JAWA BARAT
NOMOR 9 TAHUN 2 0 2 2
TENTANG
BUPATI GARUT,
perekonomian daerah;
Indonesia Tahun 1 9 4 5 ;
Nomor 6 5 7 3 ) ;
Indonesia Nomor 5 3 9 4 ) ;
Indonesia Nomor 6 7 5 7 ) ;
Nomor 6 4 0 2 ) ;
dan
BUPATI GARUT
3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEMUDAHAN,
PERATURAN DAERAH TENT ANG
USAHA M I K R O .
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Kabupaten Garut.
5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat
daerah.
6. Dinas adalah Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Garut.
kekeluargaan.
8. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
10. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah, dunia usaha
usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan
12. Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro oleh lembaga
13. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
U saha Besar.
4
14.
Iklim Usaha adalah kondisi y ang diupayakan Pemerintah dan/atau Pemerintah
15.
Perkoperas ian adal a h segala ses uat u yang m e ny ang k u t ke hi dupan K o p eras i .
16.
Koperasi Primer a d alah ko pe rasi y an g didirik an oleh dan beranggotakan orang
p er s e o r an g an.
17. Kop er a si S eku nd e r adalah ko p er asi yang di d i rikan oleh dan beranggotakan
koperasi.
18. U saha a d a lah u sah a e konomi produkt i f yang b e rdir i sendi ri , yang dilak ukan ole h
orang per s e o r ang an atau badan u s ah a yang bukan merupakan anak pe ru sah aan
atau bu k an cabang p e ru s ahaan yang d imiliki, dikua s ai atau menjadi bagian baik
l a n g sun g maupun tid a k l an gs u ng dari U saha Kecil atau U sah a B e sar, dengan
19. U s aha B e sar ad al ah u s ah a e k onom i p ro d uk tif yang d ilak u kan oleh badan u s ah a
dengan j u m l ah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari
di In d o n es i a.
22. Toko Swalayan adalah toko dengan sistem pelayanan man diri, menjual berbagai
23. Perizinan B e rusah a adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk
24. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut sebagai
Pasal 2
Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah,
Pasal 3
a. memberikan jami n an, perlindungan dan kepastian hukum dalam setiap kegiatan
U s aha Mikro;
pengembangan ekonomi;
e.
mewujudkan kesejahteraan masyarakat; dan
f.
meningkatkan pendapatan daerah.
BAB II
Bagian Kesatu
Paragraf 1
Pasal 4
Pasal 5
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia tentang pengesahan badan
h ukum Koperasi.
Pasal 6
Pasal 7
(2) Rapat pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
(3) Hasil rapat pembentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan
dengan notulen atau berita acara yang ditandatangani oleh pim.pinan rapat,
dalam bentuk paraf atau tanda tangan dengan tinta basah atau elektronik.
Pasal 8
Paragraf 2
Pasal 9
b. keputusan Pemerintah.
(2) Pembubaran Koperasi oleh Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
pada ayat ( 1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 3
Rapat Anggota
Pasal 10
(2) Hasil pelaksanaan rapat anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
(3) Dalam hal pelaporan hasil pelaksanaan rapat anggota tidak dapat dilakukan
Paragraf 4
Pelaporan
Pasal 1 1
( 1) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam serta usah a simpan
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui sistem
(3) Dinas dapat membuat sistem pelaporan secara elektronik sebagaimana dimaksud
(4) Dalam hal sistem pelaporan secara elektronik belum terbentuk, Koperasi
Paragraf 5
U saha Koperasi
Pasal 12
paling sedikit:
c. praktik tata kelola u saha yang baik untuk membangun profesionalisme dan
kepercayaan anggota;
paling sedikit:
a. manfaat langsung dan tidak langsung yang dirasakan/ diterima oleh anggota
Koperasi;
Pasal 1 3
b. serba usaha.
(2) Kegiatan usaha Koperasi yang dilaksanakan secara tunggal usaha sebagaimana
(3) Kegiatan usaha Koperasi yang dilaksanakan secara serba usaha sebagaimana
dengan beberapa kegiatan usaha pada 1 (satu) atau lebih bidang atau sektor
usaha tertentu.
(4) Kegiatan usaha Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
a. kesamaan usaha;
b. potensi; dan
c. kebutuhan anggota.
