Anda di halaman 1dari 28

TUGAS BESAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

EKSISTENSI MANUSIA

Disusun oleh :

1. ARI LUTFI RAMADANTI (4119120033)


2. FADEL RADHIKA PRATAMA (41119120037)
3. DEWI SRI MULYATINI RAMADHINI (41119120184)

DOSEN:

Asrori, MA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis
kekuatan, kesabaran dan anugerah yang melimpah ssehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Besar Agama Islam tentang “Eksistensi Manusia”

Dalam menyusun tugas ini penulis menerima masukan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu atas tersusunnya karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT
2. Bapak Asrori, MA selaku dosen Pendidikan Agama Islam
3. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan motivasi baik berupa materi dan
moral selam penulis mengerjakan makalah ini

Penulis tahu bahwa setiap apa yang kita lakukan pasti aka nada terjadinnya kesalahan
maka dari itu, penulisa mohon maaf apabila terdapat kesalahan bahasa, nama, penulisan dan
menuliskan tittle. Mohon agar dapat dimaklumi.

Demikian tugas yang penulis susun tentang “Eksistensi Manusia”, tidak lupa
mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat untuk masa yang akan datang dan penulis
mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr wb

Jakarta, 14 Juni 2020

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 2


DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I : EKSISTENSI MANUSIA dan MARTABAT MANUSIA 4

BAB II : IMAN dan TAQWA 5

A. Pengertian iman 5
B. Pengertian taqwa 5

BAB III : KONSEP EKSISTENSI MANUSIA 7

BAB IV : TERCIPTANYA MANUSIA 9

A. Tahapan primodial 9
B. Tahapan biologi 10

BAB V : TUJUAN TERCIPTA MANUSIA 11

A. Tujuan umum adanya manusia didunia 12


B. Tujuan individu adanya manusia didunia 12
C. Tujuan individu dalam keluarga 13
D. Tujuan individu dalam masyarakat 13
E. Tujuan individu dalam bernegara 14

BAB VI : FUNGSI dan PERAN MANUSIA 15

A. Tanggung jawab manusia terhadap Allah SWT 15


B. Fungsi dan peranan manusia dalam islam 18

BAB VII : POTENSI dan KEUNGGULAN MANUSIA 21

A. Potensi internal 21
B. Potensi eksternal 26

BAB VIII : PENUTUP 27

DAFTAR PUSTAKA 28

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 3


BAB I

EKSISTENSI MANUSIA dan MARTABAT MANUSIA

Pengertian eksistensi martabata manusia adlah bahwasanya manusia diciptakan kedunia


ini oleh Allah melalui berbagai rintangan tentunya tiada lain untuk mengabdi kepadanya,
sehingga dengan segala kelebihan yang tidak dimilikki makhluk Allah lainnya tentunya kita
dapat memanfaatkan bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari Allah
SWT dan dengan segala kelebihan yang tidak dimiliki makhluk Allah lainnya tentunya kita
dapat memanfaatkan bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari Allah
SWT, dan dengan segala potensi diri masing-masing. Kita berusaha untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita sehingga dapat selat dunia akhirat.

“dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku”
(QS Adz-dzariyat ayat 56)

Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia
didunia. Manusia didunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya
tersebut berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahnya serta
menjaui larangannya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti
rukun iman dan rukun islam. Rukun iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada
Allah SWT, Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat dan
percaya terhadapa Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai wujud keimanan terhadap
Allah SWT, Allah SWT menyatakan bahwa manusia tidak cukup hanya meyakini didalam
hati dan diucapkan oleh mulut, tetapi manusia harus melaksakannya dalam kehidupan sehari-
hari.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 4


BAB II

IMAN dan TAQWA

A. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut istlah, iman adalah
membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan , dan diamalkan dengan tindakan
(perbuatan). Dengan demikian, iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa
Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaannya, kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

B. Pengertian Taqwa
Dari segi bahasa berasal dari perkataan “wiqayah” yang diartikan “memelihara”. Maksud
dari pemeliharaan itu adalah memelihara hubungan baik dengan Allah SWT, memelihara diri
daripada sesuatu yan dilarangnya. Melaksanakan segala titah perintahnya dan meninggalkan
segala larangannya. Iman dan taqwa dalam beberapa ayat Al-quran maupun hadits Nabi
disebutkan antara lain dikaitkan dengan rukun iman, manifestasi iman, tanda-tanda orang
yang beriman, penghargaan atau janji Allah pada orang-orang yang beriman sebagai berikut:
Rukun iman:
ٍ ‫ه‬ ُ‫ى‬ ُ‫ى‬ ًُ َ َ ‫و‬ ًُ َ ‫ه و‬ ‫َه‬
ً ًَ ًَ َ ُ َ
“wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasulnya. Dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasulnya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malikat-malaikatnya, kitab-kitabnya,
rasul-rasulnya dan hari kemudian. Maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”
(QS An-nissa ayat 136)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 5


Manifestasi orang beriman:
‫ي ه‬ ‫ة‬ ٌ ُ ‫هللا‬ ‫هللا ص‬ ً ‫م‬ َ ‫ن ه ث م‬ ‫ؤه‬ ُ َ
‫ن َ ه ج ي ؤذ‬ ‫ؤه‬ ُ َ ً ‫نَه‬ ‫ؤه‬ ُ َ
َ ‫صمت‬
“dari abu hurairah ia berkata Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya, barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir makan hendaklah ia memuliakan tamunya, serta barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah dengan santun atau lebih baik diam”

‫ك ه وس ه‬ ‫ى ي ه‬ ‫ً هللا ص‬ ‫م‬ َ ‫ث م‬ ‫ح م ؤه‬ ‫ً حب ح‬ ‫َ أل‬


‫ج ي‬ ‫سً حب‬ ‫ى‬

Dari anas bin malik Rasulullah bersabda, “tidaklah dikatakan beriman (secara sempurna)
seseorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudara atau tetangganya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri”

‫َهللا حب‬ ‫ه ه ى‬ َ ‫مه‬ َ َ ‫ه ى ُن ي س‬ ) ‫محسى ه‬134)

“(yaitu) orang-orang yang menafkahi (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-rang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali-imran : 134)

Iman kepada Allah merupakan pokok keimna yang menjiwai seluruh rukun, iman lainnya
yakni suatu kepercayaan yang mantap dan kepercayaan itu menyebabkan orang-tersebut
melakukan kehidupannya sesuai dengan keimanannya itu. Keimanan seseorang tidak dapat
diketahui dari kepercayaan dan ucapannya saja, keimanan seseorang diketahui dari
perbuatannya dalam menjalani hidup.

Karena itulah dalam sejumlah ayat Al-quran disebutkan bahwa kata iman senantiasa
diikuti dengan “amal shalih”. Dari perilaku tersebut sebatas manusia dapata mengenali
bagaimana kualitas iman seseorang yang jelas berbeda dengan ukuran Allah yang maha tahu.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 6


BAB III

KONSEP EKSISTENSI MANUSIA

Secara bahasa eksistensialisme barasal dari kata eksistensi,eksistensi berasal dari bahasa
inggris yaitu excitence, dari bahsa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih
keberadaan actual. Dari kata ex berarti keluar dan sister yang berarti muncul atau timbul.

Beberapa pengertian secara istilah yaitu pertama: Apa yang ada, kedua: Apa yang
memiliki aktualitas (ada), dan ketiga: Segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan
bahwa sesuatu itu ada. Pemahaman secara umum, eksistensi berarti keberadaan. Akan tetapi,
eksistensi dalam kalangan filsafat eksistensialisme memiliki arti sebagai cara berdamai
manusia, bukan lagi apa yang ada, tapi apa yang memiliki aktualisasi (ada).

Cara manusia berada didunia berbeda denga cara benda-benda. Dalam filsafat
eksistensialisme, bahwa benda hanya sebatas “berada”, sedangkan manusia lebih apa yan
dikatakan “berada”, bukan sebatas ada tetapi “bereksistensi”. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa manusia sadar akan keberadaannya didunia, berada didunia, dan mengalami
keberadaannya berada di dunia. Sebaimana yang telah dikutip oleh Bayraktar Bayrakil
makna terkaya dan terdalam dari istilah eksistensi adalah ditemukan dalam bahasa Arab.

Adapun pengertian eksistensi manusia oleh:

Al-ghazali : didefinisikan sebagai komposisis yang memerlihatkan keberadaan manusia


dalam suatu totalitas. Yaitu manusi sebagai kenyataan factual terdiri atas bagian-bagian yang
embentuk suatu komposisi yang menunjuka keberadaannya. Eksistensi manusia merupakan
perpaduan antara beberapa unsur yang tidak bisa dipisah-pisahkan.

Ibnu qayyim : hakikat diri manusia itu merupakn perpaduan antara beberapa unsur yang
saling berkaitan dan tidak mungkin dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnnya.
Beberpa unsur yang dimaksud itu adalah ruh, aka dan badan.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 7


Harun nasution : unsur materi manusia mempunyai daya fisik seperti mendengar,
melihat, merasa, meraba, mencium dan daya gerak. Sementara itu unsur immateri
mempunyai dua daya, yaitu daya berfikir yang disebut akal dan daya rasa yang berpusat
dikalbu. Untuk membangun daya fisik perlu dibina melalui latihan-latihan ketrampilan dan
panca indera.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 8


BAB IV
TERCIPTANYA MANUSIA

Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang diciptakan secara sempurna


disbanding makhluk lain. Manusia diberikan akal dan fikiran oleh Allah SWT, karena
Allah SWT mempunyai maksud dan tujuan untuk apa manusia dicptakan.
Keberadaan manusia sebenarnya sudah tercantum dalam ayat-ayat Al-quran, berita
mengenai manusia, proses penciptaan manusia sampai tatanan kehidupan manusia pun
sudah diatur didalam Al-quran. Pendidikan islam akan memberikan bimbingan
bagaimana menjadikan manusia sebagai yang beriman sekaligus sebagai khalifah yang
pertnaggung jawab.
Dalam surah Al-mulk ayat 23 yang berbunyi, katakanlah “dialah yang menciptakan
kamu dan menjadikan bagi kamu pendengan, pengihatan dan hati” (tetapi) amat sedikit
kamu bersyukur (QS AL-mulk ayat 23)
Al-quran mengatakan bahwa manusia adlah hasil ciptaan Allah dan anugrerah yang
diberikan kepada manusia sangatlah banyak sekali. Al-quran sebagai kitab suci umat
islam tidak hanya berbicara mengenai petunjuk praktis dan prinsip kehidupan umat
manusia, namun berbicara juga megenai proses penciptaan manusia. Untuk itu, islam
memiliki kitab suci Al-quran untuk menjelaskan bagaimana proses penciptaan manusia
mulai dari hanya setitik air yang hina hingga berkembang secara kompleks. Didalam Al-
quran proses penciptaan tahapan primordial dan tahapan biologi
1. Tahapan primodial
Tahapan pertama adalah saat manusia pertaman diciptakan pertama kali, dari sari pati
tanah dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal inidijelaskan dalam
beberapa ayat sebagai berikut:
QS Al-anam ayat 2 : “dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukannya ajal (kematianmu) dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-nya (yang dia
sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu”
QS Shaad ayat 71 : “ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para mailakat,
sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah”

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 9


Didalam ayat-ayat Al-quran tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan dan hokum-hukumnya dibentuk
rupa dan beragam fungsi dari fisik yang ada dalam tubuh manusia.

2. Tahapan biologi
Tahapan biologi adalah hukum Allah melalui proses biologis yang terdapat dalam
fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses biologi ini membedakan
hakikat manusia menurut islam dengan makhluk lainnya yang tidak memiliki ruh dan
akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya Allah berfirman dalam surat :
Al-mu‟minuun ayat 12-14 : “dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain, maka maha sucilah
Allah, pencipta yang paling baik”
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya
seorang diantara kamu dikumpulkannya pembetukannya (kejadiannya) dalam Rahim
ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selam itu pula (empat puluh hari)
dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan
sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh
kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya ajal
(umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)” HR Muslim.
Sehingga itulah proses penciptaan manusia yang telah dijelaskan dalam Al-quran dan
hadits. Kita wajib mengimani salah satu rukun iman ini, karena penjelasan tentang
kehidupan dunia ada didalamnya. Sehingga Al-quran dan hadits sebagai pedoman
kehidupan kita didunia untuk menuju akhirat.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 10


BAB V
TUJUAN TERCIPTA MANUSIA

Allah SWT berfirman surah Al-mulk ayat 1-2 yang berbunyi : “maha suci Allah yang
dalam genggaman tangannya, (yakni kekuasaan pengelolaannya semua) kerajaan (dialam
raya ini) dan hanya dia sendiri yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dia yang
menciptakan (yakni mewujudkan atau menetapkan adanya) kematian dan kehidupan
untuk menguji kamu siapkah diantara kamu yang terbaik amalnya (berupa kerja dan
perbuatan dipentas kehidupan) dan dia maha kuasa lagi maha pengampun”
Dari surah Al-mulk ayat 1-2 tersebut dapat kita temukan arti bahwa Allah SWT
membuat sebuah perumpamaan bahwa hidup dan mati diciptakan untuk menguji siapa
yang terbaik pekerjaannya, perbuatannya dan amalannya. Jadi, kehidupan ini adalah
kontes perbuatan antara manusia dengan Allah dan malaikat sebagai jurinya. Dengan
aturan (syariat) yang telah Allah berikan kepada para Nabi dan para Nabi menyampaikan
aturan (syariat) itu kepada termasuk kita semua. Sehingga kita wajin mengikuti aturan
yang telah diberikan Allah kepada para Nabi.
Allah menciptakan alam semesta ini pastilahmempunyai tujuan, begitu juga dengan
manusia. Manusia diciptakan karena ada tujuannya Allah SWT berfirman : “dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar merak mengabdi kepada-Ku,” (QS
Adz-dzariyat, ayat 56)
Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia
didunia. Manusia didunia untuk mengabd kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya
tersebut berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahhnya serta
menjauhi larangannya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan
mengikuti rukun iman dan rukun islam.
Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan rukun islam,
yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk islam, melakukan shalat,
membayar zakat, melakukan puasa serta menunaikan ibadah haji. Dengan demikia dapat
disimpulkan keberadaan manusia diciptakan Allah untuk menjadi manusia yang islami
(islam yang benar).

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 11


Menjadi islam yang benar adlah dengan mengerti, memahami dan melaksanakan
dalam kehidupan apa yang telah dilarangnya, dengan kata lain secara konsistensi
melaksanakan rukun iman dan rukun islam.
Eksistensi manusia didunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap
hamba-hambanya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupka dan menjaga
kehidupan manusia tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia
dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaannya
untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk
berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesame
manusia, serta tidak merusak alam.
Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tujuan umum adanya manusia di dunia
Dalam Al-quran QS Al-anbiya ayat 107 yang artinya, “dia tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam”
Ayat diatas menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada
didunia ini adalah untuk mejadi rahmat bagi alam semesta. Jadi manusia sebagai rahmat
adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying
kepada alam semesta.
2. Tujuan individu adanya manusia didunia
Tujuan setiap individu didunia adalah sukse didunia dan diakhirat denga cara
melakukan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu.
Allah berfirman dalam QS An-nahl ayat 97, “barang siapa mengerjakan amal shaleh baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT
akanmemberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 12


3. Tujun individu dalam keluarga
Manusia didunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk social yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Dalam
kaitannya dengan tujuan individu dan keluarga adalah agar individu tersebut menemukn
ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, sudah wajar manusia baik laki-
laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan manusia berkeluarga menurut QS Ar-rum ayat 21, “dan diantara tanda-tanda
kekuasaannya ialah dia menciptakan untuk mu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu merasa tentram, dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih saying. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berfikir”
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih saying. Oleh sebab itu, dalam
keluarga harus dibangu rasa kasih saying satu sama lain.
4. Tujuan individu dalam masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk
bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang
melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti
perumahan, makan, pakaian, kebutuhan social (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila
masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa,
maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan.
Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba
kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman
dan takwa. Allah berfirman, “jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS
Al-araaf : ayat 96)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 13


Pada dasarnya manusia memiliki dua hsrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekililingnya yaitu
masyarakat
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekililingnya

Istilah masyarakat dalam ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat
tinggal disuatu wilayah dengan batas-batas tertentu, dimana factor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya.

5. Tujuan individu dalam bernegara


Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai
pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia
social. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang
lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warganegara yang baik di dalamlingkungan Negara yang baik yaitu
Negara yang aman, nyaman serta makmur.
Terhadap setiap nikmat mari kita bersyukur. Apabila banyak warga bangsa yang tidak
mensyukuri nikmat Allah, bahkan berkeluh kesah atau mengingkari nikmat maka akan
membuat bangsa tersebut penuh bencana dan kesulitan. Jadi kunci kemakmuran Negara
adalah mengembangngkan rasa syukur dan tidak berpaling dari Allah. Allah berfirman,
“sesungguhnya bagi kaum Saba‟ ada tanda (kekuasaan Tuhan) ditempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebu disebelah kana dan disebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan), makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepadanya. (negrimu) adalah negeri yang baik dan (tuhanmu) adalah
tuhan yang maha pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka kami datangkan kepada
mereka banjir yang besar dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr”
(QS As-saba ayat 15 dan 16)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 14


BAB VI

FUNGSI dan PERAN MANUSIA

A. Tanggung jawab manusia terhadap Allah SWT dan Agamanya


Manusia adalah hamba allah, hamba yang diharuskan selalu berbakti kepada majikannya
yaitu tuhan semesta alam Allah SWT. Manusia sesungguhnya berada dalam kerugian jika ia
mengabaikan Tuhannya. Manusia itu fana. Tidak berarti dihadapan Allah SWT, melainkan
hanya nilai ketakwaannya yang dapat membuat manusia itu bernilai dan dimuliakan oleh
Allah SWT. Segala ketakwaan hanya akan bernilai dan diterima oleh Allah SWT jika
berlandaskan ketulusan mengerjakannya berdasarkan landasan ketauhidan kepada Allah
SWT.
Posisi manusia sebagai hamba Allah harus benar-benar diusahakan dan diperjuangkan.
Setiap individu manusia mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diperintahkan oleh
Allah SWT. Tugas yang harus dijalankan dengan kemanan dan kecintaan terhadap Allah dan
Rasul-Nya. Kelak manusia akan dimintai pertanggung jawabannya, tentang apa yang telah ia
lakukan dan bagaiana iamenjalankan tugas sebagai hambanya.
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagia darirangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk
dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna,
ialah Allah Rabbul‟alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.
“Hai orang-orang yang beriman taailah Allah dan taatilah Rasul(nya), dan ulil amri
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepad Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya” (QS An-nisa‟ : 59)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 15


Ayat diatas menjelaskan tentang kewajiban umat islam untuk mentaati perintah Allah
Ta‟ala dan Rasul Muhammad SAW, dengan berpegang teguh terhadap Al-Quran.
“Wahai orang-orang yang beriman! Periharalah dirimu dan keluragamu dari api neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar 16elative16, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadapa apa yang dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS At-tahrim : 6)
Tugas yang dipertanggung jawabkan adalah ibadah dan ketakwaan yang manusia
persembahkan hanya kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah
bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada Hari Kiamat hingga ia ditanya tentang lima
hal. Pertama, tentang umurnya dihabiskannya untuk apa. Kedua, tentang masa mudanya
dimanfaatkan untuk apa. Ketiga, tentang hartanya, diperoleh dari mana dan dihabiskan untuk
apa. Dan kelima, tentang ilmunya, bagaimana ia mengamalkannya. (Hadits Hasan riwayat
Tirmidzi).
Umur yang dimaksud adalah meliputi masa muda dan juga masa-masa yang lainnya.
Dalam hadits ini masa muda disebutkan secara khusus, karena masa muda adalah sebuah
jenjang usia yang memiliki daya kekuatan yang berbeda dengan jenjang lainnya. Di masa-
masa itulah manusia lebih patut bekerja keras untuk melakukan ketaatan. Yang dimaksud
ialah dorongan untuk menghabiskan usia dalam ketaatan kepada Allah SWT, dan bersabar
dalam ketataan itu sampai mati.
Karena itu pula digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa kelak di akhirat ada
tujuh kelompok orang yang akan dinaungi oleh Allah pada saat umat manusia merasakan
panasnya padang mahsyar. Adapun salah satu dari ketujuh kelompok itu adalah kelompok
pemuda yang menghabiskan waktu-waktunya untuk beribadah kepada Allah.
Allah SWT berfirman, “Maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu
diantara orang-orang yang bersujud (shalat). Dan sembahlah Tuhnamu sampai dating
kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS Al-hijr : 98-99)
Karena kematian itu tidak dapat diprediksi kapan datangnya dan kapan waktunya secara
tepat, maka sudah selayaknya setiap jiwa muslim tidak menunda-nunda dalam upaya
mengumpulkan pundi-pundi pahala sebanyak-banyaknya, yaitu dengan banyak beribadah
kepada Allah dan beramal baik.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 16


Kematian seseorang itu tidak mengenal batas waktu. Adakalanya bayi yang baru lahir,
langsung meninggal dunia. Terkadang dikalangan remaja pun sering terjadi kematian yang
tidak terduga sebelumnya. Orang dewasa yang masih segar bugar juga tidak dapat menjamin
dirinya akan hidup awet dan panjang umur sesuai keinginannya. Apalagi orang yang sudah
tua renta, maka jemputan malaikat pencabut nyawa pasti akan lebih dekat untuk
menghampirinya.
Berikut perincian tanggung jawab manusia terhadap Allah SWT adalah sebagai berikut:
1. Mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan beriman dan melakukan amal sholeh
mengikut syariat yang ditetapkan oleh agama.
2. Melaksanakan amanah Allah SWT memelihara dan mengawal agama Allah serta ajaran
Allah SWT seperti firmannya “Sesungguhnya kami telah kemukakan tanggung jawab
amanah (kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikul) maka
mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (karena tidak
ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu) manusia(dengan
persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (ingatlah) sesungguhnya tabiat
kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-
perkara yang tidak patut dikerjakan” (Surah Al-ahzab : 72)
3. Melakukan amar makruf, nahi mungkar, yaitu sebagai khalifah Allah SWT bertanggung
jawab menyebarkan islam.
4. Menjaga kesucian agama. Dengan menegakkan islam dengan berdakwah dan
melaksanakan syariat islam yang telah ditetapkan agama.
5. Bertanggung jawab menjauh dan memelhara diri dan keluarga dari azab neraka.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 17


B. Fungsi dan peranan manusia dalam islam
Berpedoman kepada QS Al-baqarah ayat 30-36, maka perna yang dilakukan adalah
sebagai pelaku ajaran Allah SWT dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah SWT, antara lain:
1. Belajar (Surah An-naml : 15-16 dan Al-mukmin : 54); belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat Al-alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al-Quran
2. Mengajarkan ilmu (Al-Baqarah : 31-39); khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka
wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain. Yang dimaksud dengan ilmu Allah
adalah Al-Quran dan juga Al-Bayan
3. Membudayakan ilmu (Al-Mukmin : 35); ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu
agar membudaya.
Kebahagiaan manusia didunia dan di akhirat, tergantung kepada izin dan ridho Allah.
Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya.
Maka untuk mencapainya kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus
mengikuti ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.
Dalam hal ini setidaknya ada empat hal yang harus kita pertanggung jawabkan kepada
Allah SWT kelak di hari kiamat. Nabi Muhammad SAW bersabda “Dari Abu Barazah Al-
Islami berkata, Rasulullah SAW bersabda. “kedua kakinya seorang hamba besok dihari
kiamat tidak akan tepeleset sehingga dia ditanyai tentang empat hal:
1. Tentang umur, untuk apa umur itu dihabiskan
2. Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan
3. Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh
4. Tentang kondisi tubuh, untuka apa kenikmatan itu digunakan

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 18


1. Mengenai umur
Allah SWT memberikan umur kepada manusia sesuai dengan kehendaknya, ada yang
panjang, ada yang pendek, da nada yang sedang-sedang saja. Yang jelas umur yang diberikan
kepada manusia itu ada batasannya, dan pada waktunya, manusia akan diwafatkan oleh Allah
SWT. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka
apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan
tidak dapat (pula) memajukannya,” (Al-a‟raf : 34)
Berkaitan dengan umur umat Muhammad SAW adalah umat yang paling pendek
umurnya dibandingkan dengan umat-umat yang terdahulu. Nabi Muhammad SAW sendiri
umurnya hanya 63 tahun, sebuah umur yang relatif pendek bila dibandingkan dengan para
Nabi sebelumnya. Secara umum umat Muhammad berumur dalam kisaran 60 sampai 70
tahun, sebagaimana yang pernah beliau tegaskan dalam haditsnya, “Rata-rata umur umatku
antara 60 sampai 70 tahun.”
2. Mengenai ilmu
Ciri yang membedakan antara manusia dan binatang adalah adanya akal. Dengan akal,
manusia mampu mengakses kebaikan-kebaikan, informasi-informasi, dan lain-lain. Dengan
akal pula manusia mampu menghasilkanilmu. Berbekal ilmulah manusia mencari
kebahagiaan serta keselamatan didunia dan di akhirat. Semakin banyak ilmunya, semakin
dekat pula dia kepada sang pencipta (apabila digunakan seagaimana mestinya). Rasulullah
SAW telah bersabda, “Apabila datang kepadaku suatu hari, dimana pada hari itu aku tidak
bisa menambah ilmu, maka tidak ada keberkahan bagiku pada hari itu”
3. Mengenai harta benda
Dalam hal harta benda, ada dua pertanyaan yang akan dipertanyakan Allah kepada kita.
Pertama, dari mana harta itu dihasilkan? Kedua, untuk apa harta itu dibelanjakan? Harta yang
ada pada kita itu semata-mata titipan Allah SWT, karen itu kita harus pandai-pandai
memperoleh dan membelajakannya. Harta yang kita dapatkan harus melalui jalan dan cara
yang halal. Apabila tidak seperti itu, maka pada hakikatnya hanya menyengsarakan kita.
Rasul SAW bersabda, “Setia daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka
lebih berhak untuk memakan (menyiksa) daging itu.”

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 19


Setelah harta tersebut kita peroleh dari jalan yang halal, maka kita pun wajib
membersihkan (menzakati) harta itu jika sudah mencapai satu nishab. Nishab harta benda
senilai 85 gram emas dan kita keluarkan 2,5% nya. Al-quran menjelaskannya, “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (At-taubah : 103)
4. Mengenai kesehatan dan kondisi tubuh
Kebanyakan manusia ketika sehat dan bugar sering lupa akan kewajibannya kepada Yang
Maha Kuasa dan selalu lupa untuk melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan diri
kepadaya. Demikian pula ketika terbuka kesempatan yang luas dihadapannya, yaitu ketika
mereka sedang menjadi orang yang penting, mereka lupa akan hal-ha tersebut. Namun,
ketika semuanya itu sudah sirna dihadapannya, yang sibuk sudah menjadi tidak sibuk, yang
pegawai (karyawan) menjadi pension da yang militer sudah menjadi purnawirawan, mereka
semua ini baru sadar akan pentingnya hal-hal tersebut. Orang-orang semacam ini masih
beruntung karena penundaan mereka msih membuahkan hasil dan tidak sia-sia. Akan tetapi,
alangkah ruginya bagi orang-orang yang suka menunda-nunda amal saleh, akan tetapi maut
segera menjemputnya dengan tiba-tiba. Alangkah sia-sianya penundaan mereka. Oleh karena
itu, Rasul SAW mengingatkan kepada kita dalam sabdanya, “Ada dua kenikmatan,
kebanyakan manusia terlena dengan keduanya (sehingga mereka tidak diberkahi Allah), yaitu
kesehatan dan kesempatan.” (HR Al-Bukhari)
Dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW pernah memberi nasihat kepada Ibnu Umar,
“… dan (manfaatkanlah) kesehatanmu sebelum datang waktu sakitkanmu…”
Akhirnya, kita memohon kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk mempersiapkan
bekal selama hidup didunia ini dengan mengabdi kepadanya, sehingga kita bisa
mempertanggung jawabkan keempat hal tersebut dihadapannya dengan benar dan penuh
kemudahan.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 20


BAB VII
POTENSI dan KEUNGGULAN MANUSIA

Allah SWT menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya, kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar
yang disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) dan
potensi eksternal (potensi yang disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah
modal utama bagi manusia untuk melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawabnya.
Oleh karena itu, ia harus diolah dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat
menunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna.
A. Potensi Internal
Ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri terdiri dari:
1. Potensi fitriyah
Ditinjau dari beberapa kamus dan pendapat tokoh islam, fitrah mempunyai makna
sebagai berikut:
a. Fitrah berasal dari kata (fi‟il) fathara yang berarti “menjadikan” secara etimologi
fitrah berarti kejadian asli, agama, ciptaan, sifat semula jadi, potensi dasar, dan
kesucian
b. Dalam kamus bahasa arab Mahmud Yunus, fitrah diartikan sebagai agama, ciptaan,
perangkat, kejadian asli
c. Dalam kamus Munjid kata fitrah diartikan sebagai agama, sunnah, kejadian, tabi‟at
d. Fitrah berarti Tuhur yaitu kesucian
e. Menurut Ibnu Al-Qayyim dan Ibnu Katsir, karena fatir artinya menciptakan, maka
fitrah artinya keadaan yang dihasilkan dan penciptaannya itu

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 21


Apabila diinterpretasikan lebih lanjut, maka istilah fitrah sebagaimana dalam ayat Al-
quran, hadits ataupun pendapat adalah sebagai berikut:
1. Fitrah berarti agama, kejadian. Maksudnya adalah agama Islam ini bersesuaian dengan
kejadian manusia. Karena manusia diciptakan untuk melaksanakan agama (beribadah).
Hal ini berdasarkan dalil Al-quran surah Adz-dzariyat (51-56)
2. Fitrah Allah untuk manusia merupakan potensi dan kreativitas yang dapat dibangun dan
membangun, yang memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga
kemampuannya jauh melampaui kemampuan fisiknya. Maka diperlukan suatu usaha-
usaha yang baik yaitu pendidikan yang dapat memelihara dan mengembangkan fitrah
serta pendidikan yang dapat membersihkan jiwa manusia dari syirik, kesesatan dan
kegelapan menuju kearah hidup bahagia yang penuh optimis dan dinamis. Ini sesuai
dengan Al-quran surah Ar-rum ayat 30 yaitu : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah SWT (tetaplah atas) fitrah Allah ysng telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Pada ayat ini Allah SWT telah menciptakan semua makhluknya berdasarkan fitrahnya.
Surah ini telah menginspirasikan untuk mngembangkan dan mengaktualisasikan fitrah
atau potensi itu dengan baik dan lurus
3. Fitrah berarti ikhlas. Maksudnya manusia lahir dengan berbagai sifat, salah satunya
adalah kemurnian (keikhlasan) dalam menjalankan suatu aktifitas. Berkaitan dengan
makna ini ada hadits yaitu: “Tiga perkara yang menjadikannya selamat adalah ikhlas,
berupa fitrah Allah SWT, dimana manusia diciptakan darinya, sholat berupa agama, dan
taat berupa benteng penjagaan” (HR.Abu Hamdi dari Mu‟adz)
Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran
(dinnullah). Kalau ia gunakan potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan diatas jalan yang
lurus. Karena Allah SWT telah membimbingnya semenjak dalam alam ruh (dalam
kandungan)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 22


2. Potensi ruhiyah
Ialah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan memilih jalan
yang hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan. Betuk dari
roh ini sendiri pada hakikatnya tidak dapat dijelaskan. Potensi ini terdapat pada surah Ars-
syams ayat 7 dan ayat 8 yaitu, “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)”, “maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”
Didalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan
kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan). Menurut Ibnu „Asyur kata „nafis‟
pada surah Asy-syams ayat ke 7 menunjukkan nakiroh maka arti kata tersebut menunjukkan
nama jenis, yaitu mencakup jati diri seluruh manusia seperti arti kata „nafis‟ pada surah Al-
infithar ayat 5 yaitu, “maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan
yang dilalaikannya”
Menurut Al-Qurthubi sebagian ulama mengartikan „nafis‟ adalah Nabi Adam namun
sebagian lain mengartikan secara umum yaitu jati diri manusia itu sendiri
Pada arti kata „nafis‟ ini terdapat tiga unsur yaitu:
a. Qolbu : menurut para ulama salaf adalah nafis yang terletak dijantung
b. Domir : bagian yang samar, tersembunyi dan kasat mata
c. Fuad : mempunyai manfaat dan fungsi

Dengan demikian, dalam potensi ruhaniyyah terdapat pertanggungjawaban atas diverinya


manusia kekuatan pemikir yang mampu untuk memilih dan mengarahkan potensi-potensi
fitrah yang dapat berkembang diladang kebaikan dan lading keburukan ini. Karena itu, jiwa
manusia bebas tetapi bertanggung jawab. Ia adalah kekuatan yang dibebani tugas, dan ia
adalah karunia yang dibebani kewajiban.

Demikianlah yang dikehendaki Allah SWT secara garis besar terhadap manusai. Segala
sesuatu yang sempurna dalam menjalankan perananya, maka itu adalah implementasi
kehendak Allah dan qadarnya yang umum.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 23


3. Potensi aqliyah
Potensi aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam‟a besar, fu‟ad). Dengan
potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah tentang „kekuasaan‟
Allah SWT. Serta dengan potensi ini ia dapat mempelajari dan memahami dengan benar
seluruh hal yang dapat bermanfaat baginya dan tentu harus diterima dan hal yang mudharat
baginya tentu harus dihindarkan. Potensi Aqliyah juga merupakan potensi yang
dianugerahkan Allah kepada manusia agar manusia dapat membedakan mana yang haq dan
mana yang bathil dan mampu beragumen terhadap pemilihan yang dilakukan oleh potensi
ruhiyah.
Allah SWT berfirman dalam Al-quran surah An-nahl ayat 78, “ Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”
Ayat ini menurut tafsir Al-maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah
melahirkan kamu dari perut ibumu, maka dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala
sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa
macam anugrah berikut ini:
1. Akal sebagai alat untuk memahami sesuatu, terutama dengan akal itu kamu dapat
membedakan antara yang baik dan jelek, antara yang lurus dan yang sesat, antara
yang benar dan yang salah.
2. Pendengaran sebagai alat untuk mendengarkan suatu, terutama dengan pendengaran
itu kamu dapat memahami percakapan diantara kamu.
3. Penglihatan sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan
itu kamu dapat mengenal diantara kamu.
4. Perangkat hidup yang lain sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki
dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana
yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.

Menurut An-nawawi menafsirkan ayat ini bahwa agar kamu (manusia) menggunakan
nikmat Allah SWT itu untuk kebaikan, maka kamu mendengar akan nasihat Allah, dan
melihat tanda-tanda Allah dan memikirkan kebesaran Allah SWT.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 24


4. Potensi jasmaniyyah
Adalah kemampuan tubuh manusia telah Allah SWT ciptakan dengan sempurna, baik
rupa, kekuatan dan kemampuan. Firman Allah SWT dalam surah At-tin ayat 4,
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Kata insan dijumpai dalam Al-quran sebanyak 65 kali. Penekanan kata insan ini adalah
lebih mengacu pada peningkatan manusia kederajat yang dapat memberinya potensi dan
kemampuan untuk menjagkau jabatan khalifah dan memikul tanggung jawab dan amanat
manusia dimuka bumi, karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi
sepserti ilmu, persepsi, akal dan nurani. Dengan potensi-potensi ini manusia siap dan mampu
menghadapi segala permasalahan sekaligus mengantisipasinya. Di samping itu, manusia juga
dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari makhluk lain dengan berbekal potensi-potensi tadi. Potensi terdapat juga
dalam surat At-taghabun ayat 3, “Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Dia
membentuk rupamu dan membaguskan rupamu itu, dan hanya kepada-Nya lah kembali
(mu)”
Oleh karena itu, patutnya manusia sebagai ciptaan Allah yang sangat mulia dan banyak
keutamaan, agar mempergunakan potensi jasmaninya dengan baik sebagai modal utama
untuk menjalakan tugas sebagai ciptaan-Nya.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 25


B. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusia, Allah juga sertakan
potensi eksternal sebagai pengaruh dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan
sesuai dengan kehendak-Nya. Tanpa arahan potensi eksternal ini, maka potensi internal tidak
akan membuahkan hasil yang diharapkan. Potensi eksternal ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Potensi huda
Ialah petunjuk Allah yang mempertegas nilai kebenaran yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus. Allah SWT berfirman
dalam surah Al-insaan ayat 3, “sesungguhnya kami telah menunjukinnya jalan yang lurus,
ada yang bersyukur da nada pula yang kafir”
2. Potensi alam
Alam semesta adalah merupakan potensi eksternal kedua untuk membimbing umat
manusia melaksanakan fungsinya. Setiap sisi merupakan ayat-ayat Allah yang dengannya
manusia dapat mencapai kebenaran.
Seperti firman Allah dalam surah Al-imran ayat 190 dan 191, “sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”
Pada ayat ini ditafsirkan bahwa memikirkan penciptaan Allah terhadap makhluknya.
Merenungkan kitab alam-alam semesta yang terbuka, dan merenungkan kekuasaan Allah
yang menciptakan dan menggerakan alam semesta ini, merupakan ibadah Allah kepada
diantara poko-pokok ibadah, dan merupakan dzikir kepada Allah diantara dzikir-dzikir
pokok. Seandainya ilmu-ilmu kealaman yang membicarakan desain alam semesta, undangan-
undangan dan sunnahnya, kekuatan dan kandungannya, rahasia-rahasainya dan potensi-
potensinya berhubungan dengan dzikir dan mengingat pencipta alam ini, dari merasakan
keagungannya da karunianya niscaya seluruh aktifitas keilmuannya itu akan berubah menjadi
ibadah kepada sang pencipta alam semesta ini, akan luruslah kehidupan ini dan akan terserah
kepada Allah ta‟ala.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 26


BAB VIII

PENUTUP

Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahs, maka dapat kami simpulkan bahwa:

1. Eksistensi manusia dalam perpektif Al-quran adalah sesuatu yang ada yang merupakan
perpaduan antara unsur jasmani dan unsur rohani atau antara unsur materi dan unsur
immateri, yaitu perpaduan antara badan (sebagai unsur materi), akal dan ruh (sebagai unsur
immaterial). Unsur-unsur tersebut mewujud dalam diri manusia dan merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
2. Asal usul manusia dalam dunia sains menyebutkan manusia mengalami evolusi dari
nenek moyang yang mirip kera menjadi manusia yang wujudnya seperti sekarang ini. Tetapi
pemahaman itu bellum mampu medapatkan pembuktian yang pasti. Jika ditinjau dari sudut
pandang islam, pemahaman itu sangatlah bertentangan dikarenakan dalam islam
menyebutkan asal manusia pada awlanya berawal dari nabi adam dan hawa yang dijelaskan
dalam Al-quran diciptakan dari saripati tanah yang sekarang kita sebut air mani lalu
mengalami proses dalam Rahim dan membentuk dalam bentuk sebaik-baiknya sehingga
jadilah kita hidup didunia.
3. Berdasarkan Al-quran, penciptaan manusia bertujuan untuk mengabdi kepada Allah
(beriman), memanfaatkan alam semesta (beramal), membentuk sejarah dan peradaban
(berilmu) baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
4. Dalam Al-quran dijelaskan bahwa fungsi dan peran manusia dimuka bumi adalah sebagai
khlifah (pemimpin) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang banyak.
5. Potensi diri manusia dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah system yang
paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya seperti : binatang, jin,
malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera dan akal pikiran. Potensi
apapun yang dimiliki manusia masing-masing memiliki fungsi dan perannya, oleh karenanya
harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 27


DAFTAR PUSTAKA

1. http://fajar310.blogspot.com/2017/12/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-islam.html
2. https://www.slideshare.net/rahmivegiarizka/makalah-potensi-dasar-manusia-dan-tugas-
manusia-kel-1
3. https://www.kompasiana.com/farichaicha/550eac8ea33311ab2dba83a4/eksistensi-
manusia
4. http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/konsep-iman-
dan-taqwa
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Iman
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Takwa
7. http://repository.radenintan.ac.id/250/1/SKRIPSI_FIX_New.pdf
8. https://dalamislam.com/info-islami/proses-penciptaan-manusia
9. https://dalamislam.com/dasar-islam/tujuan-penciptaan-manusia
10. https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2018/08/25/8779/-p-begini-tiga-tahap-
penciptaan-manusia-yang-termaktub-dalam-alquran-p-.html
11. http://fajar310.blogspot.com/2017/12/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-islam.html
12. http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html
13. https://bahteranusa.wordpress.com/2014/05/24/materi-iii-status-manusia-tugas-fungsi-
dan-peran-manusia/
14. https://authorahmi.wordpress.com/2013/10/21/potensi-dasar-manusia-dan-tugas-manusia-
dalam-islam/
15. http://punyalembak.blogspot.com/2017/01/potensi-manusia-menurut-pandangan-
islam.html

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERCUBUANA 28

Anda mungkin juga menyukai