IRIGASI II
OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan dan berkat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar ini
hingga selesai. Tugas Besar ini merupakan salah satu syarat agar bisa mengikuti UAS
pada mata kuliah Irigasi Terapan 2. Tugas Besar ini membahas tentang “Perencanaan
Bendung”.
Selesainya penulisan Tugas Besar ini adalah berkat dukungan dan sumbangan
pemikiran serta dorongan moril dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Besar ini belumlah sempurna, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan sumbangan pikiran, kritik
serta saran demi penyempurnaan Tugas Besar ini. Untuk semuanya itu penulis
mengucapkan terima kasih dan berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir harapan penulis, semoga Tugas Besar ini bisa bermanfaat bagi kita semua
di masa depan untuk menjadi pedoman dan bekal di dunia kerja nanti.
Kupang,....Mei 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.4TINGGI ENERGI BANJIR DIATAS MERCU ...... Error! Bookmark not defined.
3.5 BENTUK MUKA BENDUNG ............................. Error! Bookmark not defined.
3.6 PENGARUH PEMBENDUNGAN TERHADAP ELEVASI MUKA UDIK
BENDUNG ....................................................... Error! Bookmark not defined.
3.7 LANTAI MUKA .................................................. Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah sumber kehidupan bagi setiap mahkluk hidup dimuka bumi ini,
khususnya bagi kita manusia, air merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan kita. Air memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti jika kita hendak
mandi, mencuci pakaian, memasak dan sebagainya kita menggunakan air.
Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream)
memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut
dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan-
bangunan ukur, saluran sekunder dan tersier, serta saluran tingkat usaha tani (TUT).
Dalam rangka menciptakan ketahanan pangan nasional, maka salah satu upaya
yang perlu dilakukan adalah memenuhi ketersediaan pangan melalui sistem pertanian
yang baik. Sebagai sumber kehidupan dan salah satu sarana yang memungkinkan
tumbuhnya suatu tanaman, maka air menjadi salah satu faktor yang sangat dibutuhkan
untuk mencapai hasil pertanian yang baik. Oleh karena itu, setiap sumber daya air yang
ada perlu dijaga agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan dikelola secara
seksama agar mencapai tingkat efisiensi pemanfaatan air yang maksimal dalam
1
meningkatkan produksi pertanian. Selain itu, pemanfaatan lahan fungsional secara
maksimal dengan memperhitungkan ketersediaan air yang ada untuk mengairi kebutuhan
tanaman pada daerah pertanian juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
hasil pertanian yang berdampak pula pada peningkatan pendapatan para petani itu
sendiri.
Maksud pembuatan makalah ini adalah agar penulis dapat mengetahui dengan
jelas bagaimana langkah-langkah merencanakan pembangunan suatu “Bangunan Irigasi”
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh “KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAIRAN” Nomor : 185/KPTS/A/1986, “TENTANG STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI”. Juga agar penulis mampu mengoperasikan beberapa software pendukung
yang pastinya dipakai dalam perencanaan bangunan irigasi tersebut, misalnya AutoCAD
dan juga Microsoft Office Excel.
Tujuannya agar penulis memiliki pegangan dan juga pengalaman ketika penulis
tidak ingin melanjutkan studi S2 dan ingin melanjutkan ke dunia kerja dalam bidang
irigasi, maka makalah ini bisa digunakan sebagai referensi kerja.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 UMUM
3
2.2 PEMILIHAN LOKASI BENDUNG
1. Aspek Topografis
Pemilihan lokasi bendung dari aspek topografis ditinjau dari dua komponen
pertimbangan, yaitu pertimbangan elevasi dan pertimbangan bentuk regime sungai
(bagian lurus, tidak curam dll).
a. Elevasi target daerah/lahan pertanian yang akan diairi, yang akan mempengaruhi
tinggi bendung/mercu.
b. Elevasi dasar sungai, dipilih lokasi yang memerlukan tinggi bendung paling rendah
namun masih sesuai dengan kebutuhan elevasi mercu minimal.
c. Elevasi topografis dikanan dan kiri bagian hulu bendung, untuk menentukan
ketersediaan tanggul penutup alamiah (misalnya terdapat bukit dikanan kiri bagian
hulu bendung) untuk keperluan tanggul pengaman banjir rancangan sehingga
biaya pembangunan dapat efisien.
2. Aspek Hidrologis
Pemilihan lokasi bendung dari aspek hidrologis ditinjau dari dua komponen
pertimbangan pertimbangan yaitu, pertimbangan potensi inflow dan debit banjir.
