Oleh :
Mustawan, SST
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Buku “Teknologi Biogas”
ini dapat terlaksana. Saya selaku penggerak dibidang pengelolaan limbah
khususnya pada pengembangan limbah menjadi Biogas mengucapkan terima
kasih kepada penulis yang telah meluangkan waktu dan pikiran dari penyusunan,
perbaikan, sampai terbitnya buku ini.
Buku Teknologi Biogas : “Biogas energi alternatif terbarukan penghasil
pupuk organik ramah lingkungan dan berkelanjutan” disusun atas dasar
pengalaman di lapangan dan penelitian, yang insya allah terdapat keseimbangan
antara aspek teknis dan aspek teoritis. Buku ini secara khusus dibuat untuk pegiat
teknologi biogas, dosen, mahasiswa, peneliti, dan masyarakat petani.
Buku ini merupakan buku pertama yang dibuat sebagai acuan serta
panduan dalam memahami teknologi biogas. Saya sangat berharap dengan
terbitnya buku “Teknologi Biogas : Biogas energi alternatif terbarukan penghasil
pupuk organik ramah lingkungan dan berkelanjutan” ini akan memotivasi dosen,
mahasiswa, peneliti maupun masyarakat petani secara teknis. Tak lupa saya
berharap buku ini dapat dijadikan referensi yang dibutuhkan dalam memahami
teori maupun teknis teknologi biogas. Semoga buku ini mampu memberi
kebermanfaatan bagi semua orang terutama bagi para pembacanya.
Dengan tersusunnya Buku “Teknologi Biogas : Biogas energi alternatif
terbarukan penghasil pupuk organik ramah lingkungan dan berkelanjutan” ini,
saya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Penyusun yang telah
bekerja dengan sungguh-sungguh. Kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya Buku ini, saya juga menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.
Mustawan, SST
NIP. 19620207 198503 1 002
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... Iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ V
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ Vi
PENDAHULUAN............................................................................................
MANUSIA DAN KEBUTUHAN ENERGI................................................... 3
Sumber Energi Tak Terpisahkan Dari Manusia..................................... 3
Sumber Energi Utama dan Permasalahannya........................................ 3
Sumber Energi Alternatif Sebagai Pengganti Sumber Energi Utama... 4
Energi Biogas......................................................................................... 4
LIMBAH TERNAK PENGHASIL GASBIO................................................ 6
Hasil Utama Ternak............................................................................... 6
Hasil Sampingan Ternak........................................................................ 6
Ternak dan Permasalahan Lingkungan.................................................. 7
Gasbio Hasil Pemanfaaatan Kotoran Ternak......................................... 7
POTENSI GASBIO BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT....................... 9
Perkembangan biogas............................................................................ 9
Prinsip Pembuatan Biogas..................................................................... 9
PENENTUAN MODEL.................................................................................. 12
TEKNIK MEMBUAT UNIT GASBIO.......................................................... 14
Memilih Lokasi Kontruksi................................................................... 14
Alat dan Bahan Pembuatan.................................................................. 15
Cara Pembuatan................................................................................... 16
Uji Kebocoran...................................................................................... 22
Teknik Operasional.............................................................................. 25
PENGAPLIKASIAN BIOGAS PADA KOMPOR....................................... 27
Penerapan Biogas pada Kompor.......................................................... 27
Pemanfaatan Biogas............................................................................. 28
PUPUK ORGANIK DARI SISA PEMBUATAN GASBIO........................ 30
iii
Jenis Pupuk Organik............................................................................. 30
Pupuk Organik Hasil Keluaran Biogas................................................. 32
Proses Pemisahan Sludge Menjadi Pupuk Organik Cair dan Padat..... 33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkiraan Energi Biogas............................................................... 5
Tabel 2. Hasil Kotoran Ternak Dewasa...................................................... 6
Tabel 3. Komposisi Biogas (%).................................................................. 9
Tabel 4. Alat dan Bahan............................................................................. 15
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Belajar Tentang Biogas............................................................... 10
Gambar 2. Penampungan Kotoran Sementara.............................................. 17
Gambar 3. Tabung Biodigester..................................................................... 18
Gambar 4. Wadah Penampung Sludge.......................................................... 19
Gambar 5. Tabung Penampung Gas.............................................................. 20
Gambar 6. Wadah Penampung Gas.............................................................. 21
Gambar 7. Kompor Biogas........................................................................... 27
Gambar 8. Pupuk Organik dari Biogas......................................................... 32
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sangat membebani masyarakat. Namun, kebijakan pemerintah untuk
menaikan harga ini sudah dipertimbangkan dengan matang. Permintaan konsumen
terhadap BBM di dunia yang semakin meningkat menyebabkan harga minyak
melambung. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah ada cara
untuk mengganti BBM tersebut? Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan
dalam berbagai riset. Salah satunya adalah pemanfaatan limbah peternakan
sebagai pembuatan biogas.
Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang asing. Di Amerika ,
teknologi ini telah dipakai puluhan tahun yang lalu. Begitu juga di Indonesia.
walaupun demikian, masyarakat tetap lebih suka menggunakan bahan bakar
minyak karena lebih praktis digunakan. Namun dewasa ini, ketika harga BBM
melambung, tidak ada salahnya kita melihat kembali teknologi biogas yang
nantinya bisa diaplikasikan sebagai sumber energi alternatif.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila bahan organik
mengalami proses fermentasi dalam reaktor (Boidigester) dalam kondisi anaerob
(tanpa udara). Reaktor yang dipergunakan untuk menghasilkan biogas umumnya
disebut Digester atau Biodigester karena ditempat ini bakteri akan tumbuh dan
berkembang dengan mencerna bahan-bahan organik. Untuk mendapatkan hasil
dalam jumlah maupun kualitas yang baik maka suhu Digester perlu diatur agar
bakteri tersebut dapat berkembang dengan baik.
Di indonesia pemanfaatan biogas masih terbatas pada bahan bakar kompor
untuk memasak. Pemanfaatan biogas untuk kebutuhan rumah tangga ini, beberapa
penduduk di indonesia sudah mampu membuat reaktor biogas sendiri dengan
skala kecil. Reaktor biogas (Biodigester) untuk skala kecil umumnya dibuat dari
plastik maupun dari drum. Bahan baku biogas diperoleh dari kotoran sapi dengan
jumlah sapi bervariasi dari 2-5 ekor untuk skala kecil.
Limbah kotoran sapi sering tidak termanfaatkan dengan baik, para
peternak justru cendrung mengabaikan hal tersebut padahal kotoran sapi
1
mempunyai peranan penting untuk mendukung kebemanfaatan bagi para peternak
sapi. Limbah kotoran sapi timbul dari berbagai bagian ternak baik dari limbah
padat berupa feses dan sisa-sisa pakan, limbah cair berupa urin, air sisa pencucian
alat memerah dan air bekas memandikan sapi serta limbah gas berupa bau.
Limbah tersebut menimbulkan pencemaran lingkungan dan juga menimbulkan
gangguan pada ternak serta peternak sendiri jika tidak ditangani dengan tepat.
Pembuangan limbah kotoran ternak tidak dilakukan disembarang tempat
apalagi pembuangan limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu, hal ini dapat
mencemari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peternak harus bisa
mengolah limbah ternaknya agar lingkungan sekitar tetap terjaga dan tidak ada
pihak yang dirugikan dengan pembuangan limbah tersebut. Sudah banyak isu jika
industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan akibat menumpuknya
limbah peternakan, sehingga perlu dilakukan pemanfaatan untuk menghasilkan
produk baru yang cukup menguntungkan.
Limbah biogas adalah pupuk organik yang tepat guna dari limbah
peternakan untuk produksi pertanian yang berkelanjutan, ramah lingkungan dan
bebas polusi (Rahman et al, 2010). Limbah biogas dapat meningkatkan produksi
pertanian karena kandungan hara, enzim dan hormon pertumbuhan yang terdapat
di dalamnya (Karki, 2001). Pupuk limbah biogas mempunyai manfaat yang sama
dengan pupuk kandang yaitu untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan
unsur hara yang diperlukan tanaman (Nugroho, 2012).
Limbah biogas kaya akan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor dan
material organik yang bernilai lainnya (Seleiman, 2012). Limbah biogas dapat
dimanfaatkan dalam bentuk limbah padat dan limbah cair. Limbah cair biogas
dapat digunakan sebagai pupuk organik cair (POC). Parnata (2004) menyebutkan
bahwa pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimia anorganik
maksimum 5%, sehingga kandungan NPK pupuk organik cair relatif rendah.
