Anda di halaman 1dari 54

PERANCANGAN PIROLISIS UNTUK MENGUBAH

PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR

AA Sagung Sri Ratih 4318217010


Muhammad Zainu Azkiya 4318217022

Mata Kuliah :
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB)
Ir. Eka Maulana, MMT

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Pancasila
Jakarta

i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Perancangan Sistem Pirolisis ini
dengan baik dan tepat waktu. Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat
lulus mata kuliah Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa program Studi Teknik
Mesin Jurusan Teknik Universitas Pancasila. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Ir. Eka Maulana, MMT selaku dosen mata kuliah PLTB.

Tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai media pembelajaran yang aktif
baik bagi penulis dan pembaca kelak. Laporan ini berisi informasi dan desain
pirolisis yang telah penulis kaji dengan baik.

Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari masih adanya kekurangan


yang mungkin ditemui, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun guna membuat laporan ini menjadi lebih baik.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dengan baik kepada para pembaca.

Jakarta, 17 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 5
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
2.1. Biomassa .................................................................................................. 7
2.2. Pirolisis ..................................................................................................... 9
2.3. Plastik ..................................................................................................... 12
2.3.1 Jenis Plastik Secara Umum Dan Sifat Plastik ................................. 14
2.4. Pengkodean Dan Penggunaan Plastik Di Kehidupan Sehari-hari .......... 24
2.5. Asap Cair ................................................................................................ 25
2.6. Katalis pada proses pirolisis ................................................................... 28
BAB III ................................................................................................................. 30
3.1. Blok Diagram Kerja ............................................................................... 30
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 32
3.2.1 Alat .................................................................................................. 32
3.2.2 Bahan............................................................................................... 32
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34
3.4. Tahap Perancangan ................................................................................. 34
3.4.1 Perancangan Sistem Pemanasan ..................................................... 34
3.4.2 Perancangan Sistem Filterisasi ........................................................ 36
3.5. Blok Diagram Fungsi ............................................................................ 37
3.6. Morfologi Desain ................................................................................... 38
3.7. Spesifikasi Teknis................................................................................... 39
3.8. Spesifikasi Alat....................................................................................... 40
4.1 Analisa Penghitungan ............................................................................. 42
4.1.1 Sampah Plastik di Kabupaten Bogor .............................................. 42
4.1.2 Desain Pirolisis ............................................................................... 44

ii
BAB V................................................................................................................... 49
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 49
5.2. Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semakin berkembangnya populasi serta kehidupan manusia,
berpengaruh pada jumlah sampah yang di hasilkan. Semakin banyaknya
industri yang mendukung peradaban manusia, semakin banyak pula limbah
yang di hasilkan. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck
dari University of Georgia pada tahun 2010 yang dikutip oleh CNBC Indonesia
ada 275 juta ton sampah plastik yang di hasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8 –
12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut.

Gambar 1.1. Jumlah Polusi Laut atas Sampah Plastik (juta ton/tahun)
(https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-
86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia)

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


(KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Seperti yang dikutip

1
oleh CNN Indonesia, KLHK menargetkan pengurangan sampah plastic lebih
dari 1,9 juta ton hingga 2019.
Seperti yang di kutip dalam AA.com Indonesia akan menghasilkan
sampah sekitar 66-67 juta ton sampah pada 2019, jumlah ini lebih tinggi
disbanding jumlah per tahun yang mencapai 64 juta ton. Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan jenis sampah yang dihasilkan
didominasi oleh sampah organic mencapai 60 persen dan sampah plastik yang

mencapai 15 persen.

Gambar 1.2. Impor sampah plastik (juta ton)


(https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-
86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia)

Berdasarkan data yang di kutip oleh kompasiana, proporsi pengelolaan


sampah rumah tangga tahun 2013-2018, penanganan sampah walaupun
mengalami peningkatan tapi pengelolaan sampah belum maksimal.
Dibandingkan dengan produksi sampah per tahun yang kian meningkat.

2
Gambar 1.3. Proporsi Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga 2013-2018
(https://www.kompasiana.com/honyirawan/5c8ee2780b531c788859a9b5/data
-dan-fakta-terkini-air-minum-sanitasi-indonesia-2019?page=all)

Padahal jika di lihat dari grafik waktu menghilangnya sampah,


berdasarkan data Direktorat Kesehatan Lingkungan didapatkan data yang
sangat mengkhawatirkan.

Gambar 1.4. Perkiraan waktu sampah terurai alami


(Sumber : NOOA/Woods Hole Sea Grant)

3
Gambar 1.5. Masa Penguraian Sampah
(Sumber : ceraproduction.com)

Berdasarkan data diatas, penguraian sampah secara alami memerlukan


waktu yang lama jika di bandingkan produksi sampah yang di hasilkan per
tahun. Seperti yang di kutip oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
hal ini akan berdampak pada Keamanan Pangan, Pencemaran lingkungan,
kesulitan air bersih, penyebaran penyakit hingga kesehatan manusia.
Seperti yang telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017
tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengelokaan Sampah RT dan sampah
sejenis RT, pengurangan sampah 30% atau 20,9 juta ton pada tahun 2025. Para
produsen atau industry diwajibkan mengolah kembali plastik yang berpotensi
menjadi sampah.
Upaya untuk mengolah kembali sampah plastik menjadi sebuah energi
alternatif perlu dipertimbangkan, Selain untuk mengurangi sampah plastik, hal
ini juga merupakan upaya untuk mengurangi pemakaian minyak bumi yang
kian menipis. Sebelum menuju sistem, proses awal dalam menciptakan energi
baru dari sampah adalah dengan pirolisis. Pirolisis adalah proses dekomposisi
thermal dengan sedikit atau tanpa oksigen. Dalam proses pirolisis ini nanti
plastik akan dipanaskan lalu gas yang dihasilkan akan didinginkan dalam suhu
tertentu sehingga akan didapatkan hasil bahan bakar minyak yang disesuaikan
dengan bahan bakar minyak berstandar.

4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk pembahasan ini adalah
1. Bagaimana mengolah sampah untuk menjadi energi baru?
2. Bagaimana proses pirolisis untuk mengolah sampah plastik?
3. Sampah plastik jenis apa saja yang dapat di olah untuk menjadi sumber
energy baru?

1.3. Tujuan
Tujuan dari laporan dan kegiatan ini adalah
1. Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam proses pirolisis
2. Mendesain sistem pirolisis yang dapat menghasilkan output yang maksimal
3. Mengolah kembali sampah plastik menjadi energi baru

1.4. Batasan Masalah


Adapun agar masalah tidak meluas, batasan masalah dalam laporan ini adalah
1. Sistem yang dibahas dalam laporan ini hanya proses pirolisis
2. Sampah plastik yang digunakan dalam kegiatan ini adalah jenis HDPE dan
PET

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika laporan penulisan ini adalah
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan batasan
masalah.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Dalam Bab II ini akan berisi landasan teori referensi yang digunakan dalam
laporan ini. Adapun landasan teori di dapat dari buku-buku literatur,
penelitian terkait serta internet.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Bab III ini berisi alur kegiatan dan metode penelitian yang akan
digunakan dalam membuat laporan ini dan mengolah data dukung.

5
4. BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini berisi hasil desain dan pembahasan terkait pirolisis
5. BAB V KESIMPULAN
Dalam bab ini akan berisi kesimpulan yang di dapatkan setelah melakukan
penelitan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laporan ini adalah pembahasan tentang rancangan proses pirolisis yang


digunakan dalam pemanfaatan limbah plastik. Referensi yang terkait dengan
judul laporan ini adalah pengertian dari biomassa, pirolisis, pengertian dan
macam-macam sampah plastik, dan katalis proses pirolisis.

