Anda di halaman 1dari 36

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL SENWIC 2019

PEMANFAATAN SILIKA AEROGEL SEBAGAI ALTERNATIF GREEN


DRY CLEANING DALAM MEWUJUDKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Sub Tema :

TEKNOLOGI

Diusulkan Oleh :

Atika Ayu Permatasari 140210160008 2016

Ghina Izdihar 140210160002 2016

Dini Oktaviani 140210160046 2016

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019

i
i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, sahabatnya serta seluruh umatnya. Karya Tulis Ilmiah ini
berjudul “Pemanfaatan Silika Aerogel sebagai Alternatif Green Dry Cleaning
dalam Mewujudkan Revolusi Industri 4.0”.

Selama melaksanakan penelitian hingga selesainya penulisan Karya Tulis


Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing Ibu Dr. Diana Rakhmawaty Eddy, M.Si

2. Pihak Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Alam Universitas Padjadjaran.

3. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi


perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi almamater sehingga menjadi sumbangan yang
berarti bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan bagi para pembaca pada
umumnya.

Sumedang, 12 April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan......................................................................... i
Lembar Pernyataan ........................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................... iv
Daftar Isi............................................................................................ v
Daftar Tabel....................................................................................... vi
Daftar Gambar................................................................................... vii
Abstrak............................................................................................... viii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat............................................................... 3
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Industri Dry Cleaning……………….................................... 4
2.2 Perkloroetilen (PCE)…….................................................... . 4
2.3 Silika Aerogel……..……..................................................... 8
Bab III Metode Penulisan
3.1 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 11
3.2 Teknik Pengolahan Data....................................................... 11
3.3 Analisis …………................................................................. 11
3.3.1 Analisis Permasalahan dampak Penggunaan
Perkloroetilen (PCE) pada metode dry cleaning….............. . 12
3.3.2 Potensi Penggunaan Silika Aerogel sebagai
Bahan Pengganti Perkloroetilen (PCE) pada Metode
Dry Cleaning........................................................................ 12
3.4 Sintesis…………………………………………………...... 13
3.4.1. Formulasi Silika Aerogel sebagai Pengganti PCE
pada Metode Dry Cleaning………………………… 13

Bab IV Pembahasan....................................................................... . 16
4.1 Uraian Hasil Kajian………………………………………... 16

iv
4.2 Temuan…………………………………………………..... . 17
4.3 Ide Pengembangan dan Tujuan……………………….……. 18
4.4 Analisis SWOT………………………………………….…. 18
Bab V Simpulan dan Saran………………………………………... 20
5.1 Simpulan................................................................................ 20
5.2 Saran...................................................................................... 20
Daftar Pustaka................................................................................. 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Metabolisme PCE………………………………… 7

Gambar 2.2 Hubungan antara paparan PCE dengan proses


dry cleaning………………………………………………… 8
Gambar 3.4.1 Proses sintesis silika aerogel yang aplikasikan pada
metode dry cleaning…………………………………………………... 15

Gambar 4.1 Hasil Survei Dry Cleaning kepada Responden………….. 18

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tingkat toksiksitas PCE terhadap risiko kanker dan

non kanker…………………………………………………. 5

Tabel 4.4. Peluang silika aerogel sebagai alternatif senyawa PCE


pada metode dry cleaning berdasarkan analisis SWOT…… 19

vii
ABSTRAK

Di era modern ini aktivitas yang padat menyebabkan kebanyakan orang belum
mampu membagi waktu antara pekerjaan rumah dan aktivitas lainnya. Kesibukan
tersebut membuat kebanyakan orang tidak memprioritaskan pekerjaan rumah
salah satunya mencuci pakaian. Dalam hal ini, jasa laundry menjadi salah satu
solusinya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan permintaan pasar yang
meningkat, memunculkan metode baru untuk mencuci pakaian yang lebih efisien
yaitu metode Dry Cleaning. Dry Cleaning adalah proses pencucian pakaian
menggunakan bahan kimia dan teknik tertentu tanpa air atau biasa dikenal
dengan cuci kering. Metode ini membutuhkan bahan kimia khusus seperti
perkloroetilen. Menurut penelitian di America Cancer Society mengemukakan
bahwa paparan perkloroetilen dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
kanker sel darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menyintesis senyawa silika aerogel sebagai alternatif green Dry
Cleaning untuk menggantikan senyawa perkloroetilen. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sol-gel dan supercritical drying process. Hasil dari
penelitian ini diharapkan metode Dry Cleaning dengan senyawa silika aerogel
mampu meminimalisir kanker sel darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru
dengan harga yang lebih ekonomis, praktis, dan aman digunakan untuk
penggunanya.

Kata kunci: Dry cleaning, kanker, silika aerogel , sol-gel, supercritical drying
process

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era modern ini, penggunaan laundry semakin meningkat. Hal tersebut


dikarenakan aktivitas yang padat, kebanyakan orang belum mampu membagi
waktu antara pekerjaan rumah dan aktivitas lainnya. Kesibukkan tersebut
membuat kebanyakan orang tidak memprioritaskan pekerjaan rumah salah
satunya mencuci pakaian. Pada tahun 1800, laundry pertama kali dilakukan di
sungai dengan membiarkan air membawa pergi bahan yang menyebabkan noda
dan bau. Teknik ini digunakan secara umum di Eropa dan juga digunakan di
pemukiman Amerika Utara di Jepang bahkan di Indonesia. Menurut ketua umum
asosiasi profesi laundry Indonesia (APLI) (2013), laundry komersil mulai banyak
digunakan dalam 20 tahun terakhir seperti laundry satuan dan laundry kiloan
jumlahnya di Jabodetabek mencapai sekitar 407 pelaku usaha. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan permintaan pasar yang meningkat memunculkan
metode baru untuk mencuci pakaian yang lebih efisien yaitu metode dry cleaning.

