


Teknis
Akses dan Literasi Keungan
20 Rekomendasi : ………………………………………………………

Nama Petugas Tanggal Bulan, Tahun Mengetahui


Pendamping Nama Peserta KoordinatorPendamping

(……………………… ) (…………………………) (………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 43 -

CONTOH 3 FORMAT LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS TENAGA PENDAMPING


RENCANA KERJA PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
DAK NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
URAIAN KEGIATAN
NO BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV BULAN V BULAN VI BULAN VII BULAN VIII BULAN IX BULAN X KET
PENDAMPINGAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Identifikasi
Kebutuhan
Pelatihan Peserta
2 Menyusun Rencana
Kerja Pelaksanaan
Pendampingan
3 Kegiatan
Pendampingan
1. Bimbingan
2. Konsultasi
3. Advokasi
4. Pendataan Data
Base Peserta
Pelatihan
4 Evaluasi dan
Pelaporan
Keterangan Cara Mengisi
Di arsir atau di beri tanda (√) centang pada Kolom Minggu selama proses Pendampingan

MENGETAHUI TEMPAT, TGL/BLN/TAHUN


KOORDINATOR PENDAMPING TENAGA PENDAMPING

(…………………………………………………) (…………………………………………..)

SM. 1 SM. 2 SM
- 44 -

CONTOH 4 FORMAT LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS TENAGA


PENDAMPING

PELAKSANAAN PENDAMPINGAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK


PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL

NAMA PETUGAS PENDAMPING :


NAMA PESERTA YANG DIDAMPINGI :
PROVINSI/KAB/KOTA :
BULAN I, II, III, IV,V, VI, VII, VIII, IX, X
NO HARI/TGL KEGIATAN TEMPAT KENDALA TINDAKLANJUT
1 a. Bimbingan…
b. Konsultasi…..
c. Advokasi….
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan :
Kegiatan harian bisa memilih salah satu dari kegiatan bimbingan, konsultasi
atau advokasi atau bahkan melaporkan ketiga-tiganya. Namun cakupan
seluruh kegiatan Pendampingan harus mencakup ketiga unsur kegiatan
tersebut.
* Bimbingan = Bantuan yang dilakukan Tenaga Pendamping menggunakan
cara/prosedur supaya peserta yang didampingi mandiri.
* Konsultasi = Kegiatan untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dialami peserta.
* Advokasi = Mengupayakan solusi dari masalah yang didampingi ke dalam
agenda kebijakan.

Mengetahui Tempat, tanggal


Koordinator Pendamping Tenaga Pendamping

(……………………………..) (……………………….)

SM. 1 SM. 2 SM
- 45 -

CONTOH 5 FORMAT LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS TENAGA


PENDAMPING

EVALUASI KEGIATAN PENDAMPINGAN DAK NONFISIK


PENINGKATAN KAPASITAS, USAHA MIKRO, DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN…..
PROVINSI/KAB/KOTA….
NAMA
MASALAH HASIL
PESERTA PROSES OUTCOME
YANG PENDAMPIN TINDAKLAN
NO PASCA PENDAMPIN PENDAMPING KENDALA SARAN
DIHADAPI GAN JUT
DIKLAT YANG GAN AN
PESERTA (OUPUT)
DIDAMPINGI

Mengetahui Tanggal Bulan, Tahun


Koordinator Pendamping Nama Peserta

(………………………………) (………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 46 -

CONTOH 6 FORMAT LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS TENAGA


PENDAMPING

LAPORAN KEGIATAN PENDAMPINGAN


DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL

1 PENDAHULUAN
a. Dasar Penetapan Penugasan (melampirkan Surat Penetapan Tenaga Pendamping)
dari Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM di Tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota)
b. Tujuan Kegiatan Pendampingan
c. Gambaran Umum Tentang Data Koperasi dan UMKM di Wilayah Tugas
Pendampingan

2 DATA PESERTA YANG DIDAMPINGI


Spesifikasi Peserta yang didampingi
a. Berasal dari Koperasi (Pengurus, Pengawas, Pengelola atau anggota Koperasi)
Berasal dari UMKM (Jenis Usaha, skala usaha dsb)
b. Pelatihan dan Tahun Pelatihan yang diikuti Peserta
c. Jumlah Peserta yang didampingi

3 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PESERTA PELATIHAN


Data Umum Peserta (Gambaran Potensi Usaha)