2.1. Biomassa
Energi biomassa telah ada sejak lama sebelum orang berbicara tentang
energi terbarukan atau sumber energi alternatif. Ada suatu masa ketika kayu
adalah bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak di seluruh dunia. Hal
tersebut sampai saat ini masih berlaku dibeberapa negara seperti Indonesia,
meskipun sudah mulai sedikit lagi penggunanya. Ketika kita berbicara tentang
biomassa saat ini, kita pada dasarnya berbicara tentang beberapa aplikasi yang
berbeda, yaitu:

1. Pembakaran langsung untuk panas domestik: ini adalah metode


tradisional pembakaran kayu, gambut, kotoran, dll, untuk memasak dan
panas. Hal ini masih banyak digunakan, terutama di negara-negara
berkembang yang umumnya bertanggung jawab dalam banyak penyakit
pernapasan dan kematian.

2. Pembangkit Listrik tenaga biomassa: Biomassa digunakan untuk bahan


bakar dalam pemanasan boiler yang kemudian memberikan uap ke turbin
yang terhubung ke generator. Bahan baku terutama residu kayu hutan,
dan limbah kayu perkotaan/industri. EIA (Energy Information
Administration) memprediksi bahwa pada tahun 2020, biomassa akan
menghasilkan 0,3 persen dari proyeksi 5476 miliar kilowatt/jam total
generasi. Sekitar 19.786.000 Mw/jam listrik diciptakan dari biomassa
tahun lalu.

3. Co-generator: Pada dasarnya sama dengan nomor 2 di atas, namun dengan


adanya penambahan panas yang berguna tersebut kedalam proses

7
generator sehingga meningkatkan efisiensi dalam pengaturan gabungan
panas dan daya (Combined Heat and Power).

4. Gasifikasi: biomassa dipanaskan dalam lingkungan di mana ia terurai


menjadi gas yang mudah terbakar. Setelah gas dibersihkan dan disaring,
kemudian dapat digunakan sebagai gas alam, biasanya dalam turbin
siklus gabungan. Bahan baku yang digunakan terutama meliputi hasil
hutan kayu dan residu pertanian.

5. Anaerobic Digestion: Proses biomaterial melalui proses fermentasi yang


mengubah bahan organik menjadi biogas, yang sebagian besar metana
(60%) dan karbon dioksida (40%) menjadi biogas. Mengkonversi metana
menjadi CO2 dan air dengan proses pembakar dinilai bersih dari
perspektif gas rumah kaca (GRK), karena metana merupakan penghasil
gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dari CO2. Pencernaan enzimatik
dan katalis lain digunakan untuk meningkatkan konversi. Bahan bakar
yang cocok adalah bahan organik dengan kadar air tinggi seperti pupuk
kandang atau limbah pengolahan makanan. Gas yang tersedot dari tempat
pembuangan sampah aktif juga dapat dianggap sebagai bagian dari
kategori ini, meskipun dalam hal ini, ada kekhawatiran tentang racun
yang terlepas. Kekhawatiran tersebut dapat teratasi karena beberapa
teknologi mengklaim dapat menghilangkan sebagian besar efek tersebut.

6. Biofuels: Kategori ini termasuk jenis biomassa yang dikonversi menjadi


bahan bakar cair, terutama untuk transportasi. Yang paling umum adalah
ethanol dan biodiesel. Etanol dapat diproduksi dari tanaman pangan
seperti jagung di negara ini, tebu di Brazil dan gula bit di Eropa.
"Selulosa" etanol juga bisa dibuat dari kayu atau limbah kertas serta
rumput yang tumbuh khusus seperti switchgrass atau dari residu
pertanian. Biodiesel umumnya terbuat dari lemak hewan atau minyak
nabati. Banyak "homegrown" biodiesel dibuat dari minyak restoran daur
ulang. Secara komersial, minyak kedelai digunakan di AS, rapeseed dan
minyak bunga matahari di Eropa, serta minyak sawit di Malaysia.

8
Sementara nyaman untuk transportasi, dibutuhkan jauh lebih banyak
energi untuk menghasilkan biofuels daripada biomassa.

2.2. Pirolisis
Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan)
untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu
bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi
merupakan proses perengkahan plastik pada suhu tinggi dimulai pada
temperature sekitar 230 °C.
Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses paling sederhana
untuk daur ulang plastik (Soedarto,2006). Pada senyawa yang berderajat
polimerisasi tinggi, pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada suhu
tinggi mengikuti mekanisme radikal bebas. Reaksi ini melalui tiga tahap yaitu,
tahap memulai, tahap perambatan dan tahap penghentian (Sabarodin &
Dewanto, 1998). Pada proses ini material polimer atau plastik dipanaskan pada
suhu tinggi. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur makro molekul dari
plastik terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek
terbentuk. Produk yang dihasilkan berupa fraksi gas, residu padat dan fraksi
cair yang mengandung parafin, olefin, napthan, dan aromatis. Hasil proses
pirolisis ini dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan baku yang
digunakan ,waktu dan suhu proses (Zhang et al,2009).
Teknik pirolisis telah digunakan sejak awal tahun 1930 di Jerman untuk
peningkatan residu hidrogenasi yang diperoleh dari pencairan/pelelehan
batubara. Keunggulan nyata dari pirolisis dibandingkan dengan pembakaran
(incineration), yaitu dapat mereduksi gas buang hingga 20 kali. Disisi lain,
produk pirolisis dapat dimanfaatkan lebih fleksibel dan penanganannya lebih
mudah (Rahmad, 1989). Tekhnik pirolisis ini mampu menghasilkan gas
pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan .Tekhnik ini dapat
dikatakan sebagai metode yang ramah lingkungan sebab produk akhirnya
menghasilkan CO2 dan H2O yang merupakan gas toksik.

9
Menurut Tahir (1992), Pranata (2007), pada proses pirolisis dihasilkan
tiga macam penggolongan produk yaitu :
1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi sebagian besar berupa
gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti
CO, CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain.
2. Destilat berupa asap cair dan tar. Komposisi utama dari asap cair adalah
senyawa-senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1 hingga C4 dan senyawa
rantai panjang seperti paraffin dan olefin. Bagian lainnya merupakan
komponen minor yaitu fenol, metal asetat, asam format, asam butirat dll.
Produk cair yang menguap mengandung tar dan poliaromatic hidrocarbon.
3. Residu (karbon)
Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam bahan berbeda-beda
tergantung jenis bahan yang digunakan.
Dalam pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar cair dengan
proses pirolisis tidak diperlukan perlakuan presortir dan tidak pula diperlukan
kondisi yang harus bersih dari kotoran seperti pasir, abu, kaca, logam, tekstil,
air, minyak bekas dll.

Faktor-faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses pirolisis adalah :

1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena semakin
lama waktu proses pirolisis berlangsung produk yang dihasilkannya (residu
padat, tar, dan gas) makin naik (Sumarni 2008). Kenaikan itu sampai dengan
waktu tak hingga yaitu waktu yang diperlukan sampai hasil padatan ,residu
dan tar mencapai konstan . Nilai waktu tak hingga ini dihitung dari sejak
proses isothermal berlangsung ,tetapi jika melebihi waktu optimal maka
karbon akan teroksidasi oleh oksigen (terbakar) menjadi karbondioksida dan
abu (Aprian Ramadhan, 2011).
2. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai
dengan persamaan Arhenius yaitu k = A exp (-R/T). Suhu makin tinggi, nilai
konstanta dekomposisi termal makin besar akibatnya laju pirolisis bertambah
dan konversi naik tetapi disamping itu untuk menentukan suhu yang tepat

10
dapat melihat dari titik leleh/titik didih dari bahan baku yang akan digunakan
.
Pada jurnal ilmiah teknik lingkungan UPN Veteran Jawa Timur yang
dilakukan Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali (2011) melaksanakan
penelitian pada rentang suhu 200-4200 C menyatakan bahwa semakin tinggi
suhu proses, maka massa yang ada didalam reactor akan semakin turun.
Dengan bertambah tingginya suhu pemanasan maka zat-zat yang terkandung
dalam plastik akan terurai dengan sempurna. Zat-zat tersebut akan terurai
menjadi gas dan cair (minyak).
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Semakin besar ukuran
partikel luas permukaan per satuan berat semakin kecil,sehingga proses akan
menjadi lambat.
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan menyebabkan hasil bahan
bakar cair(tar) dan arang meningkat.
5. Pemilihan karakteristik jenis bahan baku plastik
Karakteristik setiap jenis plastik berbeda satu sama lain sehingga sangat
berpengaruh terhadap komposisi produk cair yang akan dihasilkan.

