Anda di halaman 1dari 32

Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

BAB VI
KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

6.1 Kemajuan Pekerjaan

Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari awal proyek sampai dengan

pekerjaan proyek berakhir. Progress/kemajuan pekerjaan proyek menjadi indikator

dalam monitoring untuk memulai perkembangan pelaksanaan pekerjaan yang

dibandingkan dengan rencana. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu

laporan mengenai evaluasi kemajuan proyek dari awal proyek sampai akhir pelaksanaan

pekerjaan. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan proyek.

Laporan kemajuan proyek dapat berupa laporan harian, laporan mingguan, dan laporan

bulanan.

Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung barat ini mulai kontrak pada bulan Mei 2017,

namun dikarenakan perizinan yang sangat rumit dan memakan waktu maka bisa mulai

pekerjaan di September 2018 setelah IMB pondasi diterbitkan oleh PTSP (Pusat

Terpadu Satu Pintu). Saat kita melaksanakan kerja praktek di sana pekerjaan sudah

sampai pengecoran di lantai 10 dan untuk pengerjaan ramp baru sampai tahap bekisting

serta pembesian pada lantai 6 seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini :

VI-1
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.1. Foto Progress aktvitas Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-2
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2 Pengendalian Proyek

Maksud dari pengendalian proyek adalah mengatur dan mengendalikan unsur-unsur

vital dalam pelaksanaan sebuah proyek, unsur-unsur tersebut adalah:

a. Pengendalian mutu

b. Pengendalian waktu

c. Pengendalian biaya

d. Pengendalian dokumen

e. Pengendalian tenaga kerja

f. Pengendalian alat dan material

g. Pengendalian K3

Dalam proyek ini semua pengendalian proyek tersebut sudah berjalan dengan

kesepakatan bersama, sehingga pihak-pihak yang terkait dalam proyek tersebut dapat

dilaksanakan sesuai dengan tugasnya masing-masing.

6.2.1 Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek

pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adalah pengendalian mutu

bahan dan pengendalian mutu peralatan. Tujuan dari pengendalian mutu ini adalah

agar kualitas pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan. Pengendalian mutu dilakukan terhadap bahan atau material tiang

pancang, peralatan kerja, pelaksanaan pekerjaan, dan hasil pekerjaan. Metode-

metode yang dapat dilakukan dalam pengawasan kualitas/mutu pekerjaan antara

lain adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan dan pengukuran langsung dilapangan.

b. Perhitungan sebagai fungsi kontrol.

VI-3
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
c. Melakukan pengujian dilapangan.

Hasil pengawasan tersebut digunakan sebagai data dalam pembuatan laporan

kemajuan proyek, serta hambatan yang timbul dalam suatu proyek. Dengan

pengecekan dan pengawasan tersebut, diharapkan akan terwujud sistem

pengendalian proyek yang terpadu, sehingga akan didapatkan hasil yang sesuai

dengan perencanaan.

6.2.1.1 Pengendalian Mutu Bahan

Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya didapat dari bahan yang memenuhi

standar yang ditetapkan. Untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan

suatu pekerjaan konstruksi ada beberapa standar acuan, diantaranya yaitu :

 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( NI.2-1971 )

 Peraturan Semen Portland Indonesia ( NI.8-1972 )

 Peraturan Perencanaan Baja Indonesia 1984

 Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982, NI-3

Pengendalian mutu bahan di lapangan dilakukan dengan cara pengawasan

langsung dan tes bahan. Adapun bahan yang diuji pada Proyek Rumah Susun

Stasiun Tanjung barat di antara lain:

a) Beton

1. Slump Test

Pengujian slump test ini menggunakan tata cara metode SNI 1972:2008 tentang

cara uji slump beton. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air

beton/kekentalan beton yang berhubungan dengan mutu beton. Dalam Proyek

Rumah Susun Stasiun Tanjung barat untuk pembesian serta pembalokan pada

lantai 10 ini digunakan beton dengan mutu Fc’= 35 Mpa untuk kolom dan

VI-4
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
corewall, serta beton dengan mutu Fc’= 30 Mpa diperuntukan untuk bagian plat

serta baloknya. Ada 2 hasil pengujian slump test, yaitu :

a. Slump test: 12 ± 2 cm. Nilai tersebut merupakan mutu beton yang

direncanakan.

b. Slump test kurang dari 12 ± 2 cm. Nilai tersebut menunjukkan mutu beton

buruk dan truck mixer akan ditolak.

Tahap-tahap pelaksanaan slump test:

1) Adukan beton untuk pengujian slump diambil langsung dari truck mixer

dengan menggunakan troly. Bila dianggap perlu adukan beton diaduk lagi

sebelum pengujian.

Gambar 6.2. Foto Pengambilan Beton Untuk Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-5
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
2) Menyiapkan kerucut abrams dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah

20 cm dan tingginya 30 cm. kemudian diletakkan pada pelat atau bidang

yang datar dan tidak menyerap air.

Gambar 6.3. Foto Penyiapan Kerucut Abrams- Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

3) Cetakan diisi sampai penuh dengan adukan beton dalam 3 lapis. Setiap lapisan

berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat

yang berukuran panjang 50 cm dan diameter 16 mm sebanyak 25 kali tusukan

secara merata.

Gambar 6.4. Foto Pengisian Beton Pada Kerucut Abrams-Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-6
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.5. Foto Pemadatan Beton Dengan Tongkat- Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

4) Setelah cetakan diisi penuh maka bagian atasnya diratakan kemudian dibiarkan

selama ½ menit dan dalam jangka waktu itu semua adukan beton yang jatuh

disekitar kerucut harus dibersihkan.

5) Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas. Balikkan cetakan

dan diletakkan perlahan-lahan di samping benda uji.

Gambar 6.6. Foto Pengangkatan Cetakan - Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-7
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6) Diukur nilai slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan

dengan ketinggian 12 ± 2 cm. Dalam gambar 6.6 nilai slump 15 cm guna

mempermudah pengangkatan adukan beton menggunakan pompa ke lantai 13.

Gambar 6.7. Foto Pengukuran Nilai Slump- Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Tabel 6.1 Hasil Pengujian Slump Test

Mutu Beton Slump Test (cm)

Fc’ 35 12 ± 2

Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung barat

VI-8
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.8. Pengukuran Nilai Slump- Slump Test


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

2. Tes Uji Kuat Tekan (Compression Test / Crushing Test)

Test uji kuat tekan ini menggunakan metode berdasarkan SNI 03-1974-1990 mengenai

metode pengujian kuat tekan beton yang bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton

karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton

mengalami kehancuran).

Cara pengujian :

a) Silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dipersiapkan.

b) Cetakan silinder diletakkan pada pelat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi

dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton

dari cetakannya.

c) Adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test dimasukkan ke dalam cetakan

yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama.

VI-9
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.9. Benda uji Beton


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

d) Adukan beton ditusuk- tusuk sebanyak 10 kali tiap lapisan.

e) Bagian atasnya diratakan dan diberi kode tanggal pembuatan.

f) Didiamkan selama 24 jam dan direndam dalam air (curing) selama waktu tertentu,

kemudian diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan pengetesan beton pada usia

7, 14, dan 28 hari.

Gambar 6.10. Foto Perendaman Beton Dalam Air-Test Tekan


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-10
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
g) Tes uji beton dilakukan dengan mesin uji tekan yang dilakukan di batching plant.

h) Ambil benda uji dari bak perendam yang direndam selama 7, 14, dan 28 hari,

bersihkan dengan kain untuk menghilangkan kotoran yang menempel.

i) Menimbang berat benda uji dan menghitung luas permukaannya.

j) Benda uji diletakkan pada mesin tekan secara sentris.

k) Mesin tekan dioperasikan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2

sampai 4 kg/cm2 per detik.

Gambar 6.11. Foto Mesin Tekan Dijalankan-Test Tekan


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

l) Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur kemudian mencatat beban

maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

Tabel 6.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Mutu Umur Nilai Kuat Tekan rata-rata Persentase Kekuatan Beton

Beton Tes (Kg/cm²) (%)

Fc’ 35 28 Hari 763,75 100

Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat

VI-11
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.12. Foto Catatan Hasil Test Kuat Tekan Beton


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Dari tabel 6.2 dapat disimpulkan bahwa beton yang diproduksi memenuhi spesifikasi

yang telah disyaratkan Peraturan Beton Indonesia ( NI.2 – 1971 ), bahwa pada umur beton

28 hari, maka persentase kekuatan beton mencapai 100%

Pemilihan mutu beton seperti dalam spesifikasi bahan dimaksudkan agar tidak mengalami

pemborosan biaya serta aman untuk digunakan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat

teknis.

Mutu beton fc’ 35 Mpa digunakan untuk kolom lantai 10

b) Tulangan (Besi Beton)

Pemeriksaan tulangan dimaksudkan untuk mengetahui mutu tulangan yang

dipakai. Tulangan diambil sampel pada tiap jenis diameter tulangan sepanjang 1

meter. Setiap 1 meter besi mewakili 100 ton material besi yang datang. Sampel

tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kuat tarik

dan lengkung statis baja.Pemeriksaan tulangan yang dilakukan antara lain adalah :

VI-12
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

1. Pemeriksaan Visual Tulangan

Yaitu meliputi pemeriksaan diameter tulangan yang dipakai dengan jangka

sorong dan pemeriksaan tulangan terhadap adanya cacat luar.

2. Pengujian Tarik Tulangan

Pengujian tarik dilakukan terhadap sampel tulangan dengan berbagai diameter

dengan menggunakan mesin uji tarik sehingga didapatkan data regangan,

tegangan leleh maupun kuat tarik baja. Pengujianmutu besi tulangan ini

dilakukan oleh Laboratorium Uji Mekanik Balai Besar Teknologi Kekuatan

Struktur (B2TKS) BPPT ( Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ).

Gambar 6.13. Test Tarik Tulangan Beton


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

VI-13
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.14. Sample Test Tarik


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

Tabel 6.3 Hasil Pengujian Kuat Tarik Statis Tulangan

Diameter Ao σy σu ε
Kode Keterangan
(mm) (mm2) (N/mm2) (N/mm2) (%)

Ex. BjTS
10 78,5 433 611 21 sirip
CBS 40

Ex. BjTS
13 132,7 482 671 20 sirip
CBS 40

Ex. BjTS
16 201,0 488 672 20 sirip
CBS 40

Ex. BjTS
19 283,4 450 618 22 sirip
CBS 40

Ex. BjTS
22 379,9 461 638 20 sirip
CBS 40

Ex. BjTS
19 490,6 418 611 28 sirip
CBS 40

(B2TKS BPPT, 2018) Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat

VI-14
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Pemilihan mutu baja tulangan seperti dalam spesifikasi yang ada yaitu disesuaikan

dengan pembebanan yang ada sehingga konstruksi kuat karena memenuhi spesifikasi

pembebanan yang ada dan diameter yang sesuai sehingga tidak terjadi pemborosan biaya.

Mutu baja tulangan disesuaikan dengan yang diinginkan oleh pemilik proyek serta

tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis :

3. Pengujian lengkung statis tulangan

Pengujian lengkung statis dilakukan terhadap sampel tulangan dengan berbagai diameter

dengan menggunakan mesin uji lengkung statis sehingga didapatkan data gaya

maksimum yang dapat ditahan oleh tulangan sampai tulangan mengalami sudut lengkung

180º. Pengujian ini dilakukan oleh BPPT.

Tabel 6.4Hasil Pengujian Lengkung Statis Tulangan.

Diam Jarak Diameter Gaya Sudut

eter Tumpuan Penekan Maksimu Lengkung Kode Penampilan Keterangan

(mm) (mm) (mm) m (KN) (derajat)

Ex. Tidak siri


10 80 50 5,1 180 BjTS 40
MS Retak p

Ex. Tidak siri


13 104 65 11,2 180 BjTS 40
MS Retak p

Ex. Tidak siri


16 128 80 17,5 180 BjTS 40
MS Retak p

Ex. Tidak siri


19 152 95 22,4 180 BjTS 40
MS Retak p

Ex. Tidak siri


22 176 110 35,0 180 BjTS 40
MS Retak p

VI-15
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Ex. Tidak siri
25 200 125 40,0 180 BjTS 40
MS Retak p

Sumber : (B2TKS BPPT, 2014) Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat

Gambar 6.15.Test Lengkung Tulangan Beton


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

Gambar 6.16.Test Lengkung Tulangan Beton


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

6.2.1.2 Pengendalian Mutu Peralatan

Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu struktur,

kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, oleh karena itu

mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga dan

mengatur penggunaannya.
VI-16
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Kerusakan yang masih dapat ditangani oleh mekanik dapat dikerjakan sendiri,

sedangkan jika tingkat kerusakannya cukup parah diserahkan pada bengkel pusat.

Penggunaan peralatan pengganti perlu dipertimbangkan lebih lanjut agar efisiensi

waktu bisa tercapai.

