PENDEKATAN
DAN METODODOLOGI
3.1. PENDEKATAN
3.1.1. Pendekatan Inter- Relationship
Pendekatan ini mengutamakan aplikasi dari pengetahuan, keterampilan, penggunaan
alat, dan usaha teknis dalam memberikan solusi terhadap berbagai keterbatasan
teknis yang ditemui dilapangan, mulai dari tahap Kordinasi dengan pemberi Kerja,
survey Lapangan, analisis data sampai pelaksanaan pekerjaan penyempurnaan
master plan drainase selesai.
Dalam implementasinya, sangat diperlukan inter-relationship yang kuat antar berbagai
pihak yang terlibat, seperti koordinasi terhadap solusi pemecahan masalah yang
terjadi dilapangan, dan sebagainya.
Halaman. 1
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
b. Pendekatan Administrasi
Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase
Kabupaten Tebo merupakan bagian penting yang tidak boleh diabaikan. Bagian
ini merupakan catatan penting mengenai jalannya pelaksanaan kegiatan, mulai
dari tahap awal penyusunan sampai dengan tersusunnya laporan Penyusunan
Masterplan Drainase Kabupaten Tebo ini. Administrasi pelaksanaan kegiatan
secara umum terdiri dari administrasi teknik, keuangan dan pelaporan.
Halaman. 2
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Dalam Pendekatan Profesional perlu kiranya ditekankan mengenai prinsip dasar yang
harus dipahami dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Masterplan Drainase
Kabupaten Tebo, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengendalian Pelaksanaan Kegiatan
Konsultan akan melakukan kegiatan pengendalian dalam lingkup kerja secara
cepat, tepat, praktis dan efisien. Kegiatan pengendalian ini meliputi sasaran,
target dan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengaturan Tata Kerja Personil
Konsultan akan membentuk suatu organisasi intern konsultan maupun
pembentukan organisasi proyek secara keseluruhan agar dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Pengaturan tata kerja atau organisasi yang kurang baik akan
menyebabkan kegiatan berjalan tanpa arah dan target.
c. Pemeriksaan Kegiatan Kerja
Pemeriksaan kegiatan kerja akan dilakukan dengan memeriksa :
‐ Penetapan langkah (apa, dimana, dan bagaimana ?)
‐ Pengaturan waktu (kapan ?)
‐ Penugasan (siapa ?)
‐ Tahap lanjutan (atau penyelesaian dengan segera).
Halaman. 3
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
3.2. Metodologi
Metodologi disusun berdasarkan suatu kerangka berpikir logik (logical framework)
yang terdiri dari serangkaian tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan secara
konsisten dan sistematik, serta sejalan dengan Kerangka Acuan Kerja pekerjaan ini.
Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1 di dibawah ini.
Identifikasi Masalah dan Study Literatur
Pembagian
Derah Aliran
A dan Chatment
Area C
B
Gambar 3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan
Halaman. 4
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
A B C D E
Hitung Tc
• Metode Krpich
• Tc = To + Td
• Analisa Banjir/Genangan
• Analisa Kapasitas
Perhitungan Dimensi
Rencana
Gambar 3.1. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan (Samb. dari Halaman Sebelumnya)
Halaman. 5
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Halaman. 6
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Halaman. 7
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
BM di lapangan di tandai dengan patok, baik patok yang permanen ataupun patok
sementara. Kegunaan dari BM ini adalah sebagai pengikat dari detail yang ada di
lapangan sehingga akhirnya dapat digambarkan dalam sebuah peta. Dalam
pelaksanaan pengukuran untuk tiap BM dalam pengikatan detail lapangan dirangkai
Halaman. 8
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
dalam suatu jaringan pengukuran yang disebut poligon. Poligon dapat diartikan
sebagai suatu rangkaian dari titik-titik secara berurutan sebagai kerangka pemetaan.
Posisi atau koordinat titik-titik poligon tersebut diperoleh dengan mengukur sudut
dan jarak antar titik-titik poligon.
Tiap benchmark dipasang baut diatasnya dan diberi tanda silang sebagai titik x, y, z
nya, sedangkan identifikasi nomor dan elevasinya terbuat dari tegel dipahat dan
dipasang pada salah satu sisinya. BM harus di pasang di tempat yang aman, kuat
dan mudah dicari kembali.
