BAB 4
PENDEKATAN
DAN METODOLOGI
4.1 PENDEKATAN PEKERJAAN
4.1.1 Pendekatan Mix Scanning Planning
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten Sukabumi ini
digunakan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach (MSPA) dan berkelanjutan.
MSPA adalah sistem perencanaan kewilayahan yang mempertimbangkan bahwa wilayah
makro tetap menjadi bagian dari sistem wilayah yang lebih mikro, walaupun tidak secara
menyeluruh, dan sebaliknya. Pendekatan ini dapat memberikan pemahaman keruangan
secara lebih lengkap, karena mempertimbangkan keseluruhan sistem yang
mempengaruhi, baik sistem eksternal maupun internal.
Secara teori, pendekatan MSPA merupakan kombinasi antara pendekatan rasional
menyeluruh dengan pendekatan terpilah (incremental), yaitu menyederhanakan pende-
katan menyeluruh dalam lingkup wawasan secara sekilas dan memperdalam tinjauan atas
unsur yang strategis terhadap permasalahan menyeluruh. Ciri utama pendekatan
perencanaan ini adalah:
Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat
tinggi (atas);
Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta memfokuskan
pendalaman penelaahan pada unsur-unsur yang diutamakan;
Dinilai sebagai penghematan waktu dan dalam dalam lingkup penelaahan, analisis,
serta proses teknis penyusunan rencana karena terdapat penyederhanaan dalam
penelaahan dan analisis makro.
karena itu, pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama
lainnya saling terkait dan mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan
sosial, dan 3) pelestarian lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka diharapkan
penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
1. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
2. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang
dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
3. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang
dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur
dan pola ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan per-
kembangan antarsektor, antardaerah, dan antara sektor dengan daerah.
4. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin keles-
tarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
4.1.3 Pendekatan Pasar Komoditi
Pendekatan sektor (makro ekonomi) menjadi salah satu faktor utama dalam Studi
Kelayakan Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten Sukabumi ini, dikarenakan aspek
pertama yang perlu dipertimbangkan adalah sektor ekonomi apa yang akan menjadi
pengungkit (leverage) di daerah untuk memberdayakan masyarakat menengah kebawah,
memberikan multiplier effect yang tinggi, meningkatkan daya saing daerah. Terdapat
berbagai pendekatan yaitu bottom Up pengembangan pasar didasarkan kepada
keunggulan/kekhasan/keunikan yang dimiiliki oleh daerah yang didasarkan kepada
perekonomian daerah. Pendekatan awal dengan melihat keunggulan sektor yang dhitung
melalui nilai LQ dan Shiftshare untuk menentukan sektor mana yang mempunyai nilai LQ
lebih dari 1 yang artinya memberikan kontribusi besar daerah terhadap keunggulan di
tingkat provinsi, kemudian diturunkan menjadi komoditas-komoditas unggulan dari
sektor prioritas berdasarkan LQ Sektor.
Khusus dalam pendekatan pasar komoditas unggulan akan lebih banyak dipengaruhi oleh
kemampuan sumber daya lokal dalam pelaksanaan, faktor sosial budaya masyakat juga
ikut menentukan kemajuan pasar. Eksistensi pasar saat ini yang ada didaerah perlu
diperhatikan, mana saja pasar yang masih berjalan, dan berpotensi untuk terus
dikembangkan. Selain pendekatan makro ekonomi dalam pengembangan pasar, perlu
diperhatikan juga pendekatan mikro ekonomi meliputi supply demand komoditas,
pengendalian harga, mekanisme pasar saat ini, banyak pasar yang tidak berkembang
karena kekurangan dana operasional, dana investasi yang minim, kepercayaan lembaga
pembiayaan belum tinggi, masih ketergantungan kepada ijn, bandar dalam
perdagangannya.
untuk saling tukar informasi dan pengetahuan tentang kondisi aktual. Pada survei
sekunder dilakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari literatur-
literatur dan instansi terkait, yang meliputi data dari BPS, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas Perhubungan, BAPPEDA, Dinas PU Bina Marga, Dinas PU Cipta
Karya, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Kantor Desa dan Kantor Kecamatan.
