Anda di halaman 1dari 41

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

“BIOGAS ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN


PENGHASIL PUPUK ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN
DAN BERKELANJUTAN”

Oleh :
Mustawan, SST

i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Buku “Teknologi Biogas”
ini dapat terlaksana. Saya selaku penggerak dibidang pengelolaan limbah
khususnya pada pengembangan limbah menjadi Biogas mengucapkan terima
kasih kepada penulis yang telah meluangkan waktu dan pikiran dari penyusunan,
perbaikan, sampai terbitnya buku ini.
Buku Teknologi Biogas : “Biogas energi alternatif terbarukan penghasil
pupuk organik ramah lingkungan dan berkelanjutan” disusun atas dasar
pengalaman di lapangan dan penelitian, yang insya allah terdapat keseimbangan
antara aspek teknis dan aspek teoritis. Buku ini secara khusus dibuat untuk pegiat
teknologi biogas, dosen, mahasiswa, peneliti, dan masyarakat petani.
Buku ini merupakan buku pertama yang dibuat sebagai acuan serta
panduan dalam memahami teknologi biogas. Saya sangat berharap dengan
terbitnya buku “Teknologi Biogas : Biogas energi alternatif terbarukan penghasil
pupuk organik ramah lingkungan dan berkelanjutan” ini akan memotivasi dosen,
mahasiswa, peneliti maupun masyarakat petani secara teknis. Tak lupa saya
berharap buku ini dapat dijadikan referensi yang dibutuhkan dalam memahami
teori maupun teknis teknologi biogas. Semoga buku ini mampu memberi
kebermanfaatan bagi semua orang terutama bagi para pembacanya.
Dengan tersusunnya Buku “Teknologi Biogas : Biogas energi alternatif
terbarukan penghasil pupuk organik ramah lingkungan dan berkelanjutan” ini,
saya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Penyusun yang telah
bekerja dengan sungguh-sungguh. Kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya Buku ini, saya juga menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.

Bogor, 1 Januari 2020

Mustawan, SST
NIP. 19620207 198503 1 002

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... Iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ V
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ Vi
PENDAHULUAN............................................................................................
MANUSIA DAN KEBUTUHAN ENERGI................................................... 3
Sumber Energi Tak Terpisahkan Dari Manusia..................................... 3
Sumber Energi Utama dan Permasalahannya........................................ 3
Sumber Energi Alternatif Sebagai Pengganti Sumber Energi Utama... 4
Energi Biogas......................................................................................... 4
LIMBAH TERNAK PENGHASIL GASBIO................................................ 6
Hasil Utama Ternak............................................................................... 6
Hasil Sampingan Ternak........................................................................ 6
Ternak dan Permasalahan Lingkungan.................................................. 7
Gasbio Hasil Pemanfaaatan Kotoran Ternak......................................... 7
POTENSI GASBIO BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT....................... 9
Perkembangan biogas............................................................................ 9
Prinsip Pembuatan Biogas..................................................................... 9
PENENTUAN MODEL.................................................................................. 12
TEKNIK MEMBUAT UNIT GASBIO.......................................................... 14
Memilih Lokasi Kontruksi................................................................... 14
Alat dan Bahan Pembuatan.................................................................. 15
Cara Pembuatan................................................................................... 16
Uji Kebocoran...................................................................................... 22
Teknik Operasional.............................................................................. 25
PENGAPLIKASIAN BIOGAS PADA KOMPOR....................................... 27
Penerapan Biogas pada Kompor.......................................................... 27
Pemanfaatan Biogas............................................................................. 28
PUPUK ORGANIK DARI SISA PEMBUATAN GASBIO........................ 30

iii
Jenis Pupuk Organik............................................................................. 30
Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas................................................. 32
Proses Pemisahan Sludge Menjadi Pupuk Organik Cair dan Padat..... 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Perkiraan Energi Biogas............................................................... 5
Tabel 2. Hasil Kotoran Ternak Dewasa...................................................... 6
Tabel 3. Komposisi Biogas (%).................................................................. 9
Tabel 4. Alat dan Bahan............................................................................. 15

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Belajar Tentang Biogas............................................................... 10
Gambar 2. Penampungan Kotoran Sementara.............................................. 17
Gambar 3. Tabung Biodigester..................................................................... 18
Gambar 4. Wadah Penampung Sludge.......................................................... 19
Gambar 5. Tabung Penampung Gas.............................................................. 20
Gambar 6. Wadah Penampung Gas.............................................................. 21
Gambar 7. Kompor Biogas........................................................................... 27
Gambar 8. Pupuk Organik dari Biogas......................................................... 32

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sangat membebani masyarakat. Namun, kebijakan pemerintah untuk
menaikan harga ini sudah dipertimbangkan dengan matang. Permintaan konsumen
terhadap BBM di dunia yang semakin meningkat menyebabkan harga minyak
melambung. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah ada cara
untuk mengganti BBM tersebut? Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan
dalam berbagai riset. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah peternakan
sebagai pembuatan biogas.
Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang asing. Di Amerika ,
teknologi ini telah dipakai puluhan tahun yang lalu. Begitu juga di Indonesia.
walaupun demikian, masyarakat tetap lebih suka menggunakan bahan bakar
minyak karena lebih praktis digunakan. Namun dewasa ini, ketika harga BBM
melambung, tidak ada salahnya kita melihat kembali teknologi biogas yang
nantinya bisa diaplikasikan sebagai sumber energi alternatif.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila bahan organik
mengalami proses fermentasi dalam reaktor (Boidigester) dalam kondisi anaerob
(tanpa udara). Reaktor yang dipergunakan untuk menghasilkan biogas umumnya
disebut Digester atau Biodigester karena ditempat ini bakteri akan tumbuh dan
berkembang dengan mencerna bahan-bahan organik. Untuk mendapatkan hasil
dalam jumlah maupun kualitas yang baik maka suhu Digester perlu diatur agar
bakteri tersebut dapat berkembang dengan baik.
Di indonesia pemanfaatan biogas masih terbatas pada bahan bakar kompor
untuk memasak. Pemanfaatan biogas untuk kebutuhan rumah tangga ini, beberapa
penduduk di indonesia sudah mampu membuat reaktor biogas sendiri dengan
skala kecil. Reaktor biogas (Biodigester) untuk skala kecil umumnya dibuat dari
plastik maupun dari drum. Bahan baku biogas diperoleh dari kotoran sapi dengan
jumlah sapi bervariasi dari 2-5 ekor untuk skala kecil.
Limbah kotoran sapi sering tidak termanfaatkan dengan baik, para
peternak justru cendrung mengabaikan hal tersebut padahal kotoran sapi

