CRITICAL REVIEW
JURNAL EKONOMI KOTA
Judul Jurnal : Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel Ditinjau dari Potensi Kota Batu
untuk Meningkatkan Pendapatan asli Daerah
Penulis : Wisudawan Krida Laksana Putra
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP,
Universitas Airlangga
Publikasi : Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, januari 2013
Reviewer : Mega Utami Ciptaningrum (3613100034)
Tanggal Review : 18 Maret 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penyusunan critical review ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui salah satu studi kasus issue terkait ekonomi kota
2. Memahami detail issue terkait ekonomi kota dan mampu melakukan kajian secara kritis
terhadap jurnal terpilih
3. Membandingkan antara penanganan terhadap issue yang direview dengan penanganan
issue sejenis yang berkembang di Indonesia
2.1 Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani melalui kata „oikos’ dan „namos’ atau
„oikonomia’ yang artinya manajemen urusan rumah-tangga, khususnya penyediaan dan
administrasi pendapatan. (Sastradipoera, 2001: 4). Menurut Albert L.Mayers dalam bukunya
“Grond lagun van de Modern Economic” mengemukakan bahwa Ilmu ekonomi adalah ilmu
pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia.
Pajak memiliki arti penting bagi daerah karena berperan sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan modal besar pemerintah daerah sebagai
dana pembangunan dan untuk memenuhi belanja daerah. Salah satu jenis pajak yang
memberikan kontribusi yang cukup besar tehadap PAD adalah pajak sektor hotel. Sektor
pajak tersebut menjadi kontributor utama bagi PAD terutama untuk Kota Batu, mengingat
cukup banyaknya objek wisata di Kota Batu. Hotel dan obyek wisata memiliki keterkaitan
satu sama lain sebagai daya tarik bagi para wisatawan. Dalam meneliti pembuatan jurnal,
peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik penentuan informan
dengan cara purposive yang dilanjutkan dengan teknik snowball.
Agar tidak mengalami penurunan pendapatan, Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu
berupaya meningkatkan pendapatan daerah dengan cara intensifikasi pajak hotel.
Intensifikasi tersebut dilakukan dengan mengadakan pembinaan kepada pihak hotel tentang
ketepatan waktu, dan sistem bonbill, membentuk panitia komite pengawasan pajak yang
bertujuan agar pihak hotel mampu membayar pajak sesuai peraturan daerah, serta menjalin
hubungan yang baik dengan pihak hotel dan perbaikan kualitas pelayanan Dispenda.
Secara umum, optimalisasi intensifikasi pajak hotel oleh Pemerintah Daerah dapat dilakukan
dengan
a. Memperluas basis penerimaan pajak daerah dengan identifikasi jumlah pembayar
pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian dan menghitung
kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan
b. Memperkuat proses pemungutan pajak dengan peningkatan SDM
c. Meningkatkan pengawasan pajak
d. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan dengan
penyederhanaan administrasi pajak.
Namun dalam pelaksanaan upaya intensifikasi pajak hotel di Kota Batu, Dinas
Pendapatah Daerah menemui berbagai hambatan, antara lain :
a. Relatif rendahnya basis pajak hotel Kota Batu
b. Peran pajak hotel tergolong kecil dalam total PAD, sebagian besar dana daerah
masih berasal dari pusat
c. Kemampuan administrasi pemungutan pajak hotel masih rendah
d. Kemampuan pengawasan keuangan pajak hotel yang lemah
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penulisan jurnal telah tercapai, yaitu
mendeskripsikan upaya intensifikasi pemungutan pajak hotel ditinjau dari potensi Kota Batu
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Penulisan judul telah sesuai dan mampu menggambarkan isi jurnal secara
keseluruhan. Selain itu kualifikasi penulis sebagai mahasiswa program studi administrasi
negara FISIP, Universitas Airlangga cukup menunjang topik yang dibahas dalam penelitian.
Ditinjau dari gaya bahasanya, jurnal ilmiah tersebut disampaikan dengan gaya penulisan
bahasa Indonesia yang baku dan mudah dipahami. Namun abstrak justru hanya disajikan
dalam satu bahasa saja yaitu bahasa inggris, akan lebih baik lagi jika abstrak disajikan
dalam dua bahasa, yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris. Selain itu pembahasan di
dalam jurnal masih menggunakan beberapa istilah asing tanpa penjelasan, sehingga akan
sulit dipahami oleh pembaca yang awam.