4 TARGET YANG AKAN DICAPAI DALAM KEGIATAN PENDAMPINGAN


a Contoh : Perencanaan Usaha, Sumber Pembiayaan, Menyusun Proposal Bisnis
Penyusunan Laporan Keuangan KUMKM, Kemitraan/Pemasaran Produk
Kelembagaan, Manajemen Organisasi, Kualitas Produk, dsb.
b Rencana Kerja Pelaksanaan Pendampingan selama 10 Bulan

5 PELAKSANAAN PENDAMPINGAN
a Jadwal Kerja Pendampingan
b Hambatan Selama Pendampingan
c Hasil dan Kemajuan Pendampingan Pasca Pelatihan

6 KESIMPULAN DAN SARAN


a Kesimpulan
b Saran

Mengetahui Tanggal, Bulan, Tahun


Koordinator Pendamping Nama Peserta

(………………………………) (………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 47 -

CONTOH 7 FORMAT PERJANJIAN KERJA

PERJANJIAN KERJA TENAGA PENDAMPING PENINGKATAN KAPASITAS


KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
DINAS ………. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ……….
TAHUN ……….

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pendampingan PK2UMK melalui DAK


Nonfisik pada tahun ….., kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : (diisi dengan nama Tenaga Pendamping)


NIK :

Selanjutnya disebut Pihak Pertama.

Nama : (diisi dengan nama koordinator pendamping)


Jabatan :
NIK :

selanjutnya disebut Pihak Kedua.

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya


sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka
yang telah ditetapkan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja
tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Pihak Kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan


melakukan Evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan
mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan
dan sanksi.

(nama kab/kota), tanggal


Pihak Kedua, Pihak Pertama,

(nama koordinator Tenaga (nama Tenaga Pendamping)


Pendamping)

SM. 1 SM. 2 SM
- 48 -

PERJANJIAN KERJA TAHUN ……


No Sasaran Individu Indikator Kinerja Individu Target
1 mendorong transformasi 1 Jumlah Nomor Induk
usaha informal ke Berusaha yang diterbitkan
formal bagi Usaha Mikro dari peserta Pelatihan
dan kecil PK2UMK yang didampingi ……..
2 akselerasi digitalisasi 2 Jumlah produk yang
Koperasi dan Usaha terhubung dengan
Mikro dan kecil ekosistem digital dari
pelaku Koperasi, Usaha
Mikro, kecil, dan calon
wirausaha dan/atau
wirausaha pemula yang
mengikuti Pelatihan
PK2UMK ……..
3 meningkatkan akses 3 Jumlah pelaku Koperasi,
kredit lembaga Usaha Mikro, kecil, dan
keuangan formal bagi calon wirausaha dan/atau
pelaku Koperasi dan wirausaha pemula yang
Usaha Mikro dan kecil telah mengikuti Pelatihan
PK2UMK yang
mendapatkan akses kredit
lembaga keuangan formal ……..
4 menumbuhkan 4 Jumlah calon wirausaha
wirausaha pemula yang mengikuti Pelatihan
PK2UMK yang menjadi
wirausaha pemula ……..

(nama kota/kab), tanggal


Pihak Kedua, Pihak Pertama,

(nama koordinator Tenaga (nama Tenaga Pendamping)


Pendamping)

SM. 1 SM. 2 SM
- 49 -

CONTOH 8 FORMAT LAPORAN KEGIATAN KOORDINATOR PENDAMPING

LAPORAN KOORDINATOR PENDAMPING


DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL

1 PENDAHULUAN
a Dasar Penetapan Penugasan (dilampiri Surat Penetapan Tenaga
Pendamping)
dari Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM di Tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota)
b. Tujuan Kegiatan Pendampingan
c. Gambaran Umum Tentang Data Koperasi dan UMKM di Wilayah Tugas
Pendampingan

2 KINERJA KEGIATAN PENDAMPINGAN


a. Target Kegiatan Pendampingan (Koperasi dan UKM)
b. Pelaksanaan Pendampingan
c. Capaian Output Kegiatan Pendampingan
d. Capaian Outcome Kegiatan Pendampingan

3 PERMASALAHAN DI LAPANGAN

4 PEMECAHAN MASALAH

5 PENUTUP
a Dokumentasi
b Kesimpulan
c Saran

Tanggal, Bulan, Tahun


KoordinatorPendamping

(………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 50 -

CONTOH 9 FORMAT HASIL LAYANAN PENYULUHAN HUKUM

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN HUKUM


PENIGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN …..
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA……………..

I PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
b.Tujuan Penulisan Laporan

II RENCANA DAN TARGET PELAKSANAAN PENYULUHAN HUKUM


PK2UMK
a. Perencanaan
b. Penganggaran
c. Pelaksanaan

III HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN HUKUM PK2UMK


a. Capaian Per Kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK dan Output (Pelatihan
dan Pendampingan)
b. Capaian Kinerja
c. Capaian Realisasi
Keuangan
d. Dokumentasi

IV PERMASALAHAN PELAKSANAAN PENYULUHAN HUKUM PK2UMK

V PEMANTAUAN DAN EVALUASI

VI PENUTUP
a. Kesimpulan dan Saran
b. Rekomendasi Pelaksanaan Penyuluhan Hukum PK2UMK

LAMPIRAN
1 Realisasi Anggaran dan Realisasi Output
Data Peserta
2 Penyuluhan
3 Data Pemateri/Narasumber
4 Jadwal Pelaksanaan

SM. 1 SM. 2 SM
- 51 -

CONTOH 10 FORMAT HASIL LAYANAN KONSULTASI HUKUM


HASIL LAYANAN KONSULTASI HUKUM

I. Identitas PUMK
1. Nama Lengkap :
2. NIK dan NIB :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Akhir :
5. Jenis Usaha :
6. Omzet/Tahun :
7. Alamat Usaha :

II. Pelaksanaan Konsultasi Hukum


1. Hari/Tanggal :
2. Waktu/Jam : Pukul s/d
3. Tempat :

III. Uraian singkat pokok masalah PUMK


…………………………………………………………………………………….
IV. Nasihat yang diberikan beserta aspek yuridis dan advokasi lain
yang bermanfaat bagi PUMK
…………………………………………………………………………………….
V. Kesimpulan Hasil Konsultasi
…………………………………………………………………………………….
VI. Lampiran
(Dokumentasi dan dokumen pendukung pelaksanaan terkait
kegiatan konsultasi)

…………………….2021
Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Pelaksana Layanan konsultasi

(………………………………) (………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 52 -

CONTOH 11 FORMAT LAPORAN HASIL PELAKSANAAN LAYANAN


PENYUSUNAN DOKUMEN HUKUM

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN LAYANAN


PENYUSUNAN DOKUMEN HUKUM

I. Identitas PUMK
1. Nama Lengkap :
2. NIK dan NIB :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Akhir :
5. Jenis Usaha :
6. Omzet/Tahun :
7. Alamat Usaha :

II. Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Hukum


1. Hari/Tanggal :
2. Waktu/Jam : Pukul s/d
3. Tempat :

III. Uraian singkat pokok masalah PUMK


………………………………………………………………………………
IV. Dokumen Hukum yang disusun
………………………………………………………………………………
V. Substansi Dokumen yang disusun
………………………………………………………………………………
VI. Lampiran
(Dokumentasi dan dokumen pendukung pelaksanaan terkait
kegiatan konsultasi)

Tempat, tanggal ……. 2021


Pelaku Usaha Mikro dan Kecil Pelaksana Penyusunan
Dokumen Hukum

(………………………………) (………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 53 -

CONTOH 12 FORMAT LAPORAN SEMESTER DAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN DAK
NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS, USAHA MIKRO, DAN KECIL

LAPORAN SEMESTER
DAK NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS, USAHA MIKRO, DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN…..
PROVINSI/KAB/KOTA….
Kegiatan
Realisasi Sisa Realisasi
Jumlah Anggaran
Layanan
Kode
No Program/Kegiatan Satuan Vol Bantuan dan Total Kendala Solusi Keterangan
Akun Pelatihan Pendampingan Output Keuangan Output Keuangan
Pendampingan Anggaran
Hukum
(Rp.Juta) (Rp.Juta) (Rp.Juta) (Rp.Juta) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Program…...
2 Pelatihan
A Pelatihan…
B Pelatihan…
3 Pendampingan
A Tenaga Pendamping
Layanan bantuan
4 dan pendampingan
hukum
5 A Penyuluhan,
Konsultasi, dan/atau
Drafting Dokumen
Hukum Bagi Usaha
Mikro dan Kecil
Jumlah

Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Kepala OPD Provinsi/Kabupaten/Kota

(………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 54 -

CONTOH 13 FORMAT LAPORAN SEMESTER DAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN DAK NONFISIK
PENINGKATAN KAPASITAS, USAHA MIKRO, DAN KECIL

DATA TENAGA PENDAMPING


DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN…..
PROVINSI/KAB/KOTA….

