Abstrak
Seiring dengan penduduk Indonesia pada tahun 2017 yang berjumlah lebih dari
262 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,49%, maka kebutuhan
mobilitas dan transportasi masyarakat Indonesia pada masa depan juga akan
meningkat. Kondisi kendaraan darat di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata
pertahun sekitar 10%, hal tersebut memerlukan pembangunan infrastruktur jalan raya
sebagai sarana utama penyedia layanan transportasi untuk mendukung kebutuhan
akses hubung yang baik dan majunya perekonomian suatu daerah di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan pembangunan jalan raya khususnya
perkerasan lentur dengan menggunakan inovasi material limbah.
Industri besar penghasil limbah berada di Provinsi Jawa Timur. Seperti PT.
Smelting Gersik menghasilkan terak tembaga sebesar 655.000 ton/tahun. PLTU
Paiton di Probolinggo menghasilkan limbah batu bara berupa abu terbang dan bottom
ash. Untuk urusan penghasil sampah, Provinsi Jawa Timur berada di urutan 2 di
Indonesia. Oleh karenanya perlu pemberdayaan dan pemanfaatan potensi material
limbah yang ada dalam menujang percepatan pembangunan infrastruktur
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Diperlukan pendayagunaan limbah
yang ada dengan tepat, sehingga dapat memanfaatkan material tersebut sebagai
inovasi campuran perkerasan lentur jalan raya yang ramah lingkungan.
Tahap pengujian dan pemeriksaan inovasi material abu terbang batu bara, biji
plastik dan terak tembaga dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik
dari setiap material. Diperoleh berat jenis terak tembaga sebesar 3,5 gr/cm3 dan berat
jenis abu terbang batu bara sebesar 2,49 gr/cm3. Untuk mengoptimalkan penggunaan
agregat dibuat komposisi dalam pembuatan lapis aspal beton dengan agregat kasar
dan halus sebesar 73%, terak tembaga 20%, abu terbang batu bara 7% dan campuran
plastik dalam aspal sebesar 7%. Kemudian dilakukan tahap pembuatan benda uji dan
melaksanakan uji marshall stability diperoleh nilai stabilitas sebesar 906,6 kg dan
nilai denity, flow, VIM dan VFB yang telah memenuhi persyaratan. Diperoleh kadar
aspal optimum sebesar 4,92 %.
Kata Kunci: Perkerasan Lentur, Abu Terbang Batu Bara, Plastik, Terak Tembaga
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pemanfaatan Abu
Batu Bara, Biji Plastik dan Terak Tembaga Sebagai Inovasi Campuran Material
Lentur Jalan Raya Yang Ramah Lingkungan (Studi Kasus Provinsi Jawa Timur)”
tepat pada waktunya.
Proposal ini dibuat dalam rangka mengikuti kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah
7th Civil In Action 2018 yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam kesempatan ini penulis bermaksud
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung dan membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal ini, yaitu:
1. Tri Joko Wahyu Adi, ST.MT. Ph.D selaku ketua departemen Teknik Sipil
FTSLK, ITS Surabaya yang telah memberikan dukungan bantuan moril
maupun materil yang sangat bermanfaat dalam keikut-sertaan perlombaan.
2. Ir. Ervina Ahyudanari, ME, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya, baik dalam pelaksanaan penelitian
maupun dalam proses penyusunan proposal ini.
3. Dan semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan prosposal ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan
kepada kami untuk dapat menyelesaikan dan mengikutsertakan proposa ini. Mohon
maaf apabila dalam penulisan ini terdapat salah kata atau mungkin ada yang kurang
berkenan di hati para pembaca. Kritik dan saran kami terima dengan senang hati
dari para pembaca sekalian.
