8 A
PENGUJIAN
HAMMER TEST
MODUL 6.8.a
DAFTAR ISI
MODUL 6.8.a
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Type alat hammer test ..................................................................................................... 4
Gambar 1. 2 Skema ilustrasi pengujian rebound hammer .................................................................... 5
Gambar 1. 3 Contoh alat hammer manual dan digital dari proceq ....................................................... 6
Gambar 1. 4 Pelaksanaan Uji Angka Pantul (Hammer Test) .................................................................. 7
Gambar 2. 1 Skema Potongan Memanjang Palu Uji Beton Dalam kondisi terpantul .......................... 10
ii
MODUL 6.8.a
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Besaran kuat tekan yang dapat dipikul oleh metode non destructive test .......................... 6
iii
MODUL 6.8.a
BAB I PENDAHULUAN
Maksud
Maksud penyusunan modul ini adalah sebagai pedoman Pengujian Elemen Struktur
Dengan Alat Palu Beton (Hammer Test) Tipe N dan NR, serta dimaksudkan juga sebagai acuan
dan pegangan dalam melaksanakan uji kekerasan permukaan beton di lapangan
1.1.2
Tujuan
Tujuan metode pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkirakan nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan
pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencanaan dan atau pengawas pelaksanaan
pekerjaan.
2. Menilai kuat tekan beton yang sudah tercetak sebagai struktur tetapi diragukan kuat
tekannya.
3. Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.
1.3. Pengertian
Ada beberapa bentuk metode pengujian kekuatan tekan beton yang dapat digunakan
diantaranya pengujian-pengujian yang bersifat tidak merusak (non destructive test), setengah
merusak (semi destructive test) dan yang merusak secara keseluruhan kompoen-komponen yang
diuji (destructive test). Destructive test inilah yang paling mendekati nilai kuat tekan beton
sebenarnya dimana pengujian ini harus dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
compression testing machine.
alat
Beton harus diuji agar beton yang dibuat dapat mencapai kekuatan
MODUL 6.8.a
massive pada suatu struktur yang diamati. Oleh karena itu, untuk penyeragaman atau evaluasi
terhadap beton yang tidak dicore dari struktur tersebut dibutuhkan metode non destructive test
(NDT). Metode NDT sangatlah bervariasi di dalam sistem kerja maupun alat yang digunakan untuk uji
kekuatan beton.
Hammer test merupakan salah satu pengujian mutu beton non destruktif test (NDT) yaitu
pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, melalui metode ini akan diperoleh cukup banyak
data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan
dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu
massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang
timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan atau mutu beton.
Berikut adalah beberapa pengertian yang perlu dipahami dalam modul ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Alat palu beton (Hammer test) adalah palu baja yang digerakkan oleh gaya pegas yang apabila
dilepaskan akan memukul peluncur baja ke permukaan beton.
2. Kekerasan permukaan adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai lenting.
3. Nilai lenting adalah nilai pembacaan
non
MODUL 6.8.a
3. Untuk keperluan evaluasi bangunan eksisting (yang telah ada/berdiri). Evaluasi biasanya
dilakukan jika ada kemungkinan adanya perubahan kualitas struktur, yang bisa terjadi karena
accident (misal kebakaran, gempa).
4. Evaluasi juga dilakukan bila terdapat perubahan fungsi bangunan atau penambahan kapasitas
beban bangunan, misal ruang kantor yang diubah menjadi ruang arsip/perpustakaan, yang
nantinya akan merekomendasikan perkuatan struktur eksisting.
5. Adanya kerusakan akibat kesalahan pengerjaan atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi teknis,
maupun karena faktor umur bangunan. Dari hasil evaluasi akan dapat diketahui berapa perkiraan
kapasitas struktur dan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
6. Untuk mengevaluasi beton hasil fabrikasi (beton pracetak) yang akan digunakan dalam suatu
struktur.
Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat-sifat dan jenis
agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton
yang akan diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama.
Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada permukaan saja tidak pada
bagian dalam struktur beton.
MODUL 6.8.a
2. N/NR : Peralatan hammer dengan batasan energi impak 3x type L/LR atau = 2.207 Nm, lazimnya
untuk pengujian elemen beton dengan ketebalan elemen struktur > 10 cm.
Alat hammer tersebut biasanya memiliki batasan pembacaan untuk mutu beton 10 sampai 70
N/mm (10 sampai 70 MPa).
MODUL 6.8.a
mengambil 10 nilai rebound dengan jarak 2,5 cm untuk tiap tembakan pada tiap tes area. Beton
yang akan dites harus mempunyai ketebalan 100 mm (4 in) dan harus mempunyai kekakuan
(stiffeness) yang cukup.
1. Hammer Test Digital
Secara umum sistem kerja hammer digital hampir sama dengan hammer manual. Hanya saja
hammer digital memiliki beberapa kelebihan khusus, diantaranya :
1. Tidak memerlukan faktor koreksi terhadap arah tembakan, arah vertikal maupun horisontal
tidak mempengaruhi nilai yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan
MODUL 6.8.a
4. Dapat mengkonversi nilai rebound (R-value) secara otomatis terhadap satuan pengukuran yang
diinginkan (N/mm2, kg/cm2, psi).
5. Dapat merekam banyak penembakan sekaligus (1000 pembacaan) yang tersimpan dalam
memory hammer tersebut. Kemudian dapat ditransfer ke dalam komputer untuk digunakan
lebih lanjut.