(6) Kegiatan usaha Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki
Pasal 1 4
berlaku untuk Koperasi simpan pinjam dan unit usaha simpan pinjam Koperasi.
oleh pengurus Koperasi secara periodik atau pada saat transaksi kegiatan usaha
langsung.
(4) Pelayanan kepada masyarakat yang bukan anggota sebagaimana dimaksud pada
C.
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
d.
pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. kemandirian:
'
Pasal 1 5
penamaan Koperasi.
(4) Usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib dituangkan dalam anggaran dasar
Koperasi.
berdasarkan Prinsip Syariah sesuai dengan fatwa syariah yang dikeluarkan oleh
(6) Koperasi syariah harus melaksanakan kegiatan usaha yang tidak bertentangan
Pasal 1 6
sedikit:
a. kesamaan usaha;
(2) Usaha Koperasi Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan akad pinjam-meminjam, bagi hasil, sewa-menyewa, jual beli, dan/ atau
(3) Koperasi syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk baitul maal
Pasal 1 7
( 1) U saha simpan pinjam dan pembiayaan Syariah hanya dapat dilaksanakan oleh:
(2) U saha simpan pinjam dan pembiayaan Syariah oleh Koperasi Syariah
(3) Koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dapat
menjalankan fungsi sosial dalam bentuk baitul maal untuk pemberdayaan sosial
perundang-undangan.
(4) Koperasi yang melaksanakan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melaksanakan kegiatan usaha secara
elektronik.
Pasal 1 8
(1) Dalam menjalankan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah sebagaimana
b. Izin Operasional.
(3) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yaitu Izin Usaha Simpan
(4) lzin Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
(5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk
Pasal 1 9
Koperasi Syariah yang menjalankan fungsi sosial dalam bentuk baitul maal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) atau Koperasi yang melaksanakan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan Syariah yang menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk baitul maal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3), melaporkan
Pasal 2 0
(2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) bertugas paling
(3) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) harus memiliki
(4) Tata cara pemilihan dan pengangkatan Dewan Pengawas Syariah sebagaimana
Bagian Ked ua
Pelindungan Koperasi
Pasal 2 1
1. tanaman pangan;
2. hortikultura; dan
2. industri perkebunan.
1. tambak;
2. budidaya;
3. nelayan; dan
4. pelelangan ikan.
1. perdagangan grosir;
2. toserba; dan
3. waserda.
1. jasa transportasi;
2. jasa pariwisata.
1.
sektor lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Sektor perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf b , hanya dapat
(4) Sektor perikanan dan kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf d ,
Pasal 2 2
d i u sah akan oleh Koperasi u n t u k tidak diusahakan oleh Badan Usaha lainnya.
(2) K e t e n t u an bidang ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati dengan memperhatikan jenis usaha yang telah
Pasal 2 3
a. restrukturisasi kredit;
b. rekonstruksi usaha;
Bagian Ketiga
Pemberdayaan Koperasi
Pasal 24
a. kelembagaan;
b. produksi;
C. pemasaran;
d. k e u an g an ; d an
(2) Kebijakan pada aspek kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pengelola;
melalui Inkubasi.
(3) Kebijakan pada aspek produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf b
paling sedikit:
dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi Koperasi;
dan '
anggota Koperasi.
12
(4) Kebijakan pada aspek pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
paling sedikit:
a.
menumbuhkan loyalitas anggota Koperasi;
b.
mengembangkan potensi pasar selain anggota untuk pengembangan usaha
bukan anggota;
d. mendorong produk Koperasi untuk memiliki hak paten dan merek sehingga
waralaba.
(5) Kebijakan pada aspek keuangan sebagaimana dimaksu d pada ayat (1) huru f d
paling sedikit:
1. hibah;
3. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
bunga atau imbal j a sa, dan tenggat waktu tertentu yang berasal dari:
1. anggota;
2. n on- an gg ota ;
3. Koperasi lain;
5. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
mutu;
Pasal 2 5
(1) Program ke mud ahan, pelin dun gan, dan pemberdayaan Koperasi sebagai
pemberdayaan u sah a Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap tahun
perundang-undangan.
Bagian Ke em p at
Pasal 26
b. perdagangan; dan
c. pertanian.