1
mempunyai peranan penting untuk mendukung kebemanfaatan bagi para peternak
sapi. Limbah kotoran sapi timbul dari berbagai bagian ternak baik dari limbah
padat berupa feses dan sisa-sisa pakan, limbah cair berupa urin, air sisa pencucian
alat memerah dan air bekas memandikan sapi serta limbah gas berupa bau.
Limbah tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan dan juga menimbulkan
gangguan pada ternak serta peternak sendiri jika tidak ditangani dengan tepat.
Pembuangan limbah kotoran ternak tidak dilakukan disembarang tempat
apalagi pembuangan limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu, hal ini dapat
mencemari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peternak harus bisa
mengolah limbah ternaknya agar lingkungan sekitar tetap terjaga dan tidak ada
pihak yang dirugikan dengan pembuangan limbah tersebut. Sudah banyak isu jika
industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan akibat menumpuknya
limbah peternakan, sehingga perlu dilakukan pemanfaatan untuk menghasilkan
produk baru yang cukup menguntungkan.
Limbah biogas adalah pupuk organik yang tepat guna dari limbah
peternakan untuk produksi pertanian yang berkelanjutan, ramah lingkungan dan
bebas polusi (Rahman et al, 2010). Limbah biogas dapat meningkatkan produksi
pertanian karena kandungan hara, enzim dan hormon pertumbuhan yang terdapat
di dalamnya (Karki, 2001). Pupuk limbah biogas mempunyai manfaat yang sama
dengan pupuk kandang yaitu untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan
unsur hara yang diperlukan tanaman (Nugroho, 2012).
Limbah biogas kaya akan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor dan
material organik yang bernilai lainnya (Seleiman, 2012). Limbah biogas dapat
dimanfaatkan dalam bentuk limbah padat dan limbah cair. Limbah cair biogas
dapat digunakan sebagai pupuk organik cair (POC). Parnata (2004) menyebutkan
bahwa pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimia anorganik
maksimum 5%, sehingga kandungan NPK pupuk organik cair relatif rendah.
Berdasarkan asal bahannya, POC dapat digunakan selektif untuk spesies tanaman
tertentu atau pada usia pertumbuhan dan perkembangan tanaman (IFOAM, 1998).

2
BAB II
MANUSIA DAN KEBUTUHAN ENERGI

A. Sumber Energi tak Terpisahkan dari Manusia


Peradaban manusia terus berkembang seiringnya waktu. Sungguh tepat
ungkapan yang mengatakan “di dunia ini semuanya selalu berubah dan tidak ada
yang tetap, satu–satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri”. Perubahan ini
didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu
manusia pasti mengalami proses belajar.
Perubahan terjadi dalam segala sendi kehidupan, salah satu contoh dari
kehidupan manusia yang selalu berubah adalah pemanfaatan sumber energi bagi
kebutuhan manusia. Dahulu, sumber energi yang dimanfaatkan hanya yang
sederhana seperti kayu bakar atau semak kering untuk memasak makanan. Lama-
kelamaan ditemukan sumber energi lain yang tidak hanya digunakan untuk
memasak, tetapi hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan
pemanfaatan sumber energi.

B. Sumber Energi Utama dan Permasalahannya


Matahari merupakan sumber dari segala sumber energi yang telah
diciptakan oleh Tuhan untuk kemaslahatan makhluk hidup di dunia, energi yang
dipancarkan matahari sebagian besar merupakan energi panas. Sumber energi lain
selain matahari adalah minyak bumi, minyak bumi merupakan sumber energi fosil
yang memegang peranan sangat penting pada kehidupan manusia saaat ini.
Hampir semua hasil olahannya di manfaatkan dimanfaatkan sebagai sumber
energi. Hampir semua masyarakat di dunia bertumpu pada penggunan hasil
olahan minyak bumi, dari industri raksasa sampai ibu rumah tangga. Hal ini
menyebabkan minyak bumi menjadi barang mahal dan sering menimbulkan
masalah. Suatu kelemahan dari minyak bumi adalah sifatnya yang tidak bisa
diperbaharui. Proses pembentukan minyak bumi di dalam perut bumi
membutuhkan waktu berjuta-juta tahun. Sebaliknya, pengekploitasian minyak
bumi dilakukan setiap hari. Bisa dibayangkan bila setiap hari diambil dengan
jumlah besar maka minyak bumi bisa menipis dan habis.

3
Ditinjau dari segi kesehatan, masalah lain yang ditimbulkan oleh sumber
energi fosil adalah residu dari hasil pembakarannya. Masalah pembakaran olahan
minyak bumi ini menghasilkan polusi karena asap dan jelaga. Poses pembakaran
yang tidak sempurna akan menghasilkan karbon monoksida (Co) yang berbahaya
bagi metabolisme tubuh jika terhirup manusia.

C. Sumber Energi Alternatif Sebagai Pengganti Sumber Energi Utama


Kenaikan harga minyak dunia sangat berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakan Indonesia, terutama masyarakat kecil harga minyak dunia yang mahal
memaksa pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak, karena harga
bahan bakar minyak yang mahal sudah saatnya kita berfikir dan berusaha
mengembangkan kreatifitas dan kejelian untuk menghasilkan energi selain dari
minyak bumi. Indonesia memilki potensi kekayaan alam yang sangat melimpah
untuk menghasilkan sumber energi alternatif, sudah banyak penelitian ilmiah yang
dilakukan untuk menghasilkan energi alternatif, upaya yang harus kita lakukan
sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk menghasilkan
energi alternatif yang harganya terjangkau oleh manyarakat.

D. Energi Biogas
Nilai energi biogas jika dibandingkan dengan nilai energi bahan bakar
yang lain yaitu kalori dalam satu (1) m3 biogas setara dengan:
• 6 kwh energi listrik
• 0,62 liter minyak tanah
• 0,52 liter minyak solar atau minyak diesel
• 0,46 kg elpiji
• 3,50 kg kayu bakar
• 0,80 liter bensin
• 1,50 m3 gas kota
Campuran gas bio akan mudah terbakar jika kandungan gas metan lebih dari
50% Ketika gas dibakar, maka api yang terbentuk akan berwarna biru layaknya api dari
elpiji dan energi panas yang dihasilkan berkisar sekitar 5200-5900 kcal/m3 gas atau sama
halnya dengan memanaskan 65-73 liter air dari suhu 20°C sampai mendidik atau
menyalakan lampu dengan daya 50-100 watt selama 3-8 jam.

4
Perhitungan nilai energi yang dihasilkan dari biogas dapat dilakukan yaitu
dengan mengasumsi 1 kg kotoran sapi bisa menghasilkan 0,03 m3 gas. Jumlah
kotoran yang dihasilkan oleh satu ekor sapi tiap hari sekitar 10 kg. Maka
perkiraan jumlah sapi dewasa (berat 500 kg) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah gas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkiraan Energi Biogas

Ukuran Biogas Jumlah Sapi Kotoran


No. (m3) (ekor) (Kg) Energi (Kcal)

1 2 2-3 20-30 10400-18000

2 3 3-4 30-40 15600-17700

3 4 4-6 40-60 20800-23600

4 6 6-10 60-100 31200-35400

5 8 12-15 120-150 41600-47200

5
BAB III
LIMBAH TERNAK PENGHASIL GASBIO

A. Hasil Utama Ternak


Secara garis besar, ternak yang dipeliharra manusia meliputi sapi, kerbau,
domba, kambing, ayam, burung dan lain sebagainya, walaupun sekarang telah
banyak yang membudidayakan satwa harapan seperti cacing dan lebah madu.
Tidak dapat dipungkiri keberadaan ternak sangat penting bagi kehidupan manusia.
Tujuan pemeliharaan ternak yang paling utama adalah sebagai sumber
bahan makanan. Dari ternak dapat di peroleh daging, susu, dan telur sebagai
bahan pangan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Selain kandungna nutrisi
yang tinggi, produk ternak juga memiliki komposisi nutrisi yang seimbang.
Keadaan ini merupakan salah satu keunggulan produk hewani dibandingkan
dengan bahan pangan yang berasal dari tumbuhan. Selain itu protein hewani juga
lebih mudah dicerna dari pada protein nabati.