Dilihat dari substansi isinya jurnal tersebut kurang mengeksplore solusi yang telah
ada secara mendalam. Peneliti tidak membahas seberapa efektif upaya intensifikasi
pamungutan pajak hotel yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Batu, melainkan hanya
menjelaskan upaya apa yang diambil oleh pemerintah daerah saja. Menurut Silvani (dalam
Gunadi 2001:79) administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-
masalah:
1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).
2) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
3) Penyelundup pajak (tax evaders)
4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers).
Berdasarkan sumber lain, yaitu jurnal yang ditulis oleh Armida Fentika mahasiswa
program pascasarjana Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang dengan judul Intensifikasi Pajak Hotel Melalui Pengembangan Pariwisata Di Kota
Tanjungpinang, upaya intensifikasi pemungutan pajak dapat pula dilakukan dengan upaya
mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki
basis data objek, memperbaiki penilaian dan menghitung kapasitas penerimaan dari setiap
jenis pungutan.
BAB V KESIMPULAN
Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah melalui pajak. Pajak
daerah terdiri dari 16 jenis, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.
Pajak terbagi atas beberapa sektor, salah satunya adalah sektor hotel. PAD merupakan
modal besar bagi pemerintah daerah sebagai dana pembangunan dan untuk memenuhi
belanja daerah. Untuk mengoptimalkan pemungutan terhadap pajak dapat dilakukan
dengan ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak. Ekstensifikasi adalah upaya penambahan
jumlah Wajib Pajak. Sedangkan intensifikasi pajak berupa peningkatan kinerja dari sumber-
sumber yang telah ada atau sudah berjalan. Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu
mengatasi masalah-masalah berikut:
1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).
2) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
3) Penyelundup pajak (tax evaders)
4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers).
Intensifikasi Pemunggutan Pajak Hotel Ditinjau Dari Potensi Kota Batu Untuk
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Abstract
The world of taxation as long as it has a bad image in public because services are bad, circuitous; and many crimes cases of
corruption. In addition there are still many problems of tax realization was hotel as stipulated in or having a range of issues in tax
collection hotel inside of them. Not showing realization or terget true if viewed from the existing potential. The realization of revenue
is still possible to improved with a record need efforts to the intensification of poll, either through the process training taxpayers,
enforcement of rules and supervision and repair service performance and tax collection the hotel. Efforts -- that effort can be done by
improving existing resources in the city of stone dept. of income tax, as the management of the hotel both human resources, and
facility a supporter of their activities. This research in a qualitative, type research descriptive, the research is in office dept. income
in the city of stone. Informer taken in this research the officer dept. of revenue and penggusaha hotel city stone. Determination to
technique informer for giver service purposive use sampling and random sampling. accidental use sampling. Data done by means of
observation, interview deep and documentation. Then analyze data use reduction data, presentation of data then withdrawal
conclusion or verification.
1. Korespondensi Wisudawan Krida Laksana Putra, Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas
Airlangga, Jl Airlangga 4-6 Surabaya 56
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
menetapkan tarif pajak daerah. Sedangkan beberapa penerimaan pajak yang ada. Kontribusi
pengawasan pajak daerah dilakukan melalui penerimaan daerah tersebut dapat berasal dari pajak
pendekatan preventif dan korektif, yakni mengevaluasi maupun retribusi yang dipungut atas dasar pemberian
rancangan peraturan daerah sebelum ditetapkan jasa dan pelayanan oleh tempat wisata di Kota Batu.
menjadi peraturan daerah dan membatalkan perda Berikut gambaran tentang potensi wisata yang ada di
yang bertentangan dengan peraturan perundang- Kota Batu.
undangan yang lebih tinggi. Sementara itu, optimalisasi Kota Batu sebagai kota berbasis pada sektor
pemungutan dan pemanfaatan hasil pajak dilakukan pariwisata dalam perkembanganya dituntut untuk
dengan memperbaiki porsi bagi hasil pajak provinsi meningkatkan sarana dan prasana serta pelayanan
kepada kabupaten/kota, menegaskan earmarking yang baik dalam bidang pariwisata, yang otomatis
beberapa jenis pajak provinsi, dan mengatur kembali tidaklah terlepas dari peningkatan dan pengembangan
pemberian insentif pemungutan. hotel sebagai penunjang daripada sektor pariwisata.