Proses pirolisis dikategorikan menjadi 4 tipe yaitu :

a. Pirolisis lambat (Slow Pyrolysis)


Pirolisis yang dilakukan pada pemanasan rata-rata lambat (5-7
K/menit). Pirolisis ini menghasilkan cairan yang sedikit sedangkan gas dan
arang lebih banyak dihasilkan.
b. Pirolisis cepat (Fast Pyrolysis)
Pirolisis ini dilakukan pada lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-
600oC dan proses pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman
yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan berat molekul
tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki
berat molekul rendah. Dengan cara ini dapat dihasilkan produk minyak
pirolisis yang hingga 75 % lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis
konvensional.

11
c. Pirolisis Kilat (Flash Pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan
pemanasan yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan
pemanasan yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 -250 μm.
d. Pirolisis katalitik biomassa
Pirolisis katalitik biomassa untuk membuktikan kualitas minyak yang
dihasilkan. Minyak tersebut diperoleh dengan cara pirolisis katalitik biomassa
tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang melibatkan
kondensasi dan penguapan kembali.

2.3. Plastik
Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer"
(Wikipedia, 2009). Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan
gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini
digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik
yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstruksi (Syarief,
1989).
Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer
dan bisa juga bahan-bahan penambah non plastik atau bahan aditif yang
diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan aditif dalam
pembuatan plastik ini merupakan bahan dengan berat molekul rendah, yaitu
berupa pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar
ultraviolet, bahan pengisi dan penguat.
Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum
dengan melihat tulang-belakang polimernya (vinil{chlorida}, polyethylene,
acrylic, silicone, urethane, dll.). Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon
saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang.
(beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah
bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi
kesatuan. Untuk mengeset properti plastik, grup molekuler berlainan
"bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari

12
monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk
rantai polimer). (Wikipedia,2009)
Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan
digunakan sejak abad ke-20. Ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika
Serikat pada tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi
primadona bagi dunia industri. Produksinya di seluruh negara lebih dari 100
juta ton per tahunnya dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari
hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an menjadi 150 juta ton/tahun pada
tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan
material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60 kg/orang/tahun, di
Amerika Serikat mencapai 80 kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2
kg/orang/tahun (APME, 2004).
Plastik yang kita kenal sehari-hari sering dipertukarkan dengan polimer
sintetik. Ini dikarenakan sifat plastik yang mudah dibentuk (bahasa latin;
plasticus = mudah dibentuk) dikaitkan dengan polimer sintetik yang dapat
dilelehkan dan diubah menjadi bermacam-macam bentuk. Padahal sebenarnya
plastik mempunyai arti yang lebih sempit. Plastik termasuk bagian polimer
termoplastik.
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak
dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali,
sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang
berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Jenis plastik tidak
memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur
molekul linear atau bercabang. Bentuk struktur polimer termoplastik sebagai
berikut :

Gambar 2.1. Bentuk struktur molekul linier polimer termoplastik

13
Gambar 2.2. Bentuk struktur molekul bercabang polimer
termoplastik

Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :

1) Berat molekul kecil


2) Tidak tahan terhadap panas.
3) Jika dipanaskan akan melunak.
4) Jika didinginkan akan mengeras.
5) Mudah untuk diregangkan.
6) Fleksibel.
7) Titik leleh rendah.
8) Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
9) Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
10) Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

2.3.1 Jenis Plastik Secara Umum Dan Sifat Plastik


Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah PE (Poli Etilene),
PP (Poli Propilene), PET (Poli Etilene Therephtalate), PVC (Poli Vinil
Klorida), dan PS (Poly Stirene).
1. Poli Etilene (PE)
Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses
polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri
minyak dan batu bara. Proses polimerisasi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm)
menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran
dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dengan bejana

14
bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus
dan tersusun paralel. Reaksi yang terjadi adalah :

Gambar 2.3. Struktur kimia 3 D Polimer Polietilen


Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polyethylene
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,
mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Pemanasan
polietilen akan menyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair pada suhu
110oC. Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik,
maka polietilen dengan ketebalan 0.001 – 0.01 inchi banyak digunakan untuk
mengemas bahan pangan. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik
sehingga dapat dibentuk menjadi kantung dengan derajat kerapatan yang baik.
Berdasarkan densitasnya, maka plastik polietilen dibedakan atas :
a. Polietilen densitas rendah (LDPE= Low Density Polyethylene)
LDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah
dikelim dan harganya murah. Dalam perdagangan dikenal dengan nama
alathon, dylan dan fortiflex. Kekakuan dan kuat tarik dari LDPE lebih rendah
daripada HDPE (modulus Young 20.000-30000 psi, dan kuat tarik 1200-2000
psi), tapi karena LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi (400-800%)
maka plasik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan
untuk putus yang tinggi. Titik lelehnya berkisar antara 105-115 oC.

15
b. Polietilen densitas menengah (MDPE = Medium Density Polyethylene)
MDPE lebih kaku dari LDPE dan titik lelehnya lebih tinggi dari LDPE,
yaitu antara 115-135 oC, mempunyai densitas 0.927-0.940 g/cm3.
c. Polietilen Densitas Tinggi (HDPE = High Density Polyethylene)
HDPE adalah termoplastik polietilena terbuat dari minyak bumi.
Dikenal karena kekuatan yang besar untuk rasio kepadatan, HDPE umumnya
digunakan dalam produksi botol plastik, pipa tahan korosi, geomembranes,
dan kayu plastik. HDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan dan
suhu yang rendah (10 atm, 50-70 oC). HDPE lebih kaku dibanding LDPE dan
MDPE, tahan terhadap suhutinggi sehingga dapat digunakan untuk produk
yang akan disterilisasi. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon,
alkahtene, blapol, carag, fi-fax,hostalon. HDPE memiliki percabangan yang
sangat sedikit, hal ini dikarenakan pemilihan jenis katalis dalam produksinya
(katalis Ziegler-Natta) dan kondisi reaksi. Karena percabangan yang sedikit,
HDPE memiliki kekuatan tensil dan gaya antar molekul yang tinggi sehingga
HDPE lebih keras dan bisa bertahan pada temperatur tinggi (135 oC).
d. Linear-low-density polyethylene (LLDPE)
Koplimer etilen dengan sejumlah kecil butana, heksana atau oktana,
sehingga mempunyai cabang pada rantai utama dengan interval (jarak) yang
teratur. LLDPE lebih kuat daripada LDPE dan sifat heat sealing-nya juga
lebih baik.

Sifat-sifat polietilen adalah :

a) Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai keruh


(translusid) tergantung proses pembuatan dan jenis resin.
b) Fleksible sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang yang
tinggi.
c) Heat seal (dapat dikelim dengan panas), sehingga dapat digunakan untuk
laminasi dengan bahan lain. Titik leleh 115-1350C. (Wikipedia ,2009)
d) Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia.
e) Kedap terhadap air, uap air dan gas.
f) Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -500C

16
g) Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang
beraroma.
h) Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak
i) Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan
antiblok sifat ini dapat diperbaiki.
j) Dapat dicetak

2. Poli Propilen (PP)


Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis plastik
olefin, dengan rumus bangun sebagai berikut :

(─CH2─ CH ─)n

CH3

atau

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polypropylene
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen,
Escon, Olefane dan Profax. Kebanyakan polipropilena komersial merupakan
isotaktik dan memiliki kristalinitas tingkat menengah di antara polietilena
berdensitas rendah dengan polietilena berdensitas tinggi; modulus Youngnya
juga menengah (Wikipedia, 2009)

Ada tiga tipe umumnya PP: homopolimer, random copolymer dan


impact copolymer atau kopolimer blok. Comonomer yang digunakan adalah
etena. Karet etena-propilena yang ditambahkan ke homopolimer PP
meningkatkan kuat dampak suhu rendahnya. Monomer etena berpolimer
acak yang ditambahkan ke homopolimer PP menurunkan kristalinitas
polimer dan membuat polimer lebih tembus pandang.