B. Hasil Sampingan Ternak


Suatu usaha peternakan pasti menghasilkan limbah, disamping hasil
utama. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan seperti usaha pembudidayaan ternak, rumah potong hewan dan
pengolahan produk ternak. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair
seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, tanduk, dan isi rumen. Volume limbah yang dihasilkan oleh usaha
peternakan tergantung dari spesies ternak, skala usaha, dan sistem perkandangan.
Limbah yang berupa feses, urine, dan sisa pakan bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bakupembuatan berbagai kebutuhan hidup, dari pupuk organik hingga penghasil
energi seperti biogas. Berikut adalah tabel potensi kotoran yang dihasilkan oleh
beberapa jenis ternak.
Tabel 2. Hasil kotoran ternak dewasa
Jenis Ternak Kotoran Padat Kotoran Cair
Sapi 23,59 9,07
Kuda 16,10 3,63
Babi 2,72 1,59

6
Domba 1,13 0.68
Ayam 0,05 -
Sumber : Teuscher dkk. dalam Bagyo Soeminto

C. Ternak dan Permasalahan Lingkungan


Usaha peternakan dapat memberikan manfaat yang besar dilihat dari
perannya sebagai penyedia protein hewani. Hal ini yang menjadi alasan
digalakkannya program peternakan. Namun disisi lain, peternakan juga menjadi
penyebab timmbulnya pencemaran. Hasil sampingan ternak berupa limbah dari
usaha yang semakin intensif dan skala usah besar akan menimbulkan masalah
yang kompleks. Selain baunya yang tidak sedap, keberadaannya juga mencemari
lingkungan, mengganggu pemandangan, dan bisa menjadi vektor penyakit.
Dipeternakan dengan skala kecil, masalah ini mungkin tidak begitu terasa,
berbeda dengan usaha peternakan dengan skala besar. Jika pengolahannya tidak
dilakukan secara baik akan berakibat buruk. Masyarakat disekitar peternakan yang
merasa terganggu dengan adanya limbah, bisa saja menuntut peternakan tersebut,
hal ini dapat mengancam keberlangsungan usaha peternakan.

D. Gasbio Hasil Pemanfaatan Kotoran Ternak


Mendirikan suatu peternakan harus dimulai dengan perencanaan yang
matang, tidak hanya terfokus pada aspek produksi utama, tetapi harus
memperhatikan faktor lain. Suatu peternakan yang layak sebaiknya mempunyai
mekanisme kerja yang baik dalam mengolah limbah yang dihasilkan, apalagi jika
suatu peternakan iu memiliki sekala usaha yang besar dan intensif.
Sebagai gambaran, seekor sapi dengan berat 454 kg akan menghasilkan 30
kg limbah feses dan urine setiap hari. Kita bisa membayangkan jika memelihara
100 ekor sapi, jumlah limbah yang dihasilkan sebesar 3 ton/hari. Sungguh, itu
adalah jumlah yang sangat besar keberadaan limbah ini tentu akan menjadi
masalah tersendiri bagi peternak dan menjadi penyebab gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.
Selama ini, limbah berupa feses dan urine banyak dimanfaatkan sebagai
pupuk oleh sebagian besar peternak, namun kebanyakan dari mereka langsung
membawanya kekebun tanpa melakukan pengomposan terlebih dahulu, padahal

7
feses tersebut masih bersifat panas dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.
Dari kebiasaan tersebut kita bisa mengefektifkan penggunaan limbah feces ternak
menjadi teknologi tepat guna yaitu biogas.

8
BAB IV
POTENSI GASBIO BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. Perkembangan biogas
Kotoran ternak berupa feses dan urine telah dimanfaatkan manusia sejak
berabad-abad yang lalu. Pemanfaatan utamanya adalah sebagai pupuk untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah. Seiring dengan peningkatan
penggunaan pupuk kimia, penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk semakin
berkurang. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan lagi pemanfaatan pupuk organik
dari kotoran ternak. Hal ini dipengaruhi oleh minat masyarakat terhadap prodduk
pertanian organik.
Bahan pangan organik dihasilkan dari sistem pertanian yang benar-benar
menggunakan bahan dari alam tanpa menggunakan bahan kimia seperti pupuk
kimia dan pestisida. Bahan pangan organik diyakini lebih sehat dan tidak
mengandung residu dan zat berbahaya. Pemanfaatan kotoran ternak dalam
bentuk lain adalah mengolahnya menjadi sumber energi dalam bentuk gas yang
sering disebut biogas.

B. Prinsip Pembuatan Biogas


Prinsip pembuatan biogas adalah adanya di komposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar berupa metan (yang emiliki sifat mudah terbakar dan karbon
dioksida). Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi
anaerob dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu
o
yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55 C pada suhu tersebut
mikroorganisme dapat bekerja secara optimal merombak bahan bahan organik.

Tabel 3. Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak
dengan sisa pertanian.
Biogas
Jenis Gas Campuran Kotoran Ternak
Kotoran Sapi
dan sisa Pertanian
Metan (CH4) 65,7 54-70

9
Karbon dioksida (CO2) 27,0 27-45
Nitrogen (N2) 2,3 0,5-3,0
Karbon monoksida (CO) 0 0,1
Oksigen (O2) 0,1 6,0
Propena (C3H8) 0,7 -
Hidrogen sulfida (H2S) - Sedikit
Nilai kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700
Sumber Harahap, dkk(1978)

Gambar 1. Belajar tentang biogas


Pembuatan biogas bukanlah teknologi yang baru, berbagai negara telah
mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu seperti petani di
Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat. Sementara itu, di Benua asia, India
merupakan pelopor dan pengguna energi biogas sejak masih dijajah Inggris.
Negara yang populasi ternaknya besar seperti Amerika, India, Taiwan,
Korea, dan Cina telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku
pembuatan bahan bakar. India membuat instalasi biogas sejak tahun 1900. Negara
tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti pemanfaatan limbah kotoran

10
ternak yang disebut Agricultural Research Institute dan Gobar Gas Research
Station. Data yang diperoleh menyebutkan bahwa pada tahun 1980 diseluruh
India terdapat 36.000 instalasi gas bio yang menggunakan feses sapi sebagai
bahan bakar.
Indonesia mulai mengadopsi teknologi pembuatan biogas pada awal tahun
1970-an. Tujuannya untuk memanfaatkan buangan sisa llimbah yang kurang
bermanfaat agar mempunyai nilai guna yang lebih tinggi. Tujuan lain adalah
mencari sumber energi lain selain minyak tanah dan kayu bakar, maka dari itu
biogas merupakan teknologi yang paling efektif sebagai sumber energi yang
termaksud.

11
BAB V
PENENTUAN MODEL

Model disini bukan seperti didalam ilmu statistik, melainkan merupakan


bentuk dan tata letak dari unit gas bio yang akan dikembangkan. Sebelum
penentuan model diputuskan, lebih baik diperjelas terlebih dahulu tentang tujuan
dan kegunaan unit gas bio dimasa mendatang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Kesalahan didalam meletakkan bangunan akan membuang biaya yang
tidak sedikit jumlahnya, disamping waktu dan tenaga. Untuk itu penentuan model
perlu direncanakan dengan baik.
Syarat utama yang perlu diperhatikan didalam membuat unit gas bio antara lain :
a. Rancangannya mudah dan sederhana
b. Bahan yang diperlukan murah dan mudah didapat.
c. Pemeliharaannya tidak rumit.
d. Hasil sampingannya mudah dimanfaatkan.

Empat syarat inilah yang harus diperhatikan oleh masyarakat dalam


pembuatan biogas atau gas bio tersebut.
a. Rancangan mudah dan sederhana
Rancangan yang dimaksud adalah rencana unit gas bio yang akan dibuat.
Unit gas bio yang akan di buat apabila terlalu sulit akan mempengaruhi proses
pemeliharaan selanjutnya. Petani/peternak yang akan membuat unit gas bio
umumnya berada di pendesaan dan pekerjaannya relatif banyak macamnya.
Sehingga dengan bekal pengetahuan yang tidak begitu banyak maka apabila
rancangannya mudah dan sederhana akan memperlancar proses pengelolaannya.

b. Bahan yang diperlukan murah dan mudah didapat


Pengenalan unit gas bio di pedesaan sudah banyak dilakukan, baik dari
bahan yang mudah didapat maupun yang sulit diperoleh. Kenyataan menunjukkan
bahwa bahan yang mudah didapat akan lebih cepat berkembang dari pada bahan
yang sulit diperoleh.

