IV-1
4.2 Pekerjaan Pembentukkan Badan Jalan
4.2.1 Uraian Pekerjaan
1 Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar
design dari data-data awal yang diambil pada saat joint survey dan
gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu yaitu dengan gambar penampang
melintang yang menunjukkan elevasi permukaan tiap titik.
2 Setelah gambar design penampang melintang disetujui, kemudian
dilaksanakan pemasangan patok-patok elevasi.
3 Sebelum material didatangkan dari kuari yang telah disepakati
bersama-sama dengan Direksi, diadakan pengujian sample material
selected terlebih dahulu. Setelah pengujian material telah disetujui
oleh Direksi dan kemudian dituangkan ke dalam report hasil
investigasi dan menjadi pegangan untuk pelaksanaan pengiriman
material untuk pekerjaan.
4 Setelah itu, material dari kuarry dikirim ke lokasi dengan memakai
dump truk, dan pada lokasi telah tersedia peralatan penghamparan
dan pemadatan.
5 Material dibawa dengan Dump Truck dan dihampar dengan Motor
Grader secara per layer dengan tebal hampar maksimum 20 cm dan
kemudian diikuti dengan pemadatan oleh Vibratory Roller yang juga
telah disepakati jumlah lintasan pemadatan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
6 Kemudian setelah penghamparan telah selesai maka dilakukan test
CBR lapangan.
7 Jika hasil test sudah sesuai lanjutkan pekerjaan lain.
IV-2
4.2.2 Alat Yang Digunakan
1 2 3 4
IV-3
3. Setelah itu Motor Grader meratakan material yang telah di bawa
Dump truck dengan ketebalan dan kemiringan yang sesuian dengan
gambar rencana demi mencapai elevasi yang ditentukan.
IV-4
e. Pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi penempatan
lapis pondasiagregat kelas A sesuai dengan jarak –jarak dan elevasi
rencana yang telah ditentukan, yaitu berdasarkan hasil pengukuran
awal yang telah disetujui oleh direksi teknis dilapangan maupun
pejabat pembuat komitmen (PPK).
f. Pengendalian lalu lintas di area kerja.
4.3.2 Pelaksanaan
a. Sebelum material Lapis pondasi agregat kelas A dihampar, maka
lapisan yang telah ada yaitu tanah dasar yang mana telah siap dan
telah disetujui untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya.
b. Material Lapis pondasi agregat kelas A yang akan digunakan
terlebih dahulu di lakukan pencampuran (mix) pada suatu tempat
yang disetujui (stock pile) dimana pencampuran dilaksanakan
berdasarkan job mix (mix design) yang ada.
c. Material Lapis pondasi agregat kelas A yang telah disetujui
komposisinya,selanjutnya diangkut kelokasi pekerjaan dan dihampar
dengan motor greader, diatas lapisan urugan timbunan pilihan dari
sumber galian yang telah dipadatkan dan disiapkan.
d. Sebelum penghamparan dilaksanakan, tindakan pencegahan
dilakukan untuk menjaga agar bahan-bahan yang tidak diinginkan
tidak bercampur kedalam material lapisan Lapis pondasi agregat
kelas A.
e. Gradasi aggregate Lapis pondasi agregat kelas A yang telah
dihampar harus seragam dan tidak boleh ada pemecahan-pemecahan
atau unsur-unsur bahan halus ataupun kasar pada suatu tempat
tertentu.
f. Untuk menjamin Lapis pondasi agregat kelas A serta menjamin
pengaliran air yang baik, maka penghamparan material Lapis
pondasi agregat kelas A dimulai sepanjang garis tengah yang akan
dilapisi.
IV-5
g. Sesudah penghamparan dilaksanakan, maka pekerjaan selanjutnya
adalah dilaksanakannya pemadatan dengan menggunakan vibrator
rollers 14 ton.
h. Pemadatan dilaksanakan tahap demi tahap dan dimulai dari arah tepi
ketengah dalam arah memanjang serta digilas secara berlapis
(overlapping).
i. Lapisan akhir dari Lapis pondasi agregat kelas A dilaksanakan
dengan baik, rata, padat sampai pada kerataan yang diinginkan
dengan cara blaading dan menggilas dengan menggunakan vibrator
roller.
j. Selanjutnya diadakan pengujian Sand Cone.
k. Bila lapisan aggregate Lapis pondasi agregat kelas A selesai, maka
dilakukan pemeliharaan untuk menjaga agar lapisan aggregat base
course tetap dalm keadaan memuaskan untuk prime coat.
4.3.3 Kadar Air
Apabila material sub base tidak mengandung kadar air yang
mencukupi perlu disiram air dengan menggunakan water tank sampai
mencapai kadar air optimum. Jika terlalu basah maka perlu dikeringkan
dulu sebelum dipadatkan.