17
Gambar 2.4. Struktur kimia 3 D Polipropilen
Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polypropylene
Sifat-sifat dari polipropilen yaitu :
a. Ringan (densitas 0.9 g/cm3)
b. Mudah dibentuk
c. Tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan
dalam bentuk kemasan kaku
d. Lebih kuat dari PE. Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya
mudah pecah pada suhu -30 oC sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan
lainuntuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. Tidak dapat
digunakan untuk kemasan beku.
e. Melalui penggabungan partikel karet, PP bisa dibuat menjadi liat serta
fleksibel, bahkan di suhu yang rendah. Hal ini membolehkan
polipropilena digunakan sebagai pengganti berbagai plastik teknik, seperti
ABS.
f. Polipropilena memiliki titik leleh 130-171 °C (Wikipedia , 2009) ,
sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning Calorimetry (DSC)
sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan sifat kelim panas
yang baik.
g. Polipropilena memiliki resistensi yang sangat bagus terhadap kelelahan
(bahan).
h. Polipropilena memiliki permukaan yang tak rata, seringkali lebih kaku
daripada beberapa plastik yang lain, lumayan ekonomis, dan bisa dibuat
translusen (bening) saat tak berwarna tapi tidak setransparan polistirena,
akrilik maupun plastik tertentu lainnya. Bisa pula dibuat buram dan/atau
berwarna-warni melalui penggunaan pigmen.

18
i. Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam
penanganan dan distribusi.
j. Daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas
terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah
rusakoleh oksigen.
k. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 120 oC, sehingga dapat dipakai
untuk mensterilkan bahan pangan.
l. Polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk
kemasan minyak dan sari buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh
olehpelarut kecuali oleh HCl.
m. Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen dan asam
nitrat kuat.

3. Poli Etilena Thereftalat (PET)


Polietilena tereftalat (disingkat PET, PETE atau dulu PETP, PET-P)
adalah suatu resin polimer plastik termoplast dari kelompok poliester yang
merupakan hasil kondensasi polimer etilen glikol dan asam treptalat dan
dikenal dengan nama dagang mylar. Rumus kimia PET adalah (C10H8O4)n
dan rumus bangun untuk PET yaitu :

[-OOC- - COO – CH2 – CH2]n

atau

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polyethylene_terephthalate

19
Struktur kimia polietilena tereftalat (PET) dapat berwujud padatan amorf
(transparan) atau sebagai bahan semi-kristal yang putih dan tidak transparan,
tergantung kepada proses dan riwayat termalnya. Monomernya dapat
diproduksi melalui esterifikasi asam tereftalat dengan etilen glikol, dengan air
sebagai produk sampingnya. Monomer PET juga dapat dihasilkan melalui
reaksi transesterifikasi etilen glikol dengan dimetil tereftalat dengan metanol
sebagai hasil samping. Polimer PET dihasilkan melalui reaksi polimerasi
kondensasi dari monomernya. Reaksi ini terjadi sesaat setelah
esterifikasi/transesterifikasinya dengan etilen glikol sebagai produk samping
(dan etilen glikol ini biasanya didaur ulang).

Gambar 2.5. Struktur kimia 3 dimensi polietilena tereftalat


Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polyethylene_terephthalate

Ada 3 (tiga) jenis plastik PET, yaitu :

1. PET biasa tanpa laminasi


2. PET yang mengkerut jika kena panas
3. PET yang dilaminasi untuk kemasan vakum.
Sifat-sifat plastik PET adalah :
1. tembus pandang (transparan), bersih dan jernih
2. tahan terhadap suhu tinggi (250oC)
3. titik leleh plastik ini 260 0 C dan titik didih (terdekomposisi) pada suhu
350 0 C. (Wikipedia , 2009)
4. permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah
5. tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-
buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah.
6. tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzil alkohol.
7. kuat dan tidak mudah sobek

20
8. tidak mudah dikelim dengan pelarut

4. Poli Vinil Klorida (PVC)

Polivinil klorida (IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC,


adalah polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di
dunia, setelah polietilena dan polipropilena.
PVC diproduksi dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida
(CH2=CHCl). Karena 57% massanya adalah klor, PVC adalah polimer yang
menggunakan bahan baku minyak bumi terendah di antara polimer lainnya.
Rumus kimia PVC adalah (C2H3Cl)n dan rumus bangun untuk polimer ini
yaitu :

Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_chloride
Reaksi polimerisasi vinil klorida ditemukan pada tahun 1835 oleh
Regnault, dan fabrikasinya dimulai tahun 1931. Nama-nama dagang PVC
adalah Elvax, Geon, Postalit, Irvinil, Kenron, Marvinol, Opalon, Rucoblend,
Vinoflex. Kemasan PVC dapat berupa kemasan kaku atau kemasan bentuk.

Beberapa jenis PVC adalah :

a. Plasticized Vinyl Chlorida


Bahan pemlastis yang digunakan adalah resin (poliester, epoksi) dan non
resin(ptalat dan posfat). Digunakan untuk kemasan daging segar, ikan, buah-
buahan dan sayuran.
b. Vinyl Copolymer
Vinyl copolimer mirip dengan plastized vinil klorida, hanya resinnya berupa
polimer, sehingga dapat digunakan untuk kemasan blister pack, kosmetika
dansaribuah.

21
c. Oriented Film
PVC jenis oriented film mempunyai sifat yang luwes (lunak) dan tidak mudah
berkerut.

Sifat-sifat umum kemasan PVC adalah sebagai berikut :


a. tembus pandang, ada juga yang keruh
b. permeabilitas terhadap uap air dan gas rendah
c. tahan minyak, alkohol dan pelarut petrolium
d. kekuatan tarik tinggi dan tidak mudah sobek
e. dipengaruhi oleh hidrokarbon aromatik, keton, aldehida, ester, eter
aromatik, anhidrat dan molekul-molekul yang mengandung
belerang, nitrogen dan fosfor. Tidak terpengaruh oleh asam dan
basa, kecuali asam pengoksidasi, akan tetapi pemlastis akan
terhidrolisa oleh asam dan basa pekat.
f. densitas 1.35-1.4 g/cm3

5. Polistirena (PS)
Polistirena merupakan salah satu polimer yang ditemukan pada sekitar
tahun 1930, dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspensi.
Stirena dapat diperoleh dari sumber alam yaitu petroleum. Stirena
merupakan cairan yang tidak berwarna menyerupai minyak dengan bau
seperti benzena dan memiliki rumus kimia C6H5CH=CH2 atau ditulis sebagai
C8H8 dan rumus bangun :

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Polystyrene
Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat padat, dapat mencair
pada suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik.
Polistirena pertama kali dibuat pada 1839 oleh Edward Simon, seorang
apoteker Jerman. Ketika mengisolasi zat tersebut dari resin alami, dia tidak

22
menyadari apa yang dia telah temukan. Seorang kimiawan anorganik
Jerman lainnya, Hermann Staudinger, menyadari bahwa penemuan Simon
terdiri dari rantai panjang molekul stirena yang adalah sebuah polimer
plastik. Lalu diproduksi secara komersial tahun 1935 dengan nama dagang
Bextrene, Carinex, Dylene, Fostarene, Kardel, Vestyran, Lustrex, Restirolo,
Luran dan Lorkalene. Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak
berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk
menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus.