Berdasarkan asal bahannya, POC dapat digunakan selektif untuk spesies tanaman
tertentu atau pada usia pertumbuhan dan perkembangan tanaman (IFOAM, 1998).
2
BAB II
MANUSIA DAN KEBUTUHAN ENERGI
3
Ditinjau dari segi kesehatan, masalah lain yang ditimbulkan oleh sumber
energi fosil adalah residu dari hasil pembakarannya. Masalah pembakaran olahan
minyak bumi ini menghasilkan polusi karena asap dan jelaga. Poses pembakaran
yang tidak sempurna akan menghasilkan karbon monoksida (Co) yang berbahaya
bagi metabolisme tubuh jika terhirup manusia.
D. Energi Biogas
Nilai energi biogas jika dibandingkan dengan nilai energi bahan bakar
yang lain yaitu kalori dalam satu (1) m3 biogas setara dengan:
• 6 kwh energi listrik
• 0,62 liter minyak tanah
• 0,52 liter minyak solar atau minyak diesel
• 0,46 kg elpiji
• 3,50 kg kayu bakar
• 0,80 liter bensin
• 1,50 m3 gas kota
Campuran gas bio akan mudah terbakar jika kandungan gas metan lebih dari
50% Ketika gas dibakar, maka api yang terbentuk akan berwarna biru layaknya api dari
elpiji dan energi panas yang dihasilkan berkisar sekitar 5200-5900 kcal/m3 gas atau sama
halnya dengan memanaskan 65-73 liter air dari suhu 20°C sampai mendidik atau
menyalakan lampu dengan daya 50-100 watt selama 3-8 jam.
4
Perhitungan nilai energi yang dihasilkan dari biogas dapat dilakukan yaitu
dengan mengasumsi 1 kg kotoran sapi bisa menghasilkan 0,03 m3 gas. Jumlah
kotoran yang dihasilkan oleh satu ekor sapi tiap hari sekitar 10 kg. Maka
perkiraan jumlah sapi dewasa (berat 500 kg) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah gas dapat dilihat pada Tabel 1.
5
BAB III
LIMBAH TERNAK PENGHASIL GASBIO
6
Domba 1,13 0.68
Ayam 0,05 -
Sumber : Teuscher dkk. dalam Bagyo Soeminto
7
feses tersebut masih bersifat panas dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.
Dari kebiasaan tersebut kita bisa mengefektifkan penggunaan limbah feces ternak
menjadi teknologi tepat guna yaitu biogas.
8
BAB IV
POTENSI GASBIO BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT
A. Perkembangan biogas
Kotoran ternak berupa feses dan urine telah dimanfaatkan manusia sejak
berabad-abad yang lalu. Pemanfaatan utamanya adalah sebagai pupuk untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah. Seiring dengan peningkatan
penggunaan pupuk kimia, penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk semakin
berkurang. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan lagi pemanfaatan pupuk organik
dari kotoran ternak. Hal ini dipengaruhi oleh minat masyarakat terhadap prodduk
pertanian organik.
Bahan pangan organik dihasilkan dari sistem pertanian yang benar-benar
menggunakan bahan dari alam tanpa menggunakan bahan kimia seperti pupuk
kimia dan pestisida. Bahan pangan organik diyakini lebih sehat dan tidak
mengandung residu dan zat berbahaya. Pemanfaatan kotoran ternak dalam
bentuk lain adalah mengolahnya menjadi sumber energi dalam bentuk gas yang
sering disebut biogas.
Tabel 3. Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak
dengan sisa pertanian.
Biogas
Jenis Gas Campuran Kotoran Ternak
Kotoran Sapi
dan sisa Pertanian
Metan (CH4) 65,7 54-70
9
Karbon dioksida (CO2) 27,0 27-45
Nitrogen (N2) 2,3 0,5-3,0
Karbon monoksida (CO) 0 0,1
Oksigen (O2) 0,1 6,0
Propena (C3H8) 0,7 -
Hidrogen sulfida (H2S) - Sedikit
Nilai kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700
Sumber Harahap, dkk(1978)
10
ternak yang disebut Agricultural Research Institute dan Gobar Gas Research
Station. Data yang diperoleh menyebutkan bahwa pada tahun 1980 diseluruh
India terdapat 36.000 instalasi gas bio yang menggunakan feses sapi sebagai
bahan bakar.