Dry cleaning adalah proses pencucian pakaian menggunakan bahan kimia


dan teknik tertentu tanpa air atau biasa dikenal dengan cuci kering. Metode dry
cleaning menggunakan bahan kimia khusus yaitu perkloroetilen (PCE). Menurut
Habib et al (2018) perkloroetilen adalah senyawa kimia sintesis yang tidak
berwarna dan tidak mudah terbakar yang mudah menguap di suhu ruang. Menurut
Guyton et al (2014) senyawa perkloroetilen bersifat karsinogenik dan tingkat
toksisitas yang tinggi. Selain itu, dari segi ekonomi harga perkloroetilen sangat
mahal. Menurut penelitian di America Cancer Society (2015) mengemukakan
bahwa paparan perkloroetilen dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
kanker sel darah putih (leukimia) dan kanker paru-paru.

Untuk meminimalisir efek karsinogenik dan toksisitas yang tinggi, diperlukan


senyawa alternatif yang berperan sama seperti perkloroetilen salah satunya adalah

1
silika. Silika banyak ditemui di dalam bahan tambang atau galian yang berupa
mineral seperti pasir, granit dan feldsfar. Indonesia merupakan negara maritim
yang memiliki luas total perairan sebesar 6,4 juta m2 dengan panjang garis pantai
108 ribu km. Sehingga, di Indonesia pasir silika sangat melimpah dan berpotensi
untuk keberlanjutan pemanfaatannya dalam dry cleaning.

Pemanfaatan silika aerogel untuk metode dry cleaning belum ada yang
melaporkan, oleh karena itu, terdapat peluang yang besar untuk mewujudkan
inovasi ini. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menggantikan senyawa perkloroetilen yang bersifat karsinogenik dan toksik
dengan silika aerogel yang lebih aman dan murah sehingga dapat meningkatkan
nilai ekonomis dari metode dry cleaning.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan


permasalahan-permasalahan dalam gagasan pemanfaatan silika aerogel sebagai
alternatif green dry cleaning sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menyintesis senyawa silika aerogel sebagai alternatif green dry
cleaning?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan silika aerogel sebagai alternatif green dry
cleaning?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pemanfaatan silika aerogel sebagai alternatif green dry cleaning
sebagai gagasan untuk:

1. Menyintesis senyawa silika aerogel sebagai alternatif green dry cleaning

2. Mengaplikasikan silika aerogel sebagai alternatif green dry cleaning

2
Manfaat dari pemanfaatan silika aerogel sebagai alternatif green dry cleaning
yaitu meminimalisir sel kanker darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru
dengan cara menggunakan senyawa silika aerogel sebagai alternatif metode dry
cleaning dengan harga yang lebih ekonomis, praktis, dan aman digunakan untuk
penggunanya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Dry Cleaning

Dry cleaning atau cuci kering adalah proses penghilangan kotoran dari
garmen/tekstil yang melibatkan pelarut tidak berair. Proses ini dikembangkan
karena beberapa jenis bahan tekstil dapat rusak oleh air, misalnya bahan tekstil
tersebut dapat mengerut, menyusut, dan lain-lain (Sutanto, 2013). Menurut Park
(2016), Dry cleaning atau cuci kering merupakan suatu industri bisnis yang
jumlahnya terbilang banyak di Amerika Serikat sekitar 36.000 toko dengan
mempekerjakan satu sampai empat jam pekerja untuk bekerja.

Pada proses cuci kering atau dry cleaning pembersih kering yang paling
umum digunakan adalah permbersih konvensional dari perkloroetilen. Meskipun
memiliki kinerja yang baik, PCE juga memiliki beberapa kelemahan seperti
berbagai efek toksik pada tubuh manusia (Sutanto, 2013).

Perkloroetilen merupakan senyawa organik sintetis yang mudah menguap


(VOC) yang menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia dan ancaman bagi
lingkungan. Kontak dengan perkloroetilen minimal dapat menyebabkan pusing,
sakit kepala, kantuk, mual, dan iritasi kulit dan pernapasan. Paparan perkloroetilen
yang berkepanjangan telah dikaitkan dengan kerusakan hati dan ginjal, dan kanker
(Green America, 2018). Oleh karena itu, diperlukan suatu pelarut alternatif untuk
dry cleaning tekstil, contohnya pelarut hidrokarbon, pelarut berbasis silikon dan
karbon dioksida (CO2) (Sutanto, 2013).

