DAPAT BERUPA :
Satu DAS (Catchment Area)
Penggabungan DAS satu dgn DAS lain
Satu Pulau Kecil
Penggabungan beberapa gugusan pulau kecil
Penggabungan DAS dan Pulau Kecil disekitarnya
3
1. Daerah hulu dgn daerah hilir
4
Air dan sumber-sumber air
adalah karunia Tuhan Yang Maha
Esa.
Diamanatkan kepada
manusia untuk:
MASALAH SDA
SAMPAH BANJIR
PERMUKIMAN &
PENCEMARAN
KONDISI SUMBER DAYA ALAM
Pangan
Air
Perumahan
Sumber Air
Pertumbuhan
Jumlah Energi
Lahan
Penduduk Indonesia
>1,4% per th Produk Industri
Udara
Sanitasi
SDA lainnya
Limbah
Penyelenggaraan
Konservasi SDA: Pendayagunaan SDA: Pengendalian Daya
Perlindungan dan
Rusak Air:
1. 1. Penatagunaan
pelestarian SA 2. Penyediaan 1. Pencegahan
2. Pengawetan air 3. Penggunaan 2. Penanggulangan
3. Pengelolaan kualitas
4. Pengembangan 3. Pemulihan
air dan pengendalian
pencemaran air 5. Pengusahaan
Wadah Koordinasi
Propinsi SDA Propinsi Gubernur
Wadah Koordinasi
Kab/Kota SDA Kab/Kota Bupati / Walikota
Mengapa diperlukan Perencanaan Pengelolaan SDA?
Tiga (3) masalah klasik air: too much, too little, too dirty
- terlalu berlebihan banjir
- terlalu sedikit kekeringan
- terlalu kotor/tercemar gangguan kesehatan dam kerusakan tata
lingkungan
Kerjasama Berwawasan
Terpadu Menyeluruh Berkelanjutan
Lingkungan
SDAir, SDAlam vital & strategis bagi pembangunan ekonomi, kesatuan & ketahanan nasional.
KEBIJAKAN NASIONAL
KEBIJAKAN PROPINSI
KEBIJAKAN KABUPATEN
POLA Ps 11 ay 2, Ps 59 ay 3, Ps 62 ay 6
RENCANA
PROGRAM
KEGIATAN
Berbasis Wilayah Hidrologis (Wilayah Sungai)
Pengelolaan SDA diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berwawasan lingkungan hidup, dengan tujuan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(pasal 3, ayat 1, RPP PSDA)
Kebijakan nasional sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan bagi
Menteri, menteri, atau kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait dengan bidang
sumber daya air dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan sumber daya air.
(pasal 5, ayat 2, RPP PSDA)
Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional, yang selanjutnya disebut sebagai
kebijakan nasional sumber daya air, menjadi acuan bagi penyusunan kebijakan pengelolaan
sumber daya air di tingkat provinsi.
(pasal 5, ayat 3, RPP PSDA)
Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi menjadi acuan bagi penyusunan
kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat kabupaten/kota. (pasal 5, ayat 4, RPP
PSDA)
Kebijakan pengelolaan sumber daya air dapat ditetapkan baik sebagai kebijakan tersendiri
maupun terintegrasi ke dalam kebijakan pembangunan provinsi atau kabupaten/kota . (pasal
5, ayat 5, RPP PSDA)
Kebijakan pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan secara tersendiri, diupayakan
keselarasannya dengan kebijakan pembangunan di wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
(pasal 5, ayat 6, RPP PSDA)
Lanjutan…
Kebijakan nasional sumber daya air dirumuskan oleh
Dewan Sumber Daya Air Nasional dan ditetapkan oleh
Presiden.
(pasal 6, ayat 1, RPP PSDA)
Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air, bupati/walikota dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air
kabupaten/kota.
(pasal 9 ayat 3, RPP PSDA)
Dalam hal pada kabupaten/kota tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota, bupati/walikota
dapat langsung menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sesuai
dengan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(pasal 9 ayat 4, RPP PSDA)
Lanjutan…
Menteri menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi pola pengelolaan sumber daya air berdasarkan pertimbangan wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan. (pasal 11 ayat 2,
RPP PSDA)
Dalam hal pada wilayah sungai lintas provinsi atau strategis nasional dimaksud tidak atau
belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, Menteri dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi melalui gubernur
terkait. (pasal 11 ayat 3, RPP PSDA)
Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas negara dilakukan sesuai dengan
perjanjian dengan negara terkait berdasarkan pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan oleh Menteri. (pasal 11 ayat 4, RPP PSDA)
Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada wilayah sungai
lintas negara digunakan sebagai dasar penyusunan perjanjian dengan negara terkait. (pasal
11 ayat 5, RPP PSDA)
Dalam hal belum ada perjanjian dengan negara terkait, pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai yang berada dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia didasarkan
pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2). (11 ayat 6, RPP PSDA)
Lanjutan…
Inventarisasi
SDA WS
*) Pola PSDA = Kerangka Dasar untuk --> merencanakan, melaksanakan, memantau & mengevaluasi (Konservasi, Daya Guna, Daya Rusak **) Rencana PSDA merupakan
keterpaduan dari Rencana Induk: Konservasi, Daya Guna, Daya Rusak
A. 1. Kebijakan Lama 1.Land use5.Perkebunan
2.Kehutanan 6.Perikanan
3.Pertanian 7.Transportasi
4.Tenaga Air 8.Perkotaan dll
2. Rancangan Revisi Kebijakan
PKM I
B. Potensi SDA
1. Data Pembangunan yang sudah ada
2. Data hidrologi
3. Data teknis Lainnya (tanah, geologi, peta dll)
C. A
Analisis Draft Renc. PKM II
B Kebijakan yang
sesuai potensi
Renc. Pola
PSDA WS
Draft Kerangka Dasar Analisis
Sesuai kebijakan
Dan potensi
Langkah – Langkah Penyusunan POLA PSDA WS
sesuai dengan RPP_Pengelolaan SDA
Langkah 1
Analisa kebijakan yang sudah ada pada wilayah dan rancangan kebijakan hasil PKM 1 dengan melihat
potensi yang ada di wilayah tersebut untuk menghasilkan Draft Rencana seuai dengan potensi Daerah
Pasal 5
1. Kebijakan pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dengan memperhatikan kondisi setiap wilayah.
Pasal 8
(1) Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) disusun dengan memperhatikan kebijakan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah administratif yang bersangkutan.
(2) Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan disusun dengan mengacu pada informasi mengenai:
a. penyelenggaraan pengelolaan SDA yg dilakukan oleh Pem. dan/atau pemda yang bersangkutan;
b. kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang bersangkutan;
c. keberadaan masyarakat hukum adat setempat;
d. sifat alami dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan sistem hidrologis;
e. aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air;
f. kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan hidup.
Langkah 2 Melaksanakan PKM 2
Pasal 8
(3) Pola pengelolaan sumber daya air disusun melalui konsultasi dengan instansi dan unsur masyarakat yang terkait.
Langkah 3 Membuat Draft kerangka Dasar Sesuai kebijakan dan potensi yang ada di masing-masing wilayah
Pasal 12
Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 sampai dengan Pasal 11 diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 13
Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan
dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi sumber daya air, penyusunan dan
penetapan rencana pengelolaan sumber daya air
Kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan
pengendalian daya rusak air.
Disusun berbasis WS dgn prinsip
- keterpaduan antara air permukaan dan air tanah
- keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan SDA