4.3.4 Jumlah Passing Compaction
Passing alat pemadat ditentukan berdasarkan hasil trial compaction
yang telah disetujui, sesuai dengan jenis, tanah dan jenis alat yang
dipergunakan, dan minimal dilakukan 6 (enam) lintasan sehingga
diperoleh nilai CBR minimum 80%.
IV-6
4.3.5 Alat Yang Digunakan
1 2 3 4 5
IV-7
3. Kemudian hasil hamparan dipadatkan langsung dengan
mengggunakan alat pemadat Vibrator Roller dengan jumlah lintasan
yang telah disepakati.
IV-8
Gambar 4.12 Vibrator rollers.
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020
IV-9
4.4.2 Sketsa AMP
6 8
7 9
10
14 13
1 3 5
4
11 12
2
IV-10
IV-11
4.4.3 Proses Produksi
1. Cold Bin ( Bin Dingin )
Agregat dimasukkan ke dalam Cold Bin disesuaikan
dengan fraksi-fraksinya , kemudian dikeluarkan melalui pintu
pengeluaran agregat yang dipasang dibawah dari Cold Bin yang
disebut dengan Pintu Bin.
2. Pintu Bin
Pintu Bin mempunyai Pintu bukaan disesuaikan dengan
kebutuhan yang diinginkan Agregat yang dikeluarkan dan ditampung
oleh Cold Elevator ( Sistem Pemasok Agregat Dingin)
IV-12
3. Cold Elevator
Agregat yang telah dikeluarkan pintu pengeluaran
diteruskan pada Cold Elevator menuju ke Dryer
4. Dryer ( Pengering )
Didalam dryer agregat tersebut akan dikeringkan dengan
cara dipanaskan melalui semburan api dari burner agregat yang
panas dan dikeringkan yang akan keluar diujung dryer dan dialihkan
kedalam Hot Elevator. Panas agregat yang dikeluarkan mempunyai
suhu sekitar 175°C.
IV-13
5. Pengumpul Debu (Dust Collector)
Dust Collector berfungi sebagai alat pengontrol polusi udara
di lingkungan sekitar AMP, Gas buangan yang keluar dari dryer
ditambah dengan dorongan kipas akan dialirkan ke pengumpul debu.
apabila alat pengumpul tidak berfungsi dengan baik hal tersebut
menyebabkan polusi udara dan akan menganggu lingkungan sekitar.
6. Cerobong Asap
Dari Pengumpul debu, gas gas atau udara buangan yang
sudah bersih akan dibuang melalui cerobong asap
IV-14
7. Hot Elevator
Agregat panas dalam Hot Elevator akan dibawa naik keatas
memakai mangkok-mangkok (bucket) kecil yang dipasang sepanjang
rantai yang berputar naik keatas didalam Hot Elevator agregat dalam
mangkuk-mangkuk kecil tersebut setelah sampai diatas ditumpahkan
keatas saringan panas bergetar untuk dipilah-pilah kembali sesuai
dengan ukuran butirannya semula.
IV-15
Gambar 4.21 Hot Screening Unit
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020
9. Hot Bin
Di hot bin agregat panas yang telah lolos dari saringan
panas akan ditampung. Agregat panas yang lolos penyaringan
tersebut akan mengisi tempat masing-masing sesuai dengan fraksi
atau ukuran agregatnya.
IV-16
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10
kg.
IV-17
Gambar 4.25 Tangki Oli Pemanas Aspal
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020
IV-18
antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 1,3 ton/ 30-40
detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin
dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut
(Dump Truck ) dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada
bagian bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal
beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ± 1500C dan setiap
jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C .
IV-19
4.5 Jarak Tempuh Distribusi Aspal
4.5.1 Peta lokasi Jarak Tempuh
IV-20
2. Pelaksanaan
a. Sebelum material lapis resap pengikat dihampar, maka lapisan
yang telah ada yaitu Lapis pondasi agregat kelas A telah siap dan
telah disetujui untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya.
b. Material lapis resap pengikat dapat dilaksanakan apabila
permukaan yang ada tetap kering namun mempunyai kelembaban
yang cukup agar diperoleh penyebaran aspal yang merata
c. Material lapis resap pengikat yang telah disetujui
komposisinya,selanjutnya diangkut kelokasi pekerjaan dan
disemprotkan/dihampar secara merata pada permukaan Lapis
pondasi agregat kelas A dengan aspalt sprayer.
d. Sebelum penyemprotan dilaksanakan, permukaan Lapis pondasi
agregat kelas A dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya dengan
menggunakan sapu lidi atau dengan compressor
IV-21
2. Pelaksanaan
a. Campuran aspal tidak dapat diproduksi bila tidak cukup tersedia
alat pengangkut (dump truck), penghamparan (asphalt finisher),
pekerja, dan alat pemadat yang dapat mengimbangi tingkat
kecepatan minimum instalasi pencampuran (AMP).