Tempat, Tgl Jenis Kompetensi / Alamat & HP, Pekerjaan / Cakupan Wilayah
No Nama Pendidikan Keterangan
Lahir Kelamin Keahlian Email Profesi Pendampingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

KOORDINATOR PENDAMPING :………………..


1
2
3
4
5
6

Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Kepala OPD
Provinsi/Kabupaten/Kota

(………………………………)

SM. 1 SM. 2 SM
- 55 -

CONTOH 14 FORMAT LAPORAN SEMESTER DAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN DAK NONFISIK
PENINGKATAN KAPASITAS, USAHA MIKRO, DAN KECIL

BIODATA PESERTA PELATIHAN


DAK NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN…..
PROVINSI/KAB/KOTA….
OPD :
PELATIHAN :
TANGGAL :

Nomor Induk Tempat, Koperasi/UMKM Yg Diwakili Peserta Domisili Peserta


Jenis
No Nama Kependudukan Tgl Nama Nomor Induk Telp/Fax/ Pendidikan
Kelamin Alamat Alamat Hp/Tlp/Email Telp/Faks
(NIK) Lahir Kop/UMKM Koperasi/IUMK Email
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1
2

Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Kepala OPD
Provinsi/Kabupaten/Kota

(………………………………)
Nama
(NIP)
SM. 1 SM. 2 SM
- 56 -

CONTOH 15 FORMAT LAPORAN SEMESTER DAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN DAK NONFISIK
PENINGKATAN KAPASITAS, USAHA MIKRO, DAN KECIL

BIODATA FASILITATOR/INSTRUKTUR PELATIHAN


DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN…..
PROVINSI/KAB/KOTA….

Tempat, Tgl Jenis Nama Dan No Telp/Hp/ Materi Materi Yg Judul


No Nama Pendidikan Alamat Rumah
Lahir Kelamin Alamat Kantor Email Spesialis Diajarkan Pelatihan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1

Tempat, Tanggal/Bulan/Tahun
Kepala OPD Provinsi/Kabupaten/Kota

(………………………………)
Nama
(NIP)

SM. 1 SM. 2 SM
- 57 -

CONTOH 16 FORMAT LAPORAN SEMESTER DAN LAPORAN AKHIR


PELAKSANAAN KEGIATAN DAK NONFISIK PENINGKATAN KAPASITAS,
USAHA MIKRO, DAN KECIL

LAPORAN AKHIR
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK PENINGKATAN
KAPASITAS KOPERASI, USAHA MIKRO, DAN KECIL
TAHUN ANGGARAN ….
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…

I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
Laporan

II RENCANA DAN TARGET PELAKSANAAN DAK NONFISIK PK2UMK

a Perencanaan
b Penganggaran
c Pelaksanaan

III HASIL PELAKSANAAN DAKNON FISIK PK2UMK


a. Capaian Per Kegiatan DAK Nonfisik PK2UMK dan Output (Pelatihan
dan Pendampingan)
b. Capaian Kinerja (Pelatihan dan Pendampingan)
c. Capaian outcome Pelaksananaan DAK
d. Capaian Realisasi Keuangan
e. Dokumentasi

IV PERMASALAHAN PELAKSANAAN DAK

V PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Provinsi juga melaporkan Pemantauan dan Evaluasi kab/kota

VI PENUTUP
a. Kesimpulan dan Saran
b. Rekomendasi kebijakan Pelaksanaan DAK Nonfisik

LAMPIRAN
1 Realisasi Anggaran dan Realisasi Output
2 Data Peserta Diklat

SM. 1 SM. 2 SM
- 58 -

3 Data Pendamping
4 Data Fasilitator/Instruktur
Pelatihan
5 Jadwal Pelatihan

MENTERI KOPERASI DAN


USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

TETEN MASDUKI

SM. 1 SM. 2 SM
KE
M
EN
KO
P-
U
KM
SALINAN
KE
M
EN
KO
P-
U
KM
Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Mikro, dan Kecil
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
100);
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN MENTER! KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH TENTANG SATUAN BIAYA TERTINGGI
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI DAN
USAHA MIKRO DAN KECIL.
KESATU Menetapkan Satuan Biaya Tertinggi Penggunaan Dana

