Anda di halaman 1dari 30

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR


NOMOR 8 TAHUN 2019
TENTANG
BADAN USAHA MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Badan Usaha


Milik Daerah agar mampu memberikan kontribusi yang
optimal bagi perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur,
perlu dilakukan pengelolaan dan pengawasan Badan
Usaha Milik Daerah sesuai dengan tata kelola
perusahaan yang baik;
b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik
Daerah menyebabkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 14 Tahun 2012 tentang Badan Usaha Milik
Daerah tidak sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum dalam mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Badan Usaha Milik Daerah;

Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan
Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950), sebagaimana
telah diubah dengan Undang–Undang Nomor 18 Tahun
1950 tentang Perubahan Dalam Undang–Undang Nomor
2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara
Tahun 1950);

3. Undang-Undang
-2-

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang


Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3790);
4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4867);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

10. Peraturan
-3-

10. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5357);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang
Badan Usaha Milik Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 305, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6173);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 6322);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
16. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Ketentuan Penawaran
Participating Interest 10 % (sepuluh persen) Pada Wilayah
Kerja Minyak dan Gas Bumi;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 2017
tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik
Pemerintah Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2018
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota
Dewan Pengawas atau Anggota Komisaris dan Anggota
Direksi Badan Usaha Milik Daerah;

19. Peraturan
-4-

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118 Tahun 2018


tentang Rencana Bisnis, Rencana Kerja dan Anggaran,
Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik
Daerah;
20. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkreditan Rakyat;
21. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi
Bank Perkreditan Rakyat;
22. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi
Bank Umum;
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 13 Tahun
2018 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2018
Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 88);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
dan
GUBERNUR JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN USAHA MILIK


DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
2. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur.
3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Timur.
4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

5. Dewan
-5-

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya


disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Jawa Timur.
6. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat
BUMD adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
7. Perusahaan Umum Daerah yang selanjutnya disebut
Perumda adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki
satu daerah dan tidak terbagi atas saham.
8. Perusahaan Perseroan Daerah yang selanjutnya disebut
Perseroda adalah BUMD yang berbentuk perseroan
terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh 1 (satu) daerah.
9. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat PT
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan
pelaksanaannya.
10. Kepala Daerah Yang Mewakili Pemerintah Daerah
Dalam Kepemilikan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Pada Perusahaan Umum Daerah yang selanjutnya
disebut KPM adalah organ Perumda yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam Perumda dan memegang
segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada
Direksi atau Dewan Pengawas.
11. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disingkat RUPS adalah organ perusahaan perseroan
Daerah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perusahaan perseroan Daerah dan memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau
Komisaris.
12. Dewan Pengawas adalah organ Perumda yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan
pengurusan Perumda.

13. Komisaris
-6-

13. Komisaris adalah organ Perseroda yang bertugas


melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan
pengurusan Perseroda.
14. Direksi adalah organ BUMD yang bertanggung jawab
atas pengurusan BUMD untuk kepentingan dan tujuan
BUMD serta mewakili BUMD baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.
15. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di
lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
16. Rencana Jangka Panjang yang selanjutnya disingkat
RJP adalah rencana kerja dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun.
17. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan yang selanjutnya
disingkat RKAP adalah suatu rencana kerja dan
anggaran wajib yang dibuat untuk mencapai
rencana/tujuan suatu perusahaan untuk masa
mendatang.
18. Penggabungan adalah perbuatan hukum dilakukan oleh
satu BUMD atau lebih untuk menggabungkan diri
dengan BUMD lain yang telah ada yang mengakibatkan
aktiva dan pasiva dari BUMD yang menggabungkan diri
beralih karena hukum kepada BUMD yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
BUMD yang menggabungkan diri berakhir karena
hukum.
19. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua BUMD atau lebih untuk meleburkan diri
dengan cara mendirikan satu BUMD baru yang karena
hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari BUMD yang
meleburkan diri dan status badan hukum BUMD yang
meleburkan diri berakhir karena hukum.
20. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan
untuk mengambil alih saham BUMD yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas BUMD
tersebut.