b. Bahan aspal dipanaskan dengan temprature 140º c - 160º c
didalam suatu tangki yang dirancang sedmikian rupa sehingga
dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu
mengalirkan bahan aspal ke alat pencampur secara terus
menerus pada temprature yang merata setiap saat.
c. Setiap aggregate akan disalurkan ke instalasi pencampur (AMP)
melalui pemasok penampung dingin yang terpisah (cold bin).
d. Aggregate untuk campuran aspal akan dikeringkan dan
dipanaskan pada alat pengering (suhu tidak melampaui 15º c
diatas suhu aspal) sebelum sebelum dimasukkan ke dalam
instalasi pencampur (AMP).
e. Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan,
maka bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara
terpisah dalam penampungan yang dipasang tepat diatas alat
pencampur (filler tidak boleh ditabur diatas permukaan
aggregate atau dituang kedalam penampung instalasi pemecah
batu agar pengendalian kadar filler terjamin).
f. Aggregate kering yang telah disiapkan harus dicampur pada
instalasi pencampur (AMP) dengan proporsi setiap fraksi
aggregate yang tepat dan memenuhi job mix formula (JMF).
g. Temprature campuran aspal saat dikeluarkan dari alat
pencampur harus dalam rentang absolut sebagaimana yang telah
ditentukan dalam spesifikasi teknis.
h. Campuran aspal akan dikirim kelapangan untuk penghamparan
dengan temprature campuran tertentu sehingga memenuhi
IV-22
ketentuan viskositas aspal absolut sebagaiman yang disyaratkan
dalam spesifikasi.
i. Temprature pencampuran dan pemadatan untuk setiap jenis
aspal akan ditentukan melalui pengujian di laboratorium sesuai
ASTM E 102-93.
j. Truck yang telah dimuati, akan ditimbang di rumah timbang dan
setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat
netto.
k. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar
harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan tidak dikehendaki
dengan sapu mekanis yang dibantu dengan cara manual (bila
diperlukan).
l. Lapis perekat diterapkan sedemikian rupa sesuai yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
m. Campuran aspal dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi serta bentuk penampang melintang yang
dikehendaki.
n. Penghamparan dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi (bila pelaksanaan lebih dari satu jalur).
o. Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
p. Penampung alat penghampar (finisher), tidak boleh
dikosongkan, tetapi temprature sisa campuran aspal harus dijaga
agar tidak kurang dari temprature yang disyaratkan.
q. Finisher dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan atau bentuk ketidakrataan
lainnya pada permukaan.
r. Bilamana jalan yang akan dihampar hanya setengah badan jalan
untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan
akan dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir
antara panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang
IV-23
bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal
mungkin.
s. Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut akan diperiksa dan setiap ketidak
sempurnaanyang terjadi harus diperbaiki segera.
t. Temprature campuran aspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dijaga dan penggilasan harus dimulai dalam
rentang viskositas aspal yang disyaratkan.
u. Pemadatan campuran aspal dilakukan terdiri dari 3 (tiga) operasi
yang terpisah yaitu : pemadatan awal, antara dan akhir.
v. Pemadatan awal dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja,
yang dioperasikan dengan roda penggerak berada didekat
finisher dan setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2
(dua) lintasan penggilasan awal.
w. Pemadatan kedua/ antara (utama) dilaksanakan dengan alat
pemadat roda karet, sedekat mungkin dibelakang penggilasan
awal.
x. Pemadatan akhir atau penyelesaian dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
y. Pemadatan akan dimulai dari tempat sambungan memanjang
dan kemudian dari tepi luar, selanjuntnya penggilasan dilakukan
sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju je arah sumbu
jalan, kecuali untuk super elevasi pada tikungan, akan dimulai
dari tempat yang lebih rendah ke arah yang lebih tinggi.
z. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 5 km/ jam untuk
roda baja dan 10 km/ jam untuk roda karet
aa. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara terus
menerus untuk mencegah untuk memperoleh pemadatan yang
merata saat campuran aspal masih dalam kondisi mudah
dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidak rataan
dapat dihilangkan.
IV-24
bb. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk
mencegah melekatnya campuran aspal aspal pada roda alat
pemadat.
cc. Permukaan yang telah dipadatakan harus terlihat halus, dan
sesuai dengan kemiringan melintang dan kelandaian yang
memenuhi toleransi yang disyaratkan.
1 2 3 4 5 6
IV-25
Gambar 4.29 Proses Penyemprotan Prime Coat menggunakan Hand
Sprayer
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020
IV-26
4. Selanjutnya campuran asphalt di hamparkan menggunakan alat
asphalt finisher. Asphalt dihamparkan sesuai dengan elevasi da tebal
rencana. Sepatru perata (screed) pada finisher akan meratakan dan
memadatkan campuran beraspal panas serta menghaluskan
permukaan hamparan campuran beraspal dengan pelat pemadat
(tamper) sebelum dilakukan pemadatan pertama (break down
rolling) dengan mesin pemadat roda besi (tandem roller).
IV-27