Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI

ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

BAB 4
PENDEKATAN
DAN METODOLOGI
4.1 PENDEKATAN PEKERJAAN
4.1.1 Pendekatan Mix Scanning Planning
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten Sukabumi ini
digunakan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach (MSPA) dan berkelanjutan.
MSPA adalah sistem perencanaan kewilayahan yang mempertimbangkan bahwa wilayah
makro tetap menjadi bagian dari sistem wilayah yang lebih mikro, walaupun tidak secara
menyeluruh, dan sebaliknya. Pendekatan ini dapat memberikan pemahaman keruangan
secara lebih lengkap, karena mempertimbangkan keseluruhan sistem yang
mempengaruhi, baik sistem eksternal maupun internal.
Secara teori, pendekatan MSPA merupakan kombinasi antara pendekatan rasional
menyeluruh dengan pendekatan terpilah (incremental), yaitu menyederhanakan pende-
katan menyeluruh dalam lingkup wawasan secara sekilas dan memperdalam tinjauan atas
unsur yang strategis terhadap permasalahan menyeluruh. Ciri utama pendekatan
perencanaan ini adalah:
 Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat
tinggi (atas);
 Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta memfokuskan
pendalaman penelaahan pada unsur-unsur yang diutamakan;
 Dinilai sebagai penghematan waktu dan dalam dalam lingkup penelaahan, analisis,
serta proses teknis penyusunan rencana karena terdapat penyederhanaan dalam
penelaahan dan analisis makro.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 1
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

 Untuk menunjang dan analisis sekilas, maka proses pemantauan, pengumpulan


pendapat, komunikasi, dan konsultasi dengan masyarakat yang berkepentingan dan
pemerintah dilakukan secara menerus mulai dari perumusan sasaran dan tujuan
rencana pembangunan.
Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, maka secara lebih substantif,
pendekatan dalam pekerjaan ini dapat dibagi atas:
 Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor determinan yang dianggap mempengaruhi dalam penentuan arah
pengembangan, seperti kebijakan-kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi
dinamika global, dan lain-lain. Dari pendekatan ini nantinya akan teridentifikasi
gambaran tentang peluang yang tercipta dan tantangan yang harus dijawab dalam
penataan ruang suatu wilayah atau daerah.
 Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor lingkungan strategis yang berpengaruh, seperti kondisi fisik dan
lingkungan, kependudukan, perekonomian, kelembagaan, dll. Pendekatan ini terkait
dengan potensi yang dimiliki dan permasalahan yang akan dihadapi dalam penataan
ruang suatu wilayah.
4.1.2 Pendekatan Sustainability Development
Pendekatan keberlanjutan (sustainability). Kata sustainability sangat penting dalam
sebuah kerangka pengembangan dan pembangunan. Kata tersebut merujuk pada
”abilility of something to be sustained”. Pendekatan sustainability development saat ini
umum digunakan dalam hal-hal yang terkait dengan kebijakan lingkungan atau etika
bisnis, terutama sejak dipublikasikannya istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh
World Commission on Environt-ment and Development (WCED), tahun 1987. Dalam
dokumen tersebut, sustainability development diartikan sebagai: ”development that
meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to
meet their own needs. In a way that "promote[s] harmony among human beings and
between humanity and nature". Dalam ekonomi, pengembangan seperti ini
mempertahankan atau meningkatkan modal saat ini untuk menghasilkan pendapatan dan
kualitas hidup yang lebih baik. Modal yang dimaksud disini tidak hanya berupa modal fisik
yang bersifat privat, namun juga dapat berupa infrastruktur publik, sumberdaya alam
(SDA), dan sumberdaya manusia (SDM).
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan
ketiga komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas
pertumbuhan, bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat
pembangunan berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan
perekonomian dan pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan
hidup yang sangat penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 2
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

karena itu, pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama
lainnya saling terkait dan mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan
sosial, dan 3) pelestarian lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka diharapkan
penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
1. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
2. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang
dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
3. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang
dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur
dan pola ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan per-
kembangan antarsektor, antardaerah, dan antara sektor dengan daerah.
4. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin keles-
tarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
4.1.3 Pendekatan Pasar Komoditi
Pendekatan sektor (makro ekonomi) menjadi salah satu faktor utama dalam Studi
Kelayakan Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten Sukabumi ini, dikarenakan aspek
pertama yang perlu dipertimbangkan adalah sektor ekonomi apa yang akan menjadi
pengungkit (leverage) di daerah untuk memberdayakan masyarakat menengah kebawah,
memberikan multiplier effect yang tinggi, meningkatkan daya saing daerah. Terdapat
berbagai pendekatan yaitu bottom Up pengembangan pasar didasarkan kepada
keunggulan/kekhasan/keunikan yang dimiiliki oleh daerah yang didasarkan kepada
perekonomian daerah. Pendekatan awal dengan melihat keunggulan sektor yang dhitung
melalui nilai LQ dan Shiftshare untuk menentukan sektor mana yang mempunyai nilai LQ
lebih dari 1 yang artinya memberikan kontribusi besar daerah terhadap keunggulan di
tingkat provinsi, kemudian diturunkan menjadi komoditas-komoditas unggulan dari
sektor prioritas berdasarkan LQ Sektor.
Khusus dalam pendekatan pasar komoditas unggulan akan lebih banyak dipengaruhi oleh
kemampuan sumber daya lokal dalam pelaksanaan, faktor sosial budaya masyakat juga
ikut menentukan kemajuan pasar. Eksistensi pasar saat ini yang ada didaerah perlu
diperhatikan, mana saja pasar yang masih berjalan, dan berpotensi untuk terus
dikembangkan. Selain pendekatan makro ekonomi dalam pengembangan pasar, perlu
diperhatikan juga pendekatan mikro ekonomi meliputi supply demand komoditas,
pengendalian harga, mekanisme pasar saat ini, banyak pasar yang tidak berkembang
karena kekurangan dana operasional, dana investasi yang minim, kepercayaan lembaga
pembiayaan belum tinggi, masih ketergantungan kepada ijn, bandar dalam
perdagangannya.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 3
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

4.2 METODOLOGI PEKERJAAN


Untuk mencapai tujuan dan keluaran dari kegiatan Kajian Pembangunan Pasar Komoditi
di Kabupaten Sukabumi, maka dibuatlah kerangka berfikir kegitan. Untuk lebih jelasnya
mengenai kerangka berfikir pelaksanaan kegiatan Kajian Pembangunan Pasar Komoditi di
Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.1 Kerangka Berfikir Kegitan Kajian Pembangunan Pasar Komoditi

4.2.1 Metode Pengumpulan data


Pelaksanaan survey dan pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber yang
diharapkan untuk memperkaya masukan akademis maupun komparasi di luar yang telah
dilakukan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yakni survey sekunder dan
survey primer. Adapun metoda pelaksanaan survey tersebut dijelaskan sebagai berikut
1. Survey Sekunder
Survei sekunder atau telaah dokumen, dimana teknik ini berupa perekaman atau
pencatatan data sekunder dari instansi/lembaga terkait dan media masa. Survei ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah terdokumentasikan
dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait yang
relevansi dengan kegiatan pekerjaan, baik berupa kajian, dokumen perencanaan,
studi-studi serta kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang digunakan
sebagai acuan pemerintah setempat. Disela-sela survei, dilakukan diskusi yang
melibatkan aparat pemerintah daerah yang terkait dengan pengembangan daerah

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 4
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

untuk saling tukar informasi dan pengetahuan tentang kondisi aktual. Pada survei
sekunder dilakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari literatur-
literatur dan instansi terkait, yang meliputi data dari BPS, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Perhubungan, BAPPEDA, Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Cipta
Karya, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Kantor Desa dan Kantor Kecamatan.
Tabel 4.1 Kebutuhan Data Sekunder Dari Instansi Terkait di Kab Sukabumi

No Instansi Kebutuhan data Bentuk Data Ket.