Pada pekerjaan pemetaan ini sebagai referensi vertikal dan horisontal (X,Y,Z)
digunakan titik BM (Bench Mark) tetap, yang terdapat didalam areal rencana
pekerjaan.
X = X0 + D Sin A
Y = Y0 + D Cos A
Z = Z0 + H
dimana :
X , Y, Z = Koordinat yang akan dicari/dihitung ke arah X,Y,Z.
X0, Y0, Z0 = Koordinat awal suatu titik dengan arah X,Y,Z (diketahui)
D = Jarak mendatar
A = Sudut horisontal (selisih dua sudut jurusan) suatu titik.
H = Beda tinggi suatu titik yang dihitung.
Halaman. 9
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut
yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal
akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut
magnetis.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti di gambar dibawah.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak
optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
d1
d2
A 1
d3
2
B
Halaman. 10
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :
f x
2
fy
2
KI 1 : 5.000
d
7. Bentuk geometris poligon adalah loop.
ABB
B
AC
A
C
Halaman. 11
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
U (Geografi)
Matahari
M T
Target
A
Halaman. 12
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka
pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Slag 2
b2 m2
b1 Slag 1 m1
450
400
Bidang Referensi
350
DEBIT (M3/DT)
300
D2
D1
250
Gambar
200
3.5 Pengukuran Waterpass
150
6 100
T 8 D mm
dimana
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (km)
Halaman. 13
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Pada metode tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan beda tinggi antara
stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai
berikut :
• Azimuth magnetis
• Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
• Sudut zenith atau sudut miring
• Tinggi alat ukur.
Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :
• Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur
ray, dimana setiap ray terikat pada titik-titik poligon sehingga membentuk
jalur poligon dan waterpass terikat sempurna.
• Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan
dengan kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan di buat.
• Gundukan tanah, batu-batu besar yang mencolok akan diukur dengan baik.
Juga bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan
desain akan diambil posisinya.
Halaman. 14
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
3) Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-
stasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap
Halaman. 15
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik
(point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai
yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran, yaitu :
1. Cara rata-rata aljabar
Cara ini merupakan perhitungan rata-rata hujan secara aljabar biasa, dengan
cara menjumlahkan sesuai data yang ada dari sejumlah stasiun hujan untuk
waktu tertentu kemudian dibagi dengan jumlah stasiun hujan tadi. Lebih
jelasnya diformulasikan di bawah ini.
d1 d 2 d n n
di
d
n i 1 n
di mana :
d tinggi curah hujan rata rata
d1, d2, dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, ….n
n = banyaknya pos penakar
di mana :
C = Koefisien Thiessen
Ai = Luas pengaruh dari stasiun pengamatan i
A = Luas total dari DAS
R curah hujan rata rata
R1, R2,..,Rn = Curah hujan pada setiap titik pengukuran (stasiun)
R3
A3
R A1
1
A2
R2
Gambar
Gambar4.5 Penentuan
3.10. Penentuancurah
Curahhujan
Hujanrepresentatif
Representatif cara
Poligon Thiessen.
Dengan Cara Poligon Thiessen
Halaman. 16
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
3. Cara Isohyet
Dengan cara ini, kita dapat menggambar dulu kontur tinggi hujan yang sama
(isohyet), seperti terlihat pada Gambar 2.2. Kemudian luas bagian di
antara isohyet-isohyet yang berdekatan diukur, dan nilai rata-rata
dihitung sebagai nilai rata-rata timbang nilai kontur sebagai berikut (dalam
Soemarto, 1999) :
A 1 R 1 A 2 R 2 A 3 R 4 .......... .......... ......... A N R N
R
A 1 A 2 A 3 .......... .......... A N
d 0 d1 d d2 d 1 dn
d A1 1 A2 n A n : A1 A 2 A n
2 2 2
di mana :
R = Curah hujan rata-rata Regional
Ri = Curah hujan rata-rata pada bagian-bagian Ai
Ai = A1+A2+…+An (luas total area)
S1
110 mm
A1
110 mm 100 mm
90 mm
S2
A2
100 mm
S4 A4
S3
95 mm
A3
90 mm
95 mm
Gambar 3.11.
Gambar Curah
Penentuan 5.7 Penentuan curah hujan representatif
Hujan Representatif Dengan Cara cara Isohyet.
Isohyet
Halaman. 17
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Pemilihan Sebaran
Curah hujan yang tercatat pada pos-pos stasiun hujan tidak langsung digunakan
untuk menghitung hujan rencana dengan satu metode tertentu, akan tetapi data
seri yang tercatat tersebut harus dianalisa terlebih dahulu. Analisis yang biasa
digunakan yaitu analisa frekuensi dari beberapa jenis sebaran antara lain :
1. Sebaran Normal
2. Sebaran Gumbel
3. Sebaran Log Normal 2 parameter
4. Sebaran Pearson III
5. Sebaran Log Pearson III
Untuk memilih sebaran yang cocok terhadap suatu data seri perlu menyelidikinya
dengan bantuan parameter-parameter statistik sebagai berikut :
1. Rata-rata hitung
1
X bar xi
n i 1
2. Simpangan baku
2
n
i 1
xi x
Sd
n 1
3. Koefisien Variasi (Cv)
Sd
Cv =
x
4. Koefisien Kemiringan (Cs)/ Skewness
3
n n
Cs =
Sa n1 1 n2 2 i 1
3
xi x
5. Koefisien kurtosis
4
1 n
n i 1
xi x
Ck = 4
Sd
Dengan menggunakan parameter-parameter statistik dasar sebagaimana
diuraikan tersebut diatas, baik untuk data seri asli maupun loJe Ne Lata tma
dari data seri asli, pemilihan sebaran yang cocok dapat dilakukan.
(1) Sebaran Normal
Rumus umum :
XT = Xbar + K Sd
Dimana :
Halaman. 18
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
X T X bar
S
y yn
Sn
Dimana :
XT = curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu
Xbar = curah hujan rata-rata
S = simpangan baku
Sn = simpangan baku dari “reduce variate”
y = reduce variate
yn = reduce mean
(3) Sebaran Log Normal 2 parameter
Rumus umum :
ln XT = (ln x)bar + K Sd (ln x)
Dimana :
ln XT = harga log dari besarnya curah hujan yang disamakan dengan
periode ulang tertentu
(ln x)bar = rata-rata curah hujan setelah dilogkan
K = faktor frekuensi
Sd (ln x) = simpangan baku dari harga log
(4) Sebaran Pearson III
Rumus umum :
XT = Xbar + K Sd
Dimana :
XT = besarnya curah hujan yang dilampau dengan periode ulang tertentu
Xbar = curah hujan rata-rata
1 n
X bar xi
n i 1
Sd = standar deviasi
2
n
xi x
i 1
Sd
n 1
Halaman. 19
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
3
n n
Cs
Sd n 1n 2 i 1
3
xi x
K = faktor frekuensi
(5) Sebaran Log Pearson III
Rumus umum :
ln XT = (ln x)bar + K.S(ln x)
Dimana :
ln XT = harga log dari curah hujan yang dilampaui dengan periode
ulang tertentu
(ln x)bar = rata-rata curah hujan setelah dilogkan
K = faktor frekuensi
S(ln x) = simpangan baku dari harga log
Ei Oi 2
x 2 ln
Ei
Dimana :
Ei = data hasil perhitungan dari sebaran teoritik untuk masing-masing kelas
interval
Oi = data hasil pengamatan dari sebaran empiris
X2ln= t (l, Dk) dibaca dari table distribusi x2
d = derajat kepercayaan
Dk = derajat kebebasan = k – h – l
K = jumlah kelas interval
h = banyaknya parameter.
Jumlah kelas yang diperlukan dalam metode uji ini tidak boleh kurang dari 5
dan frekuensi absolut pada tiap-tiap kelas interval paling sedikit 5. oleh sebab
itu cara uji ini hanya dapat dilakukan pada sample besar (>30)
Halaman. 20
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Untuk menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan harga suatu
intensitas curah hujan terutama bila digunakan metoda rasional. Intensitas curah
hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air
tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data
curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau (dalam Loebis, 1987).
Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian.
2
R td 3
I = 24 .
td 24
Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam),
td = lamanya curah hujan (jam),
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
Halaman. 21
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Survai Lokasi
Catchment Area
Metode Hidrograf
Metode Rasional Y DAS < 20 km2 T
Satuan
Distribusi Hujan
Intensitas Hujan
Jam2an
Debit Banjir
Rancangan
Halaman. 22
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
C.I.A
Q 0.278 .C.I . A
r 3.6
di mana :
Qr = debit maksimum rencana (m 3/det)
I = intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km 2)
C = koefisien run off
Halaman. 23
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Lanjutan Tabel 3.2. Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980)
No Tipe Daerah Tangkapan C
11 Tanah Pertanian
a. Tanah kosong
Rata 0,30 – 0,60
Kasar 0,20 – 0,50
b. Ladang garapan
Tanah berat tanpa vegetasi 0,30 0,60
Tanah berat dengan vegetasi 0,20 0,50
Berpasir tanpa vegetasi 0,20 – 0,25
Berpasir dengan vegetasi 0,10 ––– 0,25
c. Padang rumput
Tanah berat 0,15 – 0,45
Berpasir 0,05 – 0,25
d. Hutan/bervegetasi 0,05 – 0,25
12 Tanah Kosong
a. Rata, kedap air 0,70 – 0,90
b. Kasar 0,50 – 0,70
b. Multi unit terpisah 0,40 – 0,60
c. Multi unit tergabung 0,60 – 0,75
d. Sub urban 0,25 – 0,40
e. Apartemen 0,50 – 0,70
t r 0,75t g T0.3 .t g
Dimana:
𝑄p = Debit puncak banjir (m 3/det)
𝑅0 = Hujan satuan (mm) = 1 (tetapan)
𝐶𝐴 = Luas DAS (km
𝑇𝑝 = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
𝑇0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak
tg = Waktu konsentrasi (jam)
tr = Satuan waktu hujan
Halaman. 24
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Gambar 3.7. merupakan contoh gambar Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
berupa hubungan antara waktu dengan debit puncaknya.
Halaman. 25
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
3.2.4.5 Analisa Debit Banjir Rencana Metode Hidrograf Satuan Sinatetik Snyder
Dalam permulaan tahun 1938, F.F. Snyder dari Amerika Serikat telah
mengembangkan rumus empiris dengan koefisien-koefisien empiris yang
menghubungkan unsur-unsur hidrograf satuan dengan karakteristik daerah
pengaliran (Triatmodjo B, 2008).
Unsur-unsur hidrograf tersebut dihubungkan dengan:
A = Luas daerah pengaliran (km 2)
L = Panjang aliran utama (km)
LC = Jarak antara titik berat daerah pengaliran dengan pelepasan (outlet) yang
diukur sepanjang aliran utama
Lamanya hujan efektif 𝑡e = tp/5,5 dimana nilai 𝑡p diasumsikan. Jika te > tp (asumsi),
dilakukan koreksi terhadap tp.
tp’ = tp + 0,25(te – tp)
.maka :
Tp = tp’ + tr/2
Jika te < tr (asmsi), maka : Tp = tp + tr/2
Halaman. 26
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Setelah 𝜆 dan a dihitung, maka nilai y untuk masing-masing x dapat dihitung dengan
membuat tabel, dari nilai-nilai tersebut diperoleh t = x.Tp dan Q = y.Qp, selanjutnya
dibuat grafik hidrograf satuan (Triatmodjo B, 2008).