iv
DAFTAR ISI
v
2.5.3 Density........................................................................................... 11
2.5.4 Voids in Mix (VIM) ....................................................................... 11
2.5.5 Voids Filled in Bitumen (VFB) ..................................................... 11
BAB III – METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahapan Pelaksanaan ........................................................................... 12
3.2 Diagram Alir Metodologi ..................................................................... 13
3.3 Timeline Penelitian ............................................................................... 14
BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 15
4.1.1 Pemilihan Agregat Lokal .............................................................. 15
4.1.2 Pemilihan Abu Batu Bara.............................................................. 15
4.1.3 Pemilihan Biji Plastik .................................................................... 16
4.1.4 Pemilihan Terak Tembaga ............................................................ 16
4.2 Deskripsi Karya .................................................................................... 17
4.3 Hipotesis Karya .................................................................................... 17
4.4 Data Penelitian ..................................................................................... 18
4.4.1 Pengujian Agregat ......................................................................... 18
4.4.2 Pengujian Aspal ............................................................................ 19
4.5 Perencanaan Mix Design ...................................................................... 20
4.6 Hasil Pengujian Marshall ..................................................................... 22
4.6.1 Curve Marshall Test ...................................................................... 23
4.7 Analisis Kelebihan & Kekurangan Karya ............................................ 23
4.8 Analisis Dampak Karya ....................................................................... 24
BAB V – PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 25
5.2 Saran ..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
100,000,000
50,000,000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
1
sering digunakan adalah perkerasan lentur, yakni perkerasan yang
menggunakan bahan lapis permukaan berupa bahan ikat dan bahan pokok yang
bisa berupa pasir, kerikil batu pecah dan lain-lain. Sedangkan untuk bahan ikat
perkerasan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis perkerasan jalan yang
dipakai. Bahan ikat bisa berupa tanah liat, aspal, atau kapur.
Untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik, Indonesia mengguna batu
bara bahan bakar, sedangkan pengolahan limbah batu bara atau sering disebut
abu batu bara hanya sekedar ditumpuk di area industri, penumpukan limbah ini
dapat berdampak buruk bagi lingkungan, akibat buruknya yang ditimbulkan
terutama adalah munculnya Pb, Cr dan Cd yang terkonsentrasi pada fraksi
butiran sangat halus. Kandungan utama dari abu batu bara dari pembakaran
batu bara pada pembangkit listrik adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), besi
oksida (Fe2O3), kalsium (CaO) dan sisanya adalah magnesium, potasium,
sodium, titanium dan belerang dalam jumlah sedikit (Putri, 2008). Dengan
meninjau kandungan abu batu bara dan karakteristiknya yang mampu lolos
saringan no. 200 (0,075 mm), maka abu batu bara dapat digunakan sebagai
bahan pengisi (filler) agar menjadi material yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, di Indonesia untuk permintaan pemurnian hasil tambang semakin
lama semakin bertambah, hal ini juga mengakibatkan bertambahnya jumlah
limbah tembaga (copper slag) yang dihasilkan oleh industri pengolahan dan
pemurnian hasil tambang (smelter). Menurut data dari Badan Pusat Statistik
pada tahun 2014, Indonesia mengekspor biji tembaga 715.000 ton per tahun.
Terak tembaga bersifat layaknya agregat halus karena karakteristiknya.
Dengan begitu, terak tembaga yang karakteristiknya dapat lolos saringan no.8
(2,36 mm) dapat menggantikan sebagian penggunaan pasir.
Menurut Badan Pusat Statistik 2017, pengolahan sampah di Provinsi Jawa
Timur dalam satu tahun sebesar 15,49 juta ton dari 84,51 juta ton sampah yang
tidak dipilah termasuk sampah plastik. Di sekitar wilayah peneliti berada yaitu
Provinsi Jawa Timur, terdapat beberapa TPA di Kota Surabaya penghasil
limbah sampah plastik, limbah abu batu bara pada PLTU Paiton di Kota
Probolinggo dan limbah terak tembaga pada PT. Smelter di Kabupaten Gersik.
