PEMBAHASAN
karena tanah di sekitar pembangunan bukan daerah rawa dan masih banyak terdapat
pohon.
Jenis geosintetik yang dipakai adalah Geotextile Non Woven. Pemasangan
Geotextile Non Woven dilakukan apabila proses land clearing sudah selesai.
Dimana tanah dasar sudah dalam keadaan bersih dari benda-benda yang
menghambat proses subgrade. Prosedur pemasangan Geotextile Woven :
1) Geotextile Woven digelar di atas tanah berlawanan dengan arah jalan untuk
menutupi ruas jalan.
Material tanah timbunan diambil dari tanah lahan yang berada tidak jauh dari
lokasi proyek. Material tersebut diangkut dengan menggunakan bantuan alat berat
yaitu dump truck. Selanjutnya penghamparan material tanah timbunan
dilaksanakan dengan menggunakan motor grader dan bulldozer. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penghamparan material timbunan ini yaitu:
1) Kondisi cuaca yang memungkinkan penghamparan material timbunan.
2) Panjang dan lebar hamparan dalam setiap section yang akan dipadatkan
disesuaikan dengan kondisi lapangan ( panjang hamparan biasanya maksimum
50 m), dengan ketebalan hamparan sesuai dengan spesifikasi. Ketebalan
hamparan pertama adalah 3 layer, dimana 1 layer adalah 20 cm.
2) Pengujian Sand Cone dan Speedy Test dimana pengujian tersebut bertujuan
untuk mengetahui tingkat kepadatan tanah dan mengetahui besaran kadar air
lapisan tanah dasar.
Tabel 4.1 Persyaratan Tanah Dasar
Derajat Kepadatan Spesifikasi
CBR Minimum 6%
-3% sampai +1% dari Kadar
Kadar Air
Air Optimum di Laboratorium
(sumber : UPT Laboratorium Dinas PUPR Kab. Cirebon)
3) Pengujian Lapangan, berupa pengujian proof rolling tanah dasar yang bertujuan
untuk mengetahui kepadatan tanah secara visual.
Teknis pelaksanaan pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B terdiri dari
pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan Agregat Kelas B.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Pengangkutan material yang telah diuji dan memenuhi syarat ke lokasi proyek
dengan menggunakan dump truck.
65
25 1,0 in 70 – 85 78,22
c. Batas Cair 0 – 35
d. Indeks Plastisitas 0 – 10
2) Operasi penggilasan dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuperelevasi, penggilasan
dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit kebagian
yang lebih tinggi. Operasi penggilasan dilanjutkan sampai seluruh bekas roda
mesin gilas hilang dan lapisan tersebut terpadatkan secara merata, dengan
sesekali disiram dengan menggunakan water tank.
25 1,0 in 79 – 85 90,97
c. Batas Cair 0 – 25
Roller. Dengan toleransi lendutan sebesar 1 cm, jika lebih maka dilakukan
pembongkaran dan pemadatan ulang. Sedangkan jika tidak ada lendutan, maka
lapis pondasi sudah siap untuk tahap selanjutnya.
2) Permukaan lapis pondasi atas harus dipastikan benar – benar bersih, maka
penyemprotan lapis resap pengikat (prime coat) dapat dilakukan.
3) Penyemprotan lapis resap ini dilakukan dengan alat asphalt sprayer. Asphalt
sprayer melintasi badan jalan dengan kecepatan rendah sampai aspal merata
menutupi badan jalan.
Gambar 4.19 Lapisan Pondasi Agregat yang Sudah Disemprot Prime Coat
Pada saat penyemprotan prime coat dipastikan merata sesuai dengan
spesifikasi teknisnya yaitu dengan intensitas penyemprotan 0,5 sampai 1,2 liter per
m2 (dapat diketahui dengan pengujian Paper Test). Dan juga saat penyemprotan
prime coat dilakukan, tidak diperbolehkan kendaraan melintas sepanjang lokasi
penyemprotan karena akan menempel di ban kendaraan tersebut dan mengurangi
daya ikat.
4) Setelah penyemprotan prime coat selesai, maka pekerjaan lapis perkerasan
ACBase dapat dilakukan.
passing sebanyak 2 passing . Ban pneumatic tired roller harus dengan keadaan
basah pada saat digunakan agar AC-Base tidak melekat pada ban. Sehingga
dilakukan penyemprotan manual dengan air yang dicampur dengan minyak.
6) Campuran aspal yang dihamparkan terkadang ada yang tidak rata dan juga
campuran aspal yang keluar dari jalan atau berada di luar sisi jalan, sehingga
perlu diratakan dengan tenaga manusia menggunakan alat manual seperti
sekop.
pemadatan ulang. Sedangkan jika tidak ada lendutan, maka lapis pondasi sudah siap
untuk tahap selanjutnya.
kepadatan lapis perkerasan. Cara pengambilan dilaksanakan secara zig zag dengan
jarak 50 m.
Hasil core drill di ukur ketebalannya dan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa kepadatan lapisan tersebut, untuk memastikan apakah telah memenuhi
kekuatan dan kepadatan yang telah direncanakan.
Setelah pengambilan sampel selesai lubang – lubang bekas pengambilan
sampel harus ditutup kembali dengan campuran aspal yang sesuai agar tidak
tergenang oleh air yang bisa mengakibatkan rusak pada perkerasan tersebut.
Gambar 4.36 Penutupan Kembali Lubang Sampel untuk Pengujian Core Drill
90
2. Akibat dari hujan yang sering terjadi selama musim penghujan, lapisan
subgrade sulit untuk mencapai kepadatan yang sempurna.
3. Pada saat setelah terjadi hujan tanah timbunan di lokasi proyek menjadi basah
dan lembek sehingga menghambat alat berat yang mengangkut material dan
para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
91