Sub Tema :
TEKNOLOGI
Diusulkan Oleh :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
i
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, sahabatnya serta seluruh umatnya. Karya Tulis Ilmiah ini
berjudul “Pemanfaatan Silika Aerogel sebagai Alternatif Green Dry Cleaning
dalam Mewujudkan Revolusi Industri 4.0”.
3. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan......................................................................... i
Lembar Pernyataan ........................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................... iv
Daftar Isi............................................................................................ v
Daftar Tabel....................................................................................... vi
Daftar Gambar................................................................................... vii
Abstrak............................................................................................... viii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat............................................................... 3
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Industri Dry Cleaning……………….................................... 4
2.2 Perkloroetilen (PCE)…….................................................... . 4
2.3 Silika Aerogel……..……..................................................... 8
Bab III Metode Penulisan
3.1 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 11
3.2 Teknik Pengolahan Data....................................................... 11
3.3 Analisis …………................................................................. 11
3.3.1 Analisis Permasalahan dampak Penggunaan
Perkloroetilen (PCE) pada metode dry cleaning….............. . 12
3.3.2 Potensi Penggunaan Silika Aerogel sebagai
Bahan Pengganti Perkloroetilen (PCE) pada Metode
Dry Cleaning........................................................................ 12
3.4 Sintesis…………………………………………………...... 13
3.4.1. Formulasi Silika Aerogel sebagai Pengganti PCE
pada Metode Dry Cleaning………………………… 13
Bab IV Pembahasan....................................................................... . 16
4.1 Uraian Hasil Kajian………………………………………... 16
iv
4.2 Temuan…………………………………………………..... . 17
4.3 Ide Pengembangan dan Tujuan……………………….……. 18
4.4 Analisis SWOT………………………………………….…. 18
Bab V Simpulan dan Saran………………………………………... 20
5.1 Simpulan................................................................................ 20
5.2 Saran...................................................................................... 20
Daftar Pustaka................................................................................. 21
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
non kanker…………………………………………………. 5
vii
ABSTRAK
Di era modern ini aktivitas yang padat menyebabkan kebanyakan orang belum
mampu membagi waktu antara pekerjaan rumah dan aktivitas lainnya. Kesibukan
tersebut membuat kebanyakan orang tidak memprioritaskan pekerjaan rumah
salah satunya mencuci pakaian. Dalam hal ini, jasa laundry menjadi salah satu
solusinya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan permintaan pasar yang
meningkat, memunculkan metode baru untuk mencuci pakaian yang lebih efisien
yaitu metode Dry Cleaning. Dry Cleaning adalah proses pencucian pakaian
menggunakan bahan kimia dan teknik tertentu tanpa air atau biasa dikenal
dengan cuci kering. Metode ini membutuhkan bahan kimia khusus seperti
perkloroetilen. Menurut penelitian di America Cancer Society mengemukakan
bahwa paparan perkloroetilen dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
kanker sel darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menyintesis senyawa silika aerogel sebagai alternatif green Dry
Cleaning untuk menggantikan senyawa perkloroetilen. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sol-gel dan supercritical drying process. Hasil dari
penelitian ini diharapkan metode Dry Cleaning dengan senyawa silika aerogel
mampu meminimalisir kanker sel darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru
dengan harga yang lebih ekonomis, praktis, dan aman digunakan untuk
penggunanya.
Kata kunci: Dry cleaning, kanker, silika aerogel , sol-gel, supercritical drying
process
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
silika. Silika banyak ditemui di dalam bahan tambang atau galian yang berupa
mineral seperti pasir, granit dan feldsfar. Indonesia merupakan negara maritim
yang memiliki luas total perairan sebesar 6,4 juta m2 dengan panjang garis pantai
108 ribu km. Sehingga, di Indonesia pasir silika sangat melimpah dan berpotensi
untuk keberlanjutan pemanfaatannya dalam dry cleaning.
Pemanfaatan silika aerogel untuk metode dry cleaning belum ada yang
melaporkan, oleh karena itu, terdapat peluang yang besar untuk mewujudkan
inovasi ini. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk
menggantikan senyawa perkloroetilen yang bersifat karsinogenik dan toksik
dengan silika aerogel yang lebih aman dan murah sehingga dapat meningkatkan
nilai ekonomis dari metode dry cleaning.