4
Pertimbangan potensi banjir dilakukan untuk mengestimasikan dampak dan
pengaruh banjir rancangan yang akan terjadi serta perlakuan dan langkah antisipasi
yang dapat ditempuh.
4. Aspek Lingkungan
5
2.3 PERENCANAAN PELIMPAH (SPILWAY)
Didalam merencanakan bangunan pelimpah, perencanaan dilakukan secara
bertahap untuk seluruh bagian dari bangunan pelimpah itu sendiri yang akan
diuraikan di bawah ini.
Sesuai dengan fungsinya sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolis yang baik, maka kecepatan masuknya
aliran air direncanakan tidak melebihi 4 m/det dan lebar salurannya makin
mengecil kearah hilir, apabila kecepatan tersebut melebihi 4 m/det aliran akan
bersifat heliosiodal dan kapasitas pengalirannya akan menurun. Disamping itu
aliran helisiodal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban hidro dinamis
pada bangunan pelimpah.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari
1/5 tinggi rencana limpasan diatas mercu ambang pelimpah lihat gambar 2.1
(sumber : https://www.google.co.id/search)
Gambar 2.1. : Saluran pengarah aliran dan ambang pengatur debit pada
sebuah bangunan pelimpah.
6
2. Saluran pengatur aliran
Sesuai dengan fungsinya sebagai pengatur kapasitas aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah maka bentuk dan sisitim kerja saluran pengatur
aliran ini harns disesuaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan untuk
bagian ini, bentuk serta dimensinya diperoleh dari perhitungan-perhitungan
hidrolika yang didasarkan pada rumus-rumus empiris dan untuk selanjutnya
akan diberikan beberapa contoh tipe saluran pengatur aliran.
Guna memperoleh lebar ambang, lihat gambar 2.2. dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
(sumber : https://www.google.co.id/search)
Untuk ambang berbentuk persegi empat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ho = D/3..........................................................................................................................(2.1)
dan,
𝑄 3⁄
b= 𝐷 2 ............................................................................................................(2.2)
1,704 𝐶
7
Untuk ambang berbentuk trapezium dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
dan,
Dimana :
Dimensi saluran pengatur tipe bendung pelimpah dapat diperoleh dari rumus hidrolika
sebagai berikut.
1) Rumus debit :
Q = C.L.H 3/2.....................................................................................................(2.5)
8
Dimana : Q = debit (𝑚3 /det)
C = Koefisien limpahan
Koefisien limpahan pada bendung tersebut biasanya berkisar antara 2,0 s/d 2,1
dan angka ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.
(sumber : https://www.google.co.id/search)
L = L – 2(N.Kp + ka)H.......................................................................................(2.6)
9
Dimana : L = Lebar efektif bendung (m)
1) Rumus debit
Qx = q.x ..........................................................................................................(2.7)
V = a.xn ........................................................................................................(2.8)
n+1
Y = hv ...................................................................................................(2.9)
n
Dimana :
Qx = Debit pada titik x (𝑚3 /det)
q = Debit per unit, lebar yang melintasi bendung pengatur (𝑚3 /det)
x = Jarak antara tepi udik bendung dengan suatu titik pada mercu
bendung.
v = Kecepatan rata-rata aliran air didalam saluran samping pada suatu
titik tertentu
a = Koefisien yang berhubungan dengan kecepatan aliran air didalam
saluran samping
n = Exponen untuk kecepatan aliran air didalam saluran samping (antara
0,4 s/d 0,8)
y = Perbedaan elevasi antara mercu bendung dengan permukaan air
dalam saluran samping pada bidang Ax yang melalui titik tersebut.
10
(sumber : https://www.google.co.id/search)
2) Pemilihan kombinasi yang sesuai dengan angka koefisien dan n pada rumus
(2.8) supaya dicari dalam kombinasi sedemikian rupa sehingga disuatu pihak
biaya konstruksi saluran samping ekonomis, sedangkan dilain pihak agar
mempunyai bentuk hidrolis yang menguntungkan. Angka “n” yang paling
menguntungkan tersebut dapat diperoleh dengan beberapa metode.
