Anda di halaman 1dari 18

6.

8 A
PENGUJIAN
HAMMER TEST

DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jl. Pattimura 20 Kebayoran Baru Jakarta 12110

DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Maksud dan Tujuan ....................................................................................................................... 1
1.1.1Maksud ................................................................................................................................. 1
1.1.2Tujuan ................................................................................................................................... 1
1.2. Ruang Lingkup ............................................................................................................................... 1
1.3. Pengertian ..................................................................................................................................... 1
1.4. Alasan digunakannya non destructive test.................................................................................... 2
1.5. Kelebihan dan kekurangan metode hammer test ......................................................................... 3
1.6. Tipe alat Hammer test yang sering digunakan .............................................................................. 3
BAB II KETENTUAN DAN PERALATAN PENGUJIAN.......................................................................... 8
2.1. Umum ........................................................................................................................................... 8
2.1.1Umum ................................................................................................................................... 8
2.2. Teknis ............................................................................................................................................ 8
2.2.1Peralatan ............................................................................................................................... 8
2.2.2Alat dan bahan ...................................................................................................................... 8
2.2.3Benda Uji dan Bidang Uji ....................................................................................................... 8
2.2.4Peralatan Pengujian .............................................................................................................. 9
2.2.5Arah Pukulan dan Perkiraan Kuat Tekan ............................................................................... 9
BAB III CARA PENGUJIAN DAN PELAPORAN ................................................................................ 11
3.1. Pelaksanaan Pengujian ................................................................................................................ 11
3.2. Teknis .......................................................................................................................................... 11
3.3. Laporan Uji .................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 14

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Type alat hammer test ..................................................................................................... 4
Gambar 1. 2 Skema ilustrasi pengujian rebound hammer .................................................................... 5
Gambar 1. 3 Contoh alat hammer manual dan digital dari proceq ....................................................... 6
Gambar 1. 4 Pelaksanaan Uji Angka Pantul (Hammer Test) .................................................................. 7
Gambar 2. 1 Skema Potongan Memanjang Palu Uji Beton Dalam kondisi terpantul .......................... 10

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

ii

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Besaran kuat tekan yang dapat dipikul oleh metode non destructive test .......................... 6

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

iii

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan


1.1.1

Maksud
Maksud penyusunan modul ini adalah sebagai pedoman Pengujian Elemen Struktur

Dengan Alat Palu Beton (Hammer Test) Tipe N dan NR, serta dimaksudkan juga sebagai acuan
dan pegangan dalam melaksanakan uji kekerasan permukaan beton di lapangan
1.1.2

Tujuan
Tujuan metode pengujian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperkirakan nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan
pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencanaan dan atau pengawas pelaksanaan
pekerjaan.
2. Menilai kuat tekan beton yang sudah tercetak sebagai struktur tetapi diragukan kuat
tekannya.
3. Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.

1.2. Ruang Lingkup


Metode pengujian dalam modul ini mencakup :
1. Ketentuan-ketentuan dan cara uji ;
2. Pengukuran nilai lenting dengan alat palu beton ;
3. Perkiraan besarnya kuat tekan beton pada struktur bedasarkan benda uji kubus atau silinder.

1.3. Pengertian
Ada beberapa bentuk metode pengujian kekuatan tekan beton yang dapat digunakan
diantaranya pengujian-pengujian yang bersifat tidak merusak (non destructive test), setengah
merusak (semi destructive test) dan yang merusak secara keseluruhan kompoen-komponen yang
diuji (destructive test). Destructive test inilah yang paling mendekati nilai kuat tekan beton
sebenarnya dimana pengujian ini harus dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
compression testing machine.

alat

Beton harus diuji agar beton yang dibuat dapat mencapai kekuatan

dan umur layan atau durabilitas sesuai yang direncanakan.


Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama pada beton. Di dalam mengevaluasi
kekuatan beton, compression test menjadi standar untuk mengetahui kualitas suatu struktur secara
keseluruhan. Pada kenyataannya, ada waktu dimana dibutuhkan pengujian secara langsung pada
struktur di lapangan. Misalnya ketika nilai hasil compression test benda uji di laboratorium tidak
mencapai kuat tekan yang direncanakan. Sesuai peraturan, maka sampel core harus diambil dari
struktur tersebut dan diuji tekan di laboratorium. Sampel core sendiri tidak bisa diambil secara
Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

massive pada suatu struktur yang diamati. Oleh karena itu, untuk penyeragaman atau evaluasi
terhadap beton yang tidak dicore dari struktur tersebut dibutuhkan metode non destructive test
(NDT). Metode NDT sangatlah bervariasi di dalam sistem kerja maupun alat yang digunakan untuk uji
kekuatan beton.
Hammer test merupakan salah satu pengujian mutu beton non destruktif test (NDT) yaitu
pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, melalui metode ini akan diperoleh cukup banyak
data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan
dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu
massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang
timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan atau mutu beton.
Berikut adalah beberapa pengertian yang perlu dipahami dalam modul ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Alat palu beton (Hammer test) adalah palu baja yang digerakkan oleh gaya pegas yang apabila
dilepaskan akan memukul peluncur baja ke permukaan beton.
2. Kekerasan permukaan adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai lenting.
3. Nilai lenting adalah nilai pembacaan

yang ditunjukkan oleh alat setelah peluncuran baja

memukul permukaan beton ;


4. Palu beton tipe N adalah alat uji palu beton (Hammer test) yang dapat digunakan untuk
pengujian struktur beton normal yang tidak dilengkapi dengan alat pencatat data (Recorder) ;
5. Palu beton tipe NR adalah alat uji palu beton yang dapat digunakan untuk pengujian struktur
beton normal dan di lengkapi dengan alat pencatat data (Recorder) .

1.4. Alasan digunakannya non destructive test


Namun, ada beberapa kasus dimana tidak mungkin untuk menguji sampel beton di
laboratorium dimana butuh Cylinder Strength (Mpa), Cube Strength (Mpa) maka pembacaan
kekuatan beton secara langsung di lapangan dapat dilakukan. Kasus-kasus seperti inilah yang pada
akhirnya menggunakan non destructive test. Hal-hal yang menjadi alasan digunakannya

non

destructive test beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Hasil pengujian kubus atau silinder yang tidak memenuhi persyaratan seperti kuat tekan yang
terlalu rendah, sehingga diperlukan konfirmasi terhadap kuat tekan aktual yang terpasang di
lapangan.
2. Tidak dibuatnya benda uji kubus atau silinder, hal ini akibat faktor kelalaian ataupun tidak adanya
perjanjian dalam pembuatan benda uji.

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

3. Untuk keperluan evaluasi bangunan eksisting (yang telah ada/berdiri). Evaluasi biasanya
dilakukan jika ada kemungkinan adanya perubahan kualitas struktur, yang bisa terjadi karena
accident (misal kebakaran, gempa).
4. Evaluasi juga dilakukan bila terdapat perubahan fungsi bangunan atau penambahan kapasitas
beban bangunan, misal ruang kantor yang diubah menjadi ruang arsip/perpustakaan, yang
nantinya akan merekomendasikan perkuatan struktur eksisting.
5. Adanya kerusakan akibat kesalahan pengerjaan atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi teknis,
maupun karena faktor umur bangunan. Dari hasil evaluasi akan dapat diketahui berapa perkiraan
kapasitas struktur dan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
6. Untuk mengevaluasi beton hasil fabrikasi (beton pracetak) yang akan digunakan dalam suatu
struktur.

1.5. Kelebihan dan kekurangan metode hammer test


Hammer test sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada
struktur. Hammer test sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalnya
keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu yang dekat dengan permukaan. Oleh karena
itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pukulan disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya
kemudian dirata-ratakan.
Kelebihan metode hammer test:
o

Murah dan hemat karena Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat.

Praktis (mudah digunakan).

Tidak merusak beton yang diuji.

