Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Pekerjaan Persiapan


4.1.1 Mobilisasi
Lingkup pekerjaan mobilisasi tergantung pada jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan yang terdiri dari mobilisasi personil
dan semua tenaga kerja pendukung sesuai jadwal penugasannya,
mobilisasi peralatan sesuai daftar peralatan yang dibutuhkan dan jadwal
mobilisasinya termasuk mobilisasi lainnya berupa pendirian base camp,
Gudang dan kantor lapangan dan menyerahkan program mobilisasi
kepada direksi pekerjaan.
4.1.2 Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengukuran kembali dan
positioning dalam rangka pembuatan shop drawing atau gambar
kerja serta mutual check (MC Nol).
2. Uraian Pekerjaan
a. Menyediakan peralatan dan tenaga juru ukur/surveyor dan juru
gambar/drafman.
b. Melakukan pengukuran kembali oleh tenaga juru ukur/surveyor
dengan alat ukur theodolite/water pass dengan acuan gambar
rencana kemudian dihitung dan dituangkan dalam shop drawing
atau gambar kerja oleh juru gambar/drafman.
c. Hasil perhitungan MC Nol dan gambar shop drawing diperiksa
oleh konsultan pengawas dan disetujui pihak proyek untuk
ditanda tangan

IV-1
4.2 Pekerjaan Pembentukkan Badan Jalan
4.2.1 Uraian Pekerjaan
1 Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar
design dari data-data awal yang diambil pada saat joint survey dan
gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu yaitu dengan gambar penampang
melintang yang menunjukkan elevasi permukaan tiap titik.
2 Setelah gambar design penampang melintang disetujui, kemudian
dilaksanakan pemasangan patok-patok elevasi.
3 Sebelum material didatangkan dari kuari yang telah disepakati
bersama-sama dengan Direksi, diadakan pengujian sample material
selected terlebih dahulu. Setelah pengujian material telah disetujui
oleh Direksi dan kemudian dituangkan ke dalam report hasil
investigasi dan menjadi pegangan untuk pelaksanaan pengiriman
material untuk pekerjaan.
4 Setelah itu, material dari kuarry dikirim ke lokasi dengan memakai
dump truk, dan pada lokasi telah tersedia peralatan penghamparan
dan pemadatan.
5 Material dibawa dengan Dump Truck dan dihampar dengan Motor
Grader secara per layer dengan tebal hampar maksimum 20 cm dan
kemudian diikuti dengan pemadatan oleh Vibratory Roller yang juga
telah disepakati jumlah lintasan pemadatan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
6 Kemudian setelah penghamparan telah selesai maka dilakukan test
CBR lapangan.
7 Jika hasil test sudah sesuai lanjutkan pekerjaan lain.

IV-2
4.2.2 Alat Yang Digunakan

1 2 3 4

Gambar 4.2 Proses Alat Berat Yang Digunakan Saat


Pembentukkan Badan Jalan
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

1. Gambar pertama adalah Ekskavator, Ekskavator digunakan untuk


membersihkan lahan dari semak-semak, pepohonan dan sampah.
Selanjutnya material di angkut menggunakan Dump Truck untuk di
bawa keluar lokasi proyek.

Gambar 4.3 Ekskavator


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

2. Selanjutnya Dump Truck membawa material dari Kuari dan


menumpukkan material tersebut dilokasi jalan yang akan dilakukan
penimbunan. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, permukaan jalan
yang akan ditimbun harus sudah sesuai dengan spesifikasi atau
ketentuan yang sudah ada.

Gambar 4.4 Dump Truck


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-3
3. Setelah itu Motor Grader meratakan material yang telah di bawa
Dump truck dengan ketebalan dan kemiringan yang sesuian dengan
gambar rencana demi mencapai elevasi yang ditentukan.

Gambar 4.5 Motor Grader


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

4. Selanjutnya dilakukan pemadatan dengan menggunakan Vibratory


Roller., dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Pemadatan
dilakukan secara berulang jika dimungkinkan untuk mendapat hasil
yang maksimal.

Gambar 4.6 Vibratory Roller.


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

4.3 Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (LPA) dengan Agregat kelas A


4.3.1 Pekerjaan persiapan meliputi
a. Penyiapan shop drawing hingga mendapat approval dari engineer.
b. Penyiapan job mix formula (JMF), aggregate yang akan digunakan.
c. Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
d. Mengajukan request sheet untuk memulai pekerjaan.

