Anda di halaman 1dari 70

Desain Overlay

MDP 2017 Bagian II


Penyaji :
Sutarso Joko Susilo, ST., MT.
susilo.sutarso@aecom.com

Dr Kemas A Zamhari
(zamhari21@gmail.com)
Dr Kemas A Zamhari
Tujuan
Setelah mengikuti sesi ini, peserta workshop
diharapkan akan dapat menjelaskan:
• Kebijakan desain rehabilitasi;
• Prosedur desain overlay;
• Prosedur desain daur ulang:
• Foam bitumen
• Stabilisasi semen

Dr Kemas A Zamhari
Lingkup penyajian
• Kebijakan desain
• Pemilihan struktur perkerasan;
• overlay struktural;
• overlay non struktural;
• daur ulang perkerasan (recycling):
• stabilisasi dengan foam bitumen;
• stabilisasi dengan semen.

4
Dr Kemas A Zamhari
Kebijakan desain
• Prioritas penganggaran harus berdasarkan pada:
• Kondisi jalan dengan prioritas:
i. kebutuhan pencegahan dan pengawetan;
ii. kebutuhan pemeliharaan tertinggi.
• Sisa umur rencana (minimal 2 tahun untuk lalu lintas
berat).
• Volume lalu lintas.
• Penghematan biaya selama umur pelayanan.

5
Dr Kemas A Zamhari
Kebijakan desain
• Penanganan sementara (holding treatment) harus
dapat mempertahankan kondisi eksisting
perkerasan sampai penanganan menyeluruh
dilaksanakan.
• Perkerasan dengan kerusakan permukaan yang
cukup berat harus dikupas (milling) sebelum
pelapisan ulang.
• Perkerasan yang rusak berat / lendutan yang lebih
tinggi ditinjau dari nilai karakteristik desain overlay
harus ditambal sebelum pelapisan ulang.
6
Dr Kemas A Zamhari
Acuan
• Pd T-01-2002-B Pedoman Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur.
• Pd T-05-2005 Perencanaan Tebal Lapis Tambah
Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan.
• Pedoman Desain Perkerasan Jalan Lentur No.
002/P/BM/2011 (Interim).
• Austroads, Pavement Design, A Guide to the
Structural Design of Pavements, 2008.
• AASHTO Guide for Design of Pavement Structure,
1993.
7
Dr Kemas A Zamhari
Umur rencana

8
Dr Kemas A Zamhari
KONDISI PERKERASAN EKSISTING
• Daya dukung tanah dasar dapat diukur dengan:
• DCP pada periode terbasah sepanjang tahun atau;
• kelasifikasi tanah seperti ditunjukkan pada Bagan Desain - 1
atau;
• nilai CBR laboratorium (4 hari rendaman) pada contoh tanah
dengan kepadatan lapangan.
• Struktur dan karakteritik lapis perkerasan eksisting dapat
ditentukan dengan:
• survei kondisi dan analisis test pit atau coring, atau
• analisis perhitungan mundur (back calculation) data lendutan;
• nilai CBR yang diperoleh dari analisis lendutan dengan
perhitungan mundur perlu divalidasi dengan analisis test pit
dan/atau DCP pada periode basah.
9
Dr Kemas A Zamhari
Penetapan segmen seragam

Dr Kemas A Zamhari
Nilai parameter karakteristik segmen seragam
• 

• CBRkar : CBR karakteristik


• CBRr : CBR rata-rata
• C.V. : koef. Variasi
• σ : Deviasi Standar
• Tsisa : Sisa ketebalan perkerasan eksisting
sesudah penanganan yang lain
• Ts : Ketebalan sisa rata-rata 11
Dr Kemas A Zamhari
Nilai karakteristik
• 

krk. = rata-rata

Probabilitas f Spesifikasi jalan


95 % 1,645 Jalan tol / bebas hambatan
90% 1,282 Jalan areri dan kolektor
80 % 0,842 Jalan local dan jalankecil

Dr Kemas A Zamhari
Pendekatan desain

• Jalan Dengan Lalu Lintas Lebih dari 10 Juta ESA4


• Lendutan maksimum
• Lengkung lendutan
• Data test pit

13
Dr Kemas A Zamhari
Pendekatan desain

• Jalan Dengan Lalu Lintas Lebih dari 10 Juta ESA4


• Modulus atau koefisien lapis material eksisting dan daya
dukung tanah dasar harus diukur atau menggunakan
nilai seperti dinyatakan dalam Bagian 1 (Bab 7 dan
Lampiran C).
• Untuk tanah lunak dibutuhkan penyelidikan tersendiri.
• Untuk desain awal, CBR untuk tanah dasar diatas
timbunan rendah pada tanah lunak atau gambut
digunakan nilai CBR maksimum dari uraian pada Bagan
Desain - 2 (Bagian 1 Bab 6) dan tidak menggunakan nilai
CBR timbunan atau material lapis penopang.
14
Dr Kemas A Zamhari
Pendekatan desain

• Jalan Dengan Lalu Lintas Lebih dari 10 Juta ESA4


• Untuk lalu lintas > 30 juta ESA4 dan dibutuhkan
rekonstruksi, dapat dipertimbangkan penggunaan
perkerasan kaku.
• Jika perkerasan kaku digunakan di atas tanah lunak
maka perkerasan harus dibangun dengan lebar penuh.
• Sambungan memanjang antara perkerasan kaku dan
perkerasan lentur pada daerah badan jalan akan sulit
dipelihara jika terletak di atas timbunan rendah di atas tanah
lunak.

15
Dr Kemas A Zamhari
Pendekatan desain

• Jalan Dengan Lalu Lintas Lebih dari 10 Juta ESA4


• Untuk beban lalu lintas rencana 10 – 30 juta ESA4 dan
lendutan cukup besar, penggunaan overlay dengan aspal
modifikasi SBS (styrene butadiene styrene) dapat
dipertimbangkan.
• Jika lapisan tanah lunak cukup dalam dan bukti historis
menunjukkan kerusakan berlebihan pada perkerasan
eksisting, maka metode pendukung seperti cakar ayam
atau micro pile dapat dipertimbangkan.

16
Dr Kemas A Zamhari
Survey Kondisi dan Koreksi Perkerasan
Sebelum Overlay
• Lakukan survei kondisi sebelum merencanakan tebal overlay.
• Perbaikan yang sebelum overlay tergantung pada jenis,
tingkat dan luas kerusakan, serta jenis pelapisan yang dipilih.
• Investigasi penyebab kerusakan.
• Kerusakan pada perkerasan eksisting yang diperkirakan akan
mempengaruhi kinerja perkerasan harus diperbaiki terlebih
dahulu sebelum pelapisan.
• Pertimbangkan untung rugi (trade-off) antara biaya perbaikan
sebelum pelapisan dengan jenis perkerasan overlay:
• Apabila kerusakan perkerasan eksisting cukup berat dan meluas,
pelapisan dengan perkerasan kaku mungkin memerlukan biaya pre-
overlay yang lebih rendah tetapi memerlukan biaya pelapisan yang
lebih tinggi, dan sebaliknya dengan perkerasan lentur. 17
Dr Kemas A Zamhari
Survey Kondisi dan Koreksi Perkerasan
Sebelum Overlay
• Retak refleksi:
• Hindari retak refleksi dengan pengupasan dan penggantian
lapisan retak, penambahan tebal, atau tindakan
pengendalian lain seperti penggunaan Stress Absorbing
Membrane Interlayer (SAMI) dan geotekstil.
• Alur pada perkerasan aspal:
• Penyebab alur pada perkerasan aspal perlu diketahui
sebelum desain tebal overlay.
• Apabila alur terjadi pada perkerasan eksisting diakibatkan
oleh ketidakstabilan lapis aspal, overlay secara langsung
bukan solusi yang tepat.
• Pengupasan (milling) harus dilakukan untuk mengupas
lapisan yang tidak stabil yang menyebabkan alur.
18
Dr Kemas A Zamhari
Survey Kondisi dan Koreksi Perkerasan
Sebelum Overlay
• Pengupasan lapis aspal permukaan:
• Pengupasan sebagian lapis permukaan aspal eksisting
dengan alat milling sebelum overlay dapat meningkatkan
kinerja overlay karena dapat menghilangkan retak dan
lapisan aspal beton yang mengeras karena oksidasi.
• Alur atau ketidakrataan permukaan (roughness) dapat
dikoreksi dengan milling sebelum overlay.
• Tebal lapisan aspal yang dikupas harus diperhitungkan
dalam pelaksanaan overlay.

19
Dr Kemas A Zamhari
DRAINASE PERKERASAN EKSISTING
• Kerusakan perkerasan lentur maupun kaku dapat
bermula dari air yang masuk kedalam struktur
perkerasan:
• Evaluasi kondisi drainase perkerasan eksisting.
• Amati kelemahan sistem drainase yang ada yang
berpotensi menjadi penyebab kerusakan perkerasan
akibat air.
• Apakah diperlukan perbaikan system drainase untuk
mengoreksi penurunan kinerja perkerasan?

20
Dr Kemas A Zamhari
Evaluasi Drainase Eksisting
• Pelajari data drainase yang ada.
• Pelajari catatan pelaksanaan dan as built drawing untuk
mengetahui kelengkapan sistem drainase yang sudah dibuat,
baik letak maupun dimensinya.
• Periksa:
• kemiringan memanjang;
• kemiringan melintang;
• lebar lapisan perkerasan;
• struktur dan tebal perkerasan;
• ketinggian timbunan dan kedalaman galian;
• kemiringan dan dimensi kelengkapan drainase seperti saluran dan gorong-
gorong;
• koneksi saluran dengan pembuangan akhir;
• drainase bawah permukaan.

21
Dr Kemas A Zamhari
Evaluasi Drainase Eksisting
• Dalam evaluasi drainase perlu diperhatikan hal-hal berikut:
• apakah air dapat mengalir dengan baik melalui permukaan perkerasan
dan bahu jalan;
• apakah ada akumulasi air pada perkerasan dan sekitarnya;
• ketinggian muka air di saluran;
• apakah air pernah melimpah dari saluran;
• apakah ada air pada sambungan atau retakan perkerasan;
• apakah ada genangan air pada bahu jalan;
• apakah ada tanaman ramah air yang tumbuh subur di sepanjang sisi
jalan;
• apakah ada endapan tanah, partikel halus atau indikasi pumping
lainnya;
• apakah ada sampah atau endapan pada inlet;
• apakah sambungan atau retakan ditutup (seal) dengan baik.

22
Dr Kemas A Zamhari
Dr Kemas A Zamhari
PEMILIHAN STRUKTUR PERKERASAN
Faktor–faktor yang perlu dipertimbangkan:
• Biaya selama masa pelayanan terendah;
• Praktis untuk dilaksanakan;
• Umur rencana overlay;
• Tebal overlay:
• Jika tebal overlay yang dibutuhkan lebih dari 100 mm (untuk jalan
dengan lalu lintas sampai dengan 4x106 ESA5) atau,
• Jika melebihi 150 mm – 210 mm (untuk jalan dengan lalu lintas lebih
dari 4x106 ESA5) atau,
• pada semua kasus perkerasan eksisting dalam kondisi rusak berat
(heavy patching dibutuhkan > 30% area perkerasan)
•  pertimbangkan opsi rekonstruksi penuh daripada overlay.

Dr Kemas A Zamhari
PEMILIHAN STRUKTUR PERKERASAN
• Bahan pengikat modifikasi memberikan manfaat yang signifikan
namun:
• membutuhkan sumber daya kontraktor dan keahlian yang sering kali tidak
tersedia;
• aspal modifikasi hanya bisa digunakan jika sumber daya dan keahlian
yang dibutuhkan tersedia.
• aspal modifikasi dapat memperlebar rentang volume beban lalu lintas
untuk penggunaan overlay aspal tipis dan lapis aus dengan lalu lintas berat.
• Perkerasan kaku dapat menjadi solusi yang tepat untuk jalan yang
rusak berat dengan beban lalu lintas 20 tahun > 30x106 ESA4,
namun demikian perbandingan desain dan analisis biaya perlu
dilakukan.
• Daur ulang (recycling) membutuhkan peralatan dan kontraktor
dengan keahlian khusus.

Dr Kemas A Zamhari
PEMILIHAN STRUKTUR PERKERASAN

26
Dr Kemas A Zamhari
Desain overlay

Dr Kemas A Zamhari
Prosedur Desain Overlay
• Untuk lalu Lintas ≤ 100.000 ESA4 dan HRS
• Desain tebal overlay cukup dengan pendekatan lendutan
maksimum (D0) sesuai solusi berdasarkan Gambar 6.1.
• Untuk lalu lintas 100.000 s.d. 10x106 ESA4
• kriteria deformasi permanen (pendekatan lendutan maksimum
D0) dan,
• kriteria retak lelah (pendekatan lengkung lendutan, D 0 – D200)
harus diperhitungkan.
• gunakan grafik desain Gambar 6.1 dan Gambar 6.3.
• Untuk lalu lintas > 10x106 ESA4
• gunakan prosedur mekanistik empiris atau,
• metode metode Pt T-01-2002-B atau metode AASHTO 1993.

28
Dr Kemas A Zamhari
Tebal Overlay Non-Struktural

29
Dr Kemas A Zamhari
Pengukuran Lendutan
• Benkelman Beam • Falling Weight Deflectometer

30
Dr Kemas A Zamhari
Tebal Overlay Berdasarkan Lendutan
Maksimum
• Hitung dan masukkan nilai lendutan karakteristik
dan beban lalu lintas desain (ESA4) pada Gambar
6.1, serta dapatkan tebal overlay pada sumbu
vertikal.
• Apabila pengukuran lendutan dilakukan dengan
menggunakan alat Falling Weight Deflectometer
(FWD), gunakan faktor penyesuaian lendutan Tabel
6.7.
• Berlaku hingga beban 10 x 106 ESA4
31
Dr Kemas A Zamhari
Lendutan (balik) diukur dengan B.B.

Dr Kemas A Zamhari
Bila lendutan diukur dengan FWD gunakan faktor
penyesuaian

Dr Kemas A Zamhari
Tebal Overlay Berdasarkan Lengkung
Lendutan

Dr Kemas A Zamhari
Overlay tipis

Dr Kemas A Zamhari
Overlay tebal

Dr Kemas A Zamhari
Contoh penggunaan
• Diketahui:
• beban lalu lintas rencana 3x106 ESA5;
• lengkung lendutan rata-rata karakteristik D0 – D200 =
0,42 mm;
• tebal overlay minimum untuk perbaikan bentuk = 60
mm;
• tebal overlay untuk mencegah deformasi permanen = 40
mm (berdasarkan analisis lendutan balik BB maksimum
(D0) menggunakan Gambar 6.1).
• Tentukan:
• Tebal overlay.

37
Dr Kemas A Zamhari
Contoh penggunaan
• Solusi:
1) Tebal untuk perbaikan bentuk* = 60 mm (diketahui);
2) Tebal untuk kriteria deformasi = 40 mm (diketahui);
3) Tebal untuk kriteria fatig berdasarkan Gambar 6.3a = 45
mm  < 60 mm; x
4) Beban izin pada lengkung lendutan 0,42 mm berdasar-kan
Gambar 6.3a = 2 x 106 ESA5 < 3 x 106 ESA5; x
5) Gunakan Gambar 6.3b:
6) dengan lengkung lendutan 0,42 mm dan beban rencana 3
x 106 ESA5, berdasarkan Gambar 6.3b diperlukan tebal
overlay 110 mm yang memenuhi semua kriteria; √ (ok
sebagai alternatif 1);
38
Dr Kemas A Zamhari
Contoh penggunaan
• Solusi:
7) Alternatif 2, menggunakan aspal modifikasi SBS (Styrene
Butadiene Styrene) 3%;
8) Ketahanan terhadap retak lelah adalah 1,5 kali lebih besar
daripada aspal konvensial (Tabel 6.8)
9) Berdasarkan Gambar 6.3a:
• Pada lengkung lendutan 0,42 mm dan tebal overlay 60 mm repitisi beban
izin dengan aspal konvensional = 2 x 106 ESA5 (langkah 4));
• Jika digunakan aspal SBS 3%, repitisi beban izin menjadi 1,5 x 2 x 10 6 ESA5 =
3 x 106 ESA5  √ (ok sebagai alternatif 2);
10) Dengan mempertimbangkan faktor keekonomian dan
kemampuan kontraktor, dapat dipertimbangkan dua pilihan:
• overlay menggunakan aspal konvensional setebal 110 mm √ atau,
• menggunakan aspal modifikasi SBS 3% setebal 60 mm √ 39
Dr Kemas A Zamhari
Overlay tipis

40
Dr Kemas A Zamhari
Overlay tebal

41
Dr Kemas A Zamhari
Overlay tipis

2.000.000 ESA5 (aspal konv.) 


1,5 x 2.000.000 ESA5 aspal modifikasi

2.000.000

Dr Kemas A Zamhari
Suhu mempengaruhi nilai lendutan

43
Dr Kemas A Zamhari
Faktor Koreksi Suhu untuk Lengkung Lendutan (D0)
FWD

44
Dr Kemas A Zamhari
Faktor Koreksi Suhu untuk Lengkung Lendutan
(D0 - D200) FWD

45
Dr Kemas A Zamhari
Faktor Koreksi Suhu untuk Lendutan (D0)
Benkelman Beam

46
Dr Kemas A Zamhari
Faktor Koreksi Suhu untuk Lengkung Lendutan
(D0-D200) Benkelman Beam

47
Dr Kemas A Zamhari
Nilai lendutan tergantung dari jenis
alat yang digunakan
• D0 ditentukan berdasarkan lendutan BB
• D0 – D200 ditentukan berdasarkan FWD
• Lakukan penyesuaian (standarisasi) jika:
• D0 diukur dengan FWD atau,
• D0 – D200 diukur dengan BB

48
Dr Kemas A Zamhari
Faktor Penyesuaian Lengkung
Lendutan (D0 – D200) BB ke FWD

49
Dr Kemas A Zamhari
Faktor Penyesuaian Lendutan (D0)
FWD ke BB

50
Dr Kemas A Zamhari
Umur Lelah (Fatigue) Aspal Modifikasi

51
Dr Kemas A Zamhari
Mill and Inlay

52
Dr Kemas A Zamhari
PENGUPASAN DAN PELAPISAN
ULANG (MILL AND INLAY)

Dr Kemas A Zamhari
Milling and inlay??
• Pada segmen yang memerlukan tebal overlay lebih
dari 50 mm, penanganan yang lebih efektif dengan
tebal yang lebih tipis dapat dilakukan dengan cara
memperkuat titik-titik yang lemah dengan cara
pengupasan dan pelapisan ulang (milling and
reinstatement atau inlay).

Dr Kemas A Zamhari
Bilakah inlay bermanfaat?
• Cost-effective apabila kurang dari 20% panjang lajur
memerlukan overlay tebal (>100 mm).

Dr Kemas A Zamhari
Contoh
• Variasi lendutan dan lengkung lendutan
sepanjang perkerasan

Dr Kemas A Zamhari
Mengaplikasikan overlay tebal sepanjang lajur
perkerasan tidak cost-effective

Overlay 150 mm X

Dr Kemas A Zamhari
Penguatan setempat-setempat diikuti dengan overlay
tipis dapat lebih cost-effective

Dr Kemas A Zamhari
• Jika yang memerlukan overlay tebal kurang dari
20% panjang, maka dapat ditangani dengan
pengupasan dan pelapisan ulang (milled and
inlay /heavy patching) dilanjutkan dengan overlay
tipis

Dr Kemas A Zamhari
Untuk mengidentifikasi bagian yang memerlukan penguatan
diperlukan pengukuran FWD dengan frekwensi yang lebih
rapat misal setiap interval 10 m

Dr Kemas A Zamhari
Grafik desain untuk inlay dapat dikembangkan
Tebal aspal yang dikupas (mm)

Lengkung
lendutan
karakteristik
setelah
milling (mm)

Dr Kemas A Zamhari Lengkung lendutan karakteristik sebelum milling (mm)


Prosedur desain

Dr Kemas A Zamhari
Kriteria deformasi permanen

Dr Kemas A Zamhari
Kriteria fatigue

Dr Kemas A Zamhari
Contoh Desain Rehabilitasi dengan Mill and Inlay
• Hasil perhitungan tebal desain overlay tanpa milling dan inlay
pada suatu segemen jalan menunjukkan bahwa:
1) untuk mencegah deformasi permanen (OLAYdef) diperlukan overlay
50 mm;
2) untuk mencegah fatigue (OLAYfat) diperlukan 100 mm.
3) pada segmen tersebut, secara keseluruhan, overlay 50 mm dapat
mengatasi fatigue pada 80 % area,
4) sedangkan pada 20 % sisanya diperlukan overlay 100 mm.
•  Opsi pertama: melapis seluruh luas segmen dengan overlay
100 mm.
• Opsi kedua: Efektifitas penanganan ditingkatkan dengan
menerapkan penguatan setempat-setempat
1) pada area yang memerlukan overlay 100 mm dengan cara
pengupasan dan pelapisan ulang yang kemudian diikuti dengan,
2) overlay 50 mm pada keseluruhan segmen.
Dr Kemas A Zamhari
Contoh Desain Rehabilitasi dengan Mill and Inlay

Input perencanaan untuk memperkuat 20% area


tersebut adalah sebagai berikut:
1) perkerasan eksisting terdiri atas 120 mm aspal dan 300
mm material berbutir;
2) tebal overlay tanpa pengupasan:
• 50 mm untuk mencegah deformasi permanen (OLAYdef) dan,
• 100 mm untuk mencegah retak fatigue (OLAYfat)

Dr Kemas A Zamhari
Contoh Desain Rehabilitasi dengan Mill and Inlay
Penyelesaian:
1. Ketebalan untuk mencegah deformasi permanen:
1) Langkah pertama adalah menentukan kedalaman pengupasan
untuk meningkatkan ketahanan terhadap deformasi permanen.
2) Pada contoh ini, karena tebal overlay yang diperlukan sama dengan
tebal OLAYdef, maka tidak diperlukan pengupasan dan pelapisan
untuk meningkatkan ketahanan terhadap deformasi permanen.
2. Ketebalan untuk mencegah fatigue
1) Ketebalan overlay untuk mencegah fatigue tanpa pengupasan
adalah 100 mm yang meliputi 20% dari total area segmen.
2) Dari Gambar 10.4, untuk tebal overlay rencana 50 mm, lapis
pondasi agregat eksisting harus dikupas sedalam 70 mm.
3) Karena tebal aspal eksisting adalah 120 mm, diperlukan
pengupasan dan pelapisan kembali setebal 190 mm (i.e.120 mm
aspal eksisting + 70 mm eksisting lapis pondasi agregat).
Dr Kemas A Zamhari
Contoh Desain Rehabilitasi dengan Mill and Inlay

Untuk tebal overlay rencana 50 mm,


lapis pondasi agregat eksisting harus
dikupas sedalam 70 mm

Dr Kemas A Zamhari
Ringkasan
• Pada sesi ini telah diuraikan:
• Kebijakan desain rehabilitasi;
• Pemilihan struktur perkerasan;
• Prosedur desain overlay;
• Prosedur desain mill & inlay;
• Contoh aplikasi.

Dr Kemas A Zamhari
70
Dr Kemas A Zamhari

Anda mungkin juga menyukai