Mata Kuliah :
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB)
Ir. Eka Maulana, MMT
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Perancangan Sistem Pirolisis ini
dengan baik dan tepat waktu. Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat
lulus mata kuliah Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa program Studi Teknik
Mesin Jurusan Teknik Universitas Pancasila. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Ir. Eka Maulana, MMT selaku dosen mata kuliah PLTB.
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah sebagai media pembelajaran yang aktif
baik bagi penulis dan pembaca kelak. Laporan ini berisi informasi dan desain
pirolisis yang telah penulis kaji dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 5
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
2.1. Biomassa .................................................................................................. 7
2.2. Pirolisis ..................................................................................................... 9
2.3. Plastik ..................................................................................................... 12
2.3.1 Jenis Plastik Secara Umum Dan Sifat Plastik ................................. 14
2.4. Pengkodean Dan Penggunaan Plastik Di Kehidupan Sehari-hari .......... 24
2.5. Asap Cair ................................................................................................ 25
2.6. Katalis pada proses pirolisis ................................................................... 28
BAB III ................................................................................................................. 30
3.1. Blok Diagram Kerja ............................................................................... 30
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 32
3.2.1 Alat .................................................................................................. 32
3.2.2 Bahan............................................................................................... 32
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34
3.4. Tahap Perancangan ................................................................................. 34
3.4.1 Perancangan Sistem Pemanasan ..................................................... 34
3.4.2 Perancangan Sistem Filterisasi ........................................................ 36
3.5. Blok Diagram Fungsi ............................................................................ 37
3.6. Morfologi Desain ................................................................................... 38
3.7. Spesifikasi Teknis................................................................................... 39
3.8. Spesifikasi Alat....................................................................................... 40
4.1 Analisa Penghitungan ............................................................................. 42
4.1.1 Sampah Plastik di Kabupaten Bogor .............................................. 42
4.1.2 Desain Pirolisis ............................................................................... 44
ii
BAB V................................................................................................................... 49
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 49
5.2. Saran ....................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1.1. Jumlah Polusi Laut atas Sampah Plastik (juta ton/tahun)
(https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-
86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia)
1
oleh CNN Indonesia, KLHK menargetkan pengurangan sampah plastic lebih
dari 1,9 juta ton hingga 2019.
Seperti yang di kutip dalam AA.com Indonesia akan menghasilkan
sampah sekitar 66-67 juta ton sampah pada 2019, jumlah ini lebih tinggi
disbanding jumlah per tahun yang mencapai 64 juta ton. Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan jenis sampah yang dihasilkan
didominasi oleh sampah organic mencapai 60 persen dan sampah plastik yang
mencapai 15 persen.
2
Gambar 1.3. Proporsi Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga 2013-2018
(https://www.kompasiana.com/honyirawan/5c8ee2780b531c788859a9b5/data
-dan-fakta-terkini-air-minum-sanitasi-indonesia-2019?page=all)
3
Gambar 1.5. Masa Penguraian Sampah
(Sumber : ceraproduction.com)
4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk pembahasan ini adalah
1. Bagaimana mengolah sampah untuk menjadi energi baru?
2. Bagaimana proses pirolisis untuk mengolah sampah plastik?
3. Sampah plastik jenis apa saja yang dapat di olah untuk menjadi sumber
energy baru?
1.3. Tujuan
Tujuan dari laporan dan kegiatan ini adalah
1. Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam proses pirolisis
2. Mendesain sistem pirolisis yang dapat menghasilkan output yang maksimal
3. Mengolah kembali sampah plastik menjadi energi baru
5
4. BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini berisi hasil desain dan pembahasan terkait pirolisis
5. BAB V KESIMPULAN
Dalam bab ini akan berisi kesimpulan yang di dapatkan setelah melakukan
penelitan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biomassa
Energi biomassa telah ada sejak lama sebelum orang berbicara tentang
energi terbarukan atau sumber energi alternatif. Ada suatu masa ketika kayu
adalah bahan bakar utama untuk pemanasan dan memasak di seluruh dunia. Hal
tersebut sampai saat ini masih berlaku dibeberapa negara seperti Indonesia,
meskipun sudah mulai sedikit lagi penggunanya. Ketika kita berbicara tentang
biomassa saat ini, kita pada dasarnya berbicara tentang beberapa aplikasi yang
berbeda, yaitu:
7
generator sehingga meningkatkan efisiensi dalam pengaturan gabungan
panas dan daya (Combined Heat and Power).