IV-4
e. Pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi penempatan
lapis pondasiagregat kelas A sesuai dengan jarak –jarak dan elevasi
rencana yang telah ditentukan, yaitu berdasarkan hasil pengukuran
awal yang telah disetujui oleh direksi teknis dilapangan maupun
pejabat pembuat komitmen (PPK).
f. Pengendalian lalu lintas di area kerja.

4.3.2 Pelaksanaan
a. Sebelum material Lapis pondasi agregat kelas A dihampar, maka
lapisan yang telah ada yaitu tanah dasar yang mana telah siap dan
telah disetujui untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya.
b. Material Lapis pondasi agregat kelas A yang akan digunakan
terlebih dahulu di lakukan pencampuran (mix) pada suatu tempat
yang disetujui (stock pile) dimana pencampuran dilaksanakan
berdasarkan job mix (mix design) yang ada.
c. Material Lapis pondasi agregat kelas A yang telah disetujui
komposisinya,selanjutnya diangkut kelokasi pekerjaan dan dihampar
dengan motor greader, diatas lapisan urugan timbunan pilihan dari
sumber galian yang telah dipadatkan dan disiapkan.
d. Sebelum penghamparan dilaksanakan, tindakan pencegahan
dilakukan untuk menjaga agar bahan-bahan yang tidak diinginkan
tidak bercampur kedalam material lapisan Lapis pondasi agregat
kelas A.
e. Gradasi aggregate Lapis pondasi agregat kelas A yang telah
dihampar harus seragam dan tidak boleh ada pemecahan-pemecahan
atau unsur-unsur bahan halus ataupun kasar pada suatu tempat
tertentu.
f. Untuk menjamin Lapis pondasi agregat kelas A serta menjamin
pengaliran air yang baik, maka penghamparan material Lapis
pondasi agregat kelas A dimulai sepanjang garis tengah yang akan
dilapisi.

IV-5
g. Sesudah penghamparan dilaksanakan, maka pekerjaan selanjutnya
adalah dilaksanakannya pemadatan dengan menggunakan vibrator
rollers 14 ton.
h. Pemadatan dilaksanakan tahap demi tahap dan dimulai dari arah tepi
ketengah dalam arah memanjang serta digilas secara berlapis
(overlapping).
i. Lapisan akhir dari Lapis pondasi agregat kelas A dilaksanakan
dengan baik, rata, padat sampai pada kerataan yang diinginkan
dengan cara blaading dan menggilas dengan menggunakan vibrator
roller.
j. Selanjutnya diadakan pengujian Sand Cone.
k. Bila lapisan aggregate Lapis pondasi agregat kelas A selesai, maka
dilakukan pemeliharaan untuk menjaga agar lapisan aggregat base
course tetap dalm keadaan memuaskan untuk prime coat.
4.3.3 Kadar Air
Apabila material sub base tidak mengandung kadar air yang
mencukupi perlu disiram air dengan menggunakan water tank sampai
mencapai kadar air optimum. Jika terlalu basah maka perlu dikeringkan
dulu sebelum dipadatkan.
4.3.4 Jumlah Passing Compaction
Passing alat pemadat ditentukan berdasarkan hasil trial compaction
yang telah disetujui, sesuai dengan jenis, tanah dan jenis alat yang
dipergunakan, dan minimal dilakukan 6 (enam) lintasan sehingga
diperoleh nilai CBR minimum 80%.

IV-6
4.3.5 Alat Yang Digunakan

1 2 3 4 5

Gambar 4.7 Proses Alat Berat Yang Digunakan Saat


Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (LPA)
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

1. LPA diangkut dengan Dump Truck dan dihamparkan dilokasi. Dump


truck akan menuang material sebanyak 4 kali, masing – masing
kurang lebih 5 m3 dengan jarak tumpukan sekitar 3 meter. Hal ini
untuk mempermudah saat Motor Grader meratakannya.

Gambar 4.8 Dump Truck


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

2. Setelah material sampai dilokasi, dilanjutkan penghamparan dengan


menggunakan motor grader yang dihampar secara layer perlayer dengan
tebal hamparan maximum 15 cm.

