Disusun Oleh :
Tim Laboratorium Teknik Sipil
Bismillaahirohmaanirrohiim
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah Yang Dihadapi
1.3 Ruang Lingkup Praktikum
1.4 Standar Pengujian
1.5 Sistematika Pelaporan
BAB II PEMERIKSAAN AGREGAT
2.1. Agregat Halus
2.1.1 Metoda Pengambilan Sampel
2.1.2 Penentuan Bulking Factor
2.1.3 Penentuan Kadar Air
2.1.4 Penentuan Kadar Silt Dan Clay
2.1.5 Analisa Saringan
2.1.6 Penentuan Specific Gravity Dan Absorbsi
2.1.7 Penentuan Berat Isi
2.2 Agregat Kasar
2.2.1 Metoda Pengambilan Sampel
2.2.2 Penentuan Kadar Air
2.2.3 Penentuan Kadar Silt Dan Clay
2.2.4 Analisa Saringan
2.2.5 Specific Gravity Dan Absorpsi
2.2.6 Penentuan Berat Isi
2.2.7 Shape Test Scratch Hardness Test
BAB III PERENCANAAN CAMPURAN BETON
3.1 Pendahuluan
3.2 Beton Segar
3.2.1 Kemudahan Pengerjaan
3.2.2 Stabilitas Dimensi
3.2.3 Homogenitas
3.3 Beton Padat
3.4 Keawetan Beton
3.5 Karakteristik Beton Yang Direncanakan
3.6 Perencanaan Campuran Beton
BAB IV PEMBUATAN BENDA-BENDA UJI
4.1 Penakaran (Batching)
4.2 Pencampuran (Mixing)
4.3 Pengangkutan (Transporting)
4.4 Pencetakan
4.5 Penyelesaian (Finishing)
BAB V PERAWATAN (CURING)
5.1 Tujuan Perawatan
5.2 Macam-Macam Tipe Perawatan
5.3 Pengaruh Perawatan Pada Kekuatan Beton
5.4 Perawatan Yang Dilaksanakan
BAB VI PENGUJIAN (TESTING)
6.1 Pengujian Beton Segar
6.2 Pengujian Beton Keras
6.3 Data Hasil Pengujian
BAB VII EVALUASI HASIL PENGUJIAN
7.1 Pengamatan Visual
7.2 Perkembangan Kuat Tekan
7.3 Mutu Beton Yang Dicapai
BAB I
PENDAHULUAN
Agregat adalah merupakan salah satu material pembentuk beton yang peranannya
sangat penting dan dominan. Agregat mengisi hampir 75% dari total volume
beton yang ada. Dari sini dapat kita lihat, bahwa kontribusi agregat terhadap beton
tidaklah kecil. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sifat dari suatu bahan
komposit tidaklah dapat dilepaskan dari sifat-sifat bahan penyusunnya.
Beton sebagai salah satu bahan komposit, tentunya amat dipengaruhi oleh sifat-
sifat agregat. Beton akan tinggi mutunya, bila agregat yang digunakan juga
berkualitas tinggi. Oleh karena itu tidak setiap agregat dapat langsung digunakan
begitu saja, perlu adanya kontrol terhadap kualitas dan berbagai prilaku agar
diperoleh beton dengan mutu yang baik.
Pemeriksaan terhadap agregat harus mencakup berbagai segi, baik sifat-sifat,
ukuran, jenis, bentuk serta kekuatan dan sebagainya. Agregat dapat
diklasifikasikan kedalam berbagai jenis. Secara umum, penggolongan agregat
akan tergantung dari aspek yang kita tinjau. Dilihat dari proses terjadinya, agregat
dibedakan kedalam agregat alam dan agregat buatan. Jika ditinjau dari ukurannya
ada agregat kasar, agregat halus dan agregat campuran (merupakan kombinasi
antara agregat halus dan agregat kasar). Bila dilihat dari bentuknya ada agregat
bulat, sebagian bulat, pipih dan bersudut.
Pasir alam diperoleh dari alam yang langsung kita gunakan tanpa melalui proses,
contohnya pasir alam dan kerikil. Adapula yang sebelum digunakan telah
mengalami proses tertentu seperti proses pemecahan dari batuan alam menjadi
batuan yang lebih kecil oleh mesin pemecah (CRUSHED STONE), contohnya
pasir dan batu pecah. Agregat buatan merupakan hasil dari tanur tinggi yang
biasanya berupa agregat ringan dan digunakan untuk membentuk beton ringan.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, pemilihan dan perbandingan agregat
yang tepat dalam pembuatan beton harus mendapatkan perhatian yang khusus.
Susunan kimia, kandungan mineral dan sifat-sifat mekanis akan mempengaruhi
prilaku dari beton yang sudah mengeras. Sedangkan bentuk dan gradasinya akan
menentukan sifat-sifat dari campuran beton segar serta biaya pembuatan.