Tujuan dari pemanfaatan silika aerogel sebagai alternatif green dry cleaning
sebagai gagasan untuk:
2
Manfaat dari pemanfaatan silika aerogel sebagai alternatif green dry cleaning
yaitu meminimalisir sel kanker darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru
dengan cara menggunakan senyawa silika aerogel sebagai alternatif metode dry
cleaning dengan harga yang lebih ekonomis, praktis, dan aman digunakan untuk
penggunanya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dry cleaning atau cuci kering adalah proses penghilangan kotoran dari
garmen/tekstil yang melibatkan pelarut tidak berair. Proses ini dikembangkan
karena beberapa jenis bahan tekstil dapat rusak oleh air, misalnya bahan tekstil
tersebut dapat mengerut, menyusut, dan lain-lain (Sutanto, 2013). Menurut Park
(2016), Dry cleaning atau cuci kering merupakan suatu industri bisnis yang
jumlahnya terbilang banyak di Amerika Serikat sekitar 36.000 toko dengan
mempekerjakan satu sampai empat jam pekerja untuk bekerja.
Pada proses cuci kering atau dry cleaning pembersih kering yang paling
umum digunakan adalah permbersih konvensional dari perkloroetilen. Meskipun
memiliki kinerja yang baik, PCE juga memiliki beberapa kelemahan seperti
berbagai efek toksik pada tubuh manusia (Sutanto, 2013).
4
produksi bahan kimia terklorinasi (Guha et al., 2012). Sejak 1950-an, itu
penggunaan PCE sebagai pelarut dry cleaning mulai banyak digunakan (IARC,
2014). Paparan PCE ke manusia diasumsikan sebagian besar melalui inhalasi,
karena rendahnya kelarutan dalam air dan tekanan uap yang tinggi. Sebagai bahan
kimia yang mudah menguap dengan sedikit kelarutan dalam air, PCE adalah
kontaminan umum di Indonesia udara ambien dan perkotaan, yang juga
ditemukan di tanah dan air minum (IARC, 2014). At National Priority List sites in
the United States, PCE adalah yang paling banyak banyak ditemukan kontaminan
air tanah (Fay dan Mumtaz,1996).
Baru-baru ini, risiko kanker dan non kanker akibat paparan PCE dievaluasi
oleh US Environmental Protection Agency (US EPA), International Agency for
Research on Cancer (IARC), National Toxicology Program (NTP) dan
California Environmental Protection Agency via Office of Environmental Health
Hazard Assessment (OEHHA), terangkum hasil seperti di bawah ini (Cichoki et
al., 2016):
Tabel 2.1. Tingkat toksiksitas PCE terhadap risiko kanker dan non kanker
5
Metabolisme PCE menghasilkan 2 jalur irreversibel yaitu (Lash and Parker,
2001):
Oksidasi terjadi secara dominan dalam hati ke intermediet oksida besi (Fe-O),
jalur oksidasi yang utama adalah diubah menjadi trikloro asetil klorida (TCAC),
yang akan dihidrolisis menghasilkan asam trikloroasetat (TCA), jalur oksidasi
selanjutnya adalah melalui epoksida(PCE-O), yang mengalami dekomposisi
menjadi etandioil diklorida (EDD) selanjutnya menjadi karbon monoksida (CO)
dan karbon dioksida(CO2) (Yoshioka, et al., 2002). Acid oxalic (OXA) sebagai
produk dari oksidasi PCE baik secara in vivo maupun in vitro (Pegg et al. 1979;
Yoshioka et al. 2002) atau melalui epoksida dan intermediet FeO. Konjugasi
dengan GSH yang terjadi di hati atau ginjal membentuk triklorovinil glutation
(TCVG), yang selanjutnya diproses melalui γ-glutamyl transpeptidase (GGT) dan
cysteinylglycine dipeptidase (DP) di ginjal membentuk konjugasi sistein S-
triklorovinil-1-sistein (TCVC). TCVC dapat dibioaktivasi melalui β-lyase atau
flavin monooksigenases (FMO3s) atau CYP3A ke spesies reaktif (Anders et al.
1988; Krause et al. 2003), dapat juga melalui N-asetilasi oleh N-asetiltransferase
(NAT)] menjadi merkapturat N-asetil triklorovinil sistein (NAcTCVC).