KM
Alokasi Khusus Nonfisik Program Peningkatan Kapasitas
Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disebut
Satuan Biaya Tertinggi Penggunaan DAK Nonfisik Program
PK2UMK dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
U
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
P-
KEDUA Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
KO

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .2.4 Februari 2022
EN

MENTER! KOPERASI DAN USAHA


KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA,
M
KE

TETEN MASDUKI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KOPERASI DAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH
NOMOR 19 TAHUN 2022
TENTANG SATUAN BIAYA TERTINGGI
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
NONFISIK PROGRAM PENINGKATAN
KAPASITAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO
DAN KECIL

SATUAN BIAYA TERTINGGI PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK


PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DAN KECIL

KM
Satuan Biaya Tertinggi Penggunaan DAK Nonfisik Program PK2UMK terdiri dari:
1. Satuan biaya paket kegiatan pelatihan luar jaringan atau klasikal paling tinggi
sebesar Rp 85.000.000,00 (delapan puluh lima juta rupiah) dengan rincian
dan komponen sebagai berikut:

U
NO KOMPONEN PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA TERTINGGI
1. Biaya Akomodasi dan Konsumsi
per orang/hari Rp350.000,00
P-
Penyelenggaraan Pelatihan
2. Honorarium Penceramah per orang/jam Rp1.000.000,00
3. Honorarium Narasumber per orang/jam Rp1.000.000,00
KO

4. Honorarium Fasilitator, per orang/jam


Rp300.000,00
Instruktur, Atau Pengajar pelajaran
5. Transportasi Peserta Pelatihan per orang/kali Rp150.000,00
6. Transportasi Penceramah per orang/kali Rp150.000,00
7. Transportasi Fasilitator,
EN

per orang/kali Rp. 150.000,00


Instruktur, Atau Pengajar
8. Transportasi Narasumber per orang/kali Rp150.000,00
9. Uang Harian Peserta Pelatihan per orang/hari Rp100.000,00
10. Biaya Training Kit per orang Rp132.000,00
M

11. Spanduk dan Dokumentasi per buah Rp250.000,00


12. Penggandaan Materi per lembar Rp250,00
KE

13. Fasilitasi Biaya Uji Sertifikasi


per orang Rp1.500.000,00
Pelatihan Berbasis Kompetensi
14. Kurikulum, Silabus, Modul per paket Rp5.000.000,00
15. Sertifikat Pelatihan per orang Rp20.000,00
2. Satuan biaya paket kegiatan pelatihan dalam jaringan atau online paling tinggi
sebesar Rp32.800.000,00 (tiga puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah)
dengan rincian dan komponen sebagai berikut:

NO KOMPONEN PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA TERTINGGI


1. Jaringan Internet per bulan Rp515.000,00
2. Sewa Peladen per paket Rp2.610.000,00
3. Jasa Aplikasi Elektronik per paket Rp3.175.000,00
4. Honorarium Penceramah per orang/jam Rp1.000.000,00
5. Honorarium Narasumber per orang/jam Rp1.000.000,00
No Komponen …
SM.1 SM.2 Insp SM
NO KOMPONEN PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA TERTINGGI
6. Biaya Modul Elektronik per modul elektronik Rp5.000.000,00
7. Biaya Visualisasi Materi per/materi Rp5.000.000,00
8. Kurikulum dan Silabus per/paket Rp5.000.000,00
9. Sertifikat Pelatihan per/orang Rp20.000,00
10. Pulsa Peserta per/orang Rp200.000,00
3. Satuan biaya paket kegiatan pelatihan Pelatihan Dalam Jaringan/Online dan
Luar Jaringan/Klasikal paling tinggi sebesar Rp67.800.000,00 (enam puluh
tujuh juta delapan ratus ribu rupiah) dengan rincian dan komponen sebagai
berikut:
NO KOMPONEN PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA TERTINGGI
1. Biaya Akomodasi dan
Konsumsi Penyelenggaraan per orang/hari Rp350.000,00

KM
Pelatihan
2. Uang Harian Peserta Pelatihan
per orang/hari Rp100.000,00
luring
3. Jaringan Internet per/bulan Rp515.000,00

