BAB VI
KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari awal proyek sampai dengan
dibandingkan dengan rencana. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu
laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal proyek sampai akhir pelaksanaan
Laporan kemajuan proyek dapat berupa laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan.
Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung barat ini mulai kontrak pada bulan Mei 2017,
namun dikarenakan perizinan yang sangat rumit dan memakan waktu maka bisa mulai
pekerjaan di September 2018 setelah IMB pondasi diterbitkan oleh PTSP (Pusat
Terpadu Satu Pintu). Saat kita melaksanakan kerja praktek di sana pekerjaan sudah
sampai pengecoran di lantai 10 dan untuk pengerjaan ramp baru sampai tahap bekisting
serta pembesian pada lantai 6 seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini :
VI-1
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
VI-2
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2 Pengendalian Proyek
a. Pengendalian mutu
b. Pengendalian waktu
c. Pengendalian biaya
d. Pengendalian dokumen
g. Pengendalian K3
Dalam proyek ini semua pengendalian proyek tersebut sudah berjalan dengan
kesepakatan bersama, sehingga pihak-pihak yang terkait dalam proyek tersebut dapat
bahan dan pengendalian mutu peralatan. Tujuan dari pengendalian mutu ini adalah
agar kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah
VI-3
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
c. Melakukan pengujian dilapangan.
kemajuan proyek, serta hambatan yang timbul dalam suatu proyek. Dengan
pengendalian proyek yang terpadu, sehingga akan didapatkan hasil yang sesuai
dengan perencanaan.
Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya didapat dari bahan yang memenuhi
langsung dan tes bahan. Adapun bahan yang diuji pada Proyek Rumah Susun
a) Beton
1. Slump Test
Pengujian slump test ini menggunakan tata cara metode SNI 1972:2008 tentang
cara uji slump beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air
Rumah Susun Stasiun Tanjung barat untuk pembesian serta pembalokan pada
lantai 10 ini digunakan beton dengan mutu Fc’= 35 Mpa untuk kolom dan
VI-4
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
corewall, serta beton dengan mutu Fc’= 30 Mpa diperuntukan untuk bagian plat
direncanakan.
b. Slump test kurang dari 12 ± 2 cm. Nilai tersebut menunjukkan mutu beton
1) Adukan beton untuk pengujian slump diambil langsung dari truck mixer
dengan menggunakan troly. Bila dianggap perlu adukan beton diaduk lagi
sebelum pengujian.
VI-5
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
2) Menyiapkan kerucut abrams dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah
3) Cetakan diisi sampai penuh dengan adukan beton dalam 3 lapis. Setiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat
secara merata.
VI-6
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
4) Setelah cetakan diisi penuh maka bagian atasnya diratakan kemudian dibiarkan
selama ½ menit dan dalam jangka waktu itu semua adukan beton yang jatuh
VI-7
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6) Diukur nilai slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
Fc’ 35 12 ± 2
VI-8
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Test uji kuat tekan ini menggunakan metode berdasarkan SNI 03-1974-1990 mengenai
metode pengujian kuat tekan beton yang bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton
karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton
mengalami kehancuran).
Cara pengujian :
b) Cetakan silinder diletakkan pada pelat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi
dari cetakannya.
c) Adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test dimasukkan ke dalam cetakan
VI-9
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
f) Didiamkan selama 24 jam dan direndam dalam air (curing) selama waktu tertentu,
VI-10
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
g) Tes uji beton dilakukan dengan mesin uji tekan yang dilakukan di batching plant.
h) Ambil benda uji dari bak perendam yang direndam selama 7, 14, dan 28 hari,
k) Mesin tekan dioperasikan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
l) Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur kemudian mencatat beban
VI-11
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Dari tabel 6.2 dapat disimpulkan bahwa beton yang diproduksi memenuhi spesifikasi
yang telah disyaratkan Peraturan Beton Indonesia ( NI.2 – 1971 ), bahwa pada umur beton
Pemilihan mutu beton seperti dalam spesifikasi bahan dimaksudkan agar tidak mengalami
pemborosan biaya serta aman untuk digunakan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
teknis.
dipakai. Tulangan diambil sampel pada tiap jenis diameter tulangan sepanjang 1
meter. Setiap 1 meter besi mewakili 100 ton material besi yang datang. Sampel
dan lengkung statis baja.Pemeriksaan tulangan yang dilakukan antara lain adalah :
VI-12
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
tegangan leleh maupun kuat tarik baja. Pengujianmutu besi tulangan ini
VI-13
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Diameter Ao σy σu ε
Kode Keterangan
(mm) (mm2) (N/mm2) (N/mm2) (%)
Ex. BjTS
10 78,5 433 611 21 sirip
CBS 40
Ex. BjTS
13 132,7 482 671 20 sirip
CBS 40
Ex. BjTS
16 201,0 488 672 20 sirip
CBS 40
Ex. BjTS
19 283,4 450 618 22 sirip
CBS 40
Ex. BjTS
22 379,9 461 638 20 sirip
CBS 40
Ex. BjTS
19 490,6 418 611 28 sirip
CBS 40
(B2TKS BPPT, 2018) Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat
VI-14
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Pemilihan mutu baja tulangan seperti dalam spesifikasi yang ada yaitu disesuaikan
dengan pembebanan yang ada sehingga konstruksi kuat karena memenuhi spesifikasi
pembebanan yang ada dan diameter yang sesuai sehingga tidak terjadi pemborosan biaya.