Pembaharuan sistem perpajakan daerah di Hal ini memberikan angin segar bagi Pemerintah Kota
Indonesia merupakan tuntutan dari implementasi Batu untuk menarik pajak agar dapat meninggkatkan
kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal penerimaan daerah itu sendiri. Sedangkan dampak
yang dilakukan dengan menyerahkan sumber-sumber yang dirasakan masyarakat dengan adanya peningkatan
pendapatan kepada daerah secara bertahap. Pengalihan penerimaan pajak daerah adalah kelancaran
jenis pajak provinsi tertentu dan sebagian jenis pajak pembangunan. Pembangunan ini meliputi berbagai
pusat kepada kabupaten/kota merupakan pengaturan sektor diantaranya pembangunan jalan, pembangunan
kembali sistem perpajakan nasional dengan fasilitas umum seperti : sarana olahraga, pasar, masjid,
menetapkan jenis-jenis pajak yang tepat untuk jembatan dan fasilitas lainnya.
dipungut oleh pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Sejak dikeluarkan Peraturan Daerah pada
Kondisi ekonomi dan potensi pajak yang dimiliki oleh tahun 2003 tentang pajak hotel, pajak ini selalu
kabupaten/kota di Indonesia sangat bervariasi. memberikan konstribusi yang tidak sedikit bagi
Diperlukan strategi pemerintah untuk memberikan penerimaan Kota Batu. Relatif kecilnya PAD terhadap
asistensi dan fasilitasi bagi daerah tertentu agar total penerimaan di sebagian besar daerah
pemungutan pajak daerah dapat berjalan lancar. Di sisi menyebabkan daerah berlomba-lomba untuk
lain, evaluasi dan penyempurnaan kebijakan meningkatkan PAD, baik secara intensifikasi. Hal ini
perpajakan daerah perlu terus dilakukan untuk seringkali terjadi karena banyak daerah atau kota yang
menciptakan sistem perpajakan daerah yang efisien dan menganggap bahwa PAD merupakan suatu ukuran
efektif di Indonesia. kemandirian suatu daerah. Secara umum, peluang
Berdasarkan pengertian dan jenis-jenis pajak untuk melakukan intensifikasi pajak masih
di atas baik tentang PAD, serta membahas pajak dimungkinkan karena masih banyak terjadinya tax
provinsi dan kabupaten/kota, dapat dilihat evasion/avoidance (penghindaran terhadap kewajiban
perkembangan tentang PAD, baik itu Pendapatan mebayar pajak), kelemahan pada pemerintah daerah
Daerah, Retribusi Daerah, Bagi Hasil Usaha Milik atau kota dalam menghitung potensi pajaknya, maupun
Daerah dan PAD sah lainya yang dari tahun 2006- rigiditas penentuan tarif pajak. Sementara itu sejumlah
2010. Didalam penelitian ini ingin membahas tentang daerah juga berlomba-lomba untuk meningkatkan PAD
perkembangan suatu pajak, terutama Pajak Hotel. melalui upaya instensifikasi pajak. Upaya ini apabila
Hotel saat ini di Indonesia merupakan bisnis yang tidak dilakukan secara cermat akan justru
sangat menjanjikan untuk mendapatkan keuntungan menimbulkan distorsi (kesenjangan) terhadap pasar
bagi pengusaha, dengan adanya bangunan Hotel,maka serta menciptakan disinsentif bagi iklim usaha dan
tiap Hotel dikenakan tarif Pajak Hotel untuk investasi. Oleh karena itu, upaya demikian
menambah Pendapatan Asli Daerah masing-masing dikhawatirkan justru menciptakan trade-off antara
daerah. Adanya suatu Hotel disetiap daerah pasti tujuan jangka pendek (meningkatkan penerimaan
memiliki obyek wisata yang dapat menarik para melalui peningkatan PAD sebanyak-banyaknya) dan
wisatawan untuk dapat menikmati masa liburan. tujuan jangka panjang (meningkatkan penerimaan
Pembangunan Hotel sangat strategis,jika dimana suatu melalui peningkatan PDRB karena munculnya
kota tersebut memiliki potensi obyek wisata yang berbagai kegiatan investasi dan kegiatan usaha
dimana dapat menarik wisatawan untuk datang dan didaerah). Dari penjelasan diatas tadi dimana
menginap di Hotel untuk beristrahat setelah berekreasi. membahas tentang PAD.