1 DISKOPERINDAG Data Pasar
Luas Pasar Arahan Lokasi Pasar
Dokumen dan Peta
Jenis Pasar Komoditi
Peta Lokasi Pasar
Rencana jumlah user di tiap pasar
dalam klasifikasi unit usaha
Pendapatan total per pasar dan
biaya/subsidi/operasi cost masing-
masing pasar
Tarif/sewa atau beli: kios, toko, los,
lapak dibeberapa pasar
Jumlah fasilitas, kondisi fasilitas, dan
infrastruktur pasar yang sekarang
2 BAPPEDA RTRW Kab Sukabumi Arahan Tata Ruang
3 DISTARCIP RDTRK Dok dan Peta (GIS) Pada calaon Lokasi
Pasar Komoditi
4 BPS Jumlah Penduduk Dokumen
PDRB sub Sektor
Per kapita
Sebaran Pasar
5 DISHUB Jumlah Angkutan yang melewati pasar Dokumen dan Peta
Volume traffic ruas jalan utama pasar
6 Bina Marga (PU) Data Jaringan Jalan (sekitar Pasar) Dokumen dan Peta
7 UPTD Pasar/ Luas Pasar Dokumen dan Peta
Pengelola Pasar Rencana Perluasan Pasar
Jumlah toko, kios, los, lapak
Jumlah tenant yang memiliki kios
Jumlah tenant sewa
Jumlah omset/ per bulan
Harga tarif sewa/beli resmi
Harga tariff sewa/beli tangan kedua
Biaya operasi maintenance per bulan
Struktur Organisasi UPTD Pasar

2. Survey Primer
Survey Primer (pengamatan langsung) merupakan instrumen pengumpulan data
dengan jalan mengamati, mengukur kejadian yang sedang berlangsung, sehingga
diperoleh data aktual dan faktual. Pengamatan dilakukan secara sistematik dan
tercatat terhadap objek-objek yang sedang diobservasi. Pada kegiatan ini, jenis
observasi yang dilakukan adalah jenis observasi langsung dan wawancara. Survey
lokasi lebih difokuskan di wilayah kajian yang terkait dengan kajian Pembangunan
Pasar Komoditi Kabupaten Sukabumi.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 5
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

Tabel 4.2 Data Primer Kondisi Pasar Komoditi


N Uairan
Indikator Variabel Sub Indikator Variabel Kode Foto
o Kondisi
1 Teknis Luas lahan
Keberadaan Terminal
Kondisi Topografi
Kondisi rawan bencana
2 Sosial Ekonomi Dekat dengan permukiman penduduk
Sikap masyarakat terhadap pembangunan pasar
3 Sarana dan Adanya jaringan jalan menuju lokasi pasar
Prasarana Jumlah angkutan yang melewati pasar
Trasnsportasi
4 Sarana dan Kondisi jaringan air bersih
Prasarana dalam Kondisi jaringan jalan didalam pasar
Pasar Kondisi jaringan Listrik
Kondisi jaringan Telepon/HP
keamanan kebakaran
Kondisi jaringan air limbah diluar mau pun di dalam pasar
Kondisi jaringan drainase diluar mau pun di dalam pasar
5 Kondisi fasilitas Kondisi toilet
penunjang Kondisi mushola
Kondisi Security (Keamanan)
Kondisi parkir dan bongkar muat
Kondisi gudang
Kondisi tempat sampah
6 Tata Letak Pasar Tata letak kios berdasarkan komoditi

Selain data-data primer kondisi pasar komoditi yang terdapat pada diatas, adapun from
wawancara kepada stakeholder pasar komoditi meliputi Dinas Koperasi, Perindustrian,
Dan Perdagangan Kab Sukabumi, UPTD Pasar Komoditi, dan pelaku pasar (penjual). Untuk
lebih jelasnya mengenai from wawancara dapat dilihat pada lampiran.
4.2.2 Metode Analisis
Metode analisis dalam kajian Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten
Sukabumi, meliputi :
4.2.2.1 Analisis Pemilihan Lokasi Pasar
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun
70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor
persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian – penilaian
dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria
dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu
orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 6
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria,
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas
persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa
membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri
harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x,
maka B lebih disukai dari A dengan skala
2. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan
dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan
satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’
(kelompok elemen- elemen) yang baru.
3. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa
kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif- alternatif yang ada melainkan oleh objektif
secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh
dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemen
dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di
atasnya.
4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki
diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan
tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan
sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami antara lain :

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 7
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

1. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh
menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana
setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang
hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada
pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari
hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni :
1. Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)
2. Tingkat kedua : Kriteria – kriteria
3. Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif

Gambar 4.1 Struktur Hirarki

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan


memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian
besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya
dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur
tertentu.
2. Comparative Judgement
Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan
prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan
dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan
memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 8
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal
importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi
(extreme importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency
Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan
mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki
dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan
urutan pengambilan keputusan
Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
Catatan : Cara pengisian elemen-elemen pada matriks berpasangan adalah :
a. Elemen a[ i,i ] = 1 dimana i = 1,2,3,…n
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input
Tabel 4.3 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Tingkat Definisi Keterangan
Kepentingan
1 Sama Pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama.
3 Agak lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
yang satu dengan pasangannya.
atas lainnya
5 cukup penting Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas
lebih dari yang lain
7 Sangat penting Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang kuat atas
satu aktifitas lebih dari yang lain
9 Mutlak lebih penting Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya,
pada tingkat keyakinan tertinggi.
2,4,6,8 nilai tengah diantara Bila kompromi dibutuhkan
dua nilai keputusan
yang berdekatan
Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skala perbandingan 1
sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan
elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan
elemen i
rasio rasio yang didapat
langsung dari
pengukuran

c. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 9
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

3. Menjumlah matriks kolom.


4. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen kolom
dibagi dengan jumlah matriks kolom.
5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris hasil
langkah ke 4 dan hasilnya 5 dibagi dengan jumlah kriteria.
6. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.
7. Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks
berpasangan untuk masing-masing kriteria.Sehingga akan ada sebanyak n buah
matriks berpasangan antar alternatif.
8. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks,
masing masing matriksnya dijumlah per kolomnya.
9. Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan antar
alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5.
10. Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus
masingmasing elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan nilai
prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi
dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak λ1, λ 2, λ3,..., λn
11. Menghitung Lamda max dengan rumus

12. Menghitung Indeks Konsistensi (CI ) dengan rumus :

13. Menghitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus

dimana RI adalah indeks random konsistensi. Daftar RI dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4 Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41
.

