Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI


JALAN RABAT BETON

OLEH :
MUH. FITRAH NUR SYAWAL (031 2020 0024)
NADILA ASHAR (031 2020 0059)
NURFADILLAH RAMADHANY SYUKRI (031 2020 0137)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2022
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN RABAT BETON
(RIGID PAVEMENT)

1. MOBILISASI
1.1 Survey Lokasi / Lapangan
Untuk mengetahui lokasi yang akan dikerjakan
a. Daftar mobilisasi personil
Pelaksanaan pekrjaan paket proyek ini mengusulkan staf inti proyek
yang terdiri dari :
- Site manager
- Koordinator pelaksana
- Surveyor / Quality dan Quality Control
- Mandor
- Operator
- Logistic
- Tenaga kerja yang akan diadakan / dimobilisasi ke lapangan
untuk melaksanakan paket pekerjaan ini, terdiri dari pekerja
terlatih, dan pekerja biasa.
Seluruh staf inti proyek tersebut beserta staf lainnya sesuai
dengan usulan di dalam struktur organisasi kerja, akan
dimobilisasikan ke lokasi proyek dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari
sejak diterbitkan surat perintah mulai kerja (SPMK). Sedangkan
mobilisasi tenaga kerja akan disesuaikan dengan kebutuhan yang
tercermin dari rencana kerja/schedule.

b. Mobilisasi peralatan
Daftar jenis peralatan yang akan dimobilisasikan ke lapangan untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan utama pada paket proyrk ini,
sesuai dengan kebutuhan alat untuk melaksanakan pekerjaa.
1. Asphalt finisher 1 unit
2. Asphalt sprayer 1 unit
3. Compresessor (kapasitas 4000-6500 L/M) 1 unit
4. Concrete mixer (kapasitas 0,3-0,6 M3) 1 unit
5. Dump truck (kapasitas 3,5 ton) 5 unit
6. Excavator (kapasitas 80-140 HP) 1 unit
7. Motor grader ( kapasitas ¿100 HP) 1 unit
8. Tandem roller (kapasitas 6-8 ton ) 1 unit
9. Tire roller (kapasitas 8-10 ton) 1 unit
10. Concrete vibrator 1 unit
11. Water tanker ( kapasitas 3000-4500 L ) 1 unit
12. Stamper 1 unit

1.2 Pembuatan Job Mix Design


Sebelum pekerjaan utama dilaksanakan terlebih dahulu dilaksanakan
pengambilan sampel bahan dari quary yang berada di lokasi setempat ,
diantaranya : batu, pasir, dan bahan timbunan pilihan, selanjutnya di
bawa ke laboratorium Job Mix Formula / Job Mix Design yang akan
dipakai sebagai acuan kerja dalam pelaksanaan proyek.
Pengendalian mutu bahan dan hasil pekerjaan di lapangan akan
dilakukan dengan berpedoman pada beberapa referensi (standar rujukan)
sebagai berikut :
a. Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus(bila ada)
b. Standar AASHTOdan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Prosedur pengendalian mutu ini akan dilakukan sejak pengadaan seluruh
bahan dasar yang akan digunakan dalam pekerjaan ini. Pengendalian
mutu ini dijalankan untuk memeriksa dan menjamin bahwa bahan-bahan
yang digunakan dalam pekerjaan ini telah memenuhi atau melebihi
ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi. Pemeriksaan mutu bahan
tersebut akan dilakukan secara interr dengan melibatkan Quality Control
di lapangan. Hasil pengendalian mutu secara intern ini, selanjutnya akan
diperiksakan secara extern dengan melibatkan pihak external untuk
mendapatkan persetujuan, dalam hal ini adalah dari konsultan pengawas
dan Direksi Pekerjaan.
1.3 Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi basecamp, pembuatan Kantor
Lapangan dan fasilitasnya di lokasi proyek dan kemudian dilanjutkan
dengan mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan
pelaksanaan pekerjaan.
Uraian mengenai analisa sumber material ini dimaksudkan untuk memberi
gambaran secara rinci bagaimana bahan dan material dasar untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini diperoleh, bagaimana dan dimana
proses pengelolahan pencampuran akan dilakukan serta bagaimana
proses pengangkutan material tersebut ke lokasi proyek yang dikaitkan
dengan pengendalian lalu lintas (traffic management ). Pembahasan
analisa sumber bahan ini akan dibatasi pada beberapa bahan/ material
dasar utama yang diperlukan antara lain :