Salah satu jenis polistirena yang cukup populer di kalangan masyarakat


produsen maupun konsumen adalah polistirena foam. Polistirena foam
dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara
tidak tepat oleh publik karena sebenarnya styrofoam merupakan nama
dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh
pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator
pada bahan konstruksi bangunan.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-
10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Polistirena foam dibuat dari
monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu
tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan
menguapkan sisa blowing agent. Polistirena foam merupakan bahan plastik
yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran
dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang
antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga
hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik.

Sifat-sifat umum polistiren adalah :


a. kekuatan tariknya tinggi dan tidak mudah sobek
b. titik leburnya rendah (88oC), lunak pada suhu 90-95oC
c. tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi
d. terurai dengan alkohol pada konsnetrasi tinggi, ester, keton,
hidrokarbon aromatik dan klorin
e. permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan
bahan segar

23
f. permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak
g. bila kontak dengan pelarut akan keruh
h. mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan
plastik lain menyebabkan penyimpangan warna
i. mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran
j. baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium)
k. Berat jenis ASTMd 792 : 1,04-1,1

2.4. Pengkodean Dan Penggunaan Plastik Di Kehidupan Sehari-hari


Pada tahun 1988, The Society of Plastic Industry mengeluarkan kode-
kode yang digunakan untuk mengidentifikasi plastik berdasarkan bahannya
dan kegunaannya, bahkan kode-kode tersebut sudah di-standarisasi oleh
ISO (International Organization for Standardization).
Ciri-ciri tanda pengenal identifikasi plastik secara umum:
1) Kode biasanya berada di dasar kemasan
2) Kode berbentuk segitiga yang terbentuk dari 3 tanda panah
3) Di dalam logo segitiga akan terdapat angka,
4) Dan di bawah segitiga, ada nama jenis plastik tersebut.
Berikut tabel nomer pengkodean beberapa jenis tipe plastik dan
penggunaan dalam produk:

24
Tabel 2.1. Tabel pengkodean jenis-jenis plastik dan penggunaannya dalam produk

2.5. Asap Cair


Menurut Darmadji (1995), asap merupakan suatu sistem yang komplek
yang terdiri dari fase cairan terdispersi dalam medium gas sebagai
pendispersi. Asap diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna yang
melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organik
dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi
oksidasi, polimerisasi dan kondensasi. Jumlah partikel padatan dan cairan
dalam medium gas menentukan kepadatan asap. Selain itu asap juga
memberikan pengaruh warna rasa dan aroma pada medium pendispersi gas
(Wikipedia, 2010).
Asap cair merupakan asap hasil pembakaran dari suatu bahan baku
kering yang dilakukan pendinginan (kondensasi) sehingga berubah menjadi
suatu cairan. Pszezola (1995) mengatakan asap cair pertama kali diproduksi
pada tahun 1980 oleh sebuah pabrik farmasi di Kansas, yang dikembangkan
dengan metode destilasi kering (pirolisis) dari bahan kayu.

25
Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi
uap. Proses pemanasan ini menyebabkan perengkahan pada molekul polimer
plastik menjadi potongan molekul yang lebih pendek. Selanjutnya, molekul-
molekul ini didinginkan menjadi fase cair. Cairan yang dihasilkan jadi bahan
dasar minyak atau minyak mentah atau pyrolytic oil sebagai produk cair
mengandung nafta dan komponen lain yang relatif potensial untuk diolah
kembali menjadi fraksi yang dapat memberikan nilai tambah. Asap cair yang
dihasilkan dari proses pirolisis sampah plastik memiliki potensi sebagai bahan
bakar cair dengan diketahuinya kandungan komponen/senyawa dari asap cair
pirolisis limbah plastik (tri Anggono dkk,2009).
Penelitian yang dilakukan Tri Anggono tahun 2009 menyatakan asap
cair yang dihasilkan dari proses pirolisis sampah plastik bungkus makanan
dan kantong plastik memiliki potensi sebagai bahan bakar cair karena
mempunyai komponen-komponen yang memiliki sifat mudah terbakar
dengan diketahuinya kandungan komponen/senyawa dari asap cair yang
dihasilkan melalui hasil analisis GC-MS. Komponen kimia penyusun dari
asap cair yang dihasilkan pada sampel sampah plastik bungkus makanan
adalah 2-propanon/aseton, asam borat, asam asetat dan siklopentanon.
Komponen kimia penyusun dari asap cair yang dihasilkan pada sampel
sampah kantong plastik adalah 2-hidroksimetil-3-metil-oxiran, asam asetat,
hidroksiaseton, 2 siklopentana, dan 2-butanon/metil etil keton.
A. Sifat Asap Cair
1. Sifat fisis
a. Densitas
Densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar
pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata suatu benda adalah total
massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa
jenis yang lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah.
Satuan SI massa jenis adalah kg/m3. Massa jenis berfungsi untuk
menentukan suatu zat karena setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.

26
Suatu zat berapapun massanya dan berapapun volumenya akan memiliki
massa jenis yang sama.
Massa jenis berbagai fluida dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Massa jenis berbagai fluida
No Jenis Minyak Massa Jenis (kg/L) Pustaka
1. Bensin 0,68 Giancoli, D.C.,1997
2. Alkohol Alkil 0,79
3. Air Laut 1,025
4. Raksa 13,6
5. Air (40C) 1
6. Darah 1,05
7. Udara 1,29
8. Minyak Tanah 0,78-0,81 http//www.en.wikipedia.orgs

2. Sifat kimia
a. Nilai Kalor
Nilai kalor rendah (LHV, Lower Heating Value ) adalah jumlah energi
yang dilepaskan dalam proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor
laten dari uap air tidak diperhitungkan atau setelah terbakar temperature gas
pembakaran dibuat 1500C. Pada temperature ini air berada dalam kondisi
fasa uap. Jika jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau setelah terbakar
temperature gas hasil pembakaran dibuat 250C maka akan diperoleh nilai
kalor atas (HHV, High Heating Value). Pada temperature ini air akan berada
dalam kondisi fasa cair.
Nilai kalor bahan bakar dapat diketahui dengan menggunakan bom
kalorimeter. Bahan bakar yang akan diuji nilai kalornya dibakar
menggunakan kumparan kawat yang dialiri arus listrik dalam bilik yang
disebut bom dan dibenamkan di dalam air. Bahan bakar yang bereaksi
dengan oksigen akan menghasilkan kalor, hal ini menyebabkan suhu
calorimeter naik. Untuk menjaga agar panas yang dihasilkan dari reaksi
bahan bakar dengan oksigen tidak menyebar ke lingkungan luar maka
calorimeter dilapisi oleh bahan yang bersifat isolator.

27
Nilai kalor dari berbagai macam bahan bakar dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 2.3. Nilai kalor dari berbagai macam bahan bakar
No Bahan Bakar Nilai Kalor (kJ/g)
1. Minyak Tanah 43
2. Bensin 47,3
3. Aseton 29
4. Batubara 15-27
5. Kokas 28-31
6. Minyak diesel 44,8
7. Arang 29,6
8. Butana 49,5
9. Alkohol 96% 30
10. Hidrogen 141,79

2.6. Katalis pada proses pirolisis


Secara umum pirolisis plastik menghasilkan tiga macam produk, yaitu
gas, cairan dan padatan. Pirolisis bahan polimer berupa bahan padat akan
menghasilkan gas, yang kemudian mengembun sebagian, serta padatan yang
tidak bereaksi lagi dan tersisa di dalam reaktor. Pada penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya, konversi dan suhu proses pirolisis plastik dapat
diperbaiki dengan melibatkan katalis.
Silika alumina maupun zeolit merupakan katalis yang umum digunakan
dalam proses perengkahan limbah plastik dengan cara pirolisis. [Luo, Vasile,
Nurhadi] Zeolit sintetis ZSM5 sering digunakan dan memberikan hasil gas
yang lebih banyak, karena ukuran pori yang lebih kecil dan perbandingan
Silika-Alumina yang tinggi. Potensi zeolit alam yang banyak terdapat di
Indonesia memberikan peluang untuk mengembangkannya sebagai katalis
dalam proses pirolisis limbah plastik, dengan terlebih dahulu memberikan
perlakuan awal hingga dihasilkan zeolit dengan karakteristik yang diinginkan.