2.2 Perkloroetilen (PCE)

PCE adalah pelarut olefin terhalogenasi yang merupakan bahan kimia


produksi volume tinggi dengan kisaran luas keperluan industri. Penggunaan utama
TCE dan PCE adalah di degreasing logam dan sebagai persediaan pakan dalam

4
produksi bahan kimia terklorinasi (Guha et al., 2012). Sejak 1950-an, itu
penggunaan PCE sebagai pelarut dry cleaning mulai banyak digunakan (IARC,
2014). Paparan PCE ke manusia diasumsikan sebagian besar melalui inhalasi,
karena rendahnya kelarutan dalam air dan tekanan uap yang tinggi. Sebagai bahan
kimia yang mudah menguap dengan sedikit kelarutan dalam air, PCE adalah
kontaminan umum di Indonesia udara ambien dan perkotaan, yang juga
ditemukan di tanah dan air minum (IARC, 2014). At National Priority List sites in
the United States, PCE adalah yang paling banyak banyak ditemukan kontaminan
air tanah (Fay dan Mumtaz,1996).

Baru-baru ini, risiko kanker dan non kanker akibat paparan PCE dievaluasi
oleh US Environmental Protection Agency (US EPA), International Agency for
Research on Cancer (IARC), National Toxicology Program (NTP) dan
California Environmental Protection Agency via Office of Environmental Health
Hazard Assessment (OEHHA), terangkum hasil seperti di bawah ini (Cichoki et
al., 2016):

Tabel 2.1. Tingkat toksiksitas PCE terhadap risiko kanker dan non kanker

Tetrakloretilen (perkloretilen, atau PCE) adalah pelarut terklorinasi yang


banyak digunakan yang diproduksi secara komersial untuk digunakan dalam
proses dry cleaning, pemrosesan tekstil, dan pembersihan logam. Pada tahun 2012
US EPA memaparkan toksikologis dari PCE diantaranya :

1. Proses metabolisme berkaitan dengan toksisitas berdasarkan


physiologically based pharmacokinetic
2. Efek karsinogenik PCE, berdasarkan studi analisis epidemiologi,
laboratorium hewan bioassay, dan mekanistik data
3. Toksisitas nonkanker, berfokus pada neurotoksisitas

5
Metabolisme PCE menghasilkan 2 jalur irreversibel yaitu (Lash and Parker,
2001):

a. Oksidasi via sistem mikrosomal mixed-function oksidase seperti sitokrom


P450s (CYPs)
b. Konjugasi dengan glutation (GSH) via glutation s-transferase(GSTs)

Oksidasi terjadi secara dominan dalam hati ke intermediet oksida besi (Fe-O),
jalur oksidasi yang utama adalah diubah menjadi trikloro asetil klorida (TCAC),
yang akan dihidrolisis menghasilkan asam trikloroasetat (TCA), jalur oksidasi
selanjutnya adalah melalui epoksida(PCE-O), yang mengalami dekomposisi
menjadi etandioil diklorida (EDD) selanjutnya menjadi karbon monoksida (CO)
dan karbon dioksida(CO2) (Yoshioka, et al., 2002). Acid oxalic (OXA) sebagai
produk dari oksidasi PCE baik secara in vivo maupun in vitro (Pegg et al. 1979;
Yoshioka et al. 2002) atau melalui epoksida dan intermediet FeO. Konjugasi
dengan GSH yang terjadi di hati atau ginjal membentuk triklorovinil glutation
(TCVG), yang selanjutnya diproses melalui γ-glutamyl transpeptidase (GGT) dan
cysteinylglycine dipeptidase (DP) di ginjal membentuk konjugasi sistein S-
triklorovinil-1-sistein (TCVC). TCVC dapat dibioaktivasi melalui β-lyase atau
flavin monooksigenases (FMO3s) atau CYP3A ke spesies reaktif (Anders et al.
1988; Krause et al. 2003), dapat juga melalui N-asetilasi oleh N-asetiltransferase
(NAT)] menjadi merkapturat N-asetil triklorovinil sistein (NAcTCVC).

6
Gambar 2.1. Skema Metabolisme PCE (Guyton et al., 2014)
Perkloroetilen (PCE) adalah larutan bening, tidak berwarna, dan tidak
mudah terbakar dan mudah menguap pada suhu kamar. PCE telah digunakan
sebagai perantara di sintesis fluorokarbon, cairan isolasi/ pendingin di
transformator listrik, dan sebagai obat terhadap hewan cacing. Secara luas dikenal
untuk penggunaannya dalam dry cleaning kain dan untuk operasi degreasing
logam, seperti yang diperhitungkan untuk 80% hingga 85% dari semua cairan
pembersih kering yang digunakan. Penghirupan tetrakloretilen jangka pendek
dengan kadar sangat tinggi dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan serta depresi sistem saraf pusat. Sistem syaraf pusat, hati, ginjal,
sistem pernapasan, mata, dan kulit akibat toksisitas PCE pada manusia fungsi
saraf individu yang sehat sangat terpengaruh sebagai akibat dari paparan
lingkungan yang kronis PCE kontras visual yang diinduksi pelarut persisten cacat
sensitivitas yang meningkatkan risiko berkembang penyakit neurologis. Inhalasi
kronis akibat PCE dikaitkan dengan sakit kepala, gangguan kognitif, motorik
fungsi neurobehavioral, gangguan penglihatan warna, aritmia jantung, kerusakan
hati, dan efek samping pada ginjal. Selain itu, PCE dapat meningkatan risiko
kanker tertentu dalam dry cleaning pekerja terpapar selama bertahun-tahun.
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mendeklarasikan
bahwa PCE sangat berpotensi karsinogenik (Habib, et al., 2018).

7
Gambar 2.2 Hubungan antara paparan PCE dengan proses dry cleaning
(Kovacs et al., 2011)
Emisi PCE berasal dari proses dan dari penanganan serta penyimpanan
pakaian dry clean. Tingkat paparan PCE tergantung pada jenis peralatan
digunakan, pemeliharaan, prosesnya, penyimpanan dan penanganan pakaian,
menyimpan karakteristik aliran udara, dan waktu berada di tempat dry cleaning.
Untuk pelanggan, rute paparan PCE muncul dari kunjungan mereka ke petugas
kebersihan dan dari emisi pakaian di tempat-tempat mereka mengambil pakaian.
(Chao et al., 1999).

2.3 Silika Aerogel


Silika (SiO2) adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
terutama padi dan tanaman lain yang bersifat akumulator Si. Silika juga
merupakan unsur kedua terbesar di kerak bumi, dan sebagian besar Si terdapat di
dalam tanah. Silika termasuk unsur nonesensial sehingga perannya kurang
mendapat perhatian. Namun Si berperan dalam meningkatkan fotosintesis dan
resistensi tanaman terhadap cekaman biotik (serangan hama dan penyakit) dan
abiotik (kekeringan, salinitas, alkalinitas, dan cuaca ekstrim) (Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, 2010).

Silika secara alami terkandung dalam pasir, kerikil, dan batu-batuan.


Serbuk silika diperoleh dari pasir alam dengan metode ekstraksi padat-cair

8
(leaching) seperti yang diperoleh di daerah Pantai Bancar, Tuban, Jawa Timur.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kandungan silika quartz sebesar 71,3%
yang berbentuk amorf (Ramadhan, et al., 2014).

Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silikon


dioksida) yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis kristal.
Silika mineral adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian
yang berupa mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan fledsfar yang mengandung
kristal-kristal silika (SiO2) (Bragmann and Goncalves, 2006; Della et al, 2002).

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan


laut yang melimpah. Panjang pantai 81.000 km atau 14% garis pantai seluruh
dunia, dimana 2/3 wilayah Indonesia berupa perairan laut. Garis pantai yang
panjang merupakan indikasi kuantitas pasir pantai yang sangat melimpah. Pasir
pantai di Indonesia umumnya berwarna putih dan memiliki kecenderungan
material berupa pasir silika (Latif dkk., 2014).

Komposisi pasir pantai berwarna putih umumnya 40% - 70% silika.


Berdasarkan hasil uji karakterisasi XRD (Xray Diffraction), pasir pantai memiliki
kandungan mineral utama didominasi oleh SiO2 (silika) dan diikuti oleh mineral
ikutan seperti SO3, CaO, Al2O3 dan Fe2O3 (Saniah dkk.,2014).
Silika aerogel merupakan bahan baku silika aerogel, yaitu smart material
dengan sifat fisika yaitu organik (ukuran pori-pori kurang dari 50 nanometer),
struktur internal cross linked sehingga memiliki luas 1000 m2/g, konduktivitas
termal rendah (~ 0,05 W/m), massa jenis rendah 50 g∙cm−3, dan memiliki
konstanta dielektrik yang rendah. Silika aerogel memiliki kemampuan untuk
memisahkan material organik dan air secara absorpsi (Bramantya dkk.,2018).

Sintesis silika gel mengunakan metode sol-gel merupakan suatu proses


sintesis yang cukup sederhana dan dilakukan pada suhu rendah. Dengan metode
sol-gel didapatkan hasil sintesis silika gel yang memiliki kemurnian yang tinggi
dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Tahapan metode sol-gel yang
pertama adalah hidrolisis.

9
Si(OC2H5)4 Si(OH)4+ 4C2H5OH

(Budiharti dan Supardi, 2015)

Setelah mengalami reaksi hidrolisis, maka reaksi kondensasi akan berlangsung.


Produk dari reaksi hidrolisis tersebut sangat berperan dalam proses reaksi
kondensasi :

Si(OR)4 + (OH)Si(OR)3 (OR)3Si-O-Si(OR)3 + ROH

(OR)3Si(OH) + (OH)Si(OR)3 (OR)3Si-O-Si(OR)3 + ROH

(Budiharti dan Supardi, 2015)

Setelah reaksi hidrolisis dan kondensasi, dilanjutkan dengan proses pematangan


gel yang terbentuk. Proses ini lebih dikenal dengan proses ageing. Pada proses
pematangan ini, terjadi reaksi pembentukan jaringan gel yang lebih kaku, kuat,
dan menyusut di dalam larutan. Batas waktu ageing adalah ketika silika (sol)
sudah sepenuhnya membentuk jaringan gel yang lebih kaku dan kuat. Kurang
lebih 16 hari pada konsentrasi TEOS 4,75 molar (Budiharti & Supardi, 2015).

10
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada karya ilmiah ini diperoleh melalui studi
literatur (literature research) yaitu mencari referensi teori yang relevan dengan
kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi utama yang digunakan dalam
studi literatur ini diperoleh dari data primer yaitu melalui survei kecil pengisian
kuisioner online terhadap beberapa responden dan data sekunder seperti artikel
ilmiah, jurnal, buku, skripsi, tesis, dan disertasi.