1) Boulder
Boulder yang akan digunakan diambil dari quarry terdekat dari Base
camp. Boulder / Batu Belah yang sudah terseleksi kualitasnya tersebut
akan diproses untuk dijadikanbatu pecah (agregat kasar, agregat halus
dan abu batu) yang kemudian akan digunakan sebagai campuran :
- AC-WC
- AC-BC / AC-BC Levelling
- ACBase
- Agregat Kelas A
- Agregat Kelas B
- Agregat Kelas S

Pemecahan boulder menjadi batu pecah akan menggunakan mesin


pemecah batu (Stone crusher ) sedangkan untuk pencampuran menjadi
aspal panas (hotmix ) adalah menggunakan Asphalt Mixing Plant
2) Batu untukpekerjaan pasangan
Material batu yang akan digunakan untuk pekerjaan pasangan batu
dengan mortar (saluran) dan pasangan batu (tembok penahan tanah)
akan diambil dari lokasi quarry yang terdekat juga dengan lokasi proyek.
Material yang telah terseleksi sesuai persyaratan spesifikasi akan
diangkat ke lokasi proyek dengan menggunakan angkutan dari suplier
(diterima ditempat).
3) Pasir pasang
Material pasir yang akan digunakan untuk pekerjaan pasangan batu akan
diambil dari quarry yang terdekat dengan lokasi proyek dengan
menggunakan angkutan dari suplier (diterima ditempat).
4) Aspal
Aspal yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan campuran
aspal adalah dari jenis aspal minyak yang mempunyai titik lembek sesuai
dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis. Aspal Minyak tersebut
akan diangkut dengan menggunakan tangki aspal langsung dari lokasi
gudang supplier ke lokasi base camp AMP. Pengujian awal terhadap
penetrasi dan titik lembek aspal akan selalu dilakukan sebelum aspal
tersebut dibongkar di basecamp, kemudian pemeriksaan kedua akan
dilakukan lebih detail di laboratorium, sebelum aspal tersebutdapat
diterima.
5) Bahan Aditif Anti Pengelupasan
Bahan Aditif Anti Pengelupasan yang akan digunakan untuk campuran
aspal panas akan diangkut langsung dari lokasi gudang supplier ke lokasi
base camp AMP (diterima ditempat).
6) Baja Tulangan
Baja tulangan akan didatangkan dan di stock oleh supplier kelokasi
penyimpanan bahan dekat lokasi kantor lapangan, yaitu setelah hasil
pemeriksaan kwalitas baja tulangan tersebut lolos uji.
1.4 Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus
Lalu Lintas
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pengaturan lalu lintas
transportasi dilakukan dengan pembuatan tanda-tanda lalu lintas yang
memadai disetiap kegiatan lapangan.
1.5 Rekayasa Lapangan
Dengan petunjuk Direksi Teknis Survey / rekayasa lapangan
dilaksanakan untuk menentukan kondisi fisik dan structural dari
pekerjaan, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan peninjauan ulang
terhadap rancangan kerja yangn telah diberikan sistem dan tata cara
survey dikoordinasikan dengan direksi teknis.
1.6 Material dan Penyimpanan
Bahan yang digunakan di dalam pekerjaan harus memenuhi spesifikasi
dan standard yang berlaku.
1.7 Jadwal Konstruksi
Jadwal konstruksi dibuat pihak kontraktor, diajukan kepada Direksi Teknis
untuk dibahas dan mendapatkan persetjuan pada saat dilaksanakan rapat
pendahuluan (Pre Construction Meeting / PCM).
1.8 Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMKK)
a. Kepemimpinan Dan Partisipasi Tenaga Kerja Dalam Keselamatan
Konstruksi
b. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
c. Dukungan Keselamatan Konstruksi
d. Operasi Keselamatan Konstruksi
e. Evaluasi Kinerja Penerapan SMKK.
1.9 Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan proyek ini mobilisasi meliputi :
a. Dump Truck
b. Tandem Roller
c. Vibrator Roller
d. Wheel Loader
e. Excavator
f. Motor Greader
g. Water Tanker Truck
h. Concrete Mixer
i. Alat Bantu
1.10 Papan Nama Proyek
a. Papan nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai
proyek.
b. Papan nama proyek dibuat dengan ukuran atas persetujuan direksi
pekerjaan.
c. Bahan yang dipakai : kayu, kaso, baliho, dll.
d. Papan nama proyek dipasang di pangkal dan ujung lokasi pekerjaan.
e. Papan nama dipelihara selama pelaksanaan proyek.
1.11 Land Clearing
Selanjutnya yaitu dilakukan pembersihan lahan, baik dari pembersihan
pohon-pohon maupun akar-akar pohon dll.