Kekurangan metode hammer test :


o

Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat-sifat dan jenis
agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton
yang akan diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama.

Sulit mengkalibrasi hasil pengujian.

Tingkat keandalannya rendah.

Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada permukaan saja tidak pada
bagian dalam struktur beton.

1.6. Tipe alat Hammer test yang sering digunakan


Jenis-jenis peralatan hammer beton terdiri dari 2 type, yaitu:
1. L/LR : Peralatan hammer dengan batasan energi 0735 Nm, idealnya digunakan untuk pengujian
elemen beton panel tipis dengan ketebalan < 10 cm.

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

2. N/NR : Peralatan hammer dengan batasan energi impak 3x type L/LR atau = 2.207 Nm, lazimnya
untuk pengujian elemen beton dengan ketebalan elemen struktur > 10 cm.
Alat hammer tersebut biasanya memiliki batasan pembacaan untuk mutu beton 10 sampai 70
N/mm (10 sampai 70 MPa).

Gambar 1. 1 Type alat hammer test


(Sumber : dari berbagai sumber)
Berdasarkan teknologi yang digunakan Hammer Test dibagi menjadi:
1. Hammer Test Manual
Alur yang terjadi pada saat pengujian ini dilakukan adalah sebagai berikut (ACI Committee Report) :
1. Plunger diposisikan secara tegak lurus pada permukaan beton.
2. Ketika badan alat ditekan ke beton, pegas yang menghubungkan antara hammer (sistem
massa) dengan badan alat menjadi memanjang.
3. Dan ketika penekanan terjadi secara sempurna, latch (palang penahan) terlepas, dan pegas
tersebut menarik sistem massa menuju beton.
4. Sistem massa tersebut menumbuk bahu plunger dan kemudian memantul.
5. Sistem massa yang memantul menggerakkan sebuah indikator geser, yang mana indikator
tersebut mencatat nilai rebound.
Skema alur ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

Gambar 1. 2 Skema ilustrasi pengujian rebound hammer


(Sumber : ACI Committee 228 Report)
Pada pengujian hammer, nilai rebound hanya dipengaruhi beton yang berada di dekat plunger.
Plunger yang diletakkan di atas partikel aggregat keras akan menghasilkan nilai rebound yang tinggi,
sedangkan jika plunger diletakkan di atas aggregat lunak dan mempunyai rongga udara yang besar
akan menghasilkan nilai

rebound yang rendah. Dalam mengatasi hal ini, maka disyaratkan

mengambil 10 nilai rebound dengan jarak 2,5 cm untuk tiap tembakan pada tiap tes area. Beton
yang akan dites harus mempunyai ketebalan 100 mm (4 in) dan harus mempunyai kekakuan
(stiffeness) yang cukup.
1. Hammer Test Digital
Secara umum sistem kerja hammer digital hampir sama dengan hammer manual. Hanya saja
hammer digital memiliki beberapa kelebihan khusus, diantaranya :
1. Tidak memerlukan faktor koreksi terhadap arah tembakan, arah vertikal maupun horisontal
tidak mempengaruhi nilai yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan

hammer digital tidak

menggunakan lagi sistem massa seperti pada hammer manual.


2. Penembakan pada satu titik (misal: sembilan pembacaan) bisa dilakukan continue tanpa jeda.
Kemudian menghasilkan satu nilai mean (nilai rata-rata) atau median (nilai tengah) yang dapat
dipilih salah satu.
3. Memiliki option menu untuk memasukkan kedalaman karbonasi ataupun faktor bentuk benda
uji, yang tentu saja mempengaruhi nilai yang dihasilkan.
Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

4. Dapat mengkonversi nilai rebound (R-value) secara otomatis terhadap satuan pengukuran yang
diinginkan (N/mm2, kg/cm2, psi).
5. Dapat merekam banyak penembakan sekaligus (1000 pembacaan) yang tersimpan dalam
memory hammer tersebut. Kemudian dapat ditransfer ke dalam komputer untuk digunakan
lebih lanjut.
6. Dapat digunakan untuk mengukur kekuatan beton muda dengan menggunakan plunger yang
didesain khusus, yaitu mushroom plunger.

