Anda di halaman 1dari 9

SPESIFIKASI TEKNIS

REHABILITASI PSU PERUMAHAN MURIA INDAH


1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Pembuatan Papan Proyek
 Bahan :
Untuk papan nama proyek menggunakan banner yang dipasang menggunakan tiang
kayu dan triplek di cat putih.
 Pelaksanaan :
Membuat papan nama proyek menggunakan banner yang dipasang pada papan
dengan ukuran 90 x 120 cm. Didirikan tegak diatas kayu ukuran 5/7 cm setinggi
240 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek
memuat:
• Nama Proyek
• Pemilik Proyek
• Lokasi Proyek
• Jumlah Biaya ( Kontrak )
• Nama Konsultan Perencana
• Nama Konsultan Pengawas
• Nama Pelaksana ( Kontraktor)
• Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun
1.2. Pembersihan Lapangan dan Perataan
 Pelaksanaan :
1) Sebelum pekerjaan dimulai lahan dibersihkan dari pohon, semak-semak dan
lain-lain
2) Lahan diratakan.
3) Hasil dari pembersihan dibuang sesuai dengan petunjuk pihak direksi
1.3. Air Kerja
 Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber mata air terdekat.
 Ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan.
 Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan
pekerjaan.
 Air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI NI 2.

1.4. Mobilisasi dan Demobilisasi


Mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja, alat berat, bahan dan alat-alat lain yang
digunakan untuk pelaksanaan menjadi tugas Kontraktor. Semua biaya bongkar-muat,
retribusi, asuransi dan biaya-biaya lain yang berkaitan dengan ini menjadi beban
Kontraktor.
2. PEKERJAAN JALAN ASPAL
1. Pekerjaan LAPEN
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapisan perata terbuat dari agregat yang distabilisasi
oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal
panas tidak mencukupi dan oleh karena itu hanya digunakan pada lokasi yang terbatas
seperti pekerjaan pengembalian kondisi.
Agregat pokok dan pengunci harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari
lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel dibawah ini

1.1. Bahan Dalam 1 m3


 Batu pecah ukuran 3-5 B1 = 1.0345 M3
 Batu pecah ukuran 2-3 B2 = 0.2839 M3
 Batu pecah ukuran 1-2 B3 = 0.1290 M3
 Aspal B4 = 105.00 Kg
1.2. Peralatan
 Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan
peralatan kecil lainnya.
 Ketel aspal.
 Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton.
 Pick Up, Digunakan untuk mengangkut aspal dari base camp ke lokasi pekerjaan
 Alat Bantu :
o Kayu Bakar
o Gerobak
o Ember Penampung
o Pungki
o Alat penyemprot

1.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lapen:


a. Persiapan :
1. Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potong-an
melintang.
2. Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu
dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki
sebagaimanan mestinya.
3. Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan ketentuan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok.
1. Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus
sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan
keterampilan penebaran dan menggunakan perkakas tangan seperti penggaru.
2. Pemadatan harus dilaksanakan seperti yang disyaratakan untuk metode mekanis.

c. Penyemprotan Aspal
Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyem-prot tangan
(hand sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan. Takaran penggunaan aspal
harus serata mungkin dan pada takaran penyemprotan yang disetujui.

d. Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci


Penebaran dan pemadatan agregat pengunci harus dilaksanakan dengan cara yang
sama untuk agregat pokok. Takaran penebaran harus sede-mikian hingga, setelah
pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok
masih nampak. Pemadatan harus sebagaimana yang disyaratkan untuk metode
mekanis.

Pemeliharaan Agregat Pengunci


Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan
lapis berikutnya, Kontraktor harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam
kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.

1.4. Pengendaian Mutu


1. Penyimpanan untuk setiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindarkan
tercampurnya agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing.
2. Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya tidak
terjadi kebocoran atau kemasukan air.
3. Suhu pemanasan aspal harus seperti yang disyaratkan.
4. Tebal Lapisan.Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di
dalam toleransi 1 cm. Pemeriksaan untuk ketebalan lapis penetrasi macadam
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
5. Kerataan Permukaan Sewaktu Pemadatan.
6. Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus
ditambah pada tiap tempat di mana terdapat penurunan.
7. Kerataan Pemadatan Agregat Pokok.
8. Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3
meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi dari 8 mm.
9. Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa dengan cermat.

2. PEKERJAAN ASPAL AC- WC


Laston Lapis Aus ( Asphalt Concrete-Wearing Course atau AC-WC),
sphalt Concrete -Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan perkerasan yang terletak
paling atas dan berfungsi sebagai lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC
dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara
keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. AC-WC mempunyai
tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston lainnya.
Ilustrasi Proses Produksi Hot Mix

Proses Penghamparan Hot mix


2.1. Persiapan
 Pelaksanaan pekerjaan hanya boleh dilakukan pd saat cuaca cerah.
 Cek kesiapan lapangan pada Daftar Simak Kesiapan Lapangan
2.2. Pengangkutan
 Pastikan alat pengangkut (D. Truck) menggunakan penutup terpal.
 Menerima tiket pengiriman.
2.3. Cek Kesesuaian
 Cocokkan data no kendaraan, catat waktu penerimaan (amati selisih waktu)
 Cek suhu diatas Dump Truck (suhu pasokan ke Finisher)130OC-150OC Aspal
Pen, dan 135OC-155OC bitumen asbuton murni atau modifikasi.
 Amati visual tampilan campuran, apakah rata?
 Jika tidak memenuhi ketentuan suhu diatas, campuran ditolak dan buang (4)
2.4. Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai
 Catat HPTS
 Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa.
2.5. Cek Berulang
 Amati apakah kejadian berulang, baik saat itu maupun pada pelak sanaan
pekerjaan dihari yang lain.
 Jika berulang, evaluasi penyebab dan lakukan tindakan perbaikan.
2.6. Loading dan dumping ke Asphalt Finisher (AF)
 Pastikan dumping Asphalt Finisher tidak dalam posisi mendorong D.Truck.
 Dumping dilakukan tahap demi tahap, pada kondisi D.Truck dan Asfhalt Finisher
bergerak searah dengan kecepatan sama
2.7. Penghamparan
 Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar.
 Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik.
 Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui pada sisi hamparan.
 Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
 Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.
 Lakukan pengamatan pada pengukuran suhu campuran yang dihampar
(minimal 1x pada jarak 100 meter).
 Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai dengan standar yang
telah ditentukan, untuk menghindari timbulnya koyakan pada penghamparan.
 Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan penghamparan dan sampai
ditemukan penyebabnya hamparan dilanjutkan.
 Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan sempurna/ baik,
penebaran merata.
 Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan yang telah
dihampar rapi.
 Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter toleransi
masing-masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan binder dan 6 mm
untuk lapisanPondasi.
2.8. Pemadatan awal (Breakdown Rolling)
 Suhu pemadatan awal antara 125OC-145OC (Aspal Pen), dan 130OC-150OC
(Asbuton Murni atau Modifikasi)
 Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem Roller).
 Roda penggerak saat pemadatan berada didepan.
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
 Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat sambungan
memanjang sebagai media sepanjang (60-100) cm lebar gilasan 15 cm pada
campuran yg belum dipadatkan, lalu padatkan sambungan melintang dengan lebar
area 15 cm yg dipa datkan.
 Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan.
2.9. Prosedur Pemadatan ;
2.9.1. Jika lajur berdampingan dengan lajur lain yg telah dihampar padat.
 Pemadatan sambungan melintang.
 Pemadatan sambungan memanjang.
 Pemadatan tepi luar.
 Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke
yang lebih tinggi.
 Pemadatan kedua sesuai prosedur (4).
 Pemadatan akhir Break Down Rolling.
2.9.2. Jika lajur tidak berdampingan dengan lajur lain.
 Pemadatan sambungan melintang.
 Pemadatan tepi luar.
 Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke
yang lebih tinggi.
 Pemadatan kedua sesuai prosedur (3).
 Pemadatan akhir Break Down Rolling.
2.10. Pemadatan antara (Intermediate Rolling)
 Suhu pemadatan antara 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk
bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan instruksi direksi.
 Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller (PTR)
 Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui.
 Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang dicampur
sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan.
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam.
 Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.
2.11. Pemadatan akhir
 Suhu pemadatan 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk bitumen
asbuton murni atau modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel
wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan instruksi direksi
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
 Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui.
2.12. Peralatan yang digunakan :
 Aspalt Mixing Plant + Laboratorium
 Generator set
 Whell Loader
 Dump Truck
 Aspal Sprayer
 Compressor
 Tandem Roller
 Asphalt Finisher
 Pneumatic Tire Roller
 Alat pendukung lainnya
2.13. Materal:
 Semen
 Agregat
 Bahan Anti Pengelupasan
2.14. Sasaran Mutu:
 Permukaan yang rata sesuai spesifikasi
 elevasi sesuai dengan yang direncanakan
 Ketebalan sesuai spesifikasi dan gambar serta toleransi yang diijinkan.
3. Pekerjaan Jalan Aspal HRS - WC

Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dibuat dengan menggunakan AMP ( Asphalt Mixing
Plant ). Produk dari AMP berupa Campuran aspal panas ( Hotmix ) dikirim ke lapangan
dengan menggunakan Dump Truck.

Sebelum HRS-WC dihampar, permukaan harus diberi Lapis Perekat – Aspal Emulsi
(Tack Coat). Dengan pelaksanaan pekerjaan yang baik diharapkan dapat memberikan
ikatan yang baik antar Lapisan Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dengan lapisan aspal lama
dibawahnya. Sebelum Lapis Perekat disemprotkan maka permukaan jalan harus
dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan Compressor dan kalau perlu disapu.
Penyemprotan Lapis Perekat dengan menggunakan Asphalt Sprayer dengan volume 0,15
– 0,35 liter / m2, pada suhu berkisar 100 – 120 derajad Celcius. Kontrol volume
dilakukan dengan memasang kertas karton (yang sebelumnya telah ditimbang beratnya)
pada lokasi yang akan disemprot Lapis Perekat, kemudian ditimbang lagi setelah
disemprot. Dari situ dapat diketahui volume Lapis Perekat per meter persegi. Selain itu
dapat juga dilakukan dengan mengukur tinggi material Lapis Perekat dalam tangki
sebelum dan sesudah dilakukan penyemprotan. Dari Volume yang disemprotkan dibagi
dengan luas bidang semprot akan diketahui volume Lapis Perekat untuk tiap meter
persegi.

Lataston Lapis Aus (HRS-WC) dihampar pada seluruh permukaan jalan dengan tebal
padat rencana 3 cm atau sesuai yang ditentukan dalam perencanaan. Segera setelah
campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap
ketidak sempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran aspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam
rentang viskositas aspal. Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang
terpisah berikut ini :
a. Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda
baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal harus dioperasikan
dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan penggilasan awal. Penggilasan kedua atau utama
harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang
penggilasan awal. Penggilasan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
b. Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan
campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk
menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan
sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.
c. Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi
luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan
menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai
dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan
lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter
dari lintasan sebelumnya
d. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan awal
harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak
lebih dari 15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi sambungan yang
belum dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan
dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan,
sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi.
e. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak
boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya
campuran aspal. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus
untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam kondisi
mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidak-rataan dapat
dihilangkan.
f. Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pelekatan
campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya
campuran aspal pada roda.
g. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru
selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
h. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh
Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan
perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
i. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang dan
kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran aspal padat
yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk
apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta
dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat
tertentu dari campuran aspal terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan
segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
j. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus
dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor di luar
daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
k. Alat-alat yang dipergunakan untuk pekerjaan Penghamparan dilapangan adalah
sebagai berikut :
 Asphalt Finisher (Untuk menghampar campuran Hotmix dilapangan)
 Tandem Roller (Untuk pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dan Pemadatan
akhir ( Finishing Rolling)
 Pneumatic Tyre Roller (Untuk pemadatan antara (Intermediate Rolling)
 Water Tank Truck (Untuk melayani kebutuhan air PTR dan Tandem Roller)
 Dump Truck (Untuk membawa material Hot Mix dari AMP menuju Lapangan).
3. PEKERJAAN PENUTUP
1) Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak
dinyatakan, tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan (aanwijzing) mengenai suatu
bagian pekerjaan yang termasuk harus dikerjakan oleh Pemborong/kontraktor, maka
bagian tersebut dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
2) Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pelaksanaan pekerjaan ini, tetapi tidak
diuraikan atau tidak dibuat dalam bestek ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh
kontraktor.
3) Setiap melalui pekerjaan kontraktor, harus ijin tertulis serta membuat gambar penjelasan
/ shop drawing dan berikut target volume pekerjaan yang dilaksanakan.
4) Kontraktor harus membuat gambar sesuai pelaksanaan (as build Drawing) yang harus
mendapat persetujuan dan pengesahan dari konsultan Pengawas dan Pengendali kegiatan.
5) Untuk Pekerjaan pada bangunan ini hanya sampai pada lantai satu saja.

Disusun
Pejabat Pembuat Komitmen
PPKom

SUPARMIN, ST.
NIP. 19670911 198903 1 006

Anda mungkin juga menyukai