8
Sementara nyaman untuk transportasi, dibutuhkan jauh lebih banyak
energi untuk menghasilkan biofuels daripada biomassa.
2.2. Pirolisis
Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/Api) dan Lyo (Loosening/Pelepasan)
untuk dekomposisi termal dari suatu bahan organik. Pirolisis merupakan suatu
bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya. Proses pirolisis atau devolatilisasi
merupakan proses perengkahan plastik pada suhu tinggi dimulai pada
temperature sekitar 230 °C.
Perengkahan plastik pada suhu tinggi adalah proses paling sederhana
untuk daur ulang plastik (Soedarto,2006). Pada senyawa yang berderajat
polimerisasi tinggi, pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada suhu
tinggi mengikuti mekanisme radikal bebas. Reaksi ini melalui tiga tahap yaitu,
tahap memulai, tahap perambatan dan tahap penghentian (Sabarodin &
Dewanto, 1998). Pada proses ini material polimer atau plastik dipanaskan pada
suhu tinggi. Proses pemanasan ini menyebabkan struktur makro molekul dari
plastik terurai menjadi molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon rantai pendek
terbentuk. Produk yang dihasilkan berupa fraksi gas, residu padat dan fraksi
cair yang mengandung parafin, olefin, napthan, dan aromatis. Hasil proses
pirolisis ini dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan baku yang
digunakan ,waktu dan suhu proses (Zhang et al,2009).
Teknik pirolisis telah digunakan sejak awal tahun 1930 di Jerman untuk
peningkatan residu hidrogenasi yang diperoleh dari pencairan/pelelehan
batubara. Keunggulan nyata dari pirolisis dibandingkan dengan pembakaran
(incineration), yaitu dapat mereduksi gas buang hingga 20 kali. Disisi lain,
produk pirolisis dapat dimanfaatkan lebih fleksibel dan penanganannya lebih
mudah (Rahmad, 1989). Tekhnik pirolisis ini mampu menghasilkan gas
pembakaran yang berguna dan aman bagi lingkungan .Tekhnik ini dapat
dikatakan sebagai metode yang ramah lingkungan sebab produk akhirnya
menghasilkan CO2 dan H2O yang merupakan gas toksik.
9
Menurut Tahir (1992), Pranata (2007), pada proses pirolisis dihasilkan
tiga macam penggolongan produk yaitu :
1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi sebagian besar berupa
gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti
CO, CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain.
2. Destilat berupa asap cair dan tar. Komposisi utama dari asap cair adalah
senyawa-senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1 hingga C4 dan senyawa
rantai panjang seperti paraffin dan olefin. Bagian lainnya merupakan
komponen minor yaitu fenol, metal asetat, asam format, asam butirat dll.
Produk cair yang menguap mengandung tar dan poliaromatic hidrocarbon.
3. Residu (karbon)
Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam bahan berbeda-beda
tergantung jenis bahan yang digunakan.
Dalam pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar cair dengan
proses pirolisis tidak diperlukan perlakuan presortir dan tidak pula diperlukan
kondisi yang harus bersih dari kotoran seperti pasir, abu, kaca, logam, tekstil,
air, minyak bekas dll.
1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena semakin
lama waktu proses pirolisis berlangsung produk yang dihasilkannya (residu
padat, tar, dan gas) makin naik (Sumarni 2008). Kenaikan itu sampai dengan
waktu tak hingga yaitu waktu yang diperlukan sampai hasil padatan ,residu
dan tar mencapai konstan . Nilai waktu tak hingga ini dihitung dari sejak
proses isothermal berlangsung ,tetapi jika melebihi waktu optimal maka
karbon akan teroksidasi oleh oksigen (terbakar) menjadi karbondioksida dan
abu (Aprian Ramadhan, 2011).
2. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai
dengan persamaan Arhenius yaitu k = A exp (-R/T). Suhu makin tinggi, nilai
konstanta dekomposisi termal makin besar akibatnya laju pirolisis bertambah
dan konversi naik tetapi disamping itu untuk menentukan suhu yang tepat
10
dapat melihat dari titik leleh/titik didih dari bahan baku yang akan digunakan
.
