A. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,
tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Menurut Smeltzer (2001) Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius,
yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat pula
ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan
nodus limfe
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi
( Mansjoer , 1999).
B. Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang
berbentuk batang dan Tahan asam ( Price , 1997 )
Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1
4 /m
Dengan tebal 0,3 0,5 m. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi
yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M. Intracellutare.
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman lain
yang dapat menyebabkan TBC adalah Mycobacterium Bovis dan M. Africanus
(www.tempointeraktif.com). Kuman Mycobacterium tuberculosis adalah
kuman berbentuk batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat
dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2001:584)
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membentuk kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari
es). Hal ini teradi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif
lagi (Bahar,1999:715).
Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam
hal ini tekanan oksigen pada daerah apikal paru-paru lebih tinggi daripada
bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit
tuberkulosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa, dan bersin) dan
melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan
tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam keadaan gelap
(www.tempointeraktif.com).
D Patofisiologis
1 Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima
tahun pertama setelah terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya
(infeksi primer) (STYBLO,1978 dikutip oleh Danusantoso,2000:102).
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana lembab
dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini dapat terhisap oleh orang sehat ia akan menempel
pada jalan napas atau paru-paru. Bila menetap di jarigan paru, akan
tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang
bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosa
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer dan dapat
terjadi di semua bagian jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limfangitis regional) yang menyebabkan terjadinya
kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan
paru).
c Berkomplikasi dan menyebar secara :
1 Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
2 Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru
di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan
ludah sehingga menyebar ke usus.
3 Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya.
4 Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya (Bahar, 1999:716)
2 Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder)
Adalah kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post-primer). Hal ini dipengaruhi
penurunan daya tahan tubuh atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis
pasca primer ditandai dengan adanya kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura. Tuberkulosis post-primer ini dimulai
dengan sarang dini di regio atas paru-paru. Sarang dini ini awalnya juga
berbentuk sarang pneumonia kecil. Tergantung dari jenis kuman,
virulensinya dan imunitas penderita, sarang dini ini dapat menjadi :
a Diresorbsi kembali tanpa menimbulkan cacat
b Sarang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan
sembuhan jaringan fibrosis
c Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang
Faktor tosik Terpapar penderita
Lingkungan
TBC yang buruk
Social ekonomi rendah Gizi buruk
Daya tahan tubuh rendah
menghancurkan
(rokok, alcohol)
jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya
mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju
d Bila tidak mendapat pengobatan yang tepat penyakit ini dapat
Mycobacterium Tuberculosis aktif menjadi kuman patogen
berkembang biak dan merusak jaringan paru lain atau menyebar ke
organ tubuh lain (Bahar, 1999:716)
Kompleks primer
Sembuh total
Sembuh dengan sarang gohn Penyebaran ke organ lain
PATHWAYS TUBERKULOSIS
pleura jantung tulang otak Saluran pencernaan
Infeksi endogen oleh kuman dormant
Diresorbsi kembali/sembuh
Sarang meluas
Sembuh dengan jaringan fibrotik Nyeri kepala
Mual, muntah, anorexia
Membentuk kavitas
Hemaptoe
Suplai O2
Perdarahan >>
Intoleransi aktivitas
E Klasifikasi
1. Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society, 1974)
Kategori 0 = - Tidak pernah terpapar / terinfeksi
Riwayat kontak negatif
- Tes tuberculin
Kategori I = - Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi
Riwayat / kontak negatif
Tes tuberkulin negative
Kategori II = - Terinfeksi TB tapi tidak sakit
- Tes tuberkulin positif
- Radiologis dan sputum negative
Kategori III = - Terinfeksi dan sputum sakit
Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000 adalah
Kategori 1 :
Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau 2HRZE/6HE. Obat
tersebut diberikan pada penderita baru Y+TB Paru BTA Positif,
penderita TB Paru BTA Negatif Roentgen Positif yang sakit berat dan
Penderita TB ekstra Paru Berat.
Kategori II :
paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3. Obat ini diberikan untuk :
penderita kambuh (relaps), pendrita gagal (failure) dan penderita
dengan pengobatan setelah lalai ( after default)
Kategori III :
paduan obat 2HRZ/4H3R3. Obat ini diberikan untuk penderita BTA
negatif fan roentgen positif sakit ringan, penderita ekstra paru ringan
yaitu TB Kelenjar Limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa uiteral, TB
Kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu
diberikan bila pada akhir tahab intensif dari suatu pengobatan dengan
kategori 1 atua 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan
obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama satu bulan.
F Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi
- LED meningkat
2. Sputum : BTA. Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman pada satu sediaan dengna kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum.