Gambar 4.9 Motor Grader


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-7
3. Kemudian hasil hamparan dipadatkan langsung dengan
mengggunakan alat pemadat Vibrator Roller dengan jumlah lintasan
yang telah disepakati.

Gambar 4.10 Vibrator rollers


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

4. Pada saat proses pemadatan ini diikuti penyiraman dengan menggunakan


Water Tank agar tercapai kepadatan maksimum.

Gambar 4.11 Water Tank


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

5. Setelah itu dilakukan pemadatan lagi dengan menggunakan Vibrator


rollers. Pemadatan akan berlangsung sampai dengan elevasi dan
panjang hamparan yang telah ditentukan oleh direksi pekerjaan.

IV-8
Gambar 4.12 Vibrator rollers.
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

4.4 Proses Pencampuran Asphalt Mixing Plants (AMP)


Asphalt Mixing Plant / AMP adalah seperangkat peralatan mekanik dan
elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan
aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi
persyaratan tertentu yang disebut hotmix atau laston.

4.4.1 Penyiapan Bahan


a. Agregat dimuatkan dalam masing-masing bin dingin untuk tiap
ukuran (Fraksi) sesuai dengan yang di perkirakan dalam campuran
(Sesuai dengan job mix formula)
b. Aspal disiapkan didalam tangki persediaan.

IV-9
4.4.2 Sketsa AMP

6 8
7 9

10

14 13

1 3 5
4
11 12
2

Gambar 4.13 Sketsa AMP

IV-10
IV-11
4.4.3 Proses Produksi
1. Cold Bin ( Bin Dingin )
Agregat dimasukkan ke dalam Cold Bin disesuaikan
dengan fraksi-fraksinya , kemudian dikeluarkan melalui pintu
pengeluaran agregat yang dipasang dibawah dari Cold Bin yang
disebut dengan Pintu Bin.

Gambar 4.14 Cold Bin


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

2. Pintu Bin
Pintu Bin mempunyai Pintu bukaan disesuaikan dengan
kebutuhan yang diinginkan Agregat yang dikeluarkan dan ditampung
oleh Cold Elevator ( Sistem Pemasok Agregat Dingin)

Gambar 4.15 Pintu Bin


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-12
3. Cold Elevator
Agregat yang telah dikeluarkan pintu pengeluaran
diteruskan pada Cold Elevator menuju ke Dryer

Gambar 4.16 Cold Elevator


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

4. Dryer ( Pengering )
Didalam dryer agregat tersebut akan dikeringkan dengan
cara dipanaskan melalui semburan api dari burner agregat yang
panas dan dikeringkan yang akan keluar diujung dryer dan dialihkan
kedalam Hot Elevator. Panas agregat yang dikeluarkan mempunyai
suhu sekitar 175°C.

Gambar 4.17 Dryer


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-13
5. Pengumpul Debu (Dust Collector)
Dust Collector berfungi sebagai alat pengontrol polusi udara
di lingkungan sekitar AMP, Gas buangan yang keluar dari dryer
ditambah dengan dorongan kipas akan dialirkan ke pengumpul debu.
apabila alat pengumpul tidak berfungsi dengan baik hal tersebut
menyebabkan polusi udara dan akan menganggu lingkungan sekitar.

Gambar 4.18 Pengumpul Debu


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

6. Cerobong Asap
Dari Pengumpul debu, gas gas atau udara buangan yang
sudah bersih akan dibuang melalui cerobong asap

Gambar 4.19 Cerobong Asap


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-14
7. Hot Elevator
Agregat panas dalam Hot Elevator akan dibawa naik keatas
memakai mangkok-mangkok (bucket) kecil yang dipasang sepanjang
rantai yang berputar naik keatas didalam Hot Elevator agregat dalam
mangkuk-mangkuk kecil tersebut setelah sampai diatas ditumpahkan
keatas saringan panas bergetar untuk dipilah-pilah kembali sesuai
dengan ukuran butirannya semula.

