Anda di halaman 1dari 14

|1

CRITICAL REVIEW
JURNAL EKONOMI KOTA

Judul Jurnal : Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel Ditinjau dari Potensi Kota Batu
untuk Meningkatkan Pendapatan asli Daerah
Penulis : Wisudawan Krida Laksana Putra
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP,
Universitas Airlangga
Publikasi : Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, januari 2013
Reviewer : Mega Utami Ciptaningrum (3613100034)
Tanggal Review : 18 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan kota di berbagai wilayah di dunia saat ini tengah mengalami peningkatan
yang sangat pesat. Hal ini terjadi sejak era 1980-an hingga 2010-an (Pawitro, Udjianto:
2013). Pembangunan kawasan perkotaan harus selaras dan mampu meningkatkan pula
aspek ekonomi agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu
pembangunan suatu wilayah tidak dapat terlepas dari aspek ekonomi. Aspek ekonomi suatu
wilayah penting untuk dipelajari karena berkaitan dengan kesejahteraan masyarakatnya dan
kelancaran pembangunan di daerah tersebut.
Pemahaman mengenai aspek ekonomi regional baik dalam perspektif teoretis
maupun empiris penting untuk dipahami, terlebih lagi oleh seorang perencana yang
bertanggung jawab merencanakan suatu wilayah dengan pertimbangan banyak hal.
Pemahaman tidak hanya berkutat mengenai issue ekonomi terkini, melainkan beserta
alternatif penyelesaian masalahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusunlah
critical review ini, dengan harapan penyusun yang notabene sebagai calon planner mampu
mengkritisi dan mengambil lesson learned terhadap studi kasus permasalahan ekonomi
yang dituangkan oleh penulis dalam bentuk jurnal.

1.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penyusunan critical review ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui salah satu studi kasus issue terkait ekonomi kota

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


|2

2. Memahami detail issue terkait ekonomi kota dan mampu melakukan kajian secara kritis
terhadap jurnal terpilih
3. Membandingkan antara penanganan terhadap issue yang direview dengan penanganan
issue sejenis yang berkembang di Indonesia

1.3 Sistematika Penyajian


Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi critical review ini maka
sistematika yang digunakan adalah :
Bab I Pendahuluan : merupakan bagian awal yang tersusun dari latar belakang melakukan
critical review, tujuan yang diharapkan serta sistematika penyajiannya.
Bab II Tinjauan Pustaka : berisi teori maupun peraturan terkait yang mendukung isi critical
review
Bab III Review : merupakan rangkuman dari jurnal ekonomi terpilih
Bab IV Kritik Terhadap Review : berisi kritik dan masukan oleh penyusun terhadap isi
maupun cara penyajian jurnal ekonomi terpilih
Bab V Kesimpulan : merupakan simpulan terhadap bab-bab sebelumnya pada
penyususnan critical review ini
Bab VI Lesson Learned : merupakan bagian akhir yang berisi pelajaran yang dapat diambil
dari isi jurnal terkait

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


|3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani melalui kata „oikos’ dan „namos’ atau
„oikonomia’ yang artinya manajemen urusan rumah-tangga, khususnya penyediaan dan
administrasi pendapatan. (Sastradipoera, 2001: 4). Menurut Albert L.Mayers dalam bukunya
“Grond lagun van de Modern Economic” mengemukakan bahwa Ilmu ekonomi adalah ilmu
pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia.

2.2 Kebijakan Perpajakan


Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya “Pengantar Singkat
Hukum Pajak” adalah sebagai berikut (Soemitro, Rochmat. 2002. Pengantar singkat Hukum
Pajak, PT Eresco, Bandung) pajak adalah peralihan kekuasaan dari sektor swasta ke sektor
publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan hukum, mendapatkan
imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau
pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.
Kebijakan perpajakan sebagai pelaksanaan pemungutan pajak berdasarkan undang-
undang perpajakan guna membantu atau mewujudkan pelaksanaan kebijaksanaan
pemerintah dalam mengendalikan atau menanggulangi keadaan masyarakat dan negara
(Tampubolon, 1990:13).

2.3 Kebijakan Penerimaan Daerah


Pelaksanaan undang-undang baru No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
dan UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah mempunyai misi utama
yaitu penyelenggaraan desentralisasi fiskal, yang diharapkan akan menghasilkan dua
manfaat nyata, yaitu : pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakasa, dan kreativitas
masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan di
seluruh daerah, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran
pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah (Mardiasmo,
2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi Offset. Hal 214)

2.4 Intensifikasi Pajak Daerah


Pengertian intensifikasi pajak menurut Surat Edaran Direktur Jendral Pajak

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


|4

No. SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak


adalah sebagai berikut: “Intensifikasi Pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian
penerimaan pajak terhadap objek serta subjek yang telah tercatat atau terdaftar dalam
administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.”
Proses pemungutan pajak selama ini dinilai cenderung kurang optimal. Oleh karena
itu intensifikasi pajak daerah penting untuk dilakukan guna meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) tanpa harus melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan baru yang
memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang. Intensifikasi tersebut dapat diterapkan
terhadap subyek maupun obyek pendapatan.