3. Saluran Peluncur
11
1) Perhitungan hidrolika untuk saluran peluncur
a. Perhitungan sistem coba-coba banding pertama, rumus kekekalan energi
dalam aliran (Rumus Bernoulli) adalah sebagai berikut :
Z1+d1+hv1+Z2+d2+hv2+h2......................................................................(2.10)
Dimana :
Z = Elevasi dasar saluran pada suatu bidang vertical
d = Kedalaman air pada bidang tersebut (m)
hv = Tinggi tekanan kecepatan pada bidang tersebut
h2 = Kehilangan tinggi tekanan yang terjadi yang terjadi diantara dua buah
bidang vertikal yang ditentukan (m).
(sumber : https://www.google.co.id/search)
12
2−2
v22 v21 n
v
he = + + x Δ̂........................................................................(2.11)
2g 2g R
413
he = d1 + Δ1 ̂ 1√𝑠𝑖𝑛 θ - d2 .......................................................................(2.12)
dan,
he = d1 + Δ 1̂ tan θ - d2 .....................................................................(2.13)
Dimana :
he = Perbedaan elevasi permukaan air pada bidang I dan bidang 2
V1 = Kecepatan aliran air pada bidang (1) (m/det)
V2 = Kecepatan aliran air pada bidang (2) (m/det)
d1 = Kedalaman air pada bidang I (m)
d2 = Kedalaman air pada bidang 2 (m)
A11 = Panjang lereng dasar diantara bidang (1) dan bidang (2) (m)
A1 = Jarak horizontal antara kedua bidang tersebut
θ = Sudut lereng dasar saluran.
V1+V2
V= 2
...............................................................................................(2.14)
V2
2 V 2
+ d 2 1 − d1
2g 2g
Δ̂ = .....................................................................................(2.16)
So−s
dimana :
Δ1 = Jarak horizontal antara bidang 1 dan bidang 2 (m)
hL = Kehilangan tinggi tekanan (m)
m/AL = Kehilangan tinggi tekanan per-unit jarak horizontal (m)
13
V1V2 = Kecepatan-kecepatan aliran berturut-turut pada bidang 1 dan 2
So = Kemiringan dasar saluran peluncur.
V1 + V2
V= ; V2 = V1 + 0.25 V2......................................................................(2.17)
2
Dengan cara seperti tersebut diatas, maka akan didapatkan kecepatan aliran
pada suatu bidang tersebut dapat dihitung sesuai dengan bentuk penampang
saluran.
3) Bagian yang berbentuk terompet pada ujung hilir saluran primer saluran peluncur
pada hakekatnya metode perhitungan untuk merencanakan bagian saluran yang
berbentuk terompet ini belum ada, akan tetapi disarankan agar sudut pelebaran
θ tidak melebihi besarnya sudut yang diperoleh dari rumus sebagai berikut :
1
O < Tan θ = ..............................................................................................(2.18)
3F
V
F = gd..............................................................................................................(2.19)
dimana :
O = Sudut pelebaran
F = Angka froude
V = Kecepatan aliran air (m/det)
d = Kedalaman aliran air (m)
g = Gravitasi (m/det2)
14
4) Saluran peluncur dengan tampak atas melengkung.
Apabila didalam suatu saluran peluncur dengan tampak atas yang melengkung
mengalir dengan kecepatan tinggi, maka akan timbul gelombang benturan
hidrolis yang berasal dari dinding lingkaran luar dan gelombang benturan negatif
yang berasal dari dinding lingkaran dalam.
4. Peredam Energi
Guna meredusir energi yang terdapat didalam aliran tersebut, maka diujung
hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang disebut peredam
energi pencegah gerusan (scour protection stilling basin).
Ada banyak tipe mercu untuk bendung pelimpah, namun pada umumnya yang
paling sering digunakan di Indonesia ada dua jenis mercu yaitu mercu bulat dan mercu
ogee.
1. Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Bendung akan memberikan
banyak keuntungan bagi sungai, karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air
hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi, karena lengkung streamline
dan tekanan negatif pada mercu
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1/ r ). Untuk
bendung dengan dua jari – jari ( R2 ), jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit. Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada
15
mercu bendung harus dibatasi sampai dengan -4 m tekanan air, jika bangunan tersebut
dari beton. Untuk konstruksi pasangan batu, tekanan sub atmosfer sebaiknya dibatasi
sampai dengan -1 m tekanan air. Persamaan energi dan debit untuk bendung ambang
pendek dengan pengontrol segi empat adalah sebagai berikut :
2
Q = Cd 2/3 √ . g. b. H11.5 .....................................................................................(2.20)
3
Dimana :
Cd = Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
C0 = Fungsi H1/ r
C1 = Fungsi p/ H1
2. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam ( aerasi ).