Untuk alat pengecekannya pada SIA (Surat Izin Alat) dan SIO (Surat Izin Operasi)

nya apakah masih berlaku atau tidak.

6.2.2 Pengendalian Waktu (Time Control)

Pengendalian waktu proyek adalah cara megendalikan waktu pelaksanaan agar

waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana. Oleh karena itu penjadwalan

kegiatan proyek yaitu mengatur waktu pelaksanaan pekerjaan menjadi sangat

penting dalam rangka pengendalian waktu. Salah satu cara pengendalian waktu

adalah time schedule. Hal ini dibuat untuk mengatur jenis-jenis pekerjaan

sedemikian rupa, sehingga suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya dapat

saling berhubungan dan tidak saling tumpang tindih.

Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang

jumlahnya banyak, harus dijadwalkan sedemikian rupa agar tidak saling tunggu

antar suatu pekerjaan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan proyek.

Sehingga dibuatlah master schedule adalah untuk mencapai hasil fisik yang dapat

dipertanggung jawabkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

VI-17
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.17. Foto Absensi Karyawan manajemen konstruksi dengan metode paraf manual
(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Gambar 6.18. Foto Absensi Karyawan kontraktor dengan metode finger print
(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-18
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2.2.1 Master Schedule

a. Pembagian master schedule

1) Contruction schedule

Rencana waktu pekerjaan struktur dalam suatu proyek baik struktur

atas maupun struktur bawah.

2) Weekly schedule

Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu

oleh pekerjaan lapangan.

3) Monthly schedule

Rencana pekerjaan yang akan dilakukan dalam waktu satu bulan.

b. Fungsi Master Schedule

1) Sebagai sarana pengatur waktu.

2) Sebagai pedoman kerja bagi kontraktor.

3) Sebagai sarana kontrol bagi pencapai prestasi pekerjaan.

4) Sebagai dasar perhitungan dan penentuan sanksi-sanksi,

perpanjangan pekerjaan, denda dan lain sebagainya.

c. Keuntungan Master Schedule

1) Memudahkan pengaturan urutan kerja, kedatangan bahan dan tenaga

kerja.

2) Pelaksanaan pekerjaan menjadi lancar dan efektif.

3) Biaya pelaksanaan relatif menjadi lebih murah.

4) Mudah membuktikan jika ada gangguan-gangguan alam untuk

meminta perpanjangan waktu pelaksanaan.

5) Sewaktu-waktu dapat meneliti apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan rencana.
VI-19
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6) Lebih menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik dan teratur.

7) Memudahkan perhitungan hari-hari keterlambatan untuk setiap jenis

pekerjaan.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun master schedule

1) Biaya pelaksanaan

Dalam penyusunan masing-masing jenis pekerjaan yang

pelaksanaannya harus mempertimbangkan biaya pelaksanaan untuk

masing-masing item pekerjaan. Dengan demikian kontraktor dapat

memperkirakan waktu pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan

tersebut.

2) Metode pelaksanaan

Metode pelaksanaan dibuat untuk mengetahui pekerjaan yang harus

didahulukan, bersamaan waktunya dan yang menunggu

pengerjaannya hingga pekerjaan lainnya selesai.

3) Tenaga kerja

Kontraktor harus dapat menentukan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan

waktu yang telah direncanakan.

4) Peralatan

Penggunaan peralatan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi

waktu dan akan menunjang produktivitas tenaga kerja sehingga

pekerjaan dapat berjalan sesuai jadwal.

VI-20
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
5) Faktor cuaca

Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.

Untuk itu kontraktor harus dapat mengatasi masalah tersebut agar

tidak menghambat pelaksanaan proyek.

6.2.2.2 Bentuk Laporan

a. Laporan Harian

Laporan Harian dibuat setiap hari secara tertulis dan ditandatangani oleh

Supervisi dan disetujui oleh Manajer Konstruksi.

Laporan Harian berisi tentang jumlah dan macam alat yang dioprasikan,

pengadaan dan pemakaian bahan/material, kegiatan proyek yang

dilaksanakan. Tujuan dari laporan harian yaitu, mencegah keterlambatan

waktu pelaksanaan. Laporan harian juga berguna sebagai dasar pehitungan

pekerjaan tambahan atau pekerjaan kurang, perpanjangan waktu

pelaksanaan, denda dan lain sebagainya.