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


|5

BAB III REVIEW

Pajak memiliki arti penting bagi daerah karena berperan sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan modal besar pemerintah daerah sebagai
dana pembangunan dan untuk memenuhi belanja daerah. Salah satu jenis pajak yang
memberikan kontribusi yang cukup besar tehadap PAD adalah pajak sektor hotel. Sektor
pajak tersebut menjadi kontributor utama bagi PAD terutama untuk Kota Batu, mengingat
cukup banyaknya objek wisata di Kota Batu. Hotel dan obyek wisata memiliki keterkaitan
satu sama lain sebagai daya tarik bagi para wisatawan. Dalam meneliti pembuatan jurnal,
peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik penentuan informan
dengan cara purposive yang dilanjutkan dengan teknik snowball.
Agar tidak mengalami penurunan pendapatan, Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu
berupaya meningkatkan pendapatan daerah dengan cara intensifikasi pajak hotel.
Intensifikasi tersebut dilakukan dengan mengadakan pembinaan kepada pihak hotel tentang
ketepatan waktu, dan sistem bonbill, membentuk panitia komite pengawasan pajak yang
bertujuan agar pihak hotel mampu membayar pajak sesuai peraturan daerah, serta menjalin
hubungan yang baik dengan pihak hotel dan perbaikan kualitas pelayanan Dispenda.
Secara umum, optimalisasi intensifikasi pajak hotel oleh Pemerintah Daerah dapat dilakukan
dengan
a. Memperluas basis penerimaan pajak daerah dengan identifikasi jumlah pembayar
pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian dan menghitung
kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan
b. Memperkuat proses pemungutan pajak dengan peningkatan SDM
c. Meningkatkan pengawasan pajak
d. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan dengan
penyederhanaan administrasi pajak.
Namun dalam pelaksanaan upaya intensifikasi pajak hotel di Kota Batu, Dinas
Pendapatah Daerah menemui berbagai hambatan, antara lain :
a. Relatif rendahnya basis pajak hotel Kota Batu
b. Peran pajak hotel tergolong kecil dalam total PAD, sebagian besar dana daerah
masih berasal dari pusat
c. Kemampuan administrasi pemungutan pajak hotel masih rendah
d. Kemampuan pengawasan keuangan pajak hotel yang lemah

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


|6

BAB IV KRITIK TERHADAP JURNAL

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penulisan jurnal telah tercapai, yaitu
mendeskripsikan upaya intensifikasi pemungutan pajak hotel ditinjau dari potensi Kota Batu
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Penulisan judul telah sesuai dan mampu menggambarkan isi jurnal secara
keseluruhan. Selain itu kualifikasi penulis sebagai mahasiswa program studi administrasi
negara FISIP, Universitas Airlangga cukup menunjang topik yang dibahas dalam penelitian.
Ditinjau dari gaya bahasanya, jurnal ilmiah tersebut disampaikan dengan gaya penulisan
bahasa Indonesia yang baku dan mudah dipahami. Namun abstrak justru hanya disajikan
dalam satu bahasa saja yaitu bahasa inggris, akan lebih baik lagi jika abstrak disajikan
dalam dua bahasa, yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris. Selain itu pembahasan di
dalam jurnal masih menggunakan beberapa istilah asing tanpa penjelasan, sehingga akan
sulit dipahami oleh pembaca yang awam.
Dilihat dari substansi isinya jurnal tersebut kurang mengeksplore solusi yang telah
ada secara mendalam. Peneliti tidak membahas seberapa efektif upaya intensifikasi
pamungutan pajak hotel yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Batu, melainkan hanya
menjelaskan upaya apa yang diambil oleh pemerintah daerah saja. Menurut Silvani (dalam
Gunadi 2001:79) administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-
masalah:
1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).
2) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
3) Penyelundup pajak (tax evaders)
4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers).
Berdasarkan sumber lain, yaitu jurnal yang ditulis oleh Armida Fentika mahasiswa
program pascasarjana Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Semarang dengan judul Intensifikasi Pajak Hotel Melalui Pengembangan Pariwisata Di Kota
Tanjungpinang, upaya intensifikasi pemungutan pajak dapat pula dilakukan dengan upaya
mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki
basis data objek, memperbaiki penilaian dan menghitung kapasitas penerimaan dari setiap
jenis pungutan.

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


|7

BAB V KESIMPULAN

Untuk menghadapi berbagai permasalahan terkait pemungutan pajak, Kota Batu


telah menentukan langkah dengan Intensifikasi pemungutan pajak. Intensifikasi tersebut
dilakukan dengan mengadakan pembinaan kepada pihak hotel tentang ketepatan waktu,
dan sistem bonbill, membentuk panitia komite pengawasan pajak yang bertujuan agar pihak
hotel mampu membayar pajak sesuai peraturan daerah, serta menjalin hubungan yang baik
dengan pihak hotel dan perbaikan kualitas pelayanan Dispenda. Namun dalam
melaksanakan intensifikasi tersebut, pemerintah Kota Batu mengalami berbagai macam
kendala, yaitu :
a. Relatif rendahnya basis pajak hotel Kota Batu
b. Peran pajak hotel tergolong kecil dalam total PAD, sebagian besar dana daerah
masih berasal dari pusat
c. Kemampuan administrasi pemungutan pajak hotel masih rendah
Kemampuan pengawasan keuangan pajak hotel yang lemah

BAB VI LESSON LEARNED

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah melalui pajak. Pajak
daerah terdiri dari 16 jenis, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.
Pajak terbagi atas beberapa sektor, salah satunya adalah sektor hotel. PAD merupakan
modal besar bagi pemerintah daerah sebagai dana pembangunan dan untuk memenuhi
belanja daerah. Untuk mengoptimalkan pemungutan terhadap pajak dapat dilakukan
dengan ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak. Ekstensifikasi adalah upaya penambahan
jumlah Wajib Pajak. Sedangkan intensifikasi pajak berupa peningkatan kinerja dari sumber-
sumber yang telah ada atau sudah berjalan. Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu
mengatasi masalah-masalah berikut:
1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).
2) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
3) Penyelundup pajak (tax evaders)
4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers).

