Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BATUBARA

Guru Pembimbing :
Rifain, S. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 3
Nurul Hikma Awalia (200101024)
Oktavia Andini (200101025)
Rafli Nugrah Pratama (200101028)
Wahyu Dhiyan Ananda Sujana (200101035)
Zia Putri Khaerunnisa (200101036)

XIII KIMIA ANALIS A


SMK NEGERI 1 BONTANG TAHUN AJARAN 2023/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Analisis Bahan Anorganik dengan dibimbing oleh Bapak
Rifain, S. Pd

Makalah ini membahas mengenai "Batubara" meliputi, asal usul batu bara, fungsi
batu bara, komposisi kimia batu bara, jenis-jenis batu bara, proses pembentukan batu bara.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menjadi sarana pembelajaran bagi pembaca di masa yang akan datang.

Bontang, 14 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Batubara.......................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Batubara..............................................................................................3
2.1.2 Proses Pembentukan Batubara..............................................................................4
2.1.3 Tempat Terbentuknya Batubara............................................................................4
2.1.4 Jenis Batubara dan Sifatnya..................................................................................4
2.1.5 Parameter Kualitas Batubara.................................................................................5
2.1.6 Fungsi Batubara....................................................................................................6
2.2 Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan ............................................6
2.3 Regulasi Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan............................................8
2.4 Volatile Matter.............................................................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Batubara merupakan salah satu sumber daya energi yang masih menjadi peran penting
dalam kebutuhan energi dunia. Berdasarkan Briefing dalam Energy Information
Administration (EIA) pada tahun 2013, batubara merupakan sumber bahan bakar pembangkit
listrik utama di seluruh dunia dan diproyeksikan akan mampu memenuhi sekitar 23% dari
energi dunia hingga tahun 2035. Penggunaan batubara tumbuh secara signifikan dikarenakan
tingkat permintaan energi yang terus meningkat dari konsumen. Selain itu, terdapat cadangan
batubara yang melimpah, biaya yang lebih rendah, stabilitas apsokan batubara, ketersediaan
yang luas dan ditambah dengan alasan cadangan minyak yang mulai menipis menjadikan
penggunaan batubara terus meningkat.
Menurut Dale (2016) dalam BP Statistical Review of Review of World Energy (2016)
menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 negara yang memiliki cadangan batubara
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, Rusia, China, Australia, India, Kazakhstan,
Ukraina dan Afrika Selatan dengan memiliki jumlah cadangan sekitar 3,1% dari jumlah total
cadangan dunia sebesar 891,5 Milyar Ton. Peran batubara sebagai pasokan bahan bakar
energi di Indonesia pada tahun 2050 akan meningkat menjadi 93% (Walujanto, dkk., 2018).
Perkembangan produksi batubara periode tahun 2009-2018 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, dimana pada tahun 2018 capaian produksi mencapai 557 juta ton.
Cadangan batubara Indonesia menyebar di berbagai wilayah Indonesia seperti Sumatera,
Jawa, Kalimantan dan Papua. Terdapat dua wilayah yaitu Kalimantan dan Sumatera
merupakan dua wilayah yang memiliki cadangan batubara terbesar di Indonesia. Total
produksi batubara di Indonesia sebesar 557 juta ton, 357 juta ton (63%) diekspor dan
sebagian besar untuk memenuhi permintaan China dan India. Sementara konsumsi batubara
dalam negeri mencapai 115 juta ton atau lebih kecil dari target konsumsi domestik sebesar
121 juta ton (Suharyati, dkk., 2019).
Salah satu faktor yang menyebabkan lebih rendahnya realisasi konsumsi batubara
adalah pengoperasian beberapa PLTU program 35.000 MW tidak sesuai dengan rencana dan
terdapat beberapa kegiatan industri yang mengalami penurunan. Penggunaan batubara
sebagai bahan bakar energi akan memicu pengembangan industri pertambangan batubara.
Sistem penambangan yang ada didominasi oleh sistem tambang terbuka (open pit coal mine).
Hal ini dikarenakan sebagian besar cadangan batubara terdapat pada dataran rendah atau pada
topografi yang landai dengan kemiringan lapisan batubara yang kecil yaitu <30 (Luthfia et
al., 2021). Penambangan batubara di Indonesia disuaikan dengan karakterisiknya, maka
melakukan penambahan batubara dengan sistem tambang terbuka dinilai lebih ekonomis
dibandingkan dengan sistem tambang dalam.
Besarnya aktivitas penambangan batubara berpotensi memberikan dampak terhadap
ekosistem lingkungan (Setiawan et al., 2017). Menurut Sari (2018), dampak lingkungan dapat
berpengaruh terhadap kualitas udara, kualitas air dan dampak sosial di masyarakat. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Raden, dkk., (2010) dan Purwanto (2015), menerangkan
bahwa kegiatan penambangan batubara menyebabkan beberapa dampak terhadap lingkungan
seperti perubahan bentang alam, penurunan tingkat kesuburan tanah, terjadi ancaman
iv
terhadap keanekaragaman hayati, penurunan kualitas perairan dan penurunan kualitas udara.
Berdasarkan dampak-dampak tersebut, adapun potensi-potensi dampak yang dapat dihasilkan
yaitu meliputi potensi pemanasan global, potensi penipisan ozon dan potensi hujan asam.
Potensi pemanasan global berasal dari aktivitas manusia yang dapat menghasilkan
emisi ke atmosfer sehingga mampu mengakibatkan perubahan iklim dengan adanya
peningkatan suhu (Scrinever and Carmical, 2012). Sementara potensi penipisan ozon
stratosfer atau biasa disebut SODP (Stratospheric Ozone Depletion Potensial) merupakan
penipisan lapisan ozon yang terjadi di stratosfer, hal ini disebabkan oleh gas pencemar CFC
dan HC, gas pencemar ini dapat ditemukan pada alat pendingin udara (Scrinever and
Carmical, 2012). Kemudian potensi hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang
merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil dan nitrogen di udara bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur oksida dan nitrogen oksida (Nasihah, 2018). Dengan adanya dampak-
dampak tersebut diperlukan upaya pengelolaan yang harus diperhatikan dan dilakukan agar
kegiatan penambangan dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah parameter anlisis batubara seperti kandungan sulfur,abu, dan volatile
matter berdampak pada emisi polusi udara selama pembakaran
2. Bagaimana analisis parameter batubara dapat membantu dalam pemilihan
jenis batubara yang sesuai untuk aplikasi tertentu?
3. Apakah kualitas batubara berdampak pada produktivitas dan kinerja proses
pembakaran atau proses lain dalam industri yang mengandalkan batu bara?
4. Bagaimana ekstraksi dan pembakaran batu bara berdampak pada kualitas
udara dan apa potensinya dalam meningkatkan polusi udara di wilayah
sekitarnya.
5. Apakah ekstraksi batubara dapat menyebabkan kerusakan lingkungan fisik
seperti erosi tanah, tanah longosr, atau gangguan terhadap habitat alam?