Keuntungan dari Laporan Harian yaitu:

a) Untuk perhitungan perpanjangan waktu pelaksanaan.

b) Untuk perhitungan pekerjaan tambah kurang.

c) Lebih menjamin tercapainya hal fisik yang lebih baik dan sesuai

dengan ketepatan syarat-syarat teknis.

d) Bahan-bahan, waktu dan tenaga kerja yang terbuang menjadi

berkurang.

VI-21
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.19. Foto Laporan Harian Pengawas


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

b. Laporan Minguan

Laporan Mingguan merupakan sebuah pertanggung jawaban dalam bentuk

tertulis mengenai kegiatan yang sudah dijalankan selama satu minggu

untuk kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis. Laporan mingguan ini

dibuat oleh kontraktor atau konsultan pengawas untuk diberikan kepada

owner atau pemilik proyek. Dengan adanya laporan ini maka proses

pelaksanaan pekerjaan dapat diarsipkan.

VI-22
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.20. Foto Laporan Mingguan Pengawas


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

c. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan merupakan kumulatif dari Laporan-laporan Harian yang

dibuat sebagai laporan kemajuan dari pekerjaan yang dilakukan dengan

mengacu pada time schedule. Laporan ini dibuat oleh Kontraktor setiap

minggu. Digunakan sebagai dasar di dalam rapat progress (rapat mengenai

kemajuan pekerjaan yang diadakan setiap minggu) untuk menentukan

seberapa jauh kemajuan pekerjaan yang terlah dicapai.

Laporan Bulanan berisi tentang rencana dan realitas kerja, jumlah dan

macam alat yang dioperasikan, pengadaan dan pemakaian bahan/material,

persetujuan gambar kerja yang diajukan, perkembangan pekerjaan serta

dokumentasi kegiatan proyek.

VI-23
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.21. Foto Laporan Bulanan Pengawas


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-24
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
d. Rapat Koordinasi

Rapat Koordinasi diadakan seminggu sekali dan dihadiri oleh semua pihak

yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek. Rapat Koordinasi berfungsi

untuk menyelesaikan masalah yang timbul di dalam pelaksanaan proyek

dan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja. Isi Rapat Koordinasi

membahas pekerjaan yang sedang berlangsung, membahas pekerjaan yang

akan berlangsung selama satu minggu ke depan dan juga membahas K3

proyek.

Gambar 6.22. Foto Undangan Rapat Koordinasi


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

VI-25
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek

Gambar 6.23. Foto Rapat Koordinasi


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

6.2.3 Pengendalian Biaya (Cost Control)

Pengendalian biaya adalah suatu sistem yang mengendalikan biaya pelaksanaan

proyek, apakah realisasi pengeluaran biaya sesuai dengan rencana anggaran

pelaksanaan proyek. Pada proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat – Alam

Sutra, pengendalian biaya dilaksanakan oleh pemilik proyek (owner).

6.2.4 Pengendalian Dokumen (Document Control)

Pengendalian dokumen adalah suatu sistem yang mengendalikan dokumen berupa

dokumen-dokumen proyek diantaranya mengendalikan gambar-gambar kerja

yang beredar di lapangan yang bersifat controlled.

VI-26
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2.5 Pengendalian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan dalam

pelaksanaan proyek pembangunan. Tenaga kerja yang ada harus dioperasikan

dengan baik agar diperoleh efisiensi kerja yang tinggi. Yang dimaksud dengan

tenaga kerja adalah setiap orang yang ikut serta dalam pelaksanaan suatu proyek.

Tenaga kerja yang terdapat dalam pelaksanaan pembangunan Rumah Susun

Stasiun Tanjung Barat sebagai berikut:

a. Tenaga ahli adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan

pengalaman dalam bidang konstruksi bangunan, yang sesuai dengan

pendidikannya.

b. Tenaga menengah adalah tenaga kerja yang mendapat pendidikan rata-

rata setingkat SMK dan diploma. Tenaga kerja ini antara lain bekerja

pada bidang administrasi, tenaga mekanik dan pelaksana lapangan.

c. Tenaga mandor adalah kepala pekerja yang memberi perintah langsung

kepada bawahannya (tenaga kasar/buruh) pada bidang pekerjaan

tertentu. Pada proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat mandor

membawahi beberapa bidang pekerjaan khusus yaitu pekerjaan

bekisting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan beton.

d. Tenaga tukang adalah tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya

berdasarkan pengalaman kerja, diantaranya adalah tukang besi, tukang

batu dan tukang cor beton.