Ukuran Matriks 9 10 11 12 13 14 15
Nilai RI 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang
diberikan konsisten. Jika CR > 01, maka maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka
pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif
harus diulang. perhitungan proses langkah 7, langkah 8 dan langkah 9.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 10
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

14. Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil
keputusan berdasarkan skor yang tertinggi

4.2.2.2 Analisis Penentuan Komoditi Yang Akan Dipasarkan


Terdapat beberapa teknis analisis untuk menghasilkan Komoditi Yang Akan Dipasarkan,
seperti :
1. Analisis Static Loqation Quetiont (SLQ)
Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu
daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis dan sektor mana yang
bukan sektor basis. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara
kemampuan satu sektor antara daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor
yang sama pada daerah yang lebih luas. Perbandingan relatif ini dapat dinyatakan
secara matematika sebagai berikut:
Si/ S
SLQ=
¿/ N
Keterangan :
SLQ : Nilai Location Quotient
Si : PDRB Sektor i di Kota/Kabupaten
S : PDRB total di Kota/Kabupaten
Ni : PDRB Sektor i Provinsi
N : PDRB total Provinsi
Hasil perhitungan SLQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :
SLQ > 1 : artinya sektor itu menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan. Sektor memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja
dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat
diekspor ke luar wilayah.
SLQ < 1 : artinya sektor itu termasuk non-basis. Produksi sektor di suatu
wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan
atau impor dari luar.
SLQ = 1 : artinya sektor itu tergolong non-basis, tidak memiliki keunggulan
komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah
sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
2. Analisis Dynamic Loqation Quetiont (DLQ)
Sebagai alternatif untuk melengkapi kelemahan dari analisis LQ maka digunakan
analisis DLQ. Metode ini digunakan untuk mengetahui peranan sektor prioritas.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 11
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

Karena dapat memberikan hasil yang lebih tepat dengan mengacu pada laju
pertumbuhan sektor ekonomi. Formulasi dari analisis DLQ adalah sebagai berikut:

[ ]
( 1+ gj )
( 1+Gj )
Rumus DLQ¿ t
( 1+ gi )
( 1+Gi )

Dimana :
DLQij = Indeks potensi sektor i di kota/kabupaten
gj = Laju pertumbuhan sektor i di kota/kabupaten
Gj = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di kota/kabupaten
gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi
Gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di provinsi
t = Selisih tahun akhir dan tahun awal
Nilai DLQ dapat di artikan jika :
Apabila DLQ suatu sektor > 1, maka sektor tersebut memiliki perkembangan
yang cepat
Apabila DLQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut memiliki perkembangan
yang lambat
Sedangkan apabila DLQ suatu sektor = 1, maka sektor tersebut memiliki
perkembangan yang tetap.
3. Analisis Shift Share
Analisis shift-share merupakan tehnik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor di
suatu wilayah dibandingkan kinerja sektor-sektor perekonomian provinsi. Dengan
demikian dapat ditemukan adanya pergesaran/ perubahan struktur hasil
pembangunan perekonomian daerah, bila daerah itu memperoleh kemajuan lebih
lambat atau lebih cepat dari kemajuan provinsi. Rumus :
Dij =Eij (rn) + Eij (rin) – rn) + E’ij (rij – rin) + (Eij - E’ij) (rij – rin)
Keterangan :
Eij adalah Nilai tambah sektor i diwilayah Kabupaten
rn dan rin adalah laju pertumbuhan Provinsi persektor
rij adalah laju pertumbuhan wilayah Kabupaten persektor
4.2.2.3 Analisis Aspek Kelayakan Pasar
Aspek Kelayakan Pasar, dengan teknik analisis trend terhadap variable terpilih. Analisis
ini memberikan arahan tentang volume permintaan dan penawaran barang dagangan
pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Mengkaji aspek pasar berfungsi

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 12
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

menghubungkan manajemen suatu organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui


informasi. Selanjutnya informasi ini digunakan untuk mengindentifikasi kesempatan dan
permasalahan yang berkaitan dengan pasar dan pemasaran. Dengan demikian
diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan-keputusan yang akan diambil.

Proses Mengkaji Aspek Pasar, meliputi :


1. Menilai situasi, suatu keputusan aspek pasar haruslah didasari dengan pengertian
dan pemahaman atas situasi dan perkembangan dunia usaha pada umumnya dan
aspek pasar yang bersangkutan khususnya seperti :
a. Sifat Pasar, meliputi :
 Persaingan, monopoli, bebas dan lain-lain. Jumlah produsen yang telah ada dan
perkiraan penambahan.
 Besarnya permintaan pasar (terhadap produksi yang sejenis) dan potensi
pertumbuhan.
 Pangsa pasar, potensi dan pertumbuhan.
b. Perilaku Konsumen, meliputi :
 Lapisan masyarakat pembeli.
 Sebab atau dorongan dan motivasi untuk membeli.
 Kapan dan dimana, volumenya berdasarkan musiman, atau relatif tetap.
Membelinya di pasar, di toko atau di pabrik berdasarkan pesanan/agen.
c. Market Environment
 Politik dan peraturan, seperti peraturan-peraturan yang akan atau sedang
diberlakukan, syarat keselamatan, dan lain-lain.
 Sosial dan ekonomi seperti perubahan komposisi kependudukan, pekerja
wanita, lokasi, nilai-nilai yang sedang menonjol.
 Teknologi, kemajuan aspek teknologi, adanya penemuan baru mengenai proses
produksi serta peralatan yg mendukungnya
2. Program pengkajian, program merangkum tugas-tugas yang spesifik dan
memusatkan pada sasaran tunggal, seperti pengembangan suatu produk untuk
mendukung suatu strategi perusahaan yang lebih besar. Contoh problem defenition
beserta program pengkajian aspek pasar suatu produk dapat meliputi :
a. Segmen pangsa pasar
 Ketentuan segment/pangsa pasar yang akan dijadikan sasaran.
 Identifikasi manfaat segmen pangsa pasar yang bersangkutan.
b. Pola dan jaringan distribusi
 Sejauh mana jaringan distribusi yang direncanakan.
 Bagaimana pola distribusi, menggunakan sistem pengecer (retailer) dan lain-
lain.
c. Promosi

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 13
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

 Pemilihan cara dan media promosi.


 Besar skala promosi yang akan dilakukan.