Indonesia mulai mengadopsi teknologi pembuatan biogas pada awal tahun
1970-an. Tujuannya untuk memanfaatkan buangan sisa llimbah yang kurang
bermanfaat agar mempunyai nilai guna yang lebih tinggi. Tujuan lain adalah
mencari sumber energi lain selain minyak tanah dan kayu bakar, maka dari itu
biogas merupakan teknologi yang paling efektif sebagai sumber energi yang
termaksud.
11
BAB V
PENENTUAN MODEL
12
c. Pemeliharaannya tidak rumit.
Pemeliharaan unit gas bio merupakan salah satu faktor penting didalam
melestarikan produksi gas bio beserta limbahnya. Pemeliharaan unit gas bio yang
tidak terencana dapat mengakibatkan kemacetan. Unit gas bio minimal setiap satu
tahun harus dikuras guna menghindari penyumbatan. Karna bila terjadi
penyumbatan maka akan menyulitkan pengurasan dan perbaikan lanjutan.
13
BAB VI
TEKNIK MEMBUAT UNIT GASBIO
14
4) Tempat pengolahan harus berlokasi dekat dengan kandang ternak untuk
memudahkan penggunaan dan menghindari kehilangan bahan baku,
khususnya kotoran ternak.
5) Pertimbangkan jumlah air yang dibutuhkan untuk dicampur dengan
kotoran. Sumber air yang jauh akan merepotkan. Untuk menjaga air
supaya tidak terkena polusi, jarak sumur atau sumber mata air minimal
10-15 meter dari reaktor biogas, khususnya lubang bio-slurry.
6) Pipa gas yang terlalu panjang akan menambah resiko kebocoran gas dan
biaya yang lebih tinggi. Katup gas utama yang terpasang di atas
penampung gas harus dibuka dan ditutup sebelum dan sesudah biogas
digunakan. Akan lebih baik jika tempat pengolahan dekat dengan
tempat pemakaian.
7) Ujung tempat pengolahan minimal 2 meter dari fondasi rumah atau
bangunan lain.
8) Lubang kompos harus cukup luas karena bagian ini merupakan satu
kesatuan dari reaktor biogas.
9) Lokasi harus cukup jauh dari pepohonan untuk menghindari kerusakan
reaktor biogas yang disebabkan oleh akar pohon.
10) Jenis tanah harus dapat menahan muatan untuk mencegah bangunan
amblas ke dalam tanah (struktur tanah yang stabil).
11) Apabila luas tempat menjadi masalah, kandang hewan ternak dapat
didirikan di atas tempat pengolahan setelah reaktor biogas selesai dicor.
15
1 Drum Uk 200 liter 10 buah Rp 130.000 Rp 1.300.000
2 Pipa besi Uk 4m 2 meter Rp 100.000 Rp 200.000
3 Plat Esser Uk 0,7mm 1 meter Rp 75.000 Rp 75.000
4 Stopkran besi Uk 1/2in 6 buah Rp 50.000 Rp 300.000
5 Stopkran plastik Uk 1/2m 1 buah Rp 47.500 Rp 47.500
6 Sok besi Uk 1/2m 7 buah Rp 12.500 Rp 87.500
7 Slang plastik ± 50 meter Rp 12.500 Rp 625.000
8 Nepel 1/2m 6 buah Rp 12.500 Rp 75.000
9 Ongkos las 1 unit Rp 750.000 Rp 750.000
10 Pasir 1.5 m2 Rp 200.000 Rp 300.000
11 Bata pres 200 buah Rp 1.500 Rp 300.000
12 Semen 6 sak Rp 60.000 Rp 360.000
13 Tukang - tukang 3 hari Rp 150.000 Rp 450.000
- kenek 3 hari Rp 100.000 Rp 300.000
14 Lain – lain 10٪ - - -
Jumlah Rp 5.170.000 + 10٪ Rp 5.661.000
Cara pembuatan
16
Gambar 2. Penampung kotoran sementara
17
f. Buatlah lubang berdiameter 1-1,5 cm di posisi atas drum yang terbuka
pada drum yang ke 4 (berlawanan dengan posisi lubang berdiameter 5
cm)
g. Sambungkan ke 6 drum dengan cara dilas di posisi yang terbuka. Untuk
memperkuat sambungan, bisa ditambah dengan baut dan mur. Sebelum
disambung, perlu diperhatikan agar kedua lubang yang telah dibuat tepat
pada posisi dasar
h. Sambungkan pipa pemasukan kotoran (inlet) 60 cm yang telah dilengkapi
corong pada salah satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat,
kemudian dilakukan pengelasan. Untuk memperkuat kedudukannya,
topang sambungan dengan pelat baja
i. Sambungkan pula pipa pengeluaran buangan (outlet) 60 cm pada salah
satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat, kemudian dilakukan
pengelasan. Untuk memperkuat kedudukannya, topang sambungan
dengan pelat baja
j. Sambungkan pipa pengeluaran gas dengan cara dilas pada lubang
berdiameter 1-1,5 cm pada drum ke empat tadi yang kemudian
sambungan tersebut dilengkapi dengan kran agar dapat membuka-tutup
untuk mengatur pengeluaran gas. Dengan demikian, pembuatan tabung
biodigester telah selesai.