Tabel 4.1 Kebutuhan Data Sekunder Dari Instansi Terkait di Kab Sukabumi
2. Survey Primer
Survey Primer (pengamatan langsung) merupakan instrumen pengumpulan data
dengan jalan mengamati, mengukur kejadian yang sedang berlangsung, sehingga
diperoleh data aktual dan faktual. Pengamatan dilakukan secara sistematik dan
tercatat terhadap objek-objek yang sedang diobservasi. Pada kegiatan ini, jenis
observasi yang dilakukan adalah jenis observasi langsung dan wawancara. Survey
lokasi lebih difokuskan di wilayah kajian yang terkait dengan kajian Pembangunan
Pasar Komoditi Kabupaten Sukabumi.
Selain data-data primer kondisi pasar komoditi yang terdapat pada diatas, adapun from
wawancara kepada stakeholder pasar komoditi meliputi Dinas Koperasi, Perindustrian,
Dan Perdagangan Kab Sukabumi, UPTD Pasar Komoditi, dan pelaku pasar (penjual). Untuk
lebih jelasnya mengenai from wawancara dapat dilihat pada lampiran.
4.2.2 Metode Analisis
Metode analisis dalam kajian Studi Kelayakan Pembangunan Pasar Komoditi Kabupaten
Sukabumi, meliputi :
4.2.2.1 Analisis Pemilihan Lokasi Pasar
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun
70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor
persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian – penilaian
dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria
dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu
orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu
struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria,
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas
persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa
membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri
harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x,
maka B lebih disukai dari A dengan skala
2. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan
dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan
satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’
(kelompok elemen- elemen) yang baru.
3. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa
kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif- alternatif yang ada melainkan oleh objektif
secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh
dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemen
dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di
atasnya.
4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki
diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan
tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan
sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami antara lain :
1. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh
menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana
setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat,
pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang
hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada
pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari
hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni :
1. Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)
2. Tingkat kedua : Kriteria – kriteria
3. Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif
yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal
importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi
(extreme importance).
3. Synthesis of Priority
Synthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur – unsur pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency
Logical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan
mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki
dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan
urutan pengambilan keputusan
Tahapan – tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan menjadi persyaratan
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
Catatan : Cara pengisian elemen-elemen pada matriks berpasangan adalah :
a. Elemen a[ i,i ] = 1 dimana i = 1,2,3,…n
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input
Tabel 4.3 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Tingkat Definisi Keterangan
Kepentingan
1 Sama Pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama.
3 Agak lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
yang satu dengan pasangannya.
atas lainnya
5 cukup penting Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas
lebih dari yang lain
7 Sangat penting Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang kuat atas
satu aktifitas lebih dari yang lain
9 Mutlak lebih penting Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya,
pada tingkat keyakinan tertinggi.
2,4,6,8 nilai tengah diantara Bila kompromi dibutuhkan
dua nilai keputusan
yang berdekatan
Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skala perbandingan 1
sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan
elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan
elemen i
rasio rasio yang didapat
langsung dari
pengukuran
dimana RI adalah indeks random konsistensi. Daftar RI dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4 Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41
.
Ukuran Matriks 9 10 11 12 13 14 15
Nilai RI 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang
diberikan konsisten. Jika CR > 01, maka maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka
pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif
harus diulang. perhitungan proses langkah 7, langkah 8 dan langkah 9.
14. Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil
keputusan berdasarkan skor yang tertinggi
Karena dapat memberikan hasil yang lebih tepat dengan mengacu pada laju
pertumbuhan sektor ekonomi. Formulasi dari analisis DLQ adalah sebagai berikut:
[ ]
( 1+ gj )
( 1+Gj )
Rumus DLQ¿ t
( 1+ gi )
( 1+Gi )
Dimana :
DLQij = Indeks potensi sektor i di kota/kabupaten
gj = Laju pertumbuhan sektor i di kota/kabupaten
Gj = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di kota/kabupaten
gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi
Gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i di provinsi
t = Selisih tahun akhir dan tahun awal
Nilai DLQ dapat di artikan jika :
Apabila DLQ suatu sektor > 1, maka sektor tersebut memiliki perkembangan
yang cepat
Apabila DLQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut memiliki perkembangan
yang lambat
Sedangkan apabila DLQ suatu sektor = 1, maka sektor tersebut memiliki
perkembangan yang tetap.
3. Analisis Shift Share
Analisis shift-share merupakan tehnik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor di
suatu wilayah dibandingkan kinerja sektor-sektor perekonomian provinsi. Dengan
demikian dapat ditemukan adanya pergesaran/ perubahan struktur hasil
pembangunan perekonomian daerah, bila daerah itu memperoleh kemajuan lebih
lambat atau lebih cepat dari kemajuan provinsi. Rumus :
Dij =Eij (rn) + Eij (rin) – rn) + E’ij (rij – rin) + (Eij - E’ij) (rij – rin)
Keterangan :
Eij adalah Nilai tambah sektor i diwilayah Kabupaten
rn dan rin adalah laju pertumbuhan Provinsi persektor
rij adalah laju pertumbuhan wilayah Kabupaten persektor
4.2.2.3 Analisis Aspek Kelayakan Pasar
Aspek Kelayakan Pasar, dengan teknik analisis trend terhadap variable terpilih. Analisis
ini memberikan arahan tentang volume permintaan dan penawaran barang dagangan
pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Mengkaji aspek pasar berfungsi
B. Persyaratan Teknis
1. Ruang Dagang
Ruang dagang terdiri atas toko/kios, los dan jongko/konter/pelataran harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Toko/kios dibuat tidak menutupi arah angin.
b. Los harus dibuat modular.
c. Jongko/konter/pelataran berada pada area yang sudah ditentukan
yang tidak mengganggu akses keluar masuk pasar dan tidak menutupi
pandangan toko/kios atau los.
2. Aksesibilitas dan zonasi
a. Aksesibilitas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Seluruh fasilitas harus bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua orang,
termasuk penyandang cacat, dan lansia.
• Akses kendaraan bongkar muat barang, harus berada di lokasi yang
tidak menimbulkan kemacetan.
• Pintu masuk dan sirkulasi harus disediakan untuk menjamin
ketercapaian semua fasilitas di dalam pasar, baik ruang dagang maupun
fasilitas umum, termasuk untuk menanggulangi bahaya kebakaran.
b. Penataan zonasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Dikelompokkan secara terpisah untuk bahan pangan basah, bahan
pangan kering, siap saji, non pangan, dan tempat pemotongan unggas
hidup.
• Memiliki jalur yang mudah diakses untuk seluruh konsumen dan tidak
menimbulkan penumpukan orang pada satu lokasi tertentu.
• Tersedia papan nama yang menunjukkan keterangan lokasi zonasi.
Inti dari analisis ekonomi dan finansial adalah seberapa besar manfaat yang diterima
dibandingan dengan biaya yang dikeluarkannya. Manfaat yang diterima haruslah lebih
besar dari pada biaya yang dikeluarkan, sehingga kegiatan dapat berjalan dan pelaku
investasi mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, yaitu keuntungan. Beberapa
pemahaman tentang biaya dan manfaat dalam analisis ekonomi proyek adalah sebagai
berikut:
a) Terdapat empat langkah utama untuk kelangsungan analisis ekonomi project:
Identifikasi biaya dan manfaat ekonomi;
Menghitung biaya dan manfaat (as much as possible);
Nilai biaya dan manfaat; dan
Membandingkan manfaat dengan biaya.
b) Identifikasi biaya dan keuntungan proyek, situasi tanpa proyek harus dibandingkan
dengan situasi dengan proyek. Situasi tanpa proyek tidak sama dengan situasi
dengan proyek. Situasi dengan proyek menunjukkan tingkat produktivitas yang
relevan dengan sumber daya. Bagaimana pun juga, tingkat produktivitas akan sering
berubah tanpa proyek, dan in akan membawa pada perhitungan dapat diuraikan
pada situasi tanpa proyek.
c) Perbedaan penting dalam identifikasi biaya dan manfaat proyek adalah antara
nonincremental dan incremental output, dan antara incremental and
nonincremental input. Perbedaan penting karena dampak non-incremental dan
incremental memiliki nila dengan cara yang berbeda. Hal ini selanjutnya digunakan
untuk identifikasi perhitungan dari dampak proyek.
