nd
The 2 Green Concrete Competition (Self Compacting Concrete)
CIVIL DAYS 2017
Disusun Oleh :
Dipo Raja
1. Muhammad Rizal Assiddiq /21010116060030
2. Wifqul Hana /21010116060065
3. Umron Romzi /21010116060102
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
i
ii
ii
ii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………..…….i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….……ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….……...iii
ABSTRAK………………………………………………………………………..4
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG………………………………………...…….…….5
RUMUSAN MASALAH…………………………………………….……6
TUJUAN……………………………………………………..…………….6
MANFAAT………………………………………………….…………….6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7
BAB III METODE PELAKSANAAN
PEMILIHAN MATERIAL……………………………………......……13
PROSES TREATMENT………………………………………….……..18
METODE PENGUJIAN MATERIAL…………………………….…...18
METODE PERENCANAAN……………………………….……………20
METODE PELAKSANAAN…………………………………….………20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
DATA PENGUJIAN MATERIAL…………………………….………...22
INOVASI BAHAN MATERIAL……………………………….……….22
HASIL PERENCANAAN (MIX DESIGN)………………….…………24
ANGGARAN BIAYA……………………………………………..……..25
DAMPAK LINGKUNGAN…………………………………….……….26
PENGAPLIKASIAN DILAPANGAN……………………………….…26
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………….…….27
SARAN…………………………………………………………….……..27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…....28
LAMPIRAN……………………………………………………………………29
iii
MASS ECO ( Marble Glass Eco Concrete ): Penambahan Limbah
Marmer dan Serbuk Kaca dalam Pembuatan Beton Mutu Tinggi
dengan metode Self Compacting Concrete yang Ramah
Lingkungan dan Ekonomis
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri konstruksi di Indonesia saat ini semakin berkembang, baik
dalam hal inovasi metode pelaksanaan, inovasi material, maupun
perkembangan ilmu pengetahuan yang berkontribusi terhdap pertumbuhan
dan perbaikan kinerja serta produktivitas di industri konstruksi. Hal ini dapat
dilihat dari berkembangnya metode ataupun material-material penyusun
konstruksi itu sendiri. Salah satu kebutuhan yang memegang peranan penting
dalam bidang industri konstruksi adalah pekerjaan beton. Beton merupakan
salah satu bahan gabungan dari suatu material- material pembentuknya.
Bahan pembentuk beton secara garis besar dibagi menjadi dua macam yaitu
bahan dasar dan bahan tambah. Bahan dasar pembentuk beton adalah semen
yang diperlukan sebagai bahan pengikat, agregat halus yang bisa berupa pasir
alam atau berupa abu batu sebagai hasil sampingan dari batu pecah dan
agregat kasar yang berupa batu yang memiliki banyak variasi ukuran yang
tentunya sesuai dengan standar atau berupa batu pecah atau split serta air yang
apabila dicampur dengan semen akan mengalami ikatan dan pengerasan
dengan diikuti pelepasan panas, sedangkan bahan tambah atau admixture
yang dicampur pada saat pembuatan adukan beton digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Beton normal pada umumnya menggunakan bahan dasar agregat,
semen, dan air. Sedangkan beton yang menggunakan admixture diberi nama
yang lebih spesifik sesuai dengan spesifikasinya, seperti beton mutu tinggi
atau high strength Concrete, beton mengalir atau Self-compacting Concrete
dan lain sebagainya. Adanya macam-macam beton ini dikarenakan kebutuhan
konstruksi untuk mutu beton yang lebih baik lagi. Sehingga dalam proposal
kami ini mengembangkan beton Self Compacting Concrete mutu tinggi
menggunakan limbah marmer dengan penambahan serbuk kaca sebagai
subsituen dan additif (vishconcrete 1003) untuk mendapatkan mutu beton
Self-compacting Concrete yang tinggi dan dengan biaya(cost) yang murah.
5
Sehingga jika inovasi beton SCC ini diterapkan di dunia industri akan
memberi keuntungan pada pengembang beton SCC.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh campuran serbuk kaca terhadap pasta semen?