Pasal 2 7
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi dan kurasi sebagaimana dimaksud pada
Pasal 28
( 1) Dalam hal belum terdapat Koperasi di sektor kelautan dan perikanan yang
(2) Pihak Iain sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) wajib mengikutsertakan Koperasi
perundang-undangan.
Pasal 29
(1) Pemerintah Daerah wajib membina Koperasi di sektor kelautan dan perikanan
bagi:
(2)
Pembinaan Koperasi di sektor kelautan dan perikanan oleh Pemerintah Daerah
a.
penguatan kelembagaan;
b.
peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan, pelatihan,
dan pemagangan;
C. pendampingan;
d.
penyediaan skema pembiayaan yang mudah dan murah melalui kredit
f.
penerapan teknologi produksi tepat guna;
Pasal 30
perdagangan; dan
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan
memperhatikan sistem pembinaan terpadu dan basis data tungg al sesuai dengan
a. penguatan kelembagaan;
d. pengembangan usaha.
Pasal 3 1
(3) Korporasi petani model Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
memperhatikan aspek:
a. pemberdayaan petani;
b. kelembagaan usaha;
c. bisnis proses;
d. keberlangsungan;
•,,.
· -
+
15
6
.•
e
e.
5 peningkatan nilai tambah ekonomi:
i
'
• f.
� """ Saing komoditas pertanian, termasuk pengembangan ternak unggulan;
perundang-undangan.
a. penguatan kelembagaan;
dan pemagangan;
C. pendampingan;
r
_,
e. kemudahan Perizinan Berusaha;
(;
g. penyediaan pasokan bahan balm; dan/atau
pada ayat (1) huruf a dapat dimotivasi melalui pola kemitraan dengan badan
Bagian Kelima
Larangan
Pasal 32
b. menerapkan jasa pinjaman atau bagi hasil yang besarannya tidak ditetapkan
dalam Keputusan Rapat Anggota, khusus untuk koperasi yang bergerak pada
f
c. menjalankan aktivitas usaha dengan menggunakan nama koperasi dan tidak
f. menggunakan nama koperasi yang sama dengan nama koperasi, lembaga atau
Bagian Keenam
'
Sanksi
Pasal 33
a. teguran tertulis:
'
perundang-undangan;
C.
pembekuan kegiatan usaha koperasi; dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif diatur
BAB III
Bagian Kesatu
Paragraf 1
Pasal 34
(1) Usaha Mikro dikelompokkan berdasarkan kriteria modal usaha atau basil
penjualan tahunan.
(2) Kriteria modal usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
(3) Kriteria modal usaha Usaha Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu
selain kriteria modal usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan
(5) Kriteria basil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yaitu
(6) Dalam hal pelaku usaha telah melaksanakan kegiatan usaha sebelum Peraturan
(7) Nilai nominal kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5) dapat
Paragraf 2
Pasal 35
Berusaha.
(2) Perizinan Berusaha untuk Usaha Mikro diberikan berdasarkan tingkat risiko
'
17
b. nomor induk berusaha dan sertifikat standar, untuk kegiatan usaha risiko
c. nomor induk berusaha dan izin, untuk kegiatan usaha risiko tinggi.
(3) Dalam hal kegiatan usaha yang dilakukan oleh U saha Mikro termasuk dalam
kegiatan usaha dengan tingkat risiko menengah atau risiko tinggi, selain wajib
usaha wajib memiliki sertifikat standar produk dan/atau standar usaha sesuai
Pasal 36
(1) Perizinan Berusaha untuk Usaha Mikro dilaksanakan melalui sistem Perizinan
Pasal 37
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pendaftaran bagi Usaha Mikro
Pasal 38
Dalam hal pelaku U saha Mikro tidak dapat mengakses Perizinan Berusaha secara
Pasal 39
(1) Pemerintah Daerah memberikan pendampingan bagi Usaha Mikro yang telah
dan sertifikasi jaminan produk halal bagi Usaha Mikro yang baru
(3) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit dilaksanakan
Pasal 40
U saha Mikro yang baru mendirikan usaha dapat langsung mengajukan permohonan
nomor induk berusaha, sertifikat standar, dan/atau izin melalui sistem Perizinan
h
18
Bagian Kedua
Paragraf 1
Pasal 4 1
(2) Layanan bantuan dan pendampingan hukum kepada pelaku Usaha Mikro
ayat ( 1 ) meliputi:
a. penyuluhan hukum;
b. konsultasi hukum;
c. mediasi;
Pasal 42
Pasal 43
Dalam upaya pemberian layanan bantuan dan pendampingan hukum kepada Usaha
Mikro;
b. membuka informasi kepada pelaku Usaha Mikro mengenai bentuk dan cara
e. melakukan kerja sama dengan instansi terkait, perguruan tinggi dan/ atau
Pasal 44
Kementerian.