VI-27
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
6.2.6 Pengendalian Alat dan Material

Perusahaan pembangunan sangat memerlukan pengontrolan yang teratur dan teliti

supaya bisa diketahui cukup atau tidaknya stok alat dan bahan digudang dan

ditempat penyimpanan barang. Alat dan bahan yang masuk dan keluar harus

dicatat secara teliti berikut ukuran, merek dan jumlah volumenya. Catatan barang-

barang diperlukan untuk pengontrolan stok dan kalkulasi. Berikut adalah

pengertian material schedule, schedule pengiriman barang dan equipment

schedule:

Gambar 6.24. Foto Laporan Penggunaan Peralatan


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

a. Material schedule adalah rencana pemakaian bahan/material untuk

suatu pekerjaan mencakup jumlah sesuai dengan pekerjaan yang

dilaksanakan.

b. Schedule pengiriman barang adalah rencana pengiriman barang oleh

supplier.

c. Equipment schedule adalah rencana pemakaian peralatan sesuai dengan

kebutuhan serta waktu pemakaiannya.

VI-28
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Pengontrolan alat dan bahan bangunan di gudang sebaiknya dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Bukti penerimaan barang

Bukti penerimaan barang dipakai jika barang diterima di dalam gudang

dan diisi sesuai dengan banyaknya barang yang diterima, bukti ini

diberikan untuk supplier dari bagian gudang sebagai bukti bahwa

supplier telah mengirimkan barang sesuai dengan pesanan. Bukti ini

ditandatangani oleh yang menyerahkan barang (supplier), yang

menengetahui dalam penerimaan barang dan yang menerima barang.

b. Nota penerimaan barang

Nota penerimaan barang dipakai untuk meminta barang dari bagian

gudang, diisi sesuai dengan jumlah dan jenis barang tersebut. Surat ini

ditandatangani oleh bagian gudang dan penerimaan barang.

Gambar 6.25. surat masuk material


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

VI-29
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
c. Surat permintaan barang

Surat permintaan barang ini digunakan untuk meminta barang. Surat ini

ada dua jenis, yaitu untuk meminta barang ke kantor pusat dan untuk

meminta barang kebagian logistik. Surat ini ditandatangani oleh pihak

manager lapangan, ketua bagian teknis dan ketua bagian pelaksana.

d. Kartu stok

Kartu stok berisikan tentang informasi barang-barang yang ke luar atau

masuk ke gudang, atau bisa dikatakan kita dapat mengetahui jumlah

dan jenis barang apa saja yang terdapat di dalam gudang/stok barang.

6.2.7 Pengendalian K3

Pada setiap proyek, selalu ditandai keterlibatan sumber daya. Salah satunya

meliputi tenaga kerja dengan berbagai latar belakang sosial, tingkat pendidikan,

dan karakter kepribadiannya. Jadi sangatlah mungkin kalau terjadi kesalahan –

kesalahan yang bisa mengganggu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Maka

pada program pelaksanaan proyek perlu dilaksanakan tindakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3).

Gambar 6.26. Safety Talk (briefing pekerja)


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

VI-30
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
Semua Pekerja yang masuk ke dalam lingkungan proyek diwajibkan untuk

memakai alat pelindung diri.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja

maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja

dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif

apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga

dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja

dapat secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari sehingga dapat

meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas pekerjaan. Pengendalian K3 dalam

Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat yaitu :

a. Implementasi K3:

1) Training K3 untuk proyek.

2) Komunikasi dan konsultasi atau safety meeting.

3) Rencana tanggap darurat.

b. Pembuatan safety plan.

c. Pemasangan alat pemadam kebakaran.

d. Checking & corrective action.

Penerapan K3 pada proyek ini dapat dikategorikan memenuhi syarat. Hal ini dapat

dilihat dari sebagian besar pekerja yang memakai APD (Alat Pelindung Diri)

seperti helm proyek, rompi, dan safety shoes.

Setiap pekerja yang akan bekerja di lingkungan proyek diwajibkan mengikuti

toolbox meeting untuk mendapatkan arahan pekerjaan yang harus dilakukan pada
VI-31
Bab VI Kemajuan Pekerjaan dan Pengendalian Proyek
hari itu oleh supervisor. Hal ini bertujuan untuk dapat mengontrol tahapan kerja

dan dapat bekerja dengan aman.

Gambar 6.27. Safety Induction (Pengenalan Proyek)


(Sumber : Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat)

VI-32

Anda mungkin juga menyukai