Anda di halaman 1dari 32

KEBIJAKAN PENGELOLAAN

SUMBER DAYA AIR DI


INDONESIA
Mengapa bukan Wil. Administrasi ?
Mengapa tidak hanya satu DAS saja ?
1. Air adalah karunia Tuhan dan menjadi sumber kehidupan;
(setiap orang mempunyai hak yg sama utk memperoleh air)
2. Air adalah sumber daya alam yang mengalir (flowing
resources), yang tidak mengenal batas wilayah
administrasi manapun.
3. Basis pengelolaan SDAir adalah hidrografis, dalam arti WS
sebagai batasannya.
4. Keberadaan air yg mengikuti siklus hidrologi (ada DAS yg
secara alami kaya air dan ada DAS yg kritis air)
5. Mencegah timbulnya konflik dan sekaligus menempatkan
air sebagai unsur pemersatu wilayah
6. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan
Subdit Perencanaan Wilayah Sungai 2
Bagaimana wujud wilayahnya ?

DAPAT BERUPA :
Satu DAS (Catchment Area)
Penggabungan DAS satu dgn DAS lain
Satu Pulau Kecil
Penggabungan beberapa gugusan pulau kecil
Penggabungan DAS dan Pulau Kecil disekitarnya

3
1. Daerah hulu dgn daerah hilir

2. Kuantitas dgn kualitas air Indikator


Keberhasilan :
3. Air hujan, air permukaan
dan air tanah
EFISIENSI EKONOMI
4. Land Use dgn Water Use
KEADILAN
5. Antar sektor/pihak yg terkait
KEBERLANJUTAN
6. Antar kelompok pengguna FUNGSI

7. Antar wilayah administrasi

4
Air dan sumber-sumber air
adalah karunia Tuhan Yang Maha
Esa.

“Air merupakan zat yg paling


esensial dibutuhkan dalam
setiap aspek kehidupan”

“Kita semua tidak dapat hidup


tanpa air”

Diamanatkan kepada
manusia untuk:

Menjaga air dan


sumber-sumber air dari
segala bentuk perbuatan
yang menimbulkan
kerusakan.
KEPENDUDUKAN DAS KRITIS KEKERINGAN

MASALAH SDA

SAMPAH BANJIR
PERMUKIMAN &
PENCEMARAN
KONDISI SUMBER DAYA ALAM

 Pangan
Air
 Perumahan
Sumber Air
Pertumbuhan
Jumlah  Energi
Lahan
Penduduk Indonesia
>1,4% per th  Produk Industri
Udara
 Sanitasi
SDA lainnya
 Limbah

Memerlukan dukungan pengelolaan yang lebih profesional


dan infrastruktur yg handal
URGENSI DIADAKAN PENGATURAN

SISI KEBUTUHAN: SISI KETERSEDIAAN:


1. Jumlah penduduk 1. Ketersediaan air relatif
makin meningkat. konstan.
2. Peningkatan aktivitas
dan kebutuhan
2. Kualitas cenderung
ekonomi serta sosial
menurun.
budaya.

Air dan sumber-sumber air perlu:


DILINDUNGI DAN DIJAGA KELESTARIANNYA agar
dapat DIDAYA-GUNAKAN secara berkelanjutan
KERANGKA PIKIR PERUBAHAN UU NO.11/1974
LATAR BELAKANG UUD 1945 Pasal 33 ayat (3)
Tap MPR No. IV/MPR/1999
UU No. 11/1974 telah memberikan tentang GBHN
andil yg besar bagi perikehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat. VISI PENGELOLAAN SDA
Saat ini UU tsb memerlukan Terwujudnya kemanfaatan sumber daya
penyesuaian untuk antisipasi air bagi kesejahteraan seluruh rakyat
perkembangan masalah dan
perubahan paradigma, a.l:
LIMA MISI PENGELOLAAN SDA
1 Pengelolaan secara
menyeluruh dan terpadu.
1. KONSERVASI sumber daya air.
2 Keseimbangan antara 2. PENDAYAGUNAAN sumber daya UU PENGGANTI
penanganan secara fisik air. Yg lebih:
3. PENGENDALIAN daya rusak air. 1. Komprehensif
dengan non fisik. 2. Antisipatif
3 Keseimbangan antara 4. PEMBERDAYAAN dan peningkatan
3. Direktif
pendayagunaan dg peran masyarakat, dunia usaha, 4. Koordinatif
konservasi. dan pemerintah. 5. Partisipatif
4 Perlindungan thd hak dasar 5. Peningkatan ketersediaan dan
manusia atas air; keterbukaan data serta INFORMASI
5 Keterlibatan pihak yg SDA
berkepentingan dalam PSDA PERATURAN
dalam spirit demokrasi dan PERUNDANG
pendekatan koordinasi. TUJUH ASAS PENGELOLAAN SDA:
Kelestarian, Keseimbangan, -UNDANGAN
6 Mengadopsi prinsip
Kemanfaatan Umum, TERKAIT
pembangunan berkelanjutan
7 ntisipasi thd ekses Keterpaduan dan keserasian,
perkembangan nilai Keadilan, Kemandirian,
ekonomis air. Transparansi dan akuntabilitas
Pengelolaan SDA adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi SDA, pemdayagunaan SDA
dan pengendalian daya rusak air.
(butir 7, pasal 1)