3.2.4.6 Analisa Debit Banjir Rencana Metode Hidrograf Satuan Sinatetik Gamma-I
Rumus-rumus yang digunakan dalam metode Gamma-I adalah sebagai
berikut (Sri Harto, 1993):
Halaman. 27
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
SF = Faktor Sumber
SIM = Faktor Simetri
Menghitung debit puncak banjir HSS Gamma-I (Qp) dengan rumus berikut :
0.4008
Q p 0.1836 * A 0.5886 * TR * JN 0.2381
Dimana :
Qp = Debit puncak (m 3/det)
JN = Jumlah pertemuan sungai
Menghitung waktu dasar pada metode HSS Gamma-I (TB) dengan rumus beriku :
Dimana :
S = Landai sungai rata-rata
SN = Frekuensi Sumber
RUA = Luas Relatif DAS sebelah hulu (km 2)
Menghitung koefisien tampungan (K) pada metode ini dihitung dengan rumus:
k 0.5617 * A0.1798 * S 0.1446 * SF 1.0897 * D 0.0452
Dimana :
K = Koefisien tampungan (jam)
A = Luas DAS (km2)
S = Landai sungai rata-rata
SF = Faktor Sumber
D = Kerapatan jaringan kuras.
Dimana :
QB = Aliran dasar (m3/det)
A = Luas DAS (Km2)
D = Kerapatan jaringan kuras.
Dengan melakukan analisa data spasial akan diperoleh gambaran di daerah atau
kawasan-awasan mana yang rawan banjir, rawan longsor, lahan kritis dan lain
Halaman. 28
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Dalam pembuatan peta-peta daerah rawan atau rentan terhadap bencana diperlukan
data atau peta diantaranya sebagai berikut:
a. Peta ketinggian dan kemiringan lahan,
b. Peta tutupan lahan,
c. Peta jenis tanah,
d. Peta jaringan sungai, dan
e. Peta curah hujan kawasan
Dari masing-masing peta tersebut diberi nilai bobot berdasarkan tingkat kompleksitas
pada masing-masing unsur yang menyertainya, dengan nilai bobot biasanya sudah
dibakukan oleh instansi-instansi terkait sesuai bidangnya. Selanjutnya dari semua
peta tersebut dioverlay dengan mengunakan program aplikasi arcgis, dijadikan dalam
satu peta objek daerah atau kawasan yang rawan terhadap banjir, rawan longsor dan
sebagainya. Isi peta tersebut merupakan penjumlahan nilai bobot masing-masing peta
tersebut diatas yang merupakan peta dasar sebagai pendukung pata daerah rawan
dimaksud.
Gambar berikut adalah salah satu contoh peta hasil analisa data geospasial yang
berupa Peta Daerah Rawan Banjir Kota Jambi.
Halaman. 29
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
R = A
P
A = ( b + m h ) h
P = b + 2 h 1 + m2 )
Q = V x A
b = nxh
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari – jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)
Halaman. 30
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
MAN
w
1 h 1
m m
Halaman. 31
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Apakah harga-harga itu akan merupakan harga harga fisik yang sebenarnya
selama kegiatan operasi, hal ini sangat tergantung pada kondisi pemeliharaan
saluran.
Penghalusan permukaan saluran dan menjaga agar saluran bebas dari
vegetasi lewat pemeliharaan rutin akan sangat berpengaruh pada koefisien
kekasaran dan kapasitas debit saluran.
Tabel 3.3. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k)
untuk saluran – saluran irigasi tanah
Debit rencana k
m3/dt m1/3/dt
Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40
Q < 1 dan saluran tersier 35
Halaman. 32
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
- Saluran drainase yang dalam akan memiliki aliran yang lebih stabil pada debit-
debit rendah, sedangkan saluran drainase yang lebih besar akan menunjukkan
aliran yang berbelok-belok.
Perbandingan kedalam lebar dasar air (n = b/h) untuk saluran drainase sekunder
diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran drainase yang lebih besar, nilai banding ini
harus paling tidak 3. Tipe-tipe potongan melintang disajikan pada gambar 3.2.
Untuk saluran drainase skunder dan primer, lebar dasar minimum diambil 0,60 m.
Talut yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel di atas harus
dipakai apabila diperkirakan akan terjadi rembesan ke dalam saluran.
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul harus
dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus dibuat setinggi
muka air rencana di saluran. Untuk kemirinan luar, bahu tanggul (jika perlu)
harus terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.
Halaman. 33
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder
dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang diperlihatkan dalam Tabel
3.5.