6
Gambar 2.1. Skema Metabolisme PCE (Guyton et al., 2014)
Perkloroetilen (PCE) adalah larutan bening, tidak berwarna, dan tidak
mudah terbakar dan mudah menguap pada suhu kamar. PCE telah digunakan
sebagai perantara di sintesis fluorokarbon, cairan isolasi/ pendingin di
transformator listrik, dan sebagai obat terhadap hewan cacing. Secara luas dikenal
untuk penggunaannya dalam dry cleaning kain dan untuk operasi degreasing
logam, seperti yang diperhitungkan untuk 80% hingga 85% dari semua cairan
pembersih kering yang digunakan. Penghirupan tetrakloretilen jangka pendek
dengan kadar sangat tinggi dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan serta depresi sistem saraf pusat. Sistem syaraf pusat, hati, ginjal,
sistem pernapasan, mata, dan kulit akibat toksisitas PCE pada manusia fungsi
saraf individu yang sehat sangat terpengaruh sebagai akibat dari paparan
lingkungan yang kronis PCE kontras visual yang diinduksi pelarut persisten cacat
sensitivitas yang meningkatkan risiko berkembang penyakit neurologis. Inhalasi
kronis akibat PCE dikaitkan dengan sakit kepala, gangguan kognitif, motorik
fungsi neurobehavioral, gangguan penglihatan warna, aritmia jantung, kerusakan
hati, dan efek samping pada ginjal. Selain itu, PCE dapat meningkatan risiko
kanker tertentu dalam dry cleaning pekerja terpapar selama bertahun-tahun.
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mendeklarasikan
bahwa PCE sangat berpotensi karsinogenik (Habib, et al., 2018).
7
Gambar 2.2 Hubungan antara paparan PCE dengan proses dry cleaning
(Kovacs et al., 2011)
Emisi PCE berasal dari proses dan dari penanganan serta penyimpanan
pakaian dry clean. Tingkat paparan PCE tergantung pada jenis peralatan
digunakan, pemeliharaan, prosesnya, penyimpanan dan penanganan pakaian,
menyimpan karakteristik aliran udara, dan waktu berada di tempat dry cleaning.
Untuk pelanggan, rute paparan PCE muncul dari kunjungan mereka ke petugas
kebersihan dan dari emisi pakaian di tempat-tempat mereka mengambil pakaian.
(Chao et al., 1999).
8
(leaching) seperti yang diperoleh di daerah Pantai Bancar, Tuban, Jawa Timur.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kandungan silika quartz sebesar 71,3%
yang berbentuk amorf (Ramadhan, et al., 2014).
9
Si(OC2H5)4 Si(OH)4+ 4C2H5OH
10
BAB III
METODE PENULISAN
3.3 Analisis
Dari data primer dan data sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya
penulis menganalisis data data tersebut. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode analisis kualitatif, yakni analisis data yang didasarkan pada
pengolahan data primer dan sekunder yang diperoleh dan penilaian penulis
terhadap masalah yang dianalisis.
11
3.3.1. Analisis Permasalahan dampak Penggunaan Perkloroetilen
(PCE) pada metode dry cleaning
Permasalahan metode dry cleaning merupakan masalah yang
kini tengah ramai diperbincangkan. Metode dry cleaning yang
menggunakan senyawa PCE untuk membersihkan pakaian dengan cepat
menimbulkan permasalahan salah satunya di bidang kesehatan.
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat metode dry cleaning
dengan PCE contohnya kanker paru-paru, leukimia, kanker hati, ginjal,
gangguan sistem pernafasan dan gangguan sistem reproduksi. Menurut
penelitian di America Cancer Society mengemukakan bahwa paparan
perkloroetilen dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker sel
darah putih (leukemia) dan kanker paru-paru. Emisi PCE berasal dari
proses dan penanganan serta penyimpanan pakaian dry clean.
Upaya pencegahan terhadap dampak penggunaan PCE pada
metode dry cleaning dapat dilakukan dengan meminimalisir
penggunaan PCE sebagai bahan dasar pada metode dry cleaning
menggunakan senyawa alternatif lain yang tidak menimbulkan
permasalahan di bidang kesehatan. Diperlukan strategi yang tepat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dimulai dari hal sederhana yaitu pemilihan metode mencuci
pakaian yang efektif dan efisien.