CRITICAL REVIEW JURNAL EKONOMI KOTA


Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

Intensifikasi Pemunggutan Pajak Hotel Ditinjau Dari Potensi Kota Batu Untuk
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Wisudawan Krida Laksana Putra1


Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

Abstract
The world of taxation as long as it has a bad image in public because services are bad, circuitous; and many crimes cases of
corruption. In addition there are still many problems of tax realization was hotel as stipulated in or having a range of issues in tax
collection hotel inside of them. Not showing realization or terget true if viewed from the existing potential. The realization of revenue
is still possible to improved with a record need efforts to the intensification of poll, either through the process training taxpayers,
enforcement of rules and supervision and repair service performance and tax collection the hotel. Efforts -- that effort can be done by
improving existing resources in the city of stone dept. of income tax, as the management of the hotel both human resources, and
facility a supporter of their activities. This research in a qualitative, type research descriptive, the research is in office dept. income
in the city of stone. Informer taken in this research the officer dept. of revenue and penggusaha hotel city stone. Determination to
technique informer for giver service purposive use sampling and random sampling. accidental use sampling. Data done by means of
observation, interview deep and documentation. Then analyze data use reduction data, presentation of data then withdrawal
conclusion or verification.

Key words: Intensification, Tax

Pendahuluan Penambahan jenis pajak daerah,terdapat


Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan penambahan 4 jenis pajak daerah, yaitu 1 jenis pajak
bagi negara, mempunyai arti dan fungsi yang sangat provinsi dan 3 jenis pajak kabupaten/kota. Dengan
penting untuk proses pembangunan. Dalam hal ini tambahan tersebut, secara keseluruhan terdapat 16 jenis
pajak selain berfungsi sebagai budgetair juga dapat pajak daerah, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis
berfungsi sebagai regulerend. Ditinjau dari fungsi pajakkabupaten/kota. Jenis pajak provinsi yang baru
budgeter, pajak adalah alat untuk mengumpulkan dana adalah Pajak Rokok, sedangkan 3 jenis pajak
yang nantinya akan digunakan untuk membiayai kabupaten/kota yang baru adalah PBB Perdesaan dan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sedangkan Perkotaan, BPHTB, dan Pajak Sarang Burung Walet.
dilihat dari fungsinya sebagai pengatur (regulerend), Sebagai catatan, untuk kabupaten/kota ada
pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan- penambahan 1 jenis pajak yaitu Pajak Air Tanah yang
tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan sebelumnya merupakan pajak provinsi.
dan fungsi mengatur ini banyak ditujukan kepada Indonesia telah melalui beberapa fase dalam
sektor swasta bahwa dalam usaha meningkatkan sistem perpajakan daerahnya,terakhir dituangkan
penerimaan pajak seiring dengan kemajuan kegiatan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
ekonomi diperlukan suatu sistem perpajakan yang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Perubahan yang
dapat menjadi pendukung utama perekonomian. dilakukan dengan undang-undang tersebut cukup
Pajak juga penting bagi daerah, merupakan signifikan,mulai dari pembatasan jenis pajak
salah satu pendapatan yang memberi kontribusi daerah,penguatan local taxing power, perubahan sistem
terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pajak adalah pengawasan,sampai pada pengaturan untuk
pembayaran wajib yang dikenakan berdasarkan optimalisasi pemungutan dan pemanfaatan hasil pajak
undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang daerah. Pembatasan jenis pajak daerah dilakukan
berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau dengan menerapkan ‘closed-list’ sistem dengan
membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Dengan menetapkan 16 jenis pajak yang dapat dipungut oleh
demikian, akan terjamin bahwa kas negara selalu berisi daerah, yakni 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak
uang pajak, bahwa pajak daerah merupakan pajak yang kabupaten/kota.
dikelola oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun Penguatan local taxing power dilakukan
kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang dengan memperluas objek pajak daerah, menambah
penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil jenis pajak daerah, menaikkan tarif maksimum
penerimaan tersebut masuk di dalam APBD. beberapa jenis pajak daerah, dan memberikan
kewenangan sepenuhnya kepada daerah untuk