4.2.2.4 Analisis Aspek Kelayakan Teknis


Adapun Persyaratan Pasar meliputi :
A. Persyaratan umum
1. Lokasi pasar
Lokasi pasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Setiap lokasi pasar harus mempunyai bukti dokumen kepemilikan yang sah.
b. Lokasi pasar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah setempat
c. Untuk pembangunan pasar di lokasi yang baru, terdapat persyaratan lokasi
yang harus dipenuhi yaitu:
• Jalan menuju pasar mudah diakses dan didukung dengan
transportasi umum sehingga menjamin kelancaran kegiatan bongkar
muat dan distribusi.
• Terletak di daerah yang aman dari banjir dan longsor.
• Jauh dari fasilitas yang berpotensi membahayakan, seperti pabrik atau
gudang bahan kimia berbahaya, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) atau tempat pembuangan sampah/limbah kimia dengan jarak
minimal 10 m.
• Tidak terletak pada bekas tempat pembuangan sampah atau bekas
pabrik bahan kimia.
2. Kebersihan dan kesehatan
Kebersihan dan kesehatan yang ada di pasar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Fasilitas pasar harus memenuhi ketentuan kebersihan yaitu bebas dari
binatang penular penyakit dan tempat perindukannya (tempat berkembang
biak) seperti: lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk.
b. Fasilitas dan peralatan ruang dagang harus memenuhi ketentuan kesehatan
antara lain:
• Tempat penjualan makanan siap saji harus menyajikan makanan secara
tertutup.
• Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan basah bersuhu rendah (4 0
– 100C, khusus untuk ruang dagang bahan pangan basah.
• Penyajian karkas daging harus digantung.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 14
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

• Penggunaan alas pemotong (talenan) yang, tidak mengandung


bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan, dibedakan untuk
bahan mentah dan matang
• Pisau untuk memotong bahan mentah dan matang harus berbeda dan
tidak berkarat.
• Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
• Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang
mengalir, khususnya di tempat penjualan bahan pangan basah.
• Tersedia ruang disinfektan.
3. Keamanan dan kenyamanan
Keamanan dan kenyamanan yang ada di pasar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Penataan sirkulasi yang memudahkan pengunjung dapat bergerak dengan
leluasa.
b. Bahan bangunan hendaknya berupa bahan yang memudahkan perawatan.

B. Persyaratan Teknis
1. Ruang Dagang
Ruang dagang terdiri atas toko/kios, los dan jongko/konter/pelataran harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Toko/kios dibuat tidak menutupi arah angin.
b. Los harus dibuat modular.
c. Jongko/konter/pelataran berada pada area yang sudah ditentukan
yang tidak mengganggu akses keluar masuk pasar dan tidak menutupi
pandangan toko/kios atau los.
2. Aksesibilitas dan zonasi
a. Aksesibilitas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Seluruh fasilitas harus bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua orang,
termasuk penyandang cacat, dan lansia.
• Akses kendaraan bongkar muat barang, harus berada di lokasi yang
tidak menimbulkan kemacetan.
• Pintu masuk dan sirkulasi harus disediakan untuk menjamin
ketercapaian semua fasilitas di dalam pasar, baik ruang dagang maupun
fasilitas umum, termasuk untuk menanggulangi bahaya kebakaran.
b. Penataan zonasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Dikelompokkan secara terpisah untuk bahan pangan basah, bahan
pangan kering, siap saji, non pangan, dan tempat pemotongan unggas
hidup.
• Memiliki jalur yang mudah diakses untuk seluruh konsumen dan tidak
menimbulkan penumpukan orang pada satu lokasi tertentu.
• Tersedia papan nama yang menunjukkan keterangan lokasi zonasi.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 15
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

3. Area parkir harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Tersedia area parkir yang proporsional dengan area pasar.
b. Tersedia pemisah yang jelas antara area parkir dengan wilayah ruang
dagang.
c. Memiliki tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas dan dibedakan
antara jalur masuk dan keluar.
d. Area parkir dipisahkan berdasarkan jenis alat angkut, seperti: mobil, motor,
sepeda, andong/delman dan/atau becak.
e. Memiliki area yang rata, tidak menyebabkan genangan air dan mudah
dibersihkan.
4. Area bongkar muat
Area bongkar muat sebaiknya terpisah dari tempat parkir pengunjung.
Khusus setelah digunakan untuk kegiatan bongkar muat hewan hidup, area yang
digunakan harus dibersihkan dengan metode tertentu.
5. Koridor/gangway
Koridor/gangway harus dapat memberikan kemudahan untuk sirkulasi pedagang
dan pembeli, termasuk penyandang cacat, dalam melakukan kegiatan
transaksi dan keluar masuk barang dari area bongkar muat ke toko/kios, los,
maupun jongko/konter/pelataran.
6. Pos ukur ulang dan sidang tera harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tersedia alat ukur, takar, dan timbang yang sudah ditera/ tera ulang dan
masih berlaku, serta ada penandaan untuk digunakan konsumen dan/atau
pedagang secara mandiri guna memeriksa barang yang dibeli dan/atau
diperdagangkan.
b. Tersedia ruangan permanen atau menggunakan fasilitas lainnya yang
memiliki lantai datar dan terlindung dari hujan untuk menyelenggarakan
kegiatan sidang tera/ tera ulang.
7. Fasilitas umum
a. Kantor pengelola pasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Merupakan ruangan tetap yang dapat berada di area pasar atau di luar
area pasar.
• Lokasi kantor pengelola harus mudah dicapai oleh pengunjung maupung
pedagang.
• Tersedia Standard Operating Procedures (SOP) yang mendeskripsikan
tugas, cara kerja dan alur kerja setiap jabatan. SOP terdokumentasi
dengan baik dan mudah diakses oleh pihak yang berwenang.
b. Toilet dan kamar mandi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Tersedia toilet laki-laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi tanda
atau simbol.
• Toilet terjaga kebersihannya dan letaknya terpisah dari tempat
penjualan.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 16
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

• Pada toilet tersedia jamban leher angsa dilengkapi dengan tempat


penampungan air.
• Tersedia ventilasi dan pencahayaan yang memadai.
• Penampungan air yang disediakan harus bersih dan bebas jentik
• Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air
mengalir.
• Limbah toilet/kamar mandi dibuang ke septic tank atau lubang
peresapan yang tidak mencemari air tanah.
• Lantai dibuat tidak licin dan mudah dibersihkan.
• Tersedia tempat sampah yang kedap air, tertutup dan mudah diangkat.
c. Ruang menyusui harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Tersedia ruangan tersendiri yang nyaman dan tertutup.
• Tersedia fasilitas untuk menyimpan ASI.
• Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan dan mencuci
peralatan.
• Lantai ruangan memiliki permukaan yang rata, tidak licin, tidak mudah
retak, mudah dibersihkan dan terbuat dari bahan yang kedap air.
• Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara.
• Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan.
d. Pemasangan CCTV harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Ditempatkan di lokasi yang dapat memantau seluruh kegiatan pasar.
• Pemantauan CCTV hanya dapat diakses oleh pengelola pasar.
• Tidak ditempatkan pada wilayah yang bersifat pribadi misalnya toilet,
kamar mandi, dan ruang menyusui.
e. Tersedia ruang untuk melakukan ibadah yang memadai pada area pasar.
f. Tersedia ruang bersama yang digunakan untuk kegiatan komunitas pasar.
g. Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengguna pasar dalam
menanggulangi keadaan darurat, minimal Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).
h. Tersedia pos keamanan yang memadai pada area pasar.
i. Tersedia ruang untuk merokok yang memenuhi syarat kesehatan.
j. Tersedia ruang untuk membersihkan sarana pengangkutan dan peralatan
yang digunakan untuk unggas.
k. Area penghijauan yang memadai harus tersedia pada area pasar.
8. Elemen bangunan
Elemen bangunan pasar harus mengikuti persyaratan bangunan terkait yang
sudah ditetapkan, dengan memenuhi ketentuan khusus untuk pasar yaitu:
• Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dinding harus
berbentuk lengkung (conus).
• Bilamana bangunan berlantai dua memiliki ketinggian anak tangga maksimal
18 cm.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 17
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

