Anda di halaman 1dari 14

METODE PELAKSANAAN

I. DATA UMUM PROYEK


PEKERJAAN : Pembangunan Bahu Jalan Kp. Dalam (Tahap II –
Fungsional )Kec. Karang Baru Kab, Aceh Tamiang
( MIGAS KAB/KOTA)

PERIODE PELAKSANA:150 (Seratus lima puluh ) Hari

LINGKUP PENANGANAN :
1. PEKERJAAN PERSIAPAN (DEVISI I)
1. Mobilisasi

2. PEKERJAAN TANAH (DIVISI 3)


1. Galian Tanah

3. PELEBARAN DAN PERKERASAN BAHU


Perkerasan Beton Semen dengan anyaman Tulangan Tunggal

4. STRUKTUR (DIVISI VII)


1. Beton Mutu Sedang f’g=20 Mpa
2. Baja Tulangan U 24 Polos
3. Pasangan Batu

Semua item-item pekerjaan tersebut diatas akan dilaksanakan sesuai spesifikasi


teknis dan menurut volume pekerjaan yang tersedia dalam daftar kuantitas dan
harga.

II. PEKERJAAN FISIK


1. PEKERJAAN MOBILISASI
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan Persiapan adalah pekerjaan awal yang meliputi kegiatan-
kegiatan pendahuluan untuk mendukung permulaan proyek meliputi :

1.1. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya


Tahapan berikutnya penentuan lokasi Basecamp, pembuatan Kantor
Lapangan dan fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan
dengan mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan
pelakasanaan pekerjaan.

Metode Pelaksanaan 1
1.2. Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus
Lalu Lintas
Untuk Kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pengaturan arus lalu lintas
transportasi dilakukan dengan pembuatan tanda-tanda lalu lintas
yang memadai disetiap kegiatan lapangan.Bila diperlukan dapat
ditempatkan petugas pemberi isyarat yang bertugas mengatur arus
lalu lintas pada saat pelaksanaan.

1.3. Rekayasa Lapangan


Dengan petunjuk Direksi Teknis survey/rekayasa lapangan
dilaksanakan untuk menentukan kondisi fisik dan structural dari
pekerjaan jalan lama dan fasilitas yang ada dilokasi pekerjaan,
sehingga dimungkinkan untuk mengadakan peninjauan ulang
terhadap rancangan kerja yang telah diberikan.System dan tatacara
survey dikordinasikan dengan Direksi Teknis.

1.4. Material dan Penyimpanan


Bahan yang akan digunakan didalam pekerjaan harus memenuhi
spesifikasi dan standard yang berlaku, baik ukuran, type maupun
ketentuan lainnya sesuai petunjuk Direksi Teknis.
Semua material yang akan digunakan untuk proses pembuatan ATB
dan Asphalt Concrete diambil dari Quarry Sungai Sawang Kabupaten
Aceh Utara, diolah dan dipoolkan di Stone Crusher/AMP milik
Kontraktor PT. PT. Cipuga Perkasa.
Pihak Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat mengadakan
pemeriksanaan terhadap lokasi Stone Crusher dan AMP dimaksud
guna mengetahui kondisi yang ada.

1.5. Jadwal Konstruksi


Jadwal kontruksi dibuat pihak Kontraktor, diajukan kepada Direksi
Teknis untuk dibahas dan mendapat persetujuan pada saat
dilaksanakan rapat pendahuluan (Pre Construction Meeting/PCM).