Khusus TPA Benowo di Surabaya menghasilkan limbah plastik sebesar 400
2
ton setiap harinya, dan PLTU Paiton unit 5 & 6 menghasilkan abu batu bara
sebesar 117,000 to per tahun, sedangkan PT. Smelter Gersik menghasilkan
terak tembaga 655.000 ton per tahun. Tingginya tingkat produksi limbah
tersebut di Provinsi Jawa Timur, akan dapat menimbulkan dampak jangka
panjang yang buruk, yaitu pencemaran lingkungan. Oleh karena itu,
dibutuhkan solusi baru untuk mengelolah material tersebut.
Berdasarkan hal itu, material tersebut memiliki peluang untuk dijadikan
sebagai inovasi dalam campuran perkerasan lentur pembangunan infrastruktur
jalan raya, yaitu abu batu bara sebagai filler, terak tembaga sebagai substituen
pasir dan plastik sebagai campuran bitumen/aspal. Di penelitian ini dibuat
untuk mengetahui persentase komposisi campuran material yang
memanfaatkan abu batu bara, biji plastik dan terak tembaga sebagai inovasi
material perkerasan lentur yang ramah lingkungan, memiliki nilai stabilitas
tinggi dan ekonomis.
3
2. Mengetahui jumlah pengurangan limbah pembakaran batu bara, limbah
sampah plastik dan limbah peleburan tembaga yang dihasilkan untuk
pembagunan infrastruktur jalan raya perkerasan lentur per kilometer.
4
3. Pembuatan, perawatan dan pengujian benda uji dilakukan pada
laboratorium perhubungan dan bahan konstruksi jalan departemen teknik
sipil ITS Surabaya.
4. Uji sifat marshall test meliputi: stability, flow, density, VIM, VFB.
5. Tidak membahas perencanaan tebal perkerasan.
6. Tidak membahas perencanaan geometrik jalan.
7. Tidak membahas perencanaan drainase.
8. Tidak membahas pengaruh daya dukung tanah dasar.
9. Tidak membahas efek kimia plastik.
5
BAB II
STUDI PUSTAKA
6
lapis pondasi bawah granuler yang dihamparkan di atas tanah-dasar.
NAVFAC DM-5.4 (1979) menyarankan perbandingan struktur perkerasan
lentur dengan perkerasan kaku, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
7
bergradasi padat. Dalam aplikasinya, terdapat banyak jenis campuran
beraspal yang digunakan untuk lapis permukaan. Tipe campurannya
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan beban lalu-lintas. Tabel 2.1
memperlihatkan komposisi campuran perkerasan bitumen untuk campuran
aspal panas yang ada pada spesifikasi ASTM D 3515. Dispesifikkan pada
Tabel 2.2 menurut ASTM D 1241, gradasi agregat dari material lapis
permukaan harus memenuhi syarat tipe I gradasi C atau D dan untuk Tipe
II gradasi E atau F.
Tabel 2.1 Komposisi untuk campuran aspal panas
8
yang penting. Material lapis pondasi untuk perkerasan lentur didasarkan
pada pertimbangan ekonomis, antara lain kerikil pecah atau tak dipecah,
batu pecah bergradasi, macadam, batukapur, koral dan terak (slag).
2.3.3 Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan yang dihamparkan di antara
tanah-dasar dan lapis pondasi. Secara tipikal, bahan lapis pondasi bawah
terdiri dari material granuler dipadatkan (baik dirawat maupun tidak)
atau lapisan tanah yang distabilisasi dengan bahan tambah tertentu.
Dalam beberapa hal, lapis pondasi bawah dirawat atau dicampur dengan
semen, aspal, kapur, abu terbang (fly ash) untuk menambah kekuatannya.
9
mengunci dengan agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara
agregat kasar. Agregat halus pada #8 sampai #30 penting dalam
memberikan kekasaran yang baik untuk kendaraan pada permukaan aspal.
Agregat halus pada #30 sampai #200 penting untuk menaikkan kadar aspal
sehingga campuran akan lebih awet.
2.4.3 Bahan Pengisi
Filler dapat berupa batuan pecah, slag maupun semen dengan minimum
75% lewat saringan no. 200 (0,075 mm). Bahan ini cukup membantu
dalam mengisi rongga-rongga yang kecil, meningkatkan viskositas binder
dan dapat mengurangi lepasnya binder dari agregat.
