Pendekatan ini dapat memberikan pemahaman keruangan secara lebih lengkap, karena
mempertimbangkan keseluruhan sistem yang mempengaruhi, baik sistem eksternal
maupun internal.
Secara teori, pendekatan MSPA merupakan kombinasi antara pendekatan rasional
menyeluruh dengan pendekatan terpilah (incremental), yaitu menyederhanakan pende-
katan menyeluruh dalam lingkup wawasan secara sekilas dan memperdalam tinjauan atas
unsur yang strategis terhadap permasalahan menyeluruh. Ciri utama pendekatan
perencanaan ini adalah:
Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat tinggi
(atas);
Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta memfokuskan
pendalaman penelaahan pada unsur-unsur yang diutamakan;
Dinilai sebagai penghematan waktu dan dalam dalam lingkup penelaahan, analisis, serta
proses teknis penyusunan rencana karena terdapat penyederhanaan dalam penelaahan
dan analisis makro.
Untuk menunjang dan analisis sekilas, maka proses pemantauan, pengumpulan
pendapat, komunikasi, dan konsultasi dengan masyarakat yang berkepentingan dan
pemerintah dilakukan secara menerus mulai dari perumusan sasaran dan tujuan
rencana pembangunan.
Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, maka secara lebih substantif,
pendekatan dalam pekerjaan ini dapat dibagi atas:
Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor determinan yang dianggap mempengaruhi dalam penentuan arah
pengembangan, seperti kebijakan-kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi
dinamika global, dan lain-lain. Dari pendekatan ini nantinya akan teridentifikasi
gambaran tentang peluang yang tercipta dan tantangan yang harus dijawab dalam
penataan ruang suatu wilayah atau daerah.
Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor lingkungan strategis yang berpengaruh, seperti kondisi fisik dan
lingkungan, kependudukan, perekonomian, kelembagaan, dll. Pendekatan ini terkait
dengan potensi yang dimiliki dan permasalahan yang akan dihadapi dalam penataan
ruang suatu wilayah.
3.1.2 Pendekatan Sustainability Development
Pendekatan sustainability development saat ini umum digunakan dalam hal-hal yang
terkait dengan kebijakan lingkungan atau etika bisnis, terutama sejak dipublikasikannya
istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh World Commission on Environt-ment and
Development (WCED), tahun 1987. Dalam dokumen tersebut, sustainability development
diartikan sebagai: ”development that meets the needs of the present without compromising
the ability of future generations to meet their own needs. In a way that "promote[s]
harmony among human beings and between humanity and nature". Dalam ekonomi,
pengembangan seperti ini mempertahankan atau meningkatkan modal saat ini untuk
menghasilkan pendapatan dan kualitas hidup yang lebih baik. Modal yang dimaksud disini
tidak hanya berupa modal fisik yang bersifat privat, namun juga dapat berupa infrastruktur
publik, sumberdaya alam (SDA), dan sumberdaya manusia (SDM).
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan ketiga
komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas pertumbuhan,
bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat pembangunan
berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan perekonomian dan
pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan hidup yang sangat
penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan
keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling terkait dan
mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan sosial, dan 3) pelestarian
lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka diharapkan
penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
1. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
2. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan dirumuskan
menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan
oleh Pemerintah maupun masyarakat.
3. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang dapat
menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola
ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan per-kembangan
antarsektor, antardaerah, dan antara sektor dengan daerah.
4. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin keles-
tarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
Untuk menjalankan kedua pendekatan tersebut, maka diperlukan data dan informasi
wilayah makro mulai dari level nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta data dan
informasi wilayah mikro daerah, seperti peruntukan industri (KPI), daerah industri (KI), dan
sentra-sentra industri kecil menengah (Kawasan industri) pada masing-masing kab/kota.
3.1.3 Pendekatan Yuridis
Ismail Saleh, 1990 dalam bukunya Hukum dan ekonomi menyatakan bahwa “apabila kita
mengundang para investor, maksudnya tidak lain untuk lebih membangun Negara,
memberikan kesejahteraan lahir batin dan memberikan kemakmuran kepada rakyat.
Untuk itu digunakan dua pendekatan dalam pelaksanaan investasi, yaitu pendekatan
kepentingan nasional dan kepentingan ekonomi. Dua pendekatan tersebut harus disusun
dalam satu jalur hukum yang serasi dan saling mendukung. Dengan pendekatan dari segi
ekonomi bertujuan agar investasi, baik domestik maupun asing ikut membantu ekonomi
Indonesia. Dilihat dari pendekatan kepentingan nasional, tujuan yang ingin dicapai dalam
investasi ini tidak lain adalah untuk memberikan kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan
batin kepada Negara”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, yaitu
1. pendekatan yuridis normatif digunakan dengan alasan bahwa kawasan industri
merupakan institusi yang menjalankan perannya berdasarkan norma-norma hukum,
2. pendekatan yuridis empiris digunakan untuk melihat bagaimana pembangunan
kawasan industri berjalan dalam realitanya. Sedangkan data yang diperoleh dianalisa
secara kualitatif.