18
3. Pembuatan penampung sludge
Penampung sludge dibuat tepat pada bagian pengeluaran sludge (outlet),
secara otomatis ketika gas metan terbentuk maka kotoran didalam tabung
biodigester tersebut setelah mengalami fermentasi akan ditekan oleh gas metan
sehingga akan keluar melalui outlet, penampung sludge dibuat dengan ukuran
lebar 1 m3 dan ketinggian 50 cm dengan bentuk kotak, bahan dalam membuat
penampung sludge ini sama dengan bahan pembuatan penampung kotoran yaitu
bata dan semen.
19
Gambar 5. Tabung Penampung Gas
20
7) Pada satu drum terakhir dipasang pipa berdiameter 1-1,5 cm dengan
cara dilas. Salah satu pipa untuk menampung gas dari ke tiga drum
sebelumnya dan satu lagi dibuat untuk aliran gas menuju kompor.
Dengan demikian maka pembuatan penampung gas telah selesai.
Tiga drum penampung gas dari biodigester tersebut akan mengalirkan gas
menuju satu drum yang dibuat terpisah tadi melalui pipa regulator yang dibuat di
setiap drum yang dilengkapi dengan kran penutup maupun pembuka gas, maka
dari hal tersebut tiga drum penampung gas tersebut akan seimbang dalam
mengalirkan gas di satu drum penampung gas terpisah yang terhubung langsung
menuju kompor.
Uji Kebocoran
22
1. Mengecek Kekedapan Air
Setelah pekerjaan tahap akhir dalam reaktor selesai, harus benar-benar
dicek apabila ada retakan, meski hanya kecil di dinding dan lantai. Apabila
retakan terlihat, maka dapat diperbaiki dengan mengecat dan mendempul. Bila
tidak ada retak, langkah-langkah berikut harus diikuti untuk mengecek
kekedapan air:
1) Isi reaktor dengan air hingga mencapai overflow bioslurry pada tangki
outlet. Biarkan begitu selama 3 - 4 jam hingga dinding menyerap air.
2) Tandai tingginya air atau bioslurry pada dinding outlet ketika ketinggian
air stabil.
3) Biarkan selama 24 jam dan kembali cek tingginya air.
4) Amati perubahan ketinggian air setelah 24 jam. Ukur perbedaannya.
Apabila tingkat susutnya air lebih kecil dari 3 cm di tempat pengolahan
berukuran kecil (4 dan 6 m3) dan kurang dari 4 cm di tempat pengolahan
yang besar (8 dan 10 m3), maka reaktor dikatakan kedap air. Akan tetapi,
apabila tingkat susutnya air melebihi dari 4 cm dalam waktu 24 jam, maka
reaktor tidak kedap air.
5) Apabila penyusutan air berlangsung secara bertahap, tunggu sampai
ketinggian permukaan air menjadi statis. Air yang susut kemudian
berhenti pada ketinggian tertentu menandakan kebocoran terjadi di atas
ketinggian tersebut. Jika ketinggian air terus susut hingga lantai, maka
kebocoran mungkin terjadi di dasar dinding atau di lantai.