U
4. Sewa Peladen per/paket Rp2.610.000,00
5. Jasa Aplikasi Elektronik per/paket Rp3.175.000,00
6. Pulsa Peserta Peserta
P-
per orang Rp200.000,00
Pelatihan Daring
7. Biaya Modul Elektronik per modul elektronik Rp5.000.000,00
8. Kurikulum dan Silabus per/materi Rp5.000.000,00
KO

9. Sertifikat Pelatihan per orang Rp20.000,00


10. Honorarium Penceramah per orang/jam Rp1.000.000,00
11. Honorarium Narasumber per orang/jam Rp1.000.000,00
12. Honorarium Fasilitator, per orang/jam
Rp300.000,00
EN

Instruktur, atau Pengajar pelajaran


13. Transportasi Peserta Pelatihan per orang/kali Rp150.000,00
14. Transportasi Penceramah per orang/kali Rp150.000,00
15. Transportasi Fasilitator,
per orang/kali Rp150.000,00
M

Instruktur, Atau Pengajar


16. Transportasi Narasumber per orang/kali Rp150.000,00
17. Biaya Training Kit per orang Rp132.000,00
KE

18. Spanduk per buah Rp250.000,00


19. Dokumentasi per paket Rp500.000,00
20. Penggandaan Materi per lembar Rp250,00
21 Fasilitasi Biaya Uji Sertifikasi
Pelatihan Berbasis per orang Rp1.500.000,00
Kompetensi

4. Satuan biaya tertinggi honor tenaga pendamping pada kegiatan pendampingan


peserta pelatihan di tingkat provinsi paling tinggi sebesar Rp.3.300.000,00
(tiga juta tiga ratus ribu rupiah) per orang setiap bulan.
5. Satuan biaya tertinggi honor tenaga pendamping pada kegiatan pendampingan
peserta pelatihan di tingkat kabupaten/kota paling tinggi sebesar
Rp.2.700.000,00 (dua juta tujuh ratus ribu rupiah) per orang setiap bulan.

6. Satuan Biaya…

SM.1 SM.2 Insp SM


6. Satuan biaya tertinggi rincian dan komponen penggunaan sub-kegiatan
penyuluhan hukum pada layanan bantuan dan pendampingan hukum
sebagai berikut:
NO KOMPONEN PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA TERTINGGI
1. Spanduk Paket Rp250.000,00
2. Honorarium Narasumber per orang/jam Rp1.000.000,00
3. Honorarium Moderator per orang/jam Rp700.000,00
4. Transport Narasumber per orang/kali Rp150.000,00
5. Transport Moderator per orang/kali Rp150.000,00
6. Transport Peserta per orang/hari Rp150.000,00
7. Biaya Akomodasi dan
per orang/hari Rp350.000,00
Konsumsi Penyelenggaraan
8. Uang Harian Peserta per orang/hari Rp100.000,00

KM
7. Satuan biaya tertinggi rincian dan komponen penggunaan sub-kegiatan
konsultasi dan penyusunan dokumen hukum pada layanan bantuan dan
pendampingan hukum sebagai berikut:
NO KOMPONEN PEMBIAYAAN SATUAN BIAYA TERTINGGI

U
1. Konsultasi Hukum Per jam Rp500.000,00
2. Penyusunan Dokumen
Per jam Rp750.000,00
P-
Hukum
8. Komponen biaya tertinggi Penggunaan DAK Nonfisik Program PK2UMK dapat
melebihi biaya tertinggi yang telah ditetapkan dengan mengacu pada:
KO

a. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga Satuan


Regional:
1) Lampiran I Tabel 1.2 terkait Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam
Negeri (Diklat) untuk uang harian peserta pelatihan
EN

2) Lampiran II Tabel 2.2 terkait Satuan Biaya Tiket Pesawat Perjalanan


Dinas Dalam Negeri untuk biaya transportasi, penceramah,
narasumber dan fasilitator, instruktur, atau pengajar
3) Lampiran II Tabel 2.4 terkait Satuan Biaya Transportasi Darat dari
Ibukota Provinsi ke Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang Sama (One
M

Way) untuk transportasi peserta pelatihan


b. Biaya paket akomodasi dan konsumsi penyelenggaraan pelatihan dapat
KE

melebihi biaya tertinggi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Masukan Tahun
Anggaran 2022 pada lampiran I Nomor 33.1 huruf c Paket Kegiatan
Rapat/Pertemuan di Luar Kantor bagi Pejabat Eselon III ke bawah.