Tabel 3.5 Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah
Q (m3 / dt) Tinggi Jagaan (m)
v2 v2
Q 0.35b1 h 2 g
29 2g
Halaman. 34
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Agar air hujan yang turun tidak langsung terbuang ke sungai, maka air hujan
diresapkan ke dalam tanah untuk menambah muka air tanah. Cara yang
digunakan bisa menggunakan Memanen Air Hujan Dengan Biopori atau bisa
menggunakan Memanen Air Hujan Dengan Membangun Embung atau Waduk
Kecil
Halaman. 35
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air
(retarding pond) dan bantaran sungai kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini
akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran
drainase dan sungai. Hal ini dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran
drainase, baik di perkotaan maupun di permukiman, yang menimbulkan
genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena selama ini drainase
difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-
Halaman. 36
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Menurut Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
pengelolaan drainase secara terpadu berwawasan lingkungan merupakan
rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk
membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau
sungai ke badan air (pantai/laut, danau, situ, waduk, dan bozem) dengan waktu
seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan
dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut
(akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak).
Berbeda dengan prinsip lama, yaitu mengalirkan limpasan air hujan ke badan air
penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan bekerja dengan
berupaya memperlambat aliran limpasan air hujan.
Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke
dalam tanah melalui bangunan resapan, baik buatan maupun alamiah seperti
kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal ini dilakukan
mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya tingkat
pengambilan air.
Halaman. 37
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan
adalah peran serta masyarakat untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air
tanah karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang paling merasakan
akibatnya. Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui
kolam tandon penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun
dengan tangki penampung yang berfungsi menampung dan mengalirkan air
hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.
Halaman. 38
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
pasangan bata, base beton atau drum). Kedalaman sumur resapan relatif
tergantung kondisi formasi batuan dan muka air tanah. Untuk daerah yang muka
air tanahnya dalam, kedalaman sumur resapan dapat dibuat hingga mencapai 5
meter.
Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya beberapa rumah yang
menerapkannya. Bayangkan, bila setiap rumah memiliki sumur resapan yang
masing-masing mampu meresapkan air hujan sejumlah satu meter kubik dan
satu kawasan terdapat sepuluh ribu rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu
meter kubik air yang dapat meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat
mengurangi limpasan permukaan yang akan membebani saluran drainase di hilir
dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau karena pada
musim penghujan, mereka telah menabung air.
Halaman. 39
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Gbr.3.11. Kolam Retensi pada Badan Sungai Gbr.3.12. Kolam Retensi Disamping
Sungai Sungai
Pintu
Inlet
Pintu
Pintu Inlet
Mercu
Outlet Pintu
Outlet
Gbr.3.13. Kolam Retensi Tipe Storage Memanjang Gbr.3.14. Sumur Resapan Tipe Individu
Bendung untuk
memperlambat
aliran air
Gbr.3.15. Sumur Resapan Tipe Individu Gbr.3.16. Sumur Resapan Tipe Individu
Halaman. 40
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
2 2
Q Cd
1.5
gbH1
3 3
Cd = Koefisien debit,
Halaman. 41
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Pemilihan Lokasi :
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi pembuatan sumur
resapan (menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan
Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan) adalah :
1. Keadaan muka air tanah
Untuk mengetahu keadaan muka air tanah dapat ditentukan dengan cara
mengukur kedalamannya permukaan air tanah terhadap permukaan tanah dari
sumur di sekitarnya pada musim hujan.
2. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat dilalui air.
Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan terbagi dalam
tiga kelas,yaitu :
‐ permeabilitas tanah sedang (jenis tanah berupa geluh/lanau, memiliki daya
serap 2,0 – 6,5 cm/jam)
‐ permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah berupa pasir halus, memiliki daya
serap 6,5 – 12,5 cm/jam)
‐ permeabilitas tanah cepat (jenis tanah berupa pasir kasar, memiliki daya serap
12,5 cm/jam)
Halaman. 42
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Halaman. 43
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
A tadah = Luas tadah hujan (m 2), berupa atap rumah dan atau permukaan
tanah yang diperkeras
I = Intensitas hujan (m/jam)
2. Sumur resapan kolektif
Jenis sumur resapan ini dibuat secara kolektif (bersama) dalam sebuah komunitas
warga masyarakat dengan skala besar dan membutuhkan lahan cukup luas.