• Lantai yang selalu terkena air harus mempunyai kemiringan ke arah


saluran pembuangan air sehingga tidak terjadi genangan
• Meja tempat penjualan mempunyai permukaan yang rata, tepi meja
berbentuk lengkung, mudah dibersihkan, dan dilengkapi dengan lubang
pembuangan air sehingga tidak menimbulkan genangan.
• Meja tempat penjualan untuk zonasi pangan harus memiliki tinggi minimal
60 cm dari lantai serta terbuat dari bahan tahan karat dan bukan dari kayu.
9. Keselamatan dalam bangunan
Keselamatan dalam bangunan pasar harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
• Memiliki prosedur keselamatan pengguna bangunan dari kondisi darurat
• Tersedia jalur-jalur evakuasi dan titik kumpul (assembly point) untuk kondisi
darurat sesuai standar keselamatan pada bangunan.
• Tersedia sistem pencegahan bahaya kebakaran.
• Untuk bangunan baru, perencanaan bangunan harus mengakomodasi
kemungkinan melokalisasi bagian bangunan yang terbakar untuk
melindungi bagian bangunan lainnya.
10. Pencahayaan
Bangunan harus memiliki pencahayaan alami atau pencahayaan buatan,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya dengan persyaratan
tertentu untuk pencahayaan umum, area sekitar tangga, serta area toilet dan
kamar mandi.
11. Sirkulasi udara
Sistem sirkulasi udara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Bangunan harus mempunyai ventilasi alami atau buatan sesuai dengan
fungsinya.
• Bukaan saluran ventilasi harus dirancang untuk menghindari gangguan
hewan.
• Teknis sistem ventilasi harus terdiri dari bukaan permanen, seperti jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka.
12. Drainase
Drainase harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Ditutup dengan kisi sehingga saluran mudah dibersihkan.
• Memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga
mencegah genangan air.
• Tidak ada bangunan los/kios di atas saluran drainase.
13. Ketersediaan air bersih
Penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Jaringan air bersih harus disediakan untuk melayani kebutuhan
pengguna dan kapasitasnya harus dihitung menurut jenis dan jumlah
pengguna.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 18
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

•Tersedia air bersih secara berkesinambungan dan/atau tempat


penampungan air dilengkapi dengan kran supaya air bisa mengalir.
• Tersedia instalasi air bersih pada area bahan pangan basah.
• Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan melalui pengujian secara berkala.
14. Pengelolaan air limbah
Pengelolaan air limbah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Direncanakan dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat
bahayanya serta memisahkan pembuangan air limbah yang mengandung
bahan beracun dan berbahaya dengan air limbah domestik.
• Limbah cair harus diolah terlebih dahulu dengan persyaratan tertentu
sebelum dibuang ke saluran pembuangan umum.
• Tersedia saluran pembuangan limbah tertutup yang tidak melewati area
penjualan.
• Pemeriksaan kondisi limbah cair dilakukan melalui pengujian secara berkala.
15. Pengelolaan sampah
Persyaratan pengelolaan sampah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Sistem pembuangan sampah direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
• Tersedia fasilitas pewadahan yang memadai, sehingga tidak mengganggu
kesehatan dan kenyamanan.
• Tersedia tempat sampah yang kedap air, tertutup dan mudah diangkat serta
dipisahkan antara jenis sampah organik dan non organik.
• Tersedia tempat sampah yang terpisah antara sampah kering dan basah
dalam jumlah yang cukup.
• Tempat sampah harus terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah
berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan.
• Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan, dan mudah
dipindahkan.
• Tersedia Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara yang kedap air,
kuat, mudah dibersihkan, serta mudah dijangkau petugas pengangkut
sampah.
• Lokasi TPS terpisah dari bangunan pasar dan memiliki akses tersendiri yang
terpisah dari akses pengunjung dan area bongkar muat barang.
• Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.
• Terdapat kegiatan pengelolaan sampah berdasarkan prinsip 3R reduce,
reuse, dan/atau recycle (misalnya bank sampah, pembuatan kompos) yang
mempunyai nilai ekonomi.
16. Sarana telekomunikasi
Sarana telekomunikasi yang berfungsi sebagai penunjang ketersediaan informasi
harus tersedia di kantor pengelola.
C. Persyaratan Pengelolaan

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 19
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

1. Prinsip Pengelolaan Pasar


Prinsip pengelolaan suatu pasar adalah:
• Efisien, dalam hal penggunaan sumber daya secara terukur, terkendali,
rasional dan wajar.
• Efektif, dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional sesuai dengan tujuan
pengelola.
• Produktif, dalam hal meningkatkan pendapatan pedagang.
• Akuntabel, dalam hal pengelolaan administrasi, teknis, maupun keuangan
dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Kepentingan umum, dalam hal pelaksanaan kegiatan untuk ikut
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
• Berwawasan lingkungan, dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional agar
selaras dengan pengelolaan lingkungan.
• Tanggung jawab sosial, dalam hal alokasi dana untuk pemberdayaan
komunitas pasar.
• Gotong royong, dalam hal menjaga kebersihan, kesehatan, keamanan dan
kenyamanan pasar.
2. Tugas Pokok Dan Fungsi Pengelola Pasar
Pengelola pasar mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam hal melaksanakan
pelayanan umum di bidang pengelolaan area pasar, membina pedagang
pasar, ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa
di pasar. Fungsi pengelola pasar mencakup hal-hal sebagai berikut:
• Perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan perawatan area pasar.
• Penyediaan, pemeliharaan dan perawatan sarana kelengkapan area pasar.
• Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan area pasar.
• Pengelolaan dan pengembangan area pasar.
• Pembinaan pedagang dalam rangka pemanfaatan area pasar.
• Bantuan terhadap stabilitas harga barang.
• Bantuan terhadap ketersediaan dan kelancaran distribusi barang dan jasa.
• Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama.
• Pengendalian keamanan dan ketertiban area pasar.
Pengelola pasar mempunyai tugas antara lain:
• Melaksanakan tugas rutin, misalnya pendataan pedagang, pendaftaran wajib
retribusi pasar, penagihan retribusi pasar, potensi pendapatan,
pembukuan, pelaporan pendapatan pasar,
• Memberikan pelayanan informasi kepada konsumen, seperti nama pedagang,
nomor dan letak los atau kios, jenis komoditi yang diperdagangkan di pasar,
• Menyediakan informasi mengenai zonasi pasar yang dipampang secara
jelas dan terbuka,
• Menyediakan informasi kisaran harga komoditas tertentu yang dipampang
secara jelas dan terbuka

