Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEKERJAAN YANG DIIKUTI

Pelaksanaan kegiatan kerja praktek pada proyek Peningkatan Struktur


Jalan Alue Bata – Kuala Tadu (sesi II) – Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya
menggunakan anggaran dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
tahun 2023. Kegiatan yang penulis ikuti antara lain :
1. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course);
2. Lapis Pondasi Atas ( Base Course);
3. Lapis Perkerasan Aspal AC – WC (Asphalt Concrete – Wearing Course).

4.1 Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)

Lapis pondasi bawah (sub base course) adalah lapisan yang ditempatkan
antara tanah dasar (sub grade) dan lapisan pondasi atas (base course) yang
merupakan lapisan dasar dari perkerasan jalan. Lapis pondasi bawah yang
digunakan telah ditentukan yaitu lapis agregat kelas B dengan komposisi
agregatnya yaitu batu pecah, pasir dan abu batu. Mutu bahan yang digunakan
untuk lapisan ini lebih rendah dari mutu bahan base course, mutu yang dimaksud
adalah komposisi agregat yang digunakan pada proses pencampuran (blending).

4.1.1 Persiapan bahan atau alat-alat yang digunakan

Bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah (sub base course)
yaitu batu pecah, pasir, tanah liat dan abu batu yang akan olah di quary dan
diangkut dari stockpile.

Alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan pondasi bawah adalah :


1. Dump Truck, pada pekerjaan ini menggunakan 10 unit dump Truck yang
masing-masing dioperasikan oleh 1 sopir. Kendaraan ini digunakan untuk
mengangkut material dari lokasi pengambilan material (quary) untuk dibawa
ke lokasi pekerjaan.

29
2. Motor Grader, alat ini digunakan untuk pekerjaan penghamparan material
agregat agar merata. Banyaknya Motor Grader yang digunakan dalam
pekerjaan ini berjumlah 1 (satu) unit .
3. Water Tank, berjumlah 2 unit dan digerakkan oleh 2 orang operator. Fungsi
dari alat ini adalah sebagai alat untuk menyiram material yang telah
dihamparkan sebelum dipadatkan agar mencapai kepadatan maksimum.
4. Vibrator Compactor Roller (VCR), alat ini digunakan untuk memadatkan
material yang telah dihamparkan. Pada pekerjaan ini vibrator compactor
roller yang digunakan untuk pekerjaan ini berjumlah 2 (satu) unit.

4.1.2 Pengangkutan dan penghamparan

Agregat diangkut dengan menggunakan dump truck dan ditumpukkan


dilokasi penghamparan dengan jarak 2 - 3 m, dengan kapasitas kubikasi dump
truck 5 m3. Setelah ditumpuk agregat dihamparkan dengan motor grader, tebal
lapisan perencanaan adalah 25 cm (kondisi gembur) dan 20 cm (kondisi padat)
dengan lebar 4.00 m dengan panjang pengerjaan sub base course adalah 1000 m
(2 jalur) .Atau dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.2 penumpukan Agregat
Kelas B dan A.4.3 penghamparan Agregat Kelas B Halaman …
Sumber agregat yang diangkut diambil dari stockpile Keude Linteung
Baro Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan jarak tempuh
dari lokasi pengambilan agregat ke lokasi proyek menghabiskan waktu sekitar 1
jam. Dengan panjang perkerjaan 1000 m memerlukan agregat 360 m3 (kondisi
padat), dan memerlukan agregat 432 m3 (kondisi gembur).
Vpadat = L x T x P
Vgembur = L x T x P x 1,08
Keterangan:
V = Volume agregat yang dibutuhkan;
L = Lebar badan jalan;
T = Ketebalan lapisan pondasi B;
P = Panjang jalan.