Pada jurnal ilmiah teknik lingkungan UPN Veteran Jawa Timur yang
dilakukan Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali (2011) melaksanakan
penelitian pada rentang suhu 200-4200 C menyatakan bahwa semakin tinggi
suhu proses, maka massa yang ada didalam reactor akan semakin turun.
Dengan bertambah tingginya suhu pemanasan maka zat-zat yang terkandung
dalam plastik akan terurai dengan sempurna. Zat-zat tersebut akan terurai
menjadi gas dan cair (minyak).
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Semakin besar ukuran
partikel luas permukaan per satuan berat semakin kecil,sehingga proses akan
menjadi lambat.
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan menyebabkan hasil bahan
bakar cair(tar) dan arang meningkat.
5. Pemilihan karakteristik jenis bahan baku plastik
Karakteristik setiap jenis plastik berbeda satu sama lain sehingga sangat
berpengaruh terhadap komposisi produk cair yang akan dihasilkan.
11
c. Pirolisis Kilat (Flash Pyrolysis)
Proses pirolisis ini berlangsung hanya beberapa detik saja dengan
pemanasan yang sangat tinggi. Flash pyrolysis pada biomassa membutuhkan
pemanasan yang cepat dan ukuran partikel yang kecil sekitar 105 -250 μm.
d. Pirolisis katalitik biomassa
Pirolisis katalitik biomassa untuk membuktikan kualitas minyak yang
dihasilkan. Minyak tersebut diperoleh dengan cara pirolisis katalitik biomassa
tidak memerlukan teknik pra-pengolahan sampel yang mahal yang melibatkan
kondensasi dan penguapan kembali.
2.3. Plastik
Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer"
(Wikipedia, 2009). Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan
gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini
digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik
yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstruksi (Syarief,
1989).
Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer
dan bisa juga bahan-bahan penambah non plastik atau bahan aditif yang
diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan aditif dalam
pembuatan plastik ini merupakan bahan dengan berat molekul rendah, yaitu
berupa pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar
ultraviolet, bahan pengisi dan penguat.
Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum
dengan melihat tulang-belakang polimernya (vinil{chlorida}, polyethylene,
acrylic, silicone, urethane, dll.). Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon
saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang.
(beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah
bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi
kesatuan. Untuk mengeset properti plastik, grup molekuler berlainan
"bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari
12
monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk
rantai polimer). (Wikipedia,2009)
Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan
digunakan sejak abad ke-20. Ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika
Serikat pada tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi
primadona bagi dunia industri. Produksinya di seluruh negara lebih dari 100
juta ton per tahunnya dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari
hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an menjadi 150 juta ton/tahun pada
tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan
material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60 kg/orang/tahun, di
Amerika Serikat mencapai 80 kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2
kg/orang/tahun (APME, 2004).
Plastik yang kita kenal sehari-hari sering dipertukarkan dengan polimer
sintetik. Ini dikarenakan sifat plastik yang mudah dibentuk (bahasa latin;
plasticus = mudah dibentuk) dikaitkan dengan polimer sintetik yang dapat
dilelehkan dan diubah menjadi bermacam-macam bentuk. Padahal sebenarnya
plastik mempunyai arti yang lebih sempit. Plastik termasuk bagian polimer
termoplastik.
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak
dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali,
sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang
berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Jenis plastik tidak
memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur
molekul linear atau bercabang. Bentuk struktur polimer termoplastik sebagai
berikut :
13
Gambar 2.2. Bentuk struktur molekul bercabang polimer
termoplastik
14
bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus
dan tersusun paralel. Reaksi yang terjadi adalah :
15
b. Polietilen densitas menengah (MDPE = Medium Density Polyethylene)
MDPE lebih kaku dari LDPE dan titik lelehnya lebih tinggi dari LDPE,
yaitu antara 115-135 oC, mempunyai densitas 0.927-0.940 g/cm3.
c. Polietilen Densitas Tinggi (HDPE = High Density Polyethylene)
HDPE adalah termoplastik polietilena terbuat dari minyak bumi.