1. Korespondensi Wisudawan Krida Laksana Putra, Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas
Airlangga, Jl Airlangga 4-6 Surabaya 56
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
menetapkan tarif pajak daerah. Sedangkan beberapa penerimaan pajak yang ada. Kontribusi
pengawasan pajak daerah dilakukan melalui penerimaan daerah tersebut dapat berasal dari pajak
pendekatan preventif dan korektif, yakni mengevaluasi maupun retribusi yang dipungut atas dasar pemberian
rancangan peraturan daerah sebelum ditetapkan jasa dan pelayanan oleh tempat wisata di Kota Batu.
menjadi peraturan daerah dan membatalkan perda Berikut gambaran tentang potensi wisata yang ada di
yang bertentangan dengan peraturan perundang- Kota Batu.
undangan yang lebih tinggi. Sementara itu, optimalisasi Kota Batu sebagai kota berbasis pada sektor
pemungutan dan pemanfaatan hasil pajak dilakukan pariwisata dalam perkembanganya dituntut untuk
dengan memperbaiki porsi bagi hasil pajak provinsi meningkatkan sarana dan prasana serta pelayanan
kepada kabupaten/kota, menegaskan earmarking yang baik dalam bidang pariwisata, yang otomatis
beberapa jenis pajak provinsi, dan mengatur kembali tidaklah terlepas dari peningkatan dan pengembangan
pemberian insentif pemungutan. hotel sebagai penunjang daripada sektor pariwisata.
Pembaharuan sistem perpajakan daerah di Hal ini memberikan angin segar bagi Pemerintah Kota
Indonesia merupakan tuntutan dari implementasi Batu untuk menarik pajak agar dapat meninggkatkan
kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal penerimaan daerah itu sendiri. Sedangkan dampak
yang dilakukan dengan menyerahkan sumber-sumber yang dirasakan masyarakat dengan adanya peningkatan
pendapatan kepada daerah secara bertahap. Pengalihan penerimaan pajak daerah adalah kelancaran
jenis pajak provinsi tertentu dan sebagian jenis pajak pembangunan. Pembangunan ini meliputi berbagai
pusat kepada kabupaten/kota merupakan pengaturan sektor diantaranya pembangunan jalan, pembangunan
kembali sistem perpajakan nasional dengan fasilitas umum seperti : sarana olahraga, pasar, masjid,
menetapkan jenis-jenis pajak yang tepat untuk jembatan dan fasilitas lainnya.
dipungut oleh pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Sejak dikeluarkan Peraturan Daerah pada
Kondisi ekonomi dan potensi pajak yang dimiliki oleh tahun 2003 tentang pajak hotel, pajak ini selalu
kabupaten/kota di Indonesia sangat bervariasi. memberikan konstribusi yang tidak sedikit bagi
Diperlukan strategi pemerintah untuk memberikan penerimaan Kota Batu. Relatif kecilnya PAD terhadap
asistensi dan fasilitasi bagi daerah tertentu agar total penerimaan di sebagian besar daerah
pemungutan pajak daerah dapat berjalan lancar. Di sisi menyebabkan daerah berlomba-lomba untuk
lain, evaluasi dan penyempurnaan kebijakan meningkatkan PAD, baik secara intensifikasi. Hal ini
perpajakan daerah perlu terus dilakukan untuk seringkali terjadi karena banyak daerah atau kota yang
menciptakan sistem perpajakan daerah yang efisien dan menganggap bahwa PAD merupakan suatu ukuran
efektif di Indonesia. kemandirian suatu daerah. Secara umum, peluang
Berdasarkan pengertian dan jenis-jenis pajak untuk melakukan intensifikasi pajak masih
di atas baik tentang PAD, serta membahas pajak dimungkinkan karena masih banyak terjadinya tax
provinsi dan kabupaten/kota, dapat dilihat evasion/avoidance (penghindaran terhadap kewajiban
perkembangan tentang PAD, baik itu Pendapatan mebayar pajak), kelemahan pada pemerintah daerah
Daerah, Retribusi Daerah, Bagi Hasil Usaha Milik atau kota dalam menghitung potensi pajaknya, maupun
Daerah dan PAD sah lainya yang dari tahun 2006- rigiditas penentuan tarif pajak. Sementara itu sejumlah
2010. Didalam penelitian ini ingin membahas tentang daerah juga berlomba-lomba untuk meningkatkan PAD
perkembangan suatu pajak, terutama Pajak Hotel. melalui upaya instensifikasi pajak. Upaya ini apabila
Hotel saat ini di Indonesia merupakan bisnis yang tidak dilakukan secara cermat akan justru
sangat menjanjikan untuk mendapatkan keuntungan menimbulkan distorsi (kesenjangan) terhadap pasar
bagi pengusaha, dengan adanya bangunan Hotel,maka serta menciptakan disinsentif bagi iklim usaha dan
tiap Hotel dikenakan tarif Pajak Hotel untuk investasi. Oleh karena itu, upaya demikian
menambah Pendapatan Asli Daerah masing-masing dikhawatirkan justru menciptakan trade-off antara
daerah. Adanya suatu Hotel disetiap daerah pasti tujuan jangka pendek (meningkatkan penerimaan
memiliki obyek wisata yang dapat menarik para melalui peningkatan PAD sebanyak-banyaknya) dan
wisatawan untuk dapat menikmati masa liburan. tujuan jangka panjang (meningkatkan penerimaan
Pembangunan Hotel sangat strategis,jika dimana suatu melalui peningkatan PDRB karena munculnya
kota tersebut memiliki potensi obyek wisata yang berbagai kegiatan investasi dan kegiatan usaha
dimana dapat menarik wisatawan untuk datang dan didaerah). Dari penjelasan diatas tadi dimana
menginap di Hotel untuk beristrahat setelah berekreasi. membahas tentang PAD.
Kota Batu, salah satu kota di Propinsi Jawa Membahas perkembangan kontribusi pajak
Timur, memiliki potensi wisata berupa pegunungan, hotel terhadap PAD Kota Batu tidak lengkap hanya
tempat hiburan yang cukup potensial untuk melihat trend penerimaan dari masa pajak atau tahun
dikembangkan sehingga di sini sektor pariwisata dan pajak berjalan,tapi juga harus menelaah sumber potensi
beberapa sektor terkait, misal sektor perdagangan dan pajak hotel itu sendiri. Berdasarkan pengamatan di
penyediaan jasa, merupakan salah satu sumber lapangan, realisasi pajak hotel sebagaimana yang
pendapatan daerah yang bisa digali dan terus tercantum di dalam atau memiliki berbagai masalah
dikembangkan. Adanya potensi wisata alam dan dalam pemungutan pajak hotel didalamnya. Belum
budaya yang merupakan salah satu andalan Kota Batu menunjukkan realisasi atau terget yang sesungguhnya
ini sudah selayaknya memberikan kontribusi terhadap jika dilihat dari potensi yang ada. Realisasi

