LATAR
BELAKANG
2
.
MAKSUD
DAN TUJUAN
3
.
SASARAN
1.
Tersedianya
dokumen
perencanaan
teknis
jembatan
untuk
4. LINGKUP KEGIATAN
Survei Lapangan
a. Survei Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan adalah
-
Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench Mark
di awal dan akhir Pelaksanaan.
Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta morfologi
dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.
Menyarankan posisi patok Benchmark pada lokasi/titik yang akan dijadikan referensi.
b. Survey Topografi
(1) Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan
skala 1:500.
detik.
Disarankan
untuk
menggunakan
Electronik
Distance
(e) Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai atau jalan
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum 200 m dari
perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai (hulu/ hilir) yang masih
berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran
penampang melintang sungai sebesar 25 meter atau disesuaikan dengan
kebutuhan perencanaan.
- Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing minimum
250 m dari garis tepi sungai/ jalan atau sampai pada garis pertemuan antara oprit
jembatan dengan jalan dengan interval pengukuran penampang melintang
rencana trase jalan sebesar 25 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan.
- Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang melintang dan
memanjang baik terhadap sungai maupun jalan sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m
atau disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan.
(3) Persyaratan
(a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus
diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut: Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur
harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
(c) Perhitungan
1. Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi. Koreksi sudut tidak boleh
diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang
kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih
besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
2. Perhitungan Sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm),
dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan
dengan menjumlahkan beda tingginya.
3. Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai
sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.
4. Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistim komputerisasi.
(d) Penggambaran
- Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 500.
- Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan
ordinat (y)-nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1 meter panjang gambar harus
dicantumkan petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak
boleh dilakukan secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda
khusus.
(e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan metode penentuan posisi
Global Positioning System (GPS) secara diferensial. GPS atau nama
lengkapnya NAVSTAR GPS merupakan singkatan dari Navigation Satellite
Timing and Ranging Global Positioning System. Metode yang digunakan
adalah metode diferensial dengan menggunakan lebih dari satu receiver GPS
dimana minimal satu titik digunakan sebagai titik referensi (base station) dan
yang lainnya ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik referensi yang
digunakan adalah titik referensi Bakosurtanal ataupun Badan Pertanahan
Nasional. Untuk merapatkan titik kontrol horisontal dapat dilakukan
pengukuran menggunakan metode poligon dengan menggunakan alat Total
Station;
(f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah sebagai Sistem koordinat
proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Ketentuan proyeksi UTM:
Transverse Mercator
selatan.
-84/DGN-95
(g) Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap interval yang
disesuaikan untuk kebutuhan perencanaan jembatan (5m, 10m, 25m, 50m,
100m dsb).
(h) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus menggunakan Jenis Total Station
(TS) dengan Ketelitian 10n untuk sudut serta 10D untuk jarak;
(i) Pengukuran untuk titik control Vertikal harus mengunakan peralatan Waterpass
jenis auto level dengan ketelitian 2 mm.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang
harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi
dengan interval garis ketinggian (contour) 0,5 meter. Proses pengambilan data
untuk
Topografi
mengacu
pada
Pedoman
Pengukuran
Topografi
(b) Peta tofografi (peta transies) dengan skala yang disesuaikan dengan jenis
perencanaan yang akan dilakukan.
Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk
kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua obyek yang
dianggap penting untuk keperluan perencanaan jalan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).
- Data ukur hasil ploting dan negatip film harus diserahkan.
Yayang Septian N.
4122.3.13.13.0012
TEKNIK GEODESI
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2013