1.6. Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan


Dalam Pelaksanaan proyek ini mobilisasi meliputi :
a. Pembuatan/Penyediaan Basecamp, Kantor Lapangan, Kantor
Direksi.
b. Alat-alat yang dimobilisasi adalah :

1. COMPRESSOR 4000-6500 L/M


2. CONCRETE MIXER 0.3-0.6 M3

Metode Pelaksanaan 2
3. DUMP TRUCK 3.5 Ton
4. CONCRETE VIBRATOR
5. STONE CRUSHER
6. WATER TANKER 3000-4500 L
7. CONCRETE PAN MIXER
8. TRUCK MIXER (AGIGATOR)
9. SURVEY EQUIPMENT

1.7. Papan Nama Proyek


1. Papan Nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi
mengenai proyek.
2. Bahan yang dipakai : kayu kaso, plywood ukuran 4’ x 8’ x 4 mm,
amplas, cat kayu, paku, split, cat minyak, semen, dan lain-lain.
3. Papan nama Proyek dipasang dipangkal dan diujung lokasi
pekerjaan.
4. Papan nama dipelihara selama pelaksanaan proyek.

2. Relokasi Utilitas dan Pelayanan antara lain:


Relokasi Utilitas untuk Telkom, PDAM, LISTRIK serta utilitas umum lainnya
melalui beberapa tahapan :
- Pendataan terhadap sarana yang masuk dalam ketentuan relokasi
yang sudah ditetapkan
- Pelaporan terhadap Departemen terkait
- Pemindahan Utilitas setelah mendapatkan persetujuan dari
departemen terkait

2. PEKERJAAN GALIAN
Galian Untuk Drainase

Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan alat berat dan tenaga manual.


Dimana sebelum pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan data-data teknis yang
meliputi elevasi top tanah sebelum dimulai pekerjaan sudah disepakati
bersama dengan Direksi Pekerjaan dan juga design bentuk serta panjang
yang akan dilaksanakan juga sudah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan
Galian untuk Drainase ini dapat berupa penggalian pada Saluran air yang ada
akan tetapi telah mengalami pendangkalan oleh lumpur dan sampah. Serta
penggalian pada tanah yang belum berupa saluran air, yang mana nantinya
akan dipasang dengan Pasangan Batu dengan Mortar.

Urutan Pelaksanaan :

1. Siapkan gambar kerja bersama dengan Direksi Pekerjaan.

Metode Pelaksanaan 3
2. Tentukan patok dan elevasi.
3. Gali dengan menggunakan Excavator dan hasil galian muat ke atas Dump
Truck.
4. Hasil galian buang keluar lokasi kerja sesuai petunjuk Direksi.
5. Untuk membentuk kemiringan saluran dilaksanakan dengan
menggunakan tenaga manusia.
6. Setelah pekerjaan selesai, pengukuran bersama hasil pekerjaan dilakukan
dengan Direksi Pekerjaan dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara
pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil pekerjaan
pada prestasi pekerjaan.

Peralatan yang digunakan


 Excavator PC 200-5 = 1 Unit
 Dump Truck Kap. 4 m3 = 3 Unit
 Peralatan bantu = 1 Set

Tenaga Kerja
 Operator Alat Berat = 1 Orang
 Driver = 2 Orang
 Pekerja = 6 Orang

Pasangan Batu Dengan Mortar


Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar adalah pekerjaan pelapisan
Saluran Air (Selokan) pada kedua sisi dan dasar saluran dengan campuran
pasangan batu dengan mortar dengan ketebalan minimum 10 cm.

Urutan Pelaksanaan :

1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu mempersiapkan


gambar kerja bersama dengan Direksi Pekerjaan.
2. Setelah lokasi yang akan dikerjakan ditentukan, kemudian dipasang
patok dan elevasi serta diberi rambu-rambu lalu lintas pada lokasi
pekerjaan tersebut agar lalu lintas tidak terhambat dan tidak merusak
pekerjaan.

Metode Pelaksanaan 4
3. Selain persiapan di lokasi, material yang akan dipergunakan terlebih
dahulu diusulkan kepada Direksi yaitu menyerahkan dua sample batu
yang masing-masing seberat 50 kg.
4. Setelah material disetujui Direksi, penyiapan material pada lokasi
pekerjaan harus telah diperhitungkan terhadap kapasitas pekerja pada
satu hari pekerjaan sehingga tidak terdapat pekerjaan yang terlantar dan
juga lokasi pekerjaan tetap dijaga dari genangan air.
5. Kemudian pekerjaan dilaksanakan dengan dimulai dari dasar lereng
menuju ke atas, dan permukaan segera di plester dengan cara diaci dan
setelah mulai mengeras harus segera dirawat.
6. Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengukuran bersama hasil pekerjaan
dengan Direksi Pekerjaan dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara
pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil pekerjaan
pada progress prestasi pekerjaan.