Sumantoro, 1986 dalam bukunya Hukum Ekonomi mengemukakan bahwa investasi
mempunyai peranan dan sumbangan penting dalam pembangunan. Di dalam lingkup
rencana pembangunan, pemerintah mengarahkan agar investasi mempunyai peranan
dalam pembangunan, sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan investasi tidak hanya
berorientasi kepada motif mendapatkan keuntungan saja, melainkan juga diarahkan
kepada pemenuhan tugas pembangunan pada umumnya. Untuk itu sebaiknya investasi
diarahkan pada serangkaian pengaturan oleh pemerintah agar dapat berperan serta dalam
mencapai tujuan-tujuan pembangunan menurut prioritas sebagaimana tercantum pada
setiap rencana pembangunan, seperti :
a. Peningkatan produksi nasional/penggalian potensi-potensi ekonomi;
b. Penciptaan lapangan kerja;
c. Peningkatan pemerataan hasil-hasil pembangunan/partisipasi rakyat dalam
pembangunan/kegiatan ekonomi;
d. Pemerataan kegiatan pembangunan daerah
Pengembangan usaha dapat dikatakan layak dalam aspek teknis jika secara teknis dan
teknologi mampu menunjang pengembangan usaha tersebut.
5. Analisa Ekologi/Lingkungan
Aspek ekologi dan lingkungan merupakan pengamatan pada kondisi sumberdaya
lingkungan (sumber air, lahan dan bahan baku) untuk mendukung keberlanjutan usaha
tersebut. Pengembangan usaha dikatakan layak pada aspek ekologi dan lingkungan
bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan dan pengelolaan
limbah tidak mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
6. Analisa Sosial, Budaya dan kelembagaan
Aspek sosial budaya dan kelembagaan merupakan pengamatan pada aspek
manajemen, hukum dan dukungan aturan yang hidup di masyarakat untuk
menggambarkan apakah usaha tersebut dapat dikelola dengan baik. Pengembangan
usaha dikatakan layak pada aspek sosial, budaya dan kelembagaan bila pengembangan
usaha tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah dan budaya.
7. Analisa Finansial
Analisis kelayakan fnansial dilakukan dengan melakukan perhitungan secara finansial
untuk mengetahui kelayakan usaha secara privat, dalam hal ini kelayakan yang dilihat
dari sudut pandang individu atau pelaku usaha. Perhitungan secara finansial ini
menggunakan komponen biaya dan manfaat untuk memudahkan pengelompokan
kedua bagian tersebut dan juga menggunakan kriteria investasi untuk mengetahui
tingkat kelayakan usaha secara kuantitatif.
8. Analisis Kelembagaan
Analisis terhadap kelayakan kelembagaan yang dilakukan terhadap kajian hukum
terhadap peraturan perundang undangan, struktur organisasi, dan sumber daya
manusia yang diperlukan (tingkat pendidikan dan kualitas).
Setelah didapatkan analisis yang tertuang di dalam KAK, maka langkah selanjutnya
menyusun Konsep Rencana Kawasan Industri, meliputi:
1. Kesesuaian kawasan industri dengan struktur dan pola ruang pada permukaan bumi;
2. Arahan kawasan industri yang berisi usulan program utama, lokasi, besaran, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, serat waktu dan tahapan pelaksanaan kawasan
industri;
3. Persyaratan kawasan industri yang berisi tentang jenis-jenis kegiatan yang
diperbolehkan, bersyarat secara terbatas, bersyarat tertentu dan kegiatan yang tidak
diperbolehkan;
Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka berfikir Kajian Kelayakan Kawasan Industri Di
Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Lima elemen (permintaan, sistem nilai, nilai ekonomi, kesesuaian produk dan ketersediaan
teknologi) memberikan kontribusi pada tumbuhnya industri kecil, lebih efisien jika berada
di dalam sentra menjadikan faktor tarikan untuk berkumpulnya dalam suatu wilayah.
Munculnya sentra industri kecil merupakan proses alamiah. Industri kecil akan mengumpul
dalam suatu wilayah karena ada keuntungan yang diperoleh. lndustri kecil menjadi lebih
efisien disebabkan adanya kerjasama antar pengusaha dalam berbagai aspek (bahan baku,
teknologi proses, tenaga kerja, pemasaran, fasilitas produksi dll.) dan penyebaran informasi
yang lebih cepat sehingga perubahan lingkungan dapat segera diantisipasi.