Mutu baja tulangan disesuaikan dengan yang diinginkan oleh pemilik proyek serta
Pengujian lengkung statis dilakukan terhadap sampel tulangan dengan berbagai diameter
dengan menggunakan mesin uji lengkung statis sehingga didapatkan data gaya
maksimum yang dapat ditahan oleh tulangan sampai tulangan mengalami sudut lengkung
VI-15
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Ex. Tidak siri
25 200 125 40,0 180 BjTS 40
MS Retak p
Sumber : (B2TKS BPPT, 2014) Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat
kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, oleh karena itu
mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga dan
mengatur penggunaannya.
VI-16
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Kerusakan yang masih dapat ditangani oleh mekanik dapat dikerjakan sendiri,
sedangkan jika tingkat kerusakannya cukup parah diserahkan pada bengkel pusat.
Untuk alat pengecekannya pada SIA (Surat Izin Alat) dan SIO (Surat Izin Operasi)
waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana. Oleh karena itu penjadwalan
penting dalam rangka pengendalian waktu. Salah satu cara pengendalian waktu
adalah time schedule. Hal ini dibuat untuk mengatur jenis-jenis pekerjaan
sedemikian rupa, sehingga suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya dapat
jumlahnya banyak, harus dijadwalkan sedemikian rupa agar tidak saling tunggu
Sehingga dibuatlah master schedule adalah untuk mencapai hasil fisik yang dapat
VI-17
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Gambar 6.17. Foto Absensi Karyawan manajemen konstruksi dengan metode paraf manual
(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)
Gambar 6.18. Foto Absensi Karyawan kontraktor dengan metode finger print
(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)
VI-18
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2.2.1 Master Schedule
1) Contruction schedule
2) Weekly schedule
3) Monthly schedule
kerja.
dengan rencana.
VI-19
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6) Lebih menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik dan teratur.
pekerjaan.
1) Biaya pelaksanaan
tersebut.
2) Metode pelaksanaan
3) Tenaga kerja
4) Peralatan
VI-20
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
5) Faktor cuaca
a. Laporan Harian
Laporan Harian dibuat setiap hari secara tertulis dan ditandatangani oleh
Laporan Harian berisi tentang jumlah dan macam alat yang dioprasikan,
c) Lebih menjamin tercapainya hal fisik yang lebih baik dan sesuai
berkurang.
VI-21
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
b. Laporan Minguan
owner atau pemilik proyek. Dengan adanya laporan ini maka proses
VI-22
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
c. Laporan Bulanan
mengacu pada time schedule. Laporan ini dibuat oleh Kontraktor setiap
Laporan Bulanan berisi tentang rencana dan realitas kerja, jumlah dan
VI-23
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
VI-24
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
d. Rapat Koordinasi
Rapat Koordinasi diadakan seminggu sekali dan dihadiri oleh semua pihak
dan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Isi Rapat Koordinasi
proyek.
VI-25
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
pelaksanaan proyek. Pada proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat – Alam
VI-26
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2.5 Pengendalian Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan dalam
dengan baik agar diperoleh efisiensi kerja yang tinggi. Yang dimaksud dengan
tenaga kerja adalah setiap orang yang ikut serta dalam pelaksanaan suatu proyek.
pendidikannya.
rata setingkat SMK dan diploma. Tenaga kerja ini antara lain bekerja
VI-27
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2.6 Pengendalian Alat dan Material
supaya bisa diketahui cukup atau tidaknya stok alat dan bahan digudang dan
ditempat penyimpanan barang. Alat dan bahan yang masuk dan keluar harus
dicatat secara teliti berikut ukuran, merek dan jumlah volumenya. Catatan barang-
schedule:
dilaksanakan.
supplier.
VI-28
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Pengontrolan alat dan bahan bangunan di gudang sebaiknya dilakukan dengan
dan diisi sesuai dengan banyaknya barang yang diterima, bukti ini
gudang, diisi sesuai dengan jumlah dan jenis barang tersebut. Surat ini
VI-29
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
c. Surat permintaan barang
Surat permintaan barang ini digunakan untuk meminta barang. Surat ini
ada dua jenis, yaitu untuk meminta barang ke kantor pusat dan untuk
d. Kartu stok
dan jenis barang apa saja yang terdapat di dalam gudang/stok barang.
6.2.7 Pengendalian K3
Pada setiap proyek, selalu ditandai keterlibatan sumber daya. Salah satunya
meliputi tenaga kerja dengan berbagai latar belakang sosial, tingkat pendidikan,
kesalahan yang bisa mengganggu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Maka
VI-30
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Semua Pekerja yang masuk ke dalam lingkungan proyek diwajibkan untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja
dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi
Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga
Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja
a. Implementasi K3:
Penerapan K3 pada proyek ini dapat dikategorikan memenuhi syarat. Hal ini dapat
dilihat dari sebagian besar pekerja yang memakai APD (Alat Pelindung Diri)
toolbox meeting untuk mendapatkan arahan pekerjaan yang harus dilakukan pada
VI-31
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
hari itu oleh supervisor. Hal ini bertujuan untuk dapat mengontrol tahapan kerja
VI-32