Gambar 4.20 Hot Elevator


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

8. Hot Screening Unit ( Unit Ayakan )


Kemudian agregat diayak pada Hot Screening Unit untuk
menyaring dan memisahkan dalam beberapa ukuran. Pada screening
dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk
menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat
yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian
masuk pada unit hot bin

IV-15
Gambar 4.21 Hot Screening Unit
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

9. Hot Bin
Di hot bin agregat panas yang telah lolos dari saringan
panas akan ditampung. Agregat panas yang lolos penyaringan
tersebut akan mengisi tempat masing-masing sesuai dengan fraksi
atau ukuran agregatnya.

Gambar 4.22 Hot Bin


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

10. Penimbang agregat


Dari Hotbin agregat akan ditimbang jumlah masing-masing
agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses
penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis.
sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi
agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi
dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari
agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/

IV-16
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10
kg.

Gambar 4.23 Penimbang Agregat


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

11. Filler Storage (Penampung bahan pengisi)


Filler merupakan salah satu bahan aspal hotmix. Pada filler
storage tersebut disimpan bahan pengisi (filler) sebelum diolah
menjadi aspal hotmix, Filler dimuatkan kedalam bin filler secara
manual melalui filler elevator.

Gambar 4.24 Filler Stroge


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

12. Tangki Oli Pemanas Aspal


Aspal panas ditimbang sebanyak yang di butuhkan untuk
setiap kali mencampur (batch) aspal panas hasil timbangan
disimpan didalam tangki penimbang aspal.

IV-17
Gambar 4.25 Tangki Oli Pemanas Aspal
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

13. Tangki Penimbangan Aspal


Pada tangki timbangan aspal untuk mengontrol pemasokan
aspal menuju alat pencampur (pugmill).

Gambar 4.26 Tangki Penimbangan Aspal


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

14. Mixer / Pugmill


Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran
antara agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500 cara
pengadukan dilakukan dengan Proses pencampuran (pugmill)
dilakukan setelah aspal, agregat dan bahan pengisi (bila perlu)
dimasukan ke dalam pencampur (pugmill). Aspal untuk
pencampuran disimpan didalam bak penampung, agar memperoleh
tingkat keenceran yang cukup saat melakukan penyemprotan
dilakukan. Waktu yang diperlukan dalam proses ini sangat singkat
untuk mencegah oksidasi yang berlebih dengan apengadukan

IV-18
antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 1,3 ton/ 30-40
detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin
dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut
(Dump Truck ) dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada
bagian bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal
beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ± 1500C dan setiap
jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C .

Gambar 4.27 Mixer


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

Tabel 4.1 Komposisi Cmapuran Job Mix Formula (JMF)


HOT BIN (JMF)
Batu Pecah 3/4'' Ex. Loli : 11.7 %
Batu Pecah 3/8'' Ex. Loli : 32.6 %
Abu Batu Ex. Loli : 41.9 %
Asbuton : 10.0 %
Aspal Pen 60/70 : 3.8 %
Jumlah : 100 %

IV-19
4.5 Jarak Tempuh Distribusi Aspal
4.5.1 Peta lokasi Jarak Tempuh

Gambar 4.28 Peta Jarak tempuh distribusi asphalt


Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

4.5.2 Waktu ,Tempat dan Suhu Distribusi Aspal


Lokasi AMP : AMP Sunju , Made in China
Lokasi Proyek : Jalan Hunian Tetap Duyu
Jarak : 8,86 km
Durasi Waktu : 45 Menit
Suhu di AMP : 160°
Suhu di Proyek : 140°

4.6 Pekerjaan Perkerasan Aspal


4.6.1 Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat )
1. Pekerjaan Persiapan
a. Penyiapan peralatan kerja dan tenaga
b. Mengajukan request sheet untuk memulai pekerjaan
c. Pengendalian lalu lintas di area kerja

IV-20
2. Pelaksanaan
a. Sebelum material lapis resap pengikat dihampar, maka lapisan
yang telah ada yaitu Lapis pondasi agregat kelas A telah siap dan
telah disetujui untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya.
b. Material lapis resap pengikat dapat dilaksanakan apabila
permukaan yang ada tetap kering namun mempunyai kelembaban
yang cukup agar diperoleh penyebaran aspal yang merata
c. Material lapis resap pengikat yang telah disetujui
komposisinya,selanjutnya diangkut kelokasi pekerjaan dan
disemprotkan/dihampar secara merata pada permukaan Lapis
pondasi agregat kelas A dengan aspalt sprayer.
d. Sebelum penyemprotan dilaksanakan, permukaan Lapis pondasi
agregat kelas A dibersihkan dari debu dan kotoran lainnya dengan
menggunakan sapu lidi atau dengan compressor

