BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pekerjaan dibutuhkan suatu metode penanganan
yang tepat agar pelaksanaannya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dengan menggunakan metode pelaksanaan yang direncanakan sebelumnya
dapat dijadikan acuan dan gambaran sehingga dalam pelaksanannya nanti
dapat dilakukan sesuai urutan pekerjaan dan tidak terjadi tumpang tindih
antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.
C. Lokasi
Ruas jalan yang akan dikerjakan tersebut adalah ruas Jalan Betro - Darmasi
kecamatan Buduran dengan total panjan jalan 855 m.
D. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada paket tersebut adalah sebagai
berikut :
DIVISI 1. UMUM
1.2.1 Mobilisasi
1.2.1 Relokasi Utilitas
1.8.(1) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
1,19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
DIVISI 2.DRAINASE
2.5.(20) Pengadaan dan Pemasangan U-ditch 60.80 – 120 cm + cover (G.20
ton)
2.5.(21) Pengadaan dan Pemasangan BC 100.100.120.12.5 cm (G.20 ton)
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK
3.1.(1) Galian Biasa
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan
DIVISI 7. STUKTUR
7.1.(7a) Beton Mutu Sedang fc '20 Mpa
7.3.(1) Baja Tulangan Polos-BjTP 280
7.9.(1) Pasangan Batu
DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN
9.2.(5) Patok Pengarah
BAB II
METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
II.1 PERSIAPAN-PERSIAPAN
1. Pemberitahuan secara tertulis kepada PPK dan Konsultan Supervisi yang
bersangkutan.
2. Pembuatan / sewa Direksi Keet / barak-barak kerja beserta fasilitasnya.
3. Persiapan stock dan pengiriman material sesuai dengan kebutuhan.
4. Pengukuran lapangan bersama (Mutual Check) dengan pihak – pihak
Pengawas / Konsultan.
5. Menentukan titik-titik lokasi yang akan dikerjakan, inventori lapangan dan
konstruksi.
6. Relokasi Jaringan bawah tanah, kabel, lampu penerangan jalan, tiang listrik
serta semua perlengkapan yang terkait.
7. Menentukan titik lokasi yang akan dioverlay AC-BC dan AC-WC
8. Persiapan rambu-rambu pengarah lalu lintas untuk keamanan dan
keselamatan kerja.
9. Memobilisasi semua peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan
proyek ini.
10. Semua langkah / persiapan-persiapan tersebut kami selesaikan dibulan
pertama dan seterusnya siap melaksanakan pekerjaan konstruksi secara
berurutan.
II.2 PEKERJAAN DRAINASE
II.2.1 Pengadaan dan Pemasangan u-ditch 60.80 – 120 + Cover (G.20 TON)
1. Sebelum pelaksanaan pemasangan dimulai terlebih dahulu
mengajukanRequest kepada direksi teknis yang dilampiri dengan
gambar kerja.
2. Rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang pada lokasi
pekerjaan, dibantu oleh plegman untuk mengatur lalu lintas.
3. Lokasi yamg dikerjakan diberi tanda / patok elevasi.
4. Tanah digali sesuai dengan dimensi / rencana, material galian
dibersihkan dari lokasi pekerjaan dan diangkut dump truk ditempatkan
pada tempat yang telah ditentukan.
5. Setelah galian selesai tanah dasar diratakan untuk dudukan U-ditch, dan
dipasang lantai kerja dari lean concrete.
6. U-ditch dibuat dipabrik, pemasangan dilakukan dengan cren dan
dibantu tenaga manual.
II.2.2 Pengadaan dan Pemasangan BC 100.100.120.12.5 cm (G.20 TON)
1. Sebelum pelaksanaan pemasangan dimulai terlebih dahulu
mengajukanRequest kepada direksi teknis yang dilampiri dengan
gambar kerja.
2. Rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang pada lokasi
pekerjaan, dibantu oleh plegman untuk mengatur lalu lintas.
3. Lokasi yamg dikerjakan diberi tanda / patok elevasi.
4. Tanah digali sesuai dengan dimensi / rencana, material galian
dibersihkan dari lokasi pekerjaan dan diangkut dump truk ditempatkan
pada tempat yang telah ditentukan.
5. Setelah galian selesai tanah dasar diratakan untuk dudukan box culvert,
dan dipasang lantai kerja dari lean concrete.
6. Box culvert dibuat dipabrik, pemasangan dilakukan dengan cren dan
dibantu tenaga manual.
II.3 PEKERJAAN TANAH dan GEOSINTETIK
II.3.1 Galian Biasa / Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
1. Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu mengajukan Request
Pekerjaan kepada Direksi Teknis.
2. Sebelum galian tanah ini dimulai (pelebaran badan jalan) terlebih dahulu
dipasang tanda / patok, rambu – rambu pengaman dan pengatur lalu
lintas.
3. Tanah digali dari satu sisi dulu, hingga selesai dan sesuai dengan
dimensi yang telah disetujui, lalu di padatkan dengan alat pemadat
Babby Roller.
4. Tanah hasil galian dimuat dalam Dump Truck dan ditempatkan pada
lokasi pembuangan yang telah ditentukan.
II.3.2 Timbunan Pilihan.
1. Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu mengajukan Request
Pekerjaan kepada Direksi Teknis.
2. Sebelum urugan pilihan dikirim dan dihampar, terlebih dahulu
dilakukan test kepadatan tanah dasar.
3. Material dikirim dari base camp dengan dump truck dan ditutup terpal
ke lokasi yang sudah ditentukan.
4. Rambu-rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang di
lokasi pekerjaan.
5. Penghamparan dilakukan perlapis dengan motor grader dan dibantu
oleh tenaga manual
6. Sebelum pemadatan ,dilakukan pengecekan kadar air optimum.
7. Hamparan material disiram dengan truk tangki air lalu dipadatkan
dengan Vibro Roller lapis demi lapis sesuai petunjuk Direksi Teknis.
8. Sekelompok pekerja merapikan, meratakan hamparan dengan alat bantu
selama proses penghamparan dan pemadatan yang berlangsung.
II.3.3 Penyiapan Badan Jalan.
1. Lokasi dipersiapkan terlebih dahulu dari segala kotoran dengan manual
sesuai petunjuk teknis.
2. Baby Roller memadatkan lokasi yang telah dibersihkan, sepanjang lokasi
pekerjaan yang disyaratkan .
3. Sejumlah Pekerja merapikan sisa – sisa kotoran dengan alat Bantu.
II.4 PERKERASAN BERBUTIR
II.4.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A
1. Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu mengajukan Request
Pekerjaan kepada Direksi Teknis.
2. Rambu-rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang di
lokasi pekerjaan.
3. Lokasi yang akan dikerjakan sebelumnya sudah dibersihkan dari
kotoran-kotoran / bahan yang tidak diperlukan.
4. Material dikirim/dipersiapkan dari base camp dilokasi yang sudah
ditentukan dengan menggunakan dump truck.
5. Material dihampar dan diratakan dengan cara mekanikal menggunakan
motor grader sesuai dengan elevasi yang sudah ditentukan
6. Sebelum pemadatan dilakukan, terlebih dahulu dilaksanakan
pengecekan kadar air optimum.
7. Hamparan yang sudah rata dipadatkan dengan Vibro Roller.
8. Penyiraman dilakukan dengan water tank truck.
9. Untuk mendapatkan kepadatan yang optimum dan sesuai dengan
petunjuk direksi, dilakukan penghamparan dan pemadatan lapis demi
lapis.
10. Selama penghamparan dan pemadatan sekelompok pekerja merapikan
tepi hamparan dan level permukaan dengan alat bantu yang diperlukan.
11. Bila Proses pemadatan sudah selesai segera dilaksanakan test kepadatan
lapangan.
12. Untuk mecapai kepadatan lapangan secara merata pada sepanjang lokasi
pekerjaan perlu diadakan prorolling ters.
II.4.2 Lapis Pondasi Agregat Kelas B
1. Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu mengajukan Request
Pekerjaan kepada Direksi Teknis.
2. Rambu-rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang di lokasi
pekerjaan.
3. Lokasi yang akan dikerjakan sebelumnya sudah dibersihkan dari kotoran-
kotoran / bahan yang tidak diperlukan.
4. Material dikirim/dipersiapkan dari base camp dilokasi yang sudah
ditentukan dengan menggunakan dump truck.
5. Material dihampar dan diratakan dengan cara mekanikal menggunakan
motor grader sesuai dengan elevasi yang sudah ditentukan
6. Sebelum pemadatan dilakukan, terlebih dahulu dilaksanakan pengecekan
kadar air optimum.
7. Hamparan yang sudah rata dipadatkan dengan Vibro Roller.
8. Penyiraman dilakukan dengan water tank truck.
9. Untuk mendapatkan kepadatan yang optimum dan sesuai dengan
petunjuk direksi, dilakukan penghamparan dan pemadatan lapis demi
lapis.
10. Selama penghamparan dan pemadatan sekelompok pekerja merapikan
tepi hamparan dan level permukaan dengan alat bantu yang diperlukan.
11. Bila Proses pemadatan sudah selesai segera dilaksanakan test kepadatan
lapangan.
12. Untuk mecapai kepadatan lapangan secara merata pada sepanjang lokasi
pekerjaan perlu diadakan prorolling ters.
II.4.3 Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal
1. Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu mengajukan Request
Pekerjaan kepada Direksi Teknis.
2. Rambu-rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang di lokasi
pekerjaan.
3. Lokasi yang akan dikerjakan sebelumnya sudah dibersihkan dari kotoran-
kotoran / bahan yang tidak diperlukan.
4. Datangakan campuran beton yang sudah disetujui spesifikasinya ke lokasi
pekerjaan
5. Beton di cor ke dalam bekesting
6. Melakukan pengetaran menggunakan concrete vibrator
7. Pemeriksaan dan perawatan beton menggunakan curing compound
8. Instruksi khusus pelaksanaan pekerjaan beton dan pengoperasian alat
9. Penanganan air cucian drum truck mixer
Pemadatan dilakukan dengan Tandem Roller, dilanjutkan dengan Tyre Roller dan diakhiri dengan
tandem Roller dengan jumlah masing-masing passing sesuai denga n trial lapangan
II.6 STRUKTUR
II.6.1 Pekerjaan Beton Struktur fc ‘20
1. Sebelum pelaksanaan pengecoran dimulai terlebih dahulu
mengajukan Request kepada direksi teknis yang dilampiri dengan gambar
kerja dan lembar check list, job mix formula untuk pekerjaan tersebut.
2. Rambu-rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas dipasang di
lokasi pekerjaan.
3. Pada waktu pengecoran dipadatkan dengan menggunakan Concrete
Vibrator secara merata untuk menghindari supaya tidak terjadi keropos.
4. Beton dicampur pada Batching Plant dan didistribusikan ke
lapangan dengan menggunakan Truck Concrete Mixer.
5. Untuk menghindari proses pengerasan yang terlalu cepat maka
setelah pengecoran sangat perlu dilaksanakan Curring beton agar proses
pengerasan bisa berjalan secara optimal sesuai dengan yang disyaratkan
dalam spesifikasi teknis.
6. Untuk setiap pengiriman beton menggunakan Truck Concrete Mixer
akan selalu di test slump dan di ambil sampling kubus beton.
Pengendalian Waktu
Investigasi Lapangan &
Pemeliharaan hasil penyelesaian pekerjaan
Muthual Check
DISKUSI PCM :
- Rencana Project Quality Plan Pengendalian Biaya
- Inventarisasi Data & Dokumen
Monitoring Progres
- Pemeriksaan Lapangan & Muthual Check
- Rencana Jadwal Mob.Peralatan Kontroktor Pengendalian Keselamatan Kerja
- Rencana Daftar Personil Kontraktor
- Rencana Kerja Kontraktor
- Metode Pelaksanaan Pekerjaan Rapat Koordinasi
- Pemeriksaan Quarry & Borrow pit
- Pengujian Instalasi Kontraktor
BAB III
URAIAN PEKERJAAN PENUNJANG
III.1 Pekerjaan Persiapan
III.1.1 Pengenalan Lokasi Pekerjaan
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain :
a. Lokasi atau status jalan di dalam kota atau di luar kota
b. Jarak tempuh dari AMP ke lokasi
c. Kepadatan, jenis dan karakteristik lalu lintas
d. Kondisi lapis pondasi perkerasan yang siap digelar lapis permukaan
III.1.2 Gambar Rencana dan Gambar Kerja
Dokumen yang mengatur tentang : tebal dan lebar perkerasan, profil
melintang dan memanjang, elevasi, kelandaian dan plan.
III.1.3 Spesifikasi Umum dan Khusus
Dokumen yang mengatur tentang : lingkup pekerjaan dan pekerjaan-
pekerjaan yang terkait, toleransi, standar rujukan, bahan dan
persyaratannya, metoda (campuran, produksi dan pelaksanaan), pengujian
mutu, pengukuran dan pembayaran.
III.1.4 Syarat-syarat Umum Kontrak
Dokumen yang mengatur tentang : kewajiban dan tanggung jawab
kontraktor, prosedur dan mekanisme pemberian instruksi, pengaturan lalu
lintas, masalah tenaga kerja, hubungan dengan pihak ketiga dan lain-lain.
III.2 Pemeriksaan Peralatan
III.2.1 Mesin Penghampar (asphalt finisher) meliputi :
1. Kebersihan alat
2. Berfungsi atau tidak berfungsinya setiap bagian penting
3. Pemeliharaan dilakukan juga pada saat menghentikan suatu operasi.
III.2.2 Alat penggilas roda besi (tandem roller), meliputi pemeriksaan :
1. Permukaan roda besi
2. Keausan atau goresan-goresan
3. Scrapeers
4. Sistim transmisi, rem dan kemudi
III.2.3 Alat penggilas roda karet (pneumatic tire roller),meliputi pemeriksaan:
1. Sistim transmisi, rem dan kemudi
2. Tekanan angin roda, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi
3. Jumlah roda dan ukuran serta konstruksinya
III.2.4 Asphalt Distributor, meliputi pemeriksaan :
1. Pompa dan pemanas aspal
2. Batang penyemprot aspal
III.2.5 Dump truck, meliputi pemeriksaan :
1. Bak pengangkut
2. Harus bersih, rata, halus
III.3 Pengendalian Lalu Lintas
III.3.1 Pekerjaan ini meliputi :
1. Pemasangan rambu-rambu peringatan, penghalang (barikade), lampu-
lampu barikade, disepanjang perbatasan daerah hamparan dan bagian
jalan yang dibuka untuk lalu lintas (penggunaan lampu khususnya
untuk operasi malam hari).
2. Penyediaan rambu pengendali lalu lintas dan pengatur lalu lintas
(flagman) yang dilengkapi radio handytalkie.
III.4 Penyiapan Lahan Penghamparan
III.4.1 Penyiapan pada permukaan jalan tidak beraspal :
1. Pada jalan tidak beraspal, lapisan teratas sebelum dilakukan
penggelaran lapisan aspal beton umumnya berupa Lapis Pondasi
Berbutir (Aggregate Base Course).
2. Lapis pondasi tersebut harus telah diperiksa tingkat kepadatan, daya
dukung (CBR), kerataan, kebersihan keadaan texture permukaan,
kemiringan dan kelendutan sesuai dengan desain.
3. Jika masih ada cacat-cacat, kerusakan atau kekurangan setempat perlu
dilakukan perbaikan sebelum dilapisi dengan lapis peresap pengikat.
4. Permukaan lapis pondasi berbutir ini juga harus dibersihkan dari butir-
butir lepas.
5. Segera setelah dilakukan perbaikan-perbaikan tersebut di atas
permukaan yang akan digelar dengan lapis aspal beton harus
dibersihkan dari bahan-bahan lepas (debu, pasir), tanah liat yang
melekat, kotoran dengan sapu, mesin pembersih atau air compresor
sebelum dilakukan pelapisan dengan lapis pengikat.
III.5 Penghamparan
III.5.1 Mesin penghampar dilengkapi dengan alat pemanas (heaters) yang
berfungsi untuk memanaskan batang perata (screed) sampai pada
temperatur yang diperlukan untuk meletakkan campuran
sedemikian rupa tanpa menggusur atau merusak permukaan
campuran.
1. Penghamparan campuran panas dilakukan dengan mesin penghampar
(asphalt finisher) dapat menjamin penyelesaian (finishing) tepat pada
garis, kelandaian dan penampang melintang sesuai dengan gambar
rencana.
2. Garis pedoman penghamparan yang digunakan oleh operator dibuat
dalam bentuk garis yang sejajar dengan center line jalan dan terletak
sepanjang pinggir atau dekat longitudinal joint dari lajur yang telah
dipadatkan sebelumnya.
3. Garis pedoman tersebut ditarik sekurang-kurangnya 200 m dan atau
dipatok setiap 25 m atau pada jalan lurus atau setiap 5 m pada tikungan
(curve). Selain garis pedoman yang ditentukan sebelumnya, juga kerb
atau tepi perkerasan bisa juga dijadikan pedoman bagi operator mesin
penghampar sesuai dengan gambar rencana.
III.5.2 Tebal Lapis Hamparan
1. Penentuan tebal lapisan dilakukan dengan mengatur ketinggian batang
perata sedemikian rupa sehingga tebal campuran gembur diperoleh
dengan tebal yang diinginkan dalam desain dengan angka 1.20x t padat
2. Pada pelapisan ulang jalan lama (overlay) sering ditemui keadaan yang
tidak rata dari jalan lama yang dapat menyebabkan performance dari
hasil pelapisan juga tidak begitu rata.
3. Dalam keadaan yang demikian maka biasanya dalam desain telah
ditentukan perlu adanya upaya mengadakan lapis beton perata (AC-BC
Levelling) untuk meratakan permukaan jalan lama sebelum digelar lapis
aspal beton diatasnya.
4. Pada penghamparan Lapis Aspal Beton Atas Perata (AC-BC Levelling)
ini, penyesuaian ketebalan hamparan dengan memutar ulir pengatur
ketebalan dilakukan seminimum mungkin dan sangat perlu
memperhatikan keadaan kerataan lapis perkerasan lama yang ada
didepannya sehingga jika ada perubahan kerataan tidak perlu dilakukan
secara mendadak.
5. Jika operator mesin penghampar bekerja dengan baik sekali mengikuti
garis pedoman, tidak ada kerusakan mekanis pada alat tersebut dan
tidak ada cacat pada campuran maka dapat diharapkan tidak
diperlukannya pekerjaan hand raking dibelakang mesin tersebut.
III.5.3 Kerataan Hamparan :
1. Penggunaan penggaruk (rake) tidak dilakukan kecuali sangat
diperlukan.
2. Memasukkan kembali campuran yang telah mengalami segredasi dan
tercecer di luar lajur hamparan tidak diperbolehkan karena justru akan
menimbulkan keadaan tekstur permukaan yang kasa (segredasi).
3. Operator mesin penghampar akan bekerja dengan baik mengikuti garis
pedoman, agar diharapkan titak diperlukannya pekerjaan hand raking di
belakang mesin tersebut.
III.5.4 Kemiringan Melintang :
1. Kemiringan melintang dapat dilakukan dengan mengatur screed
sedemikian rupa sesuai denga kemiringan yang dikehendaki dalam
desain.
2. Pada jalan dimana lapis aspal beton digelar diatas lapis pondasi berbutir,
pembentukan kemiringan telah dibuat sebelumnya pada lapis pondasi
sehingga bentuk kemiringan telah terbentuk sebelumnya.