6) Lapisan tipis plester (5 - 7 mm), (perbandingan 1:3) yang mampu
menahan air harus digunakan di dinding reaktor untuk mencegah
kebocoran.
23
b. Dari tempat pengolahan yang telah diisi (untuk memeriksa kekedapan air),
keluarkan air dari situ sampai ketinggiannya mencapai 15 cm di bawah
overflow.
c. Buka katup utama yang terletak di bagian paling atas kubah.
d. Pompa udara melalui sistem pipa (lebih disarankan untuk membuka
sambungan kompor dan selang pipa karet) dengan menggunakan pompa
ukuran kecil sebesar tangan/kaki yang mirip dengan pompa ban sepeda
hingga tingginya air mencapai tingginya overflow buangan di outlet.
Selain itu, tekanan dapat diamati pada meteran ukur tekanan yang
terpasang pada saluran pipa gas.
e. Tutup katup gas utama. Periksa bila ada kebocoran pada katup gas utama
dan pastikan bahwa tidak ada kebocoan di dalamnya.
f. Tandai tingginya air pada tangki outlet. Juga perhatikan cara baca ukuran
tekanan yang terpasang pada saluran pipa gas.
g. Tunggu selama lebih dari 4 jam.
h. Setelah 4 jam, ukur ketinggian air di outlet dan pada meteran ukur.
i. Apabila tingkat susutnya air di tangki outlet kurang dari 2 cm, maka
penampung gas kedap gas. Dan jika meteran tidak terjadi perbedaan
ketinggian lebih dari 2 cm, maka penampung tersebut kedap udara.
Apabila tingkat susutnya melebihi 2 cm, kubah sekali harus diperbaiki.
Catatan:
Pada saat memeriksa kekedapan gas di tempat penampung yang relatif besar
seperti tempat pengolah biogas, tempo ukur harus selama mungkin untuk hasil
yang lebih baik (24 jam). Penting untuk mengalokasikan waktu sehingga gas yang
ada di dalam tempat pengolahan dapat stabil terlebih dahulu. Apalagi, kebocoran
kecil saja dapat mengakibatkan perubahan tekanan udara, dan hal ini tidak mampu
dideteksi oleh peralatan yang sensitif sekalipun kecuali dalam waktu cukup lama.
Dapat juga dilakukan pengecekan kekedapan udara dari penampung, dengan
menggunakan tes asap. Untuk tes ini, asap yang memproduksi zat-zat seperti
sulfur, sebagian debu kering atau sekam padi, dapat ditempatkan dalam wadah
yang mengapung di air dalam reaktor guna menghasilkan asap. Atau, asap dapat
24
diinjeksi dari saluran pipa ke tempat pengolahan. Jika ada kebocoran di
penampung gas, asap akan keluar dengan mudah.
Teknik Operasional
25
2. Pada pencampuran feses sapi dan air kemudian dilakukan pengadukan
bertujuan untuk mempermudah pemasukan kedalam digester,
memaksimalkan produksi biogas serta menghin dari terbentuknya
endapan pada saluran masuk (inlet).
3. Masukan kotoran ternak yang telah
tercampur dengan air tersebut
kedalam lubang pemasukan (inlet)
sehingga kotoran tersebut akan
masuk ke tabung digester, ruang
digester berfungsi sebagai tempat
terjadinya proses digestion dan
dibuat kedap udara. Pada proses pemasukan pertama dibutuhkan kurang-
lebih 21 hari untuk dapat terciptanya gas metan hasil dari fermentasi
mikroba secara anaerob.
4. Buka kran alir gas metan yang
terdapat di atas digester sehingga
gas metan yang tercipta akan
memasuki melalui pipa-pipa yang
tersalur hingga menuju drum
penampung gas. Pada proses gas
metan tercipta didalam digester, gas
metan akan menekan kotoran yang telah mengalami proses digestion oleh
bakteri sehingga kotoran tersebut keluar melalui lubang outlet atau tempat
pengeluaran slurry (campuran kotoran dengan air).
