Anda di halaman 1dari 4

Praktikum Survei Terestris Dasar Teknik Geomatika Politeknik Negeri

Batam

Spesifikasi Teknis Pengukuran (TOR)

1) Jaringan kontrol pemetaan


Jaringan kontrol horisontal dan vertikal dibuat oleh setiap regu mencakup
areal yang akan dipetakan masing-masing regu.
Kerangka kontrol horisontal (poligon)
Jaringan kontrol horisontal sebagai jaring kontrol utama. Bentuk jaring kontrol
horisontal adalah poligon tertutup. Penentuan posisi titik-titik kontrol horisontal
digunakan metode poligon dengan ketentuan sebagai berikut.
Jaring kontrol horisontal
1. Panjang sisi poligon antara 40-100 meter yang diukur dengan pita ukur
sebanyak 2 kali (pergi dan pulang). Perbandingan selisih jarak pergi pulang
dengan jarak rerata lebih kecil atau sama dengan 1 : 3.000.
2. Untuk daerah miring, pengukuran jarak sebaiknya dibuat segmen-segmen
yang lebih pendek agar diperoleh jarak datar yang benar. Segmen-segmen
jarak tersebut dibuat dengan pelurusan (langsung atau dengan bantuan
teodolit).
3. Sudut diukur sebanyak 2 seri rangkap dengan selisih maksimum antara
sudut rerata dengan sudut ukuran sebesar k”√ detik. (k = skala bacaan
terkecil teodolit yang digunakan).
4. Azimut salah satu sisi poligon ditentukan dengan pengukuran
menggunakan kompas geologi.
5. Koordinat titik kontrol dihitung dengan metode Bouwditch dengan
kesalahan penutup sudut lebih kecil atau sama dengan 5 k”√ . (k =
pembacaan terkecil piringan horisontal; n = jumlah titik).
6. Kesalahan linier jarak rangkaian poligon maksimum 1 : 3.000.
7. Pengukuran harus diulang apabila kriteria pengukuran kontrol horisontal
(butir 1 sampai 6) tidak dipenuhi dan disetujui pembimbing.

2017
Praktikum Survei Terestris Dasar Teknik Geomatika Politeknik Negeri
Batam

Kerangka kontrol vertikal


Pengukuran tinggi titik-titik kontrol vertikal dilakukan dengan metode sipat
datar. Spesifikasi pengukurannya adalah sebagai berikut.
1. Alat penyipat datar harus dicek garis kolimasinya terlebih dahulu sebelum
digunakan.
2. Pengukuran beda tinggi dalam satu seksi dilakukan pergi pulang dalam satu
hari.
3. Jarak maksimum antara alat sipat datar ke rambu 30 meter dan kedudukan
alat pada setiap slag harus pada jarak yang sama antara instrumen dengan
rambu dengan selisih rambu muka dan rambu belakang sebesar 2 %.
4. Tinggi garis bidik terendah 0,3 meter.
5. Kesalahan penutup maksimum ukuran pergi-pulang untuk poligon utama
sebesar 8 mm √ diukur dengan sipat datar digital, dan untuk poligon
perapatan adalah 12 mm √ (d = dalam kilometer).

2) Pengukuran detil situasi


Ketentuan umum
1. Penentuan posisi titik-titik detil dilakukan dengan metode ekstrapolasi
koordinat kutub yang terikat pada titik poligon.
2. Jarak dan beda tinggi diukur dengan metode tachimetri.
3. Tinggi alat diukur menggunakan roll meter, pada setiap berdiri alat harus
ada data tinggi alat.
4. Detil yang tidak terjangkau oleh rangkaian kerangka poligon harus dibuat
poligon anakan yang diikatkan pada titik poligon kerangka. Jumlah titik
poligon anakan (terikat satu sisi) sebanyak-banyaknya 2 buah (2 kali
kedudukan alat).
5. Saat pengukuran detil harus terpisah dari saat pengukuran kerangka peta.
6. Jarak maksimum (jika diukur secara optis) pengambilan detil dari titik
poligon adalah 50 meter.

2017
Praktikum Survei Terestris Dasar Teknik Geomatika Politeknik Negeri
Batam

7. Kerapatan titik detil (spot height) adalah ± 2 cm di atas kertas plot atau
disesuaikan dengan medan lapangan. Misalkan skala peta 1 : 500 maka
kerapatan detil di lapangan :
a. untuk kemiringan 0o – 30o = 10 meter
b. untuk kemiringan lebih besar dari 30o = 5 meter

Ketentuan khusus.
Pola pengambilan detil planimetris perlu diperhatikan untuk keperluan
penggambaran supaya dalam pengolahan data menjadi lebih mudah. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengambilan detil adalah sebagai berikut.
1. Konsistensi kedudukan alat dalam pengambilan detil. Artinya adalah
pengambilan detil yang menggunakan teropong pada kedudukan Biasa,
maka selama pengukuran berlangsung harus dilakukan dengan hal yang
sama.
2. Cara pemberian nomor atau kode untuk detil planimetris harus unik dan
urut untuk satu bentuk detil yang sama (sejenis). Masing-masing detil
harus dilengkapi sketsa yang jelas pada formulir data ukuran untuk
membantu dalam pekerjaan penggambaran (plotting) serta memudahkan
dalam input data di komputer.
3. Untuk satu jenis bangunan atau segmen garis, cara pemberian nomer harus
urut, jika kondisi lapangan memungkinkan pengambilan/pengukuran detil
juga diusahakan urut.

3) Pencatatan data
1. Semua data ukuran dicatat langsung saat pengukuran dengan ballpoint
pada formulir yang telah ditentukan.
2. Penyalinan data tidak diperkenankan.
3. Data yang salah perlu dicoret apabila terjadi kesalahan menulis data. Data
yang betul ditulis disampingnya.
4. Tidak diperkenankan menindas data yang salah.

2017
Praktikum Survei Terestris Dasar Teknik Geomatika Politeknik Negeri
Batam

4) Spesifikasi hitungan
Hitungan kerangka kontrol horisontal (KKH) maupun kerangka kontrol vertikal
(KKV) dilakukan dengan metode Bowditch, sedangkan koordinat detil dilakukan
dengan kaidah penentuan koordinat yang lazim digunakan.

5) Spesifikasi penggambaran
Penggambaran hasil praktek meliputi peta manuskrip
Penggambaran peta manuskrip
1. Peta manuskrip yang dibuat merupakan peta situasi atau peta topografi
meliputi detil planimetrik dan detil tinggi.
2. Skala peta 1 : 250.
3. Interval kontur 0,25 meter untuk daerah datar dan 0,5 meter untuk daerah
bukit.
4. Titik-titik spotheight perlu dicantumkan di atas peta, khususnya pada
daerah yang konturnya tidak terlalu rapat (jarang).
5. Jarak antara titik grid peta 10 cm.
6. Kertas yang digunakan adalah kertas manila atau kertas krungkut dengan
ukuran A1.

2017

Anda mungkin juga menyukai