57
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

penerimaannya masih memungkinkan untuk yang mempengaruhi implementasi pemungutan pajak


ditingkatkan lagi dengan catatan perlu upaya hotel di Kota malang.
Intensifikasi baik melalui proses pemungutan, Permasalahan yang ingin dijawab dalam
pembinaan wajib pajak, penegakan peraturan dan penelitian ini adalah Bagaimana Intensifikasi
pengawasan serta perbaikan kinerja pelayanan dan Pemungutan Pajak Hotel Ditinjau Dari Potensi Kota
pemungutan Pajak Hotel. Upaya - upaya tersebut dapat Batu Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
dilaksanakan dengan meningkatkan sumber daya yang Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
ada di Dinas Pendapatan Kota Batu sebagai pengelola Bagaimana Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel
pajak hotel, baik sumber daya manusianya, maupun Ditinjau Dari Potensi Kota Batu Untuk Meningkatkan
fasilitas pendukung kegiatannya. Pendapatan Asli Daerah. Manfaat penelitian ini secara
Dinas Pendapatan Kota Batu sebagai praktis adalah memberikan solusi bagi permasalahan
pemungut Pajak Hotel menghadapi tantangan pembayaran pajak hotel di Dispenda Kota Batu.
bagaimana meningkatkan penerimaan, karena pajak Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah
hotel merupakan penyumbang pajak terbesar pengembangan kajian pelayanan publik.
(primadona) diantara penerimaan pajak-pajak daerah
lainnya. Untuk itu Dinas Pendapatan Kota Batu
dituntut untuk melakukan upaya langkah-langkah guna Kebijakan Perpajakan
meningkatkan / intensifikasi pajak hotel, agar Dari definisi di atas pula, L.P. Tampubolon
penerimaan dari pajak hotel memiliki yang cukup memberikan suatu pengertian mengenai kebijakan
tinggi. Seperti diketahui keberadaan hotel memiliki perpajakan sebagai pelaksanaan pemungutan pajak
potensi yang sangat besar bagi tumbuhnya aktifitas – berdasarkan undang-undang perpajakan guna
aktifitas lainnya seperti pariwisata, perdagangan dan membantu atau mewujudkan pelaksanaan
Jasa. “Lingkage Activity” (aktifitas yang saling kebijaksanaan pemerintah dalam mengendalikan atau
berkait) yang sangat banyak dari keberadaan fasilitas menanggulangi keadaan masyarakat dan negara
hotel harus dapat dilihat sebagai potensi untuk (Tampubolon,1990:13). Sedangkan menurut Musgrave
mengembangkan aktifitas perkotaan secara terdapat dua aspek dari kebijakan perpajakan yaitu
keseluruhan. Artinya mekanisme peningkatan pertama adalah perumusan dari peraturan pajak, dan
penerimaan pajak hotel harus dapat diatur sedemikian kedua adalah masalah-masalah penting yang
rupa sehingga dapat mendorong semakin tumbuh dan menyangkut administrasi perpajakan (Richard A, and
berkembangnya kualitas maupun kuantitas (meskipun Peggy B. Musgrave, 1989. Public Finance In Theory
harus tetap dikendalikan) hotel yang ada di Kota Batu, and Pratice. McGraw-Hill Book Company. Hal 35)
sehingga dapat mendukung “lingkage Activity” nya. Salah satu langkah yang ditempuh oleh
Memperhatikan fenomena di atas, menarik kiranya pemerintah dalam mewujudkan kebijakan perpajakan
untuk dilakukan studi yang mengarah pada ini adalah dengan mengadakan reformasi perpajakan
Intensifikasi Pajak Hotel di Kota Batu. (tax reform). Reformasi ini bukan hanya mereformasi
Penelitian sebelumnya membahas tentang administrasi perpajakan, tetapi harus melakukan
Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Hotel Di reformasi birokrasi menyeluruh menyangkut aspek
Kota Malang Berdasarkan Perda Kota Malang No 7 penegakan hukum terhadap aparat pajak (fiskus) yang
Tahun 2002 Tentang Pemungutan Pajak Hotel (Studi melakukan praktik tercela, baik pada tahap perhitungan
Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang). Pada pajak maupun penyetoran pajak (www.klikpajak.com
dasarnya penelitian ini diangkat untuk melihat diaskes pada 1 oktober 2012).
bagaimana implementasi kebijakan pemungutan pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh
hotel di kota Malang berdasarkan Perda Kota Malang Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
No 7 Tahun 2002 Tentang Pemungutan Pajak Hotel, daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan
melihat fenomena pemungutan pajak hotel yang masih pelaksanaan pemungutan pajak mengisyaratkan adanya
belum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan alih dana dari sektor swasta (Wajib Pajak yang
walaupun pencapaian realisasi pajak hotel untuk tahun membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak
2005-2010 telah mencapai target, tetapi masih tidak pemerintah) dan diperuntukan bagi keperluan
menutup kemungkinan adanya permasalahan di dalam pembiyaan umum pemerintah dalam rangka
implementasi pemungutan pajak hotel yang selama ini menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
berjalan, masih ada beberapa wajib pajak yang belum pembangunan.
mencerminkan kepatuhan dalam bertindak, kesadaran Berikut ini definisi pajak menurut ahli
wajib pajak yang rendah, hingga masalah penunggakan pengertian Pajak menurut Rochmat Soemitro dalam
pembayaran Penelitian ini mengangkat tiga bukunya “Pengantar Singkat Hukum Pajak” adalah
permasalahan yaitu Pertama, bagaimana proses sebagai berikut: (Soemitro, Rochmat. 2002. Pengantar
implementasi kebijakan pemungutan pajak hotel di Singkat Hukum Pajak, PT Eresco, Bandung)
Kota Malang menurut Perda No 7 Tahun 2002 tentang Pajak adalah peralihan kekuasaan dari sektor swasta ke
pemungutan pajak hotel. Kedua, bagaimana kontribusi sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat
penerimaan pajak hotel pada pendapatan asli daerah dipaksakan dengan hukum, mendapatkan imbalan
(PAD) Kota Malang, Ketiga, faktor-faktor apa sajakah yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang

58
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan
yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat Intensifikasi Pajak Daerah
atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar Optimalisasi sumber-sumber Pendapatan Asli
bidang keuangan negara. Daerah perlu dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan
Kebijakan Penerimaan Daerah intensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam
Pelaksanaan undang-undang baru No. 32 jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No. segera dilakukan adalah dengan melakukan
33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan
mempunyai misi utama yaitu penyelenggaraan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan
desentralisasi fiskal, yang diharapkan akan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan
menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama, efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka
mendorong peningkatan partisipasi, prakasa, dan akan meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus
kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan
mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan di baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang
seluruh daerah, memperbaiki alokasi sumber-sumber panjang. Dukungan teknologi informasi secara terpadu
daya produktif melalui pengeseran peran pengambilan guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena
keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang lebih sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini
rendah (Mardiasmo,2002. Otonomi dan Manajemen cenderung tidak optimal. Masalah ini tercermin pada
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset. Hal.214). sistem dan prosedur pemungutan yang masih
Menurut Joseph Riwu Kaho istilah keuangan konvensional dan masih banyaknya sistem berjalan
mengandung pengertian setiap hak yang berhubungan secara parsial, sehingga besar kemungkinan informasi
dengan masalah uang, yaitu antara lain sumber yang disampaikan tidak konsisten, versi data yang
pendapatan, jumlah uang yang cukup dan pengelolaan berbeda dan data tidak up-to-date. Permasalahan pada
keuangan yang sesuai dengan tujuan dan peraturan sistem pemungutan pajak cukup banyak, misalnya :
yang berlaku (Kaho, Joseph Riwu. 2001. Prospek baik dalam hal data wajib pajak/retribusi, penetapan
Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik jumlah pajak,jumlah tagihan pajak dan target
Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.61). pemenuhan pajak yang tidak optimal.
Hubungan antara konsep keuangandan daerah dapat Pelaksanaan otonomi daerah yang
dilihat seperti yang dijelaskan oleh DJ. Mamesah, berimplikasi pula pada peningkatan tingkat
bahwa keuangan daerah adalah : kemandirian daerah dalam hal pembiayaan
Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan daerah
uang atau pun barang yang dapat dijadikan kekayaan sangatlah diperlukan, baik berupa optimalisasi terhadap
daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh sumber-sumber pendapatan daerah yang telah ada
negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak maupun menggali sumber-sumber baru. Sebagaimana
lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tertuang dalam Peningkatan PAD, ditujukan kepada
yang berlaku. (Mamesah, D.J, 1995. Sistem peningkatan peranan potensi Daerah menjadi kekuatan
Administrasi Keuangan Daerah, Jakarta, Gramedia inti dalam proses pembangunan daerah.
Pustaka Utama. Hal. 5) Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel.
Didalam rumusan diatas terkadung suatu Pengertian hotel di sini termasuk juga rumah
pengertian bahwa yang dimaksud dengan hak adalah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan
kewenangan untuk memungut pajak daerah, retribusi pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah
daerah, dan atau penerimaan sumber lain sesuai dengan kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini
ketentuan yang berlaku sedangkan yang dimaksud berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
dengan kewajiban adalah keharusan untuk membiayai pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau
atau mengeluarkan uang sehubungan dengan adanya tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
tagihan kepada daerah dalam rangka pembiayaan Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu
rumah tangga daerah serta pelaksanaan tugas umum daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus
dan tugas pembangunan daerah yang bersangkutan. terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan
keuangan daerah merupakan faktor yang sangat hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
penting dan mutlak diperlukan bagi pembangunan pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di daerah
daerah, maka pendapatan asli daerah yang merupakan kabupaten atau kota yang bersangkutan (Marihot P.
salah satu sumber keuangan harus ditingkatkan, karena Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
ditingkatkan, karena berasal dari dan digali dari Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal 245)
potensi-potensi daerah sendiri. Pendapatan Asli Daerah
merupakan modal besar pemerintah daerah dalam
mendapatkan dana pembangunan dan untuk memenuhi
belanja daerah.