5. Drum penampung biogas bertujuan
menyimpan biogas yang dihasilkan dari
proses digestion, gas yang telah tertampung di
dalam drum penampung gas siap dialirkan
pada kompor, sehingga kompor dapat
dinyalakan. Biogas ini tidak berbau seperti
kotoran sapi dan api yang dihasilkanpun akan
berwarna biru.
26
BAB VII
27
Sebelum mengoperasikan kompor biogas pastikan dahulu bahwa
penampung biogas sudah terisi gas dan cukup untuk kegiatan memasak. Adapun
cara mengoperasikan kompor biogas adalah sebagai berikut :
1. Buka kran gas pada aliran gas antara pipa gas dan selang regulator
2. Nyalakan kran gas kompor, maka gas akan mengalir ke kompor
3. Kemudian nyalakan penyulut api dekat kompor
4. Setelah itu, dekatkan penyulut api yang telah menyala pada tungku
kompor sehingga komporpun akan menyala
5. Atur nyala api sesuai kebutuhan
6. Pastikan kebutuhan gas sesuai dan cukup untuk kegiatan memasak dengan
cara melihat penampung gas
7. Setelah selesai dalam penggunaannya, matikan kompor gas dan pastikan
untuk menutup kran gas secara aman.
Pemanfaatan Biogas
Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah :
1. Sumber bahan bakar gasdigunakan untuk kompor rumah tangga, penerangan,
pemanas air, dan lainnya.
2. Sumber bahan bakar gas untuk menghasilkan panas yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, misalnya pemanas air, pemanas udara, pengering, dan
lainnya.
3. Sumber bahan bakar gas untuk menggerakan motor bakar, turbin, dan lainnya
yang kemudian torsi yang diperoleh dapat digunakan untuk menggerakkan pompa
atau mesin-mesin yang lain.
4. Torsi dari motor bakar dan turbin berbahan bakar biogas selanjutnya dapat
digunakan untuk menggerakan generator dan diperoleh listrik.
Secara teoritis dapat dibuat suatu prediksi umum bahwa (Uli Werner,
1989) :
1. Untuk keperluan memasak, 1 orang rata-rata per-hari membutuhkan biogas
sebanyak 0,1 – 0,3 m3.
28
2. Untuk penerangan (petromaks), rata-rata membutuhkan biogas sebanyak 0,1-
0,15 m3 per-jam. Pendapat lain mengatakan bahwa 1 m3 dapat digunakan untuk
penerangan yang sebanding dengan lampu 60-100 W selama 6 jam.
3. Untuk pengganti bahan bakar bensin sebanyak 0,7 kg dibutuhkan biogas
sebanyak 1 m3.
4. Untuk menggerakan motor 1 hp selama 2 jam dibutuhkan biogas sebanyak 1
m3.
5. Untuk pembangkit listrik dengan motor bakar dibutuhkan biogas sebanyak 0,6
m3 per kwh.
29
BAB VIII
PUPUK ORGANIK DARI SISA PEMBUATAN GASBIO
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan yang dimasukkan ke dalam tanah
agar dapat menambah unsur hara yangdiperlukan tanah, baik secara langsung
maupun tidaklangsung. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk dibedakanmenjadi
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organikadalah pupuk yang bahan
dasarnya diambil dari alamdengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung
secaraalami. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanahpaling baik dan
alami dibandingkan dengan pupukanorganik (pupuk kimia).
Beberapa sifat pupuk organik yang menyebabkan pupuk ini sangat penting
bagi lahan pertanian sebagai berikut.
1. Memperbaiki sifat firsik tanah, yaitu tanah menjadi gembur, aerasi dan drainase
lebih baik, meningkatkan pengikatan antar-partikel, serta meningkatkan kapasitas
mengikat air sehingga dapat mencegah erosi danlongsor
2. Memperbaiki sifat biologi tanah, yaitu mempercepat perbanyakan fungi,
bakteri, mikroflora, dan mikcofaunatanah lainnya.
3. Memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) serta meningkatkan ketersediaan hara dan asam humat sehingga akan
membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral
30
terkendali (terkontro), Hasil akhirdari proses ini adalah humus (kompos) yang
cukup stabiluntuk disimpan. Pengomposan dilakukan oleh
sejumlahmikroorganisme termasuk bakteri, jamur, protozoa,aktinomisetes, cacing
tanah, dan serangga. Populasi darisemua mikroorganisme sangat berfluktuasi
tergantung darikondisi pengomposan.
