Anda di halaman 1dari 34

Bab V Metode Pelaksanaan Struktur Atas

BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Uraian Umum

Metode pelaksanaan proyek konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam

mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek yaitu

dapat mencapai biaya, mutu/kualitas dan waktu yang efektif dan efisien. Sehingga

aspek teknologi seringkali diterapkan dalam metode pelaksanaan yang memiliki

peran tersendiri dalam menunjang pencapaian sasaran proyek. Pada saat

menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak

sesuai dengan perencanaan maka diperlukan suatu metode terobosan untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan kata lain semua tahapan pekerjaan

memiliki metode pelaksanaan yang telah disesuaikan dengan peruntukan proyek

(baik proyek gedung, bendungan, jalan layang, dsb.) dan desain konsultan

perencana.

Hal yang mempengaruhi metode pelaksanaan konstruksi gedung bertingkat

meliputi :

a. Kondisi Lokasi Proyek

b. Lingkungan Sekitar Lokasi Proyek

c. Jalur Akses ke Lokasi Proyek

d. Volume Pekerjaan

e. Ketersediaan Material dan Bahan Bangunan

f. Ketersediaan Peralatan dan Alat Berat

g. Ketersediaan Sumber Daya Manusia


V-1
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

h. Tingkat Kualitas yang Dibutuhkan

i. Jadwal Pelaksanaan Proyek Konstruksi, dan

j. Pelaksanaan Proyek Konstruksi

5.2 Pekerjaan Persiapan

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam persiapan sebelum pelaksanaan

pada tahap konstruksi di dalam sebuah proyek, di antara nya :

5.2.1 Survey Lokasi Proyek dan Proses IMB

Pada tahapan ini dilakukan survey terhadap lokasi proyek, baik itu akses

maupun kondisi proyek. Kemudian owner harus melakukan tahap Perizinan

Melakukan Pembangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan dari pemerintah

setempat, dan setelah di approve oleh pihak berwenang maka owner baru

boleh melakukan pembangunan yang dilanjutkan oleh tahap persiapan

lainnya.

5.2.2 Site Planning

Pekerjaan site planning terdiri dari :

 Pembuatan Pagar dan Papan Nama Proyek

 Pembersihan Lokasi Proyek

 Pembangunan Kantor dalam Lokasi Proyek

 Pembangunan Ruang Penyimpanan dan Pabrikasi

 Pembuatan Barak Pekerja

 Pembuatan Pos Keamanan

V-2
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

5.2.3 Pembuatan Shop Drawing

Shop drawing adalah gambar teknis lapangan yang digunakan sebagai

acuan pelaksanaan pekerjaan. Shop drawing ini dibuat oleh kontraktor,

yang diajukan approval terlebih dahulu ke MK/Konsultan

Pengawas/Owner, sebelum dikerjakan.

5.2.4 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

Kebutuhan sumber daya ini tidak hanya dari segi tenaga kerja, namun juga

dari segi pasokan listrik dan air yang dibutuhkan oleh kontraktor selama

pelaksanaan proyek konstruksi.

5.2.5 Pengadaan Material dan Bahan Bangunan

Pengadaan pasokan material yang dibutuhkan harus selalu berjalan baik

selama pelaksanaan proyek konstruksi. Dalam tahap ini kontraktor perlu

memberikan perhatian khusus dalam memasok kebutuhan material, karena

seringkali pemasokan yang tidak sesuai (mengalami keterlambatan

pengadaan atau harga material yang tidak sesuai RAB pada kontrak) dapat

mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada tahap berikutnya.

V-3
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.1. Foto aktvitas Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Gambar 5.2. Foto Surat Jalan Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

V-4
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.3. Foto Memasok Bataco Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Gambar 5.4. Foto Memasok Semen Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.2.6 Mobilisasi dan Demobilisasi

Mobilisasi merupakan tahapan persiapan di mana pasokan sumber daya

seperti tenaga kerja, material dan alat berat dibawa ke lokasi proyek dan

siap untuk digunakan. Sedangkan Demobilisasi merupakan tahapan di

V-5
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

mana alat dan material yang tersisa harus dikeluarkan atau dibersihkan dari

lokasi proyek saat pelaksanaan proyek telah mencapai 100% atau telah

selesai.