1 9
Paragraf 2
Pasal 45
pemulihan U s ah a Mikro m e l i p u t i :
a. restrukturisasi kredit;
b. rekonstruksi u s ah a ;
c. bantuan pennodalan; d an / a ta u
d. bantuan bentuk l ai n .
(2) Pemulihan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan kepada
Pasal 46
Bagian Ketiga
Paragraf 1
Pasal 47
(1) Pemerintah Daerah harus menyampaikan data Usaha Mikro kepada Menteri
(2) Pemerintah Daerah menyampaikan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
secara periodik 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat semester pertama
Pasal 48
Penyelenggaraan basis data tunggal Usaha Mikro menggunakan sistem inforrnasi data
Paragraf 2
Pasal 49
(1) Pemerintah Daerah, badan usaha milik daerah, dan/atau badan usaha swasta
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) total luas lahan area komersial, luas
tempat perbelanjaan, dan/ atau tempat promosi yang strategi.s pada infrastruktur
wirausaha pemula.
20
a. terminal;
b. s t a s i u n kereta a p i ;
c. tempat i s t i r a h a t ; d a n
dengan k e w e n a n g a n n y a .
Pasal 50
(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat berupa subsidi, keringanan
Pasal 5 1
( 1 ) Alokasi besaran penyediaan tern pat promosi dan pengembangan U saha Mikro
infrastruktur pu blik.
(2) Kontrak kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) paling sedikit memuat:
c. sanksi; dan
d. penyelesaian sengketa.
(3) Ketentuan pemenuhan alokasi 30% (tiga puluh persen) sebagaimana dimaksud
yang:
Pasal52
b. ruang pameran.
a. tempat berjualan;
c. pergudangan.
(3) Tempat promosi dan pengembangan usaha untuk Usaha Mikro berada di lokasi
Pasal 53
(1) Pengelolaan tempat promosi dan pengembangan Usaha Mikro pada infrastruktur
publik dilakukan oleh Pemerintah Daerah, badan usaha milik daerah, at.au
(2) Dalam melakukan pengelolaan tempat promosi dan pengembangan Usaha Mikro
(3) Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapatkan prioritas sebagai
publik.
(4) Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) diberikan hak pengelolaan tempat
promosi dan pengembangan U saha Mikro setelah dilakukan seleksi oleh Dinas.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Pasal 54
b. mendaftarkan U saha Mikro yang mendapatkan fasilitasi tern pat promosi dan
elektronik;
c. melakukan seleksi Usaha Mikro dan kurasi produk Usaha Mikro yang akan
(2) Koperasi yang mendapatkan hak pengelolaan tempat promosi dan pengembangan
b. melakukan seleksi kepada Usaha Mikro dan kurasi produk terhadap Usaha
c. mendaftarkan U saha Mikro yang mendapatkan fasilitasi tern pat promosi dan
elektronik;
Pasal 55
infrastruktur pu blik.
22
Pasnl 50
pengembangan Usaha Mikro paling banyak 30% (tiga puluh pcrsen) d a ri harga sewa
komersial
Paragraf 3
P e n c a t a t a n d a n P e m b u k u a n S i s t e m A p l i k a s i Laporan Keuangan
Pasal 57
U sa h a Mikro.
Bagian Keempat
Pengembangan Usaha
Pasal 58
melalui:
Mikro;
a. K operasi;
b. sen tr a;
C. klaster; d an
d. kelompo k.
23
BAB IV
PENGADAAN B A R A N G / J A S A PEMERINTAH
Pasal 59
dari hasil produksi dalam negeri, dengan mengutamakan produk lokal Daerah
(2) Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengalokasikan
paling sedikit 40% ( em pat puluh persen) dari nilai anggaran belanja barang/ jasa
Pemerintah Daerah.
(3) Pemberian pengalokasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
Pasal 6 0
penggunaan hasil produksi Usaha Mikro dan Koperasi dalam pengadaan barang/jasa.