2. PEKERJAAN PEMADATAN TANAH


Setelah itu dilakukan pemerataan dan pemadaan tanah dengan
menggunakan alat-alat seperti excavator. Timbunan yang akan
diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau
batu yang memenuhi semua ketentuan. Pekerjaan ini meliputi pengadaan,
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan material timbunan, yang
diperlukan untuk pembentukan kelandaian dan elevasi penampang badan
jalan.

3. PEKERJAAN LANTAI KERJA (LEAN CONCRETE)


3.1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan Cek elevasi dasar LC kemudian memasang cetakan
/ bekisting samping untuk stop cor (tebal 10 cm), kemudian dilakukan
pemasangan plastic sheet diatas agregat A sebelum dilakukan
penuangan Lean Concrete. Bila diperlukan sambungan plastic sheet,
maka harus dibuat overlaping sekurang kurangnya harus 300 mm.
3.2. Pekerjaan Pengecoran
Setelah cetakan samping untuk stop cor siap, truck mixer siap
menuangkan Lean Concrete mutu kelas E, kemudian sambil diratakan
hingga top elevasi LC. Toleransi LC terhadap elevasi rencana top LC
adalah ±5 mm. Sambungan longitudinal harus berjarak sekurang
kurangnya 20 cm dari sambungan longitudinal perkerasan beton yang
dihampar diatasnya.
3.3. Pekerjaan Curing
Dilakukan pekerjaan perataan permukaan secara manual dengan alat
bantu kerja. Kemudian seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu,
dan kondisi kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan.
4. PEKERJAAN DRAINASE
4.1. Persiapan Area Pekerjaan Pemasangan Saluran U Ditch
Cara pemasangan U Ditch yang pertama adalah tahap persiapan, mulai
dari perencanaan, pengukuran, hingga pembersihan area. Perencanaan
dilakukan dengan membuat RAB pemasangan u ditch dan analisa
pemasangan u ditch, yang kemudian dilanjutkan dengan survey lokasi
sekaligus mengukur area. Selain untuk mengukur area, survey juga perlu
dilakukan agar mengetahui apakah lokasi tersebut tepat untuk dilakukan
konstruksi pengairan.
4.2. Penggalian Area Kerja
Begitu persiapan area telah dilakukan, langkah dalam metode
pelaksanaan pemasangan u ditch yang berikutnya adalah penggalian
area. Perlu diperhatikan bahwa sebelum dilakukan penggalian, area
konstruksi telah dikondisikan mulai dari pengaturan lalu lintas hingga
peralatan yang dibutuhkan. Penggalian area pun harus dilakukan dengan
baik menggunakan alat berat yaitu excavator, agar tidak terjadi kesalahan
dan penyumbatan aliran air.
4.3. Setting U-Ditch Kedalam Lubang Galian
Langkah yang berikutnya adalah proses peletakan atau pemasangan U
Ditch itu sendiri pada area yang sudah digali sebelumnya. Metode
Pemasangan U Ditch dilakukan menggunakan alat berat seperti
excavator atau crane, kemudian disambung menggunakan plat
penyambung dan semen. Saluran Drainase U Ditch yang sudah bisa
dipasang atau diletakkan pada area konstruksi adalah yang sudah
berusia 7 hari setelah proses fabrikasi di pabrik beton dan telah melalui
standar mutu yang berlaku.