Pola Pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam


merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan
SDA dan pengendalian daya rusak air.
(butir 8, pasal 1)
Lingkup Pengelolaan SDA menurut UU
Upaya
Merencanakan Melaksanakan Memantau Mengevaluasi

Penyelenggaraan
Konservasi SDA: Pendayagunaan SDA: Pengendalian Daya
Perlindungan dan
Rusak Air:
1. 1. Penatagunaan
pelestarian SA 2. Penyediaan 1. Pencegahan
2. Pengawetan air 3. Penggunaan 2. Penanggulangan
3. Pengelolaan kualitas
4. Pengembangan 3. Pemulihan
air dan pengendalian
pencemaran air 5. Pengusahaan

Menjaga kelangsungan Memanfaatkan SDA secara Mencegah,


TUJUAN:

keberadaan daya dukung, berkelanjutan dg menanggulangi, dan


daya tampung, dan fungsi mengutamakan memulihkan akibat
SDA pemenuhan kebutuhan kerusakan kualitas lingk.
pokok kehidupan masy yg diakibatkan oleh daya
secara adil rusak air
KEBIJAKAN SDA
Kebijakan: kondisi/keadaan yang diinginkan di masa datang
Memberikan arahan dalam penyusunan pola pengelolaan SDA guna
mencapai tujuan pengelolaan SDA (pasal 3)
Meliputi arahan konservasi dan pendayagunaan SDA serta
pengendalian daya rusak air untuk memecahkan masalah SDA dan
mengantisipasi perkembangan kebutuhan pembangunan di tingkat
nasional, propinsi dan kabupaten/kota (pasal 4)
Disusun pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/kota (pasal
5)
Dirumuskan oleh wadah koordinasi SDA Nasional, propinsi dan
Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya (pasal 6)
Ditetapkan oleh presiden, gubernur dan bupati/walikota sesuai
tingkatannya (pasal 6)
KEBIJAKAN SDA
Tahapan
Rumusan Penetapan
Tingkatan

Nasional DSDAN Presiden

Wadah Koordinasi
Propinsi SDA Propinsi Gubernur

Wadah Koordinasi
Kab/Kota SDA Kab/Kota Bupati / Walikota
Mengapa diperlukan Perencanaan Pengelolaan SDA?
 Tiga (3) masalah klasik air: too much, too little, too dirty
- terlalu berlebihan  banjir
- terlalu sedikit  kekeringan
- terlalu kotor/tercemar  gangguan kesehatan dam kerusakan tata
lingkungan

 Timbulnya masalah tersebut memberikan indikasi bahwa sistem


lingkungan yang mendukung keberlangsungan daur hidrologi sedang
atau telah menghadapi kerusakan

 Permasalahan dan tantangan bidang sda semakin berat, pada satu


pihak kebutuhan air semakin meningkat dan dipihak lain kemampuan
pasokan air menurun air menjadi sumber daya yang semakin langka
menimbulkan potensi konflik :
- Antar wilayah
- Antar sektor
- Antar kelompok pengguna
- Antar individu pengguna

 Sebagai pedoman bagi para stakeholder dalam Pengelolaan SDA.


Untuk menetapkan Pengelolaan SDA yang paling
optimum baik secara struktur maupun non-struktur
untuk:
 Konservasi: melestraikan SDA (misal: pengendalian
eksplorasi air tanah)
 Pendayagunaan SDA: memenuhi berbagai kebutuhan air
(kualitas & kuantitas)
 Pengendalian daya rusak air: memecahkan berbagai masalah
air (misal: erosi, sedimentasi dan banjir)

Melalui pendekatan sistem yang komprehensif dan


terpadu yang mengacu pada Wilayah Sungai
KARAKTERISTIK SUMBER DAYA AIR
Air, Sumber Air & Daya Air
(Sumber Daya Air)

Dikuasai negara, UUD 45


UU 32/2004
digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat UU 7/2004

Letak geografis Penyusunan Keterkaitan Waktu antar Siklus Alam


Antar daerah Multisektor Kesatuan sistem Generasi Bagi Ekosistem

Kerjasama Berwawasan
Terpadu Menyeluruh Berkelanjutan
Lingkungan

SDAir, SDAlam vital & strategis bagi pembangunan ekonomi, kesatuan & ketahanan nasional.