3.2 Teknik Pengolahan Data


Setelah itu, penulis mengolah data yang diperoleh baik data primer
maupun data sekunder, dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Penyusunan data, yaitu tahap pengumpulan seluruh data yang diperoleh
baik data primer maupun data sekunder untuk menguji hipotesis.
2. Klasifikasi data, yaitu tahap untuk mengelompokan data primer dan data
sekunder yang diperoleh berdasarkan klasifikasi tertentu yang telah
dibuat penulis serta penggolongan data kuantitatif dan data kualitatif.
Tujuannya yaitu untuk memudahkan hipotesis penelitian.
3. Interpretasi data, penulis menarik kesimpulan dari seluruh data yang
diperoleh dan digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah
ditentukan.

3.3 Analisis
Dari data primer dan data sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya
penulis menganalisis data data tersebut. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode analisis kualitatif, yakni analisis data yang didasarkan pada
pengolahan data primer dan sekunder yang diperoleh dan penilaian penulis
terhadap masalah yang dianalisis.

11
3.3.1. Analisis Permasalahan dampak Penggunaan Perkloroetilen
(PCE) pada metode dry cleaning
Permasalahan metode dry cleaning merupakan masalah yang
kini tengah ramai diperbincangkan. Metode dry cleaning yang
menggunakan senyawa PCE untuk membersihkan pakaian dengan cepat
menimbulkan permasalahan salah satunya di bidang kesehatan.
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat metode dry cleaning
dengan PCE contohnya kanker paru-paru, leukimia, kanker hati, ginjal,
gangguan sistem pernafasan dan gangguan sistem reproduksi. Menurut
penelitian di America Cancer Society mengemukakan bahwa paparan
perkloroetilen dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker sel
darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru. Emisi PCE berasal dari
proses dan penanganan serta penyimpanan pakaian dry clean.
Upaya pencegahan terhadap dampak penggunaan PCE pada
metode dry cleaning dapat dilakukan dengan meminimalisir
penggunaan PCE sebagai bahan dasar pada metode dry cleaning
menggunakan senyawa alternatif lain yang tidak menimbulkan
permasalahan di bidang kesehatan. Diperlukan strategi yang tepat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dimulai dari hal sederhana yaitu pemilihan metode mencuci
pakaian yang efektif dan efisien.
Sampai saat ini, belum terdapat metode yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan data yang didapatkan,
PCE masih menjadi senyawa utama yang digunakan pada metode dry
cleaning. Bagian selanjutnya, akan menjelaskan pentingnya model
penggunaan silika aerogel sebagai bahan alternatif pengganti PCE pada
metode dry cleaning.
3.3.2. Potensi Penggunaan Silika Aerogel sebagai Bahan Pengganti
Perkloroetilen (PCE) pada Metode Dry Cleaning
Di tengah era disrupsi teknologi saat ini, disebutkan bahwa
teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik,
digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan

12
interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016). Revolusi industri 4.0 yaitu
kegiatan manufaktur yang terintegrasi melalui penggunaan teknologi
wireless dan big data secara masif. Setiap negara dituntut untuk
merespon perubahan era digitalisasi secara integratif dan komprehensif.
Memasuki tahun 2019 ini, peningkatan teknologi menimbulkan dampak
positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah teknologi dapat
membantu meringankan pekerjaan manusia di tengah padatnya aktivitas
sehari hari, namun juga menimbulkan dampak negatif yaitu teknologi
yang memanjakan manusia dalam penggunaannya berdampak kurang
baik untuk kehidupan manusia salah satunya di bidang kesehatan.
Peningkatan pengguna laundry di Indonesia merupakan peluang
yang harus dimanfaatkan untuk menciptakan suatu pengembangan
senyawa alternatif silika aerogel sebagai pengganti PCE pada metode
dry cleaning.

3.4 Sintesis
3.4.1 Formulasi Silika Aerogel sebagai Pengganti PCE pada
Metode Dry Cleaning
Gagasan baru yang digunakan sebagai alternatif pengganti PCE
pada dry cleaning adalah silika aerogel yang disintesis dengan metode
sol-gel. Sintesis silika aerogel ini adalah salah satu strategi yang dapat
diterapkan pada dry cleaning untuk meminimalisir risiko paparan PCE
yang bersifat karsinogenik dan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit lainnya seperti liver, ginjal, jantung, dan gangguan sistem
reproduksi.
Silika aerogel ini disintesis dari prekursor pasir dan
tetraetilortosilikat (TEOS). Berikut bagan alir sintesis silika aerogel
(Bramantya dkk., 2018) :

13
Pasir

Direndam dengan larutan HCl

Dicampur dengan NaOH

Dilebur dengan furnace pada suhu 500°C selama 2 jam

Dilarutkan dengan aquades selama 12 jam

Ditambahkan asam asetat untuk menurunkan pH menjadi 4

Ditambahkan Ammonium Hidroksida untuk menaikkan pH


menjadi 6

Silika gel
Direndam dengan larutan campuran TEOS dan heksana dengan
perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:3 pada suhu 60 °C selama 24 jam
Direndam dengan etanol 10, 20 dan 30%
Dikeringkan dalam oven 100 °C selama 24 jam

Silika aerogel

14
Berikut adalah rancangan proses sintesis silika aerogel yang akan
diaplikasikan pada metode dry cleaning :

Gambar 3.4.1 Proses sintesis silika aerogel yang aplikasikan pada metode dry
cleaning.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Uraian Hasil Kajian