Dalam penggunaan agregat untuk beton harus memenuhi 3 syarat umum yaitu:
1. Memberikan campuran yang ekonomis.
2. Memberikan kekuatan.
3. Memberikan keawetan pada beton.
Untuk mencapai ketiga syarat tersebut diatas, maka pemeriksaan agregat perlu
dilakukan. Melalui praktikum ini beberapa pemeriksaan akan dilakukan, baik
pemeriksaan agregat kasar maupun agregat halus.
Yang termasuk kedalam pemeriksaan agregat halus adalah sebagai berikut:
Penentuan kadar bahan organik.
Penentuan bulking factor.
Penentuan kadar air.
Penentuan kadar silt dan clay.
Analisa saringan.
Penentuan spesific gravity dan absorption.
Penentuan berat isi.
Yang termasuk kedalam pemeriksaan agregat kasar adalah sebagai berikut:
Penentuan kadar air.
Penentuan kadar silt dan clay.
Analisa saringan.
Penentuan specific gravity dan absorption.
Penentuan berat isi.
Penentuan bentuk (shape test).
Penentuan kekerasan (Scratch hardness test).
2.2. AGREGAT HALUS
2.1.1 METODA PENGAMBILAN SAMPEL
TUJUAN :
Agar sampel yang kita ambil dapat mewakili keseluruhan agregat yang akan
digunakan.
TEORI DASAR :
Pengambilan sampel harus diusahakan agar dapat mewakili seluruh kelompok
yang ada. Untuk dapat memperoleh sampel yang demikian, maka kita perlu
membuat agar agregat yang kita gunakan menjadi homogen. Pengambilan agregat
juga diusahakan dari beberapa tempat yang terpisah. Jangan hanya diambil dari
suatu daerah tertentu saja. Sampel yang baik harus dapat membawakan citra yang
sebenarnya dari seluruh sampel yang ada.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
- splitter.
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
1. Aduklah pasir agar homogen, usahakan pengadukan merata sehingga dengan
demikian sampel yang kita ambil cukup valid untuk mewakili seluruh agregat
yang ada.
2. Ambilah sejumlah sampel untuk kita saring kembali dengan splitter.
3. Sampel dimasukkan kedalam splitter hingga penuh.
4. Didalam alat splitter tersebut, sampel akan terbagi menjadi dua bagian.
Setengah bagian pertama dibuang, setengah yang lain dimasukkan kembali
kedalam splitter.
5. Dari setengah bagian ini, splitter akan membagi lagi menjadi dua bagian
(sekarang setiap bagian menjadi seperempat dari sampel semula). Bagian
pertama dibuang, sedangkan sisanya kita gunakan sebagai sampel. Jadi yang
kita ambil adalah seperempat bagian dari sampel asal.
6. Ulangi langkah 3 s/d 5 hingga sampel yang didapat memenuhi jumlah yang
diperlukan.
Dari sampel yang telah dikumpulkan ini, sebagian akan direndam kedalam air,
dan sebagian lagi dapat langsung digunakan untuk percobaan. Sedangkan bagian
lain ada yang harus di oven.
2.1.2 PENENTUAN BULKING FACTOR
TUJUAN :
Untuk mengetahui pertambahan volume pada pasir kering.
TEORI DASAR :
Perbandingan bahan-bahan untuk campuran beton perlu dikoreksi karena adanya
air pada agregat. Berat air yang ditambahkan pada campuran harus dikurangi
dengan berat air bebas pada agregat dan berat agregat harus ditambah dengan
berat yang sama.
Pada pasir, adanya air menimbulkan efek lain yaitu bulking. Bulking adalah
penambahan volume pada berat pasir tertentu yang disebabkan oleh lapisan air
yang memisahkan butiran-butiran pasir.
Bulking tidak mempengaruhi perbandingan bahan-bahan campuran yang dihitung
berdasarkan berat, tetapi bila perbandingan bahan-bahan dihitung berdasarkan
volume, adanya bulking akan menghasilkan berat pasir yang lebih kecil. Hal ini
menyebabkan campuran beton menjadi kekurangan pasir dan menyebabkan
terpisahnya agregat kasar dari campuran beton segar pada waktu pengadukan,
pengangkatan sebelum penggetaran (segregasi external). Untuk mengatasinya
jumlah pasir harus ditambah sesuai dengan bulkingnya. Besarnya bulking
bergantung pada persentase air pada pasir dan kehalusan pasir. Dibandingkan
dengan pasir kasar, bulking yang terjadi pada pasir halus umumnya akan lebih
besar dan akan mencapai maksimum pada kadar air yang lebih tinggi.
Dengan penambahan pasir, lapisan-lapisan air akan bersatu dan bergerak kepori-
pori diantara butir-butir pasir, sehingga volume pasir tersebut berkurang sampai
pada saat pasir jenuh air dan volumenya akan sama dengan volume pasir kering.
Karena volume pasir jenuh air sama dengan volume pasir kering, maka cara yang
paling mudah menentukan bulking adalah dengan mengukur pengurangan volume
pasir sebelum direndam dan pada saat direndam.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
- Gelas ukur
- Mangkuk porselen
- Kaca pengaduk
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
1. Ambil sampel dalam keadaan lembab (moist sand).
2. Bagilah sampel sehingga diperoleh kira-kira 300 ml.
3. Masukkan sampel tersebut kedalam gelas ukur 500 ml sehingga dicapaim kira-
kira 2/3 tinggi gelas. Baca volumenya = A ml.