Oleh kerena itu, mercu tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih
rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan mercu Ogee bagian hilir, U.S Army Corps of Engineers
mengembangkan persamaan sebagai berikut :
Y 1 n x
= [ ] ..........................................................................................................(2.21)
hd k hd
Dimana :
16
hd = Tinggi rencana atas mercu
k dan n = Parameter
2
Q = Cd 2/3 √ . g. b. H11.5 .....................................................................................(2.22)
3
Dimana :
Q = Debit ( m3/ dt )
C0 = Konstanta ( = 1,30 )
C1 = Fungsi H1 / hd )
17
(sumber : https://www.google.co.id/search)
Mercu bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya
terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung
umumnya dibuat melintang pada aliran sungai.
18
8. Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer
9. Persediaan tekanan untuk eksploitasi
10. Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar
sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung
maka harus dipertimbangkan terhadap :
a. Lebar Bendung
Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment),
termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto.
Biasanya lebar bendung (B) < 6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang
mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :
19
pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan
penyadapan aliran ke intake.
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan
debit. Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, pelu diketahui mengenai
eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar dari pada
pengairan air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk
pengaliran air dianggap hanya 80%.
dimana:
Bangunan intake adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai penyadap atau
penangkap air baku yang berasal dari sumbernya atau badan air seperti
sungai,situ,danau dan kolam sesuai dengan debit yang di perlukan untuk pengolahan.
Bangunan intake harus disesuaikan menurut konstruksi bangunan air, dan pada
umumnya memiliki konstuksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki
ketahanan yang baik terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
Secara umum terdapat bebebrapa fungsi dari bangunan intake, diantanranya:
a. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang di butuhkan
oleh instalasai.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen
20
c. Mengambil air baku sesuai debit yang diperlukan instalasi pengolahan yang di
rencanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan pengambilan air dari
sumbernya.
Kualitas air yang dimanfaatkan untuk pengolahan pada bangunan intake biasanya
kurang baik namun secara kuantitas airnya cukup banyak . Dalam mementukan titik
pengambilan air didasarkan pada variasi kualitas air permukaan dimana terdapat adanya
variasi yang konstan (tidak berfluktuasi).
Hal yang harus diperhatikan dalam prencanaan intake, yaitu :
a. Intake sebaiknya direncanakan dan ditempatkan pada tempat/sumber air yang
memiliki aliran yang stabil dan tidak deras. Hal ini berguna agar tidak membahayakan
bangunan intake tersebut
b. Bangunan intake harus kedap air
c. Tanah di sekitar Intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena erosi
d. Intake seharusnya terletak jauh sebelum sumber kontaminasi
e. Intake sebaiknya terletak di hulu sungai suatu kotaa
f. Intake sebaiknya di lengkapi dengan saringan kasar yang selalu di bersihkan. Ujung
pipa pengambilan air yang berhububgan dengan popa sebaiknya juga di beri
saringan(striner)
g. Inlet sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah masuknya
benda-benda terapung. Disamping itu sebaiknya terletak cukup di atas air
h. Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang ke sumur pengumpul sebaiknya di buat
beberapa level
i. Jika permukaan badan air selalu konstan dan tebing sungai terendam air maka intake
dapat di buat dekat sungai.
Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan yang berupa pintu air. Air irigasi
dibelokan dari sungai melalui bangunan tersebut. Pertimbangan yang digunakan dalam
merencanakan adalah debit rencana dan pengelakan sedimen.
Bangunan ini dibuat untuk mengatur banyaknya air yang masuk kedalam saluran
sesuai dengan debit yang dibutuhkan dan untuk menjaga agar air banjir tidak masuk
kedalam saluran irigasi.
21
Bangunan pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya
terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini bergantung
kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
v2 ≥ 32 ( )h d 1/3 d........................................................................................................(2.23)
di mana :
v ≈ 10 d0.5....................................................................................................................(2.24)
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dtk yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m
dapat masuk.
Q = µ b a √2gz..............................................................................................................(2.25)
Dimana :
Q = Debit (m3/dtk)
µ = Koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan kehilangan tinggi
energi, µ = 0,80
22
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan (m).
Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka µ = 0,80 jika ujung pintu
bawah tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar 10 cm.
Untuk yang tidak tenggelam, dapat dipakai rumus-rumus dan grafikgrafik yang
diberikan pada pasal 4.4. Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi
pengambilan yang dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat
gelombang.