A. Analisis Rantai Pasok Komoditas Unggulan
Dalam menentukan komoditas yang akan menjadi komoditas unggulan dari Kawasan
Industri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain, ketersediaan bahan
baku dan kemampuan sumber daya manusia sebagai pelaku industri kecil dan
menengah.,
B. Analisis Kapasitas Produksi
Dalam menentukan kapasitas produksi pengolahan produk unggulan dalam daerah
Kawasan Industri, memerlukan beberapa daya dukung berapa bahan baku yang
tersedia (supplied) pasok ke kawasn Industri, target pemasaran dan penjualan, daya
dukung sumber daya manusia (skill labour dan unsklilled labour) yang tersedia di
daerah. Tahapan dalam penentuan kapasitas produksi yaitu:
1. Proporsi bahan baku lokal dari pertanian/perkebunan/pertambangan/kelautan/
kehutanan yang akan dipastikan menjadi bahan baku industri, karena tidak semua
produsen lokal akan menjual ke industri, sebagian akan dijual ke user atau pedagang
lainnya.
2. Besaran bahan baku yang diperlukan dalam membuat suatu produk.
3. Perhitungan Kapasitas produksi Kawasan Industri berdasarkan rumusan:
( )
( )=
( )
Adapun pola pikir dari analisis jaringan dan kebutuhan air bersih untuk lokasi Kawasan
Industri dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.5 Alur Pikir Analisis Kebutuhan Air Bersih di Lokasi Kawasan Industri
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih untuk kegiatan Kawasan
Industri yang harus disediakan meliputi:
a. kebutuhan air bersih;
b. jaringan air bersih;
c. kran umum; dan
d. hidran kebakaran
Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi kondisi dan permasalahan jaringan
air bersih eksisting, sistem penyediaan air bersih eksisting, pihak penyedia, sumber air,
tingkat kebocoran eksisting, kebutuhan dan sistem penyediaan air bersih di masa yang
akan datang, yang terdiri atas:
a. sistem penyediaan air bersih di lokasi Kawasan Industri seperti sistem jaringan
perpipaan;
b. bangunan pengambil air baku;
c. pipa unit distribusi hingga persil;
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
1. Penyediaan kran umum
Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata
Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
2. Penyediaan hidran kebakaran
a. untuk daerah Kawasan Industri jarak antara kran maksimum 200 meter;
b. jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
c. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-
sumur untuk sumber air pemadam kebakaran;
Gambar 3.8 Alur Pikir Analisis Persampahan Di Dalam Lokasi Kawasan Industri
Pemasang listrik untuk Kawasan Industri dapat dengan 2 cara yaitu dengan sistem
paska bayar dan Prabayar.
1. Listrik pascabayar merupakan sistem pembayaran listrik yang telah lama
digunakan di Indonesia. Dengan sistem pascabayar ini penghuni akan menerima
tagihan listrik pada akhir bulan, sesuai energi yang dipakai. Berikut ini poin-poin
penting mengenai listrik pascabayar:
Listrik selalu tersedia sampai tenggat waktu pembayaran di akhir bulan.
Pemakaian bisa melampaui batas.
Bila ada penunggakan listrik akan otomatis dipadamkan oleh PLN.
2. Listrik prabayar disebut juga dengan listrik pintar. Di mana penghuni dapat
mengendalikan pemakaian listrik sendiri. Alat meteran listriknya pun berbentuk
digital yang digunakan untuk memasukkan kode listrik. Sistemnya dibuat seperti
membeli pulsa prabayar handphone. Berikut ini poin-poin penting mengenai listrik
prabayar:
Pemakaian listrik lebih terkontrol.
Tidak ada sanksi denda pemutusan.
Pembelian disesuaikan kemampuan.
3.2.2.6 Analisis Kelayakan Finansial
Pada dasarnya analisis kelayakan finansial adalah menghitung seberapa besar manfaat
yang diterima dibandingan dengan biaya yang dikeluarkannya. Manfaat yang diterima
haruslah lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan, sehingga kegiatan dapat berjalan
dan pelaku investasi mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, yaitu keuntungan.
Terdapat empat langkah utama untuk kelangsungan analisis finansial suatu proyek:
Identifikasi biaya dan keuntungan investasi;
Menghitung biaya dan keuntungan investasi;
Memperoleh total nilai biaya dan keuntungan investasi;
Membandingkan biaya dan keuntungan investasi.