28
Aktivasi zeolit alam dapat dilakukan baik secara fisika maupun secara
kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,
pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi untuk mengurangi kandungan
air dalam zeolit alam,memperbesar pori, serta menghilangkan pengotor-
pengotor organik. Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan dengan
pengasaman, bertujuan untuk menghilangkan pengotor organik, serta
meningkatkan suasana asam pada zeolit alam yang diyakini dapat
mempengaruhi aktivitas zeolit sebagai katalis.
Salah satu kelebihan dari zeolit adalah memiliki luas permukaan dan
keasaman yang mudah dimodifikasi [Achyut, Kumar] Zeolit yang banyak
ditemukan dalam batuan alam memiliki kerangka dasar yang terdiri dari unit-
unit tetrahedral AlO4 2- dan SiO4 -. Keduanya saling berhubungan melalui
atom O, dan di dalam struktur Si 4+ dapat digantikan dengan Al 3+ , ataupun
sebaliknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kerangka tetrahedral
dari zeolit tidak stabil terhadap asam atau panas. Namun diketahui pula bahwa
zeolit mordenit yang memiliki perbandingan Si/Al = 5 adalah sangat stabil.
Maka diusahakan untuk membuat zeolit dengan kadar Si lebih tinggi daripada
1 [Zadgaonkar]. Selektivitas zeolit sebagai katalis proses perengkahan
hidrokarbon juga sangat baik pada rasio Si/Al yang tinggi, karena cenderung
menyerap molekul-molekul non polar.
Salah satu cara untuk mendapatkan rasio Si/Al yang tertentu adalah
dengan dealuminasi. Dengan rasio Si/Al yang tinggi, zeolit akan semakin
memiliki ketahanan terhadap suasana asam maupun suhu tinggi hingga 900 K
[Zadgaonkar, Gao] . Perlakuan dengan asam lemah juga dapat meningkatkan
rasio Si/Al, disamping mampu meningkatkan volume dan luas permukaan
[Gao] . Beberapa penelitian sebelumnya telah diamati penggunaan katalis
zeolit dari berbagai sumber dengan rasio Si/Al tertentu terhadap perolehan
hasil pirolisis limbah plastik [Dermibas, Mastral, Garforth] .

29
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN

3.1. Blok Diagram Kerja

Mulai

Penemuan Masalah

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan

Studi Literatur Studi Lapangan


1. Teori Pirolisis Observasi
2. Teori Sampah
3. Teori Katalis

Identifikasi Kebutuhan

30
Perancangan Konsep

Seleksi Desain

Analisis dan Pembahasan

Parameter

Sesuai dengan parameter

Kesimpulan dan Saran

Selesai

31
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam perencanaan desain pirolisis ini
adalah sebagai berikut
Tabel 3.1. Tabel Alat
No Alat Spesifikasi Keterangan
1. Gerinda Gerinda Tangan Untuk
4” memotong besi
2. Alat TIG (Tungsten Untuk
Pengelas Inert Gas) menyambung
bahan
alumunium
3. Gergaji Gergaji Tangan Untuk
memotong kayu,
pipa PVC dan
alumunium
4. Lem Pipa Lem PVC Untuk
bersifat Solvent menempelkan
Cement sambungan pipa

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk merealisasikan desain yang
diinginkan adalah sebagai berikut
Tabel 3.2. Tabel Bahan
No Bahan Spesifikasi Keterangan
1. Tong Besi Diameter 58 cm Digunakan
200liter tinggi 86 cm untuk tungku
pemanasan,
karena titik
leburnya cukup
tinggi 1535oC

32
2. Alumunium Digunakan
sebagai bagian
luar kondensor
1, karena titik
leburnya
mencapai
657oC
3. Pipa Diameter 5 cm Digunakan
Alumunium sebagai saluran
aliran udara dari
tungku
pemanasan
4. Pipa PVC Diameter 25cm Digunakan
setengah sebagai saluran
lingkaran aliran sampah
dari tempat
penampungan
ke tungku
pemanasan
5. Tong Plastik Diameter 58 cm Digunakan
200 liter tinggi 68 cm untuk tempat
menampung
sampah
6. Filter Udara Stainless steel Digunakan
benang Y 50mm sebagai
saringan awal
setelah
pemanasan
7. Keramik High Digunakan
Temperature sebagai wadah
Ceramic Cyber sumber panas
Blanket

33
untuk tungku
pemanasan
8. Gas LPG Tabung 3kg atau Sebagai sumber
lebih panas

3.3. Prosedur Penelitian


Seperti yang telah di gambarkan dalam Diagram Alir, dalam
perencanaan ini dilakukan dengan adanya studi literatur mengenai
sampah dan pengolahannya. Dengan Tujuan menciptakan energi baru
terbarukan, perencanaan ini di fungsikan untuk merancang desain sistem
pirolisis dalam sistem pengolahan sampah menjadi energi listrik.
Perancangan dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang
dapat merealisasikan desain yang telah di buat. Adapun blok diagram
sistem yang akan dibuat adalah sebagai berikut

Kondensor Kondensor Output


Pemanasan Filterisasi
1 2

Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem Pirolisis

3.4. Tahap Perancangan


Pada Tahap Perancangan ini di bagi menjadi 2 yaitu perancangan
sistem pemanasan dan perancangan sistem filterisasi

3.4.1 Perancangan Sistem Pemanasan


Dalam perancangan ini meliputi proses pengolahan sampah
plastik menjadi gas. Proses dimulai dengan pengumpulan sampah
pada rong plastik berukuran 200 liter yang di letakkan di tempat yang
lebih tinggi 100cm dari tungku pemanas. Adapun gambar
perancangan sistem pemanasan dapat dilihat sebagai berikut

34
Gambar 3.2. Desain Sistem Pemanas

Tempat penampung sampah akan ditopang dengan rangkaian kaki kayu


berukuran tinggi 100cm yang disusun menyerupai kaki kursi sehingga seimbang.
Untuk tungku pemanas berukuran 200 liter. Akan dibuatkan 4 lubang titik api
berukuran diameter 3cm di bagian bawah.

Untuk bagian kiri tungku besi akan dibuatkan lubang berupa lubang kecil
berbentuk kotak berukuran 10x10 cm yang digunakan untuk mengambil sisa
pembakaran yang tidak terbakar sehingga tidak menumpuk. Desain besi dipilih
karena mampu menahan panas hingga lebih dari 1000 derajat celcius.

Keramik dibuat untuk bagian bawah sebagai wadah pemanas dengan


ukuran 60x60 cm yang dipasangkan sumbu api ke tungku pemanas dan
sambungan dari Gas LPG sebagai sumber panas.

35
3.4.2 Perancangan Sistem Filterisasi

Gambar 3.3. Desain Filterisasi

Dalam perancangan sistem filterisasi, uap setelah pemanasan


sampah akan memasuki filter udara Benang Y melalui pipa aluminium
berdiameter 5 cm. Udara yang memasuki filter akan mengalami penyaringan
pertama dengan tar akan di pisahkan dengan udara yang lebih bersih.
Sambungan antara pipa alumunium dengan filter udara disambung
dengan sambungan pipa alumunium. Output yang di hasilkan oleh filter akan
dialirkan melalui pipa alumunium menuju kondensor 1. Kondensor 1 memiliki
tipe seperti heat exchanger dengan aliran udara panas akan mengalir melewati
dinding shell dengan suhu yang lebih rendah.
Dinding shell akan di hubungkan dengan pendingin agar udara yang
memasuki kondensor 1 tetap dapat menurunkan suhunya. Setelah melalui
kondensor 1 udara yang telah mengalami penurunan suhu akan memasuki
kondensor 2 yang dapat memisahkan output berdasarkan tingkatan suhu. Tahap
ini akan menghasilkan 2 output yaitu bensin dengan suhu 150o celcius dan solar
dengan suhu 200o celcius.