2.4.4 Aspal Penetrasi
Beberapa aspal penetrasi dibuat dengan cara mengubah (fluxing) aspal
penetrasi tingkat keras dengan penetrasi rendah atau dengan cara
menambahkan dengan minyak yang bertitik didih tinggi. Jenis aspal ini
digunakan sebagai bahan pengikat batu jalan dan bahan campurannya
harus dihamparkan saat panas, dalam beberapa jam sejak pencampuran.
10
2.5.2 Flow
Merupakan besarnya perubahan bentuk plastis suatu benda uji
campuran beraspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas
keruntuhan, dinyatakan dalam satuan panjang. Nilai flow dipengaruhi oleh
faktor kadar viskositas aspal, suhu, gradasi dan jumlah pemadatan. Nilai
flow yang tinggi mengindikasikan campuran yang bersifat plastis dan lebih
mampu mengikuti deformasi akibat beban.
2.5.3 Density
Apabila kadar aspal naik, density akan ikut naik sampai mencapai
puncaknya lalu turun. Puncak kemampatan biasanya bersamaan dengan
kadar aspal optimum dan stabilitas puncak. Hal yang terpenting adalah
kedekatan antara kepadatan yang diperoleh di laboratorium dengan
kemampatan yang diperoleh di lapangan setelah beberapa waktu dibebani
oleh lalu lintas. Kemampatan yang tinggi akan menghasilkan kemampuan
untuk menahan beban yang tinggi serta kekedapan terhadap air dan udara
yang tinggi.
2.5.4 Voids in Mix (VIM)
Merupakan volume pori yang masih tersisa setelah campuran aspal
beton dipadatkan dan dinyatakan dalam persen. VIM dibutuhkan untuk
tempat bergesernya butiran agregat, akibat pemadatan tambahan yang
terjadi oleh repetisi beban lalu lintas, atau tempat jika aspal menjadi lunak
akibat meningkatnya temperatur. Nilai VIM yang terlalu kecil akan
mengakibatkan terjadinya bleeding, jika temperatur meningkat.
2.5.5 Voids Filled in Bitumen (VFB)
Merupakan persentase rongga dalam agregat padat yang terisi aspal dan
dinyatakan dalam persen. Nilai VFB yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan naiknya aspal ke permukaan saat suhu perkerasan tinggi.
Sedangkan VFB yang terlalu rendah berarti campuran bersifat porus dan
mudah teroksidasi.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi
13
3.3 Timeline Penelitian
Dibuat jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan,
pelaksanaan, penyusunan laporan penelitian dan presentasi. Jadwal kegiatan
berisi rincian setiap kegiatan penelitian yang dirupakan dalam satuan pekan.
Hal ini memberikan rincian kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut.
Jadwal pelaksanaan mengacu pada metodologi dapat dilihat pada Gambar 3.2.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
PEMANFAATAN ABU BATU BARA, BIJI PLASTIK DAN TERAK TEMBAGA SEBAGAI INOVASI CAMPURAN
MATERIAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA YANG RAMAH LINGKUNGAN (STUDI KASUS PROVINSI
JAWA TIMUR)
Februari Maret April Mei
No. Jenis Kegiatan pekan pekan pekan pekan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Abstrak
a Persiapan
b Identifikasi masalah
c Studi pustaka
2 Penyusunan Karya Tulis
a Pengumpulan data lalu lintas
b Pengolahan data lalu lintas
c Pengumpulan material
d Pengujian & pemeriksaan material
e Mix design , pembuatan dan perawatan benda uji
f Uji marshall stability test
g Kesimpulan dan saran
h Penulisan karya tulis
i Pengumpulan karya tulis
3 Presentasi Karya Tulis
a Pembuatan poster
b Pembuatan power point
c Latihan presentasi
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambar 4.2 Lokasi PLTU Paiton dan sampel fly ash tipe F
4.1.3 Pemilihan Biji Plastik
Pemilihan biji plastik dilakukan untuk mengolah sampah pada tempat
pembuangan akhir. Data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya, di TPA Benowo Surabaya menampung jenis sampah anorganik
sebesar 262.800 ton/tahun. Menurut (Nurminah, M 2002) pemanfaatan
plastik jenis polyethylene merupakan film yang lunak, transparan dan
fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik.
Dengan pemanasan pada suhu 120°C maka plastik akan menjadi lunak dan
mencair. Limbah plastik diolah dahulu menjadi biji plastik, kemudian
dicampurkan dengan binder/aspal panas.
16
Gambar 4.4 Lokasi PT. Smelting Gersik dan tumpukan terak tembaga
Perencanaan perkerasan lapis aspal beton pada karya tulis ini akan
menargetkan perkerasan lentur dari Tabel 4.1 yang diperoleh SNI 06-2489-
1991. Direncanakan lapis aspal beton memiliki nilai stabilitas lebih besar dari
750 kg, nilai flow antara 2-4 mm, rongga terisi aspal 75-82%, rongga dalam
campuran 3-5% dan density lebih besar 2 gr/cc.
17
dimanfaatkan juga sebagai pengganti pasir. Penggunaan material tersebut
dalam pembuatan lapis aspal beton, tetap memenuhi syarat karakteristik
marshall test yang direncanakan.
18
Tabel 4.2 Karakteristik agregat kasar
19
material plastik tipe polyethylene. Beberapa pengujian yang akan
dilakukan terhadap aspal yang digunakan adalah sebagai berikut:
• Pemeriksaan penetrasi bahan bitumen
• Pemeriksaan daktilitas bahan bitumen
• Pemeriksaan titik lembek aspal
• Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar
Berdasarkan kekentalannya semen aspal yang memiliki kode AC pen
60/70 yaitu berarti semen aspal dengan penetrasi 60-70 dan biasanya
digunakan di daerah yang bercuaca panas beserta volume lalu lintas tinggi.
Sebagai bahan untuk campuran perkerasan, aspal harus mempunyai
kinerja, kekuatan dan keawetan yang memadai, maka dari itu dilakukan
pengujian terhadap aspal. Berikut hasil laboratorium karakterisik bitumen.
Tabel 4.6 Karakteristik aspal pen 60/70
20
Tabel 4.8 Spesifikasi untuk aspal beton dari beberapa sumber
Ukuran/No BM V BM IX BM X Asphalt Institute
inch mm %lolos
1 25.4 100 100 100 100
3/4 19.1 80-100 80-100 95-100 85-100
1/2 12.7 - - - -
3/8 9.25 60-80 65-85 56-78 45-70
No 4 4.76 48-65 45-85 38-60 30-50
No 8 2.38 35-50 34-54 27-47 20-35
No 16 1.19 - - - -
No 30 0.53 19-30 20-35 13-28 5-20
No 50 0.297 13-23 16-26 9-20 3-12
No 100 0.149 7-13 10-18 - 2-8
No 200 0..074 1-8 5-10 4-8 1-4
21
4.6 Hasil Pengujian Marshall
Digunakan peraturan SNI 06-2489-1991 untuk melakukan pengujian
campuran aspal beton dengan alat marshall. Hasil pengelolahan data setelah
melakukan pengujian adalah sebagai berikut:
Hubungan kadar aspal dengan berat volume Hubungan kadar aspal dengan rongga terisi
aspal
Hubungan kadar aspal dengan rongga dalam Hubungan kadar aspal dengan stabilitas
campuran
22
4.6.1 Curve Marshall Test
Dari grafik yang diperoleh antara kadar aspal dengan beberapa
parameter marshall kemudian dilakukan rekapitulasi, untuk mendapatkan
grafik seperti pada Gambar 4.6. Sehingga diperoleh kadar aspal optimum
pada penelitian ini sebesar 4,92 %.
23
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa penggunaan inovasi
material pada lapis aspal beton mengalami penurunan nilai stabilitas
dibandingkkan dengan perkerasan konvensional.
