Sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Pekerjaan
Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan dalam menyusun Dokumen
Usulan Teknis diwajibkan menyampaikan apresiasi dan inovasi sesuai
dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Apresiasi dan inovasi
perlu disampaikan guna melengkapi ataupun menyempurnakan KAK yang telah
ada agar lebih optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas pekerjaan serta produk
yang dihasilkan. Kedudukan apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini
dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini:
UMUM
Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia,
permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya
penanganan drainase di banyak kota di Indonesia masih bersifat parsial, sehingga
tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan
drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai tahap
perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan
peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan
pemahaman mengenai drainase kepada pihak yang terlibat baik bagi pelaksana
maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan agar penanganan
dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Bagian dari Perencanan Sistem Drainase Perkotaan adalah Rencana Induk
Drainase Perkotaan yang merupakan payung dari tahapan berikutnya sampai ke
pelaksanaan fisik.
Ketentuan ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan rencana induk
drainase perkotaan adalah sebagai berikut :
1. rencana induk disusun dengan memperhatikan rencana pengembangan kota
dan rencana prasarana dan sarana kota lainnya;
2. rencana induk disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya
dengan prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya
pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan;
3. rencana induk disusun untuk arahan pembangunan sistem drainase didaerah
perkotaan selama 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali
disesuaikan dengan keperluan;
4. rencana induk disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang.
e. Data lain:
1) Harga bahan dan upah.
2) Analisis harga satuan setempat.
3) Data kerugian akibat genangan.
b. Analisis kebutuhan:
1) Tentukan rencana saluran sesuai topografi dan rencana tata guna lahan
dan/atau tata ruang. Dalam penataan jaringan saluran drainase
diusahakan sebanyak mungkin mengikuti pola eksisting dan alur alam.
Kembangkan sistem gravitasi, sistem pompa hanya dipakai kalau tidak
ada alternatif lain.
2) Tentukan kala ulang pada masing-masing saluran dan/atau segmen
saluran sesuai dengan klasifikasi kota dan orde saluran.
3) Analisis hujan kawasan dan intensitas hujan sesuai dengan kala ulang
yang diperlukan.
4) Hitung debit rencana masing-masing saluran dan/atau segmen saluran
dengan metode yang sesuai, untuk sistem pompa dan/ atau sistem
polder perlu dihitung hidrograf banjir.
5) Analisis perbedaan antara kebutuhan (point d) dan kondisi yang ada (sub
bab 3.3, bagian 1, point a). Apabila kapasitas saluran existing lebih besar
atau sama dengan debit rencana, maka saluran yang ada dapat
digunakan. Apabila saluran existing lebih kecil dari rencana, maka
saluran tersebut perlu ada tindakan.
6) Tindakan yang dilakukan diarahkan untuk penurunan debit, dengan
mengimplementasikan fasilitas pemanenan air hujan. Jika dengan
tindakan ini kapasitas saluran masih lebih kecil dari debit yang akan
terjadi, baru dilakukan peningkatan kapasitas.
c. Analisa Solusi
Dari peta genangan, kemudian dibuat beberapa alternatif pemecahan
atau solusi dan dipilih satu alternatif yang paling efisien dan efektif. Alternatif
itu yang dijadikan dasar untuk perencanaan detail dan penyusunan program
tahunan.
8. Institusi Pengelola