Di abad ke 21, sudah memasuki era modern. Banyak perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang menguntungkan untuk kehidupan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diaplikasikan ke dalam berbagai
bidang. Dry cleaning adalah salah satu contoh aplikasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang rumah tangga. Dry cleaning atau cuci kering
adalah proses penghilangan kotoran dari garmen/ tekstil yang melibatkan pelarut
tidak berair.
Metode dry cleaning memiliki beberapa dampak positif dan negatif.
Dampak positif metode dry cleaning diantaranya membuat pakaian menjadi lebih
awet serta proses pencucian yang lebih efisien. Namun, dampak positif metode ini
tidak sebanding dengan dampak negatif yang diakibatkan oleh senyawa PCE yang
terkandung di dalam metode dry cleaning. Menurut Sutanto (2013) meskipun
memiliki kinerja yang baik, PCE juga memiliki beberapa kelemahan seperti
berbagai efek toksik pada tubuh manusia. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan
akibat metode dry cleaning dengan PCE contohnya kanker paru-paru, leukimia,
kanker hati, ginjal, gangguan sistem pernafasan dan gangguan sistem reproduksi.
Menurut penelitian di America Cancer Society (2015) mengemukakan bahwa
paparan perkloroetilen dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker sel
darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru. Pada tahun 2012, environment
protection agency (EPA) menunjukkan hubungan antara paparan PCE dan
beberapa jenis kanker khususnya kanker kandung kemih, limfoma dan multiple
myeloma berdasarkan bukti dari data epidemiologi dan penelitian pada hewan.
Selain itu, bahaya paparan PCE tidak hanya bersifat karsinogenik juga memiliki
risiko penyakit non cancer lainnya. Toksiksitas paparan PCE tersebut diakibatkan
karena PCE dapat mengalami proses metabolisme dalam tubuh seperti yang
tercantum dalam gambar 2.1 (Guyton et al., 2014).

16
4.2 Temuan
Saat ini, penggunaan PCE dalam metode dry cleaning masih paling
dominan karena senyawa PCE masih mudah didapatkan secara komersil serta
masih rendahnya tingkat kesadaran dan ilmu pengetahuan masyarakat mengenai
bahaya senyawa PCE. Menurut FPA (2018) sudah ditemukan beberapa senyawa
sebagai alternatif senyawa PCE pada proses dry cleaning misalnya CO2 cair, DF
2000 hidrokarbon, liquid silika. Namun, senyawa alternatif tersebut belum
terjangkau oleh industri laundry yang ada di Indonesia karena harganya relatif
mahal dibandingkan dengan PCE.
Oleh karena itu, gagasan inovasi yang kami lakukan yaitu membuat
senyawa alternatif penggganti PCE dengan menggunakan silika yang berbahan
dasar pasir yang kemudian disintesis dalam bentuk aerogel dengan metode sol gel.
Silika yang digunakan berbahan dasar pasir karena bahan bakunya murah, mudah
didapatkan dari pantai Indonesia, sehingga sangat memungkinkan diterapkan di
Indonesia. Sehingga, terlihat ada kejelasan hubungan antara silika aerogel dan
metode dry cleaning. Silika aerogel berpotensi sebagai senyawa alternatif
pengganti PCE pada metode dry cleaning. Aerogel memiliki karakteristik
menahan panas sebagai insulator dan efek Knudsen yaitu konduktivitas termalnya
lebih rendah dari udara di sekelilingnya. Tingkat hidrofobisitas aerogel juga tinggi
sehingga banyak diaplikasikan untuk nanomaterial pelapis kain anti basah serta
bersifat lipofilik yang dapat mengikat lemak/minyak, sehingga menurut kami
silika dalam bentuk aerogel ini cocok untuk digunakan sebagai senyawa pengganti
PCE dalam metode dry cleaning. Metode sol-gel digunakan untuk sintesis aerogel
tersebut, kelebihan penggunaan metode ini diantaranya tingkat kemurnian yang
tinggi karena prekursornya dapat dimurnikan dengan cara distilasi dan
rekristalisasi, homogenitas yang baik karena reagen yang digunakan dicampur
pada ukuran atau tingkatan molekul serta porositasnya rendah atau tinggi. Dalam
proses sintesis aerogel digunakan reagen TEOS. TEOS adalah suatu etil ester dari
asam ortosilikat. Penggunaan reagen TEOS pada proses sintesis silika aerogel
sebagai agen pembentuk ikatan silang pada polimer silika, sehingga TEOS sangat
berperan penting dalam proses sintesis silika aerogel.

17
4.3 Ide pengembangan dan Tujuan
Ide pengembangan pada pengaplikasian silika aerogel untuk metode dry
cleaning merupakan inovasi terbaru karena belum pernah dilakukan, sehingga
perlu dilakukan guna mendapatkan senyawa alternatif pengganti PCE pada
metode dry cleaning. Tujuannya adalah untuk meringankan pekerjaan manusia di
era modern, dengan tidak menimbulkan dampak negatif di bidang kesehatan.
Berdasarkan hasil survei kepada 50 Responden menyatakan bahwa 64%
responden mengetahui adanya jasa dry cleaning di laundry namun 86%
diantaranya tidak mengetahui efek negatif dari penggunaan metode dry cleaning
di laundry. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ide pengembangan dari
metode dry cleaning ini perlu dilakukan guna meningkatkan edukasi masyarakat
umum terkait green dry cleaning salah satunya dengan silika aerogel serta
mengefektifkan kinerja laundry yang ada dengan meminimalisir efek negatif yang
ditimbulkan dari dry cleaning.

Gambar 4.1 Hasil Survei Dry Cleaning kepada Responden

4.4 Analisis SWOT


Peluang silika aerogel sebagai alternatif senyawa PCE pada metode dry
cleaning berdasarkan analisis SWOT adalah sebagai berikut :

18
Tabel 4.4. Peluang silika aerogel sebagai alternatif senyawa PCE
pada metode dry cleaning berdasarkan analisis SWOT
Strength 1. Ramah lingkungan
2. Non-toksik
3. Bahan baku murah dan mudah didapatkan
4. Inovasi baru, belum pernah dilakukan
5. Mendukung green chemistry
Weakness 1. Proses pengerjaan butuh waktu yang lama
2. Biaya proses sol-gel cukup mahal
3. Jurnal pendukung masih terbatas
Opportunity 1. Meringankan pekerjaan manusia, tanpa
menimbulkan dampak negatif dibidang kesehatan
2. Suatu terobosan baru untuk menciptakan hasil
proses laundry yang aman untuk masyarakat
3. Membuka industri baru pembuatan silika
aerogel di Indonesia
Threat 1. Banyaknya produk green dry cleaning yang
lainnya seperti : karbon dioksida cair

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Senyawa silika aerogel dapat disintesis sebagai alternatif green dry
cleaning
2. Senyawa silika aerogel dapat diaplikasikan sebagai alternatif green dry
cleaning
5.2 Saran
Perlu dipelajari secara lebih komprehensif terkait dengan pengaruh silika
aerogel sebagai senyawa alternatif PCE pada metode dry cleaning, seperti
mewujudkan gagasan ini menjadi research secara langsung agar dampak
positif yang diharapkan dapat diwujudkan menjadi kenyataan.

20
DAFTAR PUSTAKA

America Cancer Society. 2015. Cancer Facts. http://www.cancer.org/

America, Green. 2018. Efek Paparan Perkloroetilen. Dikutip 12 April 2019 dari
https://www.greenamerica.org/green-living

Agents. International Agency for Research on Cancer. Lyon. France.


Andersen, M. E., Ward, R. C., Travis, C. C., and Gargas, M. L.1988.
Pharmacokinetics of Tetrachloroethylene. Toxicol Appl Pharmacol.
Asosiasi Profesi Laundry Indonesia. 2013. Laundry Komersil.
http://www.apli.asia/

Bragmann, C.P and Goncalves, M.R.F. 2006. Thermal Insulators Made With Rice
Husk Ashes: Production and Correlation Between Properties and
Microstructure. Department of materials, school of engineering, federal
university of rio grande do sul. Brasil.
Bramantya, L.P., Yonando., M.Rifaldi., R.Oktavian. 2018 . Sintesis dan
Karakterisasi Silika Aerogel Hidrofobik dan Oliofilik Dari Pasir Laut
Sebagai Absorben Tumpahan Minyak. Jurnal Teknik Kimia dan
Lingkungan, 2 (2). 49-54.
Budiharti, G & Z.A.I. Supardi. 2015. Sintesis Nanopartikel Silika Menggunakan
Metode Sol-Gel. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. Volume 04 Nomor 03
Tahun 2015, hal 22 – 25.
C. Latif., T. Triwikantoro., M. Munasir. 2014. Pengaruh Variasi Temperatur
Kalsinasi Pada Struktur Silika. Jurnal Sains dan Seni Pomits, vol. 3, no.1,
hal. B4-B7.

Chao, C. Y. H., Tung, T. C. W., Niu, J. L., Pang, S. W. and Lee, R. Y. M. 1999.
Indoor perchloroethylene accumulation from dry cleaned clothing on
residential premises. Building and Environment. 34(3), 319–28.

Cichocki, J.A., Kathryn, Z.G., Guha, N., Chiu, W.A., Rusyn I., and Lash, L.H.
2016. Target Organ Metabolism, Toxicity, and Mechanism of
Trichloroethylene and Perchloroethylene: Key Similarities, Differences,

21
and Data Gaps. Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics. Wayne State University.

Della, V.P., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002. Rice Husk Ash an Alternate Source For
Active Silica Production. Materials Leters. Vol. 57. pp. 818-821.
Fay, R.M and Mumtaz, M.M. 1996. Development of a priority list of chemical
mixtures occurring at 1188 hazardous waste sites, using the HazDat
database. Food Chem Toxicol 34:1163–1165.

Guha, N., Loomis, D., Grosse, Y., Lauby, S.B., El Ghissassi, F., Bouvard, V.
2012. Carcinogenicity of Tetrachloroethylene, Trichloroethylene, Some
Other Chlorinated Solvents and Their Metabolites. Journal of Lancet
Oncology.

Guyton, Z.K., Hogan, K.A., Scott, C.S., Cooper, G.S., Bale, A.S., Kopylev, L et
al. 2014. Human Health Effects of Tetrachloroethylene : Key Findings
and Scientific Issues. Journal of Environmental Health Perspectives.
Washington DC.

Habib, S., Ahmed, H. O., Al-Muhairi, N., and Ziad, R. 2018. Preliminary Study :
Environmental Assessment of Perchloroethylene in Dry-Cleaning
Facilities in the UAE. Journal of Environmental and Public Health.

IARC. 2014. IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to


Humans: Trichloroethylene, Tetrachloroethylene and Some Other
Chlorinated

Krause, R. J., Lash, L. H., and Elfarra, A. A. 2003. Human Kidney Flavin
Containing Monooxygenases and Their Potential Roles in Cysteine S-
conjugate Metabolism and Nephrotoxicity. J Pharmacol Exp Ther

Kovacs, D.C., Fischhoff, B., and Small, M.J. 2011. Perceptions of PCE Use by
Dry Cleaners and Dry Cleaning Customers. Journal of Risk Research

Lash, L.H., Parker, J.C. 2001. Hepatic and renal toxicities associated with
perchloroethylene. Pharmacol Rev 53:177–208

22
Park, Jung-Keun. 2016. Job Hazard Analyses for Muscoloskeletal Disorder Risk
Factors in Pressing Operations of Dry-cleaning Establishments. Journal
of Safety and Health at Work. Vol. 1-5

Pegg, D. G., Zempel, J. A., Braun, W. H., Watanabe, P. G. 1979. Disposition of


Tetrachloroethylene Following Oral and Inhalation Exposure in Rats.
Toxicol Appl Pharmacol

Ramadhan, N.I., Munasir, dan Triwikantoro. 2014. Sintesis dan Karakterisasi


Serbuk SiO2 dengan Variasi pH dan Molaritas Berbahan Dasar Pasir
Bancar, Tuban. Jurnal Sains dan Seni POMITS. Vol. 3. No. 1. Hal. B-15-
B-17
S. Saniah., S. Purnawan., S. Karina. 2014. The Characteristics and Mineral
Content of Coastal Sand from Lhok Mee, Beureunut and Leungah, Aceh
Besar District. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan,
vol.3. hal. 263-270.

Sutanto, S., M.J.E. van Roosmalen., G.J. Witkamp. 2013. Mechanical action in
CO2 dry cleaning. Journal of Supercritical Fluids.

Tjandrawinata, R.R. 2016. Industri 4.0 : Revolusi Industri dan Pengaruhnya pada
Bidang Kesehatan dan Bioteknologi. MEDICINUS

U.S. EPA (U.S. Environmental Protection Agency). 2012. IRIS Toxicological


Review of Tetrachloroethylene(Perchloroethylene) (Interagency Science
Discussion Draft)

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Mengenal Silika sebagai


Unsur Hara. Vol. 32. No. 3. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Yoshioka, T., Krauser, J. A., Guengerich, F. P. 2002. Tetrachloroethylene Oxide
: Hydrolytic Products and Reaction with Phosphate and Lysine. Chem
Res Toxicol

23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA DAN DOSEN PEMBIMBING

1. Ketua
1 Nama Lengkap Atika Ayu Permatasari

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Tempat Tanggal Lahir Karawang, 3 April 1999

4 Pengalaman Organisasi Sekretaris KIR SMA Negeri 1


Karawang 2014-2015

Staff Departemen Luar Negeri


Kabinet Palladium BE HIMAKA
FMIPA Unpad 2017

Kepala Departemen Hubungan


Eksternal kabinet Ruthenium BE
HIMAKA FMIPA Unpad 2018

Staff Humas BEM FMIPA Unpad


2018

5 Karya Ilmiah yang Pernah 1.Pembuatan Bioethanol dari


Dibuat Limbah Kertas

2.Pembuatan Mikrokapsul dari


Citrus aurantifolia Sebagai Anti
Nyamuk

6 Penghargaan Ilmiah yang Pernah -


Diraih

24
2. Anggota 1
1 Nama Lengkap Ghina Izdihar

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Tempat Tanggal Lahir Cirebon, 28 Juli 1998

4 Pengalaman Organisasi Wakil Ketua OSIS SMP Negeri 5


Cirebon (2011-2012)

Staff Karya Ilmiah Remaja (KIR)


SMA Negeri 2 Cirebon (2013-
2014)

Staff Divisi Pendidikan Dewan


Keamanan SMA Negeri 2
Cirebon (2014-2015)

Staff Departemen Event Rohis


Nurul ‘Ilmi (2017 dan 2019)

Kepala Departemen
Kesekretariatan BE HIMAKA
FMIPA Unpad (2018)

5 Karya Ilmiah yang Pernah 1. PAWAGIAL (Plastik Wrap


Dibuat sebagai Energi Listrk):
Optimalisasi Limbah Plastik Wrap
sebagai Penghasil Energi Listrik
Ramah Lingkungan Demi
Terwujudnya SDGs 2030

6 Penghargaan Ilmiah yang Pernah 1. Juara II LKTI Nasional Waste


Diraih Treatment Week di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya
(PPNS) (2018)

25
3. Anggota 2
1 Nama Lengkap Dini Oktaviani

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Tempat Tanggal Lahir Bandung, 19 Oktober 1998

4 Pengalaman Organisasi KIR SMA Negeri 1 Majalaya


2014-2015

Staff Departemen Karya Cipta BE


HIMAKA FMIPA Unpad 2018

5 Karya Ilmiah yang Pernah -


Dibuat

6 Penghargaan Ilmiah yang Pernah -


Diraih

26

Anda mungkin juga menyukai