Beberapa metode yang digunakan untuk pertimbangan penilaian investasi secara finansial,
yaitu :
1. Metode Net Present value (NPV)
Metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai
sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya
pengeluaran suatu investasi (outlays). Untuk melakukan perhitungan kelayakan
investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash
outflow), aliran kas masuk bersih dimasa yang akan datang (future net cash inflows),
dan rate of return minimum yang diinginkan. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut :
( )=
( + )ᵗ
Ket :
k = Discount rate yang diinginkan
At = Cash flow pada periode t
n = Periode yang terakhir dimana cash flow diharapkan
Kriteria kelayakan penerimaan investasi dengan menggunakan metode NPV
adalah sebagai berikut :
Net Present Value (NPV) > 0 (nol), maka (Layak)
Net Present Value (NPV) < 0 (nol), maka (Tidak Layak)
2. Metode Internal Rate of Return
Metode ini pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang
dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran
kas keluar dari suatu investasi proyek. Sehingga pada prinsipnya metode ini digunakan
untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya IRR harus
dicari dengan cara trial and error. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah
sebagai berikut:
[ ]=
( + )ᵗ
Keterangan :
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dari proceeds sama dengan P.V, dari capital
outlays
At = Cash flow untuk periode t
n = Periode terakhir dimana cashflow yang diharapkan
Kriteria kelayakan penerimaan investasi dengan menggunakan metode Internal Rate
of return (IRR) adalah sebagai berikut :
Internal Rate of Return (IRR) > tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka (Layak)
Internal Rate of Return (IRR) ≤ tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka (Tidak
Layak)
Metode IRR, sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
3. Metode Payback Period
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang
diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas
massuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila
proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama maka Payback Period (PP) dari suatu
investasi dapat dihitung dengn cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan
proceeds tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period (PP)
adalah sebagai berikut :
kelembagaan, mengacu pada Baehaqi, 2009; Jauch & Glueck, 1998; dan John A.Martilla
& John C James, 1977.
mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
sekitarnya.
Contoh persyaratan umum antara lain:
- B1: Dokumen Amdal/UKL-UPL/SPPL sesuai rekomendasi dinas terkait
- B2: Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas sesuai rekomendasi dinas terkait
- B3: Wajib memenuhi perizinan yang diterbitkan oleh instansi terkait serta perizinan
kepada RT/RW dan masyarakat setempat
Untuk B3 merujuk pada percepatan dan peningkatan penanaman modal dan berusaha,
Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh kementerian/lembaga dan Pemerintah
Daerah untuk memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha dan/ atau
kegiatan, perlu ditata kembali agar menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi
hambatan perkembangan usaha dan/ atau kegiatan. Penataan kembali dilakukan pada
sistem pelayanan, dan regulasi sesuai dengan tuntutan dunia usaha, perkembangan
teknologi, dan persaingan global.
Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki sifat tidak
sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak
yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang
termasuk dalam klasifikasi X tidak boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan.
Penentuan I, T, B atau X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi
didasarkan pada:
1. Pertimbangan Umum
Pertimbangan umum berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan, antara lain:
a. Kesesuaian dengan arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten/kota;
b. Keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budi daya dalam suatu
wilayah;
c. Kelestarian lingkungan (perlindungan dan pengawasan terhadap pemanfaatan air,
udara, dan ruang bawah tanah);
d. perbedaan sifat kegiatan bersangkutan terhadap fungsi zona terkait;
e. Definisi zona;
f. Kualitas lokal minimum;
g. Toleransi terhadap tingkat gangguan dan dampak terhadap peruntukan yang
ditetapkan (misalnya penurunan estetika lingkungan, penurunan kapasitas
jalan/lalu- lintas, kebisingan, polusi limbah, dan restriksi sosial); dan
h. Kesesuaian dengan kebijakan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.
2. Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna lahan, kegiatan,
atau komponen yang akan dibangun. Pertimbangan khusus dapat disusun berdasarkan
rujukan mengenai ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang,
rujukan mengenai ketentuan dalam peraturan bangunan setempat, dan/atau rujukan
mengenai ketentuan khusus bagi unsur bangunan atau komponen yang
dikembangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan kondisi yang harus dipenuhi agar
kegiatan dapat berlangsung pada zona terkait, yang antara lain meliputi:
a. Prosedur administrasi yang harus diikuti;
b. Kajian kelayakan lingkungan yang harus dipenuhi;
c. Prasarana dan/atau sarana tambahan yang harus diadakan untuk menunjang
kegiatan tersebut;
d. Pembatasan yang harus diberlakukan, terkait:
Luas fisik pemanfaatan ruang;
Kaitan dengan kegiatan lain di sekitarnya;
Jumlah tenaga kerja;
Waktu operasional;
Masa usaha;
Arahan lokasi spesifik;
Jumlah kegiatan serupa;
Pengembangan usaha kegiatan lebih lanjut; dan
Penggunaan utilitas untuk kegiatan tersebut harus terukur dan tidak
menimbulkan gangguan pada zona tersebut.
e. Persyaratan terkait estetika lingkungan; dan
f. Persyaratan lain yang perlu ditambahkan.