Gambar 1. 3 Contoh alat hammer manual dan digital dari proceq


(Sumber : dari berbagai sumber)
Masing-masing NDT juga mempunyai kisaran besar kuat tekan atau limit yang dapat dipikul, seperti
terlihat pada Tabel 1. dibawah ini.
Tabel 1. 1 Besaran kuat tekan yang dapat dipikul oleh metode non destructive test

(Sumber : ACI Committee Report)

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

Beberapa Studi membuktikan bahwa hammer test yang dilakukan dengan alat hammer digital sudah
menghasilkan kuat tekan yang mendekati kuat tekan sesungguhnya dari alat compression test.
Sehingga bisa dikatakan bahwa Hammer digital ini sudah jauh lebih baik daripada pendahulunya,
yaitu hammer manual atau analog.

Gambar 1. 4 Pelaksanaan Uji Angka Pantul (Hammer Test)


(Sumber : dari berbagai sumber)

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

BAB II KETENTUAN DAN PERALATAN PENGUJIAN

2.1. Umum
2.1.1 Umum
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pengujian kuat tekan beton dengan
menggunakan Hammer test adalah sebagai berikut sebagai berikut :
1. Setiap elemen struktur yang diuji harus diberi identitas ;
2. Palu beton yang dipakai harus sudah di kalibrasi dengan tes ting anvil sesuai ketentuan
yang berlaku atau petunj uk dari pabrik pembuatnya ;
3. Bila secara visual tampak kelainan khusus, diharuskan melakukan uji karbonasi sebelum
pengujian dengan alat uji palu beton ;
4. Hasil pengujian harus ditandatangani oleh teknisi pelaksana yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab pengujian ;
5. Laporan pengujian harus disahkan oleh kepala laboratorium dengan dibubuhi nama, dan
tanda tangan ;
6. Bukan merupakan alternative SNI-1947-1990-F tentang Metode Pengujian Kuat Tekan
Beton, tapi sebagai indikator untuk menilai mutu beton.

2.2. Teknis
2.2.1 Peralatan
Alat palu beton yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut:
1) Dilengkapi dengan bagian-bagian alat yang dapat dilihat pada Gambar 5.
2) Pegas baja dapat bergerak pada kecepatan yang tetap dan dapat berulang-ulang;
3) Nilai lenting dapat dibaca pada garis skala yang terpasang pada rangka selubung
atau lembar pencatat;
2.2.2 Alat dan bahan
a. Hammer
b. Batu gosok
c. Anvil Calibration
d. Rebound Curve
e. Pencil dan penggaris
2.2.3 Benda Uji dan Bidang Uji
Benda uji beton yang digunakan harus memenuhi kriteria ketebalan sebagai berikut:
Tebal elemen struktur pelat dan dinding minimal 100 mm dan kolom minimal 125 mm;
Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

Bidang uji pada elemen struktur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Permukaan beton yang akan diuji harus merupakan permukaan yang padat, halus,
dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya;
2. Bidang uji yang dipilih harus kering dan halus, bebas dari tonjolan-tonjolan atau
lubang-lubang;
3. Lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur
dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton.
2.2.4 Peralatan Pengujian
Persiapan pengujian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum
berukuran seluas 100 x 100 mm2
2. Permukaan bidang uji yang kasar harus digerinda halus sebelum diuji ;
3. bidang uji pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai
kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji beton
yang berumur lebih muda.
2.2.5 Arah Pukulan dan Perkiraan Kuat Tekan
Arah pukulan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Arah pukulan pada suatu lokasi bidang uji harus sama ;
b. Pada pengujian dengan arah pukulan tidak horisontal, nilai lenting rata-rata harus
dikoreksi dengan nilai inklinasi sesuai dengan petunjuk penggunaan alat palu uji yang
bersangkutan.
Kuat tekan diperkirakan berdasarkan nilai lenting yang diperoleh atau yang telah dikoreksi
nilai inklinasinya dengan menggunakan table atau kurva korelasi pada petunjuk penggunaan
alat palu beton yang dipakai menguji.