4.4. Pengurugan Dan Pemadatan Area Pekerjaan Saluran U Ditch


Setelah U Ditch dipasang, hal terakhir yang perlu dilakukan dalam metode
pelaksanaan pekerjaan saluran u ditch adalah pengurugan dan
pemadatan area konstruksi. Saat melakukan penggalian pada proses
kedua, tentu ada tanah galian yang biasanya diletakkan di samping kanan
dan kiri area. Tanah tersebut yang kemudian diurug dan dipadatkan
secara hati-hati di sisi-sisi U Ditch agar saluran air tidak bergeser.

5. PEKERJAAN RIGID PAVEMENT


5.1. Pekerjaan Persiapan
Persiapan Peralatan Concrete Paver Concrete Paver di setting sesuai
lebar segmen perkerasan. Pemasangan String Line Setelah cek elevasi
dasar top LC, kemudian dilakukan pemasangan string line untuk sensor
concrete paver dan pemasangan sling baja dengan control pengukuran.
Jarak string line 1 meter dari lebar segmen perkerasan.
5.2. Pemasangan Micron Plastict
Pemasangan Micron Plastic Persiapan daerah penghamparan rigid
pavement, dilakukan pemasangan micron plastic/plastik tipis tebal 125mm
micron untuk memisahkan lantai kerja dan beton rigid. Plastik tersebut
dipasang tepat di atas lean concrete (LC) yang berfungsi untuk mencegah
kelekatan antara beton dengan LC dan proses shrinkage beton tidak
terganggu lapisan dibawahnya. Bila diperlukan sambungan, maka harus
dibuat overlapping sekurang-kurangnya harus 300 mm.
5.3. Pekerjaan Penulangan Dowel dan Tie Bar
a. Dilakukan fabrikasi tulangan dowel dan Tie Bar dilokasi dengan
menggunakan bar bender dan bar cutter dengan resibon sesuai
dengan ukuran dan spesifikasi yang disyaratkan dalam gambar.
b. Pemasangan Dowel Bar - Pemasangan dudukan dowel dari besi
tulangan D12 mm dan perletakan dowel di atas dudukan dengan satu
ujung terikat (dengan kawat bendrat), satu ujung bebas. Untuk
menghindari terjadi geser saat pengecoran maka dudukan dowel
dipasang angkur seperti gambar.
c. Pemasangan dowel pada dudukan, jarak antar dowel harus dipastikan
sesuai pada gambar. - Pengecatan anti karat pada ujung bebas (move),
sedangkan pada ujung fix tidak dicat.Pemasangan Tie Bar Pemasangan
tulangan tie bar dilakukan secara mekanis dengan Alat Concrete Paver
pada saat penghamparan dan pemadatan beton. Sambungan Tie bar
dipasang pada arah memanjang antar segmen dengan jarak antar
tulangan 75 cm.
5.4. Pekerjaan Pengecoran Rigid Pavement
Pasang bekisting baja untuk batas cor, cek kelurusan dan ketinggian.
Luasan pengecoran harus meperhatikan kapasitas truck mixer. Material
pengecoran harus melewati rangkaian trial mix dulu sebelum dilakukan
pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan supply beton yang dilakukan
secara berkesinambungan sebelum terjadi ikatan awal pada beton.
Jangka waktu sejak beton dibuat sampai dihampar max 45 menit (beton
normal) atau maksimal 5 meter panjang ke depan dari mesin concrete
paver, agar yang di hampar masih dibawah durasi ikatan awal /
menghindari terjadinya dumping. Beton yang digunakan yaitu beton mutu
kelas P. tinggi jatuh adukan beton disarankan 0,9 m – 1,5 m.
Penghamparan, perataan serta pemadatan beton dilakukan dengan
concrete paver. Kalibrasi alat harus dipastikan dan dilakukan control
kecepatan penghamparan. Ketebalan perkerasan rigid (30 cm) dan
elevasi top finish rencana harus sangat diperhatikan. Stop cor beton rigid
harus diperhatikan dengan benar supaya tidak bergeser ataupun lepas.
Slump beton yang disyaratkan maksimum 5 cm.
5.5. Pelaksanaan Finishing Permukaan Rigid Pavement
Perataan secara manual dilakukan dibelakang mesin concrete paver
kemudian dilakukan grooving permukaan beton / texturing. Dilakukan
secara manual dengan menggunakan grooving tool pada arah melintang
dengan jarak 1.5 cm, kedalaman alur sampai 4 mm. Curing beton awal
dilakukan dengan curing compound pada permukaan beton. Kemudian
curing kedua dilakukan dengan menggunakan geotekstil basah yang
disiram selama 3 hari sekali selama 7 hari. Cutting Rigid Pavement
Dilakukan cutting pada beton 12 jam setelah cor, dan tidak melebihi 18
jam dari pemadatan akhir dengan kedalaman 75 mm per jarak 5 meter.
Joint Sealant Setelah permukaan rigid dipotong menggunakan concrete
cutter, celah hasil cutting diisi dengan joint sealant yang merupakan
thermoplastic, untuk mencegah masuknya kotoran dan terjadinya
pumping. Lubang harus bersih dan kering. Pekerjaan joint sealant pada
sambungan dilakukan pada saat perkerasan beton memenuhi masa
curing berumur kurang dari 1 minggu. Pada saat pembakaran sealant
dipastikan temperatur penuangan sealant berada pada suhu 160°C –
170°C. Berikut tahapan pekerjaan joint sealant.Adapun tahapan
pelaksanaan pekerjaan joint sealant adalah sebagai berikut: Marking
posisi dilatasi dan Pemotongan rigid pavement sedalam 75mm & pasang
joint sealant Joint Filler Pada sambungan segmen yang menggunakan
sambungan tipe TJ-3A dan TJ-3B diperlukan pemasangan joint filler.
Pastikan kerataan di akhir segmen yang akan menggunakan sambungan
TJ-3A dan TJ-3B, kemudian pasang premoulded joint filler pada posisi
sesuai gambar. Setelah joint filler terpasang dengan baik, pengecoran
perkerasan dapat dilaksanakan.