59
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

tidak ada jarak yang jauh antara pihak Dispenda dan


Metode Penelitian pihak hotel; (4) Perbaikan kualitas pelayanan
Penelitian ini menggunakan pendekatan Dispenda, semakin meningkat kualitas pelayanannya
kualitatif. Teknik penentuan informan dilakukan secara maka semakin tinggi pula tingkat kredibilitas
purposive, dimana informan yang dipilih merupakan Dispenda.
pihak yang dianggap paling mengetahui dan Faktor Pendorong dan Penghambat yang
memahami tentang permasalahan dalam penelitian ini. mempengaruhi Intensifikasi pajak hotel adalah. Secara
Kemudian berkembang dengan menggunakan teknik umum, upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah
snowball, dimana pemilihan informan lanjutan dalam Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah
rangka penggalian data untuk mendapatkan variasi dan melalui optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak
kedalaman informasi diperoleh atas dasar rujukan atau daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan
rekomendasi dari key informan. tipe penelitian dengan cara-cara sebagai berikut :
kualitatif deskriptif, metode pengumpulan data melalui (a) Memperluas basis penerimaan Pajak Hotel di Kota
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi, Batu. Tindakan yang dilakukan untuk memperluas
Lokasi penelitian di Kota Batu Jawa Timur. Teknik basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah,
pemeriksaaan keabsahan data pada penelitian ini yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial,
digunakan teknik triangulasi sumber data, teknik antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak
analisis menggunakan teknik analisis data kualitatif baru/potensial dan jumlah pembayar pajak,
mengikuti Moleong. Analisis ini terdiri dari tiga alur memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian,
yaitu: (a) reduksi data, yang diartikan sebagai proses menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pungutan.
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang (b) Memperkuat proses pemungutan Pajak Hotel Kota
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, (b) Batu. Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses
Penyajian data dilakukan dengan menggunakan bentuk pemungutan, yaitu peningkatan SDM. Peningkatan
teks naratif, (c) penarikan kesimpulan. Data yang SDM dispenda Kota Batu perlu dilakukan mengingat
diperoleh dilakukan pemaparan serta interpretasi secara sebagai petugas pemungutan pajak daerah.
mendalam. (c) Meningkatkan pengawasan Pajak Kota Batu. Hal
ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan
Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel Kota Batu melakukan pemeriksaan secara berkala,tiap 6 bulan
Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah atau 1 tahun dilakukan secara rutin oleh pihak
Bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu Dispenda, memperbaiki proses pengawasan, serta
telah berupaya untuk meningkatkan pendapatan daerah menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak hotel
dengan cara intensifikasi pajak hotel. Agar tidak yang tidak mampu membayar sesuai aturan yang ada.
mengalami penurunan pendapatan, pihak dispenda (d) Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan
mengoptimalkan pendapatan dari pajak hotel, biaya pemungutan Kota Batu. Tindakan yang
mengingat pajak sektor hotel merupakan kontributor dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki
utama dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan
disamping sektor hotel dapat melahirkan potensi – admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan
potensi perekonomian baru. Bentuk intensifikasi pajak dari setiap jenis pemungutan. Tiap proses pemungutan
yang dilakukan Dispenda kepada wajib pajak (WP) atau pembayaran pajak dilakukan saat pihak hotel
dalam hal ini adalah hotel antara lain ini : (1) Dispenda membayar pajak ke dispenda, dan pihak dispenda
mengadakan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam hal mampu memberikan proses pembayaran secara cepat
ini pihak hotel, misalnya dengan cara sosialisasi dan efisiensi.
tentang ketepatan waktu, tentang penggunaan sistem
bonbill; (2) Pihak Dispenda membentuk panitia komite Sedangkan faktor penghambat intensifikasi
pengawasan pajak berdasarkan Peraturan Menteri pajak hotel ialah :
Keuangan Nomor 54/PMK09/2008, tugas komite ini Bahwa banyak permasalahan yang terjadi di
adalah melakukan pengawasan dan monitoring daerah berkaitan dengan penggalian dan peningkatan
terhadap pihak hotel yang melakukan tindakan PAD dalam intensifikasi pajak hotel, terutama hal ini
kecurangan. Tujuan dibentuk komite ini agar wajib disebabkan oleh: (a) Relatif rendahnya basis pajak
pajak dalam hal ini pihak hotel mampu membayar hotel kota Batu. Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000
sesuai dengan peraturan daerah yang ada; (3) Dispenda daerah Kabupaten/Kota dimungkinkan untuk
kota Batu menjalin hubungan yang baik dengan Wajib menetapkan jenis pajak dan retribusi baru. Namun,
pajak dalam hal ini pihak hotel, dengan hubungan yang melihat kriteria pengadaan pajak baru sangat ketat,
baik antara pihak Dispenda dengan pihak hotel maka khususnya kriteria pajak daerah tidak boleh tumpang
akan meningkatkan kepercayaan pihak hotel terhadap tindih dengan Pajak Pusat dan Pajak Propinsi,
Dispenda sehingga proses penarikan pajak berjalan diperkirakan daerah memiliki basis pungutan yang
dengan baik. Misalnya terhadap pihak hotel yang relatif rendah dan terbatas, serta sifatnya bervariasi
merasa keberatan terhadap pembayaran pajak, antar daerah. Rendahnya basis pajak hotel ini bagi
Dispenda melakukan pendekatan secara intens agar sementara daerah berarti memperkecil kemampuan