2. Berapa prosentase optimum limbah marmer dan serbuk kaca dalam
campuran beton?
3. Apa saja keunggulan beton mutu tinggi jika menggunakan limbah
marmer sebagai bahan campuran, serbuk kaca sebagai subsituen
semen dan juga penggunaan bahan additive?
1.3 Tujuan
Tujuan dari inovasi beton Self-compacting Concrete ini yaitu untuk
mendapatkan mutu beton yang tinggi tetapi hemat dalam mix material yang
di gunakan, seperti hemat dalam penggunaan semen dan air. Selain itu
melalui percobaan Beton dengan pengujian 7 hari, hasil yang di dapatkan
pengujian yang di dapatkan adalah hasil kuat tekan 100%, padahal sesuai
standart yang ditentukan yaitu 70%. Sehingga dengan menggunakan beton
Self-compacting Concrete akan menghemat pekerjaan begisting karena dalam
waktu 7 hari sudah maksimal. Pada proposal ini yaitu prediksi dengan 70
Mpa.
1.4 Manfaat
Manfaat dari beton Self-compacting Concrete ini yaitu :
1. Dengan beton type Self-compacting Concrete ini dapat
meminimalisir waktu pekerjaan karena mendapatkan mutu beton
maksimal sebelum 28 hari
2. Menghemat tenaga kerja dalam pengerjaan karena beton Self-
compacting Concrete ini materialnya dapat menyebar sendiri dan
mengisi rongga rongga kosong sendiri.
3. Menghemat biaya material karena dengan rancangan beton ini,
angka kuat tekan 100% bisa pada 7 hari pengetesan.
4
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton SCC
Beton SCC (self compacting concrete) adalah beton yang mampu
mengalir sendiri yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat
penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit atau bahkan tidak dipadatkan
sama sekali.. Beton ini akan mengalir ke semua celah di tempat pengecoran
dengan memanfaatkan berat sendiri campuran beton (Ladwing, II –
M.,Woise,F.,Hemrich, W . and Ehrlich, N . 2001).
Beton memadat mandiri pertama kali dikembangkan di jepang pada
tahun 1990-an sebagai upaya untuk mengatasi persoalan pengecoran
komponen gedung artistik dengan bentuk geometri tergolong rumit bila
dilakukan pengecoran beton normal. Penggunaan superplastiziser yang
memadai, biasanya berbahan polycarboxylate, memungkinkan penggunaan
air pada campuran dapat dikurangi, namun pengurangan pengerjaan
(workability) dan kemampuan pengaliran (flowability) campuran beton dapat
dijaga. Bahan pengisi tambahan lain yang digunakan dalam pembuatan beton
memadat mandiri adalah abu terbang ,silica fume, terak (blastfurnace slag),
metakaolin dan lain-lain.(Hela dan Hubertova, 2006).
7
2.2 Keunggulan Beton SCC
Pada saat ini Self-compacting Concrete telah banyak digunakan dalam
dunia konstruksi. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh yaitu diantaranya
dapat menekan biaya, mutu dan waktu pengerjaan kontruksi yang cukup
lama. Dengan tidak lagi dibutuhkannya pemadatan, maka dapat mengurangi
tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan, keuntungan lainnya seperti
keamanan tenaga kerja dan penghematan waktu dapat ditingkatkan.
Keuntungan lain dari beton Self compacting Concrete dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Mengurangi lamanya konstruksi dan besarnya upah pekerja,
2. Pemadatan dan penggetaran beton yang dimaksudkan untuk
memperoleh tingkat kepadatan optimum dapat dieliminir,
3. Mengurangi kebisingan yang mengganggu lingkungan sekitarnya,
4. Meningkatkan kepadatan elemen struktur beton pada 3 bagian yang
sulit dijangkau dengan alat pemadat, seperti vibrator,
5. Meningkatkan kualitas struktur beton secara keseluruhan.
8
dengan tingkat workabilitas dan kekuatan awal yang tinggi, perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
1. Agregat kasar dibatasi jumlahnya sampai kurang lebih 50% dari
campuran beton.