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 20
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

• Menyelenggarakan program pengembangan dan aktivasi pasar melalui


diversifikasi kegiatan pasar seperti penambahan jam buka dengan aktivitas
baru, festival pasar, dan promosi.
• Menyelenggarakan program pembinaan dan pemberdayaan pedagang serta
komunitas pasar.
• Melakukan pengawasan terhadap produk sesuai ketentuan, berkoordinasi
dengan instansi terkait.
• Menyelenggarakan sidang tera dan tera ulang minimal 1 kali dalam
setahun, berkoordinasi dengan instansi terkait.
3. Prosedur kerja pengelola pasar
Tersedia prosedur kerja atau Standard Operating Procedures (SOP) yang
mendeskripsikan tugas, cara kerja dan alur kerja setiap jabatan. SOP
terdokumentasi dengan baik dan mudah diakses meliputi:
• Pengenaan retribusi dan pajak pasar,
• Keamanan dan ketertiban,
• Kebersihan dan penanganan sampah,
• Pemeliharaan sarana pasar,
• Penataan pedagang pasar,
• Penanggulangan kebakaran,
• Penataan parkir di area pasar,
• Penataan reklame di area pasar,
• Mekanisme pengaduan dan penanganan pengelolaan pasar,
• Pemakaian ruang dagang,
• Sanksi dan peringatan,
• Pengawasan untuk memastikan tersedianya barang dagangan yang aman,
sehat, dan bebas dari bahan berbahaya serta memenuhi ketentuan yang
berlaku.
4. Struktur pengelola pasar
Struktur pengelola pasar adalah sebagai berikut:
• Kepala Pasar,
• Bidang Administrasi dan Keuangan,
• Bidang Ketertiban dan Keamanan,
• Bidang Pemeliharaan dan Kebersihan,
• Bidang Pelayanan Pelanggan dan Pengembangan Komunitas.
5. Pemberdayaan pedagang
Pemberdayaan pedagang dilakukan dengan cara:
• Mengupayakan sumber alternatif permodalan pedagang pasar,
• Mengupayakan sumber pasokan dan ketersediaan barang untuk menjaga
stabilitas harga,
• Peningkatan kompetensi, pengetahuan, dan kapasitas pelayanan pedagang
pasar,

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 21
KABUPATEN SUKABUMI
LAPORAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI
ANTARA KABUPATEN SUKABUMI

• Memprioritaskan kesempatan memperoleh ruang dagang bagi pedagang


pasar existing apabila dilakukan revitalisasi atau relokasi;
• Memperkuat relasi sosial berdasarkan kepercayaan dan gotong royong.
6. Pembangunan pasar
Pembangunan pasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Persyaratan pembangunan pasar berlaku untuk pembangunan pasar di lokasi
existing maupun di lokasi yang baru.
• Proses pembangunan pasar meliputi proses studi kelayakan (termasuk UKL,
UPL, AMDAL), perencanaan teknis, konstruksi, dan pengoperasian pasar,
• Proses perencanaan teknis harus bersifat partisipatif dengan melibatkan
pemangku kepentingan,
• Rencana untuk pembangunan pasar harus mendapatkan izin dari pihak-pihak
yang berwenang
D. Penerapan Persyaratan Pada Klasifikasi Pasar
Persyaratan teknis dan persyaratan pengelola untuk setiap tipe pasar secara rinci
dapat dilihat dalam tabel pada halaman berikut.

DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN


BAB 4 - 22
KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

Tabel 4.5 Persyaratan Pasar Berdasarkan Tipe


No. Kriteria Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
1. Jumlah pedagang terdaftar > 750 orang 501 – 750 orang 250 - 500 orang < 250 orang
Persyaratan Teknis
2. Ukuran luas ruang 2 2 2 2
Minimal 2 m Minimal 2 m Minimal 2 m Minimal 1 m
dagang
3. Jumlah Pos Ukur Ulang Minimal 2 Pos Minimal 2 Pos Minimal 2 Pos Minimal 1 Pos
4. Zonasi  Pangan basah  Pangan basah  Pangan basah  Pangan basah
 Pangan kering  Pangan kering  Pangan kering  Pangan kering
 Siap saji  Siap saji  Siap saji  Siap saji
 Non pangan  Non pangan  Non pangan  Non pangan
 Tempat pemotongan  Tempat pemotongan unggas hidup  Tempat pemotongan unggas  Tempat pemotonga
 unggas hidup hidup  n unggas
 hidup
5. Area parkir Proporsional dengan luas lahan Proporsional dengan luas lahan pasar Proporsional dengan luas Proporsional dengan luas lahan pasar
pasar lahan pasar
6. Area bongkar muat Tersedia khusus Tersedia khusus ada ada
barang
7. Akses untuk masuk dan ke Terpisah Terpisah ada ada
luar kendaraan
8. Lebar koridor/ Minimal 1,8 m Minimal 1,8 m Minimal 1,5 m Minimal 1,2 m
gangway
9. Kantor pengelola di dalam lokasi pasar di dalam lokasi pasar di dalam lokasi pasar ada
10. Lokasi toilet dan Kamar Minimal berada pada 4 lokasi Minimal berada pada 3 lokasi yang Minimal berada pada 2 lokasi Minimal berada pada 1 lokasi
mandi (terpisah antara pria yang berbeda berbeda yang berbeda
dan wanita)
11. Jumlah toilet pada satu Minimal 4 toilet pria dan 4 toilet Minimal 3 toilet pria dan 3 toilet wanita Minimal 2 toilet pria dan 2 Minimal 1 toilet pria dan 1 toilet wanita
lokasi wanita toilet wanita
12. Tempat penyimpanan ada ada -- --
bahan pangan basah
bersuhu rendah /
lemari pendingin
13. Tempat cuci tangan Minimal berada pada 4 lokasi Minimal berada pada 3 lokasi yang Minimal berada pada 2 lokasi Minimal berada pada 1 lokasi
yang berbeda berbeda yang berbeda
14. Ruang Menyusui Minimal 2 ruang Minimal 1 ruang ada ada

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 23
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