MENTERI KOPERASI DAN USAHA


KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA,

TETEN MASDUKI

SM.1 SM.2 Insp SM


Lampiran
212 Fokus Wilayah Penanganan Kemiskinan Ekstrem Tahun 2022
Dalam Rapat Pleno Tingkat Menteri TNP2K pada 25 Agustus 2021

Provinsi Kab./Kota
1 Provinsi Aceh 1 Kab. Aceh Singkil
2 Kab. Aceh Tengah
3 Kab. Pidie Jaya
4 Kab. Aceh Utara
5 Kab. Aceh Barat Daya
6 Kota Lhokseumawe
7 Kab. Nagan Raya
8 Kab. Bener Meriah
9 Kab. Aceh Timur
10 Kab. Aceh Barat
11 Kab. Aceh Besar
12 Kab. Pidie
13 Kab. Bireun
2 Provinsi Sumatera 14 Kab. Langkat
Utara 15 Kab. Asahan
16 Kab. Simalungun
17 Kota Medan
18 Kab. Nias Selatan
19 Kab. Nias Utara
20 Kab. Nias Barat
3 Provinsi Sumatera 21 Kab. Kepulauan
Barat Mentawai
4 Provinsi Riau 22 Kab. Kepulauan Meranti
23 Kab. Rokan Hulu
5 Provinsi Sumatera 24 Kab. Lahat
Selatan 25 Kab. Muara Enim
26 Kab. Ogan Kornering Ulu
27 Kota Palembang
28 Kab. Musi Rawas
29 Kab. Ogan Ilir
30 Kab. Musi Rawas Utara
31 Kab. Musi Banyuasin
32 Kab. Ogan Kornering Ilir
33 Kota Lubuklinggau
6 Provinsi Bengkulu 34 Kab. Bengkulu Selatan
35 Kab. Kaur
36 Kab. Seluma
37 Kota Bengkulu
Provinsi Kab./Kota
7 Provinsi Lampung 38 Kab. Lampung Barat
39 Kab. Lampung Tengah
40 Kab. Lampung Utara
41 Kab. Lampung Timur
42 Kab. Lampung Selatan
43 Kab. Way Kanan
44 Kota Bandar Lampung
45 Kab. Pesawaran
8 Provinsi Kepulauan 46 Kab. Lingga
Riau
9 Provinsi DKI Jakarta 47 Kota Jakarta Utara
10 Provinsi Jawa Barat 48 Kab. Bandung
49 Kab. Bogor
50 Kab. Majalengka
51 Kab. Cianjur
52 Kab. Cirebon
53 Kab. Garut
54 Kab. Karawang
55 Kab. Kuningan
56 Kab. Subang
57 Kab. Sumedang
58 Kab. Indramayu
59 Kota Bandung
60 Kab. Bekasi
61 Kota Cirebon
62 Kota Tasikmalaya
63 Kab. Bandung Barat
64 kota Depok
11 Provinsi Jawa Timur 65 Kab. Banyumas
66 Kab. Batang
67 Kab. Demak
68 Kab. Boyolali
69 Kab. Karanganyar
70 Kab. Kebumen
71 Kab. Kendal
72 Kab. Klaten
73 Kab. Magelang
74 Kab. Pati
75 Kab. Pemalang
76 Kab. Purbalingga
77 Kab. Rembang
78 Kab. Sragen
79 Kab. Brebes
80 Kab. Tegal
Provinsi Kab./Kota
81 Kab. Wonosobo
82 Kab. Pekalongan
83 Kab. Banjarnegara
12 D.I. Yogyakarta 84 Kab. Bantul
85 Kab. Gunung Kidul
86 Kab. Kulon Progo
87 Kab. Sleman
13 Provinsi Jawa Timur 88 Kab. Bangkalan
89 Kab. Banyuwangi
90 Kab. Blitar
91 Kab. Bojonegoro
92 Kab. Bondowoso
93 Kab. Jember
94 Kab. Jombang
95 Kab. Kediri
96 Kab. Lamongan
97 Kab. Madiun
98 Kab. Malang
99 Kab. Mojokerto
100 Kab. Ngawi
101 Kab. Pacitan
102 Kab. Pamekasan
103 Kab. Pasuruan
104 Kab. Ponorogo
105 Kab. Probolinggo
106 Kab. Sampang