12
c. Pemeliharaannya tidak rumit.
Pemeliharaan unit gas bio merupakan salah satu faktor penting didalam
melestarikan produksi gas bio beserta limbahnya. Pemeliharaan unit gas bio yang
tidak terencana dapat mengakibatkan kemacetan. Unit gas bio minimal setiap satu
tahun harus dikuras guna menghindari penyumbatan. Karna bila terjadi
penyumbatan maka akan menyulitkan pengurasan dan perbaikan lanjutan.

d. Hasil sampingannya mudah dimanfaatkan


Membuat unit gas bio sebenarnya meniru perut ternak untuk
memperpanjang waktu proses pencernaan. Isi perut ternak secara alami keluar
sendiri. Sehingga isi tangki pencerna unit gas bio diusahakan juga dapat seperti
perut ternak tersebut.
Dewasa ini banyak percontohan unit gas bio yang diperkenalkan ke
masyarakat salah satunya yaitu “seluruh tangki pencerna berada dipermukaan
tanah” Seluruh tangki pencerna berada dipermukaan tanah kebanyakan terbuat
dari tong –tong bekas minyak tanah atau oli. Volume tangki pencerna tersebut
relatif kecil (sesuai dengan volume tong yang dipakai) sehingga produksi gas bio
tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Karna umumnya digunakan hanya
untuk penelitian saja. Akan tetapi bagaimana jika yang dipakai lebih dari 1 tong ?
maka tentu saja bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Hanya masalahnya
jika tong-tong tersebut rusak maka minat untuk memperbaikinya menjadi
berkurang, untuk itu tangki pencernanya harus dirawat dan dijaga dengan baik
agar kegunaannya dapat bertahan dalam jangka yang relatif lama.

13
BAB VI
TEKNIK MEMBUAT UNIT GASBIO

Sejauh ini gasbio sudah banyak diperkenalkan pada masyarakat


pendesaan, namun tidak jarang petani atau peternak yang mengetahui dengan
pasti teknik pembuatan unit gas bio yang baik. Di dalam pembuatan unit gas bio
yang perlu diperhatikan adalah penentuan model, memilih lokasi kontruksi,
tahapan pembuatan, uji kebocoran, teknik operasional dan hambatan yang
mungkin terjadi. Aspek-aspek tersebut menjadi peranan penting terhadap baik
atau tidaknya hasil gas bio dari segi material karena berkenaan dengan kontruksi
biogas.

Memilih Lokasi Konstruksi


Pemilihan wilayah konstruksi pada umumnya berdasarkan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Lokasi harus mempermudah pekerjaan.
2. Lokasi yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga biaya konstruksi
dapat diminimalisir.
3. Memilih lokasi yang mudah dijangkau untuk penggunaan dan pemeliharaan.
Tempat pengolahan, katup gas utama, saluran penggunaan, dan pengecekan
gas harus mudah dicapai.
4. Lokasi tempat pengolahan harus aman.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, pemilihan lokasi harus mempertimbangkan


hal berikut:
1) Agar dapat berfungsi efektif, suhu yang benar (20-35) harus dapat
dijaga di bagian dalam reaktor. Karenanya, tempat dingin dan berkabut
harus dihindari. Tempat hangat yang disinari matahari lebih baik.
2) Lokasi konstruksi harus memiliki permukaan yang datar.
3) Lokasi harus lebih tinggi dibandingkan sekitarnya untuk mencegah
genangan air dan memperlancar aliran bio-slurry dari outlet ke lubang
pembuatan kompos.

14
4) Tempat pengolahan harus berlokasi dekat dengan kandang ternak untuk
memudahkan penggunaan dan menghindari kehilangan bahan baku,
khususnya kotoran ternak.
5) Pertimbangkan jumlah air yang dibutuhkan untuk dicampur dengan
kotoran. Sumber air yang jauh akan merepotkan. Untuk menjaga air
supaya tidak terkena polusi, jarak sumur atau sumber mata air minimal
10-15 meter dari reaktor biogas, khususnya lubang bio-slurry.
6) Pipa gas yang terlalu panjang akan menambah resiko kebocoran gas dan
biaya yang lebih tinggi. Katup gas utama yang terpasang di atas
penampung gas harus dibuka dan ditutup sebelum dan sesudah biogas
digunakan. Akan lebih baik jika tempat pengolahan dekat dengan
tempat pemakaian.
7) Ujung tempat pengolahan minimal 2 meter dari fondasi rumah atau
bangunan lain.
8) Lubang kompos harus cukup luas karena bagian ini merupakan satu
kesatuan dari reaktor biogas.
9) Lokasi harus cukup jauh dari pepohonan untuk menghindari kerusakan
reaktor biogas yang disebabkan oleh akar pohon.
10) Jenis tanah harus dapat menahan muatan untuk mencegah bangunan
amblas ke dalam tanah (struktur tanah yang stabil).
11) Apabila luas tempat menjadi masalah, kandang hewan ternak dapat
didirikan di atas tempat pengolahan setelah reaktor biogas selesai dicor.

Perlu diingat bahwa memang sangat susah untuk memenuhi seluruh


pertimbanganyang disebutkan di atas. Namun, harus diupayakan agar sebagian
besar poin tersebut dapat terpenuhi.

Alat dan bahan pembuatan


Berikut bahan - bahan pembuatan tangki pencerna berada di permukaan
tanah beserta perkiraan harganya :
Tabel 4. Alat dan bahan
Harga
No Nama Bahan Volume
Satuan Jumlah

15
1 Drum Uk 200 liter 10 buah Rp 130.000 Rp 1.300.000
2 Pipa besi Uk 4m 2 meter Rp 100.000 Rp 200.000
3 Plat Esser Uk 0,7mm 1 meter Rp 75.000 Rp 75.000
4 Stopkran besi Uk 1/2in 6 buah Rp 50.000 Rp 300.000
5 Stopkran plastik Uk 1/2m 1 buah Rp 47.500 Rp 47.500
6 Sok besi Uk 1/2m 7 buah Rp 12.500 Rp 87.500
7 Slang plastik ± 50 meter Rp 12.500 Rp 625.000
8 Nepel 1/2m 6 buah Rp 12.500 Rp 75.000
9 Ongkos las 1 unit Rp 750.000 Rp 750.000
10 Pasir 1.5 m2 Rp 200.000 Rp 300.000
11 Bata pres 200 buah Rp 1.500 Rp 300.000
12 Semen 6 sak Rp 60.000 Rp 360.000
13 Tukang - tukang 3 hari Rp 150.000 Rp 450.000
- kenek 3 hari Rp 100.000 Rp 300.000
14 Lain – lain 10٪ - - -
Jumlah Rp 5.170.000 + 10٪ Rp 5.661.000

Cara pembuatan

Pembuatan instalasi biogas terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya


pembuatan penampung kotoran, tabung Biodigester, penampung sludge, tabung
penampung gas, dan wadah tabung penampung gas.