No. Kriteria Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV


15. CCTV Minimal berada pada 2 lokasi Minimal berada pada 2 lokasi yang Minimal berada pada 1 lokasi --
yang berbeda berbeda
16. Ruang peribadatan Minimal 2 ruang Minimal 1 ruang Minimal 1 ruang ada
17. Ruang bersama ada ada ada --
18. Pos kesehatan ada ada ada ada
19. Pos keamanan ada ada ada ada
20. Area merokok ada ada ada ada
21. Ruang disinfektan ada ada ada --
22. Area penghijauan ada ada ada ada
Tinggi anak
23. tangga (untuk pasar
dengan 2 lantai) Maksimal 18 cm Maksimal 18 cm Maksimal 18 cm Maksimal 18 cm
Tinggi meja
24. tempat penjualan dari
lantai, di zona pangan Minimal 60 cm Minimal 60 cm Minimal 60 cm Minimal 60 cm
25. Akses untuk kursi ada ada -- --
roda
26 Jalur evakuasi ada ada ada ada
26. Jalur evakuasi ada ada ada ada
ada ada ada ada
ada ada ada ada

ada ada ada ada

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 24
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

No. Kriteria Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV


27. Tabung pemadam ada ada ada ada
kebakaran
ada ada ada ada
ada ada ada ada
kebakaran
ada ada ada
ada
ada ada ada
28 Hidran air ada ada -- --
29. Pengujian kualitas Setiap 6 bulan Setiap 6 bulan Setiap 1 tahun Setiap 1 tahun
air bersih
30. Pengujian limbah Setiap 6 bulan Setiap 6 bulan Setiap 1 tahun Setiap 1 tahun
cair
31. Ketersediaan tempat  setiap toko/kios/  setiap toko/kios/ los/jongko/  setiap toko/kios  setiap toko/kios/
sampah los/jongko/konter/ pelataran konter/pelataran /los/jongko/konter/ los/jongko/konter/pelataran
 setiap fasilitas pasar
 setiap fasilitas pasar  setiap fasilitas pasar pelataran
 setiap fasilitas pasar
32. Alat angkut sampah ada ada ada ada
33. Tempat pembuangan ada ada ada ada
sampah sementara
34. Pengelolaan sampah ada ada ada ada
berdasarkan 3R
35. Sarana telekomunikasi ada ada ada ada
Persyaratan Pengelolaan
36. Informasi identitas ada ada ada ada
pedagang
37. Informasi kisaran harga ada ada ada ada
38. Informasi zonasi pasar ada ada ada ada
39. Prosedur Kerja ada ada ada ada
/SOP

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 25
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

No. Kriteria Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV


40. Struktur Pengelola  Kepala Pasar,  Kepala Pasar  Kepala Pasar Kepala Pasar, Administrasi,
 Bidang  Bidang Administrasi,  Bidang Keuangan, Pelayanan Pelanggan dan
 Administrasi dan Keuangan,Pelayanan Administrasi, Pengembang an Komunitas
Keuangan, Pelanggan dan Keuangan, Bidang Ketertiban, Keamanan,
 Bidang Pengembangan Komunitas Pelayanan Pemeliharaan, dan
 Ketertiban dan  Bidang Ketertiban dan  Pelanggan dan Kebersihan.
 Keamanan, Keamanan; Pengembangan
 Bidang  Bidang Pemeliharaan dan Komunitas
Pemeliharaan dan Kebersihan.  Bidang
Kebersihan, Ketertiban,
 Bidang Pelayanan Keamanan,
Pelanggan dan  Pemeliharaan,
Pengembangan Dan Kebersihan.
Komunitas.
41. Jumlah pengelola Minimal 5 orang Minimal 4 orang Minimal 3 orang Minimal 2 orang
42. Pelaksanaan sidang tera/ Minimal 1 kali dalam 1 tahun Minimal 1 kali dalam 1 tahun Minimal 1 kali dalam 1 tahun Minimal 1 kali dalam 1 tahun
tera ulang
43. Program pengembangan ada ada ada ada
dan aktivasi pasar
44. Program pemberdayaan ada ada ada ada
komunitas pasar

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 26
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

4.2.2.5 Analisis Apek Kelayakan Finansial

Inti dari analisis ekonomi dan finansial adalah seberapa besar manfaat yang diterima
dibandingan dengan biaya yang dikeluarkannya. Manfaat yang diterima haruslah lebih
besar dari pada biaya yang dikeluarkan, sehingga kegiatan dapat berjalan dan pelaku
investasi mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, yaitu keuntungan. Beberapa
pemahaman tentang biaya dan manfaat dalam analisis ekonomi proyek adalah sebagai
berikut:
a) Terdapat empat langkah utama untuk kelangsungan analisis ekonomi project:
 Identifikasi biaya dan manfaat ekonomi;
 Menghitung biaya dan manfaat (as much as possible);
 Nilai biaya dan manfaat; dan
 Membandingkan manfaat dengan biaya.
b) Identifikasi biaya dan keuntungan proyek, situasi tanpa proyek harus dibandingkan
dengan situasi dengan proyek. Situasi tanpa proyek tidak sama dengan situasi
dengan proyek. Situasi dengan proyek menunjukkan tingkat produktivitas yang
relevan dengan sumber daya. Bagaimana pun juga, tingkat produktivitas akan sering
berubah tanpa proyek, dan in akan membawa pada perhitungan dapat diuraikan
pada situasi tanpa proyek.
c) Perbedaan penting dalam identifikasi biaya dan manfaat proyek adalah antara
nonincremental dan incremental output, dan antara incremental and
nonincremental input. Perbedaan penting karena dampak non-incremental dan
incremental memiliki nila dengan cara yang berbeda. Hal ini selanjutnya digunakan
untuk identifikasi perhitungan dari dampak proyek.
Teknik Analisis
Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat
individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian
dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil
total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat
siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut
(Kadariah, 1999). Beberapa metode yang digunakan untuk pertimbangan penilaian
investasi secara finansial, yaitu :
a. Metode Net Present value (NPV);
b. Metode Internal Rate of Return (IRR);
c. Metode Payback Period (PP);
d. Metode Probabilitas Indeks (PI);

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 27
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

e. Metode Benefit Cost Ratio (BCR);


1. Metode Net Present value (NPV)
Metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai
sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya
pengeluaran suatu investasi (outlays). Rumus yang digunakan untuk menghitung Net
Present Value (NPV) adalah sebagai berikut :
n
At
Net Present Value(NPV )=∑
t=0 ( 1+ K ) ᵗ
Ket :
k = Discount rate yang diinginkan;
At = Cash flow pada periode t;
N = Periode yang terakhir dimana cash flow diharapkan.

Jika hasil perhitungan Net Present Value (NPV) bernilai positif, maka investasi akan
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang
diinginkan. Sebaliknya jika Net Present Value (NPV) bernilai negatif, maka investasi akan
memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan rate of return minimum yang
diinginkan, sehingga investasi sebaiknya ditolak.
 Net Present Value (NPV) > 0 (nol), maka (Layak);
 Net Present Value (NPV) < 0 (nol), maka (Tidak Layak).