Dilakukannya proses pengomposan bertujuan untukmenstabilkan bahan
organik, mengurangi bau yang sangatmenyengat, mempermudah penanganan,
membunuh bibitgulma, membunuh organisme patogen dan parasit,
sertamenghasilkan bahan yang seragam sebagai pupuk organikSekarang, pupuk
organik sangat dibutuhkan petani karenaharga pupuk anorganik (pupuk kimia)
semakin mahal.
Proses pengomposan yang selama ini dilakukan dengan carakonvensional
membutuhkan waktu yang relatif lama, yaitu1,5-2 bulan. Namun, dengan
menggunakan bantuanaktivator berupa inokulan mikroorganisme komersial
dipasaran, proses pengomposan dapat dipercepat sehinggahanya membutuhkan
waktu 7 30 hari Selain inokulanmikroorganisme, jenis aktivator yang dapat
digunakanadalah cacing tanah (vermicomposting)Limbah yang dapat
dikomposkan secara umum disebutlimbah organik. Di Indonesia, limbah organik
yangberpotensi dijadikan kompos di antaranya limbah organikdari perkebunan
seperti limbah kelapa sawit, kakao, tebu, kelapa, dan tembakau, limbah dari
tanaman pangan sepertilimbah padi, jagung, kedelai, sayuran, dan kacang tanah,
limbah sampah kota, limbah pengolahan hasil pertanian kotoran ternak, dan
limbah pemotongan hewan.
31
c. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapatdalam pupuk organik
padat
d. Pencampuran pupuk organik cair dengan pupuk organik padat dapat
mengaktifkan unsur hara yang ada dalampupuk organik padat tersebut.
32
asam organikyang mempunyai berat melekul rendah (asam asetat, asampropionat,
asam butirat, dan asam laktat). Dengan demikiankonsentrasi N, P, dan K akan
meningkat. Dengan keadaanseperti ini, sludge (lumpur biogas) sudah menjadi
pupukorganik yang dapat dipisahkan menjadi pupuk organikpadat dan pupuk
organik cair
Unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair sebagiandapat langsung
diserap tanaman, sebagian lagi cepatteruraisehingga cepat juga diserap tanaman.
Menurut Suzuki dankawan-kawan dalam penelitiannya di Vietnam tahun
2001,sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikanpupuk karena
mengandung berbagai mineral yangdibutuhkan oleh tumbuhan seperti fosfor (P),
magnesium(Mg), kalsium (Ca), kalium (K), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Meskipun kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi,
tetapi pupuk organik mempunyaikeistemewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat
fisik tanah(permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, dayamenahan air,
dan kapasitas tukar kation tanah). Selain itupupuk organik memiliki fungsi untuk
menggemburkanlapisan tanah permukaan (topsoi), meningkatkan jasadrenik, serta
meningkatkan daya serap dan daya simpansehingga secara keseluruhan air dapat
meningkatkankesuburan tanah.
33
1. Lumpur buangan sisa dari pembuatan biogas disaring menggunakan saringan
kawat halus dan ditampung dalam drum plastik. Selanjutnya, untuk
meningkatkan kualitas perlu ditambah dengan tepung tulang atau tepung
kerabang telur dan tepung darah, lalu dibiarkanselama 1 minggu
2. Setelah satu minggu, disaring lagi menggunakan kain bekas kemasan tepung
terigu, lalu diperas dengan cara memutar kain tadi. Cairan hasil penyaringan
tersebut ditampung dalam drum plastik, lalu biarkan selama 3 - 4 hari dan
dipasang aerator untuk membuang gas-gasyang tersisa.
3. Setelah itu, aerator dilepas, lalu dibiarkan selama dua hari agar partikel-partikel
yang masih ada mengendapdan cairan yang dihasilkan menjadi bening.
4. Cairan yang bening tadi dimasukkan ke dalam botol dan siap untuk dijual.
34
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, S.M.E, Md. Rafiqul l, Md. Muklesur Rahman, Deog Hwan O.H, Chang
Six RA. 2010. The Effect og Biogas Slurry on the Production and
Quality og Maize fodder. Turk J Agric For 34 (2010) 91-99 © TÜBITAK
doi:10.3906/tar-0902-44
35