Sampai saat ini, belum terdapat metode yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan data yang didapatkan,
PCE masih menjadi senyawa utama yang digunakan pada metode dry
cleaning. Bagian selanjutnya, akan menjelaskan pentingnya model
penggunaan silika aerogel sebagai bahan alternatif pengganti PCE pada
metode dry cleaning.
3.3.2. Potensi Penggunaan Silika Aerogel sebagai Bahan Pengganti
Perkloroetilen (PCE) pada Metode Dry Cleaning
Di tengah era disrupsi teknologi saat ini, disebutkan bahwa
teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik,
digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan
12
interaksi manusia (Tjandrawinata, 2016). Revolusi industri 4.0 yaitu
kegiatan manufaktur yang terintegrasi melalui penggunaan teknologi
wireless dan big data secara masif. Setiap negara dituntut untuk
merespon perubahan era digitalisasi secara integratif dan komprehensif.
Memasuki tahun 2019 ini, peningkatan teknologi menimbulkan dampak
positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah teknologi dapat
membantu meringankan pekerjaan manusia di tengah padatnya aktivitas
sehari hari, namun juga menimbulkan dampak negatif yaitu teknologi
yang memanjakan manusia dalam penggunaannya berdampak kurang
baik untuk kehidupan manusia salah satunya di bidang kesehatan.
Peningkatan pengguna laundry di Indonesia merupakan peluang
yang harus dimanfaatkan untuk menciptakan suatu pengembangan
senyawa alternatif silika aerogel sebagai pengganti PCE pada metode
dry cleaning.
3.4 Sintesis
3.4.1 Formulasi Silika Aerogel sebagai Pengganti PCE pada
Metode Dry Cleaning
Gagasan baru yang digunakan sebagai alternatif pengganti PCE
pada dry cleaning adalah silika aerogel yang disintesis dengan metode
sol-gel. Sintesis silika aerogel ini adalah salah satu strategi yang dapat
diterapkan pada dry cleaning untuk meminimalisir risiko paparan PCE
yang bersifat karsinogenik dan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit lainnya seperti liver, ginjal, jantung, dan gangguan sistem
reproduksi.
Silika aerogel ini disintesis dari prekursor pasir dan
tetraetilortosilikat (TEOS). Berikut bagan alir sintesis silika aerogel
(Bramantya dkk., 2018) :
13
Pasir
Silika gel
Direndam dengan larutan campuran TEOS dan heksana dengan
perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:3 pada suhu 60 °C selama 24 jam
Direndam dengan etanol 10, 20 dan 30%
Dikeringkan dalam oven 100 °C selama 24 jam
Silika aerogel
14
Berikut adalah rancangan proses sintesis silika aerogel yang akan
diaplikasikan pada metode dry cleaning :
Gambar 3.4.1 Proses sintesis silika aerogel yang aplikasikan pada metode dry
cleaning.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
4.2 Temuan
Saat ini, penggunaan PCE dalam metode dry cleaning masih paling
dominan karena senyawa PCE masih mudah didapatkan secara komersil serta
masih rendahnya tingkat kesadaran dan ilmu pengetahuan masyarakat mengenai
bahaya senyawa PCE. Menurut FPA (2018) sudah ditemukan beberapa senyawa
sebagai alternatif senyawa PCE pada proses dry cleaning misalnya CO2 cair, DF
2000 hidrokarbon, liquid silika. Namun, senyawa alternatif tersebut belum
terjangkau oleh industri laundry yang ada di Indonesia karena harganya relatif
mahal dibandingkan dengan PCE.
Oleh karena itu, gagasan inovasi yang kami lakukan yaitu membuat
senyawa alternatif penggganti PCE dengan menggunakan silika yang berbahan
dasar pasir yang kemudian disintesis dalam bentuk aerogel dengan metode sol gel.