Teknik Analisis
Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat
individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian
dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil
total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat
siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut
(Kadariah, 1999). Beberapa metode yang digunakan untuk pertimbangan penilaian
investasi secara finansial, yaitu :
a. Metode Net Present value (NPV);
b. Metode Internal Rate of Return (IRR);
c. Metode Payback Period (PP);
d. Metode Probabilitas Indeks (PI);
Jika hasil perhitungan Net Present Value (NPV) bernilai positif, maka investasi akan
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang
diinginkan. Sebaliknya jika Net Present Value (NPV) bernilai negatif, maka investasi akan
memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan rate of return minimum yang
diinginkan, sehingga investasi sebaiknya ditolak.
Net Present Value (NPV) > 0 (nol), maka (Layak);
Net Present Value (NPV) < 0 (nol), maka (Tidak Layak).
Keterangan :
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dari proceeds sama dengan P.V, dari
capital outlays
At = Cash flow untuk periode t
N = Periode terakhir dimana cashflow yang diharapkan
n
B
∑ (1+i)
t
t
t =0
BCR= n
C
∑ (1+i)
t
t
t =0
Keterangan :
Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode t)
i = Interest (tingkat bunga bank yang berlaku)
t = Periode waktu
(1+t)t = Discount factor atau Faktor Nilai Sekarang
Jika nilai benefit cost ratio (BCR) nilainya lebih besar dari 1 (satu) menunjukkan bahwa
investasi yang akan dilakukan akan menguntungkan, sebaliknya jika nilai benefit cost ratio
(BCR) kurang dari 1 (satu) menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak menguntungkan.
Benefit Cost Ratio (BCR) > 1 (satu), maka (Layak);
Benefit Cost Ratio (BCR) < 1 (satu), maka (Tidak Layak).
4.2.2.6 Analisis Aspek Kelayakan Lingkungan
Aspek Kelayakan Lingkungan diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui dan
mengukur kemanfaatan dan kerugian yang diprediksi akan muncul dengan adanya upaya
pengembangan Pasar komoditi. Hal ini disebabkan lingkungan disatu sisi dapat menjadi
peluang dari bsisnis yang akan dijalankan, namun disisi lain lingkungan juga dapat
menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh
terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat
bisnis yang akan dijalankan.
Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehinggga menimbulkan dampak bagi
lingkungan disekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari
adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi disekitar lokasi bisnis,
timbulnya kerawanan sosial, timbulnya penyakit masyarakat, juga perubahan gaya hidup
sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari luar daerah.
Analisis aspek lingkungan dilakukan untuk menjawab “ apakah lingkungan setempat
sesuai dengan Pasar komoditi yang akan dijalankan dan apakah manfaat bisnis bagi
lingkungan lebih besar dibandingkan dampak negatifnya?’. Suatu ide bisnis dinyatakan
layak berdasarkan aspek lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis
tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak
negatifnya di wilayah tersebut.
Aspek lingkungan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
Menganalisis kondisi lingkungan operasional
Menganalisis kondisi lingkungan Pasar komoditi
Menganalisis lingkungan ekonomi
Menganalisis dampak positif maupun negatif bisnis terhadap lingkungan
Menganalis usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif
bisnis terhadap lingkungan
4.2.2.7 Analisis Aspek Sosial
Aspek Sosial diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui persepsi para pedagang dan
konsumen terhadap rencana pengembangan Pasar Komoditi di Kabupaten Sukabumi.