5.2.7 Pengukuran Awal Pelaksanaan Proyek

Pengukuran adalah tahap awal dalam melaksanakan proyek konstruksi.

Dimana dalam tahap ini kontraktor melakukan pengukuran titik-titik

koordinat, yang bertujuan mencari ketepatan koordinat dan elevasi untuk

struktur bangunan. Pengukuran titik-titik koordinat dilakukan dengan alat

ukur Total Station dan pengukuran elevasi dilakukan dengan alat ukur

Theodolite.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan persiapan adalah:

a. Melakukan koordinasi dan perizinan dalam proses persiapan yang

bersangkutan dengan legalitas pelaksanaan, agar tidak

mengganggu proses konstruksi.

b. Pihak yang terkait dengan tahap persiapan harus membuat urutan

pelaksanaan pekerjaan dan area pekerjaan, dengan berbagai

pertimbangan sehingga diperoleh pelaksanaan kerja yang efektif

dan efisien. Pertimbangan ini dilihat dari Volume Pekerjaan yang

disesuaikan dengan Schedule Proyek.

5.3 Pekerjaan Struktur Atas (Upper Structure)

Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di

atas muka tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok, dinding, tangga,

shear wall, core wall yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.

Berikut metode pelaksanaan pekerjaan kolom, balok, dan pelat lantai :


V-6
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

5.3.1 Pekerjaan Kolom

Pekerjaan
Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Perawatan dan
Pembongkaran
Marking Garis Pembesian Bekisting Pengecoran Repairing
Bekisting
Beton

Diagram 5.5. Pekerjaan Kolom

5.3.1.1 Pekerjaan Marking Garis

Marking adalah salah satu item pekerjaan surveyor di lapangan

yang seringkali dibutuhkan pada setiap pekerjaan struktur dan

arsitektur, sebagai panduan di lapangan untuk memulai pekerjaan

yaitu memplot gambar dan ukuran pasangan dinding unit dan

gambar kerja ke lantai kerja. Dimaksimalkan agar setiap pekerjaan

atau pemasangan sesuai dengan gambar kerja. Dalam bentuk

desain, ukuran, penempatan ruang secara presisi bisa dicapai.

Peralatan Marking

 Theodolite/Waterpass

 Rambu Ukur

 Unting-unting

 Alat Ukur

V-7
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Langkah Kerja

1. Siapkan kebersihan area lantai kerja dari debu, sampah, dan

air, usahakan agar tetap kering agar tinta sipatan bisa

menempel sempurna di lantai dan tidak mudah hilang.

2. Sebar as grid gedung dari silang koordinat central line di empat

sudut gedung. Biasanya ditiap lantai telah disediakan saat

pekerjaan struktur berupa sparing ukuran 20 cm x 20 cm untuk

keperluan pemindahan as dari lantai ke lantai agar vertikality

tetap terjaga. Langkah ini menggunakan theodolite.

Tempatkan pula di as grid di kolom/shear wall. (Penentuan

grid line disaksikan oleh direksi).

3. Setelah as grid tersebar di lantai barulah marking pasangan

kolom unit dikerjakan, sebagai alatnya digunakan sipatan tinta

dasar warna hitam. Garis sipatan dibuat untuk posisi pasangan

kolom dan pinjaman garis untuk mempermudah proses

pengkuran selanjutnya juga garis markingan dibuat di dinding

existing untuk menjaga vertikality saat pemasangan.

Langkah Akhir

1. Setelah selesai di marking, pengecekan ulang/cross check

kembali dilakukan guna meminimalisir kesalahan yang selalu

ada selama proses pengukuran. Review pekerjaan tidak semata

dilakukan survey tetapi dibantu oleh supervisor dan disaksikan

oleh direksi.