21. Pembubaran
-7-

21. Pembubaran adalah penghentian kegiatan usaha yang


tidak mengakibatkan status badan hukumnya hilang,
Perseroan yang dibubarkan baru kehilangan status
hukum sampai selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator serta proses akhir
likuidasi diterima oleh RUPS, Pengadilan Negeri atau
Hakim Pengawas dan disahkan oleh Lembaga yang
berwenang.

Pasal 2

Pendirian BUMD dimaksudkan untuk:


a. memberikan kontribusi bagi perkembangan
perekonomian Daerah pada umumnya dan penerimaan
Daerah pada khususnya;
b. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum
dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi
melalui mekanisme korporasi; dan
c. turut memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat melalui program kemitraan.

Pasal 3

BUMD didirikan dengan tujuan untuk:


a. memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian
Daerah;
b. menyelenggarakan penyediaan kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu
bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai
kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang
bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang
baik; dan
c. memperoleh laba dan/atau keuntungan.

BAB II
-8-

BAB II
PENDIRIAN, PENAMAAN DAN PERUBAHAN BENTUK
HUKUM

Bagian Kesatu
Pendirian

Pasal 4

(1) Daerah dapat mendirikan BUMD.


(2) BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berbentuk:
a. Perumda; atau
b. Perseroda.
(3) Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Bagian Kedua
Penamaan

Pasal 5

(1) Pada setiap BUMD harus menggunakan nama yang


mencantumkan sebutan Jatim atau Jawa Timur.
(2) Penyebutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibubuhkan pada awal, tengah, atau akhir nama
BUMD.
(3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) penggunaan nama BUMD mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Perubahan Bentuk Hukum

Pasal 6

(1) BUMD dapat melakukan perubahan bentuk hukum.


(2) Perubahan bentuk hukum BUMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Perumda
-9-

a. Perumda menjadi Perseroda; dan


b. Perseroda menjadi Perumda.
(3) Perubahan bentuk hukum BUMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
(4) Perubahan bentuk hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
BUMD dan restrukturisasi.
(5) Dalam hal perubahan bentuk hukum Perumda menjadi
Perseroda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
wajib disertai dengan kajian atau analisis mengenai
jaminan penyelenggaraan pemanfaatan umum bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat tetap dapat
terpenuhi setelah terjadinya perubahan bentuk hukum
Perumda menjadi Perseroda.
(6) Kajian atau analisis sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disusun oleh Tim Independen.
(7) Perubahan bentuk Perseroda menjadi Perumda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi jika dalam kondisi
tertentu diperlukan BUMD yang diberikan tugas untuk
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat.
(8) Dalam hal terjadi perubahan bentuk hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), segenap aktiva
dan pasiva BUMD yang diubah beralih karena hukum
kepada bentuk BUMD hasil perubahan.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perubahan
bentuk hukum BUMD diatur dalam Peraturan
Gubernur.

BAB III
MODAL

Pasal 7

(1) Sumber modal BUMD terdiri atas:


a. penyertaan modal;
b. pinjaman;

c. hibah
- 10 -

c. hibah; dan
d. sumber modal lainnya.
(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. penyertaan modal Pemerintah Provinsi;
b. penyertaan modal pemerintah daerah lain; dan
c. penyertaan modal dari pihak ketiga.
(3) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dapat bersumber dari:
a. Pemerintah Provinsi;
b. BUMD lainnya; dan/atau
c. sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dapat bersumber dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Provinsi;
c. BUMD lainnya; dan/atau
d. sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Sumber modal lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d meliputi:
a. kapitalisasi cadangan;
b. keuntungan revaluasi aset; dan
c. agio saham.