Peralatan yang digunakan


 Beton Molen = 2 Unit
 Dump Truck = 1 Unit
 Peralatan Tukang = 1 Set

Tenaga Kerja
 Operator Beton Molen = 1 Orang
 Driver = 1 Orang
 Pekerja = 6 Orang

3. PEKERJAAN TANAH

3.1 Galian Biasa Memakai Alat

Metode Pelaksanaan 5
Pelaksanaan galian biasa ini prosedurnya sebagai berikut :
1. Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman
galian.
Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit
dengan mempedomani hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh
Konsultan dan pihak Proyek.
Pemasangan bowplank dilakukan setalah hasil dari pengukuran
disetujui oleh pihak konsultan dan pihak proyek.

2. Penggalian Secara Manual


Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowpalnk
dalam hal ini penentuan kedalaman galian.
Tanah yang digali secara manual dikumpulkan lebih kurang 2 meter
dari tepi galian dan selanjutnya dimuat ke Dump Truck, kemudian
diangkut keluar lokasi proyek. Kedalaman maximal untuk galian
manual 3 meter.

3. Penggalian dengan Menggunakan Alat Berat


Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowpalnk
dalam hal ini penentuan kedalaman galian.
Tanah yang digali oleh Excavator langsung dimuat ke Dump Truck,
kemudian diangkut keluar lokasi proyek.

4. Dasar untuk perhitungan analisa dari pekerjaan ini :


 Asumsi :
- Menggunakan tenaga manusia
- Kapasitas kerja berkelompok
- Kedalaman maximal 3 meter
 Urutan Kerja/Metode Kerja :
- Tanah yang digali dikumpulkan umumnya berada disisi jalan
(kiri/kanan jalan)
- Penggalian menggunakan tenaga manusia
- Selanjutnya material hasil galian di masukkan kedalam Dump
Truck
- Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan
sejauh 1 (satu) km.
 Asumsi :
- Menggunakan alat berat (cara mekanik)
- Lokasi pekerjaan : Sepanjang jalan
 Urutan Kerja/Metode Kerja :
- Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan (kiri/kanan
jalan)

Metode Pelaksanaan 6
- Penggalian menggunakan alat berat (Excavator)
- Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian
kedalam Dump Truck
- Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan
sejauh 1 (satu) km.
-

3.5. Penyiapan Badan Jalan


Asumsi:
- Pekerjaan dengan alat mekanik (alat Berat), Pekerja dan alat bantu.

Peralatan:
- Excavator
- Dump Truck
- Motor Grader
- Vibratory Roller
- Water Tank truck
- Alat Bantu lainnya
Uraian :
Pekerjaan ini dilaksanakan untuk mempersiapkan lahan kerja / sub grade bagi
pekerjaan struktur selanjutnya diatas

1. Pekerjaan dilakukan dengan lingkup pekerjaan adalah;


- Penggalian / pengupasan
- Pemadatan

2. Persiapan;
2.1. Mobilisasi peralatan
2.2. Persiapan gambar kerja
2.3. Pengendalian lalu lintas
2.4. Request pekerjaan

3. Material

Metode Pelaksanaan 7
3.1. Untuk Lokasi Timbunan, material telah dilaksanakan pada pekerjaan
timbunan
3.2. Pada lokasi galian, material tidak ada

4. Pelaksanaan Pekerjaan.
4.1. Penentuan Rencana elevasi
4.2. Perataan permukaan dengan Motor Grader
4.3. Pemadatan dengan Vibratory Roller
4.4. Hasil pekerjaan halus/ smooth, dan rata (juga memperhatikan keladaian
yang dipersyaratkan)