23
direncanakan 0 < p < 20 cm di atau ujung penutup saluran pembilas bawah. Bila
pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya dimundurkan
untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus (lihat gambar 2.8)
V2
Hf = c 2g
...................................................................................................................(2.26)
s
di mana: c = β (b)4/3 sin δ
di mana:
24
L = panjang jeruji, m (lihat Gambar 2.9)
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah
dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas:
a. lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10
dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkalpangkalnya), untuk sungai sungai
yang lebarnya kurang dari 100 m.
b. lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-
pilarnya. Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris.
Dalam hal ini sudut a pada Gambar 2.10 sebaiknya diambil sekitar 600 sampai
700.
Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris. Dalam hal ini
sudut a pada Gambar 2.10 sebaiknya diambil sekitar 600 sampai 700.
25
(sumber: Kriteria Perencanaan 02)
Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup.
Pintu dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
a. ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui pintu-
pintu yang tertutup selama banjir.
b. pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan.
Kelemahan-kelemahannya:
a. sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah
ini dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan.
b. benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu.
c. karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air akan
mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi lebih
tinggi dan membawa lebih banyak sedimen.
26
(sumber: Kriteria Perencanaan 02)
Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan berlangsung.
Untuk menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus dipelajari.
Selama eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu pembilas secara
berganti-ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah penyumbatan.
Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air sekitar 0,50
m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu pembilas akan dibiarkan
tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali menjadi 0,50 sampai 1,0 m di atas
mercu dan terus menurun, pintu pengambilan tetap tertutup dan pintu pembilas
dibuka untuk menggelontor sedimen.
Karena tidak ada air yang boleh mengalir di atas dinding pemisah selama
pembilasan (sebab aliran ini akan mengganggu), maka elevasi dinding tersebut
sebaiknya diambil 0,50 atau 1,0 m di atas tinggi mercu. Jika pembilasan harus
didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih cukup untuk itu muka dinding
pemisah, dapat ditentukan dari Gambar 5.6. Biasanya lantai pembilas pada pada
kedalaman rata-rata sungai. Namun demikian, jika hal ini berarti terlalu dekat
dengan ambang pengambilan, maka lantai itu dapat ditempatkan lebih rendah asal
pembilasan dicek sehubungan dengan muka air hilir (tinggi energi yang tersedia
untuk menciptakan kecepatan yang diperlukan).
27
(sumber: Kriteria Perencanaan 02)
Dinding Pemisah
Peredam Energi yaitu bagian dari bangunan pengelak yang berfungsi untuk
meredam tenaga aliran air pada saat melewati pembendungan (misalnya : kolam olak).
Kolam olak adalah suatu bangunan berupa olak dihilir bendung yang berfungsi
untuk meredam energi yang timbul dalam aliran air superkritis yang melewati pelimpah.
1. Tinggi bendung
2. Keadaan geoteknik tanah
3. Jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai
4. Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak
sempurna/tenggelam, loncatan air lebih rendah atau lebih tinggi.
28
c. Jika 2,5 < Fr 4,5 maka loncatan air tidak terbentuk dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh disaluran.
d. Untuk Fr 4,5 merupakan kolam olak yang paling ekonomis, karena kolam inii
pendek. Kolam olak yang sesuai adalah kolam USBR tipe III.
Jika kedalaman konjuksi hilir dari loncat air terlalu tinggi dibanding kedalaman air
normal hilir , atau kalau diperkirakan akan menjadi kerusakan pada lantai kolam yang
panjang akibat batu – batu besar yang terangkut lewat atas bendung, maka dapat
dipakai peredam energi yang relatif pendek tapi dalam. Dapat dihitung dengan
rumus:
3 q2
hc = √ 𝑔 ...............................................................................................................(2.27)
Dimana :
3. Kolam Vlughter
Konstruksi bendung harus kuat menahan gaya – gaya yang bekerja. Analisis
stabilitas bendung akan ditinjau pada kondisi air normal dan juga pada kondisi air banjir.
Gaya – gaya yang bekerja pada bangunan bendung adalah :
29
d) Berat sendiri bangunan : berat tubuh bendung.
e) Reaksi pondasi : gaya tekan ke atas terhadap bendung dari reaksi pondasi.
1. Tekanan Air
a) Gaya tekan air, terbagi atas gaya hidrostatik yaitu fungsi kedalaman [f(h)]
dibawah permukaan air dan gaya hidrodinamik.
b) Gaya tekan ke atas, yaitu tekanan air dari dalam yang menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan.
Dihitung dengan persamaan (berlaku bendung diatas batuan) berikut :
1
Wu = c w [ h2 + (h1 - h2)]A..........................................................................(2.28)
2
Dimana :
C = proporsi luas pada tekanan hidrostatik bekerja
w = berat jenis air
h2 = kedalaman air hilir
= proporsi tekanan (lihat tabel)
h1 = kedalaman air hulu
A = luas dasar Wu
Wu = gaya tekan keatas.
30
(sumber: https://www.scribd.com)
2. Tekanan Lumpur
s . h2 1−sin
Ps = ( )......................................................................................(2.29)
2 1+sin
G−1
s = s’ ......................................................................................................(2.30)
G
dan untuk sudut gesek 30o digunakan :
Ps = 1,67 . h2......................................................................................................(2.31)
31
Dimana :
Ps = gaya pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur (horizontal)
H = ketebalan lumpur
= sudut gesek
s = berat lumpur
s’ = berat volume kering
G = berat jenis tanah.
3. Gaya Gempa
a. Gaya gempa diberikan pada parameter bangunan berdasarkan peta daerah
gempa di Indonesia.
b. Harga percepatan (a), faktor minimum yang dipertimbangkan adalah (0,1 x
percepatan gravitasi).
c. Sebagai gaya horizontal nilai faktor tersebut dikalikan dengan massa
bangunan.
Koefisien gempa dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
ad = n (ac x z)m.................................................................................................(2.32)
ad
E= ...............................................................................................................(2.33)
g
dimana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dtk2
n, m = koefisien untuk jenis tanah
ac = percepatan kejut dasar, cm/dtk2
E = koefisien gempa
G = percepatan gravitasi, cm/dtk2 (980)
Z = faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona)
32
4. Berat sendiri
Besarnya berat sendiri dari bangunan tergantung kepada bahan yang digunakan
untuk membuat konstruksi bendung.
a) Pasangan batu : 22 kN/m 3
b) Beton tumbuk : 23 kN/m3
c) Beton bertulang : 24 kN/m3
5. Reaksi Pondasi
Reaksi pondasi bendung dibuat unsur-unsur persamaan distribusi tekanan sesuai
dengan bentuk bendung.
∑(w) ∑(w)e
P= + ...........................................................................................(2.34)
A I
33
BAB III
PERENCANAAN BENDUNG
Data - data :
34
3.1.1 DASAR – DASAR PERENCANAAN
Rumus - rumus yang dipakai dalam perhitungan ini :
87
Rumus Bazim = 𝛾
(1 + )
√𝑅
Rumus Chezy = Vᶟ = 𝐶 × √𝑅 × 𝐼
= A = 𝑏 × 𝑑3 + 𝑑32
2
= P = 𝑏 + √2 × 𝑑3
= Q = 𝐴 × 𝑉3
𝐴
= R =𝑃
KP - 04 Bangunan
3.2 MENENTUKAN MERCU ELEVASI BENDUNG
Data dimensi saluran primer : KIRI
Posisi bendung ditempatkan pada titik 5
Elevasi muka tanah asli = 955,57 meter
Elevasi sawah air yang menentukan = 956,50 meter
Kedalaman air di sawah = 0,1 meter
Kehilangan tekanan dari sawah ke saluran tersier = 0,1 meter
Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke saluran primer = 0,1 meter
Kehilangan tekanan akibat kemiringan = 0,3 meter
Kehilangan tekanan akibat bangunan ukur = 0,4 meter
Kehilangan di pintu pengambilan = 0,2 meter
Kehilangan tekanan akibat eksplotasi = 0,1 meter
Persediaan untuk lain – lain bangunan = 0,25 meter
Elevasi mercu bendung + 958,05 meter
Tinggi bendung (p) = Elevasi Mercu Bendung – Elevasi Dasar Sungai
= 958,05 – 955,57
35
Perhitungan tinggi air maksimum pada saat banjir rencana terjadi (Qd),
memerlukan suatu perhitungan coba - coba menggunakan Microsoft excel 2007, untuk
perhitungan dalam hal ini diambil harga, m = 1, b = 7 m, Qd = 38.2 mᶟ/det, I = 0.0030
dengan bantuan tabel :
Sehingga tinggi air maksimum pada saat (Qd) terjadi adalah : ( V3 ) = 2,35 m. Dari
perhitungan tersebut, maka didapat d3 = 1,9474 m.
Cek jenis aliran air dengan Bilangan Froude ( Fr ).
Fr = 1 ......................aliran kritis
Fr > 1 ......................aliran super kritis
Fr < 1 ......................aliran sub kritis
𝑉3 2,35
Fr = = 9,81×1,9474
= 0,5376< 1, Jenis termasuk dalam aliran sub kritis.
√𝑔×𝑑3 √
36
3.3 LEBAR EFEKTIF BENDUNG
3.3.1 Menghitung Lebar Bendung
Menghitung lebar bendung yaitu jarak antara pangkal – pangkalnya (abutment).
Agar tidak mengganggu sifat pengaliran setelah dibangun bendung dan untuk menjaga
agar tinggi air di depan bendung tidak terlalu tinggi, maka dapat dibesarkan sampai B ≤
1,2 Bn. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran desain dari hasil pengukuran di
rencana site maka lebar bendung yang akan direncanakan adalah sebesar lebar rata-rata
alur sungai Wae RII yaitu,Bn = 7 meter.
Q Tinggi Jagaan
( m³ / dtk ) (m)
< 0, 5 0,4
0,5 - 1,5 0,5
1,5 - 5,0 0,6
5,0 - 1,0 0,75
1,0 - 15,0 0,85
< 15,0 1
(Sumber KP 03-hal 26)
B = ( 6 / 5 ) . Bn
= (6 / 5 ) . 7 m
= 8,4 ≈ 8,5 m
37
3.3.2 Menghitung Lebar Pintu Penguras ( b )
∑ b₁ = 1 / 10 x B
= 1 /10 . 8,5
= 0,85
N = 0,85 ≈ 1 buah
t = 1m
Kemampuan pintu bilas untuk mengalirkan air dianggap hanya 80% saja, maka
disimpulkan besar lebar efektif bendung :
Direncanakan 1 pintu pembilas dan 1 pilar:
Rumus : B eff = B - ∑t – 0,20 .∑b₁
38
Perhitungan :
= 7,33 m
2
Q = C × Beff × 𝐻𝑒 3
3
H𝑒 2 = Qd C = C1 × C2 × C3
C× Beff
2
𝑄𝑑 3
He = (𝐶×𝐵𝑒𝑓𝑓)
dimana :
Qd = debit banjir rencana (m3/dt)
Beff = lebar efektif bendung (m)
He = tinggi total air di atas bendung (m)
C = koefisien pelimpasan (discharge coefficient)
C1 = dipengaruhi sisi depan bendung
C2 = dipengaruhi lantai depan
C3 = dipengaruhi air di belakang bendung
39
Nilai C, C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge coefficient (pada
lampiran). Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara coba – coba
(Trial and Error) dengan menentukan tinggi perkiraan He terlebih dulu.
𝑃 3
= =1,666
𝐻𝑒 1,8
ℎ𝑑 2,85
𝐻𝑒
= 1,8
= 0,618 ( x < 0,8 )
2 2
𝑄𝑑 3 38,2 3
He’ = (𝐶 ×𝐵𝑒𝑓𝑓 ) = (2,135 ×7,33) = 1,812 m ( He ≠ He’ )
Maka di dapat tinggi total air di atas puncak/mercu bendung (He) = 1,68 m.
40
3.4.2 Tinggi Air Maksimum Di Atas Mercu Bendung
Untuk menentukan tinggi air maksimum di atas mercu bendung dipergunakan cara
coba - coba (trial and error), sehingga diperoleh hv0 = hv0’
Qd
vo =
A
vo2
hvo′ =
2g
A = Lef × do
H = he − hvo
do = H + p
Keterangan :
hv0 = tinggi kecepatan di hulu sungai (m)
41
Didapat :
Qd = 38,2 mᶟ/det
d3 = 1,9474 m
Leff = 7,33 m
P =3m
He =1,8 m
Maka didapat :
hv0 = hv’ = 0,083 m
H = 1,597 m
do = 4,077 m
A = 29,884 m²
Vo = 1,278 m/det
3.4.3 Perhitungan Ketinggian Energi Pada Tiap Titik
B. Menentukan harga Ec
𝑞
Vc =
𝑑𝑐
5,21
=
1,40
= 3,72 m/det
42
(𝑉𝑐)2
hvc =
2𝑔
(3,72)2
=
2×9,81
= 0,705 m
Ec = dc + hvc +P
= 1,40 + 0,705 + 3
= 5,1 m
Keterangan :
43
Tabel 3.5 Perhitungan tinggi energi ( air terendah) pada kolam olakan
v1 q d1 hv1 E1 Ec Kesalahan
1,000 4,651 4,651 0,051 4,702 4,052 0,650
Maka didapat :
V1 = 1,168 m/det
d1 = 3,982 m
hv1 = 0,070 m
E1 = 4,052 m
Dimana :
d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m)
v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/det)
hv1 = tinggi kecepatan (m)
E1 = tinggi energi (m)
= 1,047
44
(sumber: Kriteria Perencanaan - 02)
P/H Kemiringan
<4,00 1:1
0,40-1,00 3:1
1,00-1,50 3:2
>1,50 Vertikal
(sumber: Kriteria Perencanaan - 02)
45
Dari tabel 3.6 untuk P/H = 1,878 diperoleh kemiringan muka bendung adalah
vertikal. Bentuk mercu yang dipilih adalah mercu Ogee. Bentuk mercu Ogee tidak akan
memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencana, karena mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah
dari bendung ambang tajam aerasi. Untuk debit yang rendah, air akan memberikan
tekanan ke bawah pada mercu.
Dari buku Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 100 Gambar 4.9, untuk
bendung mercu Ogee dengan kemiringan 3 :02, pada bagian up stream diperoleh nilai :
Harga – harga k dan n adalah parameter yang ditetapkan dalam Tabel di bawah.
46
𝑋1,836 = 2 × 1,936(1,836−1) × 𝑌
𝑋1.836 = 3,474 y
Y = 𝑋1,836 / 3,474 y
Y = 0,288𝑋1,836
Kemiringan 3 : 1
Dx / Dy = Dy / Dx = 3
= tag Φ = 3 / 1
3 = 0,528497𝑋1,836
𝑋1,836 = 3 / 0,528497
Xͼ = 5,676475 M
Y = 𝑋1,836
Y = 0,288 . (5,676)1,836
yͼ = 6,979 M
Diperoleh koordinat titik singgung Xͼ,Yͼ = (5,676 ; 6,979) m jadi perpotongan garis
lengkung dan garis lurus terletak pada jarak :
y = 5,676 m dari puncak spillway
x = 6,979 m dari sumbu spillway
47
3.6.2 Menghitung Kedalaman Dan Kecepatan Di Belakang Mercu Bendung
A. Menghitung Kedalaman Di Belakang Mercu Bendung/Hulu Olakan
Diketahui :
Qd = 38,20 (m3/dtk)
Bb = 8,40 m
A1 = Bb x d1
A1 = Qd/V1
Persamaan (1) = (2), sehingga didapat :
48
Gambar 3.4 Creep Line Rencana
Δ𝐻 = 𝐿𝑐
L = c . ΔH
Dimana :
ΔH = Beda Tekanan
L = Panjang Creep Line
c = Creep Ration (diambil c = 7,0, untuk pasir halus)
ΔH ab = 0,8/7 = 0,114
ΔH bc = 0,5/7 = 0,071
ΔH cd = 0,5/7 = 0,071
ΔH de = 1,8/7 = 0,257
ΔH ef = 0,5/7 = 0,071
ΔH fg = 0,5/7 = 0,071
ΔH gh = 0,5/7 = 0,071
ΔH hi = 2/7 = 0,286
ΔH ij = 0,5/7 = 0,071
ΔH = 1,083
L = ΔH . c
= 1,083 . 7
= 7,581 m
Faktor keamanan =2m
49
Jadi L = 7,581 + 2 m = 9,581 m
Menghitung kemiringan garis hidraulic gradien
α = tan-¹ ΔH jk/Ljk
=15,49 º
= 29,77 m
Kontrol :
ƩL≥ ΔH × c
29,77 ≥3,2 × 5
29,77 ≥13 ( Konstruksi aman dalam tekanan air )
a. teori Bligh
L = Cc × Hb
50
Cc = Koefisien Bligh (Cc diambil 5 )
Hb = Beda tinggi muka air
Hb = P +H - dᶟ
= 3,85 + 1,815 – 2,14675
= 3,51825 ≈ 3,52 m
sehingga L = Cc ˣ Hb
= 5 ˣ 3,52
= 17,6 m
Syarat : L < ΣL
17,6 m < 31,1944 m ……………………..(OK).
b. Teori Lane
L = Cw ˣ Hb
Dimana : Cw adalah koefisien lane (Cw diambil 3)
Sehingga : L = Cw ˣ Hb
= 3 ˣ 3,52
= 10,56 m
Ld = Lv + 1/3 ˣ Lh
= 11,62 + 1/3 ˣ 19,5744
= 18,1448 m
Syarat : L < Ld
10,56 m < 18,1448 m ……………….......(OK).
51