4. Gelas ukur dikosongkan dengan menuangkan sampel kedalam mangkuk
kemudian gelas diisi air hingga mencapai setengah tinggi gelas.
5. Masukkan lagi sampel kedalam gelas, lalu diaduk agar gelembung udara
keluar. Baca volumenya = B ml.
6. Bulking factor dihitung dengan rumus : (A - B)/B x 100%
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
BULKING FACTOR
Nomor gelas ukur I II III
Volume pasir lembab (X ml)
Volume pasir dalam air (Y ml)
Bulking factor (%)
= (X - Y)/Y x 100%
Average Bulking factor
Catatan/kesimpulan :
2.1.3 PENENTUAN KADAR AIR
TUJUAN :
Untuk mengetahui perbandingan berat air terhadap berat kering pasir.
TEORI DASAR :
Dalam campuran beton jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregat akan
menyerap air campuran beton. Sebaliknya air bebas pada permukaan agregat akan
menjadi bagian dari air campuran beton. Oleh karena itu dalam perhitungan,
keadaan jenuh kering permukaan dipakai sebagai dasar.
Dengan mengetahui kadar air dari agregat, maka dapat ditaksir penambahan air
dalam suatu adukan sehingga kadar air total adukan tersebut tidak terlalu sedikit
ataupun terlalu banyak. Ada berbagai cara untuk menentukan kadar air, salah
satunya ialah dengan mencari kehilangan berat pada agregat akibat pemanasan.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
- beberapa buah container
- oven
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN:
1. Ambil sampel pada keadaan aslinya sebanyak lebih kurang 100 gram.
2. Berat sampel ditimbang = A gram.
3. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105 selama 24 jam.
4. Berat kering sampel ditimbang = B gram.
5. Kadar air sampel dapat dihitung dengan rumus : (A -B)/B x 100%
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
Catatan/kesimpulan :
2.1.4 PENENTUAN KADAR SILT DAN CLAY
TUJUAN :
Untuk menentukan banyaknya silt dan clay yang dikandung oleh pasir yang akan
dipergunakan sebagai bahan pengisi adukan beton.
TEORI DASAR :
Kadar silt dan clay yang merupakan fraksi-fraksi halus dalam agregat, harus
dibatasi sampai suatu jumlah maksimum mutlak yang tidak boleh dilewati. Silt
dan clay menambah kebutuhan akan air dalam suatu campuran beton, sehingga
kekuatan tekan serta keawetannya akan menurun. Selain itu clay juga dapat
merupakan lapisan-lapisan tipis pada permukaan agregat, sehingga akan
mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat. Ikatan yang baik sangat diperlukan
untuk menjamin kekuatan tekan serta keawetan beton yang memadai. Disamping
itu silt dan clay mengurangi modulus elastisitas dari tiap agregat, sehingga
menambah penyusutan dan rangkak (creep) beton.
Kadar silt dan clay yang didapat pada pasir dapat ditentukan dengan mencari
kehilangan berat pada pasir kering oven setelah mengalami pencucian. Apabila
kadar silt dan clay sampel pasir lebih besar dari 5%, maka pasir tersebut harus
dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai agregat untuk campuran beton.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
- Beberapa buah container
- Beberapa buah gelas ukur
- Cawan porselen dan Kaca pengaduk
- Oven
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven sebanyak lebih kurang 100 gram.
2. Berat sampel ditimbang = A gram.
3. Masukkan sampel kedalam gelas ukur, lalu tambahkan air sampai tinggi air
kira-kira 12 cm diatas permukaan pasirnya.
4. Biarkan selama satu jam.
5. Sampel diaduk kira-kira selama 15 detik.
6. Biarkan selama satu menit.
7. air dibuang setengahnya.
8. Ulangi langkah 5 s/d 7 sebanyak 3 kali, sehingga sampel tercuci sebanyak 5
kali.
9. Tuangkan isi gelas kedalam kontainer, lalu panaskan dioven dengan suhu
105C selama 24 jam.
10. Sampel yang sudah kering ditimbang = B gram.
11. Kadar silt dan clay dapat dihitung dengan rumus : (A - B)/A x 100 %
CATATAN :
- Sampel (pasir) bergradasi baik apabila gradasinya berada dalam daerah gradasi
atau grading zone.
- Menurut ASTM C-33 :
Nilai finenes modulus tidak boleh kurang dari 2,3 atau lebih dari 3,1. Jika nilai
finenes modulus kurang dari 2,3 berarti pasir tersebut terlalu halus, maka pasir
tersebut harus diperbaiki dengan cara menambahkan pasir yang lebih kasar
sampai nilai finenes modulusnya berkisar antara 2,3 - 3,1.