36
3.5. Blok Diagram Fungsi

Gambar 3.4. Blok Fungsi

Dalam Blok Fungsi diatas, di jelaskan bahwa input yang digunakan untuk
pemanasan sampah plastik adalah gas LPG minimal 3kg yang akan digunakan
untuk memanaskan tungku pemanasan hingga mencapai suhu 550-650oC
dengan output berupa gas yang mengandung H2, CO2, CH4 dan CO dan sisa
pembakaran yang akan di buang melalui penampung pada tungku pemanasan.
Suhu yang ingin di capai akan di gunakan untuk memanaskan plastik jenis
HDPE, PET dan PS output gas akan di alirkan melalui sistem filterisasi yang
terdiri dari filter udara, kondensor 1 yang akan menurunkan suhu gas menjadi
di bawah 450oC untuk kemudian masuk ke dalam kondensor 2 yang akan
mengalami penurunan dan pemisahan output dengan suhu 150-250oC yang
menghasilkan bensin dan solar.
Sistem pada pirolisis diatur untuk memulai pada saat sistem pemanan
memanaskan tungku hingga mencapai 650oC sehingga siap memanaskan
sampah plastik dan berhenti ketika telah selesai mengolah sampah dan
mendapatkan output bahan bakar yang diinginkan.

37
Diagram blok fungsi lebih detail sebagai berikut

Gambar 3.5. Diagram blok fungsi

3.6. Morfologi Desain


Morfologi yang dapat dijadikan gambaran dalam pemilihan
alternatif dalam desain pirolisis adalah sebagai berikut
Tabel 3.3. Tabel Morfologi
No Solusi Sub Alternatif Alternatif 2 Alternatif Alternatif
Fungsi 1 yang yang
terpilih terpilih 2
1 Penampung Tong Kayu 1 1
Sampah Plastik
input
2 Tungku Keramik Alumunium 2 2
Pemanas
3 Filter Stainless Canister 1 1
steel
Benang Y
4 Alternatif Sistem ORC 1 2
tambahan Pendingin
Kondensor
1

38
5 Kondensor 2 output 1 output 1 1
2

Berdasarkan pemilihan alternatif desain diatas, penulis memilih


alternatif yang terpilih 1 dengan sistem pendingin sebagai tambahan
kondensor 1 dikarenakan sistem pirolisis dalam desain ini
membutuhkan penurunan suhu yang cukup signifikan setelah output
kondensor 1 memiliki suhu kurang dari atau sama dengan 450o celcius
untuk dapat memasuki kondensor 2 dan mengalami pendinginan
kembali untuk mendapatkan hasil output bahan bakar yang di inginkan
dengan suhu 150-200oC.

3.7. Spesifikasi Teknis


Spesifikasi desain teknis yang diinginkan adalah sebagai berikut
Tabel 3.4. Spesifikasi Teknis
No Tuntutan Persyaratan yang harus Tingkat
Perancangan dimiliki Keperluan
Menggunakan gas LPG D
1 Energi
Menggunakan Bricket W
2 Material Mudah di dapat D
Mempunyai sifat yang D
diizinkan dengan
temperature yang di
tetapkan
Sesuai dengan standar D
umum
Memiliki umur pemakaian D
yang panjang
3 Ergonomi Mudah Beroperasi D
Sesuai Kebutuhan D
4 Keamanan Konstruksi yang kuat D

39
5 Perawatan Mudah dilakukan D
perawatan

Dalam spesifikasi diatas, perancangan desain diharapkan dapat


memenuhi persyaratan yang diinginkan sehingga dapat bermanfaat
dengan maksimal baik dari segi fungsi maupun perawatan alat.
Perawatan dan pengoperasian yang mudah akan sangat membantu
pengguna dalam memanfaatkan alat untuk mendapatkan output dengan
maksimal.

3.8. Spesifikasi Alat


Adapun spesifikasi alat sistem pirolisis adalah sebagai berikut
Tabel 3.5. Spesifikasi Alat
No Bagian Desain Ukuran yang diinginkan
1 Dimensi input Diameter 58cm tinggi 86cm
daya tampung 200 liter
2 Tungku pembakaran Diameter 58 cm tinggi 86 cm
daya tampung 200 liter
3 Panjang lintasan input Panjang 132 cm diameter
5cm
4 Tinggi lintasan udara ke filter Panjang 50 cm diameter 5 cm
5 Filter udara Panjang 30 cm diameter 50
mm
6 Panjang lintasan filter ke Panjang 30 cm x 30 cm
kondensor 1 diameter 5 cm
7 Panjang lintasan kondensor 1 Panjang 30 cm diameter 5 cm
ke 2
8 Panjang lintasan kondensor 2 Panjang 30 x 20 cm diameter
ke output 5 cm
9 Panjang lintasan kondensor 1 Panjang 20cm
ke pendingin

40
9 Dimensi keseluruhan Panjang 400 cm tinggi 186
cm
10 Suhu Tungku saat pemanasan 600-650oC
11 Suhu Output Gas 550-600oC
12 Suhu Output Kondensor 1 < 450oC
13 Suhu Output Kondensor 2 150-250oC

Spesifikasi diatas merupakan spesifikasi alat yang di desain untuk


mendapatkan output secara optimal, dengan desain dimensi yang
disesuaikan dengan kebutuhan ruang masing-masing proses pirolisis.

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Penghitungan


4.1.1 Sampah Plastik di Kabupaten Bogor
a. Jumlah dan karakter sampling

Jumlah sampling dihitung sesuai dengan Standar Nasional Indonesia


(SNI) 19-3964-1994. Dengan Kabupaten Bogor mempunyai penduduk
sebesar 5,8 juta jiwa. Maka sesuai persamaan rumus diperoleh hasil
perhitungan sampel sebagai berikut :

 Jumlah Sampel Jiwa


𝑆 = 𝐶𝑑 √𝑃𝑠
𝑆 = 1 √5.800.000
𝑆 = 2408 jiwa

42
 Jumlah Sampel Kepala Keluarga
𝑆
𝐾=
𝑁
2408
𝐾=
5
𝐾 = 481,6
𝐾 = 482 Kepala Keluarga
b. Persentase Sampah Plastik di Kabupaten Bogor

Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah persentase sampah


plastik yang berada di Kab. Bogor adalah 30% dengan massa 31,8
Ton/hari.
𝐵𝑠
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 =
𝑃𝑠
31800
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 =
5800000
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 = 0,005 𝑘𝑔/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖

43
4.1.2 Desain Pirolisis
a. Menghitung Gas yang dihasilkan dari hasil pemanasan sampah

Menghitung gas yang dihasilkan dari hasil pemanasan sampah


menggunakan perbandingan berikut

Gambar 4.1. Output HDPE

Gambar 4.2. Output PET


Berdasarkan output diatas, gas yang paling banyak dihasilkan
ialah pada sampah plastik PET sebesar 45.4%, maka dengan kapasitas
tampung pemanasan maksimal 200 liter atau 200.000 gram massa
sampah.
Dari data diatas, apabila 500gr = 45,4% maka, apabila digunakan
200.000 gr sampah
500𝑔𝑟 = 45,4%
4 (500)𝑔𝑟 = 4(45,4%)

44
4(227)𝑔𝑟 = 908 gr
908𝑔𝑟 = 0,908 𝑙
Output tersebut terjadi pada saat proses pemanasan dengan suhu
maksimal 650oC. Pada suhu tersebut, gas yang di hasilkan mengandung
beberapa senyawa seperti H2, CH4, CO2, dan CO.

b. Menghitung kadar metana yang dihasilkan


Dalam kandungan gas hasil pembakaran terdapat komposisi
senyawa sebagai berikut
Tabel 4.1. Komposisi Senyawa Gas Hasil Pemanasan
Senyawa Persentase
H2 2,1 %
CH4 1,8%
CO2 37,8%
CO 52,6%

Dari data di atas, dapat dicari gas metana yang di hasilkan oleh desain
dari massa gas hasil pembakaran yaitu
Tabel 4.2. Massa gas metana yang di hasilkan
Senyawa Massa gas
H2 19,068 gr
CH4 16,34 gr
CO2 343,22 gr
CO 477,608 gr

c. Menghitung output bensin yang dihasilkan


Output bahan bakar yang di keluarkan oleh desain dapat di hitung
dari massa gas yang di hasilkan dari hasil pemanasan setelah melalui
proses filterisasi. Gas dari hasil pemanasan adalah 908 gr atau 0,908
liter. Gas yang di keluarkan ini berada pada suhu 650oC setelah melalui
kondensor 1 maka gas mengalami penurunan suhu yang menyebabkan
perubahan pada volume gas.