1. Pembuatan penampung kotoran


Penampung kotoran dibuat berdekatan dengan tabung biodigester
namun terpisah, hal ini bertujuan untuk mempermudah memasukan kotoran hasil
pengadukan ke dalam biodigester melalui lubang pemasukan (inlet). Ukuran
dari penampung kotoran ini berdiameter 40 cm dengan bahan bata dan semen
yang dibuat berbentuk bulat dengan tinggi 1 meter ketika penampung kotoran
jadi, pastikan tidak ada kebocoran pada penampung tersebut agar nantinya tidak
terkendala pada saat menampung feces ternak dan proses pengadukan antara feces
dan air.

16
Gambar 2. Penampung kotoran sementara

2. Pembuatan tabung Biodigester


Tabung ini terbuat dari enam buah drum ukuran 200 liter yang dirangkai
dengan cara di las pada bagian tertentu. Setelah dirangkaikan, tabung dilengkapi
dengan pipa pemasukan isian (inlet) dan pipa pengeluaran (outlet). Adapun tahap-
tahap pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Buka salah satu tutup bagian yang ada lubang pada drum pertama
b. Potong separuh salah satu tutup (bagian yang ada lubang) pada drum ke 1,
2, 3, dan 4.
c. Bersihkan drum yang akan dunakan dalam perangkaian tersebut dari
kotoran-kotoran yang menempel
d. Untuk uji kebocoran, masukan air kedalam drum yang akan dirangkai
tersebut, bila ada kebocoran maka dapat dilakukan pengelasan atau
dengan dempul
e. Buatlah lubang dengan diameter 5 cm tepat disisi tutup yang masih utuh
pada kedua drum pertama dan terakhir

17
f. Buatlah lubang berdiameter 1-1,5 cm di posisi atas drum yang terbuka
pada drum yang ke 4 (berlawanan dengan posisi lubang berdiameter 5
cm)
g. Sambungkan ke 6 drum dengan cara dilas di posisi yang terbuka. Untuk
memperkuat sambungan, bisa ditambah dengan baut dan mur. Sebelum
disambung, perlu diperhatikan agar kedua lubang yang telah dibuat tepat
pada posisi dasar
h. Sambungkan pipa pemasukan kotoran (inlet) 60 cm yang telah dilengkapi
corong pada salah satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat,
kemudian dilakukan pengelasan. Untuk memperkuat kedudukannya,
topang sambungan dengan pelat baja
i. Sambungkan pula pipa pengeluaran buangan (outlet) 60 cm pada salah
satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat, kemudian dilakukan
pengelasan. Untuk memperkuat kedudukannya, topang sambungan
dengan pelat baja
j. Sambungkan pipa pengeluaran gas dengan cara dilas pada lubang
berdiameter 1-1,5 cm pada drum ke empat tadi yang kemudian
sambungan tersebut dilengkapi dengan kran agar dapat membuka-tutup
untuk mengatur pengeluaran gas. Dengan demikian, pembuatan tabung
biodigester telah selesai.

Gambar 3. Tabung Biodigester

18
3. Pembuatan penampung sludge
Penampung sludge dibuat tepat pada bagian pengeluaran sludge (outlet),
secara otomatis ketika gas metan terbentuk maka kotoran didalam tabung
biodigester tersebut setelah mengalami fermentasi akan ditekan oleh gas metan
sehingga akan keluar melalui outlet, penampung sludge dibuat dengan ukuran
lebar 1 m3 dan ketinggian 50 cm dengan bentuk kotak, bahan dalam membuat
penampung sludge ini sama dengan bahan pembuatan penampung kotoran yaitu
bata dan semen.

Gambar 4. Wadah penampung sludge

4. Pembuatan tabung penampung gas


Tabung penampung gas ini dibuat terpisah dari tabung biodigester yang
terdiri dari empat drum berukuran 200 liter, pembuatannya lebih mudah
dibandingkan dengan tabung biodigester. Empat drum ini terdiri dari tiga drum
penampung gas dari biodigester dan satu drum dibuat terpisah dari tiga drum
sebelumnya, hal ini bertujuan untuk menekan gas metan yang akan disalurkan
pada kompor agar tekanannya dapat meningkat.

19
Gambar 5. Tabung Penampung Gas

Adapun pembuatannya adalah sebagai berikut :


1) Buka salah satu tutup pada setiap drum (bagian yang terdapat lubang
pemasukan minyak)
2) Bersihkan drum-drum tersebut dari kotoran yang menempel
3) Lakukan uji kebocoran pada ke empat drum tersebut dengan cara
memasukan air dan amati seluruh bagian drum apakah terdapat air
yang keluar dari masing-masing drum
4) Jika terdapat kebocoran maka dapat ditambal dengan cara dilas
maupun didempul
5) Buatlah dua lubang berdiameter 1-1,5 cm pada bagian tutup disetiap
drum, yang akan berfungsi sebagai selang alir gas
6) Pada kedua lubang tersebut di tiga drum pertama, dipasang pipa
berdiameter 1-1,5 cm dengan cara dilas. Salah satu pipa untuk
pemasukan gas dari tabung biodigester dan satu lagi yang telah
dilengkapi dengan kran untuk mengalirkan gas ke satu drum terakhir

20
7) Pada satu drum terakhir dipasang pipa berdiameter 1-1,5 cm dengan
cara dilas. Salah satu pipa untuk menampung gas dari ke tiga drum
sebelumnya dan satu lagi dibuat untuk aliran gas menuju kompor.
Dengan demikian maka pembuatan penampung gas telah selesai.

Tiga drum penampung gas dari biodigester tersebut akan mengalirkan gas
menuju satu drum yang dibuat terpisah tadi melalui pipa regulator yang dibuat di
setiap drum yang dilengkapi dengan kran penutup maupun pembuka gas, maka
dari hal tersebut tiga drum penampung gas tersebut akan seimbang dalam
mengalirkan gas di satu drum penampung gas terpisah yang terhubung langsung
menuju kompor.

5. Pembuatan wadah penampung gas


Wadah penampung gas ini dibuat dengan bentuk sama dengan pembuatan
penampung kotoran (bulat) hanya saja wadah penampung gas ini dibuat dengan
ukuran lebih tinggi dan jumlahnya sesuai dengan jumlah drum penampung gas
yaitu empat tempat, wadah ini dibuat dengan bahan bata dan semen. Tiga wadah
dibuat sejajar dan satu wadah lagi dibuat dibelakang tiga wadah pertama sesuai
dengan letak dan posisinya masing-masing.

Gambar 6. Wadah Penampung Gas


21
Setelah selesai maka dilakukan uji kebocoran dengan cara memasukan air
kedalam wadah tersebut, jika terjadi kebocoran maka dapat ditambal dengan
menambahkan semen pada daerah yang bocor. Setelah selesai maka drum tersebut
bisa diletakkan dimasing-masing posisi kemudian diisi dengan air, kemudian hal
yang tak kalah penting adalah membuat palang penyeimbang penampung gas agar
penampung gas tersebut dalam posisi seimbang. Adanya gas ditandai dengan
mengapungnya drum penampung gas tersebut.