Silika yang digunakan berbahan dasar pasir karena bahan bakunya murah, mudah
didapatkan dari pantai Indonesia, sehingga sangat memungkinkan diterapkan di
Indonesia. Sehingga, terlihat ada kejelasan hubungan antara silika aerogel dan
metode dry cleaning. Silika aerogel berpotensi sebagai senyawa alternatif
pengganti PCE pada metode dry cleaning. Aerogel memiliki karakteristik
menahan panas sebagai insulator dan efek Knudsen yaitu konduktivitas termalnya
lebih rendah dari udara di sekelilingnya. Tingkat hidrofobisitas aerogel juga tinggi
sehingga banyak diaplikasikan untuk nanomaterial pelapis kain anti basah serta
bersifat lipofilik yang dapat mengikat lemak/minyak, sehingga menurut kami
silika dalam bentuk aerogel ini cocok untuk digunakan sebagai senyawa pengganti
PCE dalam metode dry cleaning. Metode sol-gel digunakan untuk sintesis aerogel
tersebut, kelebihan penggunaan metode ini diantaranya tingkat kemurnian yang
tinggi karena prekursornya dapat dimurnikan dengan cara distilasi dan
rekristalisasi, homogenitas yang baik karena reagen yang digunakan dicampur
pada ukuran atau tingkatan molekul serta porositasnya rendah atau tinggi. Dalam
proses sintesis aerogel digunakan reagen TEOS. TEOS adalah suatu etil ester dari
asam ortosilikat. Penggunaan reagen TEOS pada proses sintesis silika aerogel
sebagai agen pembentuk ikatan silang pada polimer silika, sehingga TEOS sangat
berperan penting dalam proses sintesis silika aerogel.
17
4.3 Ide pengembangan dan Tujuan
Ide pengembangan pada pengaplikasian silika aerogel untuk metode dry
cleaning merupakan inovasi terbaru karena belum pernah dilakukan, sehingga
perlu dilakukan guna mendapatkan senyawa alternatif pengganti PCE pada
metode dry cleaning. Tujuannya adalah untuk meringankan pekerjaan manusia di
era modern, dengan tidak menimbulkan dampak negatif di bidang kesehatan.
Berdasarkan hasil survei kepada 50 Responden menyatakan bahwa 64%
responden mengetahui adanya jasa dry cleaning di laundry namun 86%
diantaranya tidak mengetahui efek negatif dari penggunaan metode dry cleaning
di laundry. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ide pengembangan dari
metode dry cleaning ini perlu dilakukan guna meningkatkan edukasi masyarakat
umum terkait green dry cleaning salah satunya dengan silika aerogel serta
mengefektifkan kinerja laundry yang ada dengan meminimalisir efek negatif yang
ditimbulkan dari dry cleaning.
18
Tabel 4.4. Peluang silika aerogel sebagai alternatif senyawa PCE
pada metode dry cleaning berdasarkan analisis SWOT
Strength 1. Ramah lingkungan
2. Non-toksik
3. Bahan baku murah dan mudah didapatkan
4. Inovasi baru, belum pernah dilakukan
5. Mendukung green chemistry
Weakness 1. Proses pengerjaan butuh waktu yang lama
2. Biaya proses sol-gel cukup mahal
3. Jurnal pendukung masih terbatas
Opportunity 1. Meringankan pekerjaan manusia, tanpa
menimbulkan dampak negatif dibidang kesehatan
2. Suatu terobosan baru untuk menciptakan hasil
proses laundry yang aman untuk masyarakat
3. Membuka industri baru pembuatan silika
aerogel di Indonesia
Threat 1. Banyaknya produk green dry cleaning yang
lainnya seperti : karbon dioksida cair
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Senyawa silika aerogel dapat disintesis sebagai alternatif green dry
cleaning
2. Senyawa silika aerogel dapat diaplikasikan sebagai alternatif green dry
cleaning
5.2 Saran
Perlu dipelajari secara lebih komprehensif terkait dengan pengaruh silika
aerogel sebagai senyawa alternatif PCE pada metode dry cleaning, seperti
mewujudkan gagasan ini menjadi research secara langsung agar dampak
positif yang diharapkan dapat diwujudkan menjadi kenyataan.
20
DAFTAR PUSTAKA
America, Green. 2018. Efek Paparan Perkloroetilen. Dikutip 12 April 2019 dari
https://www.greenamerica.org/green-living
Bragmann, C.P and Goncalves, M.R.F. 2006. Thermal Insulators Made With Rice
Husk Ashes: Production and Correlation Between Properties and
Microstructure. Department of materials, school of engineering, federal
university of rio grande do sul. Brasil.