3. Pada pelapisan ulang (overlay) jalan lama, maka perlu sekali diberi
perhatian karena sering kemiringan jalan lama tidak sesuai dengan
kemiringan yang dikehendaki dalam desain.
4. Pengaturan kemiringan screed harus dilakukan dengan hati-hati agar
diperoleh performance lapisan baru yang baik.
5. Pada sambungan memanjang dengan lapisan telah padat (cold joint),
perlu dilakukan teknik penghamparan untuk memperoleh sambungan
yang rata dan tidak kasar sebagai berikut :
6. Material hamparan diletakkan sampai terjadi tumpang tindih dengan
lapisan yang telah dipadatkan dengan lebar 2.5 – 5 cm dengan ketebalan
0.25 dari tebal lapisan yang diinginkan.
7. Untuk menghindari sambungan yang kasar dan tidak rata maka material
kasar (coarse anggregate) dikeluarkan dari lapisan overlap tadi dengan
hati-hati.
8. Kemudian material overlap ini ditarik kembali dan diletakkan persis
disepanjang sambungan memanjang pada sisi material yang akan
dipadatkan. Lalu pemadatan dimulai dengan sambungan memanjang.
9. Teknik lain yang sering digunakan adalah yaitu memotong dengan sekop
yang ujungnya persegi dan rata material overlap yang tercecer di atas
lapisan yang telah dipadatkan persis dibelakang paver.
10. Pada sambungan hot joint yaitu penghampara n yang dilakukan oleh dua
paver bergerak maju secara simultan dalam jarak yang dekat, sangat
perlu diperhatikan ketebalan material hamparan dengan tepat karena
tidak akan dilakukan overlap.
III.5.5 Sambungan Melintang :
1. Sambungan melintang ini terjadi antara lajur yang telah dipadatkan pada
hari operasi sebelumnya dan lajur hamparan baru.
2. Untuk memperoleh hasil yang baik maka diharuskan menggunakan balok
sepanjang lebar melintang dari lajur hamparan dengan tebal yang
diletakkan di atas lapisan lama sama dengan tebal yang diinginkan untuk
lapis aspal beton yang baru, kemudian digelar material disebelah balok
tadi yang berfungsi sebagai oprit bagi penggilas.
3. Penggunaan balok ini dilakukan pada akhir dari hari operasi dan pada
operasi hari berikutnya akan diperoleh permukaan joint dan lajur yang
telah dipadatkan yang berbentuk vertikal dan rata setelah balok tersebut
diangkat.
4. Kemudian penghamparan baru dimulai dari akhir permukaan yang rata
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
Ringkasan dari Metode Pelaksanaan ini adalah sebagai berikut :
- Pada masa mobilisasi kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Pembuatan / sewa Direksi Keet / barak-barak kerja beserta fasilitasnya.
2. Mempersiapkan stock dan pengiriman material sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengukuran bersama (Rekayasa Lapangan) dengan pihak – pihak
Pengawas / Konsultan.
4. Menentukan titik-titik lokasi yang akan dilebarkan dan inventori
konstruksi.
5. Menentukan titik lokasi yang akan dioverlay AC-BC( Lapis antara).
6. Persiapan rambu-rambu pengarah lalu lintas untuk keamanan.
7. Memobilisasi semua peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan
proyek ini.
- Sebelum melakukan kegiatan pekerjaan di lapangan langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan Request Pekerjaan kepada Direksi Teknis.
2. Memasang rambu-rambu pengaman kerja dan pengarah lalu lintas di
lokasi pekerjaan.
3. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum melaksanakan
pekerjaan.
4. Membersihkan lokasi pekerjaan dari dari debu, kotoran dan material lepas
dengan Air Compressor dibantu tenaga manual sebelum pelaksanaan
penghamparan aspal dimulai.
5. Melakukan pengukuran dan pemberian tanda pada lokasi yang akan
dikerjakan.
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknik yang berlaku.
Demikian Metode Pelaksanaan ini kami buat dengan harapan apa yang
telah kami rencanakan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan
yang berarti.