Begitu pula jika nilai finenes modulusnya lebih besar dari 3.1 berarti pasir
tersebut terlalu kasar dan harus diperbaiki dengan cara menambahkan pasir
yang lebih halus sampai nilai finenes modulusnya terletak diantara nilai yang
diijinkan.
ANALISA SARINGAN
Nomor ayakan dan Berat Berat Berat tertahan Berat lolos
ukuran ayakan tertahan tertahan kumulatif kumulatif
(gram) (%) (%) (%)
4 (4,75 mm)
8 (2,36 mm)
10 (2,00 mm)
20 (0,85 mm)
40 (0,425 mm)
100 (0,15 mm)
Pan 0,15 mm
Jumlah
Catatan :
(%) lolos 0 0.15 0.30 0.60 1.20 2.40 4.80 9.60
(mm)
100 100
95
90 90
80
70
70
60 60
50
40
34
30 30
20
20
15
10
5
0
80
75
70
60 59
55
50
40
35
30
30
20
10
10 8
90 90
85
80 79
75
70
60 60
50
40
40
30
20
12
10
10
70
60
50
50
40
30
20
15 15
10
SPECIFIC GRAVITY
Nomor sampel pasir I II III
Berat sampel SSD (X gram)
Berat gelas + air + sampel (Y gram)
Berat gelas + air (Z gram)
Specific Gravity =
X/(X + Z - Y)
Average Specific Gravity
Catatan/kesimpulan :
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
ABSORPTION
Nomor sampel pasir I II III
Berat sampel SSD (X gram)
Berat container (gram)
Berat sampel kering + container (gram)
Berat sampel kering (Y gram)
Absorbsi =
(X - Y)/Y x 100%
Average Absorbsi (%)
Catatan/kesimpulan :
2.1.7 PENENTUAN BERAT ISI
TUJUAN :
Untuk mengetahui perbandingan berat agregat halus dengan volumenya, baik
pada keadaan lepas maupun padat.
TEORI DASAR :
Dalam memperkirakan banyaknya bahan-bahan dan memperhitungkan
perbandingan campuran berdasarkan volume, diperlukan agregat yang diukur
dalam keadaan Lepas atau padat dan kering, lembab atau basah.
Untuk informasi umum dan perbandingan antara agregat-agregat yang berbeda,
kondisi standarnya adalah kering dan padat. Sedangkan untuk menentukan jumlah
bahan berdasarkan volume harus diketahui berat isi dalam keadaan lepas atau
lembab. Berat isi pada segala kondisi dapat ditentukan dengan menimbang berat
agregat yang diperlukan untuk mengisi suatu container yang sudah diketahui
volumenya.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
- Silinder dengan kapasitas 1 liter
- Pisau atau batang untuk meratakan permukaan sampel
- Alat/meja pemadat (compacting table)
- Oven
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
Berat isi lepas :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven kira-kira satu liter.
2. Sampel dimasukkan dalam silinder. Pengisian sampai penuh, kemudian
diratakan dengan pisau/batang perata.
3. silinder beserta sampel ditimbang = A gram.
4. Silinder dikosongkan, kemudian diisi air sampai penuh dan ditimbang = B gr.
5. Silinder kosong ditimbang beratnya = C gram.
6. Berat isi lepas dihitung dengan rumus : (A - C)/(B - C) gram/cm³.
Berat isi padat :
1. Sama dengan langkah 1 dan 2 pada berat isi lepas.
2. Padatkan pasir yang sudah dimasukkan kedalam silinder diatas meja pemadat.
Selanjutnya sama dengan langkah 3 s/d 6 pada berat isi lepas.
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
KADAR AIR
Nomor sampel kerikil I II III
Berat container (gram)
Sampel + container (gram)
Berat sampel (X gram)
Berat sampel kering + container (gr)
Berat sampel kering (Y gram)
Kadar air =
(X -Y)/Y x 100%
Kadar air rata-rata (%)
Catatan/kesimpulan :
2.2.3 PENENTUAN KADAR SILT DAN CLAY
TUJUAN :
Untuk menentukan banyaknya silt dan clay yang dikandung oleh agregat kasar
yang akan dipergunakan sebagai bahan campuran beton.
TEORI DASAR :
Clay dapat menyusut dan mengembang akibat desorpsi dan absorpsi air. Apabila
clay merupakan bagian dari suatu jenis batuan, maka batuan itu mudah menjadi
lapuk. Kadar silt dan clay yang merupakan fraksi-fraksi halus dalam agregat
(dapat melalui ayakan 0,063 mm), harus dibatasi sampai suatu jumlah maksimum
mutlak yang tidak boleh dilewati. Silt dan clay menambah kebutuhan akan air
dalam suatu campuran beton, sehingga kekuatan tekan serta keawetannya akan
menurun. Selain itu clay juga dapat merupakan lapisan-lapisan tipis pada
permukaan agregat, sehingga akan mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat.
Ikatan yang baik sangat diperlukan untuk menjamin kekuatan tekan serta
keawetan beton yang memadai. Disamping itu silt dan clay mengurangi modulus
elastisitas dari tiap individu agregat, sehingga akan menambah penyusutan dan
rangkak (creep) pada beton.