30
1,08 = Faktor gembur
V padat = 4,00 x 0,20 x (1000) = 800 m3
V gembur = 4,00 x 0,30 x (1000) x 1,08 = 1.296 m3

Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai :


1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan
beban roda;
2. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi;
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi;
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

4.1.3 Pemadatan di lapangan

Pada proses pemadatan permukaan lapisan sub base course digunakan


vibrator compactor roller sebanyak 8 - 10 lintasan. Jumlah lintasan yang
diperlukan tergantung dari jenis tanah dan kepadatan tertentu. Jika permukaan
agregat terlalu kering, maka permukaan disiram dengan air. Banyaknya air yang
disiram dengan water tank ditentukan secara visual artinya kadar air yang disiram
tidak melebihi kadar air optimum, jika kadar air kurang maka ditambahkan pada
saat penggilasan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.5
Halaman.
Pekerjaan sub base course yang telah dipadatkan kemudian dilakukan
sand cone test untuk mengetahui kepadatan dan daya dukung sub base course
dengan alat konus pasir berdasarkan SNI 2828:2011 yang diuji setiap jarak 100 m
Sampel. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium didapatkan hasil rata-rata sand
cone adalah 100 % dan pengujian nilai CBR didapatkan adalah 68,7 % dengan
spesifikasi min 60 %, maka hasil tersebut telah sesuai dengan perencanaan. Proses
pengujian dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.7 Halaman.

Berikut tabel gradasi lapisan pondasi bawah seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisa Saringan Lapis Pondasi Bawah

31
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
Spesifikasi Material
ASTM (mm) Realisasi Lapangan
Kelas B
2’’ 50,8 100 100
1 ½ ’’ 37,5 88 – 95 93
1’’ 25,40 70 – 85 85
3/8’’ 9,52 30 – 65 63
No. 4 4,75 25 – 55 50
No. 10 2,00 15 – 40 29
No. 40 0,425 8 – 20 9
No. 200 0,075 2–8 2
Sumber: Laboratorium Jalan Raya Universitas Syiah Kuala

4.1.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A (Base Course)

Lapis pondasi agregat kelas A (base course) adalah lapisan yang


ditempatkan di atas sub base course dan di bawah permukaan asphalt yang
merupakan lapisan tengah dari perkerasaan jalan. Lapisan pondasi atas yang
digunakan telah ditentukan yaitu lapisan agregat kelas A (base course) dengan
komposisi agregatnya yaitu batu pecah, pasir dan abu batu. Mutu bahan yang
digunakan untuk lapisan ini lebih tinggi dari bahan sub base course, mutu yang
dimaksud adalah komposisi agregat yang digunakan pada proses pencampuran
(blending).

4.1.3 Persiapan bahan atau alat-alat yang digunakan

Pada lapis pondasi atas bahan yang diolah yaitu batu pecah, pasir dan abu
batu di quary yang diangkut dari stockpile dan akan dibawak ke lapangan untuk
dihamparkan.
Alat yang digunakan di dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Dump Truck, pada pekerjaan ini menggunakan 46 unit dump truck yang
masing-masing dioperasika oleh 1 sopir. Kendaraan ini digunakan untuk

32
mengangkut material dari lokasi pengambilan material (quary) untuk dibawa
ke lokasi pekerjaan;
2. Motor Grader, alat ini digunakan untuk pekerjaan penghamparan material
agregat agar merata. Banyaknya motor grader yang digunakan dalam
pekerjaan ini berjumlah 1 (satu) unit;
3. Water Tank, berjumlah 2 unit dan digerakkan oleh 2 orang operator. Fungsi
dari alat ini adalah sebagai alat untuk menyiram material yang telah
dihamparkan sebelum dipadatkan agar mencapai kepadatan maksimum;
4. Vibrator Compactor Roller (VCR), alat ini digunakan untuk memadatkan
material yang telah dihamparkan. Pada pekerjaan ini vibrator compactor
Roller yang digunakan untuk pekerjaan ini berjumlah 1 (Satu) unit.

4.2.2 Pengangkutan dan penghamparan

Agregat diangkut dengan menggunakan dump truck dan ditumpukkan


dilokasi penghamparan dengan jarak 2 - 3 m dengan kubikasi dump truck 5 m3.
Setelah ditumpuk agregat dihamparkan dengan motor grader, tebal lapisan
perencanaan adalah 15 cm dan lebar 6.00 m dengan panjang pengerjaan sub base
adalah 1783 m. Dimana petugas lapangan telah mengukur dan memberi tanda
batas pada bagian yang akan dihamparkan agregat. Hasil dari survei dilapangan
tebal lapisan Base A 15 cm sudah sesuai dengan perencanaan. Atau dapat dilihat
pada Lampiran Gambar A.4.8 Halaman...
Sumber agregat yang diangkut diambil dari stockpile Keude Linteung
Baro Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan jarak tempuh
dari lokasi pengambilan agregat ke lokasi proyek menghabiskan waktu sekitar 1
jam. dengan panjang perkerjaan 1000 m memerlukan 180 m 3 (kondisi padat), dan
memerlukan agregat 216 m3 (kondisi gembur).
Vpadat = L x T x P
Vgembur = L x T x P x 1,04
Keterangan:
V = Volume agregat yang dibutuhkan (m3)