2. Pembatasan jumlah agregat halus kurang lebih 40% dari volume
beton.
3. Penggunaan superplasticizer pada campuran beton untuk tingkat
workability yang tinggi sekaligus menekan factor air semen untuk
mendapatkan kekuatan awal yang besar.
6
Dengan ditambahkannya bahan pengisi (filler) pada campuran beton,
antara lain Fly Ash dan serbuk kaca untuk menggantikan sebagian komposisi
semen, hal ini ditujukan untuk meningkatkan keawetan (durability) dan
kekuatan tekan beton.
9
Pengujian SCC keras sama dengan pengujian beton keras konvensional.
Campuran SCC dituang ke dalam cetakan silinder 15x30cm tanpa dirojok.
SCC yang telah keras kemudian diuji sifat mekanisnya, misal uji kuat tekan.
Penelitian oleh Subakti dengan menggunakan 400 benda uji menghasilkan
kurva perubahan kuat tekan berdasarkan umur beton seperti pada gambar 1
(Subakti, 2010).
10
Tabel 2 menyajikan hasil pengujian analisis kimia limbah mamrmer
yang dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri dan Perdagangan
Provinsi Sulawesi Selatan.
11
Tabel 2 Kandungan Kimia Serbuk Kaca
Unsur Serbuk
Kaca
SiO2 61,72 %
Al2O3 3,45 %
Fe2O3 0,18 %
CaO 2,59 %
Gambar
2.3.5 Flyash
Fly ash adalah limbah dari sisa pembakaran batubara, suatu pembangkit
listrik tenaga Uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.
Sistem pembakaran batubara umumnya terbagi 2 yakni sistem unggun
terfluidakan (fluidized bed system) dan unggun tetap (fixed bed system atau
grate system). Disamping itu terdapat system ke-3 yakni spouted bed system
atau yang dikenal dengan unggun pancar. Fluidized bed system adalah sistem
dimana udara ditiup dari bawah menggunakan blower sehingga benda padat
di atasnya berkelakuan mirip fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran
batubara adalah teknik yang paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir
atau corundum yang berlaku sebagai medium pemanas biasanya dilakukan
dengan minyak bakar. Sampai temperatur pasir mencapai temperature bakar
batubara (300oC) maka diumpankanlah batubara. Sistem ini menghasilkan
abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-abu tersebut disebut
12
dengan fly ash dan bottom as h. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan
di PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Komposisi fly ash dan bottom
ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (80-90%) berbanding
(10 - 20%).
Gambar
1
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Bahan Tambah yang Digunakan
3.1.1 Limbah Marmer
Limbah Marmer merupakan sisa dari pecahan-pecahan batuan marmer
yang sudah lolos saringan ᴓ 1,18 mm. Fungsi limbah marmer sendiri sebagai
filler (pengisi) dari campuran beton. Tabel 1 menyajikan hasil pengujian
analisis kimia limbah mamrmer yang dilakukan di Balai Riset dan
Standarisasi Industri dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan.
13
3.1.2 Flyash
Fly ash atau abu terbang digunakan karena mengandung silika (SiO2)
yang cukup tinggi, yang bereaksi terhaap sisa pengikatan antara semen dan
air. Fly ash juga digunakan untuk mengurangi pengggunaan semen, sehingga
ekonomis dan lebih kuat. Morfologi butiran berbentuk bulat sehingga
meningkatkan flow campuran beton. Fly ash yang digunakan berasal dari
limbah pembakaran baru bara di PLTU Jepara, kriteria fly ash tipe F dengan
karakteristik tertera pada tabel 3.
3.1.3 Kaca
Kaca adalah material padat yang bening dan transparan (tembus
pandang), biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama
berabad-abad adalah jendela dan gelas minum. Kaca dibuat dari 75%
silikon dioksida (SiO2), plus Na2O, CaO dan beberapa zat tambahan.