Pasal 8

(1) Penyertaan modal Pemerintah Provinsi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a dilakukan
untuk:
a. pendirian BUMD;
b. penambahan modal BUMD; dan
c. pembelian saham pada Perseroda lain.
(2) Penyertaan modal Pemerintah Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang dan/atau
barang milik Daerah.
(3) Barang milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dinilai sesuai nilai riil pada saat barang milik Daerah
dijadikan penyertaan modal Daerah.

(4) Nilai
- 11 -

(4) Nilai riil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperoleh


dengan melakukan penaksiran harga barang milik
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Penyertaan modal Pemerintah Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk penambahan modal
BUMD dilaksanakan setelah dilakukan analisis
investasi oleh pengelola investasi Pemerintah Provinsi
dan tersedianya rencana bisnis BUMD.
(6) Penyertaan modal Pemerintah Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

Pasal 9

(1) Penyertaan modal Pemerintah Provinsi untuk pendirian


BUMD yang berupa barang milik Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) yang berbentuk tanah
dan/atau bangunan tidak boleh dipindahtangankan ke
pihak lain.
(2) Dalam hal tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan untuk
kepentingan umum dan/atau kepentingan pemerintah,
dapat dipindahtangankan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB IV
ANAK PERUSAHAAN

Pasal 10

(1) BUMD dapat membentuk anak perusahaan.


(2) Pembentukan anak perusahaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. disetujui oleh KPM atau RUPS;
b. minimal kepemilikan saham 70% (tujuh puluh
persen) dan sebagai pemegang saham pengendali;
c. laporan keuangan BUMD 3 (tiga) tahun terakhir
dalam keadaan sehat;

d. memiliki
- 12 -

d. memiliki bidang usaha yang menunjang bisnis


utama; dan
e. tidak boleh melakukan penyertaan modal berupa
tanah dari BUMD yang berasal dari penyertaan
modal Pemerintah Provinsi.
(3) Anak perusahaan BUMD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak diperbolehkan membentuk anak
perusahaan lagi.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dan e dikecualikan bagi BUMD yang mendapatkan
penawaran participating interest pada bidang minyak
dan gas bumi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB V
PENYERTAAN MODAL

Pasal 11

(1) BUMD dapat melakukan penyertaan modal pada


perusahaan lain.
(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dalam rangka pendirian perusahaan
atau penambahan modal perusahaan lain.
(3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mendapat persetujuan KPM atau RUPS.

BAB VI
RJP DAN RKAP

Pasal 12

(1) RJP dan/atau RKAP BUMD disusun oleh Direksi BUMD


dan ditetapkan setelah dikonsultasikan dengan instansi
pada Pemerintah Provinsi yang membidangi BUMD dan
dikoordinasikan dengan Alat Kelengkapan DPRD yang
membidangi BUMD terkait dengan rencana kerja
strategis perusahaan sebelum ditetapkan RUPS/KPM.

(2) Rencana
- 13 -

(2) Rencana kerja strategis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) antara lain memuat kerjasama dengan pihak
ketiga, pembentukan anak perusahaan dan
pengembangan usaha yang membutuhkan investasi
besar serta lain-lain kegiatan yang berisiko tinggi.
(3) RJP dapat diubah paling banyak 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun, dan tidak dapat dilakukan perubahan
pada tahun terakhir RJP.
(4) RKAP dapat diubah paling banyak 2 (dua) kali dalam
setahun, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
masa 1 (satu) tahun kalender berakhir.
(5) Perubahan RJP dan/atau RKAP sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku terhadap
perubahan RJP dan/atau RKAP yang diakibatkan oleh
perubahan peraturan perundang-undangan atau
adanya kebijakan Pemerintah.
(6) Prosedur dan tata cara penetapan RJP dan/atau RKAP
diatur dalam Peraturan Gubernur.

BAB VII
PENUGASAN PEMERINTAH PROVINSI KEPADA BUMD

Pasal 13

(1) Penugasan Pemerintah Provinsi kepada BUMD


dilakukan untuk mendukung perekonomian Daerah
dan menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum
tertentu dengan tetap memperhatikan maksud dan
tujuan pendirian BUMD.
(2) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikaji bersama oleh pemberi penugasan dan BUMD
sebelum mendapatkan persetujuan dari KPM atau
RUPS.
(3) Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat didukung dengan pendanaan, yang berupa:
a. penyertaan modal;
b. subsidi;
c. pemberian pinjaman; dan/atau
d. hibah.