Uji Kebocoran

Setelah tahap pembangunan dan instalasi pipa serta peralatan pendukung


selesai, dan sebelum memasukkan bahan baku kotoran dan air, reaktor biogas
harus diperiksa kekedapan air (pada reaktor) dan juga kekedapan gasnya (pada
penampungan gas - kubah dan sistem pengaliran pipa dan peralatan). Apabila
tempat reaktor tidak mampu menahan air, maka akan berisiko terjadi kebocoran.
Reaktor biogas yang bocor juga menyebabkan kerusakan mutu pupuk
alaminya. Sama halnya jika penampung gas tidak kedap, gas yang diproduksi
akan menguap ke udara yang menyebabkan kurangnya ketersediaan gas (pada
skala kecil) dan bahaya untuk lingkungan (pada skala besar).
Dengan kata lain, efisiensi dan efektivitas reaktor biogas sangat tergantung
pada daya tampung dan kekedapan tangki penyimpanan gas, pipa dan peralatan
pendukung lainnya, serta kekedapan air dari reaktor. Unit produksi biogas kecil
yang digunakan dapat mengurangi gas CO2. Namun, reaktor biogas itu
memproduksi metana, CH4, yang lebih kuat dari gas rumah kaca. Maka dari itu,
penyebaran gas (kebocoran metana) dari unit ini sangat penting bukan hanya dari
sudut pandang efisiensi produksi dan keamanan, namun juga kelestarian iklim dan
lingkungan hidup. Banyak dari unit ini, kecuali di Nepal, terdiri dari kubah batu
yang sebagian dibangun di tanah, tempat metana diproduksi.
Terdapat beberapa metode yang dapat dipraktikkan untuk mengecek
kekedapan air dan gas dari reaktor biogas. Namun demikian, metode pengujian ini
haruslah sesederhana mungkin sehingga dapat dilaksanakan di tingkat bawah
dengan kebutuhan waktu dan tenaga yang sedikit. Cara paling sederhana untuk uji
coba dijelaskan dibawah ini:

22
1. Mengecek Kekedapan Air
Setelah pekerjaan tahap akhir dalam reaktor selesai, harus benar-benar
dicek apabila ada retakan, meski hanya kecil di dinding dan lantai. Apabila
retakan terlihat, maka dapat diperbaiki dengan mengecat dan mendempul. Bila
tidak ada retak, langkah-langkah berikut harus diikuti untuk mengecek
kekedapan air:
1) Isi reaktor dengan air hingga mencapai overflow bioslurry pada tangki
outlet. Biarkan begitu selama 3 - 4 jam hingga dinding menyerap air.
2) Tandai tingginya air atau bioslurry pada dinding outlet ketika ketinggian
air stabil.
3) Biarkan selama 24 jam dan kembali cek tingginya air.
4) Amati perubahan ketinggian air setelah 24 jam. Ukur perbedaannya.
Apabila tingkat susutnya air lebih kecil dari 3 cm di tempat pengolahan
berukuran kecil (4 dan 6 m3) dan kurang dari 4 cm di tempat pengolahan
yang besar (8 dan 10 m3), maka reaktor dikatakan kedap air. Akan tetapi,
apabila tingkat susutnya air melebihi dari 4 cm dalam waktu 24 jam, maka
reaktor tidak kedap air.
5) Apabila penyusutan air berlangsung secara bertahap, tunggu sampai
ketinggian permukaan air menjadi statis. Air yang susut kemudian
berhenti pada ketinggian tertentu menandakan kebocoran terjadi di atas
ketinggian tersebut. Jika ketinggian air terus susut hingga lantai, maka
kebocoran mungkin terjadi di dasar dinding atau di lantai.
6) Lapisan tipis plester (5 - 7 mm), (perbandingan 1:3) yang mampu
menahan air harus digunakan di dinding reaktor untuk mencegah
kebocoran.

2. Mengecek kekedapan gas


1) Penampung gas
Untuk memeriksa kekedapan penampung gas, lakukan langkah-langkah
berikut:
a. Pastikan reaktor dan tangki outlet sudah kedap air.

23
b. Dari tempat pengolahan yang telah diisi (untuk memeriksa kekedapan air),
keluarkan air dari situ sampai ketinggiannya mencapai 15 cm di bawah
overflow.
c. Buka katup utama yang terletak di bagian paling atas kubah.
d. Pompa udara melalui sistem pipa (lebih disarankan untuk membuka
sambungan kompor dan selang pipa karet) dengan menggunakan pompa
ukuran kecil sebesar tangan/kaki yang mirip dengan pompa ban sepeda
hingga tingginya air mencapai tingginya overflow buangan di outlet.
Selain itu, tekanan dapat diamati pada meteran ukur tekanan yang
terpasang pada saluran pipa gas.
e. Tutup katup gas utama. Periksa bila ada kebocoran pada katup gas utama
dan pastikan bahwa tidak ada kebocoan di dalamnya.
f. Tandai tingginya air pada tangki outlet. Juga perhatikan cara baca ukuran
tekanan yang terpasang pada saluran pipa gas.
g. Tunggu selama lebih dari 4 jam.
h. Setelah 4 jam, ukur ketinggian air di outlet dan pada meteran ukur.
i. Apabila tingkat susutnya air di tangki outlet kurang dari 2 cm, maka
penampung gas kedap gas. Dan jika meteran tidak terjadi perbedaan
ketinggian lebih dari 2 cm, maka penampung tersebut kedap udara.
Apabila tingkat susutnya melebihi 2 cm, kubah sekali harus diperbaiki.

Catatan:
Pada saat memeriksa kekedapan gas di tempat penampung yang relatif besar
seperti tempat pengolah biogas, tempo ukur harus selama mungkin untuk hasil
yang lebih baik (24 jam). Penting untuk mengalokasikan waktu sehingga gas yang
ada di dalam tempat pengolahan dapat stabil terlebih dahulu. Apalagi, kebocoran
kecil saja dapat mengakibatkan perubahan tekanan udara, dan hal ini tidak mampu
dideteksi oleh peralatan yang sensitif sekalipun kecuali dalam waktu cukup lama.
Dapat juga dilakukan pengecekan kekedapan udara dari penampung, dengan
menggunakan tes asap. Untuk tes ini, asap yang memproduksi zat-zat seperti
sulfur, sebagian debu kering atau sekam padi, dapat ditempatkan dalam wadah
yang mengapung di air dalam reaktor guna menghasilkan asap. Atau, asap dapat

24
diinjeksi dari saluran pipa ke tempat pengolahan. Jika ada kebocoran di
penampung gas, asap akan keluar dengan mudah.

2) Sistem Pengaliran (Pipa dan Peralatan Lainnya)


Untuk memeriksa kebocoran dari pipa dan peralatan, ikutilah langkah-langkah
berikut:
a. Pastikan tidak ada kebocoran dari katup utama.
b. Tutup katup gas utama; keran gas, penyaring air atau katup di saluran
pipa. Pompa udara di sistem pengalir melalui selang karet yang
tersambung ke kompor dan saluran pipa hingga tekanan yang terbaca
di meteran ukur naik menjadi 20 cm kolom air.
c. Tunggu selama 2 jam.
d. Setelah 2 jam, catat tekanan yang terbaca pada meteran ukur.
e. Apabila tekanan berkurang lebih dari 2 cm kolom air, maka dapat
dipastikan ada kebocaran pada sistem pengaliran.
f. Untuk mencari tahu titik kebocoran, gunakan air sabun pada setiap
persimpangan dan peralatan pendukung.
g. Gelembung air sabun akan bergerak sangat cepat atau pecah bila ada
kebocoran.
h. Juga bisa dilakukan dengan menginjeksi asap ke dalam saluran pipa
guna memeriksa kebocoran di dalamnya.
i. Perbaki apabila ada kebocoran yang terdeteksi.