Kadar silt dan clay yang didapat pada agregat kasar dapat ditentukan dengan
mencari kehilangan berat pada pasir kering oven setelah mengalami pencucian.
Apabila kadar silt dan clay sampel agregat kasar lebih besar dari 1%, maka
agregat kasar tersebut harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai
agregat untuk campuran beton.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
- Beberapa buah gelas ukur
- Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
- Oven
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven sebanyak lebih kurang 500 gram.
2. Berat sampel ditimbang = A gram.
3. Masukkan sampel kedalam gelas ukur.
4. Isikan air secukupnya kedalam tabung.
5. Sampel diaduk.
6. Kemudian air dibuang.
7. Ulangi langkah 4 s/d 6 sebanyak 5 kali.
8. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105° C selama 24 jam.
9. Sampel yang sudah kering ditimbang = B gram.
10. Kadar silt dan clay dapat dihitung dengan rumus : (A - B)/A x 100 %
ANALISA SARINGAN
Nomor ayakan dan Berat Berat Berat tertahan Berat lolos
ukuran ayakan tertahan tertahan kumulatif kumulatif
(gram) (%) (%) (%)
3/4” (19,05 mm)
3/8” (9,53 mm)
No. 4 (4,75 mm)
Pan
Total
Catatan/kesimpulan :
1. Ukuran butir maksimum =
2. Modulus kehalusan butir =
3. % Berat yang hilang , Menurut ASTM C - 131 dan C - 239, % berat yang
hilang tidak boleh melebihi 1%, jadi percobaan analisa saringan dari agregat
kasar ini memenuhi syarat dari yang telah ditetapkan oleh ASTM.
Menurut PBI 1971 Bab 3.4 ayat 6 :
- Sisa diatas ayakan 38,10 mm adalah 0% (memenuhi syarat).
- Sisa diatas ayakan 4,75 mm berkisar antara 90% - 98%
- Selisih persentase berat tertahan antara dua ayakan yang berurutan adalah antara
16% - 60% dan pada percobaan didapat :
(%) lolos 0 4.75 9.53 12.70 19.05
(mm)
100 100 95
100
90
80
70
60
60
50
40
30
30
20
10
10
SPESIFIC GRAVITY
Nomor sampel kerikil I II III
Berat sampel SSD (X gram)
Berat gelas + air + sampel (Y gram )
Berat gelas + air (Z gram)
Specific gravity =
X/(X + Z -Y)
Average specific gravity
Catatan/kesimpulan :
Menurut ASTM C - 127 dan C - 128 :
Nilai specific gravity (Gs) berkisar antara 2,4 dan 2,9.
PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
ABSORPTION
Nomor Sampel Kerikil I II III
Berat sampel SSD (X gram)
Berat container (gram )
Berat sampel kering + container (gram)
Berat sampel kering
Absorsi =
(X – Y)/Y x 100%
Average Absorption (%)
Catatatan/kesimpulan :
2.2.6 PENENTUAN BERAT ISI
TUJUAN :
Untuk mengetahui perbandingan berat agregat kasar dengan volumenya, baik
pada keadaan lepas maupun padat.
TEORI DASAR :
Dalam memperkirakan banyaknya bahan-bahan dan memperhitungkan
perbandingan campuran berdasarkan volume, diperlukan agregat yang diukur
dalam keadaan lepas atau padat dan kering, lembab atau basah.
Untuk informasi umum dan perbandingan antara agregat-agregat yang berbeda,
kondisi standarnya adalah kering dan padat. Sedangkan untuk menentukan jumlah
bahan berdasar volume harus diketahui berat isi keadaan lepas atau lembab. Berat
isi pada segala kondisi dapat ditentukan dengan menimbang berat agregat yang
diperlukan untuk mengisi suatu container yang sudah diketahui volumenya.
ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN :
- Silinder dengan kapasitas 5 liter
- Pisau atau batang untuk meratakan permukaan sampel
- Alat/meja pemadat (compacting table)
- Oven
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN :
Berat isi lepas :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven kira-kira 5 liter.
2. Sampel dimasukkan dalam silinder. Pengisian sampai penuh, kemudian
diratakan dengan pisau/batang perata.
3. silinder beserta sampel ditimbang = A gram.
4. Silinder dikosongkan, kemudian di isi air sampai penuh dan ditimbang
beratnya = B gram.
5. Silinder kosong ditimbang beratnya = C gram.
6. Berat isi lepas dihitung dengan rumus : (A - C)/(B - C) gram/cm³.
Berat isi padat :
1. Sama dengan langkah 1 dan 2 pada berat isi lepas.
2. Padatkan pasir yang sudah dimasukkan kedalam silinder diatas meja pemadat.
Selanjutnya sama dengan langkah 3 s/d 6 pada berat isi lepas.
PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
Catatan/kesimpulan :
Menurut ASTM C-29 :
Berat isi dari agregat untuk beton normal berkisar antara 1,20 - 1,75 gram/m³.
Pada mix design, berat isi yang digunakan adalah berat isi lepas, agar sesuai
dengan kondisi dilapangan.
2.2.7 SHAPE TEST
TUJUAN
Untuk mengetahui bentuk dari butir-butir agregat kasar, apakah memanjang, pipih
atau bukan memanjang dan pipih.
TEORI DASAR
Dengan menggunakan butir-butir agregat yang sangat tajam, sangat kasar, pipih
dan memanjangakan dibutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton
yang mudah dikerjakan, dibandingkan dengan jika menggunakan butir-butir yang
berbentuk kubus atau bulat-bulat.
Pada umumnya beton yang dibuat dengan menggunakan batu pecah dengan
permukaan kasar, berbentuk kubus akan menghasilkan beton yang lebih kuat
dibandingkan dengan beton yang dibuat dengan menggunakan kerikil yang
permukaannya licin. Hal ini disebabkan permukaan yang kasar dapat memberikan
ikatan-ikatan yang kuat. Bentuk agregat yang kasar yang tersedia dapat diketahui
dengan mengukur panjang, lebar dan tinggi butir bila :
- L > 3B butir berbentuk memanjang
- L > 3H butir berbentuk pipih
- L < 3B dan L > 3H butir dapat diterima
Dimana : L = panjang butir, B = lebar butir, H = tinggi butir
Bentuk pipih dan memanjang boleh digunakan sebagai agregat kasar bila < 20 %.
ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN
- Timbangan
- Oven
- Jangka sorong
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
1. Sediakan sampel dalam keadaan kering oven sebanyak 50 butir.
2. Timbang beratnya = A gram.
3. Ukur panjang, lebar dan tinggi dari tiap butir menggunakan jangka sorong.
4. Butir yang berbentuk pipih ditimbang = B gram.
5. Butir yang berbentuk memanjang ditimbang = C gram.
6. Persentasi butir pipih dan memanjang dihitung dengan rumus : ( B + C ) / A x
100 %
PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
3.1 PENDAHULUAN
Material pembentuk beton terdiri dari semen, pasir, kerikil dan air serta bahan
campuran tambahan. Khusus untuk bahan campuran tambahan adalah berupa :
a. Bahan tambahan pemercepat (accelerating admixtures).
b. Bahan tambahan untuk air entraining (air-entraining admixtures).
c. Bahan tambahan pengurangan air dan pengontrol pengeringan.
d. Bahan tambahan penghalus gradasi (finely divided mineral admixtures).
e. Bahan tambahan untuk mengurangi/menghapus slump.
f. Polimer.
g. Superplastisizer.
Perbedaan antara beton yang baik dengan beton yang buruk terletak pada
pemilihan bahan dasar serta cara menggabungannya. Dalam kenyataannya mutu
tersebut ada hubungannya dengan :
- Pengontrolan mutu bahan.
- Proporsi campuran.
- Pengangkutan.
- Pengecoran.
- Pemeliharaan.
Secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Keawetan
Pengontrolan
Pengontrolan Mutu bahan
Proporsi campuran
Pengontrolan
Pengangkutan
Kekuatan Pengecoran Ekonomi
Pemeliharaan
Untuk perencanaan campuran beton, proporsi semen, air, pasir, kerikil diperoleh
dari percobaan, perhitungan dan pengetesan dilaboratorium untuk menghasilkan
mutu beton yang tinggi. Untuk memahami pengetahuan tentang beton perlu
dipelajari sifat-sifat beton yang ada pada :
1. Beton segar yaitu berupa kemudahan pengerjaan dan homogenitas.
2. Beton padat yaitu berupa kekuatan, keawetan dan stabilitas dimensi.
waktu
Gambar Kurva Hubungan Slump dan Waktu
200
100
0 20 40
Suhu
Gambar Kurva Hubungan antara Slump dengan Temperatur.
3.2.3 HOMOGENITAS
Apabila butiran kasar terpisah dari campuran beton segar selama transportasi,
pengecoran, penggetaran (pemadatan) yang disertai keluarnya air pada permukaan
beton, maka akan dihasilkan beton yang kurang baik mutunya. Peristiwa ini
disebut segregasi dan bleeding. Terjadinya kantong-kantong batu yang mengeras
karena adukan beton yang homogen sehingga beton menjadi lemah, permeabel
dan kurang awet.
a. Segregasi
Segregasi kemungkinan besar terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :
Campuran kurus (kurang semen).
Campuran basah (terlalu banyak air).
Campuran ‘undersanded’ (kurang pasir).
Adanya besar butiran maksimum dari agregat yang besar.
Bentuk agregat kasar yang tidak menyerupai kubus.
Agregat yang digunakan terlampau ringan atau berat.
Gradasi agregat yang kurang baik.
Transportasi dan pengecoran yang kurang baik.
Bentuk penulangan kurang bagus, banyak detail dan sudut-sudut tajam.
b. Macam-macam segregasi
Segregasi internal, terjadi pada waktu pengangkutan dan penggetaran pada :
Adukan yang kurus dan basah.
Campuran berdensity terlampau berat atau terlampau ringan.
Agregat kasar maksimum lebih dari yang diijinkan.
Segregasi external, terjadi pada waktu pengadukan, pengangkutan sebelum
penggetaran pada adukan beton yang kurus dan kering karena kurang pasir.
Pemisahan butiran agregat dari butiran yang terdapat pada campuran yang
heterogen disebabkan karena pembagian butiran yang kurang seragam dan tidak
kontinue, juga karena specific gravity yang kurang seragam. Adanya pemisahan
semacam ini dapat diatasi dan dikontrol dengan memilih gradasi yang baik dan
cara pengecoran yang baik pula. Pada campuran yang basah pemisahan terjadi
apabila pada waktu penempatan adukan beton melalui corong yang terpasang
miring dan beton mengalir dengan cepat. Pengecoran beton yang jauh dari
permukaan atau lapisan sebelumnya akan menyebabkan pemisahan. Penggetaran
yang terlalu lama juga akan menyebabkan terjadinya pemisahan, dimana butiran-
butiran yang besar kebawah sedangkan pastanya keatas. Sebagai akibatnya beton
yang dihasilkan akan kurang kuat tekannya. Pemisahan dapat diatasi dengan
menambahkan air entrainer.
c. Bleeding
Bleeding adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pemisahan air dari
campuran beton, karena timbulnya air adukan dipermukaan beton, yang
disebabkan karena kurangnya ikatan dengan bahan dalam adukan pada waktu
pengecoran, akibatnya adukan bagian atas akan lebih basah dan dibawah menjadi
porous, lemah dan menyebabkan beton mudah mengalami kerusakan. Apabila
dilakukan penggetaran lagi pada waktu penyelesaian, permukaan akan menjadi
lemah, tetapi dapat dilakukan pada waktu pekerjaan pembetonan sudah selesai dan
air tersebut akan menguap. Apabila proses penguapan air lebih cepat dari
peristiwa bleeding, maka beton akan retak. dan keluarnya air beserta butiran
halus dari semen akan ditandai dengan adanya debu pada permukaan beton yang
sudah kering. Bleeding terjadi pada campuran yang kurus, basah dan slump yang
tinggi. Campuran beton dengan perbandingan air semen lebih besar dari 0,60,
membuat beton akan kehilangan daya lekat.
Bleeding dapat dikurangi dengan :
- Penambahan butiran halus.
- Semen yang banyak mengandung kadar C3A.
- Penggunaan CaCl2, pozzolan, bubuk alumunium.
- Air entainer.
Sebagai akibat terjadinya penguapan air secara perlahan-lahan dari campuran
beton, akan timbul rongga-rongga pada beton keras yang dihasilkan. Jika rongga
ini terdistribusi dengan benar, dapat merupakan karakteristik beton yang sangat
penting. Suatu bahan yang disebut air-entraining agent, seperti vinsol resin, dapat
ditambahkan kedalam campuran agar diperoleh rongga yang terdistribusi merata.
Adanya rongga-rongga ini memudahkan pengerjaan beton, mengurangi
kerapatannya, menambah keawetan, mengurangi bleeding dan segregasi, dan
mengurangi jumlah pasir yang diperlukan dalam campuran. Oleh karena itu
persentase air-entrained harus dipertahankan optimum agar diperoleh beton
dengan kualitas yang diinginkan.
Tentukan suatu rancangan beton dengan mutu K - ………… yang akan digunakan
untuk bangunan konstruksi ……………………………. Untuk menguji design
campuran yang dibuat maka diadakan pengujian terhadap 12 benda uji yang
dibuat sesuai dengan bahan-bahan yang akan digunakan dilapangan setelah bahan-
bahan itu diperiksa dilaboratorium.
Bahan-bahan campuran yang dipakai :
- Type semen : Ordinary Portland Cement (OPC)
- Type agregat : 1. Agregat kasar batu pecah (crushed)
2. Agregat halus pasir alam (uncrushed)
- Beton tahan terhadap sulfat
- Proportion defective :5%
- Slump test : mm
- Ukuran agregat maksimum : mm
- Agregat halus dalam grading zone :
- Standar deviasi : MPa
DAFTAR ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN CAMPURAN BETON
BENDA UJI KUBUS : 15 x 15 cm
Stag Reference Or
Item Values
e Calculation
1 1.1 Characteristic strength Specified …….. N/mm² at 28 days
Proportion Defective 5%
1.2 Standard deviation Specified ..… N/mm²
1.3 Margin C1 (k = 1,64)
1,64 x…..=………..
N/mm²
1.4 Target mean strength C2 …… + ……=……..
N/mm²
1.5 Cement type Specified PC Type I
1.6 Agregat type coarse Crushed
Agregat type fine Uncrushed
1.7 Free - water/cement ratio Tab. 1/graph. …….
11
1.8 Max. Free - water/cement Table 3 0,5 - Use the lower value
ratio
2 2.1 Slump Specified ………….. mm
2.2 Max. Agregat size Specified ……. mm
2.3 Free water content Table 2 ……..kg/m³
(2/3 x ….. + 1/3 x ……)
3 3.1 Cement content C3 ….. : 0,5 = …….. kg/m³
3.2 Max. Cement content Specified - kg/m³
3.3 Min. Cement content ………. kg/m³
Table 3 use if greater than 3.1
and calculate item 3.4
3.4 Modified free water/
cement ratio
4 4.1 Relative density of …….. (known)
aggregate (SSD)
4.2 Concrete density Graph. 12 ……… kg/m³
4.3 Total Aggregate content C4 ……… - ……… -
……… = ………..
kg/m³
5 5.1 Grading of fine aggregate Zone …….
5.2 Proportion of fine Graph 13 …………. %
aggregate
5.3 Fine aggregate content C5 …..% x …… =
…….kg/m³
5.4 Coarse aggregate content C6 …..% x …… =
…….kg/m³
Cement : Water : Fine Aggregate : Coarse Aggregate
(kg) : (kg) : (kg) : (kg)
Berat semen =
Berat pasir =
Berat kerikil =
Berat air =
TABEL 2
PERKIRAAN KADAR AIR BEBAS (kg/m³) YANG DIBUTUHKAN UNTUK
BEBERAPA TINGKAT KEMUDAHAN PENGERJAAN ADUKAN BETON
SLUMP (mm)
Maximum Size
Type of 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
of Aggregate
Aggregate
(mm)
Uncrushed 150 180 205 225
10
Crushed 180 205 230 250
Uncrushed 135 160 180 195
20
Crushed 170 190 210 225
Uncrushed 115 140 160 175
40
Crushed 155 175 190 205
TABEL 3
PERSYARATAN JUMLAH SEMEN MINIMUM DAN FAKTOR AIR SEMEN
MAKSIMUM UNTUK BERBAGAI MACAM PEMBETONAN DALAM
LINGKUNGAN KHUSUS
4.4 PENCETAKAN
a. Penuangan (Placing)
Masukkan adukan beton kedalam cetakan dengan menggunakan sendok aduk,
sendok bahan atau sekop. Setiap pengambilan dari wadah harus dapat mewakili
dari campuran tersebut.
b. Pemadatan (Compacting)
Metoda pemadatan dapat dilakukan dengan cara ditusuk, digetarkan dari dalam
(dengan jarum getar/ getaran internal) atau digetar diluar dengan meja getar.
Pemilihan metoda yang akan digunakan berdasarkan nilai slump dari adukan
yang akan dicetak.
Slump > 75 mm ............................Metoda penusukan
Slump 25 - 75 mm ........................Metoda penusukan atau getar
Slump < 25 mm ............................Metoda getar
Kesimpulan :
Kuat tekan beton pada hari ke - 3 = ……… MPa.
Kuat tekan beton pada hari ke - 7 = ……… MPa.
Kuat tekan beton pada hari ke - 21 = ……… MPa.
Kuat tekan beton pada hari ke - 28 = ……… MPa.
LABORATORIUM KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN SIPIL UMMI
Regression Output :
Constant :
No. of Observations :
Degrees of Freedom :
X Coefficient (s) :
LABORATORIUM KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN SIPIL UMMI
TABEL
ESTIMASI KUAT TEKAN BETON RATA-RATA
JANGKA WAKTU 0 - 28 HARI
2,5
* Real
__ Regresi
2,0
1,5
1,0
0,5 *
0
0 5 10 15 20 25 30
Umur (hari)
LABORATORIUM KONSTRUKSI
JURUSANTEKNIK SIPIL UMMI
TABEL
PERHITUNGAN FAKTOR UMUR
JANGKA WAKTU 0 - 28 HARI
Kuat Tekan
Kuat Tekan Faktor Umur
Umur Beton (x)/() = ax + Rata-rata
Rata-rata Beton
(hari) b (Mpa)
(MPa) x/28
= x/(ax + b)
(x) () (Regration) (estimate) (FU)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
GRAFIK PERKEMBANGAN KUAT TEKAN
15 *
__ Estimate
12
0
0 5 10 15 20 25 30
Umur (hari)
LABORATORIUM KONSTRUKSI
JURUSANTEKNIK SIPIL UMMI
TABEL
ESTIMASI KUAT TEKAN BETON YANG DICAPAI
PADA UMUR 28 HARI
Proyek : Praktikum Teknologi Beton
Lokasi Proyek :
Dikerjakan :
Kubus No Umur Uji Kuat Tekan (real) Faktor Umur Beton Estimasi 28 hari
(hari) (MPa) (FU) (MPa)
1 3
2 3
3 3
4 7
5 7
6 7
7 21
8 21
9 21
10 28
11 28
12 28
TOTAL :
TOTAL
Es= =. . .. .. . .. .. . MPa
Kuat tekan rata-rata 28 hari, 12
Keterangan :
1. Jumlah benda uji (n) = 12 buah kubus
2. Kuat tekan rata-rata pada umur 28 hari = ………. MPa
3. Standar deviasi = ………. MPa
4. Mutu beton = ……. MPa
8. Mutu beton yang dicapai = K - …….