(4) Penugasan
- 14 -

(4) Penugasan Pemerintah Provinsi kepada BUMD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 2
(dua) tahun, kecuali ditentukan lain dalam peraturan
perundang-undangan.
(5) BUMD yang melaksanakan penugasan harus secara
tegas melakukan pemisahan pembukuan mengenai
penugasan tersebut dengan pembukuan dalam rangka
pencapaian sasaran usaha perusahaan.
(6) Dalam hal BUMD yang mendapatkan penugasan dari
Pemerintah Provinsi membentuk anak perusahaan,
maka status anak perusahaan tersebut telah harus
ditentukan paling lama 3 (tiga) tahun sejak diterimanya
penugasan dari Pemerintah Provinsi.
(7) Penentuan status anak perusahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dilakukan dalam bentuk:
a. pendirian BUMD baru jika kondisi keuangan anak
perusahaan tersebut menunjukkan peningkatan
kinerja dan telah memenuhi syarat pendirian BUMD
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
atau
b. bidang usaha yang ditugaskan tersebut dijadikan
sebagai salah satu bidang usaha BUMD dengan
tetap mempertahankan anak perusahaan atau
membubarkannya.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penugasan
Pemerintah Provinsi kepada BUMD diatur dalam
Peraturan Gubernur.

BAB VIII
ORGAN BUMD

Pasal 14

(1) Organ Perumda terdiri atas:


a. KPM;
b. Dewan Pengawas; dan
c. Direksi.

(2) Organ
- 15 -

(2) Organ Perseroda terdiri atas:


a. RUPS;
b. Komisaris; dan
c. Direksi.
(3) Dalam hal Perseroda berbasis syariah, selain organ
Perseroda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditambah dengan Dewan Pengawas Syariah.

Pasal 15

(1) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


14 ayat (1) huruf b diangkat oleh KPM, dan Komisaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b
diangkat oleh RUPS.
(2) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas
atau Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik dan dedikasi
yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan
perusahaan;
c. khusus untuk perbankan memiliki pengetahuan di
bidang perbankan yang memadai dan relevan
dengan jabatannya serta memiliki pengalaman di
bidang perbankan paling lama 2 (dua) tahun;
d. memahami penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
e. memahami manajemen perusahaan yang berkaitan
dengan salah satu fungsi manajemen:
f. menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya;
g. berijazah paling rendah S-l (strata satu);
h. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada
saat mendaftar pertama kali;
i. tidak pernah dinyatakan pailit;
j. tidak pernah menjadi anggota Direksi, Dewan
Pengawas dan Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan badan usaha yang dipimpin
dinyatakan pailit;

k. tidak
- 16 -

k. tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan


l. tidak sedang menjadi pengurus atau anggota partai
politik, calon kepala daerah atau calon wakil kepala
daerah, dan/atau calon anggota legislatif.
(3) Dewan Pengawas dan Komisaris dari unsur Pejabat
Pemerintah Provinsi diprioritaskan pejabat yang
melakukan evaluasi, pembinaan dan pengawasan
BUMD.
(4) Pejabat Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak bertugas melaksanakan pelayanan
publik sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Masa jabatan Dewan Pengawas atau Komisaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 4
(empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan pada BUMD yang sama.
(6) Anggota Dewan Pengawas atau Komisaris BUMD tidak
boleh merangkap jabatan sebagai anggota Dewan
Pengawas atau Komisaris pada BUMD/BUMN yang lain.
(7) Dalam hal Pejabat Pemerintah Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) bertugas melaksanakan
pelayanan publik menjadi Dewan Pengawas atau
Komisaris, dikenai sanksi pembebasan dari jabatan.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pejabat Pemerintah
Provinsi yang bertugas melaksanakan pelayanan publik
diatur dalam Peraturan Gubernur.