60
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
manuver keuangan daerah tersebut dalam menghadapi dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
krisis ekonomi. (b) Perannya pajak hotel yang tertentu), seperti : pajak penghasilan, pajak
tergolong kecil dalam total PAD. Sebagian besar pertambahan nilai dan bea masuk.. Ketimpangan dalam
penerimaan daerah masih berasal dari bantuan Pusat. penguasaaan sumbersumber penerimaan pajak tersebut
Dari segi upaya pemungutan pajak, banyaknya bantuan memberikan petunjuk bahwa perimbangan keuangan
dan subsidi ini mengurangi usaha daerah dalam antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia dari
pemungutan intensifikasi pajak untuk meningkatkan sisi revenue assignment masih terlalu”sentralistis”.
PAD-nya, dan lebih mengandalkan kemampuan
negosiasi daerah terhadap Pusat untuk memperoleh
tambahan bantuan. (c) Kemampuan administrasi Kesimpulan
pemungutan pajak hotel yang masih rendah. Hal ini Berdasarkan hasil temuan data di lapangan
mengakibatkan bahwa pemungutan pajak cenderung yang telah disajikan dan dianalisis sebelumnya, dapat
dibebani oleh biaya pungut yang besar. PAD masih disimpulkan bahwa Dispenda kota Batu melakukan
tergolong memiliki tingkat buoyancy yang rendah. pendekatan secara lebih intensif kepada pihak hotel.
Salah satu sebabnya adalah diterapkan sistem target Dispenda harus mampu menjalin hubungan yang baik
dalam pungutan pajak hotel yang dilakukan pihak dengan Wajib pajak dalam hal ini pihak hotel, dengan
dispenda. Sebagai akibatnya, beberapa daerah lebih hubungan yang baik antara pihak Dispenda dengan
condong memenuhi target tersebut, walaupun dari sisi pihak hotel maka akan meningkatkan kepercayaan
pertumbuhan ekonomi sebenarnya pemasukkan pajak pihak hotel terhadap Dispenda sehingga proses
hotel dapat melampaui target yang ditetapkan. (d) penarikan pajak berjalan dengan baik. Misalnya
Kemampuan pengawasan keuangan pajak hotel yang terhadap pihak hotel yang merasa keberatan terhadap
lemah. Hal ini mengakibatkan kebocoran-kebocoran pembayaran pajak, Dispenda melakukan pendekatan
yang sangat berarti bagi daerah. Selama ini, peranan secara intens agar tidak ada jarak yang jauh antara
pajak hotel dalam membiayai kebutuhan pengeluaran pihak Dispenda dan pihak hotel. Dispenda mengadakan
daerah sangat kecil dan bervariasi. Peranan pajak hotel pembinaan kepada Wajib Pajak dalam hal ini pihak
dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi hotel, misalnya dengan cara sosialisasi tentang
juga terjadi karena adanya perbedaan yang sangat besar ketepatan waktu, tentang penggunaan sistem bonbill.
dalam jumlah penduduk, keadaan geografis Perbaikan kualitas pelayanan Dispenda, semakin
(berdampak pada biaya yang relatif mahal), dan meningkat kualitas pelayanannya maka semakin tinggi
kemampuan masyarakat, sehingga mengakibatkan pula tingkat kredibilitas Dispenda. Misalnya pihak
biaya penyediaan pelayanan kepada masyarakat sangat Dispenda membuat sistem pembayaran pajak online,
bervariasi. sehingga mempermudah pembayaran pajak, tanpa
harus manual. Sedangkan untuk hotel ialah harus
Diagram 1.1 memiliki sistem birokrasi yang jelas, agar didalam
Intensifikasi Pajak Hotel suatu birokrasi tersebut dapat berjalan sesuai rencana.
Pihak hotel setidaknya tidak perlu menggunakan
operasional secara berlebihan, karena dapat
menghambat pembayaran pajak disebabkan dengan
tingginya biaya operasional hotel tersebut.

Daftar Pustaka

Kaho, Joseph Riwu. 2001. Prospek Otonomi Daerah di


Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Mardiasmo. 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan
Daerah, Yogyakarta: Andi.
Mamesah, D.J, 1995. Sistem Administrasi Keuangan
Daerah, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Marihot P. Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Musgrave, 1989. Public Finance In Theory and
Sumber data: data primer penelitian, 2012. Pratice. McGraw-Hill Book Company.
Sony Yuwono dkk. 2007, Memahami APBD dan
Tidak signifikannya peranan pajak hotel Permasalahanya, Panduan Pengelolaan
dalam anggaran daerah tidak lepas dari sistem Keuangan Daerah, Malang : Bayumedia
penarikan pajak di kota Batu yang masih memberikan Publishing.
kewenangan penuh kepada Pemerintah Pusat untuk Undang – Undang nomor 34 tahun 2000 tentang
mengumpulkan pajak-pajak potensial (yang tentunya perubahan atas Undang – Undang Republik

61
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

Indonesia Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak


dan Retribusi Daerah
Peraturan Walikota Batu No 5 Tahun 2010
Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 5 Tahun 2010
tentang Pajak Hotel

62

Anda mungkin juga menyukai