Dikenal karena kekuatan yang besar untuk rasio kepadatan, HDPE umumnya
digunakan dalam produksi botol plastik, pipa tahan korosi, geomembranes,
dan kayu plastik. HDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan dan
suhu yang rendah (10 atm, 50-70 oC). HDPE lebih kaku dibanding LDPE dan
MDPE, tahan terhadap suhutinggi sehingga dapat digunakan untuk produk
yang akan disterilisasi. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon,
alkahtene, blapol, carag, fi-fax,hostalon. HDPE memiliki percabangan yang
sangat sedikit, hal ini dikarenakan pemilihan jenis katalis dalam produksinya
(katalis Ziegler-Natta) dan kondisi reaksi. Karena percabangan yang sedikit,
HDPE memiliki kekuatan tensil dan gaya antar molekul yang tinggi sehingga
HDPE lebih keras dan bisa bertahan pada temperatur tinggi (135 oC).
d. Linear-low-density polyethylene (LLDPE)
Koplimer etilen dengan sejumlah kecil butana, heksana atau oktana,
sehingga mempunyai cabang pada rantai utama dengan interval (jarak) yang
teratur. LLDPE lebih kuat daripada LDPE dan sifat heat sealing-nya juga
lebih baik.
16
g) Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang
beraroma.
h) Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak
i) Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan
antiblok sifat ini dapat diperbaiki.
j) Dapat dicetak
(─CH2─ CH ─)n
│
CH3
atau
Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polypropylene
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen,
Escon, Olefane dan Profax. Kebanyakan polipropilena komersial merupakan
isotaktik dan memiliki kristalinitas tingkat menengah di antara polietilena
berdensitas rendah dengan polietilena berdensitas tinggi; modulus Youngnya
juga menengah (Wikipedia, 2009)
17
Gambar 2.4. Struktur kimia 3 D Polipropilen
Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polypropylene
Sifat-sifat dari polipropilen yaitu :
a. Ringan (densitas 0.9 g/cm3)
b. Mudah dibentuk
c. Tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan
dalam bentuk kemasan kaku
d. Lebih kuat dari PE. Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya
mudah pecah pada suhu -30 oC sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan
lainuntuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. Tidak dapat
digunakan untuk kemasan beku.
e. Melalui penggabungan partikel karet, PP bisa dibuat menjadi liat serta
fleksibel, bahkan di suhu yang rendah. Hal ini membolehkan
polipropilena digunakan sebagai pengganti berbagai plastik teknik, seperti
ABS.
f. Polipropilena memiliki titik leleh 130-171 °C (Wikipedia , 2009) ,
sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning Calorimetry (DSC)
sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan sifat kelim panas
yang baik.
g. Polipropilena memiliki resistensi yang sangat bagus terhadap kelelahan
(bahan).
h. Polipropilena memiliki permukaan yang tak rata, seringkali lebih kaku
daripada beberapa plastik yang lain, lumayan ekonomis, dan bisa dibuat
translusen (bening) saat tak berwarna tapi tidak setransparan polistirena,
akrilik maupun plastik tertentu lainnya. Bisa pula dibuat buram dan/atau
berwarna-warni melalui penggunaan pigmen.
18
i. Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam
penanganan dan distribusi.
j. Daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas
terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah
rusakoleh oksigen.
k. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 120 oC, sehingga dapat dipakai
untuk mensterilkan bahan pangan.
l. Polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk
kemasan minyak dan sari buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh
olehpelarut kecuali oleh HCl.
m. Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen dan asam
nitrat kuat.
atau
Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polyethylene_terephthalate
19
Struktur kimia polietilena tereftalat (PET) dapat berwujud padatan amorf
(transparan) atau sebagai bahan semi-kristal yang putih dan tidak transparan,
tergantung kepada proses dan riwayat termalnya. Monomernya dapat
diproduksi melalui esterifikasi asam tereftalat dengan etilen glikol, dengan air
sebagai produk sampingnya. Monomer PET juga dapat dihasilkan melalui
reaksi transesterifikasi etilen glikol dengan dimetil tereftalat dengan metanol
sebagai hasil samping. Polimer PET dihasilkan melalui reaksi polimerasi
kondensasi dari monomernya. Reaksi ini terjadi sesaat setelah
esterifikasi/transesterifikasinya dengan etilen glikol sebagai produk samping
(dan etilen glikol ini biasanya didaur ulang).
20
8. tidak mudah dikelim dengan pelarut
Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_chloride
Reaksi polimerisasi vinil klorida ditemukan pada tahun 1835 oleh
Regnault, dan fabrikasinya dimulai tahun 1931. Nama-nama dagang PVC
adalah Elvax, Geon, Postalit, Irvinil, Kenron, Marvinol, Opalon, Rucoblend,
Vinoflex. Kemasan PVC dapat berupa kemasan kaku atau kemasan bentuk.