Pasal 6 1
Pasal 6 2
a. audit;
b. reviu;
c. pemantauan;
berjalan.
24
BAB V
KEMI'TRAAN
I n s e n t i f Kemitraan
Pasal 63
k e m i t r n n usaha menengah dan usaha besar dengan Usaha Mikro dan Koperasi
operasi, berupa:
pajak/pokok retribusi;
Koperasi;
(5) Kemudahan berusaha da lam ran gka ke mitraan se bagaimana d imak s ud pada
ayat ( 1 ) berupa :
p e n o l o n g , dan kemasan;
dan/atau
dimaksud pada ayat ( 2 ) h uruf a da n a yat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
25
Pasal 6 4
pemerintah nonkementerian.
Bagian Kedua
Pola Kemitraan
Paragraf 1
Umum
Pasal 6 5
(1) Kemi traan antara Usaha Mikro dan Koperasi dengan usaha menengah dan usaha
(2) Prinsip kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi prinsip saling:
a. memerlukan;
b. mempercayai;
c. memperkuat; dan
d. menguntungkan.
(4) Kemitraan antara Usaha Mikro dan Koperasi dengan Usaha Menengah dan
Usaha Besar dilaksanakan dengan disertai bantuan dan penguatan oleh usaha
besar.
Pasal 66
(1) Kemitraan mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan,
pola kemitraan.
(2) Alih keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan melalui
Usaha Mikro.
Paragraf 2
Pola Kemitraan
Pasal 67
a. inti-plasma;
b. subkontrak;
26
c. waralaba;
d. perdagangan u m u m ;
g. bentu k kemitraan l ai n .
sedikit:
a. bagi hasil;
d. penyumberluaran.
Pasal 6 8
Dalam pola kemitraan inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1)
huruf a, usaha besar dan usaha menengah berkedudukan sebagai inti dan Usaha
Pasal 69
(2) Dalam pelaksanaan pola kemitraan subkontrak, usaha besar sebagai kontraktor
memberikan dukungan:
d. teknologi;
e. pembiayaan; dan
f. sistem pembayaran.
Pasal 70
(2) U saha besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba memberikan
kelayakan usaha.
(3) Usaha Mikro dapat melakukan kemitraan dengan pola waralaba sebagai pemberi
waralaba.
perundang- undangan.
Pasal 7 1
Pasal 6 7 ayat ( 1 ) huruf d, dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama pemasaran
dan penyediaan lokasi usaha dari Usaha Mikro oleh usaha besar yang dilakukan
secara terbuka.
(2) Pengaturan sistem pembnyaran dlam D e n t u k kerjn nma kemitraan
t i d a k merugikan s a l a h s n t u pihnk,
Pasal '72
ulang dengan merk pemilik baran, merk 'Toko Swalayan atau mcrk lain
yang d i s e p a k a t i d a l a m r a n g k a m e n i n g k a t k a n n i l a i j u a l b a r a n ; a t a u
Swalayan.
dilakukan oleh Toko Swalayan kepada Usaha Mikro denan mcnycdiakan ruan
Pasal 7 3
( 1 ) Setiap Toko Swalayan yang tidak menyediakan ruang usaha dengan ketentuan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif
Pasal 74
memas u kan pasokan barang hasil produksi Usaha M ik r o ke p ada T oko Sw alay a n
(3) Dalam rangka men ci p tak an hu bun g an kerja s am a yang b erkeadil an dan saling
Pasal 7 5
Dalam p ola kemi tr aan distribusi dan keagenan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76
penyedia bahan b a k u ;
fabrikasi.
28
(2) Dalam pola kemitraan rantai pasok sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), usaha
(3) Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan oleh u s a h a. besar atau
usaha menengah dilakukan melalui pola kemitraan rantai pasok mengu tamakan
ba ran g dan j a s a y an g d i p e rl u k a n .
Pasal 77
ayat (2) huruf a, Usaha Mikro b er keduduk a n seba gai pel a ksana y an g
menjal a nk a n us a h a yang dibi a yai atau dim i lik i oleh u s ah a bes ar atau u saha
m ene ng a h.