I.3 Tujuan
1) Siswa dapat mengetahui tentang pengertian batubara secara umum
2) Siswa dapat mengetahui tentang parameter analisa batubara sebagai penentu
kelas batubara
3) Siswa dapat mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan pada lingkungan
terkait penambangan batubara
4) Dapat mengetahui tentang regulasi sesuai peraturan dalam menangani
pertambangan batubara

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batubara
2.1.1 Pengertian Batubara
Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berwarna
coklat sampai hitam yang selanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun sehingga mengakibatkan pengkayaan kandungan
karbonnya (Anggayana, 2002).
Secara garis besar, batubara terdiri dari zat organik, air dan bahan mineral.
Untuk menjadi batubara, ada beberapa tahapan penting yang harus dilewati oleh
batuan dasar pembentuknya. Tahapan penting tersebut yaitu: tahap pertama adalah
terbentuknya gambut (peatification) yang merupakan proses mikrobial dan perubahan
kimia (biochemical coalification). Serta tahap berikutnya adalah proses-proses yang
terdiri dari perubahan struktur kimia dan fisika pada endapan pembentukan batubara
(geochemical coalification) karena pengaruh suhu, tekanan dan waktu.
Ada enam parameter yang mengendalikan pembentukan batubara, yaitu
adanya sumber vegetasi, posisi muka air tanah, penurunan yang terjadi bersamaan
dengan pengendapan, penurunan yang terjadi setelah pengendapan. Kendali
lingkungan geoteknik endapan batubara dan lingkungan pengendapan terbentuknya
batubara. Model geologi untuk pengendapan batubara menerangkan hubungan antara
genesa batubara dan batuan sekitarnya baik secara vertikal maupun lateral pada suatu
cekungan pengendapan dalam kurun waktu tertentu (Diessel, 1992).

2.1.2 Proses Pembentukan Batubara


Batubara berasal dari tumbuhan yang disebabkan karena adanya proses-proses
geologi, kemudian berbentuk endapan batubara yang dikenal sekarang ini. Bahan-
bahan tumbuhan mempunyai komposisi utama yang terdiri dari karbon dan hidrogen.
Selain itu, terdapat kandungan mineral nitrogen. Substansi utamanya adalah cellulose
yang merupakan bagian dari selaput sel tumbuhan yang mengandung karbohidrat
yang tahan terhadap perubahan kimiawi. Pembusukan dari bahan tumbuhan
merupakan proses yang terjadi tanpa adanya oksigen,
Kemudian berlangsung di bawah air yang disertai aksi dari bakteri, sehingga
terbentuklah arang kayu. Tidak adanya oksigen menyebabkan hidrogen lepas dalam
bentuk karbondioksida atau karbonmonoksida dan beberapa dari keduanya berubah
menjadi metan. Vegatasi pada lingkungan tersebut mati kemudian terbentuklah peat
(gambut). Kemudian gambut tersebut mengalami kompresi dan pengendapan di antara

vi
lapisan sedimen dan juga mengalami kenaikan temperatur akibat geothermal gradient.
Karena banyaknya unsur oksigen dan hidrogen yang terlepas maka unsur karbon
relatif bertambah yang mengakibatkan terjadinya lignit (brown coal). Kemudian
dengan adanya kompresi yang terus menerus serta kenaikan temperatur maka
terbentuklah batubara subbituminus dan bituminus dengan tingkat kalori yang lebih
tinggi dibandingkan dengan brown coal. Bumi tidak pernah berhenti, oleh karena itu
kompresi terus berlangsung diiringi bertambahnya temperatur sehingga moisture
sangat sedikit serta unsur karbon yang banyak merubah batubara sebelumnya ke
tingkat yang lebih tinggi, yaitu antrasit yang merupakan kasta tertinggi pada batubara
(Cook, 1982).

2.1.3 Tempat Terbentuknya Batubara


a. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan bahan pembentukan lapisan
batubara, terbentuknya di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu
berada.Setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami proses
transportasi,tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara imi mempunyai
penyebaran luas dan merata kualitasnya lebih baik, karena abunya relatif
kecil.
b. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan
batubara terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhnya
semula hidup dan berkembang. Tumbuhan yang telah mati diangkut oleh
media air dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan
sedimen dan mengalamiproses coalification. Jenis batubara yang
terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran yang tidak luas, tetapi
dijumpai di beberapa tempat,kualitasnya kurang baik karena banyak
mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama selama
proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.
Batubara yang terbentuk seperti di Indonesia di dapatkan di area
pertambangan batubara delta Mahakam purba,Kalimantan Timur.

2.1.4 Jenis Batubara dan Sifatnya


Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas. Dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima jenis yaitu antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut,
a) Antrasit
Antrasit merupakan kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86-98% unsur karbon ©
dengan kadar air kurang dari 80%. Nilai yang dihasilkan hampir 15,000
BTU per pon.

vii
b) Bituminus
Bituminus mengandung 68-86% unsur karbon © serta kadar air 8 -
10% dari beratnya, nilai panas yang dihasilkan antara 10.500-15.500 BTU
per pon
c) Sub-Bituminus
Sub- Bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
Bituminus, dengan kandungan karbon 3-45% dan menghasilkam nilai
panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon.
d) Lignit
Lignit biasa disebut juga dengan brown coal adalah batubara yang
sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Lignit
merupakan batubara geologis muda yang memiliki kandungan karbon
terendah, 25- 35%. Nilai panas yang dihasilkan berkisar antara 4.000
hingga 8.300 BTU per pon.
e) Gambut
Gambut berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.

2.1.5 Parameter Kualitas Batubara


Beberapa parameter kualitas yang akan sangat mempengaruhi pemanfaatannya
terutama sebagai bahan bakar adalah:
A. Kandungan air
Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free
moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air
total (total moisture). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada
pengangkutan. Penanganan, penggerusan maupun pada pembakarannya.
B. Kandungan air bawaan
Kandungan air bawaan berada pada mikro pori, yang mempunyai
tekanan lebih rendah dari tekanan uap normal. Kandungan air bawaan ini
penting diketahui karena dapat digunakan untuk mengindikasi peringkat
batubara. Batubara makin tinggi kandungan air bawannya,peringkatnya
makin rendah
C. Kandungan abu
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik
sebagai fly ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan
mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat
menimbulkan fouling pada pipa- pipa. Dalam hal ini kandungan Na20
dalam abu akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat
dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities) maupun pengotor
sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu seyogyanya diketahui
dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan
D. Ash Content dan Komposisi
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui
ruang bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar.

viii
Sekitar 20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang.
Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung komposisinya
mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling). Keausan dan korosi peralatan
yang dilalui.
E. Zat Terbang (volatil matter)
Zat terbang merupakan zat aktif yang menghasilkan energi atau
panas apabila batubara tersebut dibakar. Makin tinggi kandungan zat
terbang dalam batubara, maka batubara tersebut akan makin mudah
terbakar, demikian pula sebaliknya.

Peranan volatile Sifat dalam coal combustion, volatile matter


memegang peranan penting karena ikut menentukan sifat-sifat pembakaran
seperti efisiensi pembakaran karbon atau carbon loss on ignition. Volatile
matter yang tinggi menyebabkan batubara mudah sekali terbakar pada saat
injection ke dalam suatu boiler. Low rank coal biasanya mengandung
Volatile matter yang tinggi sehingga memiliki efisiensi yang sangat tinggi
pada saat pembakaran di power station.Volatile matter juga digunakan
sebagai parameter dalam memprediksi keamanan batubara pada Silo Bin,
Miller atau pada tambang-tambang bawah tanah. Tingginya nilai volatile
matter semakin besar pula resiko dalam penyimpananya terutama dari
bahaya ledakan.
F. Nilai Kalor
Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas
pembakaran dari unsur-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang
dapat dilaporkan adalah harga gross calorific value dan biasanya dengan
besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar dimanfaatkan pada
pembakaran batubara adalah not calorific value yang dapat dihitung
dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan
total dari air dan abu
G. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai
mudah sukarnyn batubara untuk digeris. Harga Hardgrave Grindability
Index diperoleh dengan nimus HGI-13,6+693 W Wadalah berat dalam
gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Makin tinggi harga HGI
makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU biasanya disiapkan untuk
menggunakan kapasitas penggerusan terhadap suatu jenis batubara dengan
HGI tertentu

2.1.6 Fungsi Batubara


Batubara memiliki banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari.Fungsi
tersebut antara lain :
a) Sumber bahan bakar pembangkit listrik
b) Penghasil produk gas
c) Membantu industri baja
d) Membantu produksi pupuk pertanian
e) Berfungsi untuk produksi alumunium

ix
f) Membantu perindustrian kertas
g) Menjadi bahan baku transportasi
h) Membantu mengolah produksi kimia
i) Menjadi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
2.2 Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Lingkungan
Kegiatan pertambangan batham merupakan kegiatan eksploitas sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbaharui, dimana didalam kegiatan penambangan dapat berdampak pada
rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak dianikan suatu cosistem yang tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya secatu optimal, seperti perlindungan tanah tata air, pengatur cuaca
dan fungu lainnya dalam mengatur perlindungan alam lingkungan. Mekanisasi peralatan dan
teknologi pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi
batubara Ladar rendahpun menjadi ekonomis sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi
yang harus digali. Ini menyebabkan kegiatan tambang batambang batubara menimbulkan
dampak terhadap lingkungan seperti sebagai berikut (Raden dkk. 2010: Purwanto, 2015)
a) Perubahan bentang lahan
Kegiatan pertambangan batubara dimulai dengan pembukaan tanah
pucuk dan tanah penutup serta pembongkaran batubara yang berpotensi
terhadap perubahan bentang alam. Lubang-lubang tambang yang dihasilkan
dari kegatan pertambangan ini harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan. Penutupan lubang tambang secara keseluruhan sangat sulit
untuk dipenuhi mengingat kekurangan tanah penutup akibat deposit
batubara yang terangkat keluar dari lubang tambang jauh lebih besar
dibandingkan tanah penutup yang ada. Walaupun di dalam dokumen
AMDAL yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertabungan batubara,
ditekankan bahwa lubang tambang yang dihasilkan harus ditutup melalui
kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan, namun pada kenyataannnya
perusahaan pertambangan batubarn sebagian meninggalkan lubang-lubang
tambang yang besar (Hakim,2014)
b) Penurunan Kesuburan Tanah
Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucak top soil) dan tanah
penutup sub sowerburden) Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan
merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah
yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut. Tanah yang telah dikupas, selanjutnya akan
ditranslokasi pada tempat yang telah ditentukan di mana tanah pucuk
dipisahkan dengan tanah penutup. Setelah proses pembongkaran deposit
batubara, maka tanah pucuk dan tanah penutup dikembalikan ke lubang
tambang dengan cara hackfilling. Waktu pengembalian tanah ke lobang
tambang membutuhkan waktu yang lebih lama tergantung pada kecepatan
proses penambangan berlangsung Tanah pucuk dan tanah penutup yang
telah ditimbun atau telah dikembalikan ke lubang tambang, sangat rentan
terhadap perubahan kesuburan tanah terutama kesuburan kimia dan biologi

x
akibat tanah tersebut telah rusak karena dibongkar untuk mengambil deposit
batubara yang ada di bawahnya
c) Terjadinya ancaman terhadap keanekargain him (biodiversity).
Pembukaan lahan untuk penambangan menyebabkan terjadinya
degradasi vegetasi akibat kegata pembukaan lahan, terganggunya
Lancangan ayat terutama flora dan fauna
d) Penurunan Kualitas perairan
Kegiatan penambangan batuba memberikan kontribusi tertingu
dalam menurunkan kualitas air yaitu air sungai menjadi ketul dan menjadi
penyebab banjir. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan tambang
serta aktivitas lainnya mempercepat aliran permukaan yang membawa
bahan-bahan pencemar masuk ke badan air serta sumar-santur penduduk
pada saat terjadi hujan lebat. Raden, dkk (2010) menyatakan tiliwa
parameter pH, andangan besi, tangan, TSS dan TDS berada diatas baku
mutu lingkungan pada semua uk pengamatan pada lokasi dekat
penambangan dan pengolahan salah satu perusahaan batubar Kata
Tingginya landongan bahan pencemaran air diakibatkan oleh akuvitas
penambangan dan pengotahan batubara proses pencucia batubara) dimana
material bahan pencemar terbawa oleh air limpasan permukaan (surface
run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke badan air.
e) Penurunan Kualitas Udara KNIK
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembo batubara dan
mobilitas pengangkutan batubara dan peralatan dari dalam dan keluar lokasi
penambangan. Viktor (2010) menyatakan provinsi Mpumalanga di Afrika
Selatan memiliki kualitas udara terburuk didunia, yang umumnya
disebabkan oleh aktivitas pertambangan batubara, kebakaran lahan yang tak
terkendali serta penggunaan batubara sebagai bahan bakar padi unit
pembangkit tenaga listrik. Tingginya kadar 502 partikulat (PM10 and
PM2.5), NChes, 03, benzene and H2S telah meningkatkan kejadian
penyakit pernafasan. Pembakaran spontan batubara melepaskan senyawa
beracun termasuk karbon monoksida, karbondioksida, methana, benzene,
toluene, xylene, sulphur, arsenik, merkuri dan timbal.

2.3 Regulasi Pertambangan Batubara terhadap lingkungan


Perubahan kebijakan terutama terkait proses perizinan, kewajiban keuangan,
kewajiban lingkungan, kewenangan, tata ruang dan peraturan perundang-undangan
merupakan tantangan dalam pengelolaan mineral dan batubara. Selain itu, perjanjian
internasional yang sudah disepakati dan/atau diratifikasi oleh Pemerintah
Pusat,merupakan tantangan tersendiri yang harus diperhatikan. Dampak perjanjian
internasional antara lain menciptakan kerja sama, menambah relasi dengan negara
dan/atau beberapa negara dalam pengusahaan pertambangan mineral dan batubara.Selain
dampak positif, perjanjian internasional bilateral maupun multilateral, apabila isi dari
perjanjian tersebut tidak dipenuhi, dapat berakibat antara lain:
1) gugatan dari pihak yang merasa dirugikan;

xi
2) Hilangnya potensi investasi;
3) Berkurangnya kepercayaan negara lain untuk berinvestasi di Indonesia; dan
4) Terganggunya sektor perdagangan luar negeri.
Perubahan kebijakan dan regulasi serta disharmonisasi peratura perundang-undangan
merupakan hambatan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara. Utama dalam
disharmonisasi peraturan perundang-undangan dapat diakibatkan karena penyusunan
kebijakan atau peraturan perundang-undangan berdasarkan pendekatan sektoral sehingga
kebijakan yang ditetapkan menjadi tidak komprehensif atau tidak sinkron. Ketidaksinkronan
antara kebijakan pada sektor hulu dan hilir dapat mempengaruhi perkembangan industri
strategis nasional.

2.4 Kadar Volatil Matter

2.4.1 Pengertian Volatil Matter


Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam batubara.
Zat yang terkandung dalam volatile matter ini biasanya gas hidrokarbon
terutama gas methane. Volaitile matter ini berasal dari pemecahan struktur
molekul batubara pada rantai alifatik pada temperature tertentu. Di
laboratorium sendiri penentuannya dengan cara memanaskan sejumlah
batubara pada temperature 900 derajat Celsius dengan tanpa udara. Volatile
matter keluar seperti jelaga karena tidak ada oksigen yang membakarnya.
Volatile matter merupakan salah satu indikasi dari rank batubara. Dalam
klasifikasi batubara ASTM, Volatile matter digunakan sebagai parameter
penentu rank untuk batubara high rank coal. Volatile matter juga memiliki
korelasi yang jelas dengan salah satu maceral yaitu Vitrinite. Apabila volatile
matter dalam basis DMMF di plot dengan reflectance dari vitrinite, maka akan
diperoleh suatu garis yang relative lurus yang korelatif dengan rank batubara.
Selain itu pada saat penentuan di laboratorium, juga dapat digunakan sebagai
prediksi awal apakah batubara tersebut memiliki sifat agglomerasi atau tidak.

2.4.2 Pengaruh Volatil Matter Pada Batubara


Sifat dalam coal combustion, volatile matter memegang peranan
penting karena ikut menentukan sifat-sifat pembakaran seperti efisiensi
pembakaran karbon atau carbon loss on ignition. Volatile matter yang tinggi
menyebabkan batubara mudah sekali terbakar pada saat injection ke dalam
suatu boiler. Low rank coal biasanya mengandung Volatile matter yang tinggi
sehingga memiliki efisiensi yang sangat tinggi pada saat pembakaran di power
station.
Volatile matter juga digunakan sebagai parameter dalam memprediksi
keamanan batubara pada Silo Bin, Miller atau pada tambang-tambang bawah

xii
tanah. Tingginya nilai volatile matter semakin besar pula resiko dalam
penyimpananya terutama dari bahaya ledakan.

BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
Batubara adalah sumber daya alam yang terbentuk dari tumbuhan purba yang
terkubur di dalam tanah selama jutaan tahun. Digunakan secara luas sebagai sumber
energi, batubara memiliki dampak lingkungan yang perlu dipertimbangkan karena proses
pembakarannya menghasilkan emisi gas rumah kaca dan polusi udara. Meski demikian,
batubara masih menjadi sumber energi utama di banyak negara. Masih diperlukan

xiii
langkah-langkah inovatif untuk mengurangi dampak negatif sambil tetap memanfaatkan
potensi energi dari batubara
2.6 Saran
Untuk Perusahaan Pertambangan batubara,diharapkan tetap melaksanakan
regulasi pertambangan mineral dan batuan sesuai undang undang,agar lingkungan tetap
terjaga dengan baik dan tidak menimbulkan kerusakan apapun.

DAFTAR PUSTAKA
Asra, I. (2017, Januari 19). Parameter Kualitas Batubara . Retrieved November 14, 2023,
from Thermalindo:
https://thermalindo.com/parameter-uji-kualitas-batubara/
Merry Choi. (2019, September 24). Batubara. Retrieved November 14, 2023, from scribd:
https://www.scribd.com/427213067/BATUBARA

xiv
Tamzyaguante. (2015, Maret, 13). Pembentukan Batubara. Retrieved November 14, 2023,
from Scribd: https://www.scribd.com/document/258650457/Pembentukan-Batubara

xv

Anda mungkin juga menyukai