21
c. Oriented Film
PVC jenis oriented film mempunyai sifat yang luwes (lunak) dan tidak mudah
berkerut.
5. Polistirena (PS)
Polistirena merupakan salah satu polimer yang ditemukan pada sekitar
tahun 1930, dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspensi.
Stirena dapat diperoleh dari sumber alam yaitu petroleum. Stirena
merupakan cairan yang tidak berwarna menyerupai minyak dengan bau
seperti benzena dan memiliki rumus kimia C6H5CH=CH2 atau ditulis sebagai
C8H8 dan rumus bangun :
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Polystyrene
Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat padat, dapat mencair
pada suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik.
Polistirena pertama kali dibuat pada 1839 oleh Edward Simon, seorang
apoteker Jerman. Ketika mengisolasi zat tersebut dari resin alami, dia tidak
22
menyadari apa yang dia telah temukan. Seorang kimiawan anorganik
Jerman lainnya, Hermann Staudinger, menyadari bahwa penemuan Simon
terdiri dari rantai panjang molekul stirena yang adalah sebuah polimer
plastik. Lalu diproduksi secara komersial tahun 1935 dengan nama dagang
Bextrene, Carinex, Dylene, Fostarene, Kardel, Vestyran, Lustrex, Restirolo,
Luran dan Lorkalene. Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak
berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk
menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus.
23
f. permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak
g. bila kontak dengan pelarut akan keruh
h. mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan
plastik lain menyebabkan penyimpangan warna
i. mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran
j. baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium)
k. Berat jenis ASTMd 792 : 1,04-1,1
24
Tabel 2.1. Tabel pengkodean jenis-jenis plastik dan penggunaannya dalam produk
25
Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi
uap. Proses pemanasan ini menyebabkan perengkahan pada molekul polimer
plastik menjadi potongan molekul yang lebih pendek. Selanjutnya, molekul-
molekul ini didinginkan menjadi fase cair. Cairan yang dihasilkan jadi bahan
dasar minyak atau minyak mentah atau pyrolytic oil sebagai produk cair
mengandung nafta dan komponen lain yang relatif potensial untuk diolah
kembali menjadi fraksi yang dapat memberikan nilai tambah. Asap cair yang
dihasilkan dari proses pirolisis sampah plastik memiliki potensi sebagai bahan
bakar cair dengan diketahuinya kandungan komponen/senyawa dari asap cair
pirolisis limbah plastik (tri Anggono dkk,2009).
Penelitian yang dilakukan Tri Anggono tahun 2009 menyatakan asap
cair yang dihasilkan dari proses pirolisis sampah plastik bungkus makanan
dan kantong plastik memiliki potensi sebagai bahan bakar cair karena
mempunyai komponen-komponen yang memiliki sifat mudah terbakar
dengan diketahuinya kandungan komponen/senyawa dari asap cair yang
dihasilkan melalui hasil analisis GC-MS. Komponen kimia penyusun dari
asap cair yang dihasilkan pada sampel sampah plastik bungkus makanan
adalah 2-propanon/aseton, asam borat, asam asetat dan siklopentanon.
Komponen kimia penyusun dari asap cair yang dihasilkan pada sampel
sampah kantong plastik adalah 2-hidroksimetil-3-metil-oxiran, asam asetat,
hidroksiaseton, 2 siklopentana, dan 2-butanon/metil etil keton.
A. Sifat Asap Cair
1. Sifat fisis
a. Densitas
Densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar
pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata suatu benda adalah total
massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa
jenis yang lebih tinggi akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah.
Satuan SI massa jenis adalah kg/m3. Massa jenis berfungsi untuk
menentukan suatu zat karena setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.
26
Suatu zat berapapun massanya dan berapapun volumenya akan memiliki
massa jenis yang sama.
Massa jenis berbagai fluida dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Massa jenis berbagai fluida
No Jenis Minyak Massa Jenis (kg/L) Pustaka
1. Bensin 0,68 Giancoli, D.C.,1997
2. Alkohol Alkil 0,79
3. Air Laut 1,025
4. Raksa 13,6
5. Air (40C) 1
6. Darah 1,05
7. Udara 1,29
8. Minyak Tanah 0,78-0,81 http//www.en.wikipedia.orgs
2. Sifat kimia
a. Nilai Kalor
Nilai kalor rendah (LHV, Lower Heating Value ) adalah jumlah energi
yang dilepaskan dalam proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor
laten dari uap air tidak diperhitungkan atau setelah terbakar temperature gas
pembakaran dibuat 1500C. Pada temperature ini air berada dalam kondisi
fasa uap. Jika jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau setelah terbakar
temperature gas hasil pembakaran dibuat 250C maka akan diperoleh nilai
kalor atas (HHV, High Heating Value). Pada temperature ini air akan berada
dalam kondisi fasa cair.