SDA dikelola secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan, berwawasan


lingkungan dengan: pendekatan wilayah sungai & ditetapkan berdasarkan sistem administrasi pemerintah.
ACUAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Berbasis Wil Administrasi: Pasal 14, 15, 16

KEBIJAKAN NASIONAL
KEBIJAKAN PROPINSI
KEBIJAKAN KABUPATEN

POLA Ps 11 ay 2, Ps 59 ay 3, Ps 62 ay 6

RENCANA
PROGRAM
KEGIATAN
Berbasis Wilayah Hidrologis (Wilayah Sungai)
Pengelolaan SDA diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berwawasan lingkungan hidup, dengan tujuan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(pasal 3, ayat 1, RPP PSDA)

Pengelolaan SDA didasarkan pada kebijakan pengelolaan sumber


daya air di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta
pola pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai.
(pasal 3, ayat 2, RPP PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (2) meliputi arahan strategis konservasi dan
pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
untuk memecahkan masalah sumber daya air dan mengantisipasi
perkembangan situasi dan kondisi sumber daya air di tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
(pasal 4, RPP PSDA)
Lanjutan…
Kebijakan PSDA disusun di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dengan
memperhatikan kondisi setiap wilayah. (pasal 5, ayat 1, RPP PSDA)

Kebijakan nasional sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan bagi
Menteri, menteri, atau kepala lembaga pemerintah nondepartemen yang terkait dengan bidang
sumber daya air dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan sumber daya air.
(pasal 5, ayat 2, RPP PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional, yang selanjutnya disebut sebagai
kebijakan nasional sumber daya air, menjadi acuan bagi penyusunan kebijakan pengelolaan
sumber daya air di tingkat provinsi.
(pasal 5, ayat 3, RPP PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi menjadi acuan bagi penyusunan
kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat kabupaten/kota. (pasal 5, ayat 4, RPP
PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air dapat ditetapkan baik sebagai kebijakan tersendiri
maupun terintegrasi ke dalam kebijakan pembangunan provinsi atau kabupaten/kota . (pasal
5, ayat 5, RPP PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan secara tersendiri, diupayakan
keselarasannya dengan kebijakan pembangunan di wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
(pasal 5, ayat 6, RPP PSDA)
Lanjutan…
Kebijakan nasional sumber daya air dirumuskan oleh
Dewan Sumber Daya Air Nasional dan ditetapkan oleh
Presiden.
(pasal 6, ayat 1, RPP PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat provinsi


dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber
daya air provinsi yang bernama dewan sumber daya air
provinsi atau dengan nama lain, dan ditetapkan oleh
gubernur.
(pasal 6, ayat 2, RPP PSDA)

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di tingkat


kabupaten/kota dirumuskan oleh wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota yang
bernama dewan sumber daya air kabupaten/kota atau
dengan nama lain, dan ditetapkan oleh bupati/walikota.
(pasal 6, ayat 3, RPP PSDA)

Kebijakan nasional sumber daya air sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan bagi menteri yang
terkait di bidang sumber daya air. (pasal 6, ayat 4, RPP PSDA)
 Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan
sebagai kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya
air di wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara
air permukaan dan air tanah.
(pasal 7 ayat 1, RPP PSDA)

 Pola pengelolaan sumber daya air memuat:


a. tujuan pengelolaan sumber daya air;
b. dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam melakukan
pengelolaan sumber daya air;
c. Beberapa skenario pengelolaan sumber daya air;
d. Alternatif pilihan strategi pengelolaan sumber daya air untuk
setiap skenario pengelolaan sumber daya air;
e. langkah operasional untuk melaksanakan strategi pengelolaan
sumber daya air.
(pasal 7 ayat 2, RPP PSDA)
Lanjutan…
 Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) disusun dengan memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah administratif yang bersangkutan.
(pasal 8 ayat 1, RPP PSDA)