6. Dapat digunakan untuk mengukur kekuatan beton muda dengan menggunakan plunger yang
didesain khusus, yaitu mushroom plunger.
MODUL 6.8.a
Beberapa Studi membuktikan bahwa hammer test yang dilakukan dengan alat hammer digital sudah
menghasilkan kuat tekan yang mendekati kuat tekan sesungguhnya dari alat compression test.
Sehingga bisa dikatakan bahwa Hammer digital ini sudah jauh lebih baik daripada pendahulunya,
yaitu hammer manual atau analog.
MODUL 6.8.a
2.1. Umum
2.1.1 Umum
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pengujian kuat tekan beton dengan
menggunakan Hammer test adalah sebagai berikut sebagai berikut :
1. Setiap elemen struktur yang diuji harus diberi identitas ;
2. Palu beton yang dipakai harus sudah di kalibrasi dengan tes ting anvil sesuai ketentuan
yang berlaku atau petunj uk dari pabrik pembuatnya ;
3. Bila secara visual tampak kelainan khusus, diharuskan melakukan uji karbonasi sebelum
pengujian dengan alat uji palu beton ;
4. Hasil pengujian harus ditandatangani oleh teknisi pelaksana yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab pengujian ;
5. Laporan pengujian harus disahkan oleh kepala laboratorium dengan dibubuhi nama, dan
tanda tangan ;
6. Bukan merupakan alternative SNI-1947-1990-F tentang Metode Pengujian Kuat Tekan
Beton, tapi sebagai indikator untuk menilai mutu beton.
2.2. Teknis
2.2.1 Peralatan
Alat palu beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut:
1) Dilengkapi dengan bagian-bagian alat yang dapat dilihat pada Gambar 5.
2) Pegas baja dapat bergerak pada kecepatan yang tetap dan dapat berulang-ulang;
3) Nilai lenting dapat dibaca pada garis skala yang terpasang pada rangka selubung
atau lembar pencatat;
2.2.2 Alat dan bahan
a. Hammer
b. Batu gosok
c. Anvil Calibration
d. Rebound Curve
e. Pencil dan penggaris
2.2.3 Benda Uji dan Bidang Uji
Benda uji beton yang digunakan harus memenuhi kriteria ketebalan sebagai berikut:
Tebal elemen struktur pelat dan dinding minimal 100 mm dan kolom minimal 125 mm;
Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016
MODUL 6.8.a
Bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang padat, halus,
dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya;
2. Bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan-tonjolan atau
lubang-lubang;
3. Lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur
dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton.
2.2.4 Peralatan Pengujian
Persiapan pengujian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum
berukuran seluas 100 x 100 mm2
2. Permukaan bidang uji yang kasar harus digerinda halus sebelum diuji ;
3. bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai
kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji beton
yang berumur lebih muda.
2.2.5 Arah Pukulan dan Perkiraan Kuat Tekan
Arah pukulan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Arah pukulan pada suatu lokasi bidang uji harus sama ;
b. Pada pengujian dengan arah pukulan tidak horisontal, nilai lenting rata-rata harus
dikoreksi dengan nilai inklinasi sesuai dengan petunjuk penggunaan alat palu uji yang
bersangkutan.
Kuat tekan diperkirakan berdasarkan nilai lenting yang diperoleh atau yang telah dikoreksi
nilai inklinasinya dengan menggunakan table atau kurva korelasi pada petunjuk penggunaan
alat palu beton yang dipakai menguji.
MODUL 6.8.a
Gambar 2. 1 Skema Potongan Memanjang Palu Uji Beton Dalam kondisi terpantul
(Sumber : SNI 03-4430-1997)
10
MODUL 6.8.a
3.2. Teknis
Lakukan pengujian sebagai berikut :
1. sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang uji ;
2. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi
pukulan pada titik uji ;
3. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara titik-titik
pukulan 25 mm ;
4. Catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala ;
5. Hitung nilai rata-rata pembacaan ;
6. Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak boleh
diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya ;
7. Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai pembacaan
yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya ;
8. Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah pukulan tidak horisontal ;
9. Hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan tabel
atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan palu beton yang
bersangkutan ;
Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016
11
MODUL 6.8.a
10. Isikan semua nilai lenting dan perkiraan kuat tekan dalam formulir seperti pada contoh
perhitungan.
Catatan:
Cara menembakkan hammer adalah menekankan kepala hammer sampai menjulur penuh.
Kemudian tekankan pada bidang yang akan ditembak sampai terasaa hentakannya dan tekan
tombol hammer. Nilai hammer dapat dibaca pada sekala ditubuh hammer.
12
MODUL 6.8.a
13
MODUL 6.8.a
DAFTAR PUSTAKA
ACI 214.4R-03, 2003, Guide for Obtaining and Interpreting Compressive Strength Results, ACI 214
Committee Report.
ACI 228.1R-03, 2003, In-Place Methods to Estimate Concrete Strength, ACI 228 Committee Report.
ASTM C 39/C 39M-05, 2005, Standard Test Method for Compressive Strenght of Cylindrical
Concrete Spesimens, Annual Books of ASTM Standards, USA.
ASTM C 42/C 42M-04, 2004, Standard Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete, Annual Books of ASTM
Standard, USA.
SK SNI-03-2847-2002, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
Badan Standardisasi Nasional.
SNI 03-4430-1997, 1997, Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu beton tipe N
dan NR , Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-4803-1998, 1998, Metode angka pantul beton yang sudah mengeras, Badan Standarisasi
Nasional.
14