Tabel 2 Kandungan Kimia Serbuk Kaca
Unsur Serbuk
Kaca
SiO2 61,72 %
Al2O3 3,45 %
Fe2O3 0,18 %
CaO 2,59 %
14
3.1.4 Super Plasticizer
Super Plasticizer (SP) berperan dalam menurunkan viskositas pada
beton, tanpa mengurangi kekuatan beton dan dapat membantu dalam
pemandatan beton tanpa vibrator. Superplasticizer yang digunakan BASF
yaitu Glenium SKY 8614. Dengan water rasion 0,45 – 0,55.
3.2 Pemilihan Material
3.2.1 Semen
Semen merupakan suatu bahan pengikat utama dalam beton. Klinker
semen yang bereaksi dengan air membentuk gel CSH yang menjadi bahan
pengikat dengan filler dalam beton. Semen yang digunakan adalah semen
portland tipe 1 produk Gresik dengan spesifikasi pada tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Semen
wa
15
3.2.2 Agregat
Agregat berperan sebagai filler atau pengisi rongga dalam beton, dan
membantu dalm pembentukan struktur beton. Pasir yang di gunakan yaitu ex.
Merapi dan batu pecah ex. Tayu Jepara. Pengujian analisa material di
Laboratorium Bahan Bangunan Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Hasil
rangkuman analisa pasir ex merapi pada Tabel 4. Dan Agregat kasar Tayu
Jepara pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Rangkuman Analisa Pasir ex.Merapi
Gambar
16
Tabel 6. Hasil Rangkuman Analisa Batu 10/20 ex. Tayu ( Jepara )
gambar
3.2.3 Air
Air berperan penting dalam proses pengikatan beton dengan klinker
semen. Air yang digunakan berupa air dari PDAM. Dengan karakteristik
sesuai dengan tabel 7.
Gambar
Tabel 7. Karakteristik Air PDAM
pH Bau Warna
6,4 Tidak Berbau Tidak Berwarna
17
3.3 Proses Treatment
3.3.1 Treatment Kaca
Dalam pembuatan material bubuk kaca kami sebelumnya
melakukan proses treatment terhadap limbah pecahan kaca dengan cara
mencuci pecahan kaca terlebih dahulu setelah melakukan pencucian lalu
menjemur kaca terlebih dahulu hingga kering. Pecahan kaca tersebut
dimasukkan ke dalam mesin los angeles untuk mendapatkan bubuk kaca
tersebut dalam pembuatan beton ini, lalu melakukan penyaringan untuk
menghasilkan filler.
3.3.2 Treatment Marmer
Limbah marmer dalam proses pembuatannya menjadi penganti
agregat 5-10 mm melalui proses treatment pemecahan dengan alat los angeles
agar mendapatkan agregat yang di inginkan yaitu dengan ukuran 5 – 10 mm.
setelah mendapatkan pecahan marmer dengan ukuran 5 – 10 mm
dilakukanlah pencucian marmer ini agar mendapatkan kualitas agregat yang
bersih dari lumpur dan kotoran lainnya.
3.4 Metode Pengujian Material
Standar pengujian adalah acuan yang digunakan dalam melakukan
penelitian. Standar ini penting, agar hasil penelitian yang dilakukan dapat diakui
dan diterima dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, standar yang digunakan
adalah standar dalam pengujian material bahan pembentuk beton, khususnya
agregat kasar dan agregat halus, serta pengujian terhadap beton muda dan beton
yang sudah mengeras.
Pengujian material dasar pembentuk beton dilakukan untuk
memperoleh nilai-nilai properties dari material dasar tersebut, sehingga dapat
digunakan dalam analisa rancang campur serta analisa hasil penelitian. Untuk
semen sendiri tidak dilakukan pengujian, karena semen yang digunakan
merupakan produk manufaktur yang sudah terstandarisasi dari pabriknya.