 Pola pengelolaan sumber daya air disusun dengan mengacu pada


informasi mengenai:
a. penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang bersangkutan ;
b. kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai
yang bersangkutan;
c. keberadaan masyarakat hukum adat setempat;
d. sifat alami dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan
sistem hidrologis;
e. aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air;
f. kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan
hidup.
(pasal 8 ayat 2, RPP PSDA)
Lanjutan…
 Pola pengelolaan sumber daya air disusun melalui konsultasi
dengan instansi dan unsur masyarakat yang terkait. (pasal 8 ayat 3,
RPP PSDA)

 Pola pengelolaan sumber daya air disusun dan ditetapkan untuk


jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. (pasal 8 ayat 4, RPP PSDA)

 Pola pengelolaan sumber daya air yang sudah ditetapkan dapat


ditinjau dan dievaluasi sekurang-kurangnya setiap 5 (lima)
tahun sekali. (pasal 5 ayat 3, RPP PSDA)

 Hasil peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(5) menjadi dasar pertimbangan bagi penyempurnaan pola
pengelolaan sumber daya air.
(pasal 8 ayat 6, RPP PSDA)
Lanjutan…
 Rancangan Pola PSDA pada WS dalam satu kabupaten/kota disusun oleh
dinas di tingkat kabupaten/kota atau bersama Pengelola SDA di WS melalui
konsultasi dengan instansi teknis terkait.
(pasal 9 ayat 1, RPP PSDA)

 Bupati menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pola pengelolaan sumber daya
air dengan memperhatikan pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.
(pasal 9 ayat 2, RPP PSDA)

 Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air, bupati/walikota dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air
kabupaten/kota.
(pasal 9 ayat 3, RPP PSDA)

 Dalam hal pada kabupaten/kota tersebut tidak atau belum terbentuk wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota, bupati/walikota
dapat langsung menetapkan pola pengelolaan sumber daya air sesuai
dengan rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(pasal 9 ayat 4, RPP PSDA)
Lanjutan…

 Rancangan Pola PSDA pada WS lintas kabupaten/kota disusun oleh


dinas di tingkat provinsi atau bersama pengelola sumber daya air di
wilayah sungai melalui konsultasi dengan instansi teknis terkait.
(pasal 10 ayat 1, RPP PSDA)

 Gubernur menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya


air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pola pengelolaan
sumber daya air berdasarkan pertimbangan wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan. (pasal 10 ayat 2, RPP PSDA)

 Dalam hal pada wilayah sungai tersebut tidak atau belum


terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, gubernur
dapat meminta pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan
sumber daya air provinsi
 (pasal 10 ayat 3, RPP PSDA)
Lanjutan…
 Rancangan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara,
dan strategis nasional disusun oleh Menteri setelah berkonsultasi dengan instansi teknis
dan unsur masyarakat terkait. (pasal 11 ayat 1, RPP PSDA)

 Menteri menetapkan rancangan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi pola pengelolaan sumber daya air berdasarkan pertimbangan wadah
koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan. (pasal 11 ayat 2,
RPP PSDA)

 Dalam hal pada wilayah sungai lintas provinsi atau strategis nasional dimaksud tidak atau
belum terbentuk wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air, Menteri dapat meminta
pertimbangan wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi melalui gubernur
terkait. (pasal 11 ayat 3, RPP PSDA)

 Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas negara dilakukan sesuai dengan
perjanjian dengan negara terkait berdasarkan pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan oleh Menteri. (pasal 11 ayat 4, RPP PSDA)

 Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada wilayah sungai
lintas negara digunakan sebagai dasar penyusunan perjanjian dengan negara terkait. (pasal
11 ayat 5, RPP PSDA)
 Dalam hal belum ada perjanjian dengan negara terkait, pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai yang berada dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia didasarkan
pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2). (11 ayat 6, RPP PSDA)
Lanjutan…

Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan


pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 sampai dengan Pasal 11 diatur dengan peraturan Menteri.

(pasal 12 ayat 1, RPP PSDA)

Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai


dengan prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang
ditetapkan dalam standar perencanaan yang berlaku secara
nasional yang mencakup inventarisasi sumber daya air,
penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya
air.
(pasal 13 ayat 1, RPP PSDA)
 Perencanaan pengelolaan SDA disusun untuk menghasilkan
rencana sebagai pedoman/arahan dlm pelaksanaan
konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air
 Perencanaan disusun mengikuti pola pengelolaan SDA.
Rencana pengelolaan SDA merupakan salah satu
masukan/unsur penyusunan tata ruang.
 Penyusunan rencana pengelolaan SDA dilaksanakan dgn
koordinasi berbagai instansi yang berwenang dgn mengikut
sertakan seluruh stakeholders
 Rencana pengelolaan SDA di WS dirinci kedalam program
oleh instansi pemerintah, masyarakat dan swasta
PLANNING (perencanaan)
Makro Makro/Mikro Mikro KONSTRKSI OPERASI & PANTAU
Basis Spasial Basis WS Area Keg. Lokasi PMLHRN EVALUASI
N/Pr/Kab/Kt (P/Pr/Kab/Kt) dlm WS Krj dlm WS