2. Metode Internal Rate of Return


Metode ini pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang
dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas
keluar dari suatu investasi proyek. Sehingga pada prinsipnya metode ini digunakan untuk
menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut:
n
At
∑ ( 1+r )ᵗ
=0
t =0

Keterangan :
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dari proceeds sama dengan P.V, dari
capital outlays
At = Cash flow untuk periode t
N = Periode terakhir dimana cashflow yang diharapkan

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 28
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

Kriteria kelayakan penerimaan investasi dengan menggunakan metode Internal Rate of


return (IRR) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan tidak layak jika hasil
perhitungan Internal Rate of Return (IRR) suatu investasi lebih kecil dari tingkat
keuntungan yang dikehendaki, maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Sebaliknya
jika hasil perhitungan Internal Rate of Return (IRR) suatu investasi lebih besar dari tingkat
keuntungan yang dikehendaki, maka investasi tersebut dinyatakan layak.
 Internal Rate of Return (IRR) > tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka (Layak);
 Internal Rate of Return (IRR) ≤ tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka (Tidak
Layak).

3. Metode Payback Period


Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang
diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas massuk
(proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut.
Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period (PP) adalah sebagai berikut :
Investasi Aliran Bersih
Payback Period =
Aliran kas masuk bersih tahunan
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan payback period adlah suatu
investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika payback period lebih pendek dibandingkan
dengan payback period maksimum. Sebaliknya jika payback period (PP) suatu investasi
lebih panjang daripada payback period maksimum, maka investasi tersebut dinyatakan
tidak layak.
 Payback Period (PP) < Payback minimum, maka (Layak);
 Payback Period (PP) ≥ Payback minimum, maka (Tidak Layak).

4. Metode Probability Indeks (PI)


Metode ini merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang
penerimaan kas bersih dimasa yan akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi
(outlays).
Rumus yang digunakan untuk menghitung probability indeks adalah sebagai berikut :
Procceds
Probability Indeks=
Outlays
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunkan metode probability indeks (PI)
adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika probability indeks (PI) lebih
besar dari 1 (satu). Sebaliknya jika nilai probability indeks (PI) lebih kecil dari 1 (satu),
maka investasi yang diusulkan dinyatakan tidak layak.

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 29
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

 Probability Indeks (PI) > 1 (satu), maka (Layak);


 Probability Indeks (PI) < 1 (satu), maka (Tidak Layak).

5. Metode Benefit Cost Ratio (BCR)


Metode ini membandingkan besarnya perbandingan keuntungan dengan biaya yang
dikeluarkan pada akhir umur rencana. Rumus yang digunakan untuk menghitung BCR
adalah sebagai berikut:

n
B
∑ (1+i)
t
t
t =0
BCR= n
C
∑ (1+i)
t
t
t =0

Keterangan :
Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode t)
i = Interest (tingkat bunga bank yang berlaku)
t = Periode waktu
(1+t)t = Discount factor atau Faktor Nilai Sekarang

Jika nilai benefit cost ratio (BCR) nilainya lebih besar dari 1 (satu) menunjukkan bahwa
investasi yang akan dilakukan akan menguntungkan, sebaliknya jika nilai benefit cost ratio
(BCR) kurang dari 1 (satu) menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak menguntungkan.
 Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 (satu), maka (Layak);
 Benefit Cost Ratio (BCR) < 1 (satu), maka (Tidak Layak).
4.2.2.6 Analisis Aspek Kelayakan Lingkungan
Aspek Kelayakan Lingkungan diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui dan
mengukur kemanfaatan dan kerugian yang diprediksi akan muncul dengan adanya upaya
pengembangan Pasar komoditi. Hal ini disebabkan lingkungan disatu sisi dapat menjadi
peluang dari bsisnis yang akan dijalankan, namun disisi lain lingkungan juga dapat
menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh
terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat
bisnis yang akan dijalankan.
Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehinggga menimbulkan dampak bagi
lingkungan disekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 30
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi disekitar lokasi bisnis,
timbulnya kerawanan sosial, timbulnya penyakit masyarakat, juga perubahan gaya hidup
sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari luar daerah.
Analisis aspek lingkungan dilakukan untuk menjawab “ apakah lingkungan setempat
sesuai dengan Pasar komoditi yang akan dijalankan dan apakah manfaat bisnis bagi
lingkungan lebih besar dibandingkan dampak negatifnya?’. Suatu ide bisnis dinyatakan
layak berdasarkan aspek lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis
tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak
negatifnya di wilayah tersebut.
Aspek lingkungan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
 Menganalisis kondisi lingkungan operasional
 Menganalisis kondisi lingkungan Pasar komoditi
 Menganalisis lingkungan ekonomi
 Menganalisis dampak positif maupun negatif bisnis terhadap lingkungan
 Menganalis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif
bisnis terhadap lingkungan
4.2.2.7 Analisis Aspek Sosial
Aspek Sosial diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui persepsi para pedagang dan
konsumen terhadap rencana pengembangan Pasar Komoditi di Kabupaten Sukabumi.

4.3 PROGRAM KERJA


Pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten
Sukabumi terdiri dari beberapa tahapan pekerjaan yang akan dijalani selama 3 (tiga)
bulan atau 90 (sembilan puluh) sebagaimana disebutkan pada KAK. Tahapan pelaksanaan
pekerjaan dan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan dijelaskan pada sub bab berikut ini.

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 31
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN, DAN PERDAGANGAN
KABUPATEN SUKABUMI

Tabel 4.6 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


PERIODE PELAKSANAAN KEGIATAN
BULAN I BULAN II BULAN III
NO KOMPONEN KEGIATAN
MEI JUNI JULI
5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28
I TAHAPAN PERSIAPAN MOBILISASI TIM DAN PENYUSUNAN LAP. PENDAHULUAN
1 Konsolidasi Internal Tim
2 Perumusan Metodologi Pekerjaan
3 Penyusunan Detail Rencana Kerja & Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
4 Pengumpulan Data & Informasi Awal
5 Penyusunan Laporan Pendahuluan
II TAHAPAN PERSIAPAN SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA
1 Survey Primer / Lapangan
2 Pengumpulan data sekunder, kunjungan ke Dinas terkait
III TAHAPAN ANALISIS DAN PENYUSUNAN LAP. ANTARA
1 Kompilasi Data dan Analisis
2 Analisis Aspek Kelayakan Pasar
3 Analisis Aspek Kelayakan Teknis
4 Analisis Aspek Kelayakan Finansial
5 Analisis Aspek Kelayakan Lingkungan
6 Analisis Aspek Sosial
7 Penyusunan Laporan Antara
VII TAHAPAN PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR
1 Perumusan Konsep dan Strategi Perencanaan Kajian Pasar Kecamatan
2 Penyusunan Tahapan Pengembangan Pasar Kecamatan
3 Penyusunan dan Persiapan Laporan Akhir
4 Finalisasi Laporan Akhir dan Ringkasan Eksekutif
KETERANGAN
Bulan Juni - Minggu 4 (Tanggal 23-30 Juni 2017) : Libur dan Cuti Bersama Idul Fitri 1438 H

LAPORAN KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR KOMODITI


BAB 4 - 32
PENDAHULUAN KABUPATEN SUKABUMI

Anda mungkin juga menyukai