PERKERASAN BETON SEMEN PORTLAND


S9.08 (1) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland,
sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang
melintang seperti yang tertera pada Gambar atau instruksi Konsultan
Pengawas.
Pekerjaan ini mencakup juga pembuatan perkerasan beton semen untuk
Fasilitas Tol (di daerah Gerbang Tol).
S9.08 (2) Ketentuan yang mengikat
Ketentuan pada Pasal S10.01 (Beton Struktur) dan S10.02 (Baja Tulangan)
merupakan bagian dari Pasal ini.
S9.08 (3) Material
(a) Agregat
Material pokok untuk perkerasan beton harus sesuai dengan ketentuan Pasal
S10.01 (2), kecuali agregat kasar harus berupa batu pecah.
(b) Baja Tulangan
(i) Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Pasal
S10.02 dan detailnya tertera pada Gambar.
(ii) Tulangan baja untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja
atau tulangan profil sebagaimana terlihat pada Gambar. Tulangan anyaman
baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55, tulangan ini harus
berupa lembaran-lambaran datar dan merupakan suatu jenis yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
(iii) Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan
AASHTO M 31.
(c) Bahan pengisi sambungan (joint filler)
Bahan pengisi tuang (Poured filler) untuk sambungan harus sesuai dengan
ketentuan AASHTOM 173.

Metode Pelaksanaan 8
Bahan pengisi padat (Preformed filler) untuk sambungan harus sesuai dengan
ketentuan AASHTO M 33, AASHTOM 153, AASHTO M 213, atau AASHTO M
220, seperti ketentuan dalam Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas dan
harus diberi lubang untuk memasang dowel.Filler untuk setiap sambungan
harus berupa satu lembaran untuk seluruh kedalaman dan lebar yang
diperlukan untuk sambungan, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas. Bila boleh digunakan lebih dari satu lembar, ujung yang
bersentuhan harus dikencangkan sampai rapat, dengan penjepit atau cara lain
yang disetujui Konsultan Pengawas.

(d) Membran Kedap Air ( Slip Sheet Membrane )


Membran atau sekat untuk lapisan tahan air di bawah perkerasan harus berupa
lembaran Polyethene dengan tebal 125 mikron.Bila diperlukan sambungan, maka
harus dibuat overlaping sekurang-kurangnya harus 300 mm.

(e) Curing Materials


CuringMaterials harus sesuai dengan ketentuan berikut, atau material lain yang
disetujui Konsultan Pengawas:
Liquid Membrane-Forming Compounds for AASHTO M 148
Curing Concrete - type 2 White Pigmented

(f) Beton

(i) Bahan Pokok Campuran


Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil
percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai ketentuan Pasal
S10.01 dari Spesifikasi ini.
Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari jumlah
dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang terlalu tinggi
tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan desain campurannya (mix
design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan.
Agregat kasar dan halus harus sesuai dengan ketentuan Pasal S10.01.Untuk
menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus
harus dibuat minimum.Akan tetapi, sekurang-kurangnya 40% agregat dalam
campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang didefinisikan sebagai
agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Agregat gabungan tidak boleh mengandung
bahan yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2% kecuali bahan pozolan.Bila

Metode Pelaksanaan 9
perbandingan yang tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan
terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal
tetap sesuai dengan alat yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat
dijamin.Bila menurut pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta
Kontraktor untuk mengubah ukuran agregat kasar.
Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat bahan
pengikat hanya untuk pemakaian Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I dan tidak
dapat digunakan untuk pemakaian semen tipe Portland Composite Cement (PCC)
dan Portland Pozzolana Cement (PPC)
Bahan Tambahan kimiawi yang digunakan harus sesuai dengan AASHTO M194-
06.Bahan tambahan yang mengandung calcium chloride, calcium formate, dan
triethanolamine tidak boleh digunakan.

Kondisi berikut harus dipenuhi:


a) Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan, kompatibilas bahan
tambahan tersebut harus dinyatakan dengan sertifikat tertulis dari produser.

b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total
(dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan
pada campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3.
Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.