Pasal 16

(1) Jumlah anggota Dewan Pengawas ditetapkan oleh KPM


dan jumlah anggota Komisaris ditetapkan oleh RUPS.
(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas dan anggota
Komisaris paling banyak sama dengan jumlah Direksi.
(3) Penentuan jumlah anggota Dewan Pengawas atau
Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan asas efisiensi dan efektivitas
keputusan, pengawasan, dan pembiayaan bagi
kepentingan BUMD.

Pasal 17
- 17 -

Pasal 17

(1) Direksi pada Perumda sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 ayat (1) huruf c diangkat oleh KPM dan Direksi
pada Perseroda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf c diangkat oleh RUPS.
(2) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. sehat jasmani dan rohani;
b. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan,
pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan dedikasi
yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan
perusahaan;
c. memahami penyelenggaraan pemerintahan Daerah;
d. memahami manajemen perusahaan;
e. memiliki pengetahuan yang memadai di bidang
usaha perusahaan;
f. berijazah paling rendah Strata 1 (S-1);
g. pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di bidang
manajerial perusahaan berbadan hukum;
h. berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun
dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun pada
saat mendaftar pertama kali;
i. tidak pernah menjadi anggota Direksi, Dewan
Pengawas, atau Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan badan usaha yang dipimpin
dinyatakan pailit;
j. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan keuangan negara atau
keuangan daerah;
k. tidak sedang menjalani sanksi pidana;
l. tidak sedang menjadi pengurus atau anggota partai
politik, calon kepala daerah atau calon wakil kepala
daerah, dan/atau calon anggota legislatif; dan
m. bukan anggota Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Republik Indonesia, dan/atau Pegawai
Negeri Sipil, kecuali Pegawai Negeri Sipil yang
diberikan tugas sebagai Direksi sementara
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Masa
- 18 -

(3) Masa jabatan Direksi paling lama 5 (lima) tahun dan


dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan pada BUMD yang sama, kecuali:
a. ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. dalam hal anggota Direksi memiliki keahlian khusus
dan/atau prestasi yang sangat baik, dapat diangkat
untuk masa jabatan yang ketiga pada BUMD yang
sama.
(4) Keahlian khusus dan prestasi yang sangat baik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling
sedikit memenuhi kriteria:
a. melampaui target realisasi terhadap rencana bisnis
serta rencana kerja dan anggaran BUMD;
b. opini audit atas laporan keuangan perusahaan
minimal Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut di akhir periode
kepemimpinan;
c. seluruh hasil pengawasan sudah ditindaklanjuti
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d. terpenuhinya target dalam kontrak kinerja sebesar
100% (seratus persen) selama 2 (dua) periode
kepemimpinan.

Pasal 18

(1) Jumlah anggota Direksi untuk Perumda ditetapkan oleh


KPM dan jumlah anggota Direksi untuk Perseroda
ditetapkan oleh RUPS.
(2) Jumlah anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit 1 (satu) orang dan paling banyak
5 (lima) orang.
(3) Penentuan jumlah Direksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan berdasarkan asas efisiensi dan
efektivitas pengurusan BUMD.

Pasal 19
- 19 -

Pasal 19

(1) Proses pemilihan anggota Dewan Pengawas, Komisaris,


dan Direksi dilakukan melalui seleksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pemerintah Provinsi menginformasikan pelaksanaan
setiap tahapan seleksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melalui media massa lokal/nasional dan/atau
elektronik.
(3) Panitia Seleksi berjumlah ganjil dan diketuai oleh
Perangkat Daerah yang menangani urusan BUMD.
(4) Anggota Panitia Seleksi paling sedikit terdiri atas:
a. Perangkat Daerah; dan
b. unsur independen dan/atau perguruan tinggi.
(5) Dalam melakukan seleksi, Panitia Seleksi melakukan
penjaringan Bakal Calon Anggota Dewan Pengawas,
Komisaris, dan Direksi.
(6) Hasil penjaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disampaikan kepada Tim untuk dilakukan uji
kelayakan dan kepatutan.
(7) Hasil uji kelayakan dan kepatutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada Gubernur.
(8) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 20

Dalam hal terdapat kekhususan, ketentuan mengenai organ


BUMD yang bergerak dalam lembaga jasa keuangan
dan/atau badan usaha berbasis syariah mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 21

(1) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan seluruh anggota


Direksi, pelaksanaan tugas pengurusan BUMD
dilaksanakan oleh Dewan Pengawas atau Komisaris.

(2) Dewan
- 20 -

(2) Dewan Pengawas atau Komisaris sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dapat menunjuk pejabat dari
internal BUMD untuk membantu pelaksanaan tugas
Direksi sampai dengan pengangkatan Direksi definitif
paling lama 6 (enam) bulan.
(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan seluruh anggota
Direksi dan seluruh anggota Dewan Pengawas atau
Komisaris, pengurusan Perumda dilaksanakan oleh
KPM dan pengurusan Perseroda oleh RUPS.
(4) KPM atau RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat menunjuk pejabat dari internal BUMD untuk
membantu pelaksanaan tugas pengurusan BUMD
sampai dengan pengangkatan anggota Dewan Pengawas
atau anggota Komisaris dan anggota Direksi definitif
paling lama 6 (enam) bulan.

BAB IX
PENGGUNAAN LABA

Pasal 22

(1) Penggunaan laba BUMD diatur dalam anggaran dasar.


(2) Laba bersih BUMD setelah dikurangi pajak yang telah
disahkan oleh KPM/RUPS disetor sebagai deviden
paling sedikit sebesar 55% (lima puluh lima persen)
kepada pemegang saham.
(3) Ketentuan besarnya nilai deviden sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berlaku apabila pembentukan
cadangan umum sudah terpenuhi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Deviden untuk Daerah atau deviden yang menjadi hak
Daerah dianggarkan dalam penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
(5) Pembebanan tanggung jawab sosial dan
lingkungan/corporate social responsibility, tantiem dan
jasa produksi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB X
- 21 -

BAB X
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN ATAU
PEMBUBARAN BUMD

Pasal 23

(1) Gubernur atau DPRD dapat mengusulkan


penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau
pembubaran BUMD.
(2) DPRD atau Gubernur dapat menyetujui atau menolak
usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal DPRD atau Gubernur menolak usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib
menyampaikan alasan penolakan.
(4) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau
pembubaran BUMD dilakukan berdasarkan hasil
analisis investasi, penilaian tingkat kesehatan, dan
hasil evaluasi BUMD.
(5) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau
pembubaran BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 24

(1) Pemerintah Provinsi wajib mempertahankan posisi


kepemilikan saham paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen).
(2) Saham Pemerintah Provinsi pada BUMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak boleh dialihkan dengan
cara apapun yang mengakibatkan kepemilikan saham
menjadi kurang dari 51 % (lima puluh satu persen).

(3) Pengalihan
- 22 -

(3) Pengalihan saham yang mengakibatkan kepemilikan


Pemerintah Provinsi menjadi kurang dari 51 % (lima
puluh satu persen) sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) batal demi hukum.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

(1) Semua BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah (PD)


dan BUMD yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
yang sudah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku,
harus dibaca dan dimaknai sebagai Perumda dan
Perseroda.
(2) BUMD PD dan BUMD PT sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib melakukan penyesuaian paling lama 1
(satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
(3) Penyesuaian dilakukan dalam bentuk perubahan
nomenklatur dalam setiap dokumen resmi, tanpa
melakukan perubahan nama BUMD.
(4) Perubahan nomenklatur sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. BUMD yang berbentuk Perumda harus
mencantumkan kata Perumda sebelum nama
perusahaan; dan
b. BUMD yang berbentuk Perseroda harus
mencantumkan kata (Perseroda) setelah singkatan
PT dan nama perusahaan.