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

Gambar 2. 1 Skema Potongan Memanjang Palu Uji Beton Dalam kondisi terpantul
(Sumber : SNI 03-4430-1997)

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

10

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

BAB III CARA PENGUJIAN DAN PELAPORAN


3.1. Pelaksanaan Pengujian
1. Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2. Mencari data tentang letak detail konstruksi, tata ruang dan mutu bahan konstruksi selama
pelaksanaan bangunan berlangsung.
3. Mentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa dan diberi tanda
batas yang jelas.
4. Bersihkan permukaan bidang uji dari plesteran atau pelapis pelindung lainnya ;
5. Ratakan permukaan bidang uji dengan gerinda.
6. Menentukan titik test.
a. Titik test untuk kolom diambil sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing titik test terdiri
dari 10 (sepuluh) titik tembak
b. balok diambil sebanyak 3 (tiga) titik test masing-masing titik terdiri dari 10 (sepuluh)
titik tembak
c. pelat lantai diambil sebanyak 5 (lima) titik test masing-masing terdiri dari 10
(sepuluh) titik tembak.

3.2. Teknis
Lakukan pengujian sebagai berikut :
1. sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang uji ;
2. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi
pukulan pada titik uji ;
3. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara titik-titik
pukulan 25 mm ;
4. Catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala ;
5. Hitung nilai rata-rata pembacaan ;
6. Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak boleh
diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya ;
7. Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai pembacaan
yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya ;
8. Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah pukulan tidak horisontal ;
9. Hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan tabel
atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan palu beton yang
bersangkutan ;
Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

11

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

10. Isikan semua nilai lenting dan perkiraan kuat tekan dalam formulir seperti pada contoh
perhitungan.
Catatan:
Cara menembakkan hammer adalah menekankan kepala hammer sampai menjulur penuh.
Kemudian tekankan pada bidang yang akan ditembak sampai terasaa hentakannya dan tekan
tombol hammer. Nilai hammer dapat dibaca pada sekala ditubuh hammer.

3.3. Laporan Uji


Laporan hasil perkiraan kuat tekan elemen struktur dengan alat palu beton harus
memuat :
1) nomor dan tanggal laporan;
2) identifikasi elemen struktur yang diuji;
3) tanggal pengujian;
4) lokasi bidang uji pada elemen struktur;
5) keterangan yang dianggap perlu mengenai elemen struktur;
6) nilai-nilai pembacaan rata-rata pada suatu bidang uji;
7) nilai koreksi sesuai inklinasi arah pukulan;
8) perkiraan kuat tekan beton kubus atau silinder;
9) nama dan tanda tangan teknisi penguji;
10) nama dan tanda tangan kepala laboratorium.
Contoh Perhitungan :

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

12

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

MODUL 6.8.a

13

[MODUL PENGUJIAN HAMMER TEST]

MODUL 6.8.a

DAFTAR PUSTAKA
ACI 214.4R-03, 2003, Guide for Obtaining and Interpreting Compressive Strength Results, ACI 214
Committee Report.
ACI 228.1R-03, 2003, In-Place Methods to Estimate Concrete Strength, ACI 228 Committee Report.
ASTM C 39/C 39M-05, 2005, Standard Test Method for Compressive Strenght of Cylindrical
Concrete Spesimens, Annual Books of ASTM Standards, USA.
ASTM C 42/C 42M-04, 2004, Standard Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete, Annual Books of ASTM
Standard, USA.
SK SNI-03-2847-2002, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
Badan Standardisasi Nasional.
SNI 03-4430-1997, 1997, Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu beton tipe N
dan NR , Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-4803-1998, 1998, Metode angka pantul beton yang sudah mengeras, Badan Standarisasi
Nasional.

Implementasi Perda Bangunan Gedung Tahun 2016

14

Anda mungkin juga menyukai