33
L = Lebar badan jalan (m)
T = Ketebalan lapisan pondasi B (m)
P = Panjang jalan (m)
1,04 = Faktor gembur
V padat = 4,00 x 0,15 x (1000) = 600 m3
V gembur = 4,00 x 0,15 x (1000) x 1,04 = 624 m3
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
1. Bagian perkerasan yang menahan beban roda;
2. Lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah;
3. Meneruskan limpahan gaya lalu lintas ke lapis pondasi bawah.

4.2.3 Pemadatan di lapangan

Pada proses pemadatan permukaan lapisan base course digunakan


vibrator compactor roller sebanyak 8 - 10 lintasan. Jumlah lintasan yang
diperlukan tergantung dari jenis tanah dan kepadatan tertentu. Jika permukaan
agregat terlalu kering, maka permukaan disiram dengan air. Banyaknya air yang
disiram dengan water tank ditentukan secara visual artinya kadar air yang disiram
tidak melebihi kadar air optimum, jika kadar air kurang maka ditambahkan pada
saat penggilasan. Lebih jelasmya dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.9
Halaman …
Setelah pekerjaan sub base dan base course yang telah dipadatkan
kemudian dilakukan sand cone test untuk mengetahui kepadatan dan daya dukung
sub base dan base course. Tes kepadatan sand cone test dengan alat konus pasir
berdasarkan SNI 2828:2011 yang diuji setiap jarak 100 m. Sampel hasil sand cone
diuji di Laboratorium PT. Wirataco Mitra Mulia Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium didapatkan hasil rata-rata sand cone
adalah 100 % dan pengujian nilai CBR didapatkan adalah 92,3 % dengan
spesifikasi min 90.
maka hasil tersebut telah sesuai dengan perencanaan. Proses pengujian
dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.12 Halaman.

34
Berikut tabel gradasi lapisan pondasi seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisa Saringan Lapis Pondasi Atas
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Realisasi Lapangan
1 ½ ’’ 37,5 100 100
1’’ 25,0 79 – 85 83,67
3/8’’ 9,5 44 – 58 47,74
No. 4 4,75 29 – 44 33,16
No. 10 2,00 17 – 30 23,90
No. 40 0,425 7 – 17 12,06
No. 200 0,075 2–8 4,86
Sumber: Laboratorium PT. Wirataco Mitra Mulia

4.2 Perkerasan Aspal


Perkerasan aspal (lapisan permukaan) merupakan lapisan yang terletak di
atas permukaan lapisan base course dan merupakan lapisan teratas dari kontruksi
lapisan perkerasan jalan raya. Campuran aspal yang digunakan terdiri dari agregat
kasar yang memenuhi gradasi dan terdiri dari batu pecah, pasir, abu batu serta
aspal.

4.2.1 Lapis resap pengikat – aspal cair (prime coat)

Lapis resap pengikat adalah lapisan yang mengikat antara lapisan


pondasi atas dengan lapisan AC – WC. Lapisan ini merupakan aspal cair yang
disemprotkan melalui Asphalt sprayer ke atas permukaan base course yang
merupakan lapisan pengikat antara lapisan perkerasan aspal dengan lapisan
pondasi atas. Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal
sebanyak 30 % air dan sebanyak 70 % aspal emulsi dari keseluruhan campuran.
Tujuan prime coat yaitu :
1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas;

35
2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan menjadi
lebih keras;
3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC – WC yang akan dihamparkan.
Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu dibersihkan
debu-debu dan material yang lepas di atas lapisan pondasi atas dengan
menggunakan air compressor. Pembersihan dinyatakan telah cukup bila
permukaan base course telah bersih sehingga permukaan agregat jelas terlihat.
Setelah lapisan permukaan pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan prime coat.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.1.14 Halaman …