45
1) Volume gas pada output kondensor 1
Terjadi perubahan suhu pada kondensor dari 650oC menjadi 450oC,
volume gas dicari dengan menggunakan persamaan gas ideal
sebagai berikut:

𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
0,908 𝑙 𝑉2
=
650 450
408,6 = 650𝑉2
𝑉2 = 0,628 𝑙

2) Volume gas pada output kondensor 2


Terjadi perubahan suhu pada kondensor dari 450oC menjadi 150oC
untuk menjadi bensin dan 200oC untuk menjadi solar , volume gas
dicari dengan menggunakan persamaan gas ideal sebagai berikut:
a) Untuk menjadi bensin :
𝑃2 𝑉2 𝑃3 𝑉3
=
𝑇2 𝑇3
0,628 𝑉2
=
450 150
94,2 = 450𝑉2
𝑉2 = 0,209𝑙
= 210 𝑚𝑙

b) Untuk menjadi solar:


𝑃2 𝑉2 𝑃3 𝑉3
=
𝑇2 𝑇3
0,628 𝑉2
=
450 200
125,6 = 450𝑉2
𝑉2 = 0,279𝑙
= 280 𝑚𝑙

46
3) Massa bensin yang di hasilkan
Setelah melalui kondensor 2, massa bensin dapat di cari dengan
persamaan massa dan volume
a) Untuk menjadi bensin :
𝑚
𝜌=
𝑉
𝑚
𝜌=
0,21𝑙
𝑚
900𝑘𝑔/𝑚3 =
0,00021𝑚3
0,189 𝑘𝑔 = 𝑚
𝑚 = 189𝑔𝑟
b) Untuk menjadi solar

𝑚
𝜌=
𝑉
𝑚
𝜌=
0,28𝑙
𝑚
900𝑘𝑔/𝑚3 =
0,00028𝑚3
0,252𝑘𝑔 = 𝑚
𝑚 = 252𝑔𝑟

Dalam satu kali proses pirolisis dapat menghasilkan 189 gr bensin


dan 252 gr solar yang dapat menjadi bahan bakar
4) Untuk satu kg gas LPG maka terdapat:
1 kg gas LPG berisi = 40% x 1 kg x (1.000 g/1 kg)
1 kg gas LPG berisi = 400 gram propana (C3H8)
1 kg gas LPG berisi = 400 g x 1 mol/44 g
1 kg gas LPG berisi = 9,1 mol C3H8
Berat gas butana = 60% x 1 kg x 1.000 g/1 kg
Berat gas butana = 600 gram
Berat gas butana = 600 g x1 mol/58 g

47
Berat gas butana = 10,34 mol C4H10
5) Kalor dari Reaksi pembakaran propana:
C3H8 (g) + 5O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O (l)
∆H (reaksi) = ∆H (hasil) + ∆H(reakan)
∆H (reaksi) = 3 ∆Hof CO2 + 4 ∆Hof H2O – ∆Hof C3H8
∆H (reaksi) = 3 (-395,2) + 4 (-286,9) – (-103,9)
∆H (reaksi) = -2229,3 kJ
Jadi, 1 mol C3H8 menghasilkan kalor sebanyak 2229,3 kJ, maka
untuk 9,1 mol C3H8 akan menghasilkan kalor sebanyak: 9,1 mol x
2229,3 kJ/mol = 20286,6 kJ
6) Kalor dari reaksi pembakaran butana:
C4H10 (g) + 6 ½ O2 (g) → 4CO2 (g) + 5H2O (l)
∆H (reaksi) = 4 ∆Hof CO2 + 5 ∆Hof H2O – ∆Hof C4H10
∆H (reaksi) = 4 (-395,2) + 5 (-286,9) – (-126,2)
∆H (reaksi) = -2889,1 kJ
Jadi, 1 mol C4H10 menghasilkan kalor sebanyak 2889,1 kJ, maka
untuk 10,34 mol C4H10 akan menghasilkan kalor sebanyak: 10,34
mol x 2889,1 kJ/mol = 29873,29 kJ
Dengan demikian pembakaran 1 kg gas LPG menghasilkan kalor
sebanyak:
(20286,6 kJ) + (29873,29 kJ) = 50159,92 kJ
7) Q luar = 0,189 . 48 . 300
= 2721,6 kJ

48
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan berupa pirolisis plastik, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil volume pada bensin ialah 210 ml pada suhu 150°C.
2. Hasil volume pada solar ialah 280 ml pada suhu 200°C.
3. Massa yang dihasilkan pada bensin ialah 189 gr dan 252 gr pada solar.
4. Diantara jenis plastik yang telah diteliti, maka jenis plastik yang memiliki
potensi sifat fisik dan kimia yang lebih unggul jika diolah menjadi minyak
pirolisis adalah jenis plastik PET.

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian, maka saran yang diberikan untuk
penelitian selanjutnya adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang teknik pirolisis dan sistem
pendingin yang memadai untuk pirolisis plastik ini .
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat-zat penyusun bahan
bakar minyak pirolisis dengan menggunakan peralatan gas LPG.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pemurnian dari minyak
pirolisis yang dihasilkan .
4. Masukkan sampah plastik dalam keadaan kering sehingga membantu
dalam perawatan alat pirolisis yang lebih baik.
5. Hindari memasuki sampah plastik melebihi kapasitas 200 kg pada alat
pirolisis.
6. Perhatikan sisa buang hasil pemanasan agar tidak menumpuk dan
menghambat proses pada pirolisis.

49
DAFTAR PUSTAKA

[1] Achyut Kumar Panda, 2011, Studies on process optimization for


production of liquid fuels from waste plastics, Chemical Engineering
Department, National Institute of Technology, Rourkela 769008
[2] Biomass Energy Europe. 2010. Harmonization of biomass resource
assessments, Volume I: Best Practices and Methods Handbook. BEE:
Freiburg-Germany.
[3] Sarker, M., Rashid, M. M. (2013). Mixture of LDPE, PP and PS Waste
Plastics into Fuel by Thermolysis Process. International Journal of
Engineering and Technology Research, Vol. 1, No. 1.
[4] Darni, Y., Utami, H. (2010). Studi Pembuatan dan Karakteristik
Mekanik dan Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol.7, No.4, Hal. 190-195. ISSN
1412-5064.

[5] Sumarni.,2008 “Kinetika Reaksi Pirolisis Plastik Low Density


Poliethylene (LDPE)”,Jurusan Teknik Kimia,Institut Sains dan
Teknologi AKPRIND Yogyakarta

[6] Ramadhan,Aprian dan Ali,Munawar “PENGOLAHAN SAMPAH


PLASTIK MENJADI MINYAK MENGGUNAKAN PROSES
PIROLISIS”,Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan,Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur

[7] Nurminah Mimi,2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan


Plastik dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas.
Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian,Universitas Sumatera
Utara

50

Anda mungkin juga menyukai