3. Test Tuberkulin : Mantoux Tes (PPD)
4. Roentgen : Foto PA
5. Medikamentosa
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU
A. Pengkajian
Data Yang dikaji
1 Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Nafas pendek karena kerja
Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
Mimpi buruk
Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri , dan sesak
2 Integritas Ego
Adanya / factor stress yang lama
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
Menyangkal
Ansetas, ketakutan, mudah terangsang
2 Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan
3 Kenyamanan
Nyeri dada
Berhati-hati pada daerah yang sakit
Gelisah
4 Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Peningkatan frekuensi pernafasan
Pengembangn pernafasan tak simetris
Perkusi pekak dan penuruna fremitus
Defiasi trakeal
Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral
Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah
5 Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun
Test HIV Positif
Demam atau sakit panas akut
6 Interaksi Sosial
Perasaan Isolasi atau penolakan
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab
7 Pemeriksaan Diagnostik
Kultur Sputum
Zeihl-Neelsen
Tes Kulit
Foto Thorak
Histologi
Biopsi jarum pada jaringan paru
Elektrosit
GDA
Pemeriksaan fungsi Paru
Intervensi :
1 Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2 Identifikasi orang lain yang beresiko
3 Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada
tissue dan menghindari meludah
4 Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5 Awasi suhu sesuai indikasi
6 Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7 Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8 Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik
terhadap sputum
9 Dorong memilih makanan seimbang
10 Kolaborasi pemberian antibiotik
11 Laporkan ke departemen kesehatan lokal
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
A PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)
B KLASIFIKASI
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI,
1997) sebagai berikut :
C ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap ta,hun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
D TANDA DANGEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
E PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala samapai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik
yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal
dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan.
Pathways
HIPERTENSI
Kesadaran ginjal
Diplopia
afterload
nyeri
Rangsang
aldosteron
Gx. Keseimbangan
cairan
F PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2 BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3 Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
4 Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5 Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam
zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
A PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ),
pengisian kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol
B DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1 Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik
yang tepat
2 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3 Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4 Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5 Catat edema umum
6 Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
7 Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat
tidur/kursi
8 Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9 Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
10 Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11 Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12 Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13 Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid
( esidrix, hidrodiuril ), bendroflumentiazid ( Naturetin )
Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic
( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex )
Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ),
triamterene ( Dyrenium ), amilioride ( midamor )
Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol
( lopressor ), Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ),
metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres
)
Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin
), bloker saluran kalsium ( nivedipin, verapamil )
Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ),
quanetidin ( Ismelin ), reserpin ( Serpasil )
Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya
klonidin ( catapres ), guanabenz ( wytension ), metildopa
( aldomet )
Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ),
minoksidil, loniten
Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya
diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess )
Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan
( arfonad ), ACE inhibitor ( captopril, captoten )
Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
Intervensi :
b. Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
c. Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
d. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
klien / atas keberhasilannya
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan
stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian,
tujuan dan efek samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan
muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat
berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai
program
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang
tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang
mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
k. Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga
klien
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA
1. Pengertian
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa
penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001). Sedangkan
menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala
yang sudahdikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri
epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.
2. Etiologi
Penyebab dispepsia, yaitu :
a. Dalam Lumen Saluran Cerna.
Tukak peptic
Gastritis
Keganasan
b. Gastroparesis
c. Obat-obatan
AINS
Teofilin
Digitalis
Antibiotik
d. Hepato Biller
Hepatitis
Kolesistitis
Kolelitiatis
Keganasan
Disfungsi spincter odii
e. Pancreas
Pankreatitis
Keganasan
f. Keadaan Sistematik
DM
Penyakit tiroid
Gagal ginjal
g. Gangguan Fungsional
Dispepsia fungsional
Sindrom kolon iritatif
3. Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :
4. Nyeri episodik.
1. Mudah kenyang
2. Perut cepat terasa penuh saat makan
3. Mual
4. Muntah
5. Upper abdominal bloating
6. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
D. Pathway
Thalamus
Cortex serebri perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
E. Diagnosa Keperawatan
mukosa lambung.
kesehatannya
F. Rencana Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, 1. Berguna dalam
obat, kemajuan
penyembuhan
menghilangkan
tegangan abdomen
yang bertambah
hati/epigastrium
berikutnya
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau dan 1. Untuk mengidentifikasi
adekuat diharapkan
menentukan
keseimbangan cairan
anoreksia, dan
5. Membantu intervensi
kebutuhan yang
intake nutrisi.
kulit baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan 1. Indikator keadekuatan
akurat mengakibatkan
dehidrasi atau
mengganti cairan
laksatif/diuretik
memperbaiki ketidak
seimbangan cairan
elektroli
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ANEMIA