Standar yang digunakan diambil dari standard ASTM (American Society
For Testing And Materials). Metode standar yang digunakan antara lain :
a. Standar Spesifikasi
• ASTM C 31
18
Standar Praktis untuk pembuatan dan curing benda uji di
laboratorium.
• ASTM C 33 – 03
Standar untuk Agregat Beton
• ASTM C 125 – 03
Standar berhubungan dengan Beton dan Agregat Beton
b. Metode Standar untuk Tes Agregat.
• ASTM C 29
Uji Standar untuk Berat Isi dan Voids dalam agregat
• ASTM C 127 – 04
Uji Standar untuk Kepadatan, Spesific Gravity dan Absorbsi
agregat kasar
• ASTM C 128 – 04a
Uji Standar untuk Kepadatan, Spesific Gravity dan Absorbsi
halus
• ASTM C 136 – 05
Metode Uji Standar untuk Sieve Analysis agregat halus dan
kasar
• ASTM C 40
Metode Uji Standard untuk Kandungan Organik dalam
Agregat Halus
• ASTM C 117
Uji Standard untuk pemeriksaan bahan lewat saringan no. 200
c. Metode Standar untuk Pengujian Beton.
• ASTM C 143
Uji Standar untuk Slump Beton dengan Semen Hidrolis
• ASTM C 496
Metode Uji Standar untuk Kekuatan Tarik Belah Beton
Silinder
• ASTM C 78 – 02
Uji Standar untuk Kuat Lentur Beton
• ASTM C 469 – 02
Uji Standar untuk Modulus Elastisitas Statik dan Rasio
Poisson dari Beton yang mengalami tekan
19
3.5 Metode Perencanaan Campuran Benda Uji Scc
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukanmelalui
perancangan beton (mix design). Hal ini dimaksudkan agar proporsidari campuran dapat
memenuhi syarat kekuatan serta dapat memenuhi aspek ekonomis. Metode perancangan
ini pada dasarnya menentukan komposisi daribahan-bahan penyusun beton untuk kinerja
tertentu yang diharapkan.Penentuan proporsi campuran dapat digunakan dengan beberapa
metode yangdikenal, antara lain :
1) Metode American Concrete Institute
2) Portland Cement Association
3) Road Note No. 4
4) British Standard, Department of Engineering
5) Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-15-1990-03)
6) Cara coba-coba
MULAI
UJI TEKAN
SELESAI
20
3.6.2 Metode Pembuatan Beton Scc
1. Persiapan Pengecoran
a. Menyiapkan material mix dan alat pengerjaan penunjang.
b. Mengolesi cetakan benda uji silinder Ǿ 15 cm x 30 cm dengan oli
2. Pembuatan Campuran Beton Self-compacting Concret
a. Mengaduk campuran pasir, semen, Flyash dan serbuk kaca.
b. Menuang 60% bagian air ke dalam campuran beton.
c. Mencampur superplasticizer glenium ke dalam 20% bagian air sisa
kemudian mencampurkannya ke dalam campuran beton
d. Mencampur batu pecah dan pecahan marmer ke dalam campuran beton
hingga merata.
e. Menambahkan sisa air lagi sampai beton terlihat flow.
3. Pengujian Beton SCC basah
a. Menuangkan campuran campuran ke dalam kerucut tes slump flow
hingga penuh, kemudian mengangkat kerucut sehingga campuran dapat
mengalir.
b. Mencatat lebar beton menyebar
4. Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
a. Menuangkan campuran beton SCC ke dalam cetakan benda uji silinder
Ǿ 15cm x 30cm hingga penuh tanpa rojokan maupun ketukan.
b. Melepaskan benda uji dari cetakan setelah berumur satu hari.7
5. Pengujian Beton SCC Keras
a. Melakukan capping pada permukaan benda uji yang tidak rata dengan
cairan belerang panas sehingga permukaan benda uji menjadi rata.
b. Meletakkan dan menguji benda uji pada alat uji tekan.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengujian Material
SiO2 61,72 %
Al2O3 3,45 %
22
Fe2O3 0,18 %
CaO 2,59 %
23
Fly ash yang digunakan berasal dari limbah pembakaran baru bara
di PLTU Jepara, kriteria fly ash tipe F dengan karakteristik tertera pada tabel
3.