107 Kab. Sidoarjo
108 Kab. Situbondo
109 Kab. Sumenep
110 Kab. Tuban
111 Kab. Gresik
112 Kota Surabaya
14 Provinsi Banten 113 Kab. Tangerang
114 Kota Tangerang Selatan
15 Provinsi Nusa 115 Kab. Lombok Barat
Tenggara Barat 116 Kab. Lombok Tengah
117 Kab. Lombok Timur
118 Kab. Sumbawa
119 Kab. Bima
120 Kab. Sumbawa Barat
121 Kab. Lombok Utara
122 kota Mataram
16 123 Kab. Alor
Provinsi Kab./Kota
124 Kab. Belu
125 Kab. Ende
126 Kab. Sumba Timur
127 Kab. Kupang
128 Kab. Lembata
129 Kab. Manggarai
130 Kab. Manggarai Barat
131 Kab. Sumba Tengah
Provinsi Nusa 132 Kab. Sumba Barat
Tenggara Timur 133 Kab. Timor Tengah
Selatan
134 Kab. Timor Tengah Utara
135 Kab. Sabu Raijua
136 Kab. Rote Ndao
137 Kab. Malaka
138 Kota Kupang
139 Kab. Sumba Barat Daya
140 Kab. Manggarai Timur
17 Provinsi Nusa 141 Kab. Kutai Timur
Kalimantan Timur
18 Provinsi Sulawesi 142 Kab. Toli-Toli
Tengah 143 Kab. Donggala
144 Kab. Morowali
145 Kab. Poso
146 Kab Tojo Una-Una
147 Kab. Parigi Moutong
148 Kab. Morowali Utara
19 Provinsi Sulawesi 149 Kab. Jeneponto
Selatan 150 Kab. Pangkajene
Kepulauan
151 Kab. Bone
152 Kab. Luwu
153 Kab. Luwu Utara
20 Provinsi Sulawesi 154 Kab. Konawe
Tenggara 155 Kab. Wakatobi
156 Kab. Konawe Utara
157 Kab. Kolaka Utara
158 Kab. Kolaka Timur
21 Provinsi Gorontalo 159 Kab. Gorontalo
160 Kab. Boalemo
161 Kab. Pohuwato
162 Kab. Bone Bolango
22 Provinsi Sulawesi Barat 163 Kab. Majene
164 Kab. Polewali Mandar
Provinsi Kab./Kota
23 Provinsi Maluku 165 Kab. Maluku Tenggara
166 Kab. Maluku Tenggara
Barat
167 Kota Tual
168 Kab. Maluku Tengah
169 Kab. Buru
170 Kab. Kepulauan Aru
171 Kab. Seram Bagian Barat
172 Kab. Seram Bagian Timur
173 Kab. Maluku Barat Daya
24 Provinsi Papua Barat 174 Kab. Fakfak
175 Kab. Teluk Wondama
176 Kab. Teluk Bintuni
177 Kab. Manokwari
178 Kab. Sorong Selatan
179 Kab. Sorong
180 Kab. Raja Ampat
181 Kab. Tambraw
182 Kab. Maybrat
183 Kab. Manokwari Selatan
184 Kab. Pegunungan Arfak
185 kota Sorong
25 Provinsi Papua 186 Kab. Biak Numfor
187 Kab. Jayapura
188 Kab. Jayawijaya
189 Kab. Nabire
190 Kab. Paniai
191 Kab. Keerom
192 Kab. Yahukimo
193 Kab. Boven Digoel
194 Kab. Mappi
195 Kab. Supiori
196 Kab. Mamberamo Raya
197 Kab. Nduga
198 Kab. Dogiyai
199 Kab. Puncak
200 Kab. Kepulauan Yapem
201 Kab. Puncak Jaya
202 Kab. Mimika
203 Kab. Asmat
204 Kab. Pegunungan
Bintang
205 Kab. Tolikara
206 Kab. Waropen
Provinsi Kab./Kota
207 Kab. Lanny Jaya
208 Kab. Mamberamo
Tengah
209 Kab. Yalimo
210 Kab. Intan Jaya
211 Kab. Deiyai
212 kota Jayapura

Anda mungkin juga menyukai