Anda di halaman 1dari 4

1.

Lapis Pondasi Agregat Kelas B


LPB adalah lapis pondasi agregat yang berada di atas tanah dasar /subgrade. Tanah
dasar di bawah LPB bisa berupa tanah asli maupun tanah timbunan dan galian. Lapis
pondasi agregat kelas B ini merupakan campuran dari berbagai fraksi agregat dengan
ketentuan gradasi sesuai dengan Tabel SNI berikut.

Tabel di atas adalah gradasi lapis pondasi agregat mulai dari kelas A, kelas B dan kelas
S. Agregat yang lolos saringan sesuai dengan kriteria akan dicampur menjadi lapis
pondasi. Komposisi campuran agregat kelas B tergantung dari Job Mix Formula yang
telah dibuat. Pembuatan JMF dimulai dengan berbagai pengujian material agregat antara
lain pengujian berat jenis, CBR, uji kekerasan batu (abrasi), dan lain sebagainya.
Contoh komposisi Agregat kelas B hasil dari JMF adalah sebagai berikut
Fraksi 1 (37.5 - 50) = 15%
Fraksi 2 (0 - 37.5) = 53%
Fraksi 3 (Pasir ) = 32%

Pembuatan komposisi agregat kelas B harus memenuhi syarat sebagai berikut.

Related

 Cara Menghitung Progres Pekerjaan AC-BC dan AC-WC


 Cara Menghitung Volume Galian dan Timbunan Jalan Untuk Opname Pekerjaan
 Cara menghitung volume marka jalan dengan mudah
A. Metode Pelaksanaan Agregat kelas B
Pelaksanaan agregat kelas B dilakukan setelah subgrade siap. Berikut langkah- langkah
pekerjaan agregat kelas B.
1. Pekerjaan persiapan subgrade. Apabila sudah siap maka dilakukan
pengukuran menggunakan alat ukur seperti TS, theodolit maupun waterpass.
2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan
menggunakan Stone Crusher
3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2 dan 3 sesuai komposisi JMF.
Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa
menggunakan excavtor maupun wheel loader
4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan
menggunakan dump truck.
5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader. Tebal hamparan
agregat maksimum 20 cm.
6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat
pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman
menggunakan truck water tank.
7. Pengujian ketebalan LPB atau tes spit
8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat
kepadatan sampai 100%.
9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 60%
2. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Lapis pondasi agregat kelas A (LPA) adalah campuran agregat dengan berbagai fraksi
dan material yang digunakan untuk pondasi perkerasan aspal maupun perkerasan beton.
LPA ini berada di atas LPB. Perbedaan antara LPA dan LPB adalah komposisi campuran
dan kriteria pondasi. Kriteria pondasi agregat kelas A bisa dilihat pada tabel di atas.
Contoh komposisi agregat kelas A pada JMF antara lain:
Fraksi 1 (20- 37.5) = 38%
Fraksi 2 (10- 20) = 19%
Fraksi 3 (0 - 10) = 25%
Fraksi 4 (pasir) = 18%

Komposisi di atas tidak mutlak karena setiap proyek mempunyai JMF sendiri. Yang
terpenting adalah memenuhi kriteria pada tabel 5.1.2. (2)

Metode Pelaksanaan Agregat Kelas A

Pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A hampir sama dengan LPB. Berikut langkah
kerja pondasi agregat kelas A.
1. Apabila lapis pondasi agregat kelas B sudah finish grade, maka dilanjutkan
dengan agregat kelas A
2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan
menggunakan Stone Crusher.
3. Blending material mulai dari fraksi 1, 2, 3 dan 4 sesuai komposisi JMF.
Blending bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa
menggunakan excavtor maupun wheel loader
4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan
menggunakan dump truck.
5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader. Tebal hamparan
agregat maksimum 20 cm.
6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat
pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman
menggunakan truck water tank.
7. Pengujian ketebalan LPA atau tes spit
8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat
kepadatan sampai 100%.
9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 90%.
3. Lapis Pondasi Agregat Kelas S
Lapis pondasi agregat kelas S adalah perkerasan berbutir yang digunakan sebagai bahu
jalan. Bahu jalan terletak di tepi kanan dan kiri badan jalan. Biasanya lebar agregat kelas
S 1,5 - 2 m dan tebal 15 cm. Campuran yang digunakan untuk membuat LPS ini
tergantung dari JMF yang telah dibuat oleh kontraktor. Yang terpenting adalah memenuhi
syarat Tabel 5.1.2. (2).
Contoh komposisi lapis pondasi agregat kelas S adalah
Fraksi 1 (10 - 25) = 30%
Fraksi 2 (Pasir) = 70%

Metode Pelaksanaan Agregat Kelas S


Pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas S biasa dilakukan setelah perkerasan aspal
AC-WC. Berikut metode pelaksanaan yang biasa dilakukan.
1. Material agregat S di atas LPB pada bahu jalan.
2. Proses pemecahan batu menjadi fraksi yang diinginkan
menggunakan Stone Crusher.
3. Blending material mulai dari fraksi 1 dan 2 sesuai komposisi JMF. Blending
bisa menggunakan alat blending plant. Jika tidak tersedia, blending bisa
menggunakan excavtor maupun wheel loader
4. Proses pengangkutan dari stockpile menuju lokasi penghamparan
menggunakan dump truck.
5. Penghamparan agregat menggunakan Motor Grader disesuaikan dengan
kemiringan bahu jalan.
6. Proses pemadatan menggunakan alat berat vibro roller. Pada saat
pemadatan perlu menjaga kadar air. Oleh karena itu perlu dilakukan penyiraman
menggunakan truck water tank.
7. Pengujian ketebalan LPS atau tes spit
8. Pengujian kepadatan agregat menggunakan metode sand cone. Tingkat
kepadatan sampai 100%.
9. Pengujian CBR lapangan dan CBR lab. Nilai CBR minimal 50%.
Proses pelaksanaan pondasi agregat harus benar- benar dilakukan sesuai dengan
prosedur karena sangat berpengaruh terhadap kualitas badan jalan.
Demikian ulasan mengenai Metode pelaksanaan pondasi Agregat kelas A, kelas B dan Kelas
S

Anda mungkin juga menyukai