4.6.2 Laston Lapis Aus ( AC – WC )


1. Pekerjaan Persiapan
a. Penyiapan shop drawing hingga mendapat approval dari direksi
teknis dilapangan maupun pejabat pembuat komitmen (PPK).
b. Menyiapkan job mix formula dan menyerahkan kepada dari
direksi teknis dilapangan maupun pejabat pembuat komitmen
(PPK) untuk mendapatkan approval.
c. Penyiapan peralatan kerja dan tenaga kerja, termasuk kesiapan
AMP.
d. Mengajukan request sheet untuk memulai pekerjaan.
e. Pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi penempatan/
penghamparan Laston Lapis Aus (AC-WC) sesuai dengan jarak –
jarak dan elevasi rencana yang telah ditentukan, yaitu berdasarkan
hasil pengukuran awal yang telah disetujui oleh pejabat pembuat
komitmen (PPK).
f. Pengendalian lalu lintas di area kerja.
g.

IV-21
2. Pelaksanaan
a. Campuran aspal tidak dapat diproduksi bila tidak cukup tersedia
alat pengangkut (dump truck), penghamparan (asphalt finisher),
pekerja, dan alat pemadat yang dapat mengimbangi tingkat
kecepatan minimum instalasi pencampuran (AMP).
b. Bahan aspal dipanaskan dengan temprature 140º c - 160º c
didalam suatu tangki yang dirancang sedmikian rupa sehingga
dapat mencegah terjadinya pemanasan setempat dan mampu
mengalirkan bahan aspal ke alat pencampur secara terus
menerus pada temprature yang merata setiap saat.
c. Setiap aggregate akan disalurkan ke instalasi pencampur (AMP)
melalui pemasok penampung dingin yang terpisah (cold bin).
d. Aggregate untuk campuran aspal akan dikeringkan dan
dipanaskan pada alat pengering (suhu tidak melampaui 15º c
diatas suhu aspal) sebelum sebelum dimasukkan ke dalam
instalasi pencampur (AMP).
e. Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan,
maka bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara
terpisah dalam penampungan yang dipasang tepat diatas alat
pencampur (filler tidak boleh ditabur diatas permukaan
aggregate atau dituang kedalam penampung instalasi pemecah
batu agar pengendalian kadar filler terjamin).
f. Aggregate kering yang telah disiapkan harus dicampur pada
instalasi pencampur (AMP) dengan proporsi setiap fraksi
aggregate yang tepat dan memenuhi job mix formula (JMF).
g. Temprature campuran aspal saat dikeluarkan dari alat
pencampur harus dalam rentang absolut sebagaimana yang telah
ditentukan dalam spesifikasi teknis.
h. Campuran aspal akan dikirim kelapangan untuk penghamparan
dengan temprature campuran tertentu sehingga memenuhi

IV-22
ketentuan viskositas aspal absolut sebagaiman yang disyaratkan
dalam spesifikasi.
i. Temprature pencampuran dan pemadatan untuk setiap jenis
aspal akan ditentukan melalui pengujian di laboratorium sesuai
ASTM E 102-93.
j. Truck yang telah dimuati, akan ditimbang di rumah timbang dan
setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat
netto.
k. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar
harus dibersihkan dari bahan yang lepas dan tidak dikehendaki
dengan sapu mekanis yang dibantu dengan cara manual (bila
diperlukan).
l. Lapis perekat diterapkan sedemikian rupa sesuai yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
m. Campuran aspal dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi serta bentuk penampang melintang yang
dikehendaki.
n. Penghamparan dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur
yang lebih tinggi (bila pelaksanaan lebih dari satu jalur).
o. Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
p. Penampung alat penghampar (finisher), tidak boleh
dikosongkan, tetapi temprature sisa campuran aspal harus dijaga
agar tidak kurang dari temprature yang disyaratkan.
q. Finisher dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan atau bentuk ketidakrataan
lainnya pada permukaan.
r. Bilamana jalan yang akan dihampar hanya setengah badan jalan
untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan
akan dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir
antara panjang penghamparan lajur yang satu dengan yang