4.2.2 Perkerasan aspal AC – WC (asphalt concrete – Wearing course)

Lapis aspal Aus (AC – WC) adalah lapisan yang berada pada bagian
teratas dari lapisan pondasi atas (base course). Lapisan ini merupakan campuran
aspal yang telah diolah oleh mesin AMP (asphalt mixing plant) yang digunakan
sebagai lapisan perkerasan yang terletak pada lapisan atas dari suatu badan jalan.
Tebal yang direncanakan pada pekerjaan ini adalah 6 cm, lebar badan jalan yang
diaspal 4 m.
Adapun tujuan dari pemberian lapisan AC - WC adalah :
1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya
tidak meresap kelapisan kebawahnya yang akan melemahkan lapisan-lapisan
tersebut;
2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain;
3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan

Agregat aspal untuk lapisan AC – WC (asphalt concrete – Wearing


course) dihasilkan oleh Asphalt Mixing Plant (AMP) stockpile Gampong Keude
Linteung Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Pengaspalan
diangkut menggunakan 10 dump truck dengan jarak tempuh dari AMP ke lokasi

36
pekerjaan sekitar ±1 jam. Panjang pekerjaan lapisan AC – WC (asphalt concrete –
Wearing course) adalah 1000 m dengan lebar badan jalan 4 m dan mempunyai
ketebalan 7,4 cm (gembur) dipadatkan menjadi 5 cm.
Pekerjaan lapisan AC – WC (asphalt concrete – Wearing course)
dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP dan suhu sewaktu dibawa antara
1450C – 1600C. Saat tiba di lapangan secara perlahan – lahan diangkut ke bak
mekanis asphalt finisher untuk dihamparkan pada permukaan base course yang
telah diberi lapis resap pengikat prime coat sebelumnya. Suhu aspal sewaktu
penghamparan antara 1300C – 1500C, dengan tebal penghamparan 7,4 cm
(gembur) untuk mencapai ketebalan 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur
dengan penyetelan tombak ukur yang terdapat pada bagian samping belakang dari
asphalt finisher. Lebih jelasmya dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.4.16
Halaman...
Pemadatan tahap pertama dapat dilakukan setelah aspal yang telah
dihamparkan temperaturnya turun antara 1250C – 1450C. Saat pemadatan pertama
dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau kekurangan aspal, maka aspal
dapat ditambah dengan menggunakan skop. Pemadatan tahap pertama dilakukan
dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 lintasan atau 1 passing
kiri/kanan dengan kecepatan 5 km/jam. Lebih jelasmya dapat dilihat pada
Lampiran Gambar A.4.17 Halaman ...
Pemadatan tahap kedua dilakukan saat temperatur hamparan yang sudah
digilas tahap pertama telah menurun antara 1100C – 900C. Penggilasan tahap
kedua dilakukan dengan menggunakan Pneumatic Tired Roller (PTR) yang
beratnya 10-20 ton dengan kecepatan 5-8 km/jam sebanyak 20 passing. Ketika
pemadatan berlangsung, roda alat gilas harus selalu basah agar tidak terjadi
lekatan antara aspal dengan kendaraan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran Gambar A.4.18 Halaman ….

Untuk mengetahui ketebalan aspal yang telah dipadatkan, dilakukan


pengujian core drill yang diuji setiap jarak 100 m. Sampel hasil core drill diukur
tebalnya oleh tim laboratorium PT. Wirataco Mitra Mulia. Berdasarkan hasil

37
pengujian didapatkan tebal rata-rata 6,5 cm dengan tebal perencanaan aspal adalah
6 cm. Hasil dari pengamatan dilapangan tebal padat 6 cm sudah sesuai dengan
perencanaan.
Waktu yang dibutuhkan untuk penghamparan AC – WC (asphalt
concrete-wearing course) adalah 3 hari. Tenaga kerja yang dibutuhkan 15 orang,
antara lain; operator finisher 1 orang, operator pneumatic tired roller 1 orang,
operator tandem roller 1 orang dan 12 orang pekerja. Gradasi lapisan aspal AC –
WC seperti pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Analisa Saringan AC - WC
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) AC – WC Realisasi Lapangan
3/4” 19,00 100 100
1/2’’ 12,50 90 - 100 91
3/8” 9,50 77 - 90 83
No. 4 4,75 53 - 69 69
No. 8 2,36 33 - 53 50
No. 16 1,18 21 - 40 30
No. 30 0,6 14 - 30 16
No. 50 0,30 9 - 22 10
No. 100 0,15 6 - 15 6
No. 200 0,08 4-9 4
Sumber: Laboratorium PT. Wirataco Mitra Mulia

4.3 Permasalahan Dan Penerapan K3 Dilapangan

Pada saat pekerjaan jalan ada beberapa hal yang terjadi di lapangan
sehingga pekerjaan sedikit terganggu seperti terjadinya banjir yang yang
mengakibatkan tergenangnya permukaan jalan sehingga tidak bisa dilakukan
pekerjaan sesuai dengan time schedule yang telah direncanakan dan kerusakan
alat berat .