Adanya potensi paparan terhadap racun akibat melelehnya material
plastik yang digunakan saat perkerasan jalan raya mengalami
pemanasan suhu hingga 120oC.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada karya tulis ilmiah ini dapat diambil kesimpulan untuk menjawab
perumusan masalah yang telah ditentukan sebagai berikut:
1. Berdasarkan masrshall test yang sudah dilakukan, menujukkan bahwa
pemanfaatan inovasi material memperoleh nilai stabilitas rata-rata sebesar
906.6 kg lebih rencah dibandingkan dengan nilai stabilitas perkerasan
dengan material konvensional sebesar 1011.5 kg. Tapi untuk spesifikasi
teknis dan parameter marshall telah memenuhi persyaratan. Diperoleh
parameter marshall lain untuk nilai flow tertinggi sebesar 3,5 mm, nilai
rongga dalam campuran tertinggi sebesar 3,76 %, nilai rongga terisi aspal
tertinggi 80,62 %, nilai berat volume tertinggi sebesar 2,363 gr/cc dan
diperoleh kadar aspal optimum sebesar 4,92 %.
2. Pengurangan jumlah limbah abu batu bara, sampah plastik dan terak
tembaga cukup siknifikan karena dalam 1 kali perencanaan pembuatan
lapis aspal beton telah mengurangi penggunaan agregat sekitar hampir
30%. Dalam perencanaan digunakan agregat sebesar 73%, penggunaan
inovasi terak tembaga sebesar 20%, penggunaan abu terbang batu bara
sebesar 7% dan penggunaan plastik dalam campuran bitumeb sebesar 8%.
Penggunaan inovasi material tersebut dapat mengurangi biaya
pembangunan jalan raya untuk 1 kilometernya sebesar Rp 48.550.000,00
atau menghemat biaya sekitar 19% dari pembangunan jalan raya dengan
perkerasan lentur konvensional.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat digunakan untuk mengembangkan karya tulis ini
kedepannya adalah sebagai berikut:
1. Perlu ada pembuatan benda uji lagi dengan komposisi penggunaan
gradasi agregat yang lain, sehingga diperoleh refrensi komposisi yang
25
optimal dalam pemanfaatan limbah abu batu bara, sampah plastik dan
terak tembaga.
2. Perlu studi lanjut untuk mengetahui efek samping dari penggunaan
material plastik pada campuran perkerasan jalan raya saat suhu tinggi di
daerah tropis seperti Indonesia.
3. Penggunaan perkerasan yang memanfaatkan plastik sebagai campuran
hanya ada di beberapa kota. Perlu dilakukan melakukan trial error lagi
untuk mengaplikasikan penggunaan inovasi material secara masal di
Indonesia.
4. Dalam memperdalam ilmu penggunaan inovasi material sampah plastik,
Indoensia perlu belajar dari Negara India, Inggris dan Belanda yang telah
berhasil mengoptimalkan penggunaan material tersebut dalam
pembangunan perkerasan lentur jalan raya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
LABORATORIUM PERHUBUNGAN
DAN BAHAN KONSTRUKSI JALAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
(FTSLK – ITS)
KAMPUS ITS SUKOLILO, TELP. 5946094, 5947284
SURABAYA 60111
Nomer : 1
Proyek : Lomba LKTI 7th Civil in Action 2018
Contoh : Batu pecah
Tanggal pengujian : 20 Maret 2018
Berat Contoh : 5000 gr
Bk
Berat Jenis (Bulk Spesific Gravity) = 2,634