6. PENGUJIAN PERMUKAAN BETON


Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan
menggunakan mal datar panjang 3,0 m. Bila penyimpangan dari penampang
melintang yang seharusnya lebih dari 12,5 mm, maka lapisan beton tersebut
harus dibongkar dan diganti baru. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang
dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang terkena bongkaran. Bagian
yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan
yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti

7. PEMELIHARAAN BETON
Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk
memastikan kadar air dalam beton cukup agar proses pengerasan beton
tetap berjalan terus. Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing
dengan grooving / brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan
pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 – 0,27 liter/m2 (cara mekanis)
atau 0,27 – 0,36 liter/m2 (cara manual).Dianjurkan menggunakan curing
compound yang berwarna putih. Curing compound harus disemprotkan
segera selama permukaan beton belum mengering. Cara lain, ialah dengan
menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap atau karung goni
yang selalu dibasahi sekurang - kurangnya selama 7 hari.

8. DEMOBILISASI
Setelah semua pekerjaan telah selesai maka selanjutnya dilkakukan
demobilisasi. Kegiatan ini mencakup pengembalikan kondisi tempat kerja
menjadi kondisi saat pekerjaan belum dimulai termasuk sumber daya yang
untuk mobilisasi seperti pemindahan instalasi alat, peratalan, perlengkapan,
personil dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai