Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH BAHAN TAMBAH SILICA FUME TERHADAP

KUAT TEKAN BETON

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk kelulusan program D-III

Oleh,

Denis Putra Pratama

NIM: 112019001

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK SUKABUMI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Seiring berkembangnya teknologi khususnya teknologi beton. penggunaan
atau penambahan bahan tambahan pada campuran beton sering digunakan untuk
mengubah, memperbaiki sifat-sifat beton atau meningkatkan kuat tekan beton itu
sendiri dan lain sebagainya. Sedangkan bahan tambah yang dipakai bisa berupa
kimia (chemical admixture) dan mineral (additive). Selain untuk merubah sifat-sifat
beton penggunaan bahan tambah diharapkan mampu mengurangi penggunaan
semen guna lebih ekonomis dan kuat tekan yang dihasilkan meningkat.[6]

Beton mutu tinggi dapat diproduksi menggunakan bahan aditif dan


campuran yang penggunaannya dimaksudkan untuk meningkatkan sifat-sifat beton
dengan karakteristik beton yang diinginkan. Ada banyak sekali bahan material yang
dapat dijadikan sebagai bahan pengganti atau bahan tambah semen salah satunya
ialah silica fume. Silica fume adalah produk limbah dari logam silikon atau
ferrosilicon. Silica fume juga memiliki ukuran lebih kecil daripada semen yakni 0.1
μm, ini membuat silica fume dapat memberikan keuntungan pada saat dicampur
dalam campuran beton yang mana partikelnya dapat mengisi celah kosong yang
akhirnya dapat menambahkan kuat tekan (Nugraha, 2015).[7]

Sementara itu, dari sifat mekaniknya material silica fume mempunyai reaksi
yang disebut pozzolan yang bisa bereaksi terhadap semen yang dilepaskan oleh batu
kapur. Karena memiliki kadar SiO2 (Silikon Dioksida) yang tinggi dapat membuat
Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida) serta SiO2 (Silikom Dioksida) bereaksi kemudian
menghasilkan C-S-H (Kalsium Silikat Hidrat).
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yakni sebagai berikut;

1. Sejauh mana pengaruh Silica Fume pada campuran beton?


2. Bagaimana kuat tekan yang dihasilkan beton dengan penambahan
presentase Silica Fume lebih tinggi dari kuat tekan beton normal?
3. Bagaimana hasil besar peningkatan kekuatan beton pada umur 14 hari
dengan penambahan Silica Fume?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut:


1. Bahan pengganti semen yang digunakan sebagai bahan campuran adalah
silica fume.
2. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14, dan 21 hari. Pengujian
kuat tekan dilakukan untuk Beton Normal K – 225 dan pada Beton Normal
yang telah di variasikan campuramya antara lain silica fume 25%, 30%, dan
35%.
3. Jumlah sampel terdiri dari 9 sampel, dimana masing-masing benda uji
terdiri dari 3 sampel beton normal K-225, 3 sampel beton normal K-225
dengan tambahan PCC, 3 sampel beton K-225 dengan variasi Silica Fume
masing-masing 25%, 30%, dan 35%.
4. Penelitian menggunakan benda uji yang berupa silinder dengan diameter 15
cm dan tinggi 30 cm.
5. Bahan pembuatan beton: portland composite cemen (PCC) dengan merek
semen SCG 50 Kg NRP 104-002-192126 Ni-8, agregat halus gradasi
saringan No.4 (4,75mm); No.8 (2,36mm); No.16 (1,18mm); No.20 (mm);
No.40 (0,425mm); No.60 (0,25mm); No.100 (0,15); N0.200 (0,075mm)
dari cimangkok, dan agregat kasar ukuran 1’’(25mm); 3/4(19,1mm);
1/2’’(12,5mm); 3/8’’(9,5mm); 4’’(4,75mm) dari goalpara, sukaraja, air
(sumur) yang digunakan adalah air yang setara dengan air minum.
6. Alat yang digunakan untuk menguji kuat tekan beton adalah mesin kuat
tekan beton (COMPRESSION TESTING MACHINE) Capacity 2000KN,
Grade 1, No. 210560, Date 2021.05, Voltage 380 V, C-Tech Laboratory
Equipment Co., Ltd
7. Pencampuran dilakukan secara konvesional (Site Mix).
8. Penelitian dilakukan di Laboratorium bahan teknik sipil politeknik
sukabumi dan kantor bengkel alat berat dan laboratorium (Benglat) dinas
pekerjaan umum kabupaten sukabumi.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kuat tekan yang dihasilkan beton dengan penambahan


silica fume lebih tinggi dari pada beton normal.
2. Untuk mengetahui kekuatan beton pada umur 14 hari dengan penambahan
silica fume.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Mahasiswa


a. Dapat memperoleh pengetahuan tentang teknologi beton.
b. Dapat mengetahui perbandingan antara teori dan ilmu yang diperoleh
pada pengerjaan Tugas Akhir ini.
2. Manfaat Bagi Akademik
a. Sebagai alat kontrol kualitas mutu pendidikan oleh pihak internal.
b. Menghasilkan mahasiswa yang kompeten dan berpengalaman dibidang
teknologi beton.
3. Manfaat Bagi Profesi
a. Dapat memberikan informasi yang jelas bagi pengembangan ilmu
teknologi beton dan pengaruh yang terjadi akibat penambahan zat
additive jenis silica fume.
b. Memberikan informasi tentang perbandingan mutu beton dari setiap
variasi sampel beton yang dibuat di Tugas Akhir ini.

1.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.5.1 Metode Penelitian

Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan metode penelitian eksperimen yaitu


dengan cara membandingkan satu kelompok eksperimen atau lebih yang diberi
perlakuan, dengan satu kelompok pembanding atau lebih yang tidak diberi
perlakuan.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat
mengumpulkan data yang mendukung Tugas Akhir ini dapat dilakukan dengan
baik. Beberapa cara dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Studi Literatur
Penulis melakukan studi pustaka terhadapa semua sumber informasi dalam
media cetak maupun media elektronik, baik itu buku-buku atau modul dari
mata kuliah yang telah didapatkan, dan pemanfaat media internet.
2. Observasi Lapangan
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
analisa yang dibahas.
3. Uji Laboratorium
Penulis melakukan pengujian dilaboratorium untuk mendapatkan hasil, baik
material maupun kuat tekan beton.
4. Metode Bimbingan
Dilakukan dengan dosen yang konsentrasinya sesuai dengan masalah yang
dibahas untuk mendapatkan petunjuk dalam pembuatan Tugas Akhir.
1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat tentang pendahuluan yang meliputi latar


belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
manfaat, dan sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi materi-materi yang berkaitan dengan masalah-


masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dapat bersumber dari
beberapa buku, jurnal, dan sumber yang bersifat karya ilmiah.

BAB III OBJEK KAJIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai data-data yang didapat dan


bagaimana metode yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil dari pengaruh penggunan silica fume
terhadap kuat tekan beton dengan variasi dan waktu yang sudah
diuji.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari penelitian dan saran untuk memperbaiki


penlitian yang lebih baik di masa depan
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Beton

Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat (SNI 03-2834-1993). Beton disusun dari agregat kasar dan
agregat halus. Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam maupun
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang
dipakai biasanya berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri
pemecah batu. [1]

2.2 Bahan-bahan Penyusun Beton

2.2.1 Portland Cement Composite (PCC)

Semen Portland Composite adalah bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan


bersama-sama terak semen portland dan gyps dengan satu atau lebih bahan
anorganik atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk
bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain Terak Tanur Tinggi
(blast Furnace Slag), pozzolan, senyawa silicat, batu kapur dengan kadar total
bahan anorganik 6% – 35 % dari massa semen portland komposite. [2]

2.2.2 Air

Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan (SNI-03-
2847-2002). Hampir semua air alami yang dapat diminum dan tidak mempunyai
rasa atau bau yang mencolok memenuhi syarat sebagai air campuran untuk
pembuatan beton. Apabila ketidakmurnian dalam air campuran berle-bihan, dapat
mempengaruhi tidak hanya waktu pengikatan (setting time), kuat beton, stabilitas
volume (perubahan panjang), tetapi dapat juga mengakibatkan penge-flor-an
(efflorescence) atau korosi tulangan. Konsen-trasi tinggi dari bahan solid yang
dapat larut dalam air, sebaiknya dihindari.[1]

Menurut SNI 7394-2008 kebutuhan air untuk mutu beton K-225 1/m3
adalah 215 Liter (Gambar 2.1). Untuk mengetahui air untuk campuran beton
memenuhi kriteria standar yang diberikan atau tidak dapat dilakukan dengan cara
analisis kimia. Analisis ini meliputi pemeriksaan terhadap sulfat, magnesium,
amonium, klorida, pH, karbondioksida, minyak dan lemak, zat-zat yang menyusut.
Menurut SK SNI S-04-1989-F persyaratan untuk kualitas air dalam pengadukan
beton adalah :

1. Air harus bersih.


2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung yang dilihat visual.
3. Tidak mengandung tersuspensi lebih dari 2 gram per liter.
4. Tidak boleh mengandung garam, asam, zat organik yang terlarut yang dapat
merusak beton lebih dari 15 gram per liter, klorida (Cl) tidak lebih dari 500
ppm dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.
5. Bila dibanding dengan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air
suling, penurunan kekuatan tidak lebih 10 %.
6. Air yang meragukan harus dianalisa secara kimia.

Gambar 2.1 Tabel Komposisi Campuran Mutu Beton 1/m3


2.2.3 Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami


batu-batuan atau juga hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami.
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan
agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira
mencapai 70% - 75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian yang penting
dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu agregat halus
dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan.[3]

2.2.4 Agregat Kasar

gregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah, terak tanur
tiup atau beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03 - 2847 - 2002,
bahwa agregat kasar merupa-kan agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00
mm sampai 40 mm. [1] Menurut SNI 7394-2008 kebutuhan kerikil untuk mutu
beton K-225 1/m3 adalah 1047 kg dengan ukuran 5 mm s/d 40 mm... (Gambar 2.1)

Tabel 2.1 Tabel mutu beton K-200 – K300 SNI DT-91-2007

Mutu Beton Semen Pasir Kerikil Air w/c ratio


(Kg) (Kg) (Kg) (Liter)
16.9 Mpa (K200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 Mpa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 Mpa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 Mpa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 Mpa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
Tabel 2.2 Gradasi Kerikil

Persen bahan butiran yang lewat ayakan


Lubang Ayakan (mm) Berat butir maksimum
40 mm 20 mm
40 95-100 100
20 30-70 95-100
10 10-35 25-55
4,8 0-5 0-10

Tabel 2.3 Berat Jenis Material Bangunan

No Nama Material Berat Jenis


1 Pasir Cimangkok 1.385 kg/m3
2 Kerikil, koral, split (kering/lembab) 1.850 kg/m3

3 Tanah, lempung (kering/lembab) 1.700 kg/m3

4 Tanah, lempung (basah) 2.000 kg/m3


5 Batu alam 2.600 kg/m3
6 Batu belah, batu bulat, batu gunung 1.500 kg/m3

7 Batu karang 700 kg/m3


8 Batu pecah 1.450 kg/m3
9 Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
10 Pasangan batu belah, bulat, gunung 2.200 kg/m3

11 Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3


12 Pasangan batu karang 1.450 kg/m3
13 Kayu (kelas I) 1.000 kg/m3
14 beton 2.200 kg/m3
15 Beton bertulang 2.400 kg/m3
16 Besi tuang 7.250 kg/m3
17 baja 7.850 kg/m3
18 Timah hitam/timbel 11.400 kg/m3

2.2.5 Agregat Halus

Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari
kedua pasir tersebut. Sesuai dengan (SNI 03 - 2847- 2002), bahwa agregat halus
merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00 mm.
Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang
lebih kecil dari saringan no.100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
campuran beton.[1]

Menurut SNI 7394-2008 kebutuhan pasir untuk mutu beton K-225 1/m3
adalah 698 kg dengan ukuran ≤ 5 mm. ............................................... Gambar 2.1

Tabel 2.4 Gradasi Pasir

Lubang Ayakan Persen bahan butiran yang lewat ayakan


(mm)
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

Keterangan: Daerah I: Pasir Kasir Daerah III: Pasir agak halus

Daerah II: Pasir agak kasar Daerah IV: Pasir halus


2.4 Pemeriksaan Material

2.4.1 Pengujian Kadar Lumpur Agregat (SNI 03-4142-1996)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat


pada agregat kasar dan halus, yaitu sebagai berikut:

1. Benda uji dimasukan dengan berat (gram) kemudian ditimbang (W1);


2. Lalu benda uji dimasukan kedalam wadah, dan diberi air pencuci
secukupnya sehingga benda uji terendam;
3. Wadah diguncang-guncangkan hingga kotoran-kotoran pada benda uji
hilang dan diulangi pekerjaan diatas sampai air cucian menjadi bersih;
4. Lalu benda uji dikeringkan dalam oven sampai berat tetap. Setelah kering
ditimbang dan dicatat beratnya (W2);
5. Hitung kadar lumpur dengan rumus sebagai berikut:
𝑊1−𝑊2
𝑠= 𝑥100% (2.1)
𝑊1

2.4.2 Analisa Saringan (SNI 03-1968-1990)

Analisa saringan agregat kasar dilakukan untuk memperoleh distribusi


besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar.
Cara untuk menentukan gradasi agregat kasar sebagai berikut:

1. Agregat kasar dikeringkan didalam oven dengan suhu (110±5)•C sampai


beratnya tetap;
2. Setelah itu benda uji ditimbang untuk mengetahui berat agregat yang telah
di oven;
3. Setelah kering sampel disaring dengan menggunakan saringan 37,5 mm
(3’’); 63,5 mm (2 1/2’’); 50,8 mm (2’’); 19,1 mm (3/4’’); 12,5 mm (1/2’’);
9,5 mm (3/8’’); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30
(0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm);
4. Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing masing
saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring dengan rumus:
𝛴 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑜.1
𝐹𝑀 = (2.2)
100
Keterangan:

FM : Modulus Kehalusan (Finess Modulus)

2.4.3 Pemeriksaan Berat Isi (SNI 03-1976-2016)

Pemeriksaan berat jenis dilakukan untuk menentukan densitas campuran


beton segar dan memberikan persamaan untuk menghitung volume produksi
campuran dengan wadah ukur terbuat dari besi berdiameter 15,24 cm dan tinggi 23
cm, yaitu sebagai berikut:

1. Hitung volume wadah ukur (W1) (m3);


2. Masukan benda uji ke wadah ukur sampai penuh dan ratakan permukaan
wadah ukur (W2) (kg);
3. Hitunglah massa benda uji yang ada didalam wadah ukur dengan rumus:
𝑊1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 = 𝑊2 (2.3)

Keterangan:

W1 : massa wadah (gram);

W2 : massa wadah + benda uji (gram).

2.4.4 Pemeriksaan Kadar Air (SNI 03-1971-2011)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat pada
agregat, yaitu sebagai berikut:

1. Menimbang wadah kosong (W1), lalu benda uji dimasukan kedalam wadah
dan di timbang (W2), masa benda uji adalah masa wadah dan benda uji
dikurangi masa wadah (W3);
2. Setelah itu benda uji dikeringkan beserta talam/wadah didalam oven dengan
suhu (110±5)℃, sampai berat tetap/kering;
3. Setelah kering, benda uji kering dan wadah ditimbang (W4). Masa benda uji
kering massa wadah dan benda uji kering dikurangi masa wadah (W5);
4. Hitung kadar air dengan rumus sebagai berikut:
𝑊3−𝑊5
𝑝= 𝑥100% (2.4)
𝑊5

Keterangan :

P : kadar air benda uji dalam satuan persen;

W1 : massa wadah (gram);

W2 : massa wadah + benda uji (gram).

2.4.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (SNI 03-
1969-2016)

Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka
penyerapan. Peralatan yang dibutuhkan meliputi:

1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan


kapasitas kira-kira 5 kg;
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu
tetap;
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan keranjang penggantung;
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)℃;
5. Alat pemisah contoh saringan no.4 (4,75 mm).

Benda uji yang digunakan adalah agregat yang tertahan saringan no.4 (4,75) mm
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira kira 5 kg.

Cara pengujian atau prosedur urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:

1. Cuci benda uji;


2. Keringkan benda uji dalam oven;
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar;
4. Rendam benda uji dalam air;
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap;
6. Timbang benda uji;
7. Letakkan benda uji didalam keranjang;.

Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai berikut:

1. Berat jenis curah (Sd)


𝐴
(2.5)
𝐵−𝐶

2. Berat jenis jenuh kering permukaan (Ss)


𝐵
(2.6)
𝐵−𝐶

3. Berat jenis semu (Sa)


𝐴
(2.7)
𝐴−𝐶

4. Berat jenis rata-rata (G)


𝑆𝑑+𝑆𝑠+𝑆𝑎
(2.8)
3

5. Penyerapan air (Aw)


𝐵−𝐴
[ ]𝑥100% (2.9)
𝐴

Keterangan:

A= berat benda uji kering oven (gram)

B= berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)

C= berat benda uji didalam air (gram)

2.5 Bahan Tambahan (Additive)

2.5.1 Silica Fume

Silica fume merupakan material pozzolan yang halus, dimana komposisi


silika lebih banyak dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon dan alloy
besi silikon (dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan Silica fume).
Silica fume merupakan bahan pengisi (filler) dalam beton yang mengandung kadar
silica yang tinggi mencapai lebih dari 90%. Dalam pengunaannya Silica fume dapat
berfungsi sebagai pengganti sebagian semen yang akan dicampurkan menjadi
beton, sebanyak 5% - 15% dari total berat semen yang akan digunakan. Kandungan
pada Silica fume akan bereaksi akan bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan
semen pada saat pembentukan senyawa calcium silica hidrat (CSH) yang
berpengaruh pada proses pengerasan semen (Wicaksono, Wibowo, & Safitri,
2018)(Sebayang, 2011).[4]

Silica fume berwarna abu-abu, diameter butiran rata-rata 0,1 m, dengan


specific surface 20.000 m2 /kg, seperseratus kali lebih halus daripada semen, berat
jenis silica fume 2,2 dan berat volumenya sebesar 200 - 300 kg/m3 (Burge, 1988).
Silica fume mengandung senyawa silikat yang sangat tinggi yaitu sekitar 93 %
(Ryan, 1992).

Senyawa silikat minimum pada silica fume sebesar 85 % (ASTM C 1240-


93)6. Adukan beton yang mengandung silica fume akan membutuhkan air yang
lebih banyak, di atas 5 persen dari pada beton tanpa silica fume, adukan beton lebih
kohesif, sehingga tidak menimbulkan segregasi dan secara signifikan mengurangi
terjadinya bleeding (ACI Committee 234). Kuat tekan beton yang mengandung
silica fume pada umur 3 sampai 28 hari lebih besar daripada kuat tekan beton tanpa
silica fume, kontribusi silica fume terhadap kuat tekan beton di atas umur 28 hari
relatif kecil (ACI Committee 234).

Keunggulan Silica Fume dalam beton adalah sebagi berikut:

1. Meningkatkan kuat tekan beton.


2. Meningkatkan kuat lentur beton.
3. Memperbesar modulus elastisitas beton.
4. Mengecilkan regangan beton.
5. Meningkatkan durabilitas beton terhadap serangan unsur kimia.
6. Mencegah reaksi alkali silica dalam beton.
7. Meningkatkan kepadatan (density) beton.
8. Meningkatkan ketahanan terhadap abrasi dan korosi.
9. Menyebabkan temperatur beton menjadi lebih rendah sehingga mencegah
terjadinya retak pada beton. [4]

2.6 Kuat tekan beton

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan
benda uji hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh
mesin pembebanan. Kuat tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari
perbandingan semen, agregat halus, agregat kasar, air, dan berbagai jenis campuran.
Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor utama dalam penentuan kuat
tekan beton.

Beton relatif kuat menahan gaya tekan. Keruntuhan beton sebagian


disebabkan karena rusaknya ikatan pasta dengan agregat. Nilai kuat tekan beton
didapat melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu
atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm tinggi 300 mm) sampai hancur. Kuat
tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan tertinggi (f’c) yang
dicapai benda uji pada umur 7, 14, dan 28 hari akibat beban tekan selama
pengujian.[5]

Benda uji yang digunakan untuk kuat tekan berbentuk silinder dengan tinggi
30 cm dan diamter 15 cm dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Benda Uji Kuat Tekan Beton


Cara menetukan nilai kuat tekan beton:
𝑃
f’c = 𝐴 (2.10)

Keterangan:
f’c = Kuat tekan beton ( MPa )
A = luas penampang benda uji (𝑚𝑚2 )

P = beban tekan ( N )

Luas permukaan benda uji silinder 15 cm x 30 cm

= 0.25 π D*D (2.11)

Volume Silinder 15 cm x 30 cm

= 0.25 π D*D H (2.12)

Tabel 2.5 Ukuran Benda Uji Kuat Tekan

Jenis Cetakan Contoh Uji Ukuran Bagian Dalam Cetakan (mm)

Kubus 100 x 100 x 100

150 x 150 x 150

Balok 500 x 100 x 100

600 x 150 x 150

Silinder Diameter 150 dan Tinggi 300

Diameter 100 dan Tinggi 200


Tabel 2.6 Campuran Benda Uji K-225 dengan bahan tambah

NO SEMEN PCC SILICA FUME JUMLAH


SAMPEL

1 75% 25% 1

2 70% 30% 1

3 65% 35% 1

Total 3 Buah
BAB III

OBJEK KAJIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium bahan Teknik Sipil Politeknik


Sukabumi dan Kantor Bengkel Alat Berat dan Laboratorium (Benglat) Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi. Perancangan campuran beton 9 sampel
beton silinder terdiri dari masing masing 3 benda uji dengan variasi campuran yang
berbeda, masing-masing 3 beton normal K-225, 3 beton dengan normal dengan
penambahan PCC yang berbeda, 3 beton dengan bahan tambah Silica Fume dengan
masing masing variasi 25%, 30%, dan 35%. Benda uji berukuran diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm. Kemudian diuji tekan pada umur beton 7, 14, 21 hari.

3.2 Bahan-bahan

Bahan yang digunakan dalam proses pencampuran adalah:

1. Portland Composite Cement (PCC) produk SCG 50kg NRP 104-002-


192126 Ni-8;
2. Agregat halus (pasir) Cimangkok gradasi saringan No.4 (4,75mm); No.8
(2,36mm); No.16 (1,18mm); No.20 (mm); No.40 (0,425mm); No.60
(0,25mm); No.100 (0,15); N0.200 (0,075mm);
3. Agregat kasar (kerikil) Goalpara Sukaraja ukuran 1’’(25mm); 3/4(19,1mm);
1/2’’(12,5mm); 3/8’’(9,5mm); 4’’(4,75mm);
4. Air (sumur) yang tidak terkontaminasi limbah dan sabun;
5. Bahan tambah Silica Fume (Produk Pabrik/Toko Bahan Kimia).

3.3 Peralatan

Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain:

1. Timbangan kapasitas 20 kg dengan ketelitian minimum 0,01 kg merek


Excellent Scale;
2. Satu set alat pemeriksaan agregat (piring,piknometer,oven, saringan,agregat
serta mesin shieve shaker untuk mengayak saringan);
3. Tempat mengaduk beton (Site Mix);
4. Kerucut Abrahams;
5. Cetakan Silinder;
6. Tongkat penumbuk;
7. Mesin kuat tekan beton (COMPRESSION TESTING MACHINE) Capacity
2000KN, Grade 1, No. 210560, Date 2021.05, Voltage 380 V, C-Tech
Laboratory Equipment Co., Ltd;
8. Sekop besar;
9. Kaliper (jangka sorong);
10. Penggaris manual (besi);
11. Gelas ukur kapasitas 1 Liter;
12. Ember (T=15cm; Diameter Atas 22,7 cm; Diameter tengah 18,5 cm;
Diameter bawah 16 cm; Volume=4.408,825 cm3);
13. Sendok semen (cetok);
14. Seperangkat peralatan kunci.

3.3 Pengujian Slump (SNI 03-1072-2008)

Pengujian ini dilakukan untuk mencari nilai slump pada beton segar, melihat
perbandingan antara nilai slump dengan uiat tekan beton yang tercapai.

1. Peralatan
a. Kerucut Abraham, yaitu kerucut terpancung dengan ukuran diamter
bawah 20 cm diameter atas 10 cm, tinggi 30 cm;
b. Plat baja tahan karat untuk alas pengujian;
c. Tongkat pemadat diameter 20 mm panjang 50-60cm;
d. Mistar pengukur.
2. Prosedur
a. Bagian dalam alat slump serta landasannya;
b. Letakan alat slump ditempat datar atau landasan yang sudah
disiapkan.;
c. Selanjutnya beton dimasukkan;
d. Setiap lapisan dipadatkan dengan batang pemadat sebanyak 25 kali.;
e. Lalu secara perlahan angkat vertikal keatas kerucut abrahamnya;
f. bandingkan tinggi cetakan dengan tinggi beton, lalu hasil dari
pengukurannya dicatat.

3.4 Pengujian Kuat Tekan Beton (SNI 03-1974-2011)

Pengujian kuat tekan dilakukan untuk membandingkan kuat tekan hasil


pengujian dengan kuat tekan rencana yang sesuai dengan standarisasi, dan
melakukan koreksi terhadap rancangan campuran.

1. Peralatan
a. Mesin kuat tekan beton (COMPRESSION TESTING MACHINE)
Capacity 2000KN, Grade 1, No. 210560, Date 2021.05, Voltage 380
V, C-Tech Laboratory Equipment Co., Ltd;
b. Timbangan kapasitas 20 kg dengan ketelitian minimum 0,01 kg
merek Excelent Scale;
c. Mistar ukur.
2. Prosedur
a. Lap permukaan beton silinder, yang telah dirawat sampai hari
pengujian;
b. Timbang benda uji;
c. Siapkan Mesin uji tekan;
d. Lalu mesin tekan diatur;
e. Atur jarum penujuk sampai angka 0 (nol);
f. Lalu mesin tekan dijalankan dengan menekan tombol start;
g. Lepas tombol rapid approach, sehingga mesin bergerak sendiri;
h. dicatat besar beban maksimum P maks (KN) Bila beban sudah
mencapai maksimum;
i. matikan mesin penguji dengan menekan tombol stop.
3. Perhitungan
a. Kuat tekan beton (2.13)

3.5 Prosedur Proporsi Campuran Beton Kekuatan Tinggi (SNI 03-6468-


2000)

Tahap awal sebelum melakukan perencanaan campuran beton, dilakukan


pengujian terhadap komponen-komponen dasar pembentuk beton sesuai
dengan SNI (Standar Nasional Indonesia), yaitu pengujian terhadap agregat
halus dan agregat kasar serta air. Selanjutnya dilakukan perencanaan
campuran beton berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia). Hal ini
menetukan persentase atau komposisi masing-masing komponen material
pembentuk beton untuk memperoleh suatu campuran beton yang memenuhi
kekuatan dan keawetan yang direncanakan serta memiliki kelecakan yang
sesuai dengan mempermudah proses pengerjaan.

3.6 Pembuatan dan Perawatan Benda Uji (SNI 7394-2008)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan dan perawatan benda


uji adalah sebagai berikut:

1. Siapkan Bahan dan alat-alat yang akan digunakan;


2. lakukan pemeriksaan laboratorium terhadap material yang akan
digunakan;
3. Merencanakan campuran beton;
4. Menimbang bahan yang dibutuhkan;
5. Pengadukan bahan-bahan;
6. Setelah adukan homogen, tuang adukan ke alas campuaran beton;
7. Diukur nilai slump dari adukan tersebut;
8. Setelah slump sesuai kemudian tambahkan Silica Fume;
9. Setelah padat dan cetakan penuh kemudian permukaan diratakan;
10. Setelah itu simpan cetakan ditempat yang sejuk;
11. Pengujian dilakukan dengan mesin desak beton sesuai dengan umur
yang telah ditentukan.

3.7 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa


tahapan sebagai berikut:

1. Alat-alat dan benda uji yang akan digunakan dipersiapkan terlebih


dahulu;
2. Benda uji diuji dengan mesin tekan. Letakkan benda uji pada mesin
tekan secara semtris (tepat di tengah) lalu diberikan beban tekan dengan
penambahan beban yang konstan berkisar antara 2-4 kg/cm2 per detik;
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selana pemeriksaan benda uji;
4. Catatlah keadaan benda uji

Tabel 3.1 Campuran Benda Uji K-225 tanpa bahan tambah

NO SEMEN Pasir (Kg) Kerikil Air Jumlah


PCC (Cimangkok) (Kg) Sumur Sampel Umur
(Kg)/(Ember) Gradasi Goalpara (Liter)
(PCC SCG) Kasar
Ni-8

1 1,97 (Kg) 3,7 5,5 1,14 1 7

2 1,97 (Kg) 3,7 5,5 1,14 1 7

3 1,97 (Kg) 3,7 5,5 1,14 1 14

4 1,5 (ember) 3,7 5,5 1,14 1 7

5 2 (ember) 3,7 5,5 1,14 1 14

6 2,5 (ember) 3,7 5,5 1,14 1 21

Total 6
3.8 Pengolahan Data

Setelah bahan dan alat diuji siap serta samperl uji telah dibuat, maka untuk
diuji sesuai prosedur penelitian. Hasil dari pengujian berupa data-data kasar yang
masih perlu diolah lebih lanjut untuk mengetahui hubungan/korelasi antar satu
pengujian dengan pengujian lainnya. Secara umum dari pengujian-pengujian yang
akan dilakukan nantinya akan menghasilakan pengaruh perawatan dan penambahan
additive pada mutu beton.

3.9 Diagram Alir

mulai

pendahuluan

Tinjauan pustaka

Metedologi penelitan

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

mulai
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN DATA ANALISA

Dalam penelitian ini dibuat sebanyak 9 sampel beton silinder mutu K-225
Mpa terdiri dari 4 jenis campuran yang berbeda diantaranya 3 sampel beton normal,
3 sampel beton dengan penambahan komposisi PCC, dan 3 sampel beton dengan
bahan tambah silica fume berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk
dilakukan pengujian kuat tekan beton pada umur 7, 14, dan 21 hari berdasarkan data
pemeriksaan material meliputi pengujian kadar lumpur agregat, analisa saringan,
pemeriksaan berat isi, pemeriksaan kadar air, pengujian berat jenis dan penyerapan
air agregat kasar. Pemeriksaan material dilakukan di Laboratorium bahan Teknik
Sipil Politeknik Sukabumi, sedangkan pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di
Kantor Bengkel Alat Berat dan Laboratorium (Benglat) Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Sukabumi.

4.1 Data Pemeriksaan

4.1.1 Pengujian Kadar Lumpur Agregat (SNI 03-4142-1996)

1. Agregat Kasar Goalpara

Berat sampel agregat kasar yang digunakan adalah 5000 gram. Hasil
dari pengujian kadar lumpur agregat kasar Goalpara setelah dicuci bersih
kemudian dihitung menggunakan persamaan (2.2) adalah 2,4% dapat dilihat
dari tabel 4.1

Tabel 4.1 Kadar Lumpur Agregat Kasar Goalpara

Uraian Keterangan Benda Uji


Berat benda uji awal W1 5000 gram
Berat benda uji setelah di cuci W2 4880 gram
Kadar Lumpur Persamaan (2.1) 2,4 %
A. Agregat Halus Cimangkok
Berat sampel agregat halus Cimangkok yang digunakan adalah 3000
gram. Hasil dari pengujian kadar lumpur agregat halus Cimangkok
setelah dicuci kemudian dihitung menggunakan persamaan (2.2) adalah
9,1% dapat dilihat dari tabel 4.2

Tabel 4.2 Kadar Lumpur Agregat Halus Cimangkok

Uraian Keterangan Benda Uji


Berat benda uji awal W1 3000 gram
Berat benda uji setelah dicuci W2 2727 gram
Kadar lumpur Persamaan (2.1) 9,1%
4.1.2 Analisis Saringan (SNI 03-1968-1990)

1. Agregat Kasar Goalpara

Agregat Kasar Goalpara digunakan ukuran 10-15 mm dengan berat


sampel 4880 gram, modulus kehalusan agregat kasar dihitung
menggunakan persamaan (2.3)

Tabel 4.3 Analisa Saringan Agregat Kasar Goalpara

Berat Jumlah (%) Spesifikasi


No. Saringan Tertahan
(gram) Tertahan Kumulatif Lolos %Lolos
No. 1’’ (25 mm)
No. ¾’’ (19,1 mm) 1880 3784 37,84 62,16 95-100
No. ½’’ (12,5 mm) 2822 56,80 94,64 5,36 85-100
No. 3/8’’ (9,5 mm) 240 4,82 99,46 0,54 10-55
No. 4 (4,75 mm) 10,85 0,22 99,68 0,32 0-10
PAN 15,75 0,32 100,00 0,00 -
Total 4968 100,00 414,78
Agregat Kasar Maks. 20 mm

Grafik analisa saringan Agregat Kasar


100,00
100
90
80
70 62,16
Lolos (%)

60
50
40
30
20
5,36
10 0,32 0,54
0
1 10 100
Diameter saringan (mm)

Gambar 4.1 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar

2. Agregat Halus Cimangkok


Berat sampel agregat halus Cimangkok yang digunakan 2531,47 gram,
modulus kehalusan agregat halus Cimangkok dihitung menggunakan
persamaan (2.3)

Tabel 4.4 Analisa Saringan Agregat Halus Cimangkok

Berat Jumlah (%) Spesifikasi


No. Saringan Tertahan
(gram) Tertahan Kumulatif Lolos %Lolos
No. 4 (4,75 mm)
No. 8 (2,36 mm)
No. 16 (1,18 mm) 11,43 0,45 0,45 99,55 100
No. 20 (0,85 mm) 90,21 3,56 4,01 95,99 95-100
No. 40 (0,425 mm) 602,75 23,81 27,82 72,18 85-100
No. 60 (0,25 mm) 1133 44,75 72,57 27,43 75-100
No. 100 (0,15 mm) 4 0,1 72,67 27,33 60-79
No. 200 (0,075 552 21,08 94,47 5,53 12-40
mm)
PAN 140,1 5,53 100,00 0 0-10
Total 2531,47 100,00 271,99
Modulus Kehalusan (FM) = (2,7)

Agregat halus harus memenuhi ketentuan SNI tentang mutu dan cara uji
agregat beton. Beton berkekuatan tinggi sebaiknya menggunakan agregat halus
dengan modulus kehalusan 2,5 sampai dengan 3,2. Modulus kehalusan yang
didapat adalah 2,7 dan spesifikasi pasir termasuk ke dalam daerah III (Pasir agak
halus). Maka agregat halus yang digunakan memenuhi syarat.

Grafik analisa saringan Agregat Halus


99,55 100,00 100,00
95,99
100
90
80 72,18
70
Lolos (%)

60
50
40
27,33 27,43
30
20
5,53
10
0
0,01 0,1 1 10
Diameter saringan (mm)

Gambar 4.2 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar


4.1.3 Pemeriksaan Berat Isi

Gambar 4.3 Wadah Ukur Berat Isi

1
V = ( 𝑥3,14𝑥𝐷 2 ) 𝑥 𝑇
4

1
V = (4 𝑥3,14𝑥0,152 ) 𝑥0,3

V = 0,0053 𝑚3

1. Agregat Kasar Goalpara


Berat sampel agregat kasar Goalpara yang didalam wadah ukur 6,85 Kg,
berat jenis agregat kasar dihitung menggunakan persamaan (2.4)

Tabel 4.5 Berat Isi Agregat Kasar Goalpara

Uraian Keterangan Benda Uji


Volume wadah ukur W1 0,0053 𝑚3
Berat benda uji W2 6,85 kg
Berat Jenis Persamaan (2.3) 1292,45 kg/𝑚3

2. Agregat Halus Cimangkok


Berat sampel agregat halus Cimangkok yang didalam wadah ukur 7,9
Kg, berat jenis agregat halus dihitung menggunakan persamaan (2.3)
Tabel 4.6 Berat Isi Agregat Halus Cimangkok

Uraian Keterangan Benda Uji


Volume wadah ukur W1 0,0053 𝑚3
Berat benda uji W2 7,9 kg
Berat Jenis Persamaan (2.3) 1490,57 kg/𝑚3

4.1.4 Pemeriksaan Kadar Air (SNI 03-1971-2011)

1. Agregat Kasar Goalpara

Tabel 4.7 Kadar Air Agregat Kasar Goalpara

Uraian Keterangan Benda Uji 1 Benda Uji 2


Massa wadah W1 8,8 gram 9 gram
Massa wadah + benda uji W2 15,40 gram 16 gram
Massa benda uji W3 6,6 gram 7 gram
Massa wadah + benda uji W4 15,10 gram 15,75 gram
kering oven
Massa benda uji kering W5 6,3 gram 6,75 gram
oven
Kadar air total Persamaan (2.4) 4,76% 3,70%
Kadar air rata-rata 4,23%
2. Agregat halus Cimangkok
Kadar air pada agaregat halus dihitung menggunakan persamaan (2.5)

Tabel 4.8 Kadar Air Agregat Halus Cimangkok

Uraian Keterangan Benda Uji 1 Benda Uji 2


Massa wadah W1 13,9 gram 8,8 gram
Massa wadah + benda uji W2 37,25 gram 23,50 gram
Massa benda uji W3 23,35 gram 14,7 gram
Massa wadah + benda uji W4 35,75 gram 22,70 gram
kering oven
Massa benda uji kering oven W5 21,8 gram 13,9 gram
Kadar air total Persamaan (2.4) 7,11% gram 5,75%
Kadar air rata-rata 6,43%

4.1.5 Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat (SNI-03-1969-2016)

1. Agregat kasar Goalpara

Berat sampel agregat kasar Goalpara yang digunakan adalah 5000


gram, kadar air pada agregat kasar dihitung menggunakan persamaan (2.8).
Agregat kasar sedikit menyerap air dan mempunyai pori-pori yang kecil.

Tabel 4.9 Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar Goalpara

Uraian Keterangan Benda uji


Berat benda uji kering oven (Bk) A 5000 gram
Berat benda uji jenuh kering B 5164 gram
permukaan di udara (Bj)
Berat benda uji di dalam air (Ba) C 3069 gram
Berat jenis curah (Sd) Persamaan (2.5) 2,39 gram
Berat jenis kering permukaan (Ss) Persamaan (2.6) 2,47 gram
Berat jenis semu (Sa) Persamaan (2.7) 2,59 gram
Berat jenis rata-rata Persamaan (2.8) 2,48 gram
Penyerapan air (Sw) Persamaan (2.9) 3,28%

4.2 Perhitungan Perancangan Pencampuran Beton


1. Pembuatan 1/m3 beton mutu f’c = 19,3 Mpa (K-225) Slump (12 ± 2) cm
w/c = 0,58 menurut SNI 7394-2008

PCC (SCG) = 371 kg

Pasir (Cimangkok) = 698 kg

Kerikil (Goalpara) = 1047 kg

Air = 215 Liter

Tabel 4.10 Tabel Mutu Beton K-225 berdasarkan SNI DT-91-2007

Mutu Beton Semen Pasir Kerikil Air w/c ratio


(Kg) (Kg) (Kg) (Liter)
19.3 Mpa (K 225) 371 698 1047 215 0.58

2. Untuk mengetahui kebutuhan campuran per silinder diameter 15 cm dan


tinggi 30 cm dengan menghitung volume menggunakan rumus berikut:
V = 1⁄4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2 𝑥 𝑇

V = 1⁄4 𝑥 3,14 𝑥 (0,152 )𝑥 0,3


V = 0,0053 𝑚3

3. Konversi Pembuatan 1/m3 beton mutu f’c = 19,3 Mpa (K-225) Slump (12
± 2) cm w/c = 0,58 menurut SNI 7394-2008 ke per-kg berdasarkan
perhitungan dengan volume campuran per silinder beton diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm:
PCC (SCG) = 371 kg x 0,0053 m3 = 1,966 (1,97kg)
Pasir (Cimangkok) = 698 kg x 0,0053 m3 = 3,699 (3,7 kg)
Kerikil (Goalpara) = 1047 kg x 0,0053 m3 = 5,549 (5,5 kg)
Air = 215 Liter x 0,0053 m3 = 1,139 (1,14 kg)

Tabel 4.11 Tabel kebutuhan Beton Mutu k-225 per-silinder

Mutu Volume Cetakan Semen Pasir Kerikil Air


Beton Silinder 15x30 cm (Kg) (Kg) (Kg) (Liter)
19.3
Mpa (K- V = 0,0053 𝑚3 1,97 3,7 5,5 1,14
225)

4. Konversi Pembuatan 1/m3 beton mutu f’c = 19,3 Mpa (K-225) Slump (12
± 2) cm w/c = 0,58 menurut SNI 7394-2008 ke per-ember
- Mencari diameter ember

𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑠 + 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ


=
2

22,7 𝑐𝑚2 + 16 𝑐𝑚2


=
2

= 19,35 𝑐𝑚2

- Mencari volume ember


= ¼ 𝑥 3,14 𝑥 (19,35 𝑐𝑚)2 𝑥 15 𝑐𝑚
= 4408,825 𝑐𝑚3
- Mencari volume ember dalam satuan 𝑚3
= ¼ 𝑥 3,14 𝑥 (0,1935)2 𝑥 0,15
= 0,0048 𝑚3
- Mencari luas ember
= ¼ 𝑥 3,14 𝑥 𝐷 2
= ¼ 𝑥 3,14 𝑥 (1935 𝑐𝑚)2
= 293,921 𝑐𝑚3
- Mencari luas ember dalam satuan 𝑚3
= ¼ 𝑥 3,14 𝑥 𝐷 2
= ¼ 𝑥 3,14 𝑥 (0,1935)2
= 0,0293 𝑚3

5. Menghitung berat ember dan bahan material dalam 1 ember full


- Berat 1 ember kosong : 207 gram
- Berat 1 ember full agregat halus : 6343 gram
- Berat 1 ember full agregat kasar : 6196 gram
- Berat 1 ember full Semen Pcc : 5690 gram
- Berat 1 ember full air : 4465 gram/4300 cc

Tabel 4.12 Tabel berat material dalam ember full

Berat ember Semen Pasir Kerikil Air


(gram) (gram) (gram) (gram) (Liter/cc)
207 5690 6343 6196 4465/4300

6. Menghitung berat bersih ember dan bahan material dalam 1 ember full :
- Berat 1 ember kosong : 207 gram
- Berat 1 ember full agregat halus : 6343 gram – 207 gram
= 6136 gram
- Berat 1 ember full agregat kasar : 6196 gram – 207 gram
= 5989 gram
- Berat 1 ember full Semen PCC : 5690 gram – 207 gram
: 5483 gram
- Berat 1 ember full air : 4465 gram – 207 gram
= 4258 gram/4300 cc

Tabel 4.13 Tabel berat bersih material dalam ember full

Berat ember Semen Pasir Kerikil Air


(gram) (gram) (gram) (gram) (Liter/cc)
207 5483 6136 5989 4258/4300
7. Perbandingan satuan Kg & Ember 1/𝑚3 beton K-225 f’c 19 Mpa
berdasarkan SNI 7394-2008
Berdasarkan perhitungan kebutuhan mutu beton K-225 berdasarkan
SNI 7394-2008 dibagi berat bersih ember per bahan material di dapat
data sebagai berikut:
371.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
- Semen Pcc : ∶ 67,66 𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟
5483 𝑔𝑟𝑎𝑚
698.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
- Pasir : ∶ 113,75 𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟
6136 𝑔𝑟𝑎𝑚
1047.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
- Split : ∶ 175 𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟
5989 𝑔𝑟𝑎𝑚
215.000 𝑔𝑟𝑎𝑚
- Air : ∶ 50,49 𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟
4258 𝑔𝑟𝑎𝑚

Tabel 4.14 Tabel perbandingan satuan kg & ember 1/𝑚3 Beton K-225

Semen Pasir Kerikil Air

Kg Ember Kg Ember Kg Ember Liter Ember


371 67,66 698 113,75 1047 175 215 50,49

Kemudian untuk mencari kebutuhan per ember untuk 1 mol cetakan


beton silinder 36able36er 15 cm dan tinggi 30 cm berdasarkan
kebutuhan SNI-7394-2008 dilakukan pencarian berdasarkan hasil
konversi kebutuhan per ember dikali dengan volume berat isi cetakan
silinder, rumus sebagai berikut:

- Semen Pcc : 67,66 ember x 0,0053 = 0,36 ember


- Pasir : 113,75 ember x 0,0053 = 0,60 ember
- Split : 175 ember x 0,0053 = 0,93 ember
- Air : 50,49 x 0,0053 = 1,139 = 0,27 ember
Tabel 4.15 Tabel kebutuhan Beton Mutu k-225 per-silinder dengan satuan Ember

Mutu Volume Cetakan Semen Pasir Kerikil Air


Beton Silinder 15x30 cm (Ember) (Ember) (Ember) (Ember)
19.3
Mpa (K- V = 0,0053 𝑚3 0,36 0,60 0,93 0,27
225)

8. Menghitung berat isi wadah ukur/mol cetakan beton silinder diameter 15


cm & tinggi 30 cm
- Dalam satuan cm
V = ¼ 𝑥 3,14 𝑥 (15)2 𝑥 30
= 5298,75 c𝑚3
- Dalam satuan 𝑚3
V = ¼ 𝑥 3,14 𝑥 (0,15)2 𝑥 0,3
= 0,0053 𝑚3
9. Pembuatan komposisi uji coba sampel beton normal tanpa campuran bahan
tambah (Silica Fume)

Pembuatan 6 sampel dimana 3 sampel benda uji beton normal


dengan kadar yang bahan yang sama namun umur rencana yang berbeda, 3
sampel dengan penambahan semen yang berbeda namun komposisi bahan
campuran lain yang sama dan masing- masing dengan umur rencana yang
berbeda sampel benda uji coba dengan proporsi kebutuhan campuran
sebagai berikut:

a. Kebutuhan 3 sampel beton normal dengan umur yang berbeda dalam


satuan Kg:
Beton A (7 hari), Beton B (7 hari), Beton C (14 hari)
Semen : 1,97 Kg x 3 = 5,91 Kg
Pasir : 3,70 Kg x 3 = 3,70 Kg
Kerikil : 5,5 Kg x 3 = 16,5 Kg
Air : 1,14 Kg x 3 = 3,42 Kg

Tabel 4.16 Tabel komposisi uji coba beton normal K-225 tanpa bahan tambah
dalam satuan Kg

NO Nama SEMEN Pasir Kerikil Air Jumlah Umur


sampel PCC Cimangkok Goalpara Sumur Sampel Rencana
(Kg) (Kg) (Kg) (Liter)

1 Silinder 1,97 3,7 5,5 1,14 1 7


A

2 Silinder 1,97 3,7 5,5 1,14 1 7


B

3 Silinder 1,97 3,7 5,5 1,14 1 14


C

Total 3

- Kebutuhan untuk 3 beton normal dengan umur yang berbeda dalam


satuan ember:
Semen : 0,36 ember x 3 = 1,08 ember
Pasir : 0,60 ember x 3 = 1,8 ember
Kerikil : 0,93 ember x 3 = 2,79 ember
Air : 0,27 ember x 3 = 0,81 ember
Tabel 4.17 Tabel komposisi uji coba beton normal K-225 tanpa bahan tambah
dalam satuan Ember

NO Nama SEMEN Pasir Kerikil Air Jumlah Umur


sampel PCC Cimangkok Goalpara Sumur Sampel Rencana
(Ember) (Ember) (Ember) (Embr)

1 Silinder 0,36 0,60 0,93 0,27 1 7


A

2 Silinder 0,36 0,60 0,93 0,27 1 7


B

3 Silinder 0,36 0,60 0,93 0,27 1 14


C

Total 3

b. Kebutuhan 3 sampel beton normal dengan tambahan semen dan


umur yang berbeda dalam satuan Kg:
Semen : - Beton D = 1,5 ember (7 hari)
- Beton E = 2 ember (14 hari)
- Beton F = 2,5 ember (21 hari)
Pasir : 3,70 Kg x 3 = 3,70 Kg
Kerikil : 5,5 Kg x 3 = 16,5 Kg
Air : 1,14 Kg x 3 = 3,42 Kg
Tabel 4.18 Tabel komposisi uji coba beton normal K-225 dengan penambahan
semen dalam satuan Kg

NO Nama SEMEN Pasir Kerikil Air Jumlah Umur


sampel PCC Cimangkok Goalpara Sumur Sampel Rencana
(Kg) (Kg) (Kg) (Liter)

1 Silinder 8,22 3,7 5,5 1,14 1 7


D

2 Silinder 10,97 3,7 5,5 1,14 1 14


E

3 Silinder 13,70 3,7 5,5 1,14 1 21


F

Total 3

- Kebutuhan untuk 3 beton normal dengan tambahan semen dan umur


yang berbeda dalam satuan ember:
Semen : - Beton D = 1,5 ember (7 hari)
- Beton E = 2 ember (14 hari)
- Beton F = 2,5 ember (21 hari)
Pasir : 0,60 ember x 3 = 1,8 ember
Kerikil : 0,93 ember x 3 = 2,79 ember
Air : 0,27 ember x 3 = 0,81 ember

Tabel 4.19 Tabel komposisi uji coba beton normal K-225 dengan penambahan
semen dalam satuan Ember

NO Nama SEMEN Pasir Kerikil Air Jumlah Umur


sampel PCC Cimangkok Goalpara Sumur Sampel Rencana
(ember) (ember) (ember) (embr)

1 Silinder 1,5 3,7 5,5 1,14 1 7


D
2 Silinder 2 3,7 5,5 1,14 1 14
E

3 Silinder 2,5 3,7 5,5 1,14 1 21


F

Total 3

10. Pembuatan komposisi uji coba sampel beton normal dengan campuran
bahan tambah (Silica Fume)
Pembuatan 3 sampel dimana masing- masing sampel dengan kadar
variasi PCC dan Silica Fume yang berbeda dan penambahan lost 2%. Umur
rencana yang direncanakan adalah 14 hari, sampel benda uji dengan
penambahan bahan tambah Silica Fume dengan proporsi kebutuhan
campuran sebagai berikut:
a. Kebutuhan 3 sampel beton dengan silica fume dalam satuan Kg:
- BSF A (14 hari)
Semen : 1,48 Kg
Silica Fume : 0,49 Kg
Pasir : 3,70 Kg
Kerikil : 5,5 Kg
Air : 1,6 Kg
- BSF B (14 hari)
Semen : 1,38 Kg
Silica Fume : 0,59 Kg
Pasir : 3,70 Kg
Kerikil : 5,5 Kg
Air : 1,6 Kg
- BSF C (14 hari)
Semen : 1,28 Kg
Silica Fume : 0,69 Kg
Pasir : 3,70 Kg
Kerikil : 5,5 Kg
Air : 1,6 Kg

Tabel 4.20 Tabel komposisi uji coba beton normal K-225 dengan bahan tambah
Silica Fume dalam satuan Kg

No Nama Semen Silica Pasir Kerikil Air Jumlah Umur


Sampel PCC Fume Cimangkok (Goal Sumur Sampel Rencana
(kg) (Kg) (Kg) Para) (Kg)
1 BSF A 1,48 0,49 3,7 5,5 1,16 1 14
2 BSF B 1,38 0,59 3,7 5,5 1,16 1 14
3 BSF C 1,28 0,69 3,7 5,5 1,16 1 14
Total 3

4.3 Pengujian Slump (SNI 03-1072-2008)

Dari table 4.21 bahwa masing-masing sampel beton mutu k-225 dengan
bahan tambah Silica fume dengan variasi persentase yang berbeda dan penambahan
air memberikan hasil yang berbeda.

Tabel 4.21 Nilai Slump

No. Tipe Variasi Slump (cm)


1 Beton Normal 14
2 Beton SF A 11,5
3 Beton SF B 20
4 Beton SF C 23
Grafik Nilai Slump
23
25 20
20
14
15 11,5

10

0
BN BSF A BSF B BSF C

Nilai Slump

Gambar 4.4 Grafik Nilai Slump

4.4 Pengujian Kuat Tekan Beton (SNI 03-1974-1990)

Setelah dilakukan pembuatan dan perawatan benda uji, selanjutnya


dilakukan pengujian kuat tekan beton di Kantor Bengkel Alat Berat dan
Laboratorium (Benglat) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi pada benda
uji umur 7,14, dan 21 hari dengan kuat tekan beton yang direncanakan f’c sebesar
19,3 Mpa sebanyak 9 sampel yang terdiri dari 3 beton normal K-225 dengan takaran
kebutuhan material yang sama, masing-masing: Silinder A 7 hari; Silinder B 7 hari;
Silinder C 14 hari, 3 beton normal dengan penambahan komposisi PCC yang
berbeda namun komposisi material lainnya tetap samadan umur yang berbeda,
masing-masing: Silinder D (7 hari) +PCC 8,22 Kg (1,5 ember); Silinder E (14 hari)
+PCC 10,97 Kg (2 ember); dan Silinder F (21 hari) +PCC 13,70 Kg (2,5 ember).
Kemudian 3 sampel Beton dengan bahan tambah Silica Fume dengan masing-
masing perbandingan variasi yang berbeda dan umur yang direncanakan adalah 14
hari, diantaranya; Sampel BSF A dengan campuran Silica Fume 25% dan PCC 75%
(PCC 1,48 Kg : 0,49 Kg Silica Fume), Sampel BSF B dengan campuran Silica Fume
30% dan PCC 70% (PCC 1,38 Kg : 0,59 Kg Silica Fume), Sampel BSF C dengan
campuran Silica Fume 35% dan PCC 65% (PCC 1,28 Kg : Silica Fume 0,69 Kg).
Tabel 4.22 Hasil Kuat Tekan Beton Normal

No. Tanggal Nama Umur Kuat Tekan (Kg/𝒄𝒎𝟐 )


Pengujian Sampel Rencana
1 30-10-2023 Silinder A 7 138,23
2 30-10-2023 Silinder B 7 106,11
3 09-11-2023 Silinder C 14 138,38
4 09-11-2023 Silinder D 7 477,89
5 13-11-2023 Silinder E 14 296,06
6 20-11-2023 Silinder F 21 170,80
`

Grafik Kuat Tekan Beton Normal


600

477,89
Kuat Tekan Beton (Kg/cm2)

500

400
296,06
300

170,8
200 138,23 138,38
106,11
100

0
Silinder A Silinder B Silinder C Silinder D Silinder E Silinder F

Kuat Tekan Beton

Gambar 4.5 Grafik Kuat Tekan Beton Normal

Terlihat pada gambar 4.5 bahwa penambahan semen pada sampel beton
silinder D, E , dan F berpengaruh terhadap kuat tekan beton dibandingankan dengan
beton normal K-225 dengan tanpa penambahan komposisi semen. Pada sampel
beton silinder normal K-225 tanpa tambahan semen yaitu sampel beton A, B, dan
C ditemukan bahwa mutu tidak tercapai, dan pada sampel beton normal K-225
dengan penambahan komposisi semen yang berbeda ditemukan bahwa pada sampel
beton silinder D dan E memenuhi mutu yang dituju, dan pada sampel F tidak
mencapai mutu yang di tuju.

Tabel 4.23 Hasil Kuat Tekan Beton dengan bahan tambah Silica Fume

No. Tanggal Nama Umur Kuat Tekan (Kg/𝒄𝒎𝟐 )


Pengujian Sampel Rencana
1 28-11-2023 BSF A 14
2 28-11-2023 BSF B 14
3 28-11-2023 BSF C 14

Grafik Kuat Tekan Beton dengan Bahan Tambah Silica


Fume
600
Kuat Tekan Beton (Kg/cm2)

477,89
500

400
296,06
300
170,8
200 138,23 138,38
106,11
100

0
Silinder A Silinder B Silinder C Silinder D Silinder E Silinder F

Kuat Tekan Beton

Gambar 4.6 Grafik Kuat Tekan Beton dengan bahan tambah Silica Fume
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian benda uji dan saran
terhadap hal-hal yang terkait dengan penggunaan bahan tambah Silica Fume
terhadap kuat tekan beton yang dapat dijadikan sebagai anjuran bagi penelitian
selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:

1. Dengan penambahan PCC (Portland Composite Cement) berpengaruh


terhadap kuat tekan beton. Didapatkan hasil bahwa ada peningkatan kuat
tekan beton yang sangat optimum pada sampel beton (Silinder D) yaitu
477,89 Kg/𝑐𝑚2 yang jauh lebih tinggi dari beton normal tanpa tambahan
PCC, beton (silinder E) diperoleh kuat tekan sebesar 296,06 Kg/𝑐𝑚2 , dan
beton (silinder F) diperoleh kuat tekan sebesar 170,80 Kg/𝑐𝑚2 . Pada beton
normal tanpa tambahan PCC diantaranya, beton normal (silinder A)
diperoleh kuat tekan sebesar 138,23 Kg/𝑐𝑚2 , beton normal (silinder B)
diperoleh kuat tekan sebesar 106,11 Kg/𝑐𝑚2 , dan beton normal (silinder C)
diperoleh kuat tekan sebesar 138,38 Kg/𝑐𝑚2
2. Penambahan Silica Fume sebagai bahan tambah berpengaruh/tidak terhadap
kuat tekan beton. Hal ini di peroleh berdasarkan hasil kuat tekan beton yang
dilakukan di Laboratorium terhadap beton normal dan beton dengan bahan
tambah Silica Fume. Didapatkan data hasil kuat tekan pada beton (BSF A)
sebesar .......... , beton (BSF B) sebesar ....... , dan beton (BSF C) sebesar.....
3. Penambahan Silica Fume berpengaruh terhadap nilai Slump, hal ini didapat
berdasarkan perbandingan dilapangan pada saat pengujian hasil slump
beton normal dan beton dengan bahan tambah Silica Fume.
4. Bahwa pengaruh penambahan Silica fume terhadap peningkatan kuat beton
akan menurun/tidak jika penggunaan nya lebih dari brp % dari semen.

5.2 Saran

Dari uraian diatas dengan meninjau pada pembahasan dan hasil penelitian
ternyata masih banyak kekurangan dari penelitian ini, maka untuk mendapatkan
hasil penelitian yang lebih baik lagi diperlukan saran-saran yang bersifat
membangun untuk penelitian selanjutnya, adapun saran yang dapat penulis berikan
untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

1. Diperlukan penelitian yang lebih lanjut terhadap pemakaian bahan tambah


Silica Fume agar dapat dicapai hasil yang maksimal dan menambah
pengetahuan tentang teknologi beton.
2. Pemakaian bahan tambah Silica Fume dalam campuran terutama dilapangan
harus diawasi karena pemakaian bahan tambah yang berlebih sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton terutama kekuatan tekannya.

Anda mungkin juga menyukai