Kebijakan Survey Ivtg&


Nasional Inventarisasi
+ Review
SDA
Studi WS

Kebijakan SDA Pola PSDA WS


Prop/Kab/Kota yg ditetapkan
Men/Gub/Bup

Inventarisasi
SDA WS

RTRW Renc PSDA WS tidak


N/Pr/Kab/Kt Renc.Induk:
K,DG,DR
Program
Prioritas Survey
Keg. SDA SDA &
Invstgs

Studi Detail Pelaksanaan Operasi &


Keg. Non SDA Monitoring
Kelayakan Desain Konstruksi Pemliharaan
(C) (OM) & Evaluasi
(FS)+ (D/D)
Non Dep PU
Amdl ya

*) Pola PSDA = Kerangka Dasar untuk --> merencanakan, melaksanakan, memantau & mengevaluasi (Konservasi, Daya Guna, Daya Rusak **) Rencana PSDA merupakan
keterpaduan dari Rencana Induk: Konservasi, Daya Guna, Daya Rusak
A. 1. Kebijakan Lama 1.Land use5.Perkebunan
2.Kehutanan 6.Perikanan
3.Pertanian 7.Transportasi
4.Tenaga Air 8.Perkotaan dll
2. Rancangan Revisi Kebijakan
PKM I
B. Potensi SDA
1. Data Pembangunan yang sudah ada
2. Data hidrologi
3. Data teknis Lainnya (tanah, geologi, peta dll)

C. A
Analisis Draft Renc. PKM II
B Kebijakan yang
sesuai potensi
Renc. Pola
PSDA WS
Draft Kerangka Dasar Analisis
Sesuai kebijakan
Dan potensi
Langkah – Langkah Penyusunan POLA PSDA WS
sesuai dengan RPP_Pengelolaan SDA
Langkah 1
Analisa kebijakan yang sudah ada pada wilayah dan rancangan kebijakan hasil PKM 1 dengan melihat
potensi yang ada di wilayah tersebut untuk menghasilkan Draft Rencana seuai dengan potensi Daerah
Pasal 5
1. Kebijakan pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dengan memperhatikan kondisi setiap wilayah.
Pasal 8
(1) Pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) disusun dengan memperhatikan kebijakan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah administratif yang bersangkutan.
(2) Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan disusun dengan mengacu pada informasi mengenai:
a. penyelenggaraan pengelolaan SDA yg dilakukan oleh Pem. dan/atau pemda yang bersangkutan;
b. kebutuhan sumber daya air bagi semua pemanfaat di wilayah sungai yang bersangkutan;
c. keberadaan masyarakat hukum adat setempat;
d. sifat alami dan karakteristik sumber daya air dalam satu kesatuan sistem hidrologis;
e. aktivitas manusia yang berdampak terhadap kondisi sumber daya air;
f. kepentingan generasi masa kini dan mendatang, serta lingkungan hidup.
Langkah 2 Melaksanakan PKM 2
Pasal 8
(3) Pola pengelolaan sumber daya air disusun melalui konsultasi dengan instansi dan unsur masyarakat yang terkait.
Langkah 3 Membuat Draft kerangka Dasar Sesuai kebijakan dan potensi yang ada di masing-masing wilayah
Pasal 12
Ketentuan mengenai pedoman teknis dan tata cara penyusunan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 sampai dengan Pasal 11 diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 13
Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan
dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi sumber daya air, penyusunan dan
penetapan rencana pengelolaan sumber daya air
 Kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan
pengendalian daya rusak air.
 Disusun berbasis WS dgn prinsip
- keterpaduan antara air permukaan dan air tanah
- keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan SDA

 Time horizon: 20 tahun

 Dapat ditinjau & dievaluasi min. 5 tahun

 Melibatkan peran serta masyarakat (PKM) dan dunia usaha

 Mempunyai kekuatan hukum/ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang

 Isi Pola PSDA :


 Tujuan umum dan arahan PSDA
 Dasar-dasar pertimbangan / Prinsip Pokok PSDA
 Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan
 Konsepsi kebijakan-kebijakan dasar PSDA
 Rencana pengelolaan strategis

Anda mungkin juga menyukai