(ii) Kekuatan Beton


Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada
umur 28 hari, bila dites dengan third point method menurut AASHTO T 97.
Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur
(flexural strength) minimum.
Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus
sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin
dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural
strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus).
(iii) Pengambilan contoh Beton
Untuk tujuan dari Pasal ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk
yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk
dengan acuan tetap.

Metode Pelaksanaan 10
Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat
lentur, sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28
hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur
yang disyaratkan dalam Pasal S9.08(3)(f)(ii) maka pengambilan benda uji inti (core) di
lapangan,minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika
kuat tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang
diperoleh dari campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat
lentur sebelumnya, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
(iv) Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI
1972 : 2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump untuk setiap campuran beton
dengan rentang :
- 20 – 50 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan berjalan (slipform)

a) Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan, kompatibilas bahan


tambahan tersebut harus dinyatakan dengan sertifikat tertulis dari produser.

b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total
(dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan
pada campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3.
Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.

(ii) Kekuatan Beton


Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada
umur 28 hari, bila dites dengan third point method menurut AASHTO T 97.
Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur
(flexural strength) minimum.
Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus
sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin
dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural
strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus).

(iii) Pengambilan contoh Beton


Untuk tujuan dari Pasal ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk
yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk
dengan acuan tetap.

Metode Pelaksanaan 11
Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat
lentur, sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28
hari.

Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur
yang disyaratkan dalam Pasal S9.08(3)(f)(ii) maka pengambilan benda uji inti (core) di
lapangan,minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika
kuat tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang
diperoleh dari campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat
lentur sebelumnya, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
(iv) Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI
1972 : 2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump untuk setiap campuran beton
dengan rentang :

- 20 – 50 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan berjalan (slipform)

4. DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250)
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
 Asumsi :
- Menggunakan alat berat (secara mekanik)
- Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima seluruhnya
dilokasi pekerjaan
 Prosedur Pelaksanaan :
- Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi
beton dengan menggunakan Concrete Mixer
- Beton di cor kedalam perancah yang telah disiapkan
- Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

7.2 Baja Tulangan U - 24 Polos


Pelaksanaan ini untuk pemotongan besi sesuai dengan ukuran gambar
dilaksanakan di Base Camp Kontraktor, sesudah itu diangkut kelokasi
pekerjaan (site).

Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan


 Asumsi :
- Pekerjaan dilakukan secara manual
- Bahan dasar (besi dan kawat) diterima seluruhnya dilokasi
pekerjaan

Metode Pelaksanaan 12
 Prosedur Pelaksanaan :
- Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang
diperlukan
- Batang tulangan dipasang/disusun sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan persilangannya diikat kawat.

7.1. Pasangan Batu


Pelaksanaan ini dilakukan dengan secara manual.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan
 Asumsi :
- Pekerjaan dilakukan secara manual
- Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima seluruhnya
dilokasi pekerjaan
 Prosedur Pelaksanaan :
- Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi
beton dengan menggunakan Concrete Mixer
- Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum
dipasang
- Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

5. PEKERJAAN HARIAN
Pekerjaan Harian meliputi pekerjaan Laporan baik laporan tenaga kerja
maupun alat , dan semua laporan harus dijelaskan dengan detail kepada
Pelaksana / Pimpinan Proyek . Sehingga tidak terjadi tumpang tinggi antara
laporan yang satu dengan laporan yang lainnya.Laporan yang baik adalah
laporan yang memuat penjelasan secara transparan dan detail.

Metode Pelaksanaan 13
Demikian syarat-syarat umum/spesifikasi teknis ini diperbuat dengan
sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagai acuan melaksanakan
pekerjaan dilapangan.
Bilamana didalam syarat-syarat ini masih ada yang kurang lengkap akan
dilengkapi sebagaimana mestinya.

CV. HAREUKAT TANI JAYA

DEDY SYAHPUTRA, SP
Direktur

Metode Pelaksanaan 14

Anda mungkin juga menyukai