Anda di halaman 1dari 25

BAB III

HASIL PELAKSAAN KEGIATAN

3.1. Pelaksanaan Proyek Dan Pengawasan Proyek


Pelaksanaan proyek dan pegawasan proyek merupakan wujud nyata dari
rangkaian pekerjaan untuk merealisasikan apa yang telah direncanakan. Pada saat
ini terjadi pengaruh dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia, keberhasilan dari
proyek sangat tergantung dari ketersediaan sumber daya dan pemanfaatan sumber
daya secara efektif dan efisien.
Pelaksanan dan pengawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam pelaksanan pekerjaan suatu proyek. Mutu suatu pekerjaan sangat di
pengaruhi oleh intensitas pengawasan di lapangan.Pengawasan dan pelaksanaan
yang baik tentunya memperoleh hasil yang baik dari organisasi proyek yang
bersangkutan.Selain itu pelaksana dan pengawasan pekerja adalam suatu proyek
harus berpedoman dan pada suatu aturan dan syarat – syarat yaitu (RKS) serta
time schedule yang telah di tentukan oleh perencanan dan pemilih proyek yang
berpedoman pada jadwal yang telah disusun.
1. Biaya (kost)
2. Kualitas (quality)
3. Waktu (time)
Ketiga parameter tersebut tidak hanya berlaku pada akhir pekerjaan saja
tetapi sepanjang tahap pekerjaan konstruksi berlangsung dan di teliti dari setiap
item pekerjaan. Hal ini akan menjadi tolak ukur ketelitian pelaksana dalam
menyelesaikan pekerja.
3.1.1 Pondasi
Adapun tahap-tahap dalam pekerjaan pondasi anatara lain:
1. Pekerjan Pondasi Strauss (foot plat atau strauss)
a) Pada tahan perencanan dibuat gambar desain bangunan untuk menggambarkan
bentuk konstruksinya danmenentukan letak pondasi.
b) Membuat desain gambar bangunan yang berkualitas juga memberi pandangan
lebih mengenai kebutuhan akan bangunan yang akan dibuat nantinya. Semua
akan digambar dengan detail bahkan sampai space terkecil yang akan
dikerjakan dan kapanpun ada perubahan biasanya tidak akan terlalu jauh.
c) Patokan titik as pondasi dan galian tanah pondasi pengukuran dan pematokan
as gedung dilaksanakan sesudah data dan informasi pada gambar rencana,
gambar denah ruang, gambar pondasi dan tabulasi data hasil perhitungan yang
sudah benar.
d) Tentukan garis spadan (lihat gambar dibawah) sesuai ukuran pasa gambar
(gambar site plan, denah ruang, denah pondasi)
e) Tentukan garis ukur (garis referensi) sesuai dengan jarak yang telah di
rencanakan
f) Tancap patok dengan kokoh jika ukuran sudut dan jarak sudah tetap
g) Pasang paku diatas patok, jika ukuran sudut dan jarak sudah tepat
h) Dengan cara yang sama, kerjakan semua titik as gedung sesuai gambar denah
pondasi dan ruang yang sudah dihitung.

Gambar 3. 1 Proses Penggalian Tanah


P = 60 cm
L = 60 cm T
= 50 cm
2. Pelaksanaan Pekerjaan Galian Strouss
Strouss Pile merupakan sebuah pekerjaan pondasi dimana tanah akan di
bor secara manual dengan cara menggerakkan mata bor dengan bantuan tenaga
manusia. Pondasi Stros Pile atau biasa disebut dengan bor pile manual pada
dasarnya memiliki bentuk yang hampir sama persis dengan Bore Pile, yang
membedakan keduanya ialah terletak pada cara pelaksanaan dan penggunaan alat
untuk pengeboran. Pada tahap pelaksanaannya pun masih menggunakan cara yang
hampir sama, akan tetapi pada Bore Pile manual ini akan dilaksanakan dengan
lebih sederhana bahkan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan
mesin Bore Pile dan adukan cor ke lubang. Adapun hal-hal yang harus dilakukan
dalam pekerjaan galian adalah:
a) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
b) Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan pondasi bagian bawah
dengan kedalaman yang disyaratkan.
c) Tahap Pengecoran Strouss Pile
Pengecoran ini ialah bagian tahapan langkah akhir didalam pengerjaan
pondasi strouss pile, ini harus selalu di kerjakan dengan sangat telaten juga tetap
selalu diperhatikan.Karena apabila kondisi lubang bor selalu dipenuhi air, ini
harus memakai pipa paralon yang berguna. sebagai pipa paralon pengantar cor
tujuannya agar tidak tercampur dengan air yang berlumpur. Dengan begitu hasil
beton nantinya akan berhasil dengan baik, jika kondisi lubang tanah yang kering
bisa langsung cor-annya masuk.

Gambar 3.2 proses pengecoran strous


d) Parbrikasi dan Perkaitan Besi Tulangan Telapak Pondasi
Besi tulangan berbagai diameter (diameter sesuai spesifikasi) dipotong
sesuai dengan ukuran pada gambar kerja dengan menggunakan bar cutter
sedangkan pembengkokan tulangan menggunakan bar bender. Pemotongan
panjang besi tulangan untuk tiang dipotong sepanjang tinggi kolom terhadap sloof
ditambah dengan panjang penyaluran. Besi tulangan dipabrikasi dengan cara
mengikatkan tulangan pokok kolom dengan tulangan sengkang menggunakan
kawat bendrat, jarak dan jumelah tulangan pokok disesuikan.
Gambar 3.3 Perkaitan Tulangan Tapak Pondasi Lantai Kerja
e) Perletakan Kerangka Pondasi Tapak.
Untuk pondasi setempat ini perkaitan tulangan dilakukan diluar tempat
pengecoran dilokasi proyek agar setelah dirakit dapat lansung dipasang dan proses
pembuatan pondasi berjalan lebih cepat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan yaitu rakitan
tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakan tegak lurus permukaan
tanah dengan bantuan benang, rakitan tulangan ditempatkan tidak lansung
bersentuhan dengan coran lantai dasar, jarak antara tulangan dan permukaan dasar
tanah 11,7 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang dibuat dari batu kali
disetiap ujing atau sisi tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan
permukaan dasar tanah untuk melindungi atau untuk melapisi tulangan dengan
beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat. Setelah dipastikan rakitan
tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan pengecoran.

Gambar 3. 4 Perletakan Kerangka Lantai Kerja


f) Pemasang bekisting pada kerangka pondasi telapak
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor, didalam atau diatasnya.
Tahap- tahap pekerjaan bekisting:
1. Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
menyambung kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan cetok
(sendok spesi).
2. Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu pembuatan
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persyaratan
tertentu
3. Papan cetak disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan dicor.
4. Papan cetak dibuat dengan baik dan ditujang dengan tiang agar tegak lurus
tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
5. Papan cetak tidak boleh bocor.
6. Papan disambung dengan klem atau penguat atau juga penjepit
7. Paku diantara papan secara brselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi
retak.

Gambar 3.5 Perakitan Besi Pondasi Untuk Pengecoran


g) Pengadukan bahan campuran untuk pengecoran
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan mempersiapkan bahan-bahan
material yang akan digunakan untuk pengecoran dan ditempatkan didaerah yang
tidak terlalu jauh dengan tempat galian pondasi atau tempat yang akan dicor.
Karena didalam pengecoran ini diasumsikan memakai mollen dan bisa
juga dicampur oleh pekerja maka pengadukan dan bahan material dimasukan
kedalam mollen atau mixer dengan urutan: pertama memasukan pasir, kedua
memasukan kerikil, ketiga memasukan semen dan biarkan tercampur kering
dahulu sesuai dengan perbandingan volume.

3.2 Pekerjaan slof


1. Beton
Pekerjaan beton merupakan pekerjaan yang sangat penting karena akan
menentukan mutu konstruksi yang diinginkan sesuai dengan yang direncanakan
karena itu dalam pekerjaan pembetonan diperlukan ketelitian dan keahlian. Beton
adalah campuran dari agregat (pasir, kerikil/batu pecah, atau sejenis agregat
lainnya) dipersatukan oleh semen dan air. Beton bertulang adalah suatu bahan
yang dibuat dari beton dan besi beton yang tersusun sedemikian rupa sehingga
kedua bahan itu merupakan satu kesatuan yang dapat memikul beban yang bekerja
padanya. Konstruksi teknik mendefinisikan bahwa beton adalah sebagai batu-
batuan yang dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair kental,
yang kemudian mampu mengeras secara baik.
Setelah terjadi pengerasan,beton hanya mampu terhadap gaya tekan dan
lemah terhadap gaya tarik. Beton yang baik adalah beton yang dapat menahan
beban yang diberikan kepadanya baik itu beton bertulang atau beton tumbuk.
Beton yang baik memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a. Kedap air artinya bahwa beton tersebut tidak bisa dimasuki oleh air.
b. Awet (durable) artinya bahwa beton tersebut harus tahan terhadap pengaruh
lingkungan.
c. Tidak banyak mengalami penyusutan artinya beton tersebut tetap pada
kondisi awal meskipun mengalami perubahan sedikit sekali.
d. Tidaktimbul karang-karang beton (boney combing), artinya beton tersebut
harus memiliki permukaan yang mulus.
e. Tidak menjadi lapuk (eflorescence), artinya beton tersebut selalu memiliki
struktur tetap.
f. Tidak pecah-pecah (spalling) artinya bahwa beton tersebut mempunyai
ikatan yang kuat antara komponen-komponen penyusunnya.
g. Permukaan tahan terhadap pengausan (abration) artinya beton tersebut
tahan terhadap gesekan apapun.
2. Kelas dan mutu beton
Beton sangat dipengaruhi oleh ketepatan komposisi campurannya. Beton
yang digunakan di lapangan berbeda-beda tergantung dari fungsinya. Mutu beton
digolongkan ke dalam 3 kelas mutu yaitu:
a. Beton kelas I
Beton kelas I yaitu beton yang digunakan untuk bukan pekerjaan struktur.
Beton kelas I antara lain: K-100, K-125, K-150, K-175 dan K200.
b. Beton kelas II
Beton kelas II yaitu beton yang digunakan untuk pekerjaan struktur misalnya
jalan, lantai, pondasi, sloof, kolam dan lain- lain. Beton kelas II antara lain:
K-225, K-250 dan K-275.
c. Beton kelas III
Beton kelas III yaitu beton khusus yang digunakan untuk balok, lantai
jembatan, landasan pesawat dan lain-lain. Beton kelas III antara lain: K-325,
K- 350, K-375, K-450, dan K-500.
3. Bahan Pembuatan Beton
a. Semen Portland ( semen bosowa)
Semen digunakan sebagai pengikat antara agregat-agregat menjadi satu
kesatuan. Semen yang digunakan adalah semen hidrolik yaitu suatu bahan
pengikat yang akan mengeras apabila bereaksi dengan air dan akan menghasilkan
suatu produk yang tahan air. Semen yang digunakan sebaiknya disimpan dengan
baik agar mutu semen tidak berubah dan dalam pengangkutannya harus
terlindungi dari hujan. Penyimpanan semen sebaiknya dilakukan di dalam gudang
yang berventilasi yang diletakkan minimal 30 cm dari permukaan tanah dengan
tinggi tumpukan maksimal 2 meter.Semen bosowa jenis ordinary porland cement
(OPC) memiliki daya tekan hingga 400 Newton/meter. Menurut SII 0013-18,
semen dibagi menjadi 5 jenis antara lain:
1) Jenis I: semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.
2) Jenis II: semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3) Jenis III: semen Portland yang penggunaannya menurut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi setelah pengikat terjadi.
4) Jenis IV: semen Portland yang penggunaanyan menurut persyatan hidrasi
yang rendah.
5) Jenis V: semen Portland yang penggunaannya menurut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.
Jenis-jenis semen tersebut didasarkan atas besarnya prosentase dari
komposisi dan senyawa kimia yang ada didalam semen Portland. Masing-masing
semen memiliki Kadar yang berbeda. Dalam pekerjaan pembangunaan gedung
pada lokasi PKL, semen yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah semen tipe 1
yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus.
b. Air
Pengerasan beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan air, maka
sangat diperlukan proses pemeriksaan terhadap mutu air, apakah air tersebut telah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Banyak hal-hal lain yang bisa
berdampak karena pemakaian air, berikut ini uraiannya:
1) Air tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter karena dapat
mengurangi daya lekat atau bisa juga mengembang (pada saat pengecoran
karena bercampur dengan air) dan menyusut (pada saat beton mengeras
karena air yang terserap lumpur menjadi berkurang).
2) Air tidak mengandung garam lebih dari 15 gram karena resiko terhadap
korosi semakin besar.
3) Air tidak mengandung khlorida lebih dari 0, 5 gram/liter karena bisa
menyebabkan korosi pada tulangan.
4) Air tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter karena dapat
menurunkan mutu beton sehingga akan rapuh dan lemah.
5) Air tidak mengandung minyak lebih dari 2 % dari berat semen karena akan
mengurangi kuat tekan beton sebesar 20%.
6) Air tidak mengandung gula lebih dari 2 % dari berat semen karena akan
mengurangi kuat tekan beton pada umur 28 hari.
7) Air tidak mengandung bahan organik seperti rumput/lumut yang terkadang
terbawa air karena akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat dan
menimbulkan rongga pada beton.
c. Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh
perekat semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batu-batuan
pecah. Pemilihan agregat tergantung dari:
1) Syarat-syarat yang ditentukan oleh suatu jenis beton.
2) Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu.
Ketika campuran pada semen dan air mengeras, maka massanya akan
mengalami penyusutan akibat berlangsungnya reaksi kimia dan penguapan air
campuran yang tidak dibutuhkan lagi untuk kelancaran proses tersebut. Akibat
dari penyusustan tersebut, maka Akan terjadi retak-retak pada semen yang mulai
membeku tersebut. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton
mencapai jumlah antara 70% hingga 75% dari seluruh volume massa padat beton.
Pemilihan agregat halus hendaknya memenuhi persyaratan yang sesuai dengan
pengawasan dan mutu agregat pada berbagai mutu beton, antara lain:
a) Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak mudah pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuac, seperti terik matahari maupun hujan.
b) Tidak terlalu banyak mengandung bahan-bahan organik.
c) Kadar lumpur yang terkandung di dalam agregat tidak boleh lebih dari 5%
terhadap berat kering dari butir-butir yang beraneka ragam ukurannya (max 5
mm).
Pada pekerjaan pembangunan perumahan ini, agregat yang digunakan
adalah agregat halus dan agregat kasar yang diambil dari sungai Brantas,
Kabupaten Malang. Pada pekerjaan pengecoran sloof pembangunan perumahan
ini menggunakan agregat kasar. Pada agregat kasar, penggunaan bertujuan untuk
menghemat penggunaan semen. Umumnya agregat kasar adalah agregat dengan
besar butiran lebih dari 5 mm, di mana pemilihan agregat kasar hendaknya
memperhatikan beberapa persyaratan-persyaratan berikut:
1) Terdiri dari butir-butir keras yang tidak berpori.
2) Tidak mengandung Kadar lumpur 1% dari berat kering.
3) Tidak mengandung zat-zat yang dapat, merusak beton.

3.3 Pekerjaan slof


Jika kita melihat kebagian bawah bangunan tepatnya di dekat fondasi,
sloof akan terlihat dengan bentuk berupa balok yang mendatar. Sloof ini bertumpu
pada pondasi bagian atas. Fungsi dari sloof tak kalah penting dibandingkan
dengan pondasi. Sloof inilah yang akan mengikat setiap bagian bawah hingga
tiap-tiap kolom untuk menunjang fondasi bangunan. Selain itu, sloof juga
berfungsi untuk menahan beban bangunan agar bangunan tetap rata dan dapat
mengurangi differential settlement atau disebut juga dengan penurunan sebagian
bangunan akibat perbedaan kemampuan tanah menahan beban bangunan.
Gambar 3.6 Pemasangan besi tulangan sloof
a) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan diantaranya adalah penyediaan bahan atau material
yang antara lain bahan pembuatan bekisting diantaranya papan kayu dan kayu
pengikat, dan penyediaan besi tulangan dan kawat pengikat besi sesuai dengan
kebutuhan bangunan tersebut serta material pasir, semen, dan kerikil.

Gambar 3.7 Pemasangan bekisting


b) Galian tanah
Setelah pekerjaan pengecoran pondasi cakar ayam selesai, maka
selanjutnya pekerjaan galihan tanah untuk pekerjaan tahap selanjutnya yaitu
pekerjaan sloof. Pada pekerjaan pembangunan gedung di lokasi PKL bangunan
tersebut tidak menggunakan pondasi batu kali sehingga sloof langsung
direncanakan tanpa pondasi batu kali dibawanya. Pada pekerjaan galian tanah
sloof dengan lebar 40 cm dan tingginya disesuaikan dengan factor bidang tanah.

Gambar 3.8 Pekerjaan galian tanah


c) Pembesian
Setelah dilakukan galihan tanah dilanjutkan pemasangan besi sloof yang
sudah di pasangkan dengan besi sengakang dengan kawat pengikat. Pembesian
Sloof direncanakan sekaligus memanjang sampai dengan pertemuan sudut
bangunan. Pada pembesian ini harus diperhtikan sambungan besi minimal ¼
bentang dan tekukan pada ujung besi diperhatikan untuk perkuatan.

Gambar 3. 9 Pekerjaan pembesian slof


d) Bekisting
Setelah pasangan besi selesai, maka di lanjutkan dengan pekerjaan Sloof
dengan bekisting dibuat dua sisi sesuai dengan levelling pada reneana kerja.
Tinggi bekisting papan begesting disesuaikan dengan tinggi galiah tanah dan
disetai kayu usuk sebagai penyangga agar pada saat pengecoran bekesting
tetap kuat. Pada pemasangan bekisting ini sekaligus pemasangan pipa saluran.

Gambar 3.10 Pemasangan bekisting


e) Pengecoran
Pengecoran sloof dilakukan secara manual, yakni pencampuran bahan
betonnya, sebelunya tanah yang sudah digali dicor campuran tebal sekitar 5 cm,
ini dilakukan agar kotoran atau tanah tidak mudah tercampur. Pencampuran
adonan dengan perbandingan volume yang lazim digunakan di lapangan yakni
dengan membuat kotak takaran untuk perbandingan volume pasir, semen, dan
kerikil/split degan menggunakan ember mateks. Urutan pencampuran adukannya
yaitu pasir dengan semen dahulu, setelah itu kerikil yang sudah ditakar dicampur
kering di dalam bak pengaduk (molen) kemudian diaduk sampai merata. Setelah
adukan merata, tuangkan air sesuai kebutuhan, aduk sampai campuran merata dan
sesuai dengan persyaratan. Padal lokasi PKL ukuran campuran yang digunakan 1
PC 3 pasir 4 krikil, yaitu satu sak semen empat ember mateks pasir dan empat
ember matek kerikil. Namun pampuran adukan dua kali dengan ukuran tersebut
disebabkan karena kapasitas molen yang kecil.

Gambar 3.11 Pekerjaan Pengecoran

3.3.1 Teknik Pelaksanaan, Alat Dan Bahan Pekerjaan Sloof


Pekerjaan sloof dimulai dengan melakukan pengukuran elevasi sloof dari
permukaan tanah sesuai softdrawing dan dilakukan penarikan benang sebagai
pedoman lurus dan sikunya bagunan dan juga elevasi permukaan lantai. Kemudian
dilanjutkan dengan galiahan tanah karena sloof yang direncanakan langsung daan
tidak ada pondasi batu kali dibawanya. Kemudian dilanjutkan memasang besi
tulangan sloof yang menghubungakan antara besi kolom yang satu dengan yang
lain, besi tersebut diikat dengan besi tulangan tiang kolom dan selanjutnya di
pasang bekistingnya.
Untuk melanjutkan pengecoranya diminta persetujuan konsultan pengawas
dan apabila sudah disetujui maka dilanjutkan pekerjaan pengecoranya untuk
semua sloof dan untuk pembongkaran bekesting ditunggu umur beton dan
sekalian mengembalikan tanah bekas galian pondasi.
1. Peralatan yang dipakai antara lain:
a. Molen.
b. Gurinda.
c. Alat pembengkok besi.
d. Gerobak dorong.
e. Meteran.
f. Martil.
g. Gergaji kayu.
h. endok pasang
i. I Ember.
j. Sekop
k. Cangkul
2. Material yang digunakan
a. Semen (semen jenis bosowa)
b. Pasir Cor.
c. Kerikil.
d. Air.
e. Papan bekesting.
f. Multiplek 8 mm.
g. Besi tulangan.
h. Kawat ikat
i. Paku.
j. kayu usuk (penyangga papan begesting)
3. Tukang Kerja
Tukang cor yang terampil dilihat dari keterampilan pekerjaan pengecoran.
Kecepatan dan keterampilan yang baik yaitu setelah semua sudah siap, pimpinan
kerja akan memberi komando kepada pekerja dan team untuk melakukan
pekerjaan campuran beton pada bangunan tersebut (menggunakan molen tenaga
mesin) untuk memulai pengecoran. Pengecoran dimulai dari bagian depan
bangunan.

Gambar 3. 12 Pengecoran
3.4 Perkerjaan Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak
mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap Akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima
kolom distribusikan ke permukaan tanah di bawahnya (Arsitur, 2016).
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan. Apabila beban yang bekerja pada kolom semakin besar,
maka retak akan terjadi diseluruh tinggi kolom pada daerah sengkang. Pada batas
keruntuhan biasanya ditandai dengan selimut beton yang lepas terlebih dahulu
sebelum baja tulangan kehilangan letakan. Berdasarkan bentuk dan susunan
tulangan, kolom dibedakan menjadi 3, diantaranya:
a) Kolom dengan beban sentris dan eksentris
Berdasarkan posisi beban, kolom dibedakan menjadi 2 yaitu kolom dengan
beban sentris dan kolom dengan beban eksentris. Kolom dengan beban sentris
mengalami gaya aksial dan tidak mengalami momen lentur. Keruntuhan kolom
dapat terjadi pada beton hancur karena tekan atau baja tulangan leleh karena tarik.
Kolom pendek adalah kolom yang runtuh karena materialnya, yaitu lelehnya baja
tulangan atau hancurnya beton. Kolom langsing adalah kolom yang runtuh karena
tekuk yang besar. Perencanaankolom didasarkan pada dua kondisi yaitu: kolom
pendek dengan beban sentris dan dengan beban eksentris. Perencanaan kolom
didasarkan pada dua kondisi yaitu: kolom pendek dengan beban sentris dan
dengan beban eksentris.
b) Kolom langsing
Apabila angka kelangsingan kolom melebihi batas untuk kolom pendek
maka kolom tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas limit
kegagalan material. Kolom tersebut adalah jenis kolom langsing yang mengalami
momen tambahan akibat efek PΔ dimana P adalah beban aksial dan Δ adalah
defleksi akibat kolom tertekuk pada penampang yang ditinjau.
c) Flowchart
Flowchart adalah gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan
hubungan antar proses beserta fungsinya. Flowchart perancangan dan analisis
kolom persegi (bujur sangkar) dan kolom bulat (lingkaran) struktur beton
bertulang adalah sebagai berikut:
1) Flowchart perancangan dan analisis kolom persegi secara hitungan manual.
2) Flowchart perancangan dan analisis kolom persegi secara grafik.
3) Flowchart perancangan dan analisis kolom bulat dengan cara hitungan manual.
4) Perencanaan dan analisis kolom bulat dengan grafik (Hendra Poerwanto G,
2014).
1. Pemotongan Besi
Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan
ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi
besi, tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah
metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga
pemasangan tulangan. Pada proses ini akan dilakukan pembengkokan dan
pemotongan pada tulangan untuk kemudian dirakit sesuai desain dan spesifikasi
yang dibutuhkan untuk tulangan. Cara pemotongan dan pembengkokan besi
tulangan adalah sebagai berikut:
a) Gunakanlah landasan (meja) yang kuat dan rata.
b) Cek diameter besi.
c) Setelah dicek diameter dan diukur, kemudian besi dipotong
d) Besi tulangan ditekuk atau dibengkokkan sesuai kebutuhan
e) Besi/tulangan yang telah dipotong atau ditekuk sesuai ketentuan selanjutnya
harus dirangkai, baik secara terpisah.
Gambar 3.13 Pemotongan Besi
2. Pembongkaran Besi dan Perakitan Besi.
Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
a) Pembesian atau perakitan tulangan kolom adalah precast atau dikerjakan
di tempat lain yang lebih aman
b) Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja.
c) Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum pemasangan
sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur.
d) Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan
utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.
e) Setelah tulangan selesai dirakit, untuk besi tulangan precast diangkut ke
lokasi yang akan dipasang.
f) Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang
beton deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai selimut
beton.

Gambar 3.14 Pembongkaran Besi dan Perakitan Besi


3. Pembuatan Bekisting
Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanan pembesian
tulangan telah selesai dilaksanakan. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai
proses pembuatan bekisting kolom:
a) Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.
b) Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom
sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100 cm dari
masing-masing as kolom.
c) Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai sesuai
dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai acuan
dalam penempatan bekisting kolom.
d) Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting
e) Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.
f) Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.
g) Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.
h) Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor.

Gambar 3.15 Pemasangan Bekisting


4. Pemasangan Besi Beton Pemasangan besi tulangan:
a) Pemasangan tulangan utama kolom (tulangan memanjang) dilakukan dengan
bantuan perancah untuk menyangka tulangan agar tetap tegak.
b) Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom (tulangan
memanjang), pasangan tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar
tulangan utama kolom tidak bergeser atau berubah posisinya.
c) Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.

Gambar 3.16 Pemasangan Besi Beton


5. Pengecoran Kolom
Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton segar ke
area bekisting yang telah diberi tulangan. Sebelum memasuki pekerjaan cor
tersebut, dilakukan pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap.
Penuangan spesi beton ke kolom beton dengan menggunakan gerobak sorong dan
ember atau kaleng dan dalam pelaksanaan ini dilaksanakan secara manual.
Pelaksanaan pengecoran, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menyiapkan alat-alat pendukung di lapangan seperti kaleng, persiapan tangga
darurat untuk mengangkut beton secara manual, gerobak sorong penyalur
beton, lampu penerangan jika pengecoran dilakukan.
b) Memeriksa jumlah, letak, jarak antara panjang penyaluran.
c) Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada pekerjaan pengecoran
tersebut di lakukan secara manual dan tidak menggunakan truk mixe panjang
penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan “kaki ayam” yang harus
sesuai dengan gambar rencana. Diperiksa pula posisi bekisting agar cukup
kokoh menahan beban.
d) Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran
dengan cara menyirami air, sehingga tidak ada debu pada bekisting. Setelah
hal- hal tersebut diatas telah dilaksanakan maka pengecoran dapat
dilaksanakan.
e) Menuangkan spesi beton kedalam bekisting kolom dan plat dengan gerobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecor dalam
pemadatan beton dengan penumbukan memakai besi secara manual.

Gambar 3.17 Pengecoran Kolom


6. Pelepasan Bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan apabila bagian konstruksi dengan
sistem bekisting telah mencapai umur sesuai dengan beban yang diterima oleh
konstruksi tersebut. Apabila beban besar, sebaiknya dibuka setelah beton
mencapai umur 28 hari. Apabila pada saat pembongkaran terjadi cacat, maka
harus diperbaiki dengan melapisinya denga campuran beton yang sama dengan
yang telah ada. Pembongkaran bekisting harus dikerjakan secara hati-hati sesuai
dengan perhitungan agar beton yang belum mengeras dan belum cukup
kekuatannya tidak runtuh.
Semakin banyak menggunakan semen yang cepat pengerasannya semakin
cepat proses pembongkaran bekisting. Waktu pembongkaran bekisting ditentukan
pula oleh kekuatan dan beban yang disangga. Panas matahari juga mempercepat
proses pembongkaran bekisting. Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan
pembongkaran bekisting. Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut:
1) Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar.
2) Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar
lekatan beton pada plywood dapat terlepas.
3) Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
4) Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga
rangkaian/panel bekisting terlepas.
5) Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat
ke lokasi pabrikasi awal.
7. Peralatan Yang Digunakan
1) Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pemotongan besi :
a) Gergaji besi
Gergaji besi digunakan untuk memotong besi yang berukuran pendek dan
sedang.

Gambar 3.18 Gergaji Besi


b) Alat Pemotongan Besi
Alat ini digunakan untuk memotong besi yang berukuran panjang dan besar
seperti besi ulir.

Gambar 3.19 pemotong besi


c) Pensil
Pensildigunakanuntuk memberi tanda (marking) pada besi yang akan
dipotong
d) Meteran
Meteran dalam pekerjaan ini digunakan untuk mengukur panjang besi

Gambar 3.20 Meter


e) Kunci Penekuk
Kunci penekuk digunakan untuk meluruskan besi

Gambar 3.21 Penekuk Besi


2) Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembongkaran dan perakitan besi:
a) Alat pembengkok besi (berupa meja dengan mal pembengkok)
Alat pembengkok besi yaitu alat berupa meja atau landasan digunakan
sebagai mal pembengkok

Gambar 3.22 Mal Pembengkok


b) Paku
Paku digunakan untuk melilit kawat ikat pada besi tulangan yang telah
dirangkai
c) Pensil
Pensil digunakan untuk memberi tanda (marking) pada besi yang akan
dibengkokan
d) Meteran Atau Siku
Meteran atau siku dalam pekerjaan ini digunakan untuk mengukur besar
bengkoknya besi

Gambar 3.23 Siku


3) Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembuatan bekisting :
a) Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong papan triplek dan push pull

Gambar 3.24 Gergaji Kayu


b) Palu
Palu digunakan untuk mengunci papan bekisting yang sudah diukur dengan
palu.

Gambar 3.25 Palu


4) Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pemasangan besi beton :
a) Tang
Tang digunakan untuk menahan besi cicin agar tidak bergeser dan juga
untuk mengikat kawat pada tulangan yang belum diikat dengan baik
Gambar 3.26 Tang
5) Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran kolom :
a) Sekop atau pacul
Sekop atau pacul digunakan untuk mengankut pasir dan mengangkut beton
kedalam ember.

Gambar 3.27 Sekop atau pacul


b) strika beton/cetok

Gambar 3.28 Strika beton/cetok


c) Ember
Ember beton digunakan untuk mengangkat pasir dan beton

Gambar 3.29 Ember


d) Molen
Molen berfungsi sebagai alat atau mesin mixing agregat sehingga menjadi
beton
Gambar 3.30 Molen
e) Besi Pemadatan beton
Sebuah batang besi yang digunakan untuk menumbuk beton sehingga
beton menjadi padat.

f) Tangga darurat
Sebagai landasan pijak pada jalur pengangkutan beton

Gambar 3.31 Tangga Darurat

3.5 Permasalahan dan Solusi


a. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di lapangan pada saat kami melakukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL), tentunya tidak lepas dari kendala-kendala atau
permasalahan yang terjadi di lapangan. Berikut uraian tentang beberapa kasus
permasalahan di lapangan :
1) Cuaca yang panas dan terik yang mengakibatkan para pekerja cepat
kelelahan.
2) Lahan yang sempit sehingga membatasi ruang gerak pada proses
pengerjaan.
3) Peralatan pelindung dan peralatan pendukung kerja yang kurang cukup dan
memadai untuk para pekerja.
4) Para pekerja yang kurang memperhatikan sampah pekerjaan yang dapat
berbahaya, seperti paku, kawat dan lain-lain.
5) Kurangnya tanggung jawab yang serius dari para pekerja tanggung jawab,
sistem kerja yang baik, dan disiplin kerja, karena kriteria tersebut
mendukung kelancaran dan keteraturan operasional pembangunan.
6) Kehadiran para pekerja yang kurang tepat waktu.
7) Kurangnya keseriusan para pekerja pada saat proses pengerjaan dan terlalu
banyak bercanda.
8) Pekerjaan yang kurang teliti dan rapi.
b. Solusi
1) Terkait dengan permasalahan cuaca yaitu panas dan terik, maka yang dapat
dilakukan adalah dengan membentangkan terpal agar proses pengerjaan
terasa nyaman (kecuali pada saat pengecoran kolom, karena dapat
menghambat proses pengecoran).
2) Karena lahan tidak cukup luas pada proyek ini, maka solusinya yaitu
beberapa pekerjaan lain dilakukan di lokasi lain.
3) Terapkan pemakaian alat-alat keselamatan kerja di lapangan kepada setiap
pekerja seperti helm proyek, safety shoes, dan sarung tangan agar dapat
meminimalkan angka kecelakaan kerja.
4) Perlu adanya suatu manajemen proyek (tenaga kerja, time schedule dan
bahan) yang mampu mengatasi adanya kesalahan-kesalahan pekerjaan di
lapangan.
5) Perlu peningkatan koordinasi dan pengawasan proyek, sehingga tidak terjadi
kesalahan-kesalahan proyek yang dapat memberi keuntungan di satu pihak
saja (mengurangi jumlah material atau ukuran).
6) Perbaiki dahulu kesalahan dalam suatu pekerjaan sebelum kesalahan
tersebut terlanjur banyak dan sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya
agar tidak terlalu parah dan dapat menimbulkan pemborosan ekstra.
7) Persiapkanlah material terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan dan
hindari penggunaan material yang tidak sesuai dengan fungsinya.
8) Perlu ditingkatkan kualitas kerja dari para pekerja mulai dari kepala proyek
hingga kuli bangunan.
Adapun solusi terkait permasalahan dan kendala lain dalam proses
pengerjaan proyek yaitu :
a) Solusi keterlambatan pengadaan material dan alat proyek untuk
mengatasinya pihak kontraktor dapat bekerja sama dan menjalin hubungan
baik dengan supplier yang siap mengirim bahan dan alat tepat waktu sesuai
kesepakatan kedua belah pihak. Serta membangun relasi dengan lebih
banyak supplier.
b) Solusi keterlambatan terkait tenaga kerja dalam proyek untuk mengatasinya
pihak kontraktor dapat bekerja sama dan menjalin hubungan baik dengan
para tenaga kerja dan memberikan batasan waktu keterlambatan.
c) Solusi dari permasalahan teknik pada proyek adalah Mengerahkan sumber
daya tambahan, Menentukan cara yang efektif dalam menjaga agar
pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan
pengaruh kerugian sekecil mungkin.

Anda mungkin juga menyukai