(2) Para pihak yan g b er mitra dengan pol a bagi hasil memberikan k o ntri b u si se su a i
(3) B e sarny a p e m bag ian k euntung a n yang diterima atau ke ru gia n yang d it anggung
para pihak yan g bermitra d e ng a n pola bagi hasil berdasarkan pada pe rjanj i an
Pasal 78
Pola kemitraan k erj a sama opera s io nal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
ayat (2) huruf b antara Usah a Mikro dengan usah a b es ar atau usah a mene ngah
Pasal 79
(1) Dalam pola kemitraan usaha patungan sebagaimana d i maksud dalam P a sal 67
(2) Dalam men jalankan aktivitas e k onomi ber sam a para pihak be r b a gi secara
pro por si o n a l dalam pemilikan s a ham, k e un t ungan, ris i ko, dan manaj e men
perusahaan.
Pasal80
(1) Dalam pola kemitraan po l a p e nyu m b e rlu ara n s e b a g a imana dimaksud dalam
Pasal 67 ayat (2) h u r uf d , U s ah a Mikro dapat bermitra d en gan usah a besar atau
(2) K emi traan pola p e nyu mbe rlu ara n dijalankan p a d a bi d a ng dan jen i s usaha yang
ayat ( l ) s ampai dengan ayat (3) d il a k s a n a k a n sesuai d e ngan ketentuan per at uran
perundang-u n dangan.
29
Bagian Ketiga
Perjanjian Kemitraan
Pasal 8 1
( 1 )
Setiap bentuk kemitraan yang dilakukan oleh Usaha Mikro d i t u a n gk a n dalam
perjanjian kemitraan.
(2)
Perjanjian kemitraan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat ( 1 ) d i b u a t secara t e rt u l i s
dalam Bahasa I n d o n e s i a .
(3) Dalam h ai salah satu pihak merupakan orang atau badan hukum asing,
(4) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat paling
sedikit:
b. kegiatan usaha;
d. bentuk pengembangan;
g. penyelesaian perselisihan.
Bagian Keempat
Pasal 82
a. menyediakan data dan informasi pelaku Usaha Mikro yang siap bermitra;
kemitraan.
BAB VI
Pasal 83
(2) Usaha Mikro diberikan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi kriteria:
makan/kedai/warung; dan/atau
c. retribusi daerah.
Pasal84
Koperasi, b e ru p a :
a. bantuan modal;
BAB VII
Pasal 8 5
(1) Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan yang murah dan mudah bagi
lainnya.
(3) Pinjaman atau Pembiayaan yang mudah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c. angsuran atau cicilan atas pinjaman atau pembiayaan lebih rendah yang
usaha.
(4) Pemerintah Daerah menyediakan hibah dan/atau bantuan dalam bentuk paling
sedikit:
a. modal bagi Usaha Mikro pemula dengan produk inovasi yang memiliki
u s a h a d an / a t a u penyelenggaraan Inkubasi;
Keil,
BAB V III
PENYELENGGARAAN INKUBASI
Pasal 86
teknologi.
(3) Pen y e l en gg a raa n lnkubasi sebagaimana d i ma k sud pada ayat (2) dilakukan ole h
dan/atau
(5) D a lam m en y elen gg a ra kan I n k ub a si, l e mb aga in kub ator me mb e rikan layanan
dalam as p ek berupa:
a. p ro d u k s i ;
b. p e m asar an ;
d . p e mb ia y aan ; d a n / atau
(6) Pen y e l en ggara inku b ator dalam penyelenggaraan I nk ub asi dapat b e k e rja sama
dengan pihak lain baik dari dalam negeri dan/ atau luar ne g e ri.
BAB IX
M O N IT O R I N G DAN EVALUASI
Pasal87
(1) M o ni t o ri n g dan e val uasi terhadap pelaksanaan keb ijakan pengelolaan Koperasi
BABX
Pasal 88
peraturan p e r u n d a n g - u n d a n g a n .
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembinaan dan pengawasan
BAB XI
PENDANAAN
Pasal89
b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal90
Mikro (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2017 Nomor 19), dicabut dan
Pasal 9 1
Ditetapkan di Garut
Pada tanggal 1 4 - 1 1 - 2 0 2 2
B U P A T I G A R U T ,
t t d
RUDY GUNAWAN
Diundangkan di Garu t
Pada tanggal 1 4 - 1 1 - 2 0 2 2
t t d
NURDIN YANA
TAHUN 2 0 2 2 N O M O R 9