Pasal 26

Periodesasi jabatan Dewan Pengawas, Komisaris, dan


Direksi yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan
Daerah ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
periodesasi masa jabatan dimaksud.

Pasal 27
- 23 -

Pasal 27

Penyertaan modal berupa tanah dan/atau bangunan dari


BUMD yang berasal dari penyertaan modal Pemerintah
Provinsi yang belum selesai prosesnya sampai dengan
berlakunya Peraturan Daerah ini tetap dilanjutkan sampai
berakhirnya proses dimaksud.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Semua Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaan yang


berkaitan dengan BUMD dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 29

(1) Peraturan Gubernur sebagai pelaksanaan dari


Peraturan Daerah ini wajib ditetapkan paling lambat 6
(enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
(2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun oleh instansi pada Pemerintah Provinsi yang
membidangi BUMD.

Pasal 30

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan


Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Badan Usaha Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 21) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 31
- 24 -

Pasal 31

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 6 September 2019

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA


- 25 -

Diundangkan di Surabaya
Pada tanggal 6 September 2019

SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI JAWA TIMUR

ttd

Dr. Ir. HERU TJAHJONO


Pembina Utama
NIP 19610306 198903 1 010

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2019 NOMOR 6 SERI D.

Salinan sesuai dengan aslinya


an. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
Kepala Biro Hukum

ttd

JEMPIN MARBUN, SH, MH


Pembina Tingkat I
NIP. 19640917 199203 1 005

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR : (8-215/2019)


PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
NOMOR 8 TAHUN 2019
TENTANG
BADAN USAHA MILIK DAERAH

I. UMUM
Penggantian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menjadi Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah membawa dampak signifikan
terhadap pengaturan penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk
perubahan pengaturan atas pengelolaan BUMD. Untuk menjabarkan
pengaturan mengenai BUMD, Pemerintah telah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah.
Pengaturan BUMD melalui Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017,
selain bertujuan untuk mengisi kekosongan hukum akibat dicabutnya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah oleh
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, juga untuk memperkuat tata
kelola pengaturan dan pemberdayaan BUMD.
Dalam rangka re-formulasi pengaturan pengelolaan BUMD milik
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka perlu dilakukan penggantian
terhadap Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Badan Usaha
Milik Daerah. Secara yuridis, perlunya penggantian Peraturan Daerah
Nomor 14 Tahun 2012 ini disebabkan adanya perubahan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi yang mengatur BUMD, sehingga
perlu dilakukan penyesuaian agar tidak terjadi vertical conflict of norm,
yakni pertentangan antara Peraturan Daerah dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
-2-

Pasal 3
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “penyediaan kemanfaatan umum” antara
lain:
a. Usaha perintisan berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat; dan
b. Usaha penyediaan pelayanan air minum yang lebih efisien jika
dibandingkan dengan penyediaan oleh perangkat daerah.
Huruf c
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “pengelola investasi Pemerintah Provinsi”
adalah Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara
Umum Daerah.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 9
-3-

Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dipindahtangankan” adalah kegiatan
pemindahtanganan yang dilakukan dengan cara:
a. penjualan;
b. tukar menukar;
c. hibah; atau
d. penyertaan modal.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud “pelayanan publik” adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik yang meliputi:

a. pelayanan
-4-

a. pelayanan barang publik;


b. pelayanan jasa publik; dan
c. pelayanan administratif dalam bentuk pelayanan pemberian
dokumen berupa perizinan dan nonperizinan.
Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
-5-

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “dokumen resmi” dalam ketentuan ini
dapat berupa akta pendirian, nama kepemilikan saham atau
surat-surat berharga lainnya, surat atau kop resmi BUMD, dan
berbagai dokumen resmi lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (4)
Huruf a
Contoh penerapan ketentuan ini ialah sebagai berikut:
PERUMDA JATIM SEJAHTERA.
Huruf b
Contoh penerapan ketentuan ini ialah sebagai berikut:
PT JATIM SEJAHTERA (Perseroda).

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 95.

Anda mungkin juga menyukai