Teknik Operasional

Proses operasional biogas dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mencampur kotoran sapi


dengan air 1:1 pada bak
penampung sementara

25
2. Pada pencampuran feses sapi dan air kemudian dilakukan pengadukan
bertujuan untuk mempermudah pemasukan kedalam digester,
memaksimalkan produksi biogas serta menghin dari terbentuknya
endapan pada saluran masuk (inlet).
3. Masukan kotoran ternak yang telah
tercampur dengan air tersebut
kedalam lubang pemasukan (inlet)
sehingga kotoran tersebut akan
masuk ke tabung digester, ruang
digester berfungsi sebagai tempat
terjadinya proses digestion dan
dibuat kedap udara. Pada proses pemasukan pertama dibutuhkan kurang-
lebih 21 hari untuk dapat terciptanya gas metan hasil dari fermentasi
mikroba secara anaerob.
4. Buka kran alir gas metan yang
terdapat di atas digester sehingga
gas metan yang tercipta akan
memasuki melalui pipa-pipa yang
tersalur hingga menuju drum
penampung gas. Pada proses gas
metan tercipta didalam digester, gas
metan akan menekan kotoran yang telah mengalami proses digestion oleh
bakteri sehingga kotoran tersebut keluar melalui lubang outlet atau tempat
pengeluaran slurry (campuran kotoran dengan air).
5. Drum penampung biogas bertujuan
menyimpan biogas yang dihasilkan dari
proses digestion, gas yang telah tertampung di
dalam drum penampung gas siap dialirkan
pada kompor, sehingga kompor dapat
dinyalakan. Biogas ini tidak berbau seperti
kotoran sapi dan api yang dihasilkanpun akan
berwarna biru.

26
BAB VII

PENGAPLIKASIAN BIOGAS PADA KOMPOR

Penerapan Biogas pada Kompor

Penerapan atau pengaplikasian biogas pada kompor cukup mudah, kita


hanya perlu memasang dan menyatukan selang aliran gas ke kompor. Pada
sambungan antara selang aliran gas dan besi aliran masuk gas pada kompor yang
disambungkan diberi penguat cincin khusus agar tidak terjadi kebocoran pada
sambungan, perlu diketahui bahwa kompor yang digunakan adalah kompos
khusus non LPG (liquefied petroleum gas), akan tetapi jika ingin menggunakan
kompor LPG perlu sedikit modifikasi terlebih dahulu.

Gambar 7. Kompor biogas

Pada dasarnya, semua jenis kompor gas dapat digunakan dengan


menggunakan biogas. Dalam menggunakan kompor biogas, hal yang perlu
diperhatikan adalah kesesuaian campuran biogas dan udaranya. Jika campuran
gas dan udaranya tepat, api yang dihasilkan berwarna biru dan memiliki panas
yang tinggi. Jika kekurangan udara, nyala apinya kuning dan kurang panas.
Sebaliknya, jika kelebihan udara apinya akan mati dan biogasnya tidak mau
menyala.

27
Sebelum mengoperasikan kompor biogas pastikan dahulu bahwa
penampung biogas sudah terisi gas dan cukup untuk kegiatan memasak. Adapun
cara mengoperasikan kompor biogas adalah sebagai berikut :
1. Buka kran gas pada aliran gas antara pipa gas dan selang regulator
2. Nyalakan kran gas kompor, maka gas akan mengalir ke kompor
3. Kemudian nyalakan penyulut api dekat kompor
4. Setelah itu, dekatkan penyulut api yang telah menyala pada tungku
kompor sehingga komporpun akan menyala
5. Atur nyala api sesuai kebutuhan
6. Pastikan kebutuhan gas sesuai dan cukup untuk kegiatan memasak dengan
cara melihat penampung gas
7. Setelah selesai dalam penggunaannya, matikan kompor gas dan pastikan
untuk menutup kran gas secara aman.

Pemanfaatan Biogas
Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah :
1. Sumber bahan bakar gasdigunakan untuk kompor rumah tangga, penerangan,
pemanas air, dan lainnya.
2. Sumber bahan bakar gas untuk menghasilkan panas yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, misalnya pemanas air, pemanas udara, pengering, dan
lainnya.
3. Sumber bahan bakar gas untuk menggerakan motor bakar, turbin, dan lainnya
yang kemudian torsi yang diperoleh dapat digunakan untuk menggerakkan pompa
atau mesin-mesin yang lain.
4. Torsi dari motor bakar dan turbin berbahan bakar biogas selanjutnya dapat
digunakan untuk menggerakan generator dan diperoleh listrik.
Secara teoritis dapat dibuat suatu prediksi umum bahwa (Uli Werner,
1989) :
1. Untuk keperluan memasak, 1 orang rata-rata per-hari membutuhkan biogas
sebanyak 0,1 – 0,3 m3.

28
2. Untuk penerangan (petromaks), rata-rata membutuhkan biogas sebanyak 0,1-
0,15 m3 per-jam. Pendapat lain mengatakan bahwa 1 m3 dapat digunakan untuk
penerangan yang sebanding dengan lampu 60-100 W selama 6 jam.
3. Untuk pengganti bahan bakar bensin sebanyak 0,7 kg dibutuhkan biogas
sebanyak 1 m3.
4. Untuk menggerakan motor 1 hp selama 2 jam dibutuhkan biogas sebanyak 1
m3.
5. Untuk pembangkit listrik dengan motor bakar dibutuhkan biogas sebanyak 0,6
m3 per kwh.

29
BAB VIII
PUPUK ORGANIK DARI SISA PEMBUATAN GASBIO
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan yang dimasukkan ke dalam tanah
agar dapat menambah unsur hara yangdiperlukan tanah, baik secara langsung
maupun tidaklangsung. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk dibedakanmenjadi
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organikadalah pupuk yang bahan
dasarnya diambil dari alamdengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung
secaraalami. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanahpaling baik dan
alami dibandingkan dengan pupukanorganik (pupuk kimia).

Beberapa sifat pupuk organik yang menyebabkan pupuk ini sangat penting
bagi lahan pertanian sebagai berikut.
1. Memperbaiki sifat firsik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerasi dan drainase
lebih baik, meningkatkan pengikatan antar-partikel, serta meningkatkan kapasitas
mengikat air sehingga dapat mencegah erosi danlongsor
2. Memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu mempercepat perbanyakan fungi,
bakteri, mikroflora, dan mikcofaunatanah lainnya.
3. Memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat sehingga akan
membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral

Bentuk pupuk baikorganik maupun anorganik dapat berupapupuk padat


atau pupuk cair. Pupuk organik padat benupakompos. Pupuk organik cair
merupakan pupuk organikdalam bentuk cair, umumnya berupa ekstrak bahan
organikyang dilarutkan dengan pelarut sepertá air, alkohol, atauminyak.

Jenis Pupuk Organik

1. Pupuk Organik Padat


Salah satu jenis pupuk organik padat yang paling populeradalah kompos.
Kompos merupakan bahan organik yangberasal dari tumbuhan, hewan, dan
limbah organik yangtelah mengalami proses dekomposisi atau
fermentasi.Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposic)dan
stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalamkeadaan lingkungan yang

30
terkendali (terkontro), Hasil akhirdari proses ini adalah humus (kompos) yang
cukup stabiluntuk disimpan. Pengomposan dilakukan oleh
sejumlahmikroorganisme termasuk bakteri, jamur, protozoa,aktinomisetes, cacing
tanah, dan serangga. Populasi darisemua mikroorganisme sangat berfluktuasi
tergantung darikondisi pengomposan.
Dilakukannya proses pengomposan bertujuan untukmenstabilkan bahan
organik, mengurangi bau yang sangatmenyengat, mempermudah penanganan,
membunuh bibitgulma, membunuh organisme patogen dan parasit,
sertamenghasilkan bahan yang seragam sebagai pupuk organikSekarang, pupuk
organik sangat dibutuhkan petani karenaharga pupuk anorganik (pupuk kimia)
semakin mahal.
Proses pengomposan yang selama ini dilakukan dengan carakonvensional
membutuhkan waktu yang relatif lama, yaitu1,5-2 bulan. Namun, dengan
menggunakan bantuanaktivator berupa inokulan mikroorganisme komersial
dipasaran, proses pengomposan dapat dipercepat sehinggahanya membutuhkan
waktu 7 30 hari Selain inokulanmikroorganisme, jenis aktivator yang dapat
digunakanadalah cacing tanah (vermicomposting)Limbah yang dapat
dikomposkan secara umum disebutlimbah organik. Di Indonesia, limbah organik
yangberpotensi dijadikan kompos di antaranya limbah organikdari perkebunan
seperti limbah kelapa sawit, kakao, tebu, kelapa, dan tembakau, limbah dari
tanaman pangan sepertilimbah padi, jagung, kedelai, sayuran, dan kacang tanah,
limbah sampah kota, limbah pengolahan hasil pertanian kotoran ternak, dan
limbah pemotongan hewan.