Sumur resapan kolektif dapat berupa kolam resapan, sumur resapan dalam
maupun resapan parit berorak. Tidak jarang area sumur resapan kolektif bisa
dijadikan tempat rekreasi bersama di dalam sebuah kompleks perumahan.
1. Penutup Sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya :
• Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian semen, dua
bagian pasir, dan tiga bagian kerikil (1pc : 2ps : 3kr)
• Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran perbandingan yang
sama, berbentuk cubung dan tidak di beri beban di atasnya atau,
• Ferocement (setebal 10 cm).
2. Dinding sumur bagian atas dan bawah
Pembuatan dinding sumur dapat memanfaatkan buis beton. Dinding sumur bagian
atas dapat menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen,
empat bagian pasir (1pc : 4ps), diplester dan di aci semen.
3. Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah
ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga.
4. Saluran air hujan
Dapat menggunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200
mm maupun pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.
Perawatan :
Untuk menjaga agar kondisi sumur resapan tetap berfungsi dengan baik maka perlu
diadakan pemeriksaan secara periodik, setidaknya setiap 6 bulan sekali.
Pemeriksaan itu meliputi :
Halaman. 44
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
‐ Aliran masuk
‐ Bak control
‐ Kondisi sumur resapan
Pembuatan sumur resapan air hujan merupakan salah satu solusi untuk menjaga
cadangan dan kualitas air agar terjaga dengan baik. Dalam skala yang lebih luas
dapat pula memperbaiki kualitas lingkungan sekitar. Kita bisa mulai membuatnya di
rumah yang kita tempati. Namun alangkah baiknya jika dilakukan secara bersama-
sama dan menjadi gerakan massal. Sebuah tindakan kecil sebagai wujud kepedulian
terhadap lingkungan yang kita tempati.
Halaman. 45
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
antara manfaat yang diperoleh dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Nilai BCR
lebih besar dari 1,0 merupakan persyaratan untuk kelayakan suatu proyek.
Untuk dapat membandingkan keuntungan dan biaya tersebut diperlukan keseagaman
nilai harga pada tahun yang sama, dapat berupa nilai uang saat ini (Present Value)
ataupun nilai uang yang akan dating (Future Value).
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai uang sekarang (Present Value)
adalah :
P = F / (1+i)n
Dimana :
P = Nilai uang sekarang
F = Nilai uang tahun yang akan dating
I = Besarnya bunga uang
N = Jangka waktu (tahun)
Dimana :
t = umur proyek
i = tingkat bunga
Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t
Ct = cost ratio (biaya) pada tahun t
Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, karena akan
memberikan manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis
sebesar wilayah (cost) yang dilakukan, sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka
proyek tidak akan member manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.
Halaman. 46
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
NPV
n
Bt Ct 0
t 1 1 IRR
Bila nilai IRR > social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan
bila IRR < social discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Suatu investasi dikatakan memberikan keuntungan jika tingkat IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang dijadikan standar. Pada perhitungan tingkat suku bunga
yang digunakan adalah tingkat suku bunga standar Bappenas yaitu sebesar 12 %
per tahun.
c. BCR
BCR atau dalam bahasa Indonesia adalah perbandingan untung-biaya dapat
ditentukan sebagai perbandingan dari nilai keuntungan ekivalen terhadap nilai
biaya ekivalen. Nilai-nilai ekivalen biasanya dinyatakan sebagai A.W.s (Annual
Worth)/Nilai tahunan atau P.W.s (Present Worth)/nilai sekarang, tetapi bias juga
F.W.s (Future Worth)/Nilai mendatang. Pada perhitungan ini digunakan nilai
ekivalen P.W.s. sehingga rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
n
Bt
1 i
t 1
t
B/C n
Ct
1 i
t 1
t
Halaman. 47
USULAN TEKNIS Penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tebo
Dari hasil analisa kebutuhan tersebut diatas, kemudian disusun dalam tabel matrik
skala prioritas dengan urutan kegiatan berdasarkan tingkat urgensinya, mulai dari
tingkat kebutuhan sangat mendesak, mendesak, cukup mendesak atau tidak terlalu
mendesak
Halaman. 48