V-8
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.6. Foto Marking Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.3.1.2 Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesian tulangan adalah proses perakitan tulangan

hingga proses pemasangan dan penyambungan tulangan. Proses

perakitan tulangan dilakukan di tempat berbeda dari lokasi

pekerjaan strukutur-struktur yaitu di Los Besi. Berikut tulangan

yang digunakan :

 Tulangan utama pada kolom yang digunakan D32-D22

 Tulangan sengkang atas/bawah mengunakan besi ulir D10-

D19

 Tulangan sengkah tengah (tulangan kait) menggunakan

besi ulir D13-D25

 Tulangan polos type BJTP 24 (fy = 240 Mpa) untuk D < 10

mm

V-9
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

 Tulangan ulir type BJTD 40 (fy = 400 Mpa) untuk D > 10

mm

Sebagai penyambung antar tulang berupa kawat bendrat dengan

tebal 1 mm dan besi Coupler.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Kolom adalah sebagai

berikut :

1. Pengadaan material besi.

2. Kebutuhan tulangan utama dan sengkang dapat disesuaikan

terlebih dahulu ukurannya sebelum pemasangan. Jika panjang

besi melebihi dari gambar kerja, besi dapat dipotong dengan

menggunakan Bar Cutter seperti gambar 4.1.7, dan untuk

tulangan sengkang dan tulangan sengkang kait dibutuhkan

pembengkokan, maka besi dapat dibengkokkan sesuai dengan

standar pembengkokkan 135° dan 90° dengan menggunakan

Bar Bender seperti pada gambar 4.1.6.

3. Perakitan tulangan kolom di los besi.

4. Tulangan yang selesai dirakit, dibawa ke lokasi titik koordinat

pekerjaan kolom dengan tower crane dan ditempatkan pada

posisi yang telah dimarking.

5. Penyambungan tulangan, proses penyambungan tulangan pada

kolom menggunkan metode penyambungan konvensional

(LapSlice) dengan standar spesifikasi teknis dari perencana

yaitu dengan panjang lewat sebesar 47 kali diameter tulangan.

V-10
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.7. Foto Sambungan Tulangan Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

6. Kemudian pada daerah tumpuan, dipasang tulang sengkang

dengan diameter tulangan D10 diletakkan lebih rapat setiap

jarak 100 mm sepanjang 1/4 LD bentang kolom. Hal ini

disebabkan karena adanya gaya geser yang semakin besar pada

daerah tumpuan. Sedangkan di daerah lapangan, sengkang

cukup diletakkan lebih renggang pada jarak kisaran 150 – 200

mm.

7. Tulangan sengkang maupun tulangan sengkang ikat dikaitkan

dengan menggunakan kawat bendrat guna menjaga sambungan

agar tidak lepas saat pengecoran.

8. Sebelum dilakukan pemasangan bekisting, tulangan kolom

diberi beton decking dengan ketebalan sesuai selimut beton.

Untuk kolom, selimut beton yang digunakan setebal 40 mm.

Pemasangan beton decking difungsikan menjaga kelurusan

V-11
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

tulangan saat pengecoran dan menjadi area kedudukan bagi

selimut beton.

5.3.1.3 Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan bekisitng merupakan pekerjaan pembuatan cetakan

beton agar sesuai dengan bentuk dan dimensi yang telah

direncanakan. Bekisting umumnya terdiri alas perancah dan

cetakan beton. Pada proyek pembangunan rancang bangun rusun

umum bekisting kolom yang digunakan menggunakan rangkaian

dari Plywood Phenolic 15 mm, Tierod, Wingnut dan besi Hollow

ukuran 50 x 50 mm.

Gambar 5.8. Foto Wingnut dan Besi Hollow Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

V-12
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.9. Foto Tierod Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Gambar 5.10. Foto Plywood Phenolic 15mm Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

V-13
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.11. Foto Bekisting Kolom Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Kolom adalah sebagai

berikut :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan

bekisting kolom.

2. Marking bekisting kolom dengan memasangkan sepatu kolom

berupa profil baja siku L 30.30.3 yang dilas ke sengkang kolom

dan pasang Base Plate For RSS pada jarak 1600 mm dari

sepatu kolom.

3. Permukaan dalam bekisting diberi Plywood Phenolic dengan

ketebalan 15 mm.

4. Olesi bekisting plywood phenolic dengan Oil Form.

5. Angkat panel bekisting knock down dengan menggunakan

tower crane dan tempatkan tepat pada garis marking bekisting.

V-14
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

6. Atur ketegakkan dan kelurusan panel menggunakan skur dan

pengecekan kelurusan menggunakan unting-unting.

7. Kemudian pesangan kunci bekisting yaitu wingnut dan tierod

5.3.1.4 Pekerjaan Pengecoran Kolom

Sebelum melakukan pengecoran pada kolom, langkah teknis yang

harus di perhatikan yaitu :

1. Pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap.

Hal ini dilakukan oleh seorang QC (Quality Control).

2. Jika sudah dilakukan pengecekan maka langkah selanjutnya

adalah mengisi surat izin cor.

3. Menyerahkan surat izin cor kepada pengawas MK.

4. Melakukan pengecekan ulang bersama pengawas MK.

5. Jika hasil pengecekan sudah disepakati atau sudah memenuhi

syarat, selanjutnya penandatanganan surat izin cor lalu area cor

siap dilakukan.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Kolom adalah sebagai

berikut :

1. Periksa kebersihan pada sambungan atau pada batas

pengecoran.

2. Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang

akan dicor disiram dengan menggunakan Calbond (bahan

perekat berupa air semen).

3. Siapkan Concrete Bucket dan Concrete Pump untuk pekerjaan

pengecoran.

V-15
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

4. Beton Ready Mix dari Batching Plant PT. Adhimix Precast

Indonesia dengan mutu beton fc’ 50 Mpa (Basement – Lantai

7), fc’ 45 Mpa (Lantai 8 – Lantai 23), fc’ 35 Mpa (Lantai 24 –

Lantai 49), fc’ 30 Mpa (Lantai 49 – Lantai Atap).

5. Beton yang telah datang dituangkan ke dalam gerobak dorong

untuk dilakukan uji slump beton (Uji kekentalan dan kualitas

beton).

6. Uji slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan

untuk menentukan konsistensi/kekakuan dari campuran beton

segar (Fresh Concrete) untuk menentukan workability nya.

Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukan berapa

banyak air yang di gunakan, untuk itu uji slump menunjukan

apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.

Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu

beton rendah dan lama mengering. Sedangkan campuran beton

yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit

untuk dicetak. Toleransi nilai slump pada cetakan adalah ± 2

cm. Tinggi cetakan – tinggi rata rata benda uji = Nilai slump.

Gambar 5.12. Hasil Uji Slump Test

V-16
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

7. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton Ready Mix

dituang kedalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci agar

tidak tumpah kemudian diangkut dengan menggunakan tower

crane.

8. Pekerja yang akan melakukan pekerjaan pengecoran

diharuskan terlebih dahulu memakai perlengkapan K3.

9. Setelah concrete bucket tiba di lokasi pengecoran, tutupnya

dibuka dan beton dituangkan ke dalam bekisting dengan

menggunakan Concrete Pump.

10. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan

ketentuan ≤ 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghidari agregat

kasar terlepas dari adukan beton.

11. Proses pengecoran dilakukan setiap layer atau bertahap. Pada

tahap pertama pengecoran dilakukan setinggi ± 1,5 m, dan

pada tahap kedua dilakukan sesuai dengan elevasi yang telah

ditentukan.

12. Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator.

13. Kemudian pekerja membersihkan sisa beton yang tumpah.

Setelah selesai melakukan pengecoran, lakukan kegiatan Curing.

Ketentuan dalam pengecoran dan curing beton, sebagai berikut :

1. Concrete Vibrator sedapat mungkin dimasukkan ke dalam

adukan beton dengan posisi yang vertikal, tetapi dalam

keadaaan khusus boleh dimiring sampai dengan ketentuan

V-17
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

yang berlaku. Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan

menyebabkan pemisahan agregat.

2. Concrete Vibrator dijaga agar tidak mengenai bekisting,

tulangan kolom atau bagian beton yang mulai mengeras. Untuk

menghindari hal ini posisi vibrator dibatasi maksimum 5 cm

dari bekisting.

3. Concrete Vibrator dihentikan apabila adukan beton mulai

kelihatan mengkilap disekitar Concrete Vibrator tersebut dan

pada umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik getaran.

Gambar 5.13. Foto Pengecoran Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.3.1.5 Pembongkaran Bekisting Pada Kolom

Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom dilakukan apabila beton

telah cukup umur yakni 7-8 jam pada kondisi yang sangat kritis.

Pembongkaran bekisting harus mendapat izin terlebih dahulu dari

pengawas proyek atau MK. Beton dikatakan cukup umur adalah

V-18
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

beton yang dapat menahan berat sendiri dan beban dari luar.

Bekisting yang telah dibongkar dibersihkan dari sisa-sisa beton

yang melekat dan disimpan pada tempat yang terlindung untuk

menjaga bekisting supaya bisa digunakan untuk pekerjaan

selanjutnya.

Proses pembongkaran bekisting kolom merupakan tahap terakhir

dari pekerjaan kolom, berikut urutan prosesnya :

1. Kendorkan semua wing nut atau baut yang terdapat pada

bekisting.

2. Kendorkan Kicker Brace dan secara bersamaan bekisting

kolom akan lepas dengan sendirinya dari muka beton.

3. Bekisting kolom kemudian diangkat dan dipindahkan. Dapat

dipasangkan pada titik kolom berikutnya dengan

menggunakan tower crane. Sebelumnya bekisting diberi alas

muka atau bekisting dalam berupa Plywood dan diolesi oli

pelumas.

V-19
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.14. Foto Pemasangan Bekisting Kolom Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.3.1.6 Perawatan atau Curing Beton Kolom

12 Jam setelah pengecoran kolom bekisting boleh dilepas dan

dilakukan pelaksanaan perawatan beton atau curing beton di

proyek ini curing beton dilakukan dengan menyemprot permukaan

pelat beton dengan lapisan khusus (compound), kemudian

memproteksi pelat dengan geotextile non woven. perawatan

dilakukan minimal selama 3 (tiga) hari. Hal ini dilakukan untuk

merawat beton agar tidak terlalu cepat kehilangan air atau menjaga

kelembaban beton, suhu beton, dan memperbaiki beton apabila

terjadi keretakan.

V-20
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

5.3.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

Pekerjaan
Pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Perawatan dan
Pembongkaran
Marking Garis Bekisting Pembesian Pengecoran Repairing
Bekisting
Beton

Diagram 5.15. Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

Pekerjaan balok dan pelat dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah

selesai dikerjakan. Pada proyek pembangunan rancang bangun rusun

umum ini sistem yang dipakai adalah konvensional. Balok yang

digunakan memiliki type yang berbeda-beda. Balok terdiri dari 2 macam

yaitu balok utama (balok induk) dan balok anak. Semua pekerjaan balok

dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang direncanakan.

5.3.2.1 Pekerjaan Marking Garis

Pekerjaan ini dilakukan oleh surveyor bertujuan untuk

mengatur/memastikan ketinggian balok dan pelat dengan

menggunakan alat theodolite.

V-21
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.16. Foto Pengerjaan Marking Garis Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.3.2.2 Pekerjaan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

Pembuatan panel bekisting harus sesuai dengan yang tertera pada

shop drawing.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

adalah sebagai berikut :

1. Lakukan pekerjaan pengukuran dan pengecekan. Hal ini

bertujuan untuk menentukan as, elevasi, dan mengatur serta

memastikan kerataan kedudukan balok dan pelat yang ada

pada shop drawing.

2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Balok, antara lain :

a. Persiapkan bahan dan material yang akan digunakan pada

pekerjaan bekisting balok. Umumnya tebal bekisting

tembereng balok lebih tebal dibandingkan dengan

bekisting bottom balok. Hal ini dikarenakan adanya gaya

tekan beton pada daerah tembereng bekisting yang

memungkinkan terjadinya pergeseran atau kerusakan pada

bekisting tersebut. Dalam proyek ini bekisting yang


V-22
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

digunakan adalah bekisting Plywood Polyfilm dengan

ketebalan 15 mm

b. Kemudian PCH disusun berjajar dengan jarak masing –

masing 100 cm sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

c. Atur Base Jack atau U-head Jack untuk ketinggian PCH

balok.

d. Pada U-head dipasang balok kayu atau Girder ukuran 6/12

sejajar dengan arah Cross Brace.

e. Diatas Girder dipasang balok suri atau biasa disebut balok

kaso dengan ukuran 5/7 disetiap jarak 60 cm kearah

melintangnya.

f. Pasangkan bekisting Plywood Polyfilm 15 mm sesuai

dengan dimensi balok pada shop drawing.

g. Kencangkan skur atau baja penahan bekisting balok

dengan lockin pin.

3. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Pelat, antara lain :

a. Persiapkan bahan dan material yang akan digunakan pada

pekerjaan bekisting pelat. Umumnya tebal bekisting pelat

sama dengan tebal bekisting bottom balok yaitu dengan

menggunakan Plywood Polyfilm ukuran 15 mm.

b. PCH disusun berjajar sama dengan PCH untuk balok.

Karena elevasi pelat lebih tinggi daripada balok maka PCH

untuk pelat juga lebih tinggi daripada balok dan diperlukan

main frame tambahan dengan menggunakan Joint Pin.

V-23
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Ketinggian PCH pelat diatur oleh Base Jack dan U-head

Jack.

c. Pada U-head dipasang balok kayu atau Girder ukuran 5/7

sejajar dengan arah Cross Brace.

d. Pasang slab baja diatas Girder sebagai pemikul beban

beton pada pelat saat pengecoran.

e. Kemudian dipasang Plywood Polyfilm dengan tebal 15 mm

atau pengunaan metal deck sebagai alas pelat. Plywood

dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga

yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.

f. Semua bekisting yang telah rapat terpasang, kemudian

diolesi dengan pelumas agar beton tidak menempel pada

bekisting. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah

dalam pekerjaan pembongkaran dan menjaga bekisting

masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan

berikutnya.

4. Pekerjaan Pengecekan pada Bekisting

Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat selesai,

dilakukan pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan

pelat dengan menggunakan waterpass. Jika semua sudah

memenuhi syarat dan telah di check oleh MK maka bekisting

balok dan pelat sudah siap untuk pekerjaan pembesian.

V-24
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.17. Foto Pengecekan Pada Bekisting Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.3.2.3 Pekerjaan Pembesian Balok dan Pelat

1. Pekerjaan Pembesian pada Balok

a. Sebelum dilakukan pembesian pada lokasi pekerjaan

balok, tulangan disesuaikan ukurannya dengan desain

penulangan balok pada shop drawing seperti tulangan

utama, tulangan sengkang, dan tulangan sengkang ikat

yang memiliki diameter tulangan yang berbeda-beda. Pada

daerah tumpuan atau daerah lapangan dengan panjang

tulangan yang berbeda harus disesuaikan berdasarkan

kebutuhan perencanaan dapat dipotong menggunakan alat

pemotong besi yaitu Bar Cutter, dan dan untuk tulangan

tulangan sengkang yang harus terlebih dahulu dipabrikasi

dengan menggunakan alat Bar Bender untuk membentuk

membengkokan tulangan sebesar 45° dan 90°.

V-25
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.18. Foto Detail Kait Sengkang Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

b. Penjangkaran Tulangan yaitu pada bagian ujung tulangan

balok sepanjang 2/3 lebar kolom + 47D akan dimasukan ke

dalam bagian pembesian kolom dan diberi kaitan sebesar

12db.

Gambar 5.19. Foto Detail Kait Penyaluran Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

V-26
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.20. Foto Detail Kait Penyaluran Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

c. Setelah pembesian selesai dirakit, pasang beton decking

untuk selimut beton dengan tebal 40 mm pada alas dan sisi

samping balok lalu diikat dengan menggunakan kawat

bendrat.

d. Berdasarkan analisis bidang momen suatu struktur,

pembesian harus memperhatikan kedudukannya.

Kedudukan pembesian akan mempengaruhi kinerja dari

struktur tersebut. Umumnya kedua ujung balok yang

mengikat pada kolom atau biasa disebut daerah tumpuan

(1/4 L bentang arah kiri + 15D dan 1/4 L bentang arah

kanan + 15D) akan mengalami momen negatif pada serat

bawah balok. Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik pada

serat atas balok dari beban yang bekerja ditengah bentang

sehingga menyebabkan serat bawah pada daerah tumpuan

tertekan. Jumlah tulangan, diameter, dan jarak sengkang


V-27
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

pada daerah ini perlu diperhitungkan sesuai dengan

kebutuhan kekuatan struktur. Sedangkan pada tengah

bentang balok atau biasa disebut daerah lapangan (1/2 L

bentang balok + 20D) akan mengalami momen positif pada

serat bawah balok. Namun pada daerah ini sengkang yang

digunakan berjarak lebih renggang dibanding dengan

sengkang yang akan digunakan untuk daerah tumpuan.

V-28
Bab V Metode Pelaksanaan Struktur Atas

Gambar 5.21. Standar Penulangan Pada Balok Induk dan Jarak Sengkang Untuk Balok Induk

Gambar 5.22. Standar Penulangan Pada Balok Anak dan Jarak Sengkang Untuk Balok Anak

V-29
Bab V Metode Pelaksanaan Struktur Atas
2. Pekerjaan Pembesian pada Pelat

a. Setelah perakitan besi balok selesai, pembesian pelat

dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap.

Besi tulangan diangkat dari gudang pengadaan dengan

menggunakan tower crane.

b. Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu.

Dilanjutkan tulangan atas kemudian pasang tulangan

ukuran D10-250.

c. Untuk posisi pada atas balok tulangan pelat diletakan di

atas tulangan balok.

d. Letakan cakar ayam diantara tulangan atas dan tulangan

bawah guna mengatur jarak anatar tulangan atas dan

bawah.

e. Letakan beton deking setebal 20 mm diantara tulangan

bawah pelat dengan bekisting.

3. Pekerjaan Pengecekan Pembesian pada Balok dan Pelat

Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat dianggap selesai,

kemudian diadakan pekerjaan checklist oleh pengawas atau

inspektor konstruksi. Adapun hal yang diperiksa untuk

pembesian sebagai berikut :

a. Jumlah tulangan utama.

b. Diamater tulangan.

c. Jarak antar tulangan.

d. Jumlah dan jarak tulangan sengkang.

V-30
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

e. Jumlah dan jarak tulangan ekstra.

f. Lokasi plumbing seperti Gutter.

g. Penempatan Beton Decking.

h. Kebersihan lokasi.

Pengecekan dilakukan untuk mencocokan kondisi lapangan

dengan shop drawing sebelum dilakukan pekerjaan

pengecoran. Kelalaian dalam pekerjaan pembesian tidak bisa

diperbaiki apabila sudah terlanjur dilakukan pengecoran.

Kelalaian ini dapat berupa kesalahan penempatan jarak antar

tulangan, diameter yang tidak sesuai dengan shop drawing

sehingga dapat menyebabkan kegagalan struktur.

Gambar 5.23. Foto Pengecekan Pembesian Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

5.3.2.4 Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat

Pengecoran balok dan pelat dilakukan apabila pekerjaan bekisting

dan pembesian balok dan pelat telah selesai dikerjakan dan telah

mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari konsultan

pengawas.

V-31
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat adalah

sebagai berikut :

1. Quality Control membuat surat izin pelaksanaan pengecoran

balok dan pelat kepada konsultan pengawas.

2. Periksa kebersihan lokasi balok dan pelat sebelum pengecoran.

3. Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang

akan dicor disiram dengan menggunakan Calbond (bahan

perekat berupa air semen).

4. Siapkan Concrete Bucket dan Concrete Pump untuk pekerjaan

pengecoran.

5. Beton Ready Mix dari Batching Plant PT. Adhimix Precast

Indonesia dengan mutu beton fc’ 40 Mpa (Basement – Lantai

7), fc’ 35 Mpa (Lantai 8 – Lantai 23), dan fc’30 Mpa (Lantai

24 – Lantai Atap).

6. Beton yang telah datang dituangkan kedalam gerobak dorong

untuk dilakukan uji slump beton (uji kekentalan dan kualitas

beton).

7. Lakukan uji slump dengan hasil nilai slump 12 ± 2 cm.

8. Jika diperlukan pada pelat khusus, beton diberikan bahan

Intregral Waterproofing. Bahan ini digunakan pada struktur

yang mengharuskan struktur tersebut kedap terhadap air.

Lakukan kembali uji slump dengan nilai slump 16 ± 2 cm.

9. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton ready mix

dituang ke dalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci

V-32
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

agar tidak tumpah kemudian diangkut dengan menggunakan

tower crane.

10. Pekerja yang akan melakukan pekerjaan pengecoran

diharuskan terlebih dahulu memakai perlengkapan K3.

11. Setelah concrete bucket tiba di lokasi pengecoran, tutupnya

dibuka dan beton dituangkan kedalam bekisting dengan

menggunakan Concrete Pump.

12. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan

ketentuan ≤ 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghidari agregat

kasar terlepas dari adukan beton.

13. Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator.

14. Proses perataan menggunakan alat trowel dan menaburkan

floorhardener. Untuk mendapatkan permukaan plat lantai yang

rata dan halus.

15. Lakukan tahapan finishing dilanjutkan dengan perawatan

beton.

Gambar 5.24. Foto Pengecoran Balok dan Plat Di Area Proyek


(Sumber: Proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat, 2019)

V-33
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

5.3.2.5 Perawatan atau Curing pada Balok dan Pelat

Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu

beton tetap baik dilakukan perawatan beton. Perawatan yang

pertama dilakukan adalah Pada balok dan plat lantai beton

disemprotkan lapisan khusus (coumpon) pada permukaan nya dan

dicuring dengan melapisi bagian atas balok dan plat menggunakan

Geotextile untuk menjaga kelembaban beton. Perawatan dilakukan

minimal 3 hari.

5.3.2.6 Pembongkaran Bekisting dan Perancah

Pembongkaran bekisting dan perancah balok dan pelat dilakukan

14 hari setelah pengecoran atau seetara dengan umur beton 88%.

Hal ini didasarkan pada nilai kuat tekan beton yang mampu

terbebani pada umur 14 hari dan interpolasi kuat tekan beton pada

umur beton 28 hari dalam arti usia beton sudah mencapai tingkat

maksimal 100%. Pada umur 14 hari struktur beton dan pelat dapat

dikatakan sudah mampu menahan beban sendiri dan beban dari

luar.

V-34

Anda mungkin juga menyukai