Bramantya, L.P., Yonando., M.Rifaldi., R.Oktavian. 2018 . Sintesis dan
Karakterisasi Silika Aerogel Hidrofobik dan Oliofilik Dari Pasir Laut
Sebagai Absorben Tumpahan Minyak. Jurnal Teknik Kimia dan
Lingkungan, 2 (2). 49-54.
Budiharti, G & Z.A.I. Supardi. 2015. Sintesis Nanopartikel Silika Menggunakan
Metode Sol-Gel. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. Volume 04 Nomor 03
Tahun 2015, hal 22 – 25.
C. Latif., T. Triwikantoro., M. Munasir. 2014. Pengaruh Variasi Temperatur
Kalsinasi Pada Struktur Silika. Jurnal Sains dan Seni Pomits, vol. 3, no.1,
hal. B4-B7.
Chao, C. Y. H., Tung, T. C. W., Niu, J. L., Pang, S. W. and Lee, R. Y. M. 1999.
Indoor perchloroethylene accumulation from dry cleaned clothing on
residential premises. Building and Environment. 34(3), 319–28.
Cichocki, J.A., Kathryn, Z.G., Guha, N., Chiu, W.A., Rusyn I., and Lash, L.H.
2016. Target Organ Metabolism, Toxicity, and Mechanism of
Trichloroethylene and Perchloroethylene: Key Similarities, Differences,
21
and Data Gaps. Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics. Wayne State University.
Della, V.P., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002. Rice Husk Ash an Alternate Source For
Active Silica Production. Materials Leters. Vol. 57. pp. 818-821.
Fay, R.M and Mumtaz, M.M. 1996. Development of a priority list of chemical
mixtures occurring at 1188 hazardous waste sites, using the HazDat
database. Food Chem Toxicol 34:1163–1165.
Guha, N., Loomis, D., Grosse, Y., Lauby, S.B., El Ghissassi, F., Bouvard, V.
2012. Carcinogenicity of Tetrachloroethylene, Trichloroethylene, Some
Other Chlorinated Solvents and Their Metabolites. Journal of Lancet
Oncology.
Guyton, Z.K., Hogan, K.A., Scott, C.S., Cooper, G.S., Bale, A.S., Kopylev, L et
al. 2014. Human Health Effects of Tetrachloroethylene : Key Findings
and Scientific Issues. Journal of Environmental Health Perspectives.
Washington DC.
Habib, S., Ahmed, H. O., Al-Muhairi, N., and Ziad, R. 2018. Preliminary Study :
Environmental Assessment of Perchloroethylene in Dry-Cleaning
Facilities in the UAE. Journal of Environmental and Public Health.
Krause, R. J., Lash, L. H., and Elfarra, A. A. 2003. Human Kidney Flavin
Containing Monooxygenases and Their Potential Roles in Cysteine S-
conjugate Metabolism and Nephrotoxicity. J Pharmacol Exp Ther
Kovacs, D.C., Fischhoff, B., and Small, M.J. 2011. Perceptions of PCE Use by
Dry Cleaners and Dry Cleaning Customers. Journal of Risk Research
Lash, L.H., Parker, J.C. 2001. Hepatic and renal toxicities associated with
perchloroethylene. Pharmacol Rev 53:177–208
22
Park, Jung-Keun. 2016. Job Hazard Analyses for Muscoloskeletal Disorder Risk
Factors in Pressing Operations of Dry-cleaning Establishments. Journal
of Safety and Health at Work. Vol. 1-5
Sutanto, S., M.J.E. van Roosmalen., G.J. Witkamp. 2013. Mechanical action in
CO2 dry cleaning. Journal of Supercritical Fluids.
Tjandrawinata, R.R. 2016. Industri 4.0 : Revolusi Industri dan Pengaruhnya pada
Bidang Kesehatan dan Bioteknologi. MEDICINUS
23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA DAN DOSEN PEMBIMBING
1. Ketua
1 Nama Lengkap Atika Ayu Permatasari
24
2. Anggota 1
1 Nama Lengkap Ghina Izdihar
Kepala Departemen
Kesekretariatan BE HIMAKA
FMIPA Unpad (2018)
25
3. Anggota 2
1 Nama Lengkap Dini Oktaviani
26