38
Penarapan K3 yang telah di terapkan dilapangan telah sesuai dengan
ketentuan yang ada hanya saja tidak sesuai pada saat pengaspalan saja yaitu para
pekerja tidak memakai sepatu safety dan masker.
adapun kelengkapan K3 di lapangan sebagai berikut:
1. Masker;
2. Sarung Tangan (Safety Gloves);
3. Sepatu Pelindung (Safety Shoes);
4. Rambu jalan;
5. Pengukuran kebisingan, suhu dan udara.

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kerja Praktek (KP) yang penulis lakukan pada proyek Peningkatan


Struktur Jalan Alue Bata – Kuala Tadu (sesi II) – Tadu Raya Kabupaten Nagan
Raya menggunakan anggaran dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) tahun 2023. di sini penulis telah banyak memperoleh pengetahuan dan
pengalaman kerja di lapangan serta dapat membedakan bagaimana proses teori
yang di dapat di perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya di lapangan.
Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan serta
keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan
proyek.

5.1 Kesimpulan

Selama melaksanakan kerja praktek ini, maka penulis dapat mengambil


kesimpulan :
1. Lapis pondasi bawah (sub base course) adalah lapisan yang ditempatkan
antara tanah dasar (sub grade) dan lapisan pondasi atas (base course), yang
merupakan lapisan dasar dari perkerasan jalan. Ketebalan yang direncakan
yaitu 20 cm dengan lebar 6 m;
2. Hasil pengujian CBR Laboratorium untuk lapis pondasi bawah (sub base
course) yaitu 70 % dengan spesifikasi min 60%, maka hasil tersebut telah
sesuai dengan perencanaan;
3. Lapis pondasi atas (base course) adalah lapisan pondasi yang ditempatkan di
atas sub base course dan di bawah permukaan (asphalt), yang merupakan
lapisan tengah dari perkerasan jalan. Ketebalan dari lapisan ini adalah 12 cm
dengan lebar 6 m;

40
4. Hasil pengujian CBR Laboratorium untuk lapis pondasi atas (sub base) yaitu
97 % dengan spesifikasi min 90%, maka hasil tersebut telah sesuai dengan
perencanaan;
5. Lapis aspal (AC - WC) adalah lapisan yang berada pada bagian teratas dari
lapisan pondasi atas (base course). Lapisan ini merupakan campuran aspal
yang telah diproduksi oleh mesin AMP (Asphalt Mixing Plant). Tebal yang
direncanakan pada pekerjaan ini adalah 6 cm dengan lebar badan jalan 6 m di
lapangan telah sesuai dengan perencanaan. Asphalt yang digunakan pada
lapisan ini berasal dari AMP (Asphalt Mixing Plant) PT. Wirataco Mitra
Mulia yang berlokasi di Keude Linteung, Kabupaten Nagan Raya.
6. Pengujian core drill untuk mengetahui tebal aspal yang telah dipadatkan.
Hasil pengujian didapatkan tebal rata-rata 5,5 cm dengan tebal perencanaan
aspal adalah 5 cm.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan sebagai


berikut ini :

1. Sebaiknya para Mahasiswa/i Kerja Praktek tidak hanya mengikuti


pelaksanaan dilapangan namun juga harus lebih kritis dalam mengajukan
pertanyaan sehingga tidak terpaku pada apa yang terjadi dilapangan saja.
2. Perlunya cadangan (back up) apabila terjadi kerusakan pada alat berat.
3. Perlunya beberapa mekanikal alat berat dalam proyek.
4. Sebaiknya setiap proyek peningkatan jalan juga harus memperhatikan K3
Lingkungannya karna juga akan berdampak kepada masyarakat sekitar

41

Anda mungkin juga menyukai