Nilai kalor bahan bakar dapat diketahui dengan menggunakan bom
kalorimeter. Bahan bakar yang akan diuji nilai kalornya dibakar
menggunakan kumparan kawat yang dialiri arus listrik dalam bilik yang
disebut bom dan dibenamkan di dalam air. Bahan bakar yang bereaksi
dengan oksigen akan menghasilkan kalor, hal ini menyebabkan suhu
calorimeter naik. Untuk menjaga agar panas yang dihasilkan dari reaksi
bahan bakar dengan oksigen tidak menyebar ke lingkungan luar maka
calorimeter dilapisi oleh bahan yang bersifat isolator.
27
Nilai kalor dari berbagai macam bahan bakar dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 2.3. Nilai kalor dari berbagai macam bahan bakar
No Bahan Bakar Nilai Kalor (kJ/g)
1. Minyak Tanah 43
2. Bensin 47,3
3. Aseton 29
4. Batubara 15-27
5. Kokas 28-31
6. Minyak diesel 44,8
7. Arang 29,6
8. Butana 49,5
9. Alkohol 96% 30
10. Hidrogen 141,79
28
Aktivasi zeolit alam dapat dilakukan baik secara fisika maupun secara
kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,
pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi untuk mengurangi kandungan
air dalam zeolit alam,memperbesar pori, serta menghilangkan pengotor-
pengotor organik. Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan dengan
pengasaman, bertujuan untuk menghilangkan pengotor organik, serta
meningkatkan suasana asam pada zeolit alam yang diyakini dapat
mempengaruhi aktivitas zeolit sebagai katalis.
Salah satu kelebihan dari zeolit adalah memiliki luas permukaan dan
keasaman yang mudah dimodifikasi [Achyut, Kumar] Zeolit yang banyak
ditemukan dalam batuan alam memiliki kerangka dasar yang terdiri dari unit-
unit tetrahedral AlO4 2- dan SiO4 -. Keduanya saling berhubungan melalui
atom O, dan di dalam struktur Si 4+ dapat digantikan dengan Al 3+ , ataupun
sebaliknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kerangka tetrahedral
dari zeolit tidak stabil terhadap asam atau panas. Namun diketahui pula bahwa
zeolit mordenit yang memiliki perbandingan Si/Al = 5 adalah sangat stabil.
Maka diusahakan untuk membuat zeolit dengan kadar Si lebih tinggi daripada
1 [Zadgaonkar]. Selektivitas zeolit sebagai katalis proses perengkahan
hidrokarbon juga sangat baik pada rasio Si/Al yang tinggi, karena cenderung
menyerap molekul-molekul non polar.
Salah satu cara untuk mendapatkan rasio Si/Al yang tertentu adalah
dengan dealuminasi. Dengan rasio Si/Al yang tinggi, zeolit akan semakin
memiliki ketahanan terhadap suasana asam maupun suhu tinggi hingga 900 K
[Zadgaonkar, Gao] . Perlakuan dengan asam lemah juga dapat meningkatkan
rasio Si/Al, disamping mampu meningkatkan volume dan luas permukaan
[Gao] . Beberapa penelitian sebelumnya telah diamati penggunaan katalis
zeolit dari berbagai sumber dengan rasio Si/Al tertentu terhadap perolehan
hasil pirolisis limbah plastik [Dermibas, Mastral, Garforth] .
29
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
Mulai
Penemuan Masalah
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan
Identifikasi Kebutuhan
30
Perancangan Konsep
Seleksi Desain
Parameter
Selesai
31
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam perencanaan desain pirolisis ini
adalah sebagai berikut
Tabel 3.1. Tabel Alat
No Alat Spesifikasi Keterangan
1. Gerinda Gerinda Tangan Untuk
4” memotong besi
2. Alat TIG (Tungsten Untuk
Pengelas Inert Gas) menyambung
bahan
alumunium
3. Gergaji Gergaji Tangan Untuk
memotong kayu,
pipa PVC dan
alumunium
4. Lem Pipa Lem PVC Untuk
bersifat Solvent menempelkan
Cement sambungan pipa
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk merealisasikan desain yang
diinginkan adalah sebagai berikut
Tabel 3.2. Tabel Bahan
No Bahan Spesifikasi Keterangan
1. Tong Besi Diameter 58 cm Digunakan
200liter tinggi 86 cm untuk tungku
pemanasan,
karena titik
leburnya cukup
tinggi 1535oC
32
2. Alumunium Digunakan
sebagai bagian
luar kondensor
1, karena titik
leburnya
mencapai
657oC
3. Pipa Diameter 5 cm Digunakan
Alumunium sebagai saluran
aliran udara dari
tungku
pemanasan
4. Pipa PVC Diameter 25cm Digunakan
setengah sebagai saluran
lingkaran aliran sampah
dari tempat
penampungan
ke tungku
pemanasan
5. Tong Plastik Diameter 58 cm Digunakan
200 liter tinggi 68 cm untuk tempat
menampung
sampah
6. Filter Udara Stainless steel Digunakan
benang Y 50mm sebagai
saringan awal
setelah
pemanasan
7. Keramik High Digunakan
Temperature sebagai wadah
Ceramic Cyber sumber panas
Blanket
33
untuk tungku
pemanasan
8. Gas LPG Tabung 3kg atau Sebagai sumber
lebih panas
34
Gambar 3.2. Desain Sistem Pemanas
Untuk bagian kiri tungku besi akan dibuatkan lubang berupa lubang kecil
berbentuk kotak berukuran 10x10 cm yang digunakan untuk mengambil sisa
pembakaran yang tidak terbakar sehingga tidak menumpuk. Desain besi dipilih
karena mampu menahan panas hingga lebih dari 1000 derajat celcius.
35
3.4.2 Perancangan Sistem Filterisasi
36
3.5. Blok Diagram Fungsi
Dalam Blok Fungsi diatas, di jelaskan bahwa input yang digunakan untuk
pemanasan sampah plastik adalah gas LPG minimal 3kg yang akan digunakan
untuk memanaskan tungku pemanasan hingga mencapai suhu 550-650oC
dengan output berupa gas yang mengandung H2, CO2, CH4 dan CO dan sisa
pembakaran yang akan di buang melalui penampung pada tungku pemanasan.
Suhu yang ingin di capai akan di gunakan untuk memanaskan plastik jenis
HDPE, PET dan PS output gas akan di alirkan melalui sistem filterisasi yang
terdiri dari filter udara, kondensor 1 yang akan menurunkan suhu gas menjadi
di bawah 450oC untuk kemudian masuk ke dalam kondensor 2 yang akan
mengalami penurunan dan pemisahan output dengan suhu 150-250oC yang
menghasilkan bensin dan solar.
Sistem pada pirolisis diatur untuk memulai pada saat sistem pemanan
memanaskan tungku hingga mencapai 650oC sehingga siap memanaskan
sampah plastik dan berhenti ketika telah selesai mengolah sampah dan
mendapatkan output bahan bakar yang diinginkan.
37
Diagram blok fungsi lebih detail sebagai berikut
38
5 Kondensor 2 output 1 output 1 1
2
39
5 Perawatan Mudah dilakukan D
perawatan
40
9 Dimensi keseluruhan Panjang 400 cm tinggi 186
cm
10 Suhu Tungku saat pemanasan 600-650oC
11 Suhu Output Gas 550-600oC
12 Suhu Output Kondensor 1 < 450oC
13 Suhu Output Kondensor 2 150-250oC
41
BAB IV
42
Jumlah Sampel Kepala Keluarga
𝑆
𝐾=
𝑁
2408
𝐾=
5
𝐾 = 481,6
𝐾 = 482 Kepala Keluarga
b. Persentase Sampah Plastik di Kabupaten Bogor
43
4.1.2 Desain Pirolisis
a. Menghitung Gas yang dihasilkan dari hasil pemanasan sampah
44
4(227)𝑔𝑟 = 908 gr
908𝑔𝑟 = 0,908 𝑙
Output tersebut terjadi pada saat proses pemanasan dengan suhu
maksimal 650oC. Pada suhu tersebut, gas yang di hasilkan mengandung
beberapa senyawa seperti H2, CH4, CO2, dan CO.
Dari data di atas, dapat dicari gas metana yang di hasilkan oleh desain
dari massa gas hasil pembakaran yaitu
Tabel 4.2. Massa gas metana yang di hasilkan
Senyawa Massa gas
H2 19,068 gr
CH4 16,34 gr
CO2 343,22 gr
CO 477,608 gr
45
1) Volume gas pada output kondensor 1
Terjadi perubahan suhu pada kondensor dari 650oC menjadi 450oC,
volume gas dicari dengan menggunakan persamaan gas ideal
sebagai berikut:
𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
0,908 𝑙 𝑉2
=
650 450
408,6 = 650𝑉2
𝑉2 = 0,628 𝑙
46
3) Massa bensin yang di hasilkan
Setelah melalui kondensor 2, massa bensin dapat di cari dengan
persamaan massa dan volume
a) Untuk menjadi bensin :
𝑚
𝜌=
𝑉
𝑚
𝜌=
0,21𝑙
𝑚
900𝑘𝑔/𝑚3 =
0,00021𝑚3
0,189 𝑘𝑔 = 𝑚
𝑚 = 189𝑔𝑟
b) Untuk menjadi solar
𝑚
𝜌=
𝑉
𝑚
𝜌=
0,28𝑙
𝑚
900𝑘𝑔/𝑚3 =
0,00028𝑚3
0,252𝑘𝑔 = 𝑚
𝑚 = 252𝑔𝑟
47
Berat gas butana = 10,34 mol C4H10
5) Kalor dari Reaksi pembakaran propana:
C3H8 (g) + 5O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O (l)
∆H (reaksi) = ∆H (hasil) + ∆H(reakan)
∆H (reaksi) = 3 ∆Hof CO2 + 4 ∆Hof H2O – ∆Hof C3H8
∆H (reaksi) = 3 (-395,2) + 4 (-286,9) – (-103,9)
∆H (reaksi) = -2229,3 kJ
Jadi, 1 mol C3H8 menghasilkan kalor sebanyak 2229,3 kJ, maka
untuk 9,1 mol C3H8 akan menghasilkan kalor sebanyak: 9,1 mol x
2229,3 kJ/mol = 20286,6 kJ
6) Kalor dari reaksi pembakaran butana:
C4H10 (g) + 6 ½ O2 (g) → 4CO2 (g) + 5H2O (l)
∆H (reaksi) = 4 ∆Hof CO2 + 5 ∆Hof H2O – ∆Hof C4H10
∆H (reaksi) = 4 (-395,2) + 5 (-286,9) – (-126,2)
∆H (reaksi) = -2889,1 kJ
Jadi, 1 mol C4H10 menghasilkan kalor sebanyak 2889,1 kJ, maka
untuk 10,34 mol C4H10 akan menghasilkan kalor sebanyak: 10,34
mol x 2889,1 kJ/mol = 29873,29 kJ
Dengan demikian pembakaran 1 kg gas LPG menghasilkan kalor
sebanyak:
(20286,6 kJ) + (29873,29 kJ) = 50159,92 kJ
7) Q luar = 0,189 . 48 . 300
= 2721,6 kJ
48
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan berupa pirolisis plastik, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil volume pada bensin ialah 210 ml pada suhu 150°C.
2. Hasil volume pada solar ialah 280 ml pada suhu 200°C.
3. Massa yang dihasilkan pada bensin ialah 189 gr dan 252 gr pada solar.
4. Diantara jenis plastik yang telah diteliti, maka jenis plastik yang memiliki
potensi sifat fisik dan kimia yang lebih unggul jika diolah menjadi minyak
pirolisis adalah jenis plastik PET.
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian, maka saran yang diberikan untuk
penelitian selanjutnya adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang teknik pirolisis dan sistem
pendingin yang memadai untuk pirolisis plastik ini .
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat-zat penyusun bahan
bakar minyak pirolisis dengan menggunakan peralatan gas LPG.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pemurnian dari minyak
pirolisis yang dihasilkan .
4. Masukkan sampah plastik dalam keadaan kering sehingga membantu
dalam perawatan alat pirolisis yang lebih baik.
5. Hindari memasuki sampah plastik melebihi kapasitas 200 kg pada alat
pirolisis.
6. Perhatikan sisa buang hasil pemanasan agar tidak menumpuk dan
menghambat proses pada pirolisis.
49
DAFTAR PUSTAKA
50