2. Pupuk Organik Cair


Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnyaberasal dari hewan
atau tumbuhan yang sudah mengalamifermentasi dan bentuk produknya berupa
cairan. Kandunganbahan kimia di dalamnya maksimum 5%. Penggunaanpupuk
organik cair memiliki beberapa keuntungan sebagaiberikut :
a. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian
pupuk organik padat
b. Unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik cair lebihmudah diserap
tanaman.

31
c. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapatdalam pupuk organik
padat
d. Pencampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat dapat
mengaktifkan unsur hara yang ada dalampupuk organik padat tersebut.

Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas

Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas dapatdijadikan pupuk


organik, walaupun bentuknya berupalumpur (sludge). Pemanfaatan lumpur
keluaran biogas inisebagai pupuk dapat memberikan keuntungan yang
hampirsama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran biogas iniberbentuk
lumpur dan telah mengalami fermentasi anaerobsehingga bisa langsung digunakan
untuk memupuktanaman. Di suatu kawasan peternakan sapi perah, lumpurbiogas
dapat langsung dialirkan ke kebun rumput untukmemupuk rumput. Kualitasnya
akan lebih baik dibandingkan dengan kotoran sapi perah yang langsung dialirkan
kekebun rumput.

Gambar 8. Pupuk organik dari biogas

Mengapa kualitas lumpur sisa proses pembuatan biogas lebih baik


daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang?pada proses fermentasi
dalam digester terjadi perombakananaerobik bahan organik menjadi biogas dan

32
asam organikyang mempunyai berat melekul rendah (asam asetat, asampropionat,
asam butirat, dan asam laktat). Dengan demikiankonsentrasi N, P, dan K akan
meningkat. Dengan keadaanseperti ini, sludge (lumpur biogas) sudah menjadi
pupukorganik yang dapat dipisahkan menjadi pupuk organikpadat dan pupuk
organik cair
Unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair sebagiandapat langsung
diserap tanaman, sebagian lagi cepatteruraisehingga cepat juga diserap tanaman.
Menurut Suzuki dankawan-kawan dalam penelitiannya di Vietnam tahun
2001,sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikanpupuk karena
mengandung berbagai mineral yangdibutuhkan oleh tumbuhan seperti fosfor (P),
magnesium(Mg), kalsium (Ca), kalium (K), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Meskipun kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi,
tetapi pupuk organik mempunyaikeistemewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat
fisik tanah(permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, dayamenahan air,
dan kapasitas tukar kation tanah). Selain itupupuk organik memiliki fungsi untuk
menggemburkanlapisan tanah permukaan (topsoi), meningkatkan jasadrenik, serta
meningkatkan daya serap dan daya simpansehingga secara keseluruhan air dapat
meningkatkankesuburan tanah.

Proses Pemisahan Sludge Menjadi Pupuk Organik Cair dan Padat

Sludge (lumpur sisa pembuatan biogas) sudah mempunyaisifat seperti


kompos, tetapi karena bentuknya lumpur akanmenyulitkan dalam pengenasan dan
pengangkutan. Karenaitu, sebaiknya sludge dipisahkan menjadi bagian
padatandan cairan. Bagian padatan disebut pupuk organik padatdan bagian cairan
disebut pupuk organik cair. Kandunganunsur hara dalam kedua bagian ini masih
sama-sama tinggikarena beberapa unsur hara ada yang masih tertinggal
dalambagian padatan dan ada yang sudah larut dalam bagiancairannya.

Pemisahan sludge dapat dilakukan dengan cara dan alatyang sederhana.


Alat yang digunakan berupa saringan pasirsaringan yang terbuat dari kawat
nyamuk, dan saringankelapa. Berikut ini tahapan pemisahan sludge
hinggadiperoleh pupuk organik cair

33
1. Lumpur buangan sisa dari pembuatan biogas disaring menggunakan saringan
kawat halus dan ditampung dalam drum plastik. Selanjutnya, untuk
meningkatkan kualitas perlu ditambah dengan tepung tulang atau tepung
kerabang telur dan tepung darah, lalu dibiarkanselama 1 minggu
2. Setelah satu minggu, disaring lagi menggunakan kain bekas kemasan tepung
terigu, lalu diperas dengan cara memutar kain tadi. Cairan hasil penyaringan
tersebut ditampung dalam drum plastik, lalu biarkan selama 3 - 4 hari dan
dipasang aerator untuk membuang gas-gasyang tersisa.
3. Setelah itu, aerator dilepas, lalu dibiarkan selama dua hari agar partikel-partikel
yang masih ada mengendapdan cairan yang dihasilkan menjadi bening.
4. Cairan yang bening tadi dimasukkan ke dalam botol dan siap untuk dijual.

Bagian padatan yang telah diperoleh dikeringanginkanselama 7 hari. Setelah


kering, pupuk organik padat inidikemas dalam kantong plastik atau karung dan
siapdipasarkan. Jika untuk dipakai sendiri, pupuk organik padatini bisa langsung
digunakan untuk memupuk tanaman yang kita miliki. Pupuk organik cair yang
dihasilkan dapat dikemasdalam botol, jerigen, atau kantong plastik.
Untuk meningkatkan kadar unsur haranya, bagian sludgeyang cair dapat diolah
lebih lanjut sehingga pupuk organikcair mempunyai mutu lebih tinggi. Untuk
menambah unsurkalsium dan fosfor, bagian sludge yang cair dapat
ditambahtepung tulang, tepung kerabang telur, atau tepung darah.Bisa juga
ditambah dengan rempah seperti tepung kunyit,tepung jahe, atau bahan alami
lainnya yang berfungsisebagai pestisida nabati.

34
DAFTAR PUSTAKA

Karki, K.H. 2001. Response to Bio-Slurry Application on Maize and Cabbage in


Lalitpur District. Final Report. Ministry of Science and Technolog,
Alternative Energy and Promotion Centre.

Nugroho, C. 2012. Macam-Macam Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pernata, A. 2004. Pupuk Organik Cair ; aplikasi dan manfaatnya. Agromedia


pustaka Jakarta. 111 hal.

Rahman, S.M.E, Md. Rafiqul l, Md. Muklesur Rahman, Deog Hwan O.H, Chang
Six RA. 2010. The Effect og Biogas Slurry on the Production and
Quality og Maize fodder. Turk J Agric For 34 (2010) 91-99 © TÜBITAK
doi:10.3906/tar-0902-44

Saleiman, M.F, P. Makeela, A. Santanen and F. Stoddard. 2012. Effect of Sludge


and Germination and Growth and bioenergy crop. Maataloustieteen
Päivät 2012.

Uli, W. Ulrich, S. Nicolai, H. 1989, Biogas Plants in Animal Husbandry, GTZ,


Germany

35

Anda mungkin juga menyukai