Bj − Ba
Bj
Berat Kering Permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) = 2,639
Bj − Ba
Bk
Berat Jenis Semu (Aparent Spesific Gravity) = 2,646
Bk − Ba
Bj − Bk
Penyerapan = × 100% 0,16%
Bk
Nomer : 2
Jenis Material : Agregat Halus
Tgl Pengujian : 20 Maret 2018
Berat Contoh : 500 gram
500
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) = 2,618
(B + 500 − Bt )
BK
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) = 2,679
(B + BK − Bt )
500 − BK
Penyerapan (%) = BK
x100% 1.42%
Nomor : 3
Jenis Material : Agregat Kasar (Batu Pecah)
Tanggal Pengujian : 20 Maret 2018
Berat Contoh : 5000 gr
PENETRASI ASPAL
(AASHTO T – 49 – 68)
(SNI 06 – 2456 – 1991)
Nomor :4
Jenis Material : Aspal AC Pen 60/70
Tgl Pengujian : 20 Maret 2018
Berat Contoh : 51 gr
Penetrasi pada : 250C; 100 gr; 5 s; 0,1 mm
1 63 64
2 65 64
3 64 63
4 63 64
5 62 63
DAKTILITAS ASPAL
(AASHTO T – 51 – 74)
(SNI 06 – 2432 – 1991)
Nomor : 5
Jenis Material : Aspal Pertamina AC Pen 60/70
Tgl Pengujian : 20 Maret 2018
Pemeriksaan daktilitas : sekitar 25 0C ; 5 menit
Pembacaan Pengukur
Pengamatan Benda Uji Keterangan
pada Alat (cm)
I 119 Syarat daktilitas sesuai
II 125 spesifikasi
Daktilitas Rata-rata 122 Bina Marga harus ≥ 100 cm
Nomor :6
Jenis Material : Aspal Pertamina AC Pen 60/70
Tanggal Pengujian : 20 Maret 2018
0
c Di Bawah Waktu Titik Nyala /
No Temperatur 0c
Titik Nyala (Detik) Titik Bakar
1 56 60 241
2 51 120 246
3 46 180 251
4 41 240 256
5 36 300 261
6 31 360 266
7 26 420 271
8 21 480 276
9 16 540 281
10 11 600 286
11 6 660 291
12 1 720 296
Titik Nyala (2970)
TITIK LEMBEK
(AASHTO T – 53 – 74)
(SNI 06 – 2434 – 1991)
Nomor :7
Jenis Material : Aspal Pertamina AC Pen 60/70
Tanggal Pengujian : 20 Maret 2018
KOMPOSISI PENIMBANGAN
Nomor : 8
Proyek : Lomba LKTI 7th Civil in Action 2018
Tanggal Pengujian : 20 Maret 2018
Type MX : Asphalt Institut III D
Saringan
% I II III
Lolos Tertahan
1" 3/4" 0,99 11,3 11,2 11,2
3/4" 1/2" 29,36 335,7 334,0 332,2
1/2" 3/8" 11,16 127,6 126,9 126,2
3/8" no. 4 9,83 112,4 111,8 111,2
No. 4 No. 8 12,16 139,0 138,3 137,6
No. 8 No. 30 22,70 259,6 258,3 256,9
No. 30 No. 50 5,32 60,8 60,5 60,2
No. 50 No. 100 3,51 40,2 39,9 39,7
No. 100 No.200 2,32 26,5 26,4 26,2
No. 200 Pan 2,66 30,5 30,3 30,1
Kadar aspal:
Fx = 0.035 A + 0.045B + 1.5
dimana:
A : 100% - Total gradasi lolos saringan # no.8
B : Total gradasi lolos saringan # no.8 – total gradasi lolos saringan # no.200
Maka : A = 100% – 36,514% = 63,49%
B = 36,51% – 2,66% = 33,85%
Fx = (0,035 x 63,49%) + (0,045 x 60,82%) + 1,5% = 5,25%
LABORATORIUM PERHUBUNGAN DAN BAHAN
KONSTRUKSI JALAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
(FTSLK – ITS)
KAMPUS ITS SUKOLILO, TELP. 5946094, 5947284
SURABAYA 60111
100
90
80
%LOLOS AYAKAN
70
60
50
40
30
20
10
0
0.0 0.1 1.0 10.0 100.0
UKURAN AYAKAN (MM)
MARSHALL TEST
Nomor :9
Proyek : Perkerasan konvensional (Tanpa inovasi material)
Tanggal Tes : 20 Maret 2018
MARSHALL TEST
Nomor : 10
Proyek : Lomba LKTI 7th Civil in Action 2018
Tanggal Tes : 20 Maret 2018