Kota Batu, salah satu kota di Propinsi Jawa Membahas perkembangan kontribusi pajak
Timur, memiliki potensi wisata berupa pegunungan, hotel terhadap PAD Kota Batu tidak lengkap hanya
tempat hiburan yang cukup potensial untuk melihat trend penerimaan dari masa pajak atau tahun
dikembangkan sehingga di sini sektor pariwisata dan pajak berjalan,tapi juga harus menelaah sumber potensi
beberapa sektor terkait, misal sektor perdagangan dan pajak hotel itu sendiri. Berdasarkan pengamatan di
penyediaan jasa, merupakan salah satu sumber lapangan, realisasi pajak hotel sebagaimana yang
pendapatan daerah yang bisa digali dan terus tercantum di dalam atau memiliki berbagai masalah
dikembangkan. Adanya potensi wisata alam dan dalam pemungutan pajak hotel didalamnya. Belum
budaya yang merupakan salah satu andalan Kota Batu menunjukkan realisasi atau terget yang sesungguhnya
ini sudah selayaknya memberikan kontribusi terhadap jika dilihat dari potensi yang ada. Realisasi
57
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
58
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan
yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat Intensifikasi Pajak Daerah
atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar Optimalisasi sumber-sumber Pendapatan Asli
bidang keuangan negara. Daerah perlu dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan
Kebijakan Penerimaan Daerah intensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam
Pelaksanaan undang-undang baru No. 32 jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No. segera dilakukan adalah dengan melakukan
33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan
mempunyai misi utama yaitu penyelenggaraan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan
desentralisasi fiskal, yang diharapkan akan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan
menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama, efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka
mendorong peningkatan partisipasi, prakasa, dan akan meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus
kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan
mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan di baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang
seluruh daerah, memperbaiki alokasi sumber-sumber panjang. Dukungan teknologi informasi secara terpadu
daya produktif melalui pengeseran peran pengambilan guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena
keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang lebih sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini
rendah (Mardiasmo,2002. Otonomi dan Manajemen cenderung tidak optimal. Masalah ini tercermin pada
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset. Hal.214). sistem dan prosedur pemungutan yang masih
Menurut Joseph Riwu Kaho istilah keuangan konvensional dan masih banyaknya sistem berjalan
mengandung pengertian setiap hak yang berhubungan secara parsial, sehingga besar kemungkinan informasi
dengan masalah uang, yaitu antara lain sumber yang disampaikan tidak konsisten, versi data yang
pendapatan, jumlah uang yang cukup dan pengelolaan berbeda dan data tidak up-to-date. Permasalahan pada
keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan sistem pemungutan pajak cukup banyak, misalnya :
yang berlaku (Kaho, Joseph Riwu. 2001. Prospek baik dalam hal data wajib pajak/retribusi, penetapan
Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik jumlah pajak,jumlah tagihan pajak dan target
Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.61). pemenuhan pajak yang tidak optimal.
Hubungan antara konsep keuangandan daerah dapat Pelaksanaan otonomi daerah yang
dilihat seperti yang dijelaskan oleh DJ. Mamesah, berimplikasi pula pada peningkatan tingkat
bahwa keuangan daerah adalah : kemandirian daerah dalam hal pembiayaan
Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan daerah
uang atau pun barang yang dapat dijadikan kekayaan sangatlah diperlukan, baik berupa optimalisasi terhadap
daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh sumber-sumber pendapatan daerah yang telah ada
negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak maupun menggali sumber-sumber baru. Sebagaimana
lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tertuang dalam Peningkatan PAD, ditujukan kepada
yang berlaku. (Mamesah, D.J, 1995. Sistem peningkatan peranan potensi Daerah menjadi kekuatan
Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta, Gramedia inti dalam proses pembangunan daerah.
Pustaka Utama. Hal. 5) Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel.
Didalam rumusan diatas terkadung suatu Pengertian hotel di sini termasuk juga rumah
pengertian bahwa yang dimaksud dengan hak adalah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan
kewenangan untuk memungut pajak daerah, retribusi pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah
daerah, dan atau penerimaan sumber lain sesuai dengan kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini
ketentuan yang berlaku sedangkan yang dimaksud berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
dengan kewajiban adalah keharusan untuk membiayai pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau
atau mengeluarkan uang sehubungan dengan adanya tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
tagihan kepada daerah dalam rangka pembiayaan Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu
rumah tangga daerah serta pelaksanaan tugas umum daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus
dan tugas pembangunan daerah yang bersangkutan. terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan
keuangan daerah merupakan faktor yang sangat hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
penting dan mutlak diperlukan bagi pembangunan pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di daerah
daerah, maka pendapatan asli daerah yang merupakan kabupaten atau kota yang bersangkutan (Marihot P.
salah satu sumber keuangan harus ditingkatkan, karena Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
ditingkatkan, karena berasal dari dan digali dari Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal 245)
potensi-potensi daerah sendiri. Pendapatan Asli Daerah
merupakan modal besar pemerintah daerah dalam
mendapatkan dana pembangunan dan untuk memenuhi
belanja daerah.