IV-23
bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal
mungkin.
s. Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan,
permukaan tersebut akan diperiksa dan setiap ketidak
sempurnaanyang terjadi harus diperbaiki segera.
t. Temprature campuran aspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dijaga dan penggilasan harus dimulai dalam
rentang viskositas aspal yang disyaratkan.
u. Pemadatan campuran aspal dilakukan terdiri dari 3 (tiga) operasi
yang terpisah yaitu : pemadatan awal, antara dan akhir.
v. Pemadatan awal dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja,
yang dioperasikan dengan roda penggerak berada didekat
finisher dan setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2
(dua) lintasan penggilasan awal.
w. Pemadatan kedua/ antara (utama) dilaksanakan dengan alat
pemadat roda karet, sedekat mungkin dibelakang penggilasan
awal.
x. Pemadatan akhir atau penyelesaian dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
y. Pemadatan akan dimulai dari tempat sambungan memanjang
dan kemudian dari tepi luar, selanjuntnya penggilasan dilakukan
sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju je arah sumbu
jalan, kecuali untuk super elevasi pada tikungan, akan dimulai
dari tempat yang lebih rendah ke arah yang lebih tinggi.
z. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 5 km/ jam untuk
roda baja dan 10 km/ jam untuk roda karet
aa. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara terus
menerus untuk mencegah untuk memperoleh pemadatan yang
merata saat campuran aspal masih dalam kondisi mudah
dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidak rataan
dapat dihilangkan.

IV-24
bb. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk
mencegah melekatnya campuran aspal aspal pada roda alat
pemadat.
cc. Permukaan yang telah dipadatakan harus terlihat halus, dan
sesuai dengan kemiringan melintang dan kelandaian yang
memenuhi toleransi yang disyaratkan.

4.6.3 Alat Yang Digunakan

1 2 3 4 5 6

Gambar 4.13 Proses Alat Berat Yang Digunakan Saat


Pekerjaan Perkerasan Aspal
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

Pekerjaan penghamparan dan pemadatan campuran aspal panas,


merupakan pekerjaan yang langkah-langkahnya mesti dilaksanakan
dengan cepat dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi, sebab ada
batasan temperatur campuran beraspal yang harus dipenuhi untuk
bisa mencapai hasil pemadatan yang sempurna. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.13, skematik proses penghamparan dan
pemadatan campuran beraspal adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan sampah dan kotoran pada badan jalan sebelum
dilakukan penyemprotan lapis perekat yaitu prime coat.
Pembersihan dilakukan agar kerja prime coat dalam merekatkan
Lapis pondasi atas lebih maksimal.
2. Setelah lahan/badan jalan dibersihkan dengan sapu lidi, badan
jalan disiram prime coat dengan menggunakan hand sprayer.

IV-25
Gambar 4.29 Proses Penyemprotan Prime Coat menggunakan Hand
Sprayer
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

3. Selanjutnya campuran AC-WC yang dimuat di dalam dump truck


dalam keadaan panas dibawa ke lokasi pekerjaan dan ditumpahkan
ke dalam mesin penghampar (finisher). Pintu dump truck dibuka di
atas hopper dan campuran dibiarkan mengalir ke dalam hopper tanpa
segregasi. Campuran beraspal mengalir dari hopper sepanjang
batang ulir (auger) dan membagi rata keluar mesin penghampar yang
diratakan dengan screed Seorang pengendali dump truck memberi
sinyal kepada sopir dump truck, kapan dan berapa besar untuk
menaikan bak truk.

Gambar 4.30 Proses Penuangan Campuran AC-WC ke Dalam Bucket


Finisher
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-26
4. Selanjutnya campuran asphalt di hamparkan menggunakan alat
asphalt finisher. Asphalt dihamparkan sesuai dengan elevasi da tebal
rencana. Sepatru perata (screed) pada finisher akan meratakan dan
memadatkan campuran beraspal panas serta menghaluskan
permukaan hamparan campuran beraspal dengan pelat pemadat
(tamper) sebelum dilakukan pemadatan pertama (break down
rolling) dengan mesin pemadat roda besi (tandem roller).

Gambar 4.31 Proses Penghamparan AC-WC menggunakan Asphalt


Finisher
Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek 2020

IV-27

Anda mungkin juga menyukai