(
R
24
p
jumlah Rp956.650
25
SP 8,70 kg 30.000,-/kg 261.000,-
Pasir 655.7 kg 175.000/m3 44.450,-
Batu pecah 849.16 kg 158.000/m3 57.743,-
Air 200 kg 35,-/kg 7.000,-
TOTAL HARGA 1.220.005,-
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari inovasi ini yaitu :
1. Penggunaan serbuk kaca sebagai subtituen dari semen tidak hanya
menghemat penggunaan semen tetapi juga meningkatkan kuat tekan dan
workability pada pengerjaan beton dikarenakan bentuk dan ukuran serbuk
kaca yang lebih halus dan lebih kecil dari semen.
2. Dapat mengurangi dampak dari polusi yang disebabkan limbah marmer
dan Serbuk kaca, serta dapat memanfaatkan bahan bahan tersebut agar
tidak terbuang percuma
3. Dengan beton SCC ini banyak manfaat yang di dapat yaitu : Mengurangi
lamanya konstruksi dan besarnya upah pekerja, Pemadatan dan
penggetaran beton yang dimaksudkan untuk memperoleh tingkat
kepadatan optimum dapat dieliminir, Mengurangi kebisingan yang
mengganggu lingkungan sekitarnya, tidak menggunakan pemadatan
seperti vibrator, meningkatkan kualitas beton struktur.
4. Dapat menghemat biaya hingga Rp. Xxx.xxx dari SCC di pasaran tiap
meter kubiknya.
5.2 Saran
Perlu ada kerja sama antara perusahaan beton dan peneliti untuk penerapan
inovasi material ini sebagai konstruksi hijau, yang ramah lingkungan serta
ekonomis untuk masa depan Indonesia.
27
DAFTAR PUSTAKA
ACI Comittee 211. 1993. Guide for Selecting Proportion for HighVConcrete with
Portland Cement and Fly Ash. ACI Journal.
Dehn, F., Holschemacher, K. and Weiβe, D., 2000, Self-Compacting Concrete
(SCC)
Time Development of the Material Properties and the Bond Behaviour, LACER
No.5., Leipzig.
Ekaputri, Januarti Jaya. 2011. Self Compacting Concrete. Surabaya: ITS Press
M. Wihardi Tjaronge dan M. Rusli H.N. 2003. Pembuatan Bantalan Kereta Api
dengan Menggunakan Self-compacting Concrete. Prosiding Simposium VI-
(FSTPT)
Forum Studi Transportasi antar Perguruan tinggi. pp. 1-7.
Ozbay, Erdogan. et. al. 2008. Investigating mix proportions of high strength self
compacting concrete by using Taguchi method. Killis: Elsevier.
Schutter, G. De. 2005. Guidelines for Testing Fresh Self-Compacting Concrete.
Berlin: EFCA.
Zaenal Khafido.2015.Marbles Eco Concrete : Universitas Diponegoro.
Subakti, Aman. 2010. Concrete Mixed Design DOE. Surabaya: ITS Press Subakti,
Aman. 2010. Teknologi Beton Praktek I. Surabaya: ITS Press
Schutter, G. De. 2005. Guidelines for Testing Fresh Self-Compacting Concrete.
Berlin: EFCA.
Januar Chandra.2011.Pemanfaatan Serbuk Kaca sebagai powder dalam beton
SCC: Parahyangan Catholic University.
Zaenal Khafido.2015.Marbles Eco Concrete : Universitas Diponegoro
28
22
LAMPIRAN
1. Lampiran Formulir Pendaftaran
29
2. Lampiran Kartu Tanda Mahasiswa
Muhammad Rizal Assiddiq
Umron Romzi
Wifqul Hana
30