59
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
60
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
manuver keuangan daerah tersebut dalam menghadapi dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
krisis ekonomi. (b) Perannya pajak hotel yang tertentu), seperti : pajak penghasilan, pajak
tergolong kecil dalam total PAD. Sebagian besar pertambahan nilai dan bea masuk.. Ketimpangan dalam
penerimaan daerah masih berasal dari bantuan Pusat. penguasaaan sumbersumber penerimaan pajak tersebut
Dari segi upaya pemungutan pajak, banyaknya bantuan memberikan petunjuk bahwa perimbangan keuangan
dan subsidi ini mengurangi usaha daerah dalam antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia dari
pemungutan intensifikasi pajak untuk meningkatkan sisi revenue assignment masih terlalu”sentralistis”.
PAD-nya, dan lebih mengandalkan kemampuan
negosiasi daerah terhadap Pusat untuk memperoleh
tambahan bantuan. (c) Kemampuan administrasi Kesimpulan
pemungutan pajak hotel yang masih rendah. Hal ini Berdasarkan hasil temuan data di lapangan
mengakibatkan bahwa pemungutan pajak cenderung yang telah disajikan dan dianalisis sebelumnya, dapat
dibebani oleh biaya pungut yang besar. PAD masih disimpulkan bahwa Dispenda kota Batu melakukan
tergolong memiliki tingkat buoyancy yang rendah. pendekatan secara lebih intensif kepada pihak hotel.
Salah satu sebabnya adalah diterapkan sistem target Dispenda harus mampu menjalin hubungan yang baik
dalam pungutan pajak hotel yang dilakukan pihak dengan Wajib pajak dalam hal ini pihak hotel, dengan
dispenda. Sebagai akibatnya, beberapa daerah lebih hubungan yang baik antara pihak Dispenda dengan
condong memenuhi target tersebut, walaupun dari sisi pihak hotel maka akan meningkatkan kepercayaan
pertumbuhan ekonomi sebenarnya pemasukkan pajak pihak hotel terhadap Dispenda sehingga proses
hotel dapat melampaui target yang ditetapkan. (d) penarikan pajak berjalan dengan baik. Misalnya
Kemampuan pengawasan keuangan pajak hotel yang terhadap pihak hotel yang merasa keberatan terhadap
lemah. Hal ini mengakibatkan kebocoran-kebocoran pembayaran pajak, Dispenda melakukan pendekatan
yang sangat berarti bagi daerah. Selama ini, peranan secara intens agar tidak ada jarak yang jauh antara
pajak hotel dalam membiayai kebutuhan pengeluaran pihak Dispenda dan pihak hotel. Dispenda mengadakan
daerah sangat kecil dan bervariasi. Peranan pajak hotel pembinaan kepada Wajib Pajak dalam hal ini pihak
dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi hotel, misalnya dengan cara sosialisasi tentang
juga terjadi karena adanya perbedaan yang sangat besar ketepatan waktu, tentang penggunaan sistem bonbill.
dalam jumlah penduduk, keadaan geografis Perbaikan kualitas pelayanan Dispenda, semakin
(berdampak pada biaya yang relatif mahal), dan meningkat kualitas pelayanannya maka semakin tinggi
kemampuan masyarakat, sehingga mengakibatkan pula tingkat kredibilitas Dispenda. Misalnya pihak
biaya penyediaan pelayanan kepada masyarakat sangat Dispenda membuat sistem pembayaran pajak online,
bervariasi. sehingga mempermudah pembayaran pajak, tanpa
harus manual. Sedangkan untuk hotel ialah harus
Diagram 1.1 memiliki sistem birokrasi yang jelas, agar didalam
Intensifikasi Pajak Hotel suatu birokrasi tersebut dapat berjalan sesuai rencana.
Pihak hotel setidaknya tidak perlu menggunakan
operasional secara berlebihan, karena dapat
menghambat pembayaran pajak disebabkan dengan